• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh pengalaman mengajar guru, ketersediaan sumber belajar dan frekuensi mengakses internet terhadap kemampuan mengimplementasikan Permendikbud nomor 22 tahun 2016 tentang standar proses pada

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh pengalaman mengajar guru, ketersediaan sumber belajar dan frekuensi mengakses internet terhadap kemampuan mengimplementasikan Permendikbud nomor 22 tahun 2016 tentang standar proses pada"

Copied!
213
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENGALAMAN MENGAJAR GURU,

KETERSEDIAAN SUMBER BELAJAR, DAN FREKUENSI

MENGAKSES INTERNET TERHADAP KEMAMPUAN

MENGIMPLEMENTASIKAN PERMENDIKBUD

NOMOR 22 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR

PROSES PADA GURU DI SMK NEGERI

SE-KOTA YOGYAKARTA

TAHUN 2017

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi

Oleh:

Lusia Eka Kurnianingtyas NIM: 131334027

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

TERHADAP KEMAMPUAN MENGIMPLEMENTASIKAN

PERMENDIKBUD

NOMOR 22 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR

PROSES PADA GURU DI SMK NEGERI

SE-KOTA YOGYAKARTA

TAHUN 2017

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi

Oleh:

Lusia Eka Kurnianingtyas NIM: 131334027

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)

MENGA

KSE

S

INTE

RNET TERHADAP KEMAMPUAN

MEN

GIM

P

LEl\rl

ENTASIKAN PERMENDIKBUD NOM

OR

22

Ti

..

H

U

N 2016 TENTANG STANDAR P

ROS

E

S PA

D

A

GU

R

U DI SMK NEGERI

SE

-

K

OTA YOGYAKARTA

TAHUN2017

(4)

SKRlPSI

PENG

A

R

U

H P

E

NGALAMAN l\tlENGAJAR GUR

KETERSE

D

lAA

N

SU

MBER BELAJAR, DAN F

'

REKUENSI

MENGA

K

SE

S

I

N

T

ERNET

TERHADAP KEl\t!Al\1PlJAN

'

J.\,lEN

G

I

MP

LEM

ENTASIKAN PERl'\1ENDIKBUD NOM

O

R

22

T

A

HUN

2016 TENTANG

STANDAR

P

R

OSES PADA

GURU DI SMK NEGERI

SE-KOTA YOGYAKARTA

Ketua

Sekretaris

Anggota

Anggota Dr. Sebastian us Widanarto .P.,S. Pel., M. Si.

(5)

v

PERSEMBAHAN

Perjuangan dan semangat untuk mendapatkan gelar

Sarjana Pendidikan melibatkan orang-orang yang terkasih.

Skripsi ini kupersembahkan untuk:

Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria Kedua Orang Tuaku

Ibu dan Pakpohku di Surga Keluarga, Sahabat, Teman

(6)

vi

MOTTO

Tuhan tak kan terlambat! Juga tak akan lebih cepat

Semuanya

Dia jadikan indah tepat pada waktuNya

(7)

vii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak

memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam

kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana selayaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 15 Juni 2017

Penulis

(8)

viii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Lusia Eka Kurnianingtyas

Nomor Mahasiswa : 131334027

Dengan pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Santa Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

PENGARUH PENGALAMAN MENGAJAR GURU, KETERSEDIAAN SUMBER BELAJAR, DAN FREKUENSI MENGAKSES INTERNET

TERHADAP KEMAMPUAN MENGIMPLEMENTASIKAN PERMENDIKBUD NOMOR 22 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR PROSES PADA GURU DI SMK NEGERI SE-KOTA YOGYAKARTA

TAHUN 2017

Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan memplubikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal: 15 Juni 2017

Yang menyatakan

(9)

ix

ABSTRAK

PENGARUH PENGALAMAN MENGAJAR GURU, KETERSEDIAAN SUMBER BELAJAR, DAN FREKUENSI MENGAKSES INTERNET

TERHADAP KEMAMPUAN MENGIMPLEMENTASIKAN PERMENDIKBUD NOMOR 22 TAHUN 2016 TENTANG

STANDAR PROSES PADA GURU DI SMK NEGERI SE-KOTA YOGYAKARTA

2017

Lusia Eka Kurnianingtyas Universitas Sanata Dharma

2017

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah: (1) ada pengaruhpositif pengalaman mengajar guru terhadap kemampuan mengimplementasikan standar proses pembelajaran berdasarkan Permendikbud Nomor 22 tahun 2016; (2) ada pengaruh positif ketersediaan sumber belajar terhadap kemampuan mengimplementasikan standar proses pembelajaran berdasarkan Permendikbud Nomor 22 tahun 2016; (3) ada pengaruhpositiffrekuensi guru mengakses internet guru terhadap kemampuan mengimplementasikan standar proses pembelajaran berdasarkan Permendikbud no 22 tahun 2016

Jenis penelitian ini adalah penelitian ex-post facto yang dilaksanakan pada bulan Januari – Maret 2017. Populasi penelitian ini adalah guru PNS SMK Negeri se-Kota Yogyakarta dengan jumlah 876 guru. Sampel sebanyak 206 guru diambil dengan teknik proportional random sampling. Data dikumpulkan dengan teknik kuesioner dan dianalisis dengan teknik ChiSquare.

(10)

x

ABSTRACT

THE IMPACTS OF TEACHING EXPERIENCE OF TEACHERS, AVAILIBILITY OF LEARNING RESOURCES AND FREQUENCY

OF INTERNET ACCESSMENT TOWARDS THE ABILITY IN IMPLEMENTING THE DEGREE OF EDUCATION MINISTER

NUMBER 22, 2016 ABOUT STANDARD PROCCESSES OF TEACHERS IN STATE VOCATIONAL SCHOOL IN

YOGYAKARTA 2017

Lusia Eka Kurnianingtyas Sanata Dharma University

2017

This study aims to find out whether: (1) there is a positive impact on teaching experience towards teachers’ ability in implementingThe Degree of Education Minister Number 22, 2016 about standard proccesses; (2) there is a positive impact on the availibility of learning resource towardsteachers’ ability in implementing The Degree of Education Minister Number 22, 2016 about standard proccesses; (3) there is a positive impact on frequencies of internet accessment towards teachers’ ability in implementing The Degree of Education Minister Number 22, 2016 about standard proccesses.

This research is an ex-post facto research, it was conducted for January to March 2017. The populations were 876 civil servant teachers in State Vocational High School in Yogyakarta. The samples were 206 teachers, taken by proportional random sampling technique. Data were collected by using questionnaires and analyzed by Chi - Square.

The results show that: (1) there is a positive impact on teaching experience towards teachers’ ability in implementing The Degree of Education Minister Number 22, 2016 about standard proccesses (x2 count amounted 12.039

(df) = 4 with Asymp. Sig by 0,017); (2) there is a positive impact on availibility of learning resource towards teachers ability in implementing The Degree of Education Minister Number 22, 2016 about standard proccesses (x2 count

(11)

xi

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kasih, yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan

skripsi ini tepat pada waktunya. Skripsi ini ditulis dan diajukan untuk memenuhi

salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan

Ekonomi BKK Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

Universitas Sanata Dharma.

Penulis menyadari bahwa proses penyusunan ini mendapatkan masukan, kritik dan

saran dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta;

2. Bapak Ignatius Bondan Suratno, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Jurusan

Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial dan Ketua ProgramStudi Pendidikan

Ekonomi BKK Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta;

3. Bapak Drs. FX. Muhadi, M. Pd. selaku dosen pembimbing yang telah

membimbing dan mengarahkan penulis dengan sabar, memberikan saran

dan masukan demi kesempurnaan penyelesaian skripsi ini;

4. Untuk semua dosen dan karyawan Program Studi Pendidikan Ekonomi

BKK Pendidikan Akuntansi, terimakasih untuk ilmu dan pengetahuan serta

(12)

xii

5. Staf sekretariat Program Studi Pendidikan Ekonomi BKK Pendidikan

Akuntansi yang dengan sabar membantu saya dalam urusan administrasi

kemahasiswaan;

6. Untuk kedua orangtuaku Bapak Sumardi dan Mama Maria Cici yang selalu

memberikan doa, kasih sayang, nasihat, semangat dan dukungan secara

moral maupun materiil dalam menyelesaikan studi ini;

7. Untuk Ibuku Theresia Dwi Ananingsih dan Pakpoh Stefanus Suradi yang

sudah beristirahat kekal di surga atas doanya walaupun masih belum sempat

melihatku menyelesaikan studi ini;

8. Kedua Adikku Robertus Krisna Adi P. dan Rosa Widyaningtyas semoga

kalian bisa segera membanggakan bapak, ibu dan seluruh keluarga besar;

9. Keluarga besar Suradi, Bupoh, Bude Sri, Mbak Santi, Mas Arky, Mas Arry,

Jen dan keluarga besar Marto Suwarno, Pakde dan Bude Jono, Om Sarno,

Mbak Tya dan seluruh keluarga yang tidak bisa disebutkan satu persatu

terima kasih atas kasih sayang kalian yang membuatku tetap bertahan dalam

perkara hidup ini;

10. Lampung Squad, Nurma, Putri, Robby, Lihul, April, Aynun, Bagus, Imam,

Ijul dan yang tidak bisa disebutkan satu per satu terimakasih karena kalian

sudah menemani dari masa berlebihanku hingga masa depanku kelak;

11. Sapi Family, Melati, Fanny, Linda, Wahyu dan Leo yang telah membuat

warna dalam dunia perkuliahankku, masa perubahan dan masa depanku

kelak serta kos gang mawar cihuy, Shinta, Mbak Lilis, Fanny, Oca dan

(13)

xiii

Mami Rita dan Ijul yang senantiasa memberi masukan dan arahan dalam

kehidupan;

12. Thai Vocational School dan Meong Skripsi atas semangat dan kebersamaan

dalam penyusunan skripsi supaya bisa lulus bersama-sama dan menjadi

sukses;

13. Teman-teman Pendidikan Akuntansi 2013 atas kebersamaan yang sudah

kita lewati bersama;

14. Dan untuk semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang

telah membantu menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak

kekurangan karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman. Oleh karena itu,

penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna menyempurnakan

skripsi ini.

Yogyakarta, 15 Juni 2017

(14)

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI... xiii

DAFTAR TABEL... xvi

(15)

xiv

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Batasan Masalah... 6

D. Rumusan Masalah ... 7

E. Tujuan Penelitian ... 8

F. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka... 10

1. Kurikulum ... 10

2. Pengalaman Mengajar ... 26

3. Ketersediaan Sumber Belajar ... 30

4. Frekuensi Mengakses Internet... 33

B. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan... 37

C. Kerangka Berpikir ... 38

D. Rumusan Hipotesis ... 42

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 43

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 43

C. Subjek dan Objek Penelitian ... 44

D. Populasi dan Sampel ... 45

(16)

xv

F. Teknik Pengumpulan Data... 50

G. Uji Instrumen Penelitian ... 53

H. Teknik Analisis Data... 59

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ... 66

B. Analisis Data ... 76

C. Pembahasan... 87

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 100

B. Keterbatasan Penelitian ... 101

C. Saran... 102

DAFTAR PUSTAKA ... 104

LAMPIRAN... 107

Lampiran 1 Kuesioner... 108

Lampiran 2 Data Induk ... 120

Lampiran 3 Validitas dan Reliabilitas... 150

Lampiran 4 Deskripsi Data Responden ... 157

(17)

xvi

Lampiran 6 Analisis Chi-Square... 166

(18)

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Tempat Penelitian SMK Negeri di Kota Yogyakarta ... 44

Tabel 3.2. Data Populasi Guru SMK dan SMA Negeri Kota Yogyakarta ... 45

Tabel 3.3. Perhitungan Sampel Guru PNS SMK Negeri Se-Kota Yogyakarta .... 48

Tabel 3.4. Skor Pernyataan ... 50

Tabel 3.5 Kisi-Kisi Kuesioner... 51

Tabel 3.6. Hasil Pengujian Validitas Instrumen Penelitian Guru Variabel

Implementasi Permendikbud Nomor 22 tahun 2016 tentang Standar

Proses (Pertama)... 54

Tabel 3.7. Hasil Pengujian Validitas Instrumen Penelitian Guru Variabel

Implementasi Permendikbud Nomor 22 tahun 2016 tentang Standar

Proses (Kedua) ... 55

Tabel 3.8. Hasil Pengujian Validitas Instrumen Penelitian Guru Variabel

Ketersediaan Sumber Belajar ... 56

Tabel 3.9. Kriteria Koefisien Reliabilitas ... 57

Tabel 3.10. Hasil Pengujian Reliabilitas Instrumen Variabel Implementasi

(19)

xviii

Tabel 3.11. Hasil Pengujian Reliabilitas Instrumen Variabel Ketersediaan Sumber

Belajar ... 58

Tabel 3.12. Kriteria Rasio C/Cmax ... 64

Tabel 4.1 Data Responden Penelitian ... 65

Tabel 4.2. Data Responden Guru Berdasarkan Jenis Kelamin ... 66

Tabel 4.3. Data Responden Guru Berdasarkan Pengalaman Mengajar ... 66

Tabel 4.4. Data Responden Guru Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 67

Tabel 4.5. Data Responden Guru Berdasarkan Pengalaman Diklat ... 68

Tabel 4.6. Data Responden Guru Berdasarkan Pangkat Golongan ... 68

Tabel 4.7. Deskripsi Variabel Implementasi Permendikbud Nomor 22 tahun 2016 tentang Standar Proses ... 70

Tabel 4.8. Nilai-nilai Statistik Variabel Implementasi Permendikbud Nomor 22 tentang Standar Proses ... 71

Tabel 4.9. Deskripsi Variabel Ketersediaan Sumber Belajar Menurut Guru ... 73

Tabel 4.10. Nilai-nilai Statistik Variabel Ketersediaan Sumber Belajar... 73

Tabel 4.11. Deskripsi Variabel Frekuensi Mengakses Internet ... 74

(20)

xix

Tabel 4.13. Tabel Kontinjensi dan Frekuensi Harapan Pengaruh Pengalaman

Mengajar terhadap Implementasi Permendikbud Nomor 22 tahun

2016 tentang Standar Proses Guru di SMK Negeri se-Kota

Yogyakarta ... 77

Tabel 4.14. Hasil Analisis Chi-Square Pengaruh Pengalaman Mengajar terhadap

Implementasi Permendikbud Nomor 22 tahun 2016 tentang Standar

Proses Guru di SMK Negeri se-Kota Yogyakarta ... 78

Tabel 4.15. Hasil Analisis Koefisien Kontingensi Pengaruh Pengalaman Mengajar

terhadap Implementasi Permendikbud Nomor 22 tahun 2016 tentang

Standar Proses Guru di SMK Negeri se- Kota Yogyakarta ... 79

Tabel 4.16. Tabel Kontinjensi dan Frekuensi Harapan Pengaruh Ketersediaan

Sumber Belajar terhadap Implementasi Permendikbud

Nomor 22 tahun 2016 tentang Standar Proses di SMK Negeri se-Kota

Yogyakarta ... 81

Tabel 4.17. Hasil Analisis Chi-Square Ketersediaan Sumber Belajar terhadap

Implementasi Permendikbud Nomor 22 tahun 2016 tentang Standar

(21)

xx

Tabel 4.18. Hasil Analisis Koefisien Kontingensi Pengaruh Ketersediaan Sumber

Belajar terhadap Implementasi Permendikbud Nomor 22 tahun 2016

tentang Standar Proses Guru di SMK Negeri se-Kota Yogyakarta ... 83

Tabel 4.19. Tabel Kontinjensi dan Frekuensi Harapan Pengaruh Frekuensi

Mengakses Internet terhadap Implementasi Permendikbud

No. 22 tahun 2016 tentang Standar Proses Guru di SMK Negeri

se-Kota Yogyakarta... 86

Tabel 4.20. Hasil Analisis Chi-Square Pengaruh Frekuensi Mengakses Internet

terhadap Implementasi PERMENDIKBUD No. 22 tahun 2016 tentang

(22)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) sangat menentukan kemajuan

suatu bangsa. Kualitas SDM bergantung pada kualitas pendidikan dan peran

pendidikan untuk menciptakan masyarakat yang cerdas, damai, terbuka dan

demokratis. Oleh sebab itu, komponen dari sistem pendidikan nasional harus

senantiasa dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan yang

terjadi, baik pada tingkat lokal, nasional maupun global.

Definisi pendidikan itu sendiri menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang

SISDIKNAS adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan

yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Pelaksanaan pendidikan di Indonesia akan berjalan dengan sistematis,

menggunakan perangkat atau yang biasa disebut kurikulum, sedangkan

pengertian kurikulum adalah perangkat mata pelajaran dan program pendidikan

yang diberikan oleh suatu lembaga penyelenggara pendidikan yang berisi

(23)

periode jenjang pendidikan. Penyusunan perangkat mata pelajaran ini

disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan setiap jenjang pendidikan dalam

penyelenggaraan pendidikan tersebut serta kebutuhan lapangan kerja. Hal ini

berarti kurikulum merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pendidikan

atau pengajaran.

Di Indonesia, kurikulum mengalami perubahan dari waktu ke waktu.

Perubahan ini dilakukan guna memperbaharui pengembangan kurikulum yang

sesuai dengan kebutuhan generasi muda. Salah satu perubahan kurikulum yang

terjadi yaitu kurikulum 2013 ke kurikulum 2013 edisi revisi. Kurikulum 2013

memadukan tiga konsep yang menyeimbangkan sikap, keterampilan, dan

pengetahuan. Melalui ketiga konsep di atas, keseimbangan antara hard skill dan

soft skill diharapkan dapat terwujud dengan baik.

Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam

pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah. Pendekatan ilmiah

(scientific approach) dalam pembelajaran sebagaimana dimaksud meliputi

mengamati, menanya, menalar, mencoba, membentuk jejaring untuk semua

mata pelajaran (5M). Proses pembelajaran menyentuh tiga ranah yaitu sikap,

pengetahuan, dan keterampilan. Pendekatan scientific/ilmiah dalam proses

pembelajaran diupayakan melahirkan sistem evaluasi yang autentik.

Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa Indonesia saat ini kembali

melakukan perbaikan kurikulum yaitu dari kurikulum 2013 lama ke kurikulum

(24)

2015 hingga akhir bulan Oktober 2015. Revisi kurikulum 2013 dilakukan

berdasarkan berbagai masukan dari publik para ahli dan para pegiat serta

pemerhati pendidikan.

Perubahan-perubahan yang terjadi dari kurikulum 2013 yang lama ke

kurikulum 2013 edisi revisi yaitu penilaian sikap Kompetensi Inti 1 dan

Kompetensi Inti 2 sudah ditiadakan di setiap mata pelajaran hanya agama dan

PPKn namun Kompetensi Inti tetap dicantumkan dalam penulisan RPP. Jika

ada 2 nilai praktek dalam 1 Kompetensi Dasar, maka yang diambil adalah nilai

yang tertinggi. Penghitungan nilai keterampilan 1 Kompetensi Dasar dijumlah

(dari nilai praktek, produk, dan portofolio) kemudian diambil nilai rata-rata

untuk pengetahuan, bobot penilaian harian serta penilaian akhir semester itu

sama.

Pendekatan scientific approach 5M bukanlah satu-satunya metode saat

mengajar. Apabila pendekatan scientific approach digunakan maka susunannya

tidak harus berurutan. Pendekatan 5M diimplementasikan melalui silabus.

Silabus Kurikulum 2013 edisi revisi lebih ramping hanya 3 kolom yaitu

Kompetensi Dasar, materi pembelajaran, dan kegiatan pembelajaran yang

diatur dalam Rancangan Pelaksanaan Pembelajara (RPP). Dalam RPP

Kurikulum 2013 edisi revisi tidak perlu disebutkan nama metode pembelajaran

yang digunakan dan materi dibuat dalam bentuk lampiran. Penjelasan tentang

kurikulum 2013 edisi revisi tercantum dalam Permendikbud yang terdiri dari

Permendikbud Nomor 20 tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan

(25)

Dasar dan menengah, Permendikbud 22 tentang Standar Proses, Permendikbud

Nomor 23 tentang Standar Penilaian, Permendikbud Nomor 24 tentang

Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar pelajaran.

Guru memiliki peranan besar di dalam proses pembelajaran pada setiap

pergantian kurikulum. Perubahan kurikulum yang selalu terjadi mengakibatkan

guru mengalami kendala dalam penerapan kurikulum disetiap proses

pembelajaran. Perubahan kurikulum disebabkan karena seringnya pergantian

menteri yang membawa peraturan-peraturan baru sehingga membuat

konsentrasi guru tidak fokus dalam memahami kurikulum yang sebelumnya.

Kesulitan yang dialami guru-guru diduga karena kurang siapnya guru terhadap

kurikulum yang sering berubah-ubah sehingga membuat guru kurang mampu

dalam mengimplementasikan Permendikbud yang baru.

Fakor-faktor yang mempengaruhi kesiapan guru sendiri adalah kemauan

serta kemampuan dalam menerapkan kurikulum yang baru tersebut. Faktor

kemauan yang dimiliki guru untuk bisa menerapkan kurikulum yang baru dan

sering berubah-ubah seperti tingkat pendidikan, Pengalaman Pendidikan dan

Latihan (Diklat) yang diikuti, jenjang pangkat golongan yang dimiliki oleh

masing-masing guru yang sudah PNS serta keinginan guru dalam memperoleh

informasi yang pada zaman ini banyak diperoleh melalui internet. Selain itu

faktor kemampuan yang dimiliki oleh guru yakni pengalaman mengajar yang

sudah guru-guru jalani serta kemampuan guru sendiri dalam memanfaatkan

(26)

Dari pihak sekolah juga dapat memicu timbulnya faktor guru dalam

menerapkan kurikulum yang baru tersebut dengan memberikan beban tugas di

dalam kegiatan sekolah kepada guru seperti menjadi wakil kepala sekolah, wali

kelas serta kesibukan lain yang menyebabkan guru kurang mampu

mengoptimalkan waktu dalam upaya meningkatkan kemampuan

mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2106 tentang Standar

Proses. Selain itu ketersediaan sumber-sumber seperti kelengkapan bahan dan

alat yang membantu proses pembelajaran sehingga dapat membantu guru

memperoleh informasi dan menyampaikan ajaran atau materi pelajaran kepada

peserta didik.

Berdasarkan pernyataan di atas, hal inilah yang mendorong peneliti untuk

mengkaji dan meneliti mengenai beberapa faktor seperti pengalaman mengajar,

ketersediaan sumber belajar serta frekuensi mengakses internet yang mana guru

dapat menambah informasi yang didapat dengan mengakses sumber-sumber

informasi yang mampu membantu guru dalam kemampuan

mengimplementasikan proses pembelajaran. Ketiga faktor di atas merupakan

hal yang dibutuhkan dalam penerapan proses pembelajara. Dimana proses

pembelajaran merupakan elemen penting dalam mengimplementasikan suatu

kurikulum serta merupakan upaya untuk menempuh keberhasilan dalam

belajar. Oleh sebab itu, peneliti mengangkat tema: “Kemampuan

Mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar

(27)

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang yang dikemukakan di atas, peneliti mengidentifikasi

permasalahan yang diduga mempengaruhi kemampuan guru dalam

mengimplementasikan Permendikbud diantaranya: Perubahan Kurikulum 2013

ke Kurikulum 2013 edisi revisi perlu disosialisasikan. Kurangnya sosialisasi

kurikulum mengakibatkan guru kurang mampu dalam mengimplementasikan

Permendikbud yang baru. Selain itu, guru kurang memiliki keterampilan,

pengetahuan, serta kemampuan guru dalam memahami tugas-tugas yang di

emban dan dilaksanakan. Faktor lain yang diduga menyebabkan guru kurang

mampu dalam mengimplementasikan Permendikbud yang baru di antaranya:

(1) perbedaan pengalaman mengajar, (2) tingkat pendidikan guru, (3) pangkat

dan golongan yang dimiliki oleh guru, (4) lamanya pendidikan dan latihan

(diklat) yang guru ikuti, (5) kesibukan yang diemban oleh guru di dalam

kegiatan sekolah, (6) ketersediaan sumber belajar di sekolah (7) kemampuan

guru dalam bidang teknologi informasi serta (8) seringnya guru mengakses

internet untuk memperoleh informasi. Hal tersebut diduga menyebabkan guru

kurang mampu dalam meningkatkan kemampuan untuk mengimplementasikan

Permendikbud yang baru.

C. Batasan Masalah

Mengingat begitu luasnya ruang lingkup pada penelitian ini berdasarkan

(28)

Kemampuan guru mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22

Tahun 2016 tentang Standar Proses berdasarkan Kurikulum 2013 edisi revisi

ditinjau dari pengalaman mengajar, ketersediaan sumber belajar, dan frekuensi

mengakses internet. Responden penelitian terbatas pada guru-guru PNS SMK

Negeri di Kota Yogyakarta.

D. Rumusan Masalah 1. Masalah Umum

Apakah latar belakang guru mempengaruhi kemampuan

mengimplementasikan proses pembelajaran berdasarkan Permendikbud

Nomor 22 tahun 2016?

2. Masalah Khusus

a. Apakah pengalaman mengajar guru terdapat pengaruh positif terhadap

kemampuan mengimplementasikan standar proses pembelajaran

berdasarkan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016?

b. Apakah ketersediaan sumber belajar terdapat pengaruh positif terhadap

kemampuan mengimplementasikan standar proses pembelajaran

berdasarkan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 ?

c. Apakah frekuensi guru mengakses internet terdapat pengaruh positif

terhadap kemampuan mengimplementasikan standar proses

(29)

E. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan diatas, maka penelitian

ini bertujuan untuk mengetahui apakah:

Latar belakang guru mempengaruhi kemampuan mengimplementasikan

standar proses pembelajaran berdasarkan Permendikbud Nomor 22 Tahun

2016.

2. Tujuan Khusus

Untuk mengetahui apakah:

a. Pengalaman mengajar guru mempengaruhi kemampuan

mengimplementasikan standar proses pembelajaran berdasarkan

Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016.

b. Ketersediaan sumber belajar mempengaruhi kemampuan

mengimplementasikan standar proses pembelajaran berdasarkan

Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016.

c. Frekuensi guru mengakses internet mempengaruhi kemampuan

mengimplementasikan standar proses pembelajaran berdasarkan

Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016.

F. Manfaat Penelitian

1. Bagi Guru

Hasil penelitian dapat digunakan sebagai acuan beberapa faktor yang

(30)

Permendikbud yang senantiasa dinamis atau berubah secara terus menerus

mengikuti perubahan-perubahan menteri.

2. Bagi Sekolah

Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi

sekolah dalam membantu meningkatkan kemampuan guru dalam

mengimplementasikan Permendikbud yang secara terus menerus berubah.

Selain itu, hasil penelitian diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan

bagi sekolah dalam memfasilitasi penyedia sumber-sumber belajar yang

menunjang kemampuan guru, serta menyediakan sarana-sarana berbasis

internet yang memudahkan guru memperoleh informasi dalam upaya

peningkatan kemampuan guru dalam mengimplementasikan

Permendikbud.

3. Bagi Universitas Sanata Dharma

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan tambahan informasi

bagi peneliti selanjutnya serta dapat menambah kepustakaan yang berguna

bagi mahasiswa atau pihak lain yang membutuhkan

4. Bagi Instansi Pemerintah (DIKPORA Kota Yogyakarta)

Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk meningkatkan mutu dan

kualitas guru dalam upaya memudahkan guru dalam kemampuan

mengimplementasikan Permendikbud yang dapat sewaktu-waktu berubah

(31)

10

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

A. Kajian Pustaka

1. Kurikulum

a. Pengertian Kurikulum

Pengertian kurikulum berasal dari bahasa Latin curir yaitu pelari,

dan curere yang artinya tempat berlari. Secara etimologis adalah tempat

berlari. Kurikulum merupakan sesuatu jarak yang harus ditempuh oleh

pelari mulai dari garis awal sampai akhir. Dalam dunia pendidikan

pengertian kurikulum adalah sebagai rencana dan pengaturan tentang

sejumlah mata pelajaran yang harus dipelajari peserta didik dalam

menempuh pendidikan di lembaga pendidikan (Imas Kurniasih, 2014:

3).

Menurut Madjid (2014), kurikulum merupakan program

pendidikan yang disediakan oleh lembaga pendidikan (sekolah) bagi

siswa. Berdasarkan program pendidikan tersebut siswa melakukan

berbagai kegiatan belajar, sehingga mendorong perkembangan dan

pertumbuhannya sesuai dengan tujuan yang ditetapkannya (Madjid,

2014: 1).

Beberapa ahli yang memperkuat pandangan tentang kurikulum di

(32)

1. Menurut J. Galen Saylor dan William M. Alexander dalam buku

Curriculum Planning for Better Teaching and Learning

menjelaskan arti kurikulum sebagai berikut, “The Curriculum is the

sum total of school’s efforts to influence learning whether in the

classroom, on the playground, or out of school.”Jadi segala usaha

sekolah untuk mempengaruhi anak belajar, apakah dalam ruangan

kelas, di halaman sekolah atau di luar sekolah termasuk kurikulum.

Kurikulum meliputi juga apa yang disebut kegiatan ekstrakurikuler

(Hendyat dan Wasty, 1986: 13).

2. Menurut Harold B. Albertycs, dalam Reorganizing the High School

Curriculum memandang kurikulum sebagai, “all of the activities

that are provided for students by the school.” Sepertihalnya dengan

definisi Saylor dan Alexander, kurikulum tidak terbatas pada mata

pelajaran, akan tetapi juga meliputi kegiatan–kegiatan lain, di dalam

dan di luar kelas, yang berada di bawah tanggung jawab sekolah

(Nasution, 2006: 5).

3. Menurut B. Othanel Smith W. O. Stanley dan J. Harlan Shores

memandang kurikulum sebagai“a sequence of potential experiences

set up in the school for the purpose of disciplining children and

youth in group (Nasution, 2006: 5).

Berdasarkan dari pendapat-pendapat di atas senada dengan

pengertian kurikulum menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003

(33)

bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengetahuan

mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan

sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk

mencapai tujuan tertentu (Imas Kurniasih, 2014: 3).

Kurikulum secara garis besar mempunyai tiga konsep

(Sukmadinata, 2013: 27), yaitu: kurikulum sebagai substansi, kurikulum

sebagai sistem dan kurikulum sebagai bidang studi. Kurikulum sebagai

substansi adalah kurikulum dipandang sebagai rencana pendidikan di

sekolah atau sebagai suatu perangkat tujuan yang ingin dicapai. Suatu

kurikulum digambarkan sebagai dokumen tertulis yang berisi tentang

rumusan tujuan, bahan ajar, kegiatan belajar-mengajar, jadwal, dan

evaluasi yang telah disepakati dan disetujui bersama oleh para penyusun

kurikulum dan pemangku kebijaksanaan dengan masyarakat.

Kurikulum sebagai sistem adalah sistem kurikulum yang

merupakan bagian dari sistem sekolah, sistem pendidikan, dan sistem

masyarakat. Hasil dari sistem kurikulum adalah tersusunnya suatu

kurikulum. Kurikulum sebagai sistem mempunyai fungsi bagaimana

cara memelihara kurikulum agar tetap berjalan dinamis. Kurikulum

sebagai suatu bidang studi berfungsi sebagai suatu disiplin yang dikaji

di lembaga pendidikan seperti perguruan tinggi. Tujuan kurikulum

sebagai suatu bidang studi adalah untuk mengembangkan ilmu

(34)

Secara umum, kurikulum adalah sesuatu yang direncanakan

sebagai pegangan guna mencapai tujuan pendidikan. Dari uraian di atas

kurikulum disimpulkan sebagai sesuatu yang direncanakan sebagai

pedoman yang dapat memberikan pengaruh kepada anak untuk

mencapai tujuan persekolahannya.

b. Fungsi Kurikulum

Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional menjelaskan tentang definisi kurikulum yang telah diuraikan

sebelumnya. Berdasarkan definisi tersebut, terdapat empat fungsi

kurikulum (Reksoatmodjo, 2010: 4), yaitu:

1) Kurikulum sebagai rencana. Kegiatan sebagai rencana kegiatan

belajar mengajar dikembangkan berdasarkan suatu tujuan yang

ingin dicapai (Taba, 1962:11).

2) Kurikulum sebagai pengaturan. Pengaturan dalam kurikulum dapat

diartikan sebagai pengorganisasian materi pembelajaran pada arah

horizontal (ruang lingkup dan integrasi) dan vertikal (urutan dan

kontinuitas).

3) Kurikulum sebagai cara. Pengorganisasian kurikulum

mengisyaratkan penggunaan metode pembelajaran yang efektif

berdasarkan konteks pembelajaran. Pemilihan metode mengajar erat

hubungannya dengan sifat materi pelajaran atau pratikum dan

(35)

4) Kurikulum sebagai pedoman. Sebagai pedoman penyelenggaraan

kegiatan pembelajaran harus, kurikulum memiliki kejelasan tentang

gagasan-gagasan dan tujuan yang hendak dicapai melalui penerapan

kurikulum.

c. Pengembangan Kurikulum

Ada dua prinsip yang digunakan dalam pengembangan kurikulum

(Sukmadinata, 2013: 150) yaitu prinsip umum dan prinsip khusus.

Beberapa prinsip umum dalam pengembangan kurikulum adalah: (1)

prinsip relevansi, (2) prinsip fleksibilitas, (3) prinsip kontinuitas, (4)

prinsip praktis, dan (5) prinsip efektivitas. Sedangkan prinsip khusus

adalah: (1) prinsip berkenaan dengan tujuan pendidikan, (2) prinsip

berkenaan dengan pemilihan isi pendidikan, (3) prinsip berkenaan

dengan pemilihan proses belajar mengajar, (4) prinsip berkenaan

dengan pemilihan media dan alat pengajaran, serta (5) prinsip berkenaan

dengan pemilihan kegiatan penilaian.

d. Perkembangan Kurikulum di Indonesia

Kurikulum yang diterapkan di Indonesia sudah mengalami

beberapa pergantian atau pengembangan. Perubahan kurikulum

dikelompokan berdasarkan tiga kelompok kurikulum (Imas Kurniasih,

2014: 10) yaitu rencana pelajaran, kurikulum berbasis tujuan, dan

kurikulum berorientasi kompetensi.

(36)

Dari rentang waktu 1947-1968 telah terjadi beberapa

pergantian kurikulum, di antaranya adalah:

a) Kurikulum Tahun 1947 (Rencana Pembelajaran 1947)

Rencana pembelajaran 1947 merupakan pengganti sistem

pendidikan kolonial Belanda. Kurikulum ini memiliki tujuan

yang tidak hanya menekankan pada pendidikan pikiran, tetapi

yang diutamakan adalah pendidikan watak, kesadaran bernegara

dan bermasyarakat. Dalam kurikulum 1947 terdapat dua hal

pokok yaitu: (1) Daftar mata pelajaran dan jam pelajarannya, (2)

Garis–garis besar pengajaran. Rencana pembelajaran 1947 baru

dilaksanakan oleh sekolah-sekolah pada tahun 1950.

b) Kurikulum 1952 (Rencana Pembelajaran Terurai)

Pada tahun ini Menteri P dan K, yang dijabat oleh Mr.

Soewandi, melakukan usaha untuk mengubah sistem pendidikan

dan pengajaran. Kemudian, Menteri P dan K membentuk Panitia

Penyelidik Pengajaran dalam rangka mengubah sistem

pendidikan kolonial ke dalam sistem pendidikan nasional. Hasil

kerja panitia tersebut adalah terkait kurikulum rencana

pembelajaran pada setiap tingkat pendidikan harus

mempertahankan hal-hal sebagai berikut (Depdikbud

1979:108): (1) Pendidikan pikiran harus dikurangi, (2) Isi

(37)

watak, (4) Pendidikan jasmani, dan (5) Kewarganegaraan dan

masyarakat

Setelah Undang-Undang Pendidikan dan Pengajaran

Nomor 4 Tahun 1950 dikeluarkan, lahirlah beberapa hal penting:

(1) Kurikulum pendidikan rendah ditujukan untuk menyiapkan

anak memiliki dasar–dasar pengetahuan, kecakupan, dan

ketangkasan baik lahir maupun batin serta mengembangkan

bakat dan kesukaannya.

(2) Kurikulum pendidikan menengah ditujukan untuk

menyiapkan pelajar ke pendidikan tinggi serta mendidik

tenaga ahli dalam berbagai lapangan khusus sesuai dengan

bakat masing-masing dan kebutuhan masyarakat.

(3) Kurikulum pendidikan tinggi ditujukan untuk menyiapkan

pelajar agar dapat menjadi pimpinan dalam masyarakat, dan

dapat memelihara kemajuan ilmu, dan kemajuan hidup

kemasyarakatan.

c) Rencana Pembelajaran 1964

Rencana Pendidikan 1964 melahirkan kurikulum yang

menitikberatkan pada pengembangan daya cipta, rasa, karya dan

moral. Rencana pendidikan tersebut dikenal dengan istilah

Pancawardhana, karena terdiri dari lima kelompok bidang studi,

yaitu kelompok perkembangan moral, kecerdasan, emosional

(38)

pendidikan dasar lebih menekankan pada pengetahuan dan

kegiatan fungsional praktis, yang disesuaikan dengan

perkembangan anak.

d) Kurikulum 1968

Pada kurikulum ini lebih menitikberatkan pada

peningkatan mental-moral budi pekerti dan memperkuat

keyakinan beragama, mempertinggi kecerdasan dan

keterampilan, membina atau mengembangkan fisik yang kuat

dan sehat.

Kurikulum 1968 merupakan pembaharuan dari kurikulum

1964. Pembaharuan pada kurikulum 1968 mencakup pembinaan

jiwa pancasila, pengetahuan dasar dan kecakupan khusus.

Dilihat dari segi tujuan pendidikan, kurikulum 1968 bertujuan

bahwa pendidikan ditekankan pada upaya untuk membentuk

manusia Pancasila sejati, kuat dan sehat jasmani, mempertinggi

kecerdasan dan keterampilan jasmani, moral, budi pekerti, dan

keyakinan beragama. Kurikulum 1968 menekankan pendekatan

organisasi materi pelajaran: (1) Kelompok pembinaan pancasila,

(2) Pengetahuan dasar, dan (3) Kecakapan khusus (dengan total

jumlah pelajaranya sembilan).

e) Kurikulum Berorentasi Pancapaian Tujuan (1975-1994)

Dari rentang waktu 1975-1994 telah terjadi beberapa

(39)

(1) Kurikulum 1975

Pada kurikulum inilah untuk pertama kalinya terlihat

dengan jelas tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan tersebut

dijabarkan ke dalam tujuan-tujuan yang ingin dicapai

seperti tujuan intruksional umum, tujuan intruksional

khusus dan berbagai rincian lainnya sehingga jelas apa yang

akan dicapai melalui kurikulum tersebut.

Kurikulum 1975 dimaksudkan untuk mencapai tujuan

pendidikan sekolah yang secara umum mengharapkan

lulusannya: (a) Memiliki sifat-sifat dasar sebagai negara

yang baik, (b) Sehat jasmani, dan rohani, (c) Memiliki

pengetahuan, keterampilan dan sikap dasar, yang

diperlukan untuk melanjutkan pelajaran, (d) Bekerja di

masyarakat, (e) Mengembangkan didri sesuai asas

lingkungan hidup.

(2) Kurikulum 1984

Pada dasarnya materi pada kurikulum 1984 ini tidak

banyak berbeda dengan materi kurikulum 1975, yang

berbeda adalah organisasi pelaksanaannya saja, sehingga

dengan demikian kurikulum 1984 dapat dilaksanakan

dengan memanfaatkan bahan-bahan dan buku-buku yang

(40)

pembelajaran pada kurikulum sekolah dasar 1984 diarahkan

guna membentuk keterampilan murid.

Hal yang menonjol dalam pelaksanaan kurikulum ini

adalah adanya cara belajar siswa aktif (CBSA) dan sistem

spiral. Di sini siswa akan lebih dilibatkan dalam

pengembangan proses belajar mengajar. Meski sistem

instruksional masih tetap dipertahankan namun siswa diberi

kebebasan untuk mencapai tujuan tersebut. Selain itu, ada

pula sistem spiral yang setiap jenjang pendidikan mata

pelajaran akan berbeda dari segi kedalaman materi.

Semakin tinggi jenjang pendidikannya, maka materi yang

diberikan akan semakin dalam dan detail.

(3) Kurikulum 1994

Dengan lahirnya Undang-Undang Pokok Pendidikan

Nasional Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan

Nasional, kurikulum 1984 disempurnakan kembali lewat

kurikulum 1994. Pelaksanaan kurikulum 1994 dimulai pada

tahun 1994/1995 dan diterapkan pada kelas 1 dan 4 SD,

kelas 1 SMP, dan kelas 1 SMA . Dengan demikian, di dalam

jangka waktu 10 tahun seluruh Kurikulum 1994 telah

(41)

f) Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) 2004

Kurikulum 1994 digantikan oleh Kurikulum Berbasis

Kompetensi (KBK), seiring pergantian kekuasaan. Kurukulum

ini mengharapkan agar siswa yang mengikuti pendidkan di

sekolah memmilki kompetensi yang diinginkan karena

konsentrasi kompetensi adalah pada perpaduan antara

pengetahuan, keterampilan, nilai serta sikap yang ditunjukkan

dalam kebiasaan berpikir dan bertindak.

Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) mencakup

beberapa kompetensi dan seperangkat tujuan pembelajaran

yang harus dicapai siswa. Kegiatan pembelajaran diarahkan

untuk membantu siswa mengusai kompetensi-kompetensi agar

tujuan pembelajaran tercapai.

g) Kurikulum Tingkat Satuan Pendidkan (KTSP)

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidkan (KTSP) ini disusun

untuk menjalankan amanah yang tercantum dalam

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional

Pendidikan (Muslich 2009:1). Guru memiliki otoritas dalam

mengembangakan kurikulum secara bebas dengan

memperhatikan karakteristik siswa dan lingkungan di sekolah

(42)

h) Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 menekankan pengembangan kompetensi

pengetahuan, keterampilan, dan sikap peserta didik secara

seimbang.

Terdapat empat aspek yang menjadi fokus dalam rencana

implementasi dan keterlaksanaan Kurikulum 2013:

(1) Kompetensi guru dalam pemahaman substansi bahan ajar

yang menyangkut metodolgi pembelajaran yang nilainya

pada pelaksanaan uji kompetensi baru mencapai rata-rata

46,66.

(2) Kompetensi akademik dimana guru harus menguasai

metode penyampaian ilmu pengetahuan kepada siswa.

(3) Kompetensi sosial yang harus dimiliki guru agar tidak

bertindak asosial kepada siswa dan sederajat lainnya.

(4) Kompetensi manajerial atau kepemimpinan karena guru

sebagai seorang yang akan digugu dan ditiru siswa.

i) Kurikulum 2013 Edisi Revisi

Menurut Anbarini (2016), Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan telah melakukan perbaikan terhadap Kurikulum

2013. Setiap perbaikan dan pengembangan yang dilakukan

pemerintah terhadap kurikulum dari waktu ke waktu bertujuan

untuk menghasilkan generasi yang memiliki tiga kompetensi,

(43)

Beberapa perbaikan yang dilakukan oleh Kemmendikbud

di antaranya:

(1) Penataan Kompetensi Sikap Spiritual dan Sikap Sosial pada

Semua Pelajaran.

Sebelum adanya perbaikan kurikulum, guru setiap mata

pelajaran diberi beban formal untuk melakukan

pembelajaran dan penilaian terhadap kompetensi sikap

spiritual dan sikap sosial siswa. Guru mata pelajaran

Pendidikan Agama-Budi Pekerti dan mata pelajaran PPKn,

pembelajaran sikap spiritual dan sosial dilaksanakan

melalui pembelajaran langsung dan tidak langsung. Selain

kedua guru pengampu mata pelajaran Pendidikan

Agama-Budi Pekerti dan mata pelajaran PPKn, pembelajaran sikap

spiritual dan sosial dilaksanakan melalui pembelajaran

tidak langsung.

(2) Koherensi KI-KD dan penyelarasan dokumen.

Perbaikan dilakukan dengan memperbaiki dokumen

Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD), silabus,

serta buku teks pelajaran. Perbaikan tersebut berdasarkan

masukan-masukan yang diberikan masyarakat, seperti guru,

pegiat pendidikan, praktisi, pemerhati pendidikan, serta

(44)

(3) Pemberian Ruang Kreatif Kepada Guru dalam

Mengimplementasikan Kurikulum.

Pemberian ruang kreatif itu membuat guru memiliki

otonomi dalam proses pembelajaran sehingga mendorong

pembelajaran yang aktif. Perbaikan itu juga menekankan

bahwa pendekatan saintifik bukan satu-satunya pendekatan

dalam pembelajaran. Guru memiliki keleluasaan dalam

mengembangkan pengalaman belajarnya bagi peserta didik.

(4) Penataan Kompetensi yang Tidak Dibatasi oleh

Pemenggalan Taksonomi Proses Berpikir.

Kompetensi Dasar (KD) pada kurikulum 2013 yang telah

direvisi tidak dibatasi oleh tingkatan taksonomi pada

jenjang pendidikan dasar dan menengah supaya terlihat

bahwa dalam jenjang pendidikan tersebut siswa mampu

membangun kemampuan berpikir tinggi (High Orded

Thinking Skill) dengan berbagai kategori pengetahuan.

e. Implementasi Kurikulum 2013

1) Pengertian Implementasi

Menurut Arifin (2015), Implementasi berasal dari bahasa

Inggris yaitu to implement yang berarti mengimplementasikan.

Implementasi merupakan penyediaan sarana untuk melaksanakan

(45)

Pengertian implementasi juga dikemukakan oleh beberapa ahli,

yaitu:

a) Menurut Cleaves (oleh Wahab 2008;187), secara tegas

menyebutkan bahwa implementasi itu mencakup proses

bergerak menuju tujuan kebijakan dengan cara langkah

administratif dan politik.

b) Menurut Van Meter dan Van Horn (dalam Wahab, 2008: 65)

Implementasi adalah tindakan-tindakan yang dilakukan baik

oleh individu-individu/pejabat-pejabat atau

kelompok-kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan pada

tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam

keputusan kebijakan.

Secara umum, implementasi adalah suatu yang dijalankan

berdasarkan kebijakan untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

2) Implementasi Standar Proses Pembelajaran

Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 mengatur tentang

Standar Proses pada Kurikulum 2013 edisi revisi. Standar Proses

Pendidikan Dasar dan Menengah, selanjutnya disebut Standar Proses

Pembelajaran, merupakan kriteria mengenai pelaksanaan

pembelajaran pada satuan pendidikan dasar dan satuan pendidikan

dasar menengah untuk mencapai kompetensi lulusan.

Peraturan ini menjelaskan bahwa proses Pembelajaran pada

(46)

menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk

berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi

prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat,

dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Untuk itu,

setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan pembelajaran,

pelaksanaan proses pembelajaran, pengelolaan kelas dan

laboratorium, penilaian proses dan hasil pembelajaran, serta

pengawasan proses pembelajaran dalam upaya meningkatkan

efisiensi dan efektivitas ketercapaian kompetensi lulusan.

Sebelum Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses

Pembelajaran ini diberlakukan, standar proses pendidikan di

Indonesia menganut sistematika yang dijelaskan pada Peraturan

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 65

Tahun 2013 tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar

dan Menengah. Namun pada saat Peraturan Menteri ini mulai

berlaku, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 65 Tahun

2013 tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan

Menengah, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku hal ini dijelaskan

dalam Pasal 2 Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses

(47)

Seiring dengan diberlakukannya Permendikbud Nomor 22 Tahun

2016 tentang Standar Proses, faktor-faktor yang diduga mempengaruhi

kemampuan guru dalam mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22

tahun 2016 tentang Standar Proses antara lain: (1) Pengalaman Mengajar

Guru, (2) Ketersediaan Sumber Belajar Guru, dan (3) Frekuensi

Mengakses Internet.

2. Pengalaman Mengajar Guru

Pengalaman adalah sesuatu yang sudah dialami dalam kurun waktu

yang lama. Menurut Achmad Sugandi (Achmad Sugandi, 2004: 7),

mengajar adalah seperangkat peristiwa (events) yang mempengaruhi siswa

belajar sedemikian rupa sehingga siswa belajar itu memperoleh kemudahan.

Ketika guru memasuki dunia kerja ia pasti akan dihadapkan pada berbagai

keadaan, baik yang mendukung ataupun yang dihadapi oleh guru tersebut.

Tentunya akan mendorong guru untuk mencari jalan keluar

penyelesaiannya. Beberapa definisi mengajar (Nasution,1982: 8) :

a. Mengajar adalah menanamkan pengetahuan pada anak

Pada definisi a, tujuan mengajar ialah penguasaan pengetahuan oleh

anak. Anak dianggap pasif. Pengajaran bersifat teacher-centered, dan

gurulah yang memegang peranan utama. Sering ilmu pengetahuan

kebanyakan diambil dari buku pelajaran yang tidak dihubungkan

dengan realitas dalam kehidupan sehari-hari.

(48)

Definisi b hampir bersamaan dengan a. Dalam hal ini,anak-anak

diharapkan mampu mengenal kebudayaan dari berbagai dunia dengan

baik. Tetapi ada pula yang mengharapkan agar anak-anak tidak hanya

menguasai kebudayaan yang ada, tetapi agar mereka juga turut

membantu memperkaya kebudayaan itu dengan menciptakan

kebudayaan baru menurut zaman yang senantiasa berubah itu.

c. Mengajar adalah suatu aktivitas mengorganisasi atau mengatur

lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan anak

sehingga terjadi proses belajar

Pada definisi c, mengajar itu suatu usaha dari pihak guru, yakni

mengatur lingkungan, sehingga terbentuklah suasana yang

sebaik-baiknya bagi anak untuk belajar. Yang belajar adalah anak itu sendiri

berkat kegiatannya sendiri. Guru membimbing anak dalam belajar

dengan memanfaatkan lingkungan (termasuk dirinya), buku-buku,

alat-alat peraga, lingkungan, sumber lain dan sebagainya. Berdasarkan

definisi ini, pelajaran lebih bersifat pupil-centered, dan guru berperan

sebagai“ manager of learning”.

Kalau kita menerima definisi c, maka kita peroleh beberapa kesimpulan:

1) Mengajar berarti membimbing aktivitas anak. Tugas guru adalah

mengatur lingkungan serta membimbing aktivitas anak. Dalam

mengajar, guru senantiasa harus bertanya kepada dirinya, aktivitas

apakah yang dapat diberikan kepada anak, dan apakah yang dapat

(49)

hanya dari mendengarkan guru saja, tetapi juga berasal aktivitas lain

yang mampu menambah keefektifan pembelajaran di kelas.

2) Mengajar berarti membimbing pengalaman anak. Pengalaman adalah

interaksi dengan lingkungan. Dalam interaksi itulah anak itu belajar.

Berdasarkan pengalaman yang diperoleh anak, anak-anak memperoleh

pengertian-pengertian, sikap, penghargaan, kebiasaan, kecakapan dan

lain-lain. Lingkungan itu jauh lebih luas dari pada hanya buku dan

kata-kata guru saja. Seluruh lingkungan, alam sekitar, manusia,

jabatan-jabatan, gedung-gedung, lembaga-lembaga, binatang-binatang,

tanaman-tanaman, perusahaan dan sebagainya, merupakan sumber

pengalaman bagi anak-anak. Pelajaran hendaknya dihubungkan dengan

kehidupan anak dalam lingkungannya.

3) Mengajar berarti membantu anak berkembang dan menyesuaikan diri

kepada lingkungan. Apa yang diajarkan hendaknya jangan semata-mata

ditujukan kepada ujian tetapi juga digunakan untuk menambah

pengetahuan. Anak-anak belajar agar bakatnya berkembang. Pelajaran

sekolah hendaknya dapat berguna bagi siswa dalam: (1) mengatasi

masalah-masalah dalam kehidupannya, (2) mendidik anak

menyesuaikan diri dengan lingkungannya, termasuk lingkungan

sosialnya, dan (3) belajar berpikir, merasa dan berbuat sesuai dengan

norma-norma lingkungannya.

Menurut Suyatno (Suyatno, 2008: 111) pengalaman mengajar yaitu

(50)

dengan surat tugas dari lembaga yang berwenang (dapat dari pemerintah,

dan/atau kelompok manyarakat penyelenggara pendidikan). Bukti fisik dari

komponen ini dapat berupa surat tugas keputusan/surat keterangan yang sah

dari lembaga yang berwenang. Lebih lanjut Suyatno (Suyatno, 2008: 11),

masa kerja atau pengalaman mengajar dihitung sejak yang bersangkutan

bekerja sebagai guru baik sebagai PNS maupun non PNS. Baik guru PNS

maupun non PNS perlu ada bukti fisik yang menyatakan bahwa yang

bersangkutan mengajar pada sekolah tersebut. Menurut Widoyoko (dalam

Muhammad Rakib dkk 2016) pengalaman mengajar pada hakikatnya

merupakan rangkuman dari pemahaman seseorang terhadap hal-hal yang

dialami selama proses mengajar. Hal-hal yang dikuasai meliputi

pengetahuan, keterampilan maupun nilai-nilai yang menyatu pada aspek

pengajaran.

Di dalam menekuni bidangnya, semakin lama guru dalam masa

kerjanya maka guru semakin memiliki banyak pengalaman serta wawasan.

Dengan pengalaman yang dimiliki oleh guru dalam mengajar, guru

memiliki banyak wawasan dapat digunakan guru untuk menyiapkan

pelaksanaan pembelajaran seperti yang diatur dalam setiap Permendikbud

tentang proses pembelajaran.

Dengan wawasan dan pengalaman yang dimiliki, guru akan

membantu dirinya sendiri untuk lebih memahami implementasi

Permendikbud yang baru karena kurikulum yang saat ini sering berganti.

(51)

yang di dalamnya mencakup perencanaan pembelajaran, pelaksanaan

proses pembelajaran serta penilaian proses pembelajaran.

Berdasarkan uraian diatas, pengalaman mengajar guru dapat

mempengaruhi kemampuan guru dalam mengimplementasikan

Permendikbud, semakin lama pengalaman mengajar semakin tinggi

kemampuan guru untuk mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22

Tahun 2016 tentang Standar Proses. Sebaliknya, semakin sedikit

pengalaman mengajar semakin rendah kemampuan guru untuk

mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang

Standar Proses.

3. Ketersediaan Sumber Belajar

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar

Nasional Pendidikan Pasal 42 ayat 1 menyatakan bahwa setiap satuan

pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi perabot, peralatan

pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, bahan

habis pakai, serta perlengkapan lain yang diperlukan untuk menunjang

proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan (Musfah, 2011: 101).

Hal tersebut merupakan penunjang kegiatan belajar mengajar. Tanpa sarana

dan prasarana, proses pembelajaran di dalam kelas tidak akan berjalan

dengan lancar.

Sarana dan prasarana pendidikan merupakan sumber belajar bagi

komunitas, sekolah, khususnya guru dan murid. Menurut Mulyasa sumber

(52)

dapat memberikan kemudahan belajar, sehingga diperoleh sejumlah

informasi, pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan yang diperlukan.

Sarana dan prasarana yang memadai akan sangat membantu pengembangan

kompetensi dan profesionalisme guru, karena guru bisa belajar pada waktu

senggangnya di tempat yang sangat dekat dengan atau di lingkungan tempat

ia bekerja (Musfah, 2011: 101).

AECT (Sitepu, 2014: 19) mendefinisikan sumber belajar adalah

segala sesuatu yang digunakan oleh siswa dalam belajar baik secara terpisah

maupun secara terkombinasi untuk mempermudah siswa dalam mencapai

tujuan belajarnya. Sumber belajar menurut AECT dibedakan menjadi 6

(enam) jenis yaitu; pesan, orang, bahan, alat, teknik dan latar (Warsita,

2008: 209).

a. Pesan (message) adalah informasi yang akan disampaikan oleh

komponen lain dalam bentuk ide, ajaran, fakta, makna, nilai dan data.

Contoh; isi bidang studi yang dicantumkan dalam kurikulum pendidikan

formal, dan non formal maupun dalam pendidikan informal.

b. Orang adalah orang-orang yang bertindak sebagai penyimpan dan atau

penyalur pesan. Contoh; guru, dosen, guru pembimbing, guru Pembina,

tutor, siswa, pemain, pembicara, instruktur dan panatar.

c. Bahan adalah Barang-barang (lazim disebut media atau perangkat

lunak/software) yang biasanya berisi pesan untuk disampaikan dengan

menggunakan peralatan. Kadang-kadang bahan itu sendiri sudah

(53)

pengajaran terprogram transparansi, film, video tapel, pita audio (kaset

audio), filmstrip, microfiche, dan sebagainya.

d. Alat adalah barang-barang (lazim disebut perangkat keras/hardware)

digunakan untuk menyampaikan pesan yang terdapat dalam

bahan.Contoh; proyektor slide, proyektor filmstrip, proyektor overhead

(OHP), monitor televisi, monitor computer, kaset rekorder, pesawat

radio, dan lain-lain.

e. Sumber belajar selanjutnya adalah teknik. Dalam hal ini teknik diartikan

sebagai prosedur atau langkah-langkah tertentu dalam menggunakan

bahan, alat, tata tempat dan orang untuk menyampaikan pesan. Contoh;

Simulasi, diskusi, ceramah, pemecahan masalah, tanya jawab dan

sebagainya.

f. latar merupakan lingkungan dimana pesan diterima oleh siswa. Contoh;

Lingkungan fisik: gedung sekolah, perpustakaan, pusat sarana belajar,

studio, museum, taman, peninggalan sejarah; lingkungan non fisik:

penerangan, sirkulasi udara.

Sumber belajar yang tersedia membantu guru untuk menggunakan

waktu secara lebih baik dalam proses pembelajaran dan membantu guru

menambah informasi yang akurat dan. Selain itu, sumber belajar juga dapat

membantu guru untuk mencapai kompetensi lulusan. Guru yang dilengkapi

dengan sumber belajar yang memadai akan sangat membantu siswa dalam

proses pembelajaran maupun menggali informasi. Sumber belajar mampu

(54)

Berdasarkan uraian diatas, sumber belajar yang semakin baik dapat

mempengaruhi guru dalam profesionalitas yang dapat membantu dalam

kemampuan mengimplementasikan Permendikbud. Semakin tinggi tingkat

ketersediaan sumber belajar semakin tinggi kemampuan guru

mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang

Standar Proses. Sebaliknya semakin rendah tingkat ketersediaan sumber

belajar, semakin rendah kemampuan guru mengimplementasikan

Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses.

4. Frekuensi Mengakses Internet

Frekuensi (KBBI, 1990) diartikan sebagai kekerapan. Selain itu

frekuensi juga berarti jumlah munculnya suatu kata atau bahasa dalam suatu

teks. Masih banyak arti frekuensi yang diungkapkan oleh KBBI, namun

secara umumnya frekuensi dipahami sebagai kekerapan munculnya suatu

hal dalam batasan tertentu. Kata akses memiliki dua arti (Belani, 2011):

1) Pencapaian berkas pada disket untuk penulisan untuk atau pembacaan

data.

2) Jalan masuk terusan

Mengakses adalah jalan untuk mencapai atau memasuki suatu berkas.

Informasi dalam kamus besar bahasa Indonesia berarti penerangan,

keterangan, pemberitahuan, kabar dan berita tentang sesuatu. Akses adalah

kemampuan untuk mendapatkan manfaat dari sesuatu atau hak untuk

memperoleh sesuatu kekuasaan (Ribot dan Peluso: 2003) Kata akses

(55)

Inggris yaitu access yang berarti jalan masuk. Akses menurut KBBI berarti

jalan atau izin masuk dari suatu tempat/wilayah baik yang dapat dilihat

dengan mata ataupun tidak dimana kita dapat berhubungan dengan sumber

daya yang ada di wilayah tersebut sesuai dengan izin yang dimiliki.

Internet berasal dari kata interconection networking yang mempunyai

arti hubungan komputer dengan berbagai tipe yang membentuk sistem

jaringan yang mencakup seluruh dunia (jaringan komputer global) dengan

melalui jalur telekomunikasi seperti telepon, radio link, satelit dan lainnya.

Adanya internet mempermudah dalam mengakses informasi dari berbagai

belahan dunia. Adapun manfaat yang didapat dari internet (Hernandono,

1998: 188) sebagai berikut:

1) Mendapatkan informasi untuk kehidupan pribadi, seperti informasi

kesehatan, rekreasi, hobi, pengembangan pribadi, rohani dan social.

2) Mendapatkan informasi untuk kehidupan professional/pekerjaan,

seperti sains, teknologi, perdagangan, saham, komoditas, berita bisnis,

asosiasi bisnis, dan berbagai forum komunikasi.

3) Sebagai sarana untuk kerjasama antar pribadi atau kelompok tanpa

mengenal batas jarak dan waktu, batas negara, ras, kelas ekonomi,

ideologi, atau faktor lain yang biasanya dapat menghambat pertukaran

pikiran.

4) Sebagai sarana bisnis, termasuk iklan dan publikasi secara online,

(56)

jauh, jenis layanan baru untuk pelanggan, jasa surat elektronik dan

bulletin board.

5) Sebagai media komunikasi, termasuk untuk mengikuti perkembangan

teknologi, menjembatani lembaga pemerintah, universitas, sekolah,

laboratorium dan penelitian.

6) Sebagai penunjang pendidikan jarak jauh.

7) Sebagai sarana hiburan dan hobi.

8) Dapat menekan baiya administrasi pengiriman pesan, fax, gambar dan

biaya cetak (keuntungan tidak langsung)

9) Dapat memperluas wawasan masyarakat.

10) Globalisasi informasi

11) Sumber data tersedia

12) Merupakan sarana diskusi global bagi para professional, peneliti,

pelajar, mahasiswa, dan masyarakat umum.

Mengakses informasi melalui internet berarti jalan atau cara untuk

mencapai suatu berita atau informasi melalui suatu sistem jaringan

komputer (internet). Jadi, frekuensi mengakses internet yaitu seringnya guru

dalam mendapatkan manfaat dan informasi dari penggunaan jaringan

internet.

Keberadaan internet dan segala fasilitas yang ada dapat memberikan

pengetahuan baru ataupun menelusuri berbagai peraturan baru mengenai

perubahan-perubahan kurikulum. Di era digitalini, banyak informasi bisa

(57)

dipublikasikan melalui jaringan intenet. Semakin sering kita mengakses

internet maka semakin banyak informasi yang bisa kita dapatkan.

Begitu juga halnya dengan guru. Guru bisa memperoleh lebih banyak

informasi dengan mengakses jaringan internet terhadap hal-hal baru yang

sekarang banyak dipublikasikan di dalamnya. Selain itu terdapat juga

penjelasan-penjelasan mengenai ulasan peraturan yang baru yang bisa kita

dapatkan karena banyak guru-guru lain yang bertukar pikiran terhadap

perubahan kurikulum dan peraturan menteri terbaru yang dipublikasikan

melalui internet. Sehingga guru dapat mempelajari peraturan baru tersebut

dengan mudah dengan mengakses informasi-informasi dari jaringan di

internet.

Berdasarkan uraian diatas, frekuensi mengakses internet bermanfaat

bagi guru dalam memperoleh informasi tentang perubahan kurikulum dan

cara mengimplementasikan Permendikbud tersebut. Semakin sering guru

mengakses internet, maka semakin banyak informasi yang diperoleh

sehingga semakin tinggi kemampuan guru dalam mengimplementasikan

Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses. Semakin

jarang guru dalam mengakses internet, maka semakin sedikit informasi

yang diperoleh sehingga semakin rendah kemampuan guru dalam

mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang

(58)

B. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Beberapa hasil penelitian yang relevan sebelumnya yang berkaitan

dengan penelitian ini sebagai berikut:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Rakib dkk (2016). Penelitian

ini bertujuan menelaah kausalitas antar variabel untuk menjelaskan suatu

fenomena tertentu dan membuktikan hubungan atau pengaruh antar

variabel. Teknik pengambilan sampel menggunakan probability sampling.

Teknik pengumpulan data dengan menggunakan angket dan wawancara.

Teknik analisis data yang digunakan adalah menggunakan analisis statistik

deskriptif dan inferensial dengan menggunakan regresi linier. Hasil analisis

deskriptif persentase menunjukkan bahwa pengalaman mengajar guru

termasuk dalam kategori baik dilihat dari masa kerja guru, keterampilan

mengajar dan penguasaan terhadap pekerjaan. Namun demikian, hipotesis

yang menyatakan ada pengaruh secara signifikan pengalaman mengajar

terhadap profesionalitas guru IPS Terpadu yang memiliki latar belakang

pendidikkan dalam bidang pendidikan ekonomi di Kabupaten Toraja Utara

diterima. Hal ini didukung dari hasil analisis Regresi yang menunjuk nilai

thitung untuk variable pengalaman mengajar sebesar 7,254 dengan nilai p

(Sig.) sebesar 0,000. Karena nilai p yang diperoleh < 0,05 maka H0ditolak.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Yama (2015). Penelitian ini menggunakan

penelitian kuantitatif. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan

angket atau kuesioner. Teknik analisis data yang digunakan adalah

(59)

menggunakan regresi linier. Namun demikian, hipotesis yang menyatakan

adanya pengaruh terhadap Pelatihan Guru, Kompetensi Guru dan

Pemanfaatan Sarana Prasarana terhadap Kesiapan Guru Prodi Bisnis

Manajemen dalam Implementasi Kurikulum 2013 SMK N 1 Purbalingga

Tahun Ajaran 2014/2015 diterima.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Arief Sadjiarto (2015). Penelitian ini

menggunakan penelitian deskriptif. Teknik pengumpulan data dengan

menggunakan kuesioner. Teknik analisis data yang digunakan adalah

menggunakan analisis Chocran Q-Test. Namun demikian, hipotesis yang

menyatakan adanya pemanfaatan internet bagi guru Akuntansi SMK-BM di

Salatiga sebagai sumber belajar diterima. Hal ini didukung dari hasil

analisis nilai Qhitungadalah 11.582 berada pada signifikansi > 0.05.

C. Kerangka Berpikir

Berdasarkan tinjauan teoritik dan kajian penelitian di atas dapat dijelaskan

mengenai objek permasalahan yang diteliti dalam penelitian ini.

1. Pengaruh Pengalaman Mengajar terhadap Kemampuan

Mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang

Standar Proses.

Pengalaman adalah sesuatu yang sudah dialami dalam kurun waktu yang

lama. Mengajar adalah seperangkat peristiwa (events) yang mempengaruhi

siswa belajar sedemikian rupa sehingga siswa belajar itu memperoleh

(60)

memiliki wawasan sehingga guru dapat dengan mudah

mengimplementasikan peraturan menteri yang baru. Pengalaman mengajar

guru juga mempengaruhi proses pembelajaran di kelas. Semakin lama guru

memiliki pengalaman mengajar akan semakin mampu dalam

mengimplementasikan peraturan menteri yang baru karena memiliki

wawasan yang lebih banyak tentang perencanaan pembelajaran yang

membuat guru semakin mudah untuk menimplementasikan. Sedangkan guru

yang memiliki pengalaman yang lebih sedikit kurang mampu untuk

mengimplementasikan peraturan menteri yang baru mengenai proses

pembelajaran karena wawasan yang dimiliki belum cukup banyak seperti

guru yang memiliki pengalaman yang lebih lama. Dengan demikian, ada

dugaan bahwa semakin lama pengalaman mengajar guru maka semakin

tinggi kemampuan guru untuk mengimplementasikan Permendikbud

Gambar

Tabel 4.14. Hasil Analisis Chi-Square Pengaruh Pengalaman Mengajar terhadap
Tabel 4.19. Tabel Kontinjensi dan Frekuensi Harapan Pengaruh Frekuensi
Tabel 3.1Tempat Penelitian SMK Negeri di Kota Yogyakarta
Tabel 3.2Data Populasi Guru SMK Negeri dan SMA Negeri Yogyakarta
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kawasan Timur Tengah selalu menarik perhatian masyarakat Indonesia, salah satu faktornya adalah kedekatan emosional antara Indonesia dengan negara-negara di kawasan Timur

Semua ini semata-mata untuk mengembalikan optimalitas dan kinerja tubuh dalam menghadapi rutinitas tersebut, sehingga tidak rentan untuk jatuh sakit..Oleh karena itu, penulis

[r]

Jenis polifenol dominan pada wine yang ditambah delima adalah galloyl-hexoxide, asam ferulat, asam klorogenat, asam galat, asam kafeat, katekin, epikatekin,

Apa saja yang mempengaruhi dalam Pengembangan strategi program Bioskop Indonesia tersebut. “Dalam setiap episode itu, kita punya cerita yang

Pengadaan Perencanaan Teknis Pembangunan Turap Pulau Emas , dengan ini diberitahukan pada Saudara kiranya dapat mengikuti pembuktian kualifikasi terhadap dokumen yang

Seluruh wanita usia subur ( wanita usia subur adalah wanita berstatus kawin dan berusia 15-49 tahun, wanita berstatus kawin yang berusia kurang dari 15 tahun

Masih barunya Timor Leste sebagai negara yang merdeka menyebabkan Timor Leste belum memiliki hubungan yang baik dengan negara-negara tetangga maupun negara-negara yang