PENGARUH PENGALAMAN MENGAJAR GURU,
KETERSEDIAAN SUMBER BELAJAR, DAN FREKUENSI
MENGAKSES INTERNET TERHADAP KEMAMPUAN
MENGIMPLEMENTASIKAN PERMENDIKBUD
NOMOR 22 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR
PROSES PADA GURU DI SMK NEGERI
SE-KOTA YOGYAKARTA
TAHUN 2017
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi
Oleh:
Lusia Eka Kurnianingtyas NIM: 131334027
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
TERHADAP KEMAMPUAN MENGIMPLEMENTASIKAN
PERMENDIKBUD
NOMOR 22 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR
PROSES PADA GURU DI SMK NEGERI
SE-KOTA YOGYAKARTA
TAHUN 2017
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi
Oleh:
Lusia Eka Kurnianingtyas NIM: 131334027
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
MENGA
KSE
S
INTE
RNET TERHADAP KEMAMPUAN
MEN
GIM
P
LEl\rl
ENTASIKAN PERMENDIKBUD NOM
OR
22
Ti
..
H
U
N 2016 TENTANG STANDAR P
ROS
E
S PA
D
A
GU
R
U DI SMK NEGERI
SE
-
K
OTA YOGYAKARTA
TAHUN2017
SKRlPSI
PENG
A
R
U
H P
E
NGALAMAN l\tlENGAJAR GUR
KETERSE
D
lAA
N
SU
MBER BELAJAR, DAN F
'
REKUENSI
MENGA
K
SE
S
I
N
T
ERNET
TERHADAP KEl\t!Al\1PlJAN
'
J.\,lEN
G
I
MP
LEM
ENTASIKAN PERl'\1ENDIKBUD NOM
O
R
22
T
A
HUN
2016 TENTANG
STANDARP
R
OSES PADA
GURU DI SMK NEGERI
SE-KOTA YOGYAKARTA
Ketua
Sekretaris
Anggota
Anggota Dr. Sebastian us Widanarto .P.,S. Pel., M. Si.
v
PERSEMBAHAN
Perjuangan dan semangat untuk mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan melibatkan orang-orang yang terkasih.
Skripsi ini kupersembahkan untuk:
Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria Kedua Orang Tuaku
Ibu dan Pakpohku di Surga Keluarga, Sahabat, Teman
vi
MOTTO
Tuhan tak kan terlambat! Juga tak akan lebih cepat
Semuanya
Dia jadikan indah tepat pada waktuNya
vii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana selayaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 15 Juni 2017
Penulis
viii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Lusia Eka Kurnianingtyas
Nomor Mahasiswa : 131334027
Dengan pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Santa Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
PENGARUH PENGALAMAN MENGAJAR GURU, KETERSEDIAAN SUMBER BELAJAR, DAN FREKUENSI MENGAKSES INTERNET
TERHADAP KEMAMPUAN MENGIMPLEMENTASIKAN PERMENDIKBUD NOMOR 22 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR PROSES PADA GURU DI SMK NEGERI SE-KOTA YOGYAKARTA
TAHUN 2017
Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan memplubikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal: 15 Juni 2017
Yang menyatakan
ix
ABSTRAK
PENGARUH PENGALAMAN MENGAJAR GURU, KETERSEDIAAN SUMBER BELAJAR, DAN FREKUENSI MENGAKSES INTERNET
TERHADAP KEMAMPUAN MENGIMPLEMENTASIKAN PERMENDIKBUD NOMOR 22 TAHUN 2016 TENTANG
STANDAR PROSES PADA GURU DI SMK NEGERI SE-KOTA YOGYAKARTA
2017
Lusia Eka Kurnianingtyas Universitas Sanata Dharma
2017
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah: (1) ada pengaruhpositif pengalaman mengajar guru terhadap kemampuan mengimplementasikan standar proses pembelajaran berdasarkan Permendikbud Nomor 22 tahun 2016; (2) ada pengaruh positif ketersediaan sumber belajar terhadap kemampuan mengimplementasikan standar proses pembelajaran berdasarkan Permendikbud Nomor 22 tahun 2016; (3) ada pengaruhpositiffrekuensi guru mengakses internet guru terhadap kemampuan mengimplementasikan standar proses pembelajaran berdasarkan Permendikbud no 22 tahun 2016
Jenis penelitian ini adalah penelitian ex-post facto yang dilaksanakan pada bulan Januari – Maret 2017. Populasi penelitian ini adalah guru PNS SMK Negeri se-Kota Yogyakarta dengan jumlah 876 guru. Sampel sebanyak 206 guru diambil dengan teknik proportional random sampling. Data dikumpulkan dengan teknik kuesioner dan dianalisis dengan teknik Chi–Square.
x
ABSTRACT
THE IMPACTS OF TEACHING EXPERIENCE OF TEACHERS, AVAILIBILITY OF LEARNING RESOURCES AND FREQUENCY
OF INTERNET ACCESSMENT TOWARDS THE ABILITY IN IMPLEMENTING THE DEGREE OF EDUCATION MINISTER
NUMBER 22, 2016 ABOUT STANDARD PROCCESSES OF TEACHERS IN STATE VOCATIONAL SCHOOL IN
YOGYAKARTA 2017
Lusia Eka Kurnianingtyas Sanata Dharma University
2017
This study aims to find out whether: (1) there is a positive impact on teaching experience towards teachers’ ability in implementingThe Degree of Education Minister Number 22, 2016 about standard proccesses; (2) there is a positive impact on the availibility of learning resource towardsteachers’ ability in implementing The Degree of Education Minister Number 22, 2016 about standard proccesses; (3) there is a positive impact on frequencies of internet accessment towards teachers’ ability in implementing The Degree of Education Minister Number 22, 2016 about standard proccesses.
This research is an ex-post facto research, it was conducted for January to March 2017. The populations were 876 civil servant teachers in State Vocational High School in Yogyakarta. The samples were 206 teachers, taken by proportional random sampling technique. Data were collected by using questionnaires and analyzed by Chi - Square.
The results show that: (1) there is a positive impact on teaching experience towards teachers’ ability in implementing The Degree of Education Minister Number 22, 2016 about standard proccesses (x2 count amounted 12.039
(df) = 4 with Asymp. Sig by 0,017); (2) there is a positive impact on availibility of learning resource towards teachers ability in implementing The Degree of Education Minister Number 22, 2016 about standard proccesses (x2 count
xi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kasih, yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan
skripsi ini tepat pada waktunya. Skripsi ini ditulis dan diajukan untuk memenuhi
salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan
Ekonomi BKK Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Sanata Dharma.
Penulis menyadari bahwa proses penyusunan ini mendapatkan masukan, kritik dan
saran dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta;
2. Bapak Ignatius Bondan Suratno, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Jurusan
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial dan Ketua ProgramStudi Pendidikan
Ekonomi BKK Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta;
3. Bapak Drs. FX. Muhadi, M. Pd. selaku dosen pembimbing yang telah
membimbing dan mengarahkan penulis dengan sabar, memberikan saran
dan masukan demi kesempurnaan penyelesaian skripsi ini;
4. Untuk semua dosen dan karyawan Program Studi Pendidikan Ekonomi
BKK Pendidikan Akuntansi, terimakasih untuk ilmu dan pengetahuan serta
xii
5. Staf sekretariat Program Studi Pendidikan Ekonomi BKK Pendidikan
Akuntansi yang dengan sabar membantu saya dalam urusan administrasi
kemahasiswaan;
6. Untuk kedua orangtuaku Bapak Sumardi dan Mama Maria Cici yang selalu
memberikan doa, kasih sayang, nasihat, semangat dan dukungan secara
moral maupun materiil dalam menyelesaikan studi ini;
7. Untuk Ibuku Theresia Dwi Ananingsih dan Pakpoh Stefanus Suradi yang
sudah beristirahat kekal di surga atas doanya walaupun masih belum sempat
melihatku menyelesaikan studi ini;
8. Kedua Adikku Robertus Krisna Adi P. dan Rosa Widyaningtyas semoga
kalian bisa segera membanggakan bapak, ibu dan seluruh keluarga besar;
9. Keluarga besar Suradi, Bupoh, Bude Sri, Mbak Santi, Mas Arky, Mas Arry,
Jen dan keluarga besar Marto Suwarno, Pakde dan Bude Jono, Om Sarno,
Mbak Tya dan seluruh keluarga yang tidak bisa disebutkan satu persatu
terima kasih atas kasih sayang kalian yang membuatku tetap bertahan dalam
perkara hidup ini;
10. Lampung Squad, Nurma, Putri, Robby, Lihul, April, Aynun, Bagus, Imam,
Ijul dan yang tidak bisa disebutkan satu per satu terimakasih karena kalian
sudah menemani dari masa berlebihanku hingga masa depanku kelak;
11. Sapi Family, Melati, Fanny, Linda, Wahyu dan Leo yang telah membuat
warna dalam dunia perkuliahankku, masa perubahan dan masa depanku
kelak serta kos gang mawar cihuy, Shinta, Mbak Lilis, Fanny, Oca dan
xiii
Mami Rita dan Ijul yang senantiasa memberi masukan dan arahan dalam
kehidupan;
12. Thai Vocational School dan Meong Skripsi atas semangat dan kebersamaan
dalam penyusunan skripsi supaya bisa lulus bersama-sama dan menjadi
sukses;
13. Teman-teman Pendidikan Akuntansi 2013 atas kebersamaan yang sudah
kita lewati bersama;
14. Dan untuk semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang
telah membantu menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak
kekurangan karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna menyempurnakan
skripsi ini.
Yogyakarta, 15 Juni 2017
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI... xiii
DAFTAR TABEL... xvi
xiv
B. Identifikasi Masalah ... 6
C. Batasan Masalah... 6
D. Rumusan Masalah ... 7
E. Tujuan Penelitian ... 8
F. Manfaat Penelitian ... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka... 10
1. Kurikulum ... 10
2. Pengalaman Mengajar ... 26
3. Ketersediaan Sumber Belajar ... 30
4. Frekuensi Mengakses Internet... 33
B. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan... 37
C. Kerangka Berpikir ... 38
D. Rumusan Hipotesis ... 42
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 43
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 43
C. Subjek dan Objek Penelitian ... 44
D. Populasi dan Sampel ... 45
xv
F. Teknik Pengumpulan Data... 50
G. Uji Instrumen Penelitian ... 53
H. Teknik Analisis Data... 59
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ... 66
B. Analisis Data ... 76
C. Pembahasan... 87
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 100
B. Keterbatasan Penelitian ... 101
C. Saran... 102
DAFTAR PUSTAKA ... 104
LAMPIRAN... 107
Lampiran 1 Kuesioner... 108
Lampiran 2 Data Induk ... 120
Lampiran 3 Validitas dan Reliabilitas... 150
Lampiran 4 Deskripsi Data Responden ... 157
xvi
Lampiran 6 Analisis Chi-Square... 166
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1. Tempat Penelitian SMK Negeri di Kota Yogyakarta ... 44
Tabel 3.2. Data Populasi Guru SMK dan SMA Negeri Kota Yogyakarta ... 45
Tabel 3.3. Perhitungan Sampel Guru PNS SMK Negeri Se-Kota Yogyakarta .... 48
Tabel 3.4. Skor Pernyataan ... 50
Tabel 3.5 Kisi-Kisi Kuesioner... 51
Tabel 3.6. Hasil Pengujian Validitas Instrumen Penelitian Guru Variabel
Implementasi Permendikbud Nomor 22 tahun 2016 tentang Standar
Proses (Pertama)... 54
Tabel 3.7. Hasil Pengujian Validitas Instrumen Penelitian Guru Variabel
Implementasi Permendikbud Nomor 22 tahun 2016 tentang Standar
Proses (Kedua) ... 55
Tabel 3.8. Hasil Pengujian Validitas Instrumen Penelitian Guru Variabel
Ketersediaan Sumber Belajar ... 56
Tabel 3.9. Kriteria Koefisien Reliabilitas ... 57
Tabel 3.10. Hasil Pengujian Reliabilitas Instrumen Variabel Implementasi
xviii
Tabel 3.11. Hasil Pengujian Reliabilitas Instrumen Variabel Ketersediaan Sumber
Belajar ... 58
Tabel 3.12. Kriteria Rasio C/Cmax ... 64
Tabel 4.1 Data Responden Penelitian ... 65
Tabel 4.2. Data Responden Guru Berdasarkan Jenis Kelamin ... 66
Tabel 4.3. Data Responden Guru Berdasarkan Pengalaman Mengajar ... 66
Tabel 4.4. Data Responden Guru Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 67
Tabel 4.5. Data Responden Guru Berdasarkan Pengalaman Diklat ... 68
Tabel 4.6. Data Responden Guru Berdasarkan Pangkat Golongan ... 68
Tabel 4.7. Deskripsi Variabel Implementasi Permendikbud Nomor 22 tahun 2016 tentang Standar Proses ... 70
Tabel 4.8. Nilai-nilai Statistik Variabel Implementasi Permendikbud Nomor 22 tentang Standar Proses ... 71
Tabel 4.9. Deskripsi Variabel Ketersediaan Sumber Belajar Menurut Guru ... 73
Tabel 4.10. Nilai-nilai Statistik Variabel Ketersediaan Sumber Belajar... 73
Tabel 4.11. Deskripsi Variabel Frekuensi Mengakses Internet ... 74
xix
Tabel 4.13. Tabel Kontinjensi dan Frekuensi Harapan Pengaruh Pengalaman
Mengajar terhadap Implementasi Permendikbud Nomor 22 tahun
2016 tentang Standar Proses Guru di SMK Negeri se-Kota
Yogyakarta ... 77
Tabel 4.14. Hasil Analisis Chi-Square Pengaruh Pengalaman Mengajar terhadap
Implementasi Permendikbud Nomor 22 tahun 2016 tentang Standar
Proses Guru di SMK Negeri se-Kota Yogyakarta ... 78
Tabel 4.15. Hasil Analisis Koefisien Kontingensi Pengaruh Pengalaman Mengajar
terhadap Implementasi Permendikbud Nomor 22 tahun 2016 tentang
Standar Proses Guru di SMK Negeri se- Kota Yogyakarta ... 79
Tabel 4.16. Tabel Kontinjensi dan Frekuensi Harapan Pengaruh Ketersediaan
Sumber Belajar terhadap Implementasi Permendikbud
Nomor 22 tahun 2016 tentang Standar Proses di SMK Negeri se-Kota
Yogyakarta ... 81
Tabel 4.17. Hasil Analisis Chi-Square Ketersediaan Sumber Belajar terhadap
Implementasi Permendikbud Nomor 22 tahun 2016 tentang Standar
xx
Tabel 4.18. Hasil Analisis Koefisien Kontingensi Pengaruh Ketersediaan Sumber
Belajar terhadap Implementasi Permendikbud Nomor 22 tahun 2016
tentang Standar Proses Guru di SMK Negeri se-Kota Yogyakarta ... 83
Tabel 4.19. Tabel Kontinjensi dan Frekuensi Harapan Pengaruh Frekuensi
Mengakses Internet terhadap Implementasi Permendikbud
No. 22 tahun 2016 tentang Standar Proses Guru di SMK Negeri
se-Kota Yogyakarta... 86
Tabel 4.20. Hasil Analisis Chi-Square Pengaruh Frekuensi Mengakses Internet
terhadap Implementasi PERMENDIKBUD No. 22 tahun 2016 tentang
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) sangat menentukan kemajuan
suatu bangsa. Kualitas SDM bergantung pada kualitas pendidikan dan peran
pendidikan untuk menciptakan masyarakat yang cerdas, damai, terbuka dan
demokratis. Oleh sebab itu, komponen dari sistem pendidikan nasional harus
senantiasa dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan yang
terjadi, baik pada tingkat lokal, nasional maupun global.
Definisi pendidikan itu sendiri menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang
SISDIKNAS adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Pelaksanaan pendidikan di Indonesia akan berjalan dengan sistematis,
menggunakan perangkat atau yang biasa disebut kurikulum, sedangkan
pengertian kurikulum adalah perangkat mata pelajaran dan program pendidikan
yang diberikan oleh suatu lembaga penyelenggara pendidikan yang berisi
periode jenjang pendidikan. Penyusunan perangkat mata pelajaran ini
disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan setiap jenjang pendidikan dalam
penyelenggaraan pendidikan tersebut serta kebutuhan lapangan kerja. Hal ini
berarti kurikulum merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pendidikan
atau pengajaran.
Di Indonesia, kurikulum mengalami perubahan dari waktu ke waktu.
Perubahan ini dilakukan guna memperbaharui pengembangan kurikulum yang
sesuai dengan kebutuhan generasi muda. Salah satu perubahan kurikulum yang
terjadi yaitu kurikulum 2013 ke kurikulum 2013 edisi revisi. Kurikulum 2013
memadukan tiga konsep yang menyeimbangkan sikap, keterampilan, dan
pengetahuan. Melalui ketiga konsep di atas, keseimbangan antara hard skill dan
soft skill diharapkan dapat terwujud dengan baik.
Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam
pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah. Pendekatan ilmiah
(scientific approach) dalam pembelajaran sebagaimana dimaksud meliputi
mengamati, menanya, menalar, mencoba, membentuk jejaring untuk semua
mata pelajaran (5M). Proses pembelajaran menyentuh tiga ranah yaitu sikap,
pengetahuan, dan keterampilan. Pendekatan scientific/ilmiah dalam proses
pembelajaran diupayakan melahirkan sistem evaluasi yang autentik.
Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa Indonesia saat ini kembali
melakukan perbaikan kurikulum yaitu dari kurikulum 2013 lama ke kurikulum
2015 hingga akhir bulan Oktober 2015. Revisi kurikulum 2013 dilakukan
berdasarkan berbagai masukan dari publik para ahli dan para pegiat serta
pemerhati pendidikan.
Perubahan-perubahan yang terjadi dari kurikulum 2013 yang lama ke
kurikulum 2013 edisi revisi yaitu penilaian sikap Kompetensi Inti 1 dan
Kompetensi Inti 2 sudah ditiadakan di setiap mata pelajaran hanya agama dan
PPKn namun Kompetensi Inti tetap dicantumkan dalam penulisan RPP. Jika
ada 2 nilai praktek dalam 1 Kompetensi Dasar, maka yang diambil adalah nilai
yang tertinggi. Penghitungan nilai keterampilan 1 Kompetensi Dasar dijumlah
(dari nilai praktek, produk, dan portofolio) kemudian diambil nilai rata-rata
untuk pengetahuan, bobot penilaian harian serta penilaian akhir semester itu
sama.
Pendekatan scientific approach 5M bukanlah satu-satunya metode saat
mengajar. Apabila pendekatan scientific approach digunakan maka susunannya
tidak harus berurutan. Pendekatan 5M diimplementasikan melalui silabus.
Silabus Kurikulum 2013 edisi revisi lebih ramping hanya 3 kolom yaitu
Kompetensi Dasar, materi pembelajaran, dan kegiatan pembelajaran yang
diatur dalam Rancangan Pelaksanaan Pembelajara (RPP). Dalam RPP
Kurikulum 2013 edisi revisi tidak perlu disebutkan nama metode pembelajaran
yang digunakan dan materi dibuat dalam bentuk lampiran. Penjelasan tentang
kurikulum 2013 edisi revisi tercantum dalam Permendikbud yang terdiri dari
Permendikbud Nomor 20 tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan
Dasar dan menengah, Permendikbud 22 tentang Standar Proses, Permendikbud
Nomor 23 tentang Standar Penilaian, Permendikbud Nomor 24 tentang
Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar pelajaran.
Guru memiliki peranan besar di dalam proses pembelajaran pada setiap
pergantian kurikulum. Perubahan kurikulum yang selalu terjadi mengakibatkan
guru mengalami kendala dalam penerapan kurikulum disetiap proses
pembelajaran. Perubahan kurikulum disebabkan karena seringnya pergantian
menteri yang membawa peraturan-peraturan baru sehingga membuat
konsentrasi guru tidak fokus dalam memahami kurikulum yang sebelumnya.
Kesulitan yang dialami guru-guru diduga karena kurang siapnya guru terhadap
kurikulum yang sering berubah-ubah sehingga membuat guru kurang mampu
dalam mengimplementasikan Permendikbud yang baru.
Fakor-faktor yang mempengaruhi kesiapan guru sendiri adalah kemauan
serta kemampuan dalam menerapkan kurikulum yang baru tersebut. Faktor
kemauan yang dimiliki guru untuk bisa menerapkan kurikulum yang baru dan
sering berubah-ubah seperti tingkat pendidikan, Pengalaman Pendidikan dan
Latihan (Diklat) yang diikuti, jenjang pangkat golongan yang dimiliki oleh
masing-masing guru yang sudah PNS serta keinginan guru dalam memperoleh
informasi yang pada zaman ini banyak diperoleh melalui internet. Selain itu
faktor kemampuan yang dimiliki oleh guru yakni pengalaman mengajar yang
sudah guru-guru jalani serta kemampuan guru sendiri dalam memanfaatkan
Dari pihak sekolah juga dapat memicu timbulnya faktor guru dalam
menerapkan kurikulum yang baru tersebut dengan memberikan beban tugas di
dalam kegiatan sekolah kepada guru seperti menjadi wakil kepala sekolah, wali
kelas serta kesibukan lain yang menyebabkan guru kurang mampu
mengoptimalkan waktu dalam upaya meningkatkan kemampuan
mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2106 tentang Standar
Proses. Selain itu ketersediaan sumber-sumber seperti kelengkapan bahan dan
alat yang membantu proses pembelajaran sehingga dapat membantu guru
memperoleh informasi dan menyampaikan ajaran atau materi pelajaran kepada
peserta didik.
Berdasarkan pernyataan di atas, hal inilah yang mendorong peneliti untuk
mengkaji dan meneliti mengenai beberapa faktor seperti pengalaman mengajar,
ketersediaan sumber belajar serta frekuensi mengakses internet yang mana guru
dapat menambah informasi yang didapat dengan mengakses sumber-sumber
informasi yang mampu membantu guru dalam kemampuan
mengimplementasikan proses pembelajaran. Ketiga faktor di atas merupakan
hal yang dibutuhkan dalam penerapan proses pembelajara. Dimana proses
pembelajaran merupakan elemen penting dalam mengimplementasikan suatu
kurikulum serta merupakan upaya untuk menempuh keberhasilan dalam
belajar. Oleh sebab itu, peneliti mengangkat tema: “Kemampuan
Mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar
B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang yang dikemukakan di atas, peneliti mengidentifikasi
permasalahan yang diduga mempengaruhi kemampuan guru dalam
mengimplementasikan Permendikbud diantaranya: Perubahan Kurikulum 2013
ke Kurikulum 2013 edisi revisi perlu disosialisasikan. Kurangnya sosialisasi
kurikulum mengakibatkan guru kurang mampu dalam mengimplementasikan
Permendikbud yang baru. Selain itu, guru kurang memiliki keterampilan,
pengetahuan, serta kemampuan guru dalam memahami tugas-tugas yang di
emban dan dilaksanakan. Faktor lain yang diduga menyebabkan guru kurang
mampu dalam mengimplementasikan Permendikbud yang baru di antaranya:
(1) perbedaan pengalaman mengajar, (2) tingkat pendidikan guru, (3) pangkat
dan golongan yang dimiliki oleh guru, (4) lamanya pendidikan dan latihan
(diklat) yang guru ikuti, (5) kesibukan yang diemban oleh guru di dalam
kegiatan sekolah, (6) ketersediaan sumber belajar di sekolah (7) kemampuan
guru dalam bidang teknologi informasi serta (8) seringnya guru mengakses
internet untuk memperoleh informasi. Hal tersebut diduga menyebabkan guru
kurang mampu dalam meningkatkan kemampuan untuk mengimplementasikan
Permendikbud yang baru.
C. Batasan Masalah
Mengingat begitu luasnya ruang lingkup pada penelitian ini berdasarkan
Kemampuan guru mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22
Tahun 2016 tentang Standar Proses berdasarkan Kurikulum 2013 edisi revisi
ditinjau dari pengalaman mengajar, ketersediaan sumber belajar, dan frekuensi
mengakses internet. Responden penelitian terbatas pada guru-guru PNS SMK
Negeri di Kota Yogyakarta.
D. Rumusan Masalah 1. Masalah Umum
Apakah latar belakang guru mempengaruhi kemampuan
mengimplementasikan proses pembelajaran berdasarkan Permendikbud
Nomor 22 tahun 2016?
2. Masalah Khusus
a. Apakah pengalaman mengajar guru terdapat pengaruh positif terhadap
kemampuan mengimplementasikan standar proses pembelajaran
berdasarkan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016?
b. Apakah ketersediaan sumber belajar terdapat pengaruh positif terhadap
kemampuan mengimplementasikan standar proses pembelajaran
berdasarkan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 ?
c. Apakah frekuensi guru mengakses internet terdapat pengaruh positif
terhadap kemampuan mengimplementasikan standar proses
E. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan diatas, maka penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui apakah:
Latar belakang guru mempengaruhi kemampuan mengimplementasikan
standar proses pembelajaran berdasarkan Permendikbud Nomor 22 Tahun
2016.
2. Tujuan Khusus
Untuk mengetahui apakah:
a. Pengalaman mengajar guru mempengaruhi kemampuan
mengimplementasikan standar proses pembelajaran berdasarkan
Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016.
b. Ketersediaan sumber belajar mempengaruhi kemampuan
mengimplementasikan standar proses pembelajaran berdasarkan
Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016.
c. Frekuensi guru mengakses internet mempengaruhi kemampuan
mengimplementasikan standar proses pembelajaran berdasarkan
Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016.
F. Manfaat Penelitian
1. Bagi Guru
Hasil penelitian dapat digunakan sebagai acuan beberapa faktor yang
Permendikbud yang senantiasa dinamis atau berubah secara terus menerus
mengikuti perubahan-perubahan menteri.
2. Bagi Sekolah
Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi
sekolah dalam membantu meningkatkan kemampuan guru dalam
mengimplementasikan Permendikbud yang secara terus menerus berubah.
Selain itu, hasil penelitian diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan
bagi sekolah dalam memfasilitasi penyedia sumber-sumber belajar yang
menunjang kemampuan guru, serta menyediakan sarana-sarana berbasis
internet yang memudahkan guru memperoleh informasi dalam upaya
peningkatan kemampuan guru dalam mengimplementasikan
Permendikbud.
3. Bagi Universitas Sanata Dharma
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan tambahan informasi
bagi peneliti selanjutnya serta dapat menambah kepustakaan yang berguna
bagi mahasiswa atau pihak lain yang membutuhkan
4. Bagi Instansi Pemerintah (DIKPORA Kota Yogyakarta)
Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk meningkatkan mutu dan
kualitas guru dalam upaya memudahkan guru dalam kemampuan
mengimplementasikan Permendikbud yang dapat sewaktu-waktu berubah
10
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS
A. Kajian Pustaka
1. Kurikulum
a. Pengertian Kurikulum
Pengertian kurikulum berasal dari bahasa Latin curir yaitu pelari,
dan curere yang artinya tempat berlari. Secara etimologis adalah tempat
berlari. Kurikulum merupakan sesuatu jarak yang harus ditempuh oleh
pelari mulai dari garis awal sampai akhir. Dalam dunia pendidikan
pengertian kurikulum adalah sebagai rencana dan pengaturan tentang
sejumlah mata pelajaran yang harus dipelajari peserta didik dalam
menempuh pendidikan di lembaga pendidikan (Imas Kurniasih, 2014:
3).
Menurut Madjid (2014), kurikulum merupakan program
pendidikan yang disediakan oleh lembaga pendidikan (sekolah) bagi
siswa. Berdasarkan program pendidikan tersebut siswa melakukan
berbagai kegiatan belajar, sehingga mendorong perkembangan dan
pertumbuhannya sesuai dengan tujuan yang ditetapkannya (Madjid,
2014: 1).
Beberapa ahli yang memperkuat pandangan tentang kurikulum di
1. Menurut J. Galen Saylor dan William M. Alexander dalam buku
Curriculum Planning for Better Teaching and Learning
menjelaskan arti kurikulum sebagai berikut, “The Curriculum is the
sum total of school’s efforts to influence learning whether in the
classroom, on the playground, or out of school.”Jadi segala usaha
sekolah untuk mempengaruhi anak belajar, apakah dalam ruangan
kelas, di halaman sekolah atau di luar sekolah termasuk kurikulum.
Kurikulum meliputi juga apa yang disebut kegiatan ekstrakurikuler
(Hendyat dan Wasty, 1986: 13).
2. Menurut Harold B. Albertycs, dalam Reorganizing the High School
Curriculum memandang kurikulum sebagai, “all of the activities
that are provided for students by the school.” Sepertihalnya dengan
definisi Saylor dan Alexander, kurikulum tidak terbatas pada mata
pelajaran, akan tetapi juga meliputi kegiatan–kegiatan lain, di dalam
dan di luar kelas, yang berada di bawah tanggung jawab sekolah
(Nasution, 2006: 5).
3. Menurut B. Othanel Smith W. O. Stanley dan J. Harlan Shores
memandang kurikulum sebagai“a sequence of potential experiences
set up in the school for the purpose of disciplining children and
youth in group (Nasution, 2006: 5).
Berdasarkan dari pendapat-pendapat di atas senada dengan
pengertian kurikulum menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengetahuan
mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan
sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk
mencapai tujuan tertentu (Imas Kurniasih, 2014: 3).
Kurikulum secara garis besar mempunyai tiga konsep
(Sukmadinata, 2013: 27), yaitu: kurikulum sebagai substansi, kurikulum
sebagai sistem dan kurikulum sebagai bidang studi. Kurikulum sebagai
substansi adalah kurikulum dipandang sebagai rencana pendidikan di
sekolah atau sebagai suatu perangkat tujuan yang ingin dicapai. Suatu
kurikulum digambarkan sebagai dokumen tertulis yang berisi tentang
rumusan tujuan, bahan ajar, kegiatan belajar-mengajar, jadwal, dan
evaluasi yang telah disepakati dan disetujui bersama oleh para penyusun
kurikulum dan pemangku kebijaksanaan dengan masyarakat.
Kurikulum sebagai sistem adalah sistem kurikulum yang
merupakan bagian dari sistem sekolah, sistem pendidikan, dan sistem
masyarakat. Hasil dari sistem kurikulum adalah tersusunnya suatu
kurikulum. Kurikulum sebagai sistem mempunyai fungsi bagaimana
cara memelihara kurikulum agar tetap berjalan dinamis. Kurikulum
sebagai suatu bidang studi berfungsi sebagai suatu disiplin yang dikaji
di lembaga pendidikan seperti perguruan tinggi. Tujuan kurikulum
sebagai suatu bidang studi adalah untuk mengembangkan ilmu
Secara umum, kurikulum adalah sesuatu yang direncanakan
sebagai pegangan guna mencapai tujuan pendidikan. Dari uraian di atas
kurikulum disimpulkan sebagai sesuatu yang direncanakan sebagai
pedoman yang dapat memberikan pengaruh kepada anak untuk
mencapai tujuan persekolahannya.
b. Fungsi Kurikulum
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional menjelaskan tentang definisi kurikulum yang telah diuraikan
sebelumnya. Berdasarkan definisi tersebut, terdapat empat fungsi
kurikulum (Reksoatmodjo, 2010: 4), yaitu:
1) Kurikulum sebagai rencana. Kegiatan sebagai rencana kegiatan
belajar mengajar dikembangkan berdasarkan suatu tujuan yang
ingin dicapai (Taba, 1962:11).
2) Kurikulum sebagai pengaturan. Pengaturan dalam kurikulum dapat
diartikan sebagai pengorganisasian materi pembelajaran pada arah
horizontal (ruang lingkup dan integrasi) dan vertikal (urutan dan
kontinuitas).
3) Kurikulum sebagai cara. Pengorganisasian kurikulum
mengisyaratkan penggunaan metode pembelajaran yang efektif
berdasarkan konteks pembelajaran. Pemilihan metode mengajar erat
hubungannya dengan sifat materi pelajaran atau pratikum dan
4) Kurikulum sebagai pedoman. Sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran harus, kurikulum memiliki kejelasan tentang
gagasan-gagasan dan tujuan yang hendak dicapai melalui penerapan
kurikulum.
c. Pengembangan Kurikulum
Ada dua prinsip yang digunakan dalam pengembangan kurikulum
(Sukmadinata, 2013: 150) yaitu prinsip umum dan prinsip khusus.
Beberapa prinsip umum dalam pengembangan kurikulum adalah: (1)
prinsip relevansi, (2) prinsip fleksibilitas, (3) prinsip kontinuitas, (4)
prinsip praktis, dan (5) prinsip efektivitas. Sedangkan prinsip khusus
adalah: (1) prinsip berkenaan dengan tujuan pendidikan, (2) prinsip
berkenaan dengan pemilihan isi pendidikan, (3) prinsip berkenaan
dengan pemilihan proses belajar mengajar, (4) prinsip berkenaan
dengan pemilihan media dan alat pengajaran, serta (5) prinsip berkenaan
dengan pemilihan kegiatan penilaian.
d. Perkembangan Kurikulum di Indonesia
Kurikulum yang diterapkan di Indonesia sudah mengalami
beberapa pergantian atau pengembangan. Perubahan kurikulum
dikelompokan berdasarkan tiga kelompok kurikulum (Imas Kurniasih,
2014: 10) yaitu rencana pelajaran, kurikulum berbasis tujuan, dan
kurikulum berorientasi kompetensi.
Dari rentang waktu 1947-1968 telah terjadi beberapa
pergantian kurikulum, di antaranya adalah:
a) Kurikulum Tahun 1947 (Rencana Pembelajaran 1947)
Rencana pembelajaran 1947 merupakan pengganti sistem
pendidikan kolonial Belanda. Kurikulum ini memiliki tujuan
yang tidak hanya menekankan pada pendidikan pikiran, tetapi
yang diutamakan adalah pendidikan watak, kesadaran bernegara
dan bermasyarakat. Dalam kurikulum 1947 terdapat dua hal
pokok yaitu: (1) Daftar mata pelajaran dan jam pelajarannya, (2)
Garis–garis besar pengajaran. Rencana pembelajaran 1947 baru
dilaksanakan oleh sekolah-sekolah pada tahun 1950.
b) Kurikulum 1952 (Rencana Pembelajaran Terurai)
Pada tahun ini Menteri P dan K, yang dijabat oleh Mr.
Soewandi, melakukan usaha untuk mengubah sistem pendidikan
dan pengajaran. Kemudian, Menteri P dan K membentuk Panitia
Penyelidik Pengajaran dalam rangka mengubah sistem
pendidikan kolonial ke dalam sistem pendidikan nasional. Hasil
kerja panitia tersebut adalah terkait kurikulum rencana
pembelajaran pada setiap tingkat pendidikan harus
mempertahankan hal-hal sebagai berikut (Depdikbud
1979:108): (1) Pendidikan pikiran harus dikurangi, (2) Isi
watak, (4) Pendidikan jasmani, dan (5) Kewarganegaraan dan
masyarakat
Setelah Undang-Undang Pendidikan dan Pengajaran
Nomor 4 Tahun 1950 dikeluarkan, lahirlah beberapa hal penting:
(1) Kurikulum pendidikan rendah ditujukan untuk menyiapkan
anak memiliki dasar–dasar pengetahuan, kecakupan, dan
ketangkasan baik lahir maupun batin serta mengembangkan
bakat dan kesukaannya.
(2) Kurikulum pendidikan menengah ditujukan untuk
menyiapkan pelajar ke pendidikan tinggi serta mendidik
tenaga ahli dalam berbagai lapangan khusus sesuai dengan
bakat masing-masing dan kebutuhan masyarakat.
(3) Kurikulum pendidikan tinggi ditujukan untuk menyiapkan
pelajar agar dapat menjadi pimpinan dalam masyarakat, dan
dapat memelihara kemajuan ilmu, dan kemajuan hidup
kemasyarakatan.
c) Rencana Pembelajaran 1964
Rencana Pendidikan 1964 melahirkan kurikulum yang
menitikberatkan pada pengembangan daya cipta, rasa, karya dan
moral. Rencana pendidikan tersebut dikenal dengan istilah
Pancawardhana, karena terdiri dari lima kelompok bidang studi,
yaitu kelompok perkembangan moral, kecerdasan, emosional
pendidikan dasar lebih menekankan pada pengetahuan dan
kegiatan fungsional praktis, yang disesuaikan dengan
perkembangan anak.
d) Kurikulum 1968
Pada kurikulum ini lebih menitikberatkan pada
peningkatan mental-moral budi pekerti dan memperkuat
keyakinan beragama, mempertinggi kecerdasan dan
keterampilan, membina atau mengembangkan fisik yang kuat
dan sehat.
Kurikulum 1968 merupakan pembaharuan dari kurikulum
1964. Pembaharuan pada kurikulum 1968 mencakup pembinaan
jiwa pancasila, pengetahuan dasar dan kecakupan khusus.
Dilihat dari segi tujuan pendidikan, kurikulum 1968 bertujuan
bahwa pendidikan ditekankan pada upaya untuk membentuk
manusia Pancasila sejati, kuat dan sehat jasmani, mempertinggi
kecerdasan dan keterampilan jasmani, moral, budi pekerti, dan
keyakinan beragama. Kurikulum 1968 menekankan pendekatan
organisasi materi pelajaran: (1) Kelompok pembinaan pancasila,
(2) Pengetahuan dasar, dan (3) Kecakapan khusus (dengan total
jumlah pelajaranya sembilan).
e) Kurikulum Berorentasi Pancapaian Tujuan (1975-1994)
Dari rentang waktu 1975-1994 telah terjadi beberapa
(1) Kurikulum 1975
Pada kurikulum inilah untuk pertama kalinya terlihat
dengan jelas tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan tersebut
dijabarkan ke dalam tujuan-tujuan yang ingin dicapai
seperti tujuan intruksional umum, tujuan intruksional
khusus dan berbagai rincian lainnya sehingga jelas apa yang
akan dicapai melalui kurikulum tersebut.
Kurikulum 1975 dimaksudkan untuk mencapai tujuan
pendidikan sekolah yang secara umum mengharapkan
lulusannya: (a) Memiliki sifat-sifat dasar sebagai negara
yang baik, (b) Sehat jasmani, dan rohani, (c) Memiliki
pengetahuan, keterampilan dan sikap dasar, yang
diperlukan untuk melanjutkan pelajaran, (d) Bekerja di
masyarakat, (e) Mengembangkan didri sesuai asas
lingkungan hidup.
(2) Kurikulum 1984
Pada dasarnya materi pada kurikulum 1984 ini tidak
banyak berbeda dengan materi kurikulum 1975, yang
berbeda adalah organisasi pelaksanaannya saja, sehingga
dengan demikian kurikulum 1984 dapat dilaksanakan
dengan memanfaatkan bahan-bahan dan buku-buku yang
pembelajaran pada kurikulum sekolah dasar 1984 diarahkan
guna membentuk keterampilan murid.
Hal yang menonjol dalam pelaksanaan kurikulum ini
adalah adanya cara belajar siswa aktif (CBSA) dan sistem
spiral. Di sini siswa akan lebih dilibatkan dalam
pengembangan proses belajar mengajar. Meski sistem
instruksional masih tetap dipertahankan namun siswa diberi
kebebasan untuk mencapai tujuan tersebut. Selain itu, ada
pula sistem spiral yang setiap jenjang pendidikan mata
pelajaran akan berbeda dari segi kedalaman materi.
Semakin tinggi jenjang pendidikannya, maka materi yang
diberikan akan semakin dalam dan detail.
(3) Kurikulum 1994
Dengan lahirnya Undang-Undang Pokok Pendidikan
Nasional Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, kurikulum 1984 disempurnakan kembali lewat
kurikulum 1994. Pelaksanaan kurikulum 1994 dimulai pada
tahun 1994/1995 dan diterapkan pada kelas 1 dan 4 SD,
kelas 1 SMP, dan kelas 1 SMA . Dengan demikian, di dalam
jangka waktu 10 tahun seluruh Kurikulum 1994 telah
f) Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) 2004
Kurikulum 1994 digantikan oleh Kurikulum Berbasis
Kompetensi (KBK), seiring pergantian kekuasaan. Kurukulum
ini mengharapkan agar siswa yang mengikuti pendidkan di
sekolah memmilki kompetensi yang diinginkan karena
konsentrasi kompetensi adalah pada perpaduan antara
pengetahuan, keterampilan, nilai serta sikap yang ditunjukkan
dalam kebiasaan berpikir dan bertindak.
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) mencakup
beberapa kompetensi dan seperangkat tujuan pembelajaran
yang harus dicapai siswa. Kegiatan pembelajaran diarahkan
untuk membantu siswa mengusai kompetensi-kompetensi agar
tujuan pembelajaran tercapai.
g) Kurikulum Tingkat Satuan Pendidkan (KTSP)
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidkan (KTSP) ini disusun
untuk menjalankan amanah yang tercantum dalam
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan (Muslich 2009:1). Guru memiliki otoritas dalam
mengembangakan kurikulum secara bebas dengan
memperhatikan karakteristik siswa dan lingkungan di sekolah
h) Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 menekankan pengembangan kompetensi
pengetahuan, keterampilan, dan sikap peserta didik secara
seimbang.
Terdapat empat aspek yang menjadi fokus dalam rencana
implementasi dan keterlaksanaan Kurikulum 2013:
(1) Kompetensi guru dalam pemahaman substansi bahan ajar
yang menyangkut metodolgi pembelajaran yang nilainya
pada pelaksanaan uji kompetensi baru mencapai rata-rata
46,66.
(2) Kompetensi akademik dimana guru harus menguasai
metode penyampaian ilmu pengetahuan kepada siswa.
(3) Kompetensi sosial yang harus dimiliki guru agar tidak
bertindak asosial kepada siswa dan sederajat lainnya.
(4) Kompetensi manajerial atau kepemimpinan karena guru
sebagai seorang yang akan digugu dan ditiru siswa.
i) Kurikulum 2013 Edisi Revisi
Menurut Anbarini (2016), Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan telah melakukan perbaikan terhadap Kurikulum
2013. Setiap perbaikan dan pengembangan yang dilakukan
pemerintah terhadap kurikulum dari waktu ke waktu bertujuan
untuk menghasilkan generasi yang memiliki tiga kompetensi,
Beberapa perbaikan yang dilakukan oleh Kemmendikbud
di antaranya:
(1) Penataan Kompetensi Sikap Spiritual dan Sikap Sosial pada
Semua Pelajaran.
Sebelum adanya perbaikan kurikulum, guru setiap mata
pelajaran diberi beban formal untuk melakukan
pembelajaran dan penilaian terhadap kompetensi sikap
spiritual dan sikap sosial siswa. Guru mata pelajaran
Pendidikan Agama-Budi Pekerti dan mata pelajaran PPKn,
pembelajaran sikap spiritual dan sosial dilaksanakan
melalui pembelajaran langsung dan tidak langsung. Selain
kedua guru pengampu mata pelajaran Pendidikan
Agama-Budi Pekerti dan mata pelajaran PPKn, pembelajaran sikap
spiritual dan sosial dilaksanakan melalui pembelajaran
tidak langsung.
(2) Koherensi KI-KD dan penyelarasan dokumen.
Perbaikan dilakukan dengan memperbaiki dokumen
Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD), silabus,
serta buku teks pelajaran. Perbaikan tersebut berdasarkan
masukan-masukan yang diberikan masyarakat, seperti guru,
pegiat pendidikan, praktisi, pemerhati pendidikan, serta
(3) Pemberian Ruang Kreatif Kepada Guru dalam
Mengimplementasikan Kurikulum.
Pemberian ruang kreatif itu membuat guru memiliki
otonomi dalam proses pembelajaran sehingga mendorong
pembelajaran yang aktif. Perbaikan itu juga menekankan
bahwa pendekatan saintifik bukan satu-satunya pendekatan
dalam pembelajaran. Guru memiliki keleluasaan dalam
mengembangkan pengalaman belajarnya bagi peserta didik.
(4) Penataan Kompetensi yang Tidak Dibatasi oleh
Pemenggalan Taksonomi Proses Berpikir.
Kompetensi Dasar (KD) pada kurikulum 2013 yang telah
direvisi tidak dibatasi oleh tingkatan taksonomi pada
jenjang pendidikan dasar dan menengah supaya terlihat
bahwa dalam jenjang pendidikan tersebut siswa mampu
membangun kemampuan berpikir tinggi (High Orded
Thinking Skill) dengan berbagai kategori pengetahuan.
e. Implementasi Kurikulum 2013
1) Pengertian Implementasi
Menurut Arifin (2015), Implementasi berasal dari bahasa
Inggris yaitu to implement yang berarti mengimplementasikan.
Implementasi merupakan penyediaan sarana untuk melaksanakan
Pengertian implementasi juga dikemukakan oleh beberapa ahli,
yaitu:
a) Menurut Cleaves (oleh Wahab 2008;187), secara tegas
menyebutkan bahwa implementasi itu mencakup proses
bergerak menuju tujuan kebijakan dengan cara langkah
administratif dan politik.
b) Menurut Van Meter dan Van Horn (dalam Wahab, 2008: 65)
Implementasi adalah tindakan-tindakan yang dilakukan baik
oleh individu-individu/pejabat-pejabat atau
kelompok-kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan pada
tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam
keputusan kebijakan.
Secara umum, implementasi adalah suatu yang dijalankan
berdasarkan kebijakan untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
2) Implementasi Standar Proses Pembelajaran
Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 mengatur tentang
Standar Proses pada Kurikulum 2013 edisi revisi. Standar Proses
Pendidikan Dasar dan Menengah, selanjutnya disebut Standar Proses
Pembelajaran, merupakan kriteria mengenai pelaksanaan
pembelajaran pada satuan pendidikan dasar dan satuan pendidikan
dasar menengah untuk mencapai kompetensi lulusan.
Peraturan ini menjelaskan bahwa proses Pembelajaran pada
menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi
prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat,
dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Untuk itu,
setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan pembelajaran,
pelaksanaan proses pembelajaran, pengelolaan kelas dan
laboratorium, penilaian proses dan hasil pembelajaran, serta
pengawasan proses pembelajaran dalam upaya meningkatkan
efisiensi dan efektivitas ketercapaian kompetensi lulusan.
Sebelum Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses
Pembelajaran ini diberlakukan, standar proses pendidikan di
Indonesia menganut sistematika yang dijelaskan pada Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 65
Tahun 2013 tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar
dan Menengah. Namun pada saat Peraturan Menteri ini mulai
berlaku, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 65 Tahun
2013 tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan
Menengah, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku hal ini dijelaskan
dalam Pasal 2 Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses
Seiring dengan diberlakukannya Permendikbud Nomor 22 Tahun
2016 tentang Standar Proses, faktor-faktor yang diduga mempengaruhi
kemampuan guru dalam mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22
tahun 2016 tentang Standar Proses antara lain: (1) Pengalaman Mengajar
Guru, (2) Ketersediaan Sumber Belajar Guru, dan (3) Frekuensi
Mengakses Internet.
2. Pengalaman Mengajar Guru
Pengalaman adalah sesuatu yang sudah dialami dalam kurun waktu
yang lama. Menurut Achmad Sugandi (Achmad Sugandi, 2004: 7),
mengajar adalah seperangkat peristiwa (events) yang mempengaruhi siswa
belajar sedemikian rupa sehingga siswa belajar itu memperoleh kemudahan.
Ketika guru memasuki dunia kerja ia pasti akan dihadapkan pada berbagai
keadaan, baik yang mendukung ataupun yang dihadapi oleh guru tersebut.
Tentunya akan mendorong guru untuk mencari jalan keluar
penyelesaiannya. Beberapa definisi mengajar (Nasution,1982: 8) :
a. Mengajar adalah menanamkan pengetahuan pada anak
Pada definisi a, tujuan mengajar ialah penguasaan pengetahuan oleh
anak. Anak dianggap pasif. Pengajaran bersifat teacher-centered, dan
gurulah yang memegang peranan utama. Sering ilmu pengetahuan
kebanyakan diambil dari buku pelajaran yang tidak dihubungkan
dengan realitas dalam kehidupan sehari-hari.
Definisi b hampir bersamaan dengan a. Dalam hal ini,anak-anak
diharapkan mampu mengenal kebudayaan dari berbagai dunia dengan
baik. Tetapi ada pula yang mengharapkan agar anak-anak tidak hanya
menguasai kebudayaan yang ada, tetapi agar mereka juga turut
membantu memperkaya kebudayaan itu dengan menciptakan
kebudayaan baru menurut zaman yang senantiasa berubah itu.
c. Mengajar adalah suatu aktivitas mengorganisasi atau mengatur
lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan anak
sehingga terjadi proses belajar
Pada definisi c, mengajar itu suatu usaha dari pihak guru, yakni
mengatur lingkungan, sehingga terbentuklah suasana yang
sebaik-baiknya bagi anak untuk belajar. Yang belajar adalah anak itu sendiri
berkat kegiatannya sendiri. Guru membimbing anak dalam belajar
dengan memanfaatkan lingkungan (termasuk dirinya), buku-buku,
alat-alat peraga, lingkungan, sumber lain dan sebagainya. Berdasarkan
definisi ini, pelajaran lebih bersifat pupil-centered, dan guru berperan
sebagai“ manager of learning”.
Kalau kita menerima definisi c, maka kita peroleh beberapa kesimpulan:
1) Mengajar berarti membimbing aktivitas anak. Tugas guru adalah
mengatur lingkungan serta membimbing aktivitas anak. Dalam
mengajar, guru senantiasa harus bertanya kepada dirinya, aktivitas
apakah yang dapat diberikan kepada anak, dan apakah yang dapat
hanya dari mendengarkan guru saja, tetapi juga berasal aktivitas lain
yang mampu menambah keefektifan pembelajaran di kelas.
2) Mengajar berarti membimbing pengalaman anak. Pengalaman adalah
interaksi dengan lingkungan. Dalam interaksi itulah anak itu belajar.
Berdasarkan pengalaman yang diperoleh anak, anak-anak memperoleh
pengertian-pengertian, sikap, penghargaan, kebiasaan, kecakapan dan
lain-lain. Lingkungan itu jauh lebih luas dari pada hanya buku dan
kata-kata guru saja. Seluruh lingkungan, alam sekitar, manusia,
jabatan-jabatan, gedung-gedung, lembaga-lembaga, binatang-binatang,
tanaman-tanaman, perusahaan dan sebagainya, merupakan sumber
pengalaman bagi anak-anak. Pelajaran hendaknya dihubungkan dengan
kehidupan anak dalam lingkungannya.
3) Mengajar berarti membantu anak berkembang dan menyesuaikan diri
kepada lingkungan. Apa yang diajarkan hendaknya jangan semata-mata
ditujukan kepada ujian tetapi juga digunakan untuk menambah
pengetahuan. Anak-anak belajar agar bakatnya berkembang. Pelajaran
sekolah hendaknya dapat berguna bagi siswa dalam: (1) mengatasi
masalah-masalah dalam kehidupannya, (2) mendidik anak
menyesuaikan diri dengan lingkungannya, termasuk lingkungan
sosialnya, dan (3) belajar berpikir, merasa dan berbuat sesuai dengan
norma-norma lingkungannya.
Menurut Suyatno (Suyatno, 2008: 111) pengalaman mengajar yaitu
dengan surat tugas dari lembaga yang berwenang (dapat dari pemerintah,
dan/atau kelompok manyarakat penyelenggara pendidikan). Bukti fisik dari
komponen ini dapat berupa surat tugas keputusan/surat keterangan yang sah
dari lembaga yang berwenang. Lebih lanjut Suyatno (Suyatno, 2008: 11),
masa kerja atau pengalaman mengajar dihitung sejak yang bersangkutan
bekerja sebagai guru baik sebagai PNS maupun non PNS. Baik guru PNS
maupun non PNS perlu ada bukti fisik yang menyatakan bahwa yang
bersangkutan mengajar pada sekolah tersebut. Menurut Widoyoko (dalam
Muhammad Rakib dkk 2016) pengalaman mengajar pada hakikatnya
merupakan rangkuman dari pemahaman seseorang terhadap hal-hal yang
dialami selama proses mengajar. Hal-hal yang dikuasai meliputi
pengetahuan, keterampilan maupun nilai-nilai yang menyatu pada aspek
pengajaran.
Di dalam menekuni bidangnya, semakin lama guru dalam masa
kerjanya maka guru semakin memiliki banyak pengalaman serta wawasan.
Dengan pengalaman yang dimiliki oleh guru dalam mengajar, guru
memiliki banyak wawasan dapat digunakan guru untuk menyiapkan
pelaksanaan pembelajaran seperti yang diatur dalam setiap Permendikbud
tentang proses pembelajaran.
Dengan wawasan dan pengalaman yang dimiliki, guru akan
membantu dirinya sendiri untuk lebih memahami implementasi
Permendikbud yang baru karena kurikulum yang saat ini sering berganti.
yang di dalamnya mencakup perencanaan pembelajaran, pelaksanaan
proses pembelajaran serta penilaian proses pembelajaran.
Berdasarkan uraian diatas, pengalaman mengajar guru dapat
mempengaruhi kemampuan guru dalam mengimplementasikan
Permendikbud, semakin lama pengalaman mengajar semakin tinggi
kemampuan guru untuk mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22
Tahun 2016 tentang Standar Proses. Sebaliknya, semakin sedikit
pengalaman mengajar semakin rendah kemampuan guru untuk
mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang
Standar Proses.
3. Ketersediaan Sumber Belajar
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan Pasal 42 ayat 1 menyatakan bahwa setiap satuan
pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi perabot, peralatan
pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, bahan
habis pakai, serta perlengkapan lain yang diperlukan untuk menunjang
proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan (Musfah, 2011: 101).
Hal tersebut merupakan penunjang kegiatan belajar mengajar. Tanpa sarana
dan prasarana, proses pembelajaran di dalam kelas tidak akan berjalan
dengan lancar.
Sarana dan prasarana pendidikan merupakan sumber belajar bagi
komunitas, sekolah, khususnya guru dan murid. Menurut Mulyasa sumber
dapat memberikan kemudahan belajar, sehingga diperoleh sejumlah
informasi, pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan yang diperlukan.
Sarana dan prasarana yang memadai akan sangat membantu pengembangan
kompetensi dan profesionalisme guru, karena guru bisa belajar pada waktu
senggangnya di tempat yang sangat dekat dengan atau di lingkungan tempat
ia bekerja (Musfah, 2011: 101).
AECT (Sitepu, 2014: 19) mendefinisikan sumber belajar adalah
segala sesuatu yang digunakan oleh siswa dalam belajar baik secara terpisah
maupun secara terkombinasi untuk mempermudah siswa dalam mencapai
tujuan belajarnya. Sumber belajar menurut AECT dibedakan menjadi 6
(enam) jenis yaitu; pesan, orang, bahan, alat, teknik dan latar (Warsita,
2008: 209).
a. Pesan (message) adalah informasi yang akan disampaikan oleh
komponen lain dalam bentuk ide, ajaran, fakta, makna, nilai dan data.
Contoh; isi bidang studi yang dicantumkan dalam kurikulum pendidikan
formal, dan non formal maupun dalam pendidikan informal.
b. Orang adalah orang-orang yang bertindak sebagai penyimpan dan atau
penyalur pesan. Contoh; guru, dosen, guru pembimbing, guru Pembina,
tutor, siswa, pemain, pembicara, instruktur dan panatar.
c. Bahan adalah Barang-barang (lazim disebut media atau perangkat
lunak/software) yang biasanya berisi pesan untuk disampaikan dengan
menggunakan peralatan. Kadang-kadang bahan itu sendiri sudah
pengajaran terprogram transparansi, film, video tapel, pita audio (kaset
audio), filmstrip, microfiche, dan sebagainya.
d. Alat adalah barang-barang (lazim disebut perangkat keras/hardware)
digunakan untuk menyampaikan pesan yang terdapat dalam
bahan.Contoh; proyektor slide, proyektor filmstrip, proyektor overhead
(OHP), monitor televisi, monitor computer, kaset rekorder, pesawat
radio, dan lain-lain.
e. Sumber belajar selanjutnya adalah teknik. Dalam hal ini teknik diartikan
sebagai prosedur atau langkah-langkah tertentu dalam menggunakan
bahan, alat, tata tempat dan orang untuk menyampaikan pesan. Contoh;
Simulasi, diskusi, ceramah, pemecahan masalah, tanya jawab dan
sebagainya.
f. latar merupakan lingkungan dimana pesan diterima oleh siswa. Contoh;
Lingkungan fisik: gedung sekolah, perpustakaan, pusat sarana belajar,
studio, museum, taman, peninggalan sejarah; lingkungan non fisik:
penerangan, sirkulasi udara.
Sumber belajar yang tersedia membantu guru untuk menggunakan
waktu secara lebih baik dalam proses pembelajaran dan membantu guru
menambah informasi yang akurat dan. Selain itu, sumber belajar juga dapat
membantu guru untuk mencapai kompetensi lulusan. Guru yang dilengkapi
dengan sumber belajar yang memadai akan sangat membantu siswa dalam
proses pembelajaran maupun menggali informasi. Sumber belajar mampu
Berdasarkan uraian diatas, sumber belajar yang semakin baik dapat
mempengaruhi guru dalam profesionalitas yang dapat membantu dalam
kemampuan mengimplementasikan Permendikbud. Semakin tinggi tingkat
ketersediaan sumber belajar semakin tinggi kemampuan guru
mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang
Standar Proses. Sebaliknya semakin rendah tingkat ketersediaan sumber
belajar, semakin rendah kemampuan guru mengimplementasikan
Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses.
4. Frekuensi Mengakses Internet
Frekuensi (KBBI, 1990) diartikan sebagai kekerapan. Selain itu
frekuensi juga berarti jumlah munculnya suatu kata atau bahasa dalam suatu
teks. Masih banyak arti frekuensi yang diungkapkan oleh KBBI, namun
secara umumnya frekuensi dipahami sebagai kekerapan munculnya suatu
hal dalam batasan tertentu. Kata akses memiliki dua arti (Belani, 2011):
1) Pencapaian berkas pada disket untuk penulisan untuk atau pembacaan
data.
2) Jalan masuk terusan
Mengakses adalah jalan untuk mencapai atau memasuki suatu berkas.
Informasi dalam kamus besar bahasa Indonesia berarti penerangan,
keterangan, pemberitahuan, kabar dan berita tentang sesuatu. Akses adalah
kemampuan untuk mendapatkan manfaat dari sesuatu atau hak untuk
memperoleh sesuatu kekuasaan (Ribot dan Peluso: 2003) Kata akses
Inggris yaitu access yang berarti jalan masuk. Akses menurut KBBI berarti
jalan atau izin masuk dari suatu tempat/wilayah baik yang dapat dilihat
dengan mata ataupun tidak dimana kita dapat berhubungan dengan sumber
daya yang ada di wilayah tersebut sesuai dengan izin yang dimiliki.
Internet berasal dari kata interconection networking yang mempunyai
arti hubungan komputer dengan berbagai tipe yang membentuk sistem
jaringan yang mencakup seluruh dunia (jaringan komputer global) dengan
melalui jalur telekomunikasi seperti telepon, radio link, satelit dan lainnya.
Adanya internet mempermudah dalam mengakses informasi dari berbagai
belahan dunia. Adapun manfaat yang didapat dari internet (Hernandono,
1998: 188) sebagai berikut:
1) Mendapatkan informasi untuk kehidupan pribadi, seperti informasi
kesehatan, rekreasi, hobi, pengembangan pribadi, rohani dan social.
2) Mendapatkan informasi untuk kehidupan professional/pekerjaan,
seperti sains, teknologi, perdagangan, saham, komoditas, berita bisnis,
asosiasi bisnis, dan berbagai forum komunikasi.
3) Sebagai sarana untuk kerjasama antar pribadi atau kelompok tanpa
mengenal batas jarak dan waktu, batas negara, ras, kelas ekonomi,
ideologi, atau faktor lain yang biasanya dapat menghambat pertukaran
pikiran.
4) Sebagai sarana bisnis, termasuk iklan dan publikasi secara online,
jauh, jenis layanan baru untuk pelanggan, jasa surat elektronik dan
bulletin board.
5) Sebagai media komunikasi, termasuk untuk mengikuti perkembangan
teknologi, menjembatani lembaga pemerintah, universitas, sekolah,
laboratorium dan penelitian.
6) Sebagai penunjang pendidikan jarak jauh.
7) Sebagai sarana hiburan dan hobi.
8) Dapat menekan baiya administrasi pengiriman pesan, fax, gambar dan
biaya cetak (keuntungan tidak langsung)
9) Dapat memperluas wawasan masyarakat.
10) Globalisasi informasi
11) Sumber data tersedia
12) Merupakan sarana diskusi global bagi para professional, peneliti,
pelajar, mahasiswa, dan masyarakat umum.
Mengakses informasi melalui internet berarti jalan atau cara untuk
mencapai suatu berita atau informasi melalui suatu sistem jaringan
komputer (internet). Jadi, frekuensi mengakses internet yaitu seringnya guru
dalam mendapatkan manfaat dan informasi dari penggunaan jaringan
internet.
Keberadaan internet dan segala fasilitas yang ada dapat memberikan
pengetahuan baru ataupun menelusuri berbagai peraturan baru mengenai
perubahan-perubahan kurikulum. Di era digitalini, banyak informasi bisa
dipublikasikan melalui jaringan intenet. Semakin sering kita mengakses
internet maka semakin banyak informasi yang bisa kita dapatkan.
Begitu juga halnya dengan guru. Guru bisa memperoleh lebih banyak
informasi dengan mengakses jaringan internet terhadap hal-hal baru yang
sekarang banyak dipublikasikan di dalamnya. Selain itu terdapat juga
penjelasan-penjelasan mengenai ulasan peraturan yang baru yang bisa kita
dapatkan karena banyak guru-guru lain yang bertukar pikiran terhadap
perubahan kurikulum dan peraturan menteri terbaru yang dipublikasikan
melalui internet. Sehingga guru dapat mempelajari peraturan baru tersebut
dengan mudah dengan mengakses informasi-informasi dari jaringan di
internet.
Berdasarkan uraian diatas, frekuensi mengakses internet bermanfaat
bagi guru dalam memperoleh informasi tentang perubahan kurikulum dan
cara mengimplementasikan Permendikbud tersebut. Semakin sering guru
mengakses internet, maka semakin banyak informasi yang diperoleh
sehingga semakin tinggi kemampuan guru dalam mengimplementasikan
Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses. Semakin
jarang guru dalam mengakses internet, maka semakin sedikit informasi
yang diperoleh sehingga semakin rendah kemampuan guru dalam
mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang
B. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan
Beberapa hasil penelitian yang relevan sebelumnya yang berkaitan
dengan penelitian ini sebagai berikut:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Rakib dkk (2016). Penelitian
ini bertujuan menelaah kausalitas antar variabel untuk menjelaskan suatu
fenomena tertentu dan membuktikan hubungan atau pengaruh antar
variabel. Teknik pengambilan sampel menggunakan probability sampling.
Teknik pengumpulan data dengan menggunakan angket dan wawancara.
Teknik analisis data yang digunakan adalah menggunakan analisis statistik
deskriptif dan inferensial dengan menggunakan regresi linier. Hasil analisis
deskriptif persentase menunjukkan bahwa pengalaman mengajar guru
termasuk dalam kategori baik dilihat dari masa kerja guru, keterampilan
mengajar dan penguasaan terhadap pekerjaan. Namun demikian, hipotesis
yang menyatakan ada pengaruh secara signifikan pengalaman mengajar
terhadap profesionalitas guru IPS Terpadu yang memiliki latar belakang
pendidikkan dalam bidang pendidikan ekonomi di Kabupaten Toraja Utara
diterima. Hal ini didukung dari hasil analisis Regresi yang menunjuk nilai
thitung untuk variable pengalaman mengajar sebesar 7,254 dengan nilai p
(Sig.) sebesar 0,000. Karena nilai p yang diperoleh < 0,05 maka H0ditolak.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Yama (2015). Penelitian ini menggunakan
penelitian kuantitatif. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan
angket atau kuesioner. Teknik analisis data yang digunakan adalah
menggunakan regresi linier. Namun demikian, hipotesis yang menyatakan
adanya pengaruh terhadap Pelatihan Guru, Kompetensi Guru dan
Pemanfaatan Sarana Prasarana terhadap Kesiapan Guru Prodi Bisnis
Manajemen dalam Implementasi Kurikulum 2013 SMK N 1 Purbalingga
Tahun Ajaran 2014/2015 diterima.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Arief Sadjiarto (2015). Penelitian ini
menggunakan penelitian deskriptif. Teknik pengumpulan data dengan
menggunakan kuesioner. Teknik analisis data yang digunakan adalah
menggunakan analisis Chocran Q-Test. Namun demikian, hipotesis yang
menyatakan adanya pemanfaatan internet bagi guru Akuntansi SMK-BM di
Salatiga sebagai sumber belajar diterima. Hal ini didukung dari hasil
analisis nilai Qhitungadalah 11.582 berada pada signifikansi > 0.05.
C. Kerangka Berpikir
Berdasarkan tinjauan teoritik dan kajian penelitian di atas dapat dijelaskan
mengenai objek permasalahan yang diteliti dalam penelitian ini.
1. Pengaruh Pengalaman Mengajar terhadap Kemampuan
Mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang
Standar Proses.
Pengalaman adalah sesuatu yang sudah dialami dalam kurun waktu yang
lama. Mengajar adalah seperangkat peristiwa (events) yang mempengaruhi
siswa belajar sedemikian rupa sehingga siswa belajar itu memperoleh
memiliki wawasan sehingga guru dapat dengan mudah
mengimplementasikan peraturan menteri yang baru. Pengalaman mengajar
guru juga mempengaruhi proses pembelajaran di kelas. Semakin lama guru
memiliki pengalaman mengajar akan semakin mampu dalam
mengimplementasikan peraturan menteri yang baru karena memiliki
wawasan yang lebih banyak tentang perencanaan pembelajaran yang
membuat guru semakin mudah untuk menimplementasikan. Sedangkan guru
yang memiliki pengalaman yang lebih sedikit kurang mampu untuk
mengimplementasikan peraturan menteri yang baru mengenai proses
pembelajaran karena wawasan yang dimiliki belum cukup banyak seperti
guru yang memiliki pengalaman yang lebih lama. Dengan demikian, ada
dugaan bahwa semakin lama pengalaman mengajar guru maka semakin
tinggi kemampuan guru untuk mengimplementasikan Permendikbud