HUBUNGAN PERSEPSI DAN SIKAP SISWA KELAS II PADA MATA PELAJARAN PKN DI SD NEGERI TEGALREJO 2
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh :
Magdalena Fitria N
NIM : 131134051
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
PERSEMBAHAN
Karya ilmiah sederhana ini Penulis persembahkan kepada :
1. Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria karena selalu memberikan rahmat dan
kasih yang melimpah didalam kehidupan ini.
2. Ibu dan Bapak yang telah setia mendampingi dan tidak pernah berhenti
memberikan dukungan dan semangat kepada saya.
3. Kedua kakakku yang selalu mendukung selama ini.
4. Teman-teman yang telah mendukung dan selalu saling mendoakan.
v MOTTO
Tidak ada masalah berapa kali kamu gagal, kamu hanya perlu berhasil satu kali
saja.
-Mark Cuban-
Nikmatilah setiap proses yang telah dilakukan karena proses tidak akan pernah
berbohong mengenai hasilnya.
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 28 Februari 2017
Peneliti,
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :
Nama : Magdalena Fitria Nurcahyanti
Nomor Mahasiswa : 131134051
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
HUBUNGAN PERSEPSI DAN SIKAP SISWA KELAS PADA MATA PELAJARAN PKn DI SD NEGERI TEGALREJO 2
Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata
Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain,
mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan
mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa
perlu minta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal 28 Februari 2017
Yang menyatakan,
viii
Hubungan Persepsi Siswa Dan Sikap Siswa Kelas II Pada Mata Pelajaran PKn Di SD Negeri Tegalrejo 2 Yogyakarta
ABSTRAK
Magdalena Fitria Nurcahyanti 131134051
Penelitian ini dilatar belakangi adanya hasil observasi persepsi dan sikap siswa. Persepsi siswa berada pada kategori yang rendah sebesar 75% (21 dari 28 siswa) pada mata pelajaran PKn. Begitu pula dengan sikap siswa yang menunjukkan pada kategori rendah sebesar 97% (27 dari 28 siswa). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan persepsi dan sikap siswa kelas II pada mata pelajaran PKn di SD Negeri Tegalrejo 2.
Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dan menggunakan metode Survei. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas II dan sampel pada penelitian ini adalah kelas IIA SD Negeri Tegalrejo 2 yang berjumlah 28 siswa terdiri dari 15 laki-laki dan 13 perempuan..
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara persepsi dan sikap siswa kelas II pada mata pelajaran PKn. Hal itu dibuktikan dengan analisis statistik correlation pearson product moment pada uji hipotesis correlation pada siswa dengan nilai sig.(2-tailed) yaitu 0,000 (p< 0,05). Diketahui pula nilai Pearson Correlation pada penelitian ini adalah 0,696 termasuk dalam kategori hubungan korelasi yang kuat, karena berada di rentang 0,60-0,799.
ix ABSTRACT
The correlations Between of Second Gradde Perception and Attitude on Civic Education at SD Negeri Tegalrejo 2 Yogyakarta
ABSTRACT
Magdalena Fitria Nurcahyanti 131134051
The research motivated by the result of perception and attitude of the students. Perception of students are in a low category of 75% (21 of 28 students) in the subject of PKn as well as the attitude of the students who showed the low category 97% (27 of 28 students). The purpose of observation is to find out the perception and the attitude of second grade students on the subjects of PKn in SDN Tegalrejo 2.
This research is quantitative research and used survey methods. Population in this research were all students in second grade and a sample of this research is the second grade a SDN Tegalrejo 2 and totaling 28 students consist of 15 boy and 13 girl based on the results of the study showed that there is a positive relationship between the perception and attitude of students in second grade on the subject of PKn.
It has been proved by analysis correlation the pearson product moment the correlation hypothesis test on students with good grades sig. (2-tailed) that is 0,000 (p< 0,05). Given also the value of pearson correlation in this study is 0,696 including a strong correlation in the relationship because it is the range 0,60-0,799.
x
KATA PENGANTAR
Puji Syukur Tuhan Yesus yang telah melimpahkan kasih dan rahmat-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul: HUBUNGAN
PERSEPSI DAN SIKAP SISWA KELAS II PADA MATA PELAJARAN PKN DI
SD NEGERI TEGALREJO 2, tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak
maka skripsi ini tidak akan selesai tepat pada waktunya. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini dengan hati yang tulus penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Rohandi Ph.D, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
2. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd. selaku Ketua Progam Studi Pendidikan
Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.
3. Apri Damai Sagita Krissandi,. S.S., M.Pd. selaku Wakil Ketua Progam Studi
Pendidikan Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.
4. Drs. Paulus Wahana, M.Hum. selaku dosen pembimbing I yang telah
membimbing penelitian dengan penuh kebijaksanaan.
5. Elisabeth Desiana Mayasari, S.Psi., M.A. selaku dosen pembimbing II yang
telah membimbing penelitian dengan penuh kebijaksanaan.
6. Drs. Sukawit,M.A. selaku kepala sekolah SD Negeri Tegalrejo 2 yang telah
memberi ijin untuk melakukan penelitian.
7. Ibu Titik Qadarsih S.Pd. selaku wali kelas IIA yang telah membantu
penelitian sehingga dapat terlaksana dengan baik.
8. Siswa kelas IIA SD Negeri Tegalrejo 2 yang telah bekerjasama dalam
xi
9. Segenap dosen PGSD S-1, terima kaih atas bantuannya selama ini.
10.Sekretariat PGSD yang telah membantu proses perijinan penelitian hingga
skripsi ini selesai.
11.Kedua orangtua, Bapak Agustinus Slamet dam Ibu Yustina Trimulyaningsih
yang telah mendukung dan selalu memotivasi dalam melakukan proses
pengerjaan skripsi hingga selesai.
12.Kedua kakakku, Agnes Riantika Dewayanti dan Krisma Argiyanta yang telah
mendukung dan memberikan motivasi.
13.Teman terdekatku Andreas Nugroho Trilaksono yang selalu sabar dalam
membantu menyelesaikan skripsi, serta selalu mendukung dan memberikan
saran setiap saya menyelesaikan skripsi ini.
14.Kedua sahabatku Yohana Dhanis Wari dan Aufrida Edith Herinda yang
setiap saat bekerja sama menyelesaikan tugas skripsi ini dan saling berbagi
pendapat dalam menyelesaikan tugas skripsi ini.
15.Teman-teman satu kelompok payung yang saling memberikan dukungan dan
semangat.
16.Teman-teman yang selalu memberikan dukungan dan saran ( Lina, Mira,
Nike, Desy, Yusi, Vika, Tyas, Dania, Gilar )
17.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah membantu
secara spiritual maupun material dari awal hingga tugas akhir ini selesai.
xii
Penulis sadar bahwa karya ilmiah ini belum sempurna karena masih banyak
kekurangan, Namun, penulis berharap karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi
mahasiswa Universitas Sanata Dharma yang akan melakukan penelitian ilmiah.
Yogyakarta, 28 Februari 2017
Peneliti,
xiii DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii
xv
3.8.2 Uji hipotesis ... 68
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 70
4.1 Hasil Penelitian ... 70
4.1.1 Uji Asumsi ... 70
4.1.2 Hasil Uji Statistik ... 74
4.2 Pembahasan ... 75
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 77
5.1 Kesimpulan ... 77
5.2 Keterbatasan ... 77
5.3 Saran ... 78
DAFTAR PUSTAKA ... 80
xvi DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Jadwal Penelitian ... 40
Tabel 3.2 Kisi-kisi kuesioner persepsi dan sikap ... 43
Tabel 3.3 Kisi-kisi pernyataan kuesioner ... 46
Tabel 3.4 Kisi-kisi pernyataan kuesioner sikap siswa terhadap mata pelajaran PKn ... 48
Tabel 3.5 Sebaran item uji coba kuesioner persepsi dan sikap tentang model pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) ... 51
Tabel 3.6 Sebaran item uji coba kuesioner sikap siswa terhadap mata pelajaran PKn ... 52
Tabel 3.7 Rubik Penilaian ... 54
Tabel 3.8 Hasil uji validitas persepsi siswa ... 57
Tabel 3.9 Item valid setiap indikator persepsi siswa ... 58
Tabel 3.10 Hasil uji validitas sikap siswa ... 59
Tabel 3.11 Item valid setiap indikator sikap ... 60
Tabel 3.12 Kriteria koefisien reliabilitas ... 62
Tabel 3.13 Reliabilitas persepsi siswa terhadap model pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) ... 63
Tabel 3.14 Reliabilitas sikap siswa pada mata pelajaran PKn ... 64
Tabel 3.15 Interpretasi koefisien korelasi untuk menguji hipotesis ... 69
Tabel 4.1 Hasil uji normalitas persepsi siswa dan sikap siswa ... 71
Tabel 4.2 Hasil uji Homogenitas Persepsi siswa dan sikap siswa ... 72
Tabel 4.3 Hasil uji linearitas ... 72
Tabel 4.4 Hasil uji correlation pearson product moment ... 74
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Bagan hasil penelitian yang relevan ... 35
Gambar 3.1 Bagan variabel penelitian ... 42
Gambar 3.2 Rumus rata-rata expert judgement ... 55
Gambar 3.3 Rentang skor ... 54
xviii DAFTAR GRAFIK
xix DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Instrumen Penelitian ... 84
Lampiran 2 Rubrik penilaian ... 98
Lampiran 3 Expert Judgement ... 99
Lampiran 4 Hasil uji validitas persepsi siswa terhadap model pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) ... 101
Lampiran 5 Hasil uji reliabilitas instrumen persepsi siswa ... 102
Lampiran 6 Hasil uji validitas sikap siswa pada mata pelajaran PKn ... 103
Lampiran 7 Hasil uji reliabilitas instrumen sikap siswa ... 104
Lampiran 8 Silabus kelompok siswa ... 105
Lampiran 9 RPP kelompok siswa ... 111
Lampiran 10 Nilai kuesioner persepsi siswa terhadap model pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) ... 147
Lampiran 11 Nilai kuesioner sikap siswa pada mata pelajaran PKn ... 149
Lampiran 12 Uji normalitas ... 151
Lampiran 13 Uji homogenitas ... 152
Lampiran 14 Uji linearitas ... 153
Lampiran 15 Uji corelation product moment ... 156
Lampiran 16 Surat izin penelitian ... 157
Lampiran 17 Surat balasan izin penelitian ... 158
Lampiran 18 Foto-foto kegiatan ... 159
1 BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Pendidikan merupakan peran yang penting di era globalisasi seperti
sekarang ini. Pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan dan
mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Melalui pendidikan manusia
akan mampu mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya secara optimal.
Menurut (Eko Haryono 2013: 14) Program pendidikan sembilan tahun untuk
meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan, dan
diharapkan dengan usaha pemerintah terseut dapat meningkatkan kualitas
pendidikan.
Pendidikan kewarganegaraan termasuk salah satu mata pelajaran yang
penting, karena Pendidikan Kewarganegaraan diajarkan di seluruh tingkat
pendidikan, dimulai dari Sekolah Dasar sampai perguruan Tinggi. Menurut
Djahiri (1991:12) Pendidikan Kewarganegaraan sebagai pendidikan nilai dan
moral yang diharapkan mampu menampilkan perangkat tatanan nilai, moral
dan norma pancasila dan selalu menunjukkan ketertarikan isi pesan sila-sila
pancasila. Sebagai pendidikan nilai, Pendidikan Kewarganegaraan akan
membantu peserta didik dalam mengembangkan kesadaran siswa akan
nilai-nilai yang termuat dalam hal yang menjadi objek pembahasannya.
Penanaman nilai dan moral yang terkandung di dalam mata pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan tidak dapat dilakukan secara instan. Perlu proses
2
pembelajaran PKn di kehidupan nyata. Pendidkan Kewarganegaraan dapat
diartikan pula sebagai wahana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai
luhur dan moral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia yang diharapkan
dapat diwujudkan dalam bentuk perilaku kehidupan sehari-hari peserta didik.
Pendekatan konvensional yang selama ini dipakai untuk mengajar PKn kurang
memberikan dampak memuaskan untuk keberhasilan penanaman nilai dan
moral. Persepsi merupakan suatu aktivitas seseorang dalam memberikan
kesan, dan dari observasi yang peneliti lakukan di kelas persepsi siswa pada
pelajaran PKn adalah suatu pelajaran yang membosankan dan tidak menarik
karena banyak teori-teori yang diberikan. Dan sikap siswa akan nilai cinta
lingkungan kurang tertanam dalam diri siswa terlihat ketika siswa tidak
mengindahkan keadaan kelas yang kotor dan sering membuang sampah
sembarangan. Untuk itu diperlukan pendekatan yang baik agar pemahaman
siswa mengenai arti cinta lingkungan semakin jauh lebih baik. Pembelajaran
PKn yang baik untuk merubah siswa lebih menghargai lingkungan adalah
dengan menerapkan nilai-niali yang ada kaitannya dengan persoalan akan nilai
cinta lingkungan
Dari hasil pengamatan dan observasi, peneliti melihat persepsi siswa
mengenai pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR), siswa kurang
mengerti mengenai model tersebut dan siswa kurang antusias dalam menyikapi
model pembelajaran tersebut dan saat digunakan pada mata pelajaran PKn
kurang tertarik terlihat ketika peneliti mengajar mata pelajaran PKn siswa
kurang antusias dalam menyikapi pembelajaran. Sikap terhadap mata pelajaran
3
pula ketika peneliti melihat keadaan kelas yang kotor. Serta di SD Negeri
Tegalrejo 2 kurang menggunakan model dalam kegiatan pembelajaran,
sewaktu peneliti mengajar guru di SD Negeri Tegalrejo 2 kurang mengetahui
apa itu model Paradigama Pedagogi Refletif (PPR), karena pada saat itu guru
bertanya kepada peneliti mengenai model PPR. Ketika peneliti mengajar
menggunakan model Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) itu pun tidak
membuat siswa terlalu bersemangat dalam mengikuti pemebelajaran.
Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti hasil yang diperoleh
melihat indikator persepsi (menyerap, mengerti) terlihat permasalahan persepsi
siswa, dan dari 28 siswa terdapat 21 siswa yang mempunyai persepsi mengenai
pembelajaran dengan kategori rendah yaitu sebesar 75% hal itu nampak pada
saat peneliti melakukan obeservasi dan terlihat bahwa siswa susah mengerti isi
materi pembelajaran dengan baik begitupun pemahaman siswa terhadap
pembelajaran kurang baik terlihat pada saat peneliti bertanya, siswa tidak
menjawab dengan benar. Permasalahan tersebut juga menyebabkan terjadinya
permasalahan pada sikap siswa yang rendah yaitu 97% (27 siswa) hal ini
terlihat ketika peneliti melakukan observasi dan hal ini nampak pada saat
pembelajaran siswa tidak memperhatikan pembelajaran dengan baik, siswa
tidak suka terhadap pembelajaran dan saat diminta mengerjakan siswa tidak
mengerjakan dengan maksimal. Sehingga dapat dikatakan bahwa walaupun
memakai pembelajaran berbasis Paradigma Pedagogi Reflektif tetap saja
persepsi dan sikap siswa pada pembelajaran PKn masih terbilang rendah.
Salah satu strategi untuk mengetahui tentang ada tidaknya hubungan
4
Reflektif (PPR) dan sikap siswa terhadap mata pelajaran PKn. Peneliti akan
sangat menekankan langkah-langkah yang ada dalam model Paradigma
Pedagogi Reflektif (PPR). Adapun kelebihan dari Paradigma Pedagogi
Reflektif adalah model yang bisa digunakan di semua kurikulum sehingga
tidak ada kendala yang berarti jika di sekolah menggunakan kurikulum 2006.
Dari hal itu peneliti inginmelihat apakah ada hubungan antara persepsi dan
sikap siswa.
Menurut Subagyo (2010:18) Pembelajaran Pedagogi Reflektif (PPR)
merupakan pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan sebagai pengantar
pendidikan nilai dan moral di dalam mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn). PPR menekankan sebuah proses yang tidak berhenti
pada pencapaian kompetensi dan keterampilan.
Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) merupakan suatu model
pembelajaran yang baik karena memiliki suatu keunggulangan yang pada
intinya dapat diterapkan di semua kurikulum di sekolah dasar dan juga
hasilnya lebih cepat kelihatan, model pembelajaran ini dianggap mampu
merubah perilaku siswa dalam pembelajaran terlebih persepsi dan sikap siswa
pada mata pelajaran PKn, karena saat peneliti menanyakan secara langsung
kepada siswa mengenai pelajaran PKn apakah ada rasa jenuh saat menerima
pelajaran dan siswa sebagian ada yang mengatakan bosan, maka dari itu
model ini diterapkan untuk merubah persepsi siswa terhadap pelajaran PKn
serta sikap siswa akan cinta lingkungan .
Pengalaman ditekankan supaya siswa dapat terlibat langsung.
5
nilai-nilai yang sedang mereka pelajari. Kemudian guru memberikan refleksi
atas pengalaman dimana refleksi tersebut dilakukan supaya siswa dapat
memahami akan nilai yang sudah dipelajarinya. Pemahaman akan nilai
tersebut selanjutnya menjadi rumusan bagi tindakan siswa selanjutnya dalam
kegiatan aksi, barulah guru dapat mengevaluasinya. Kegiatan evaluasi yang
dilakukan guru tidak hanya dalam ranah kognitif saja, tetapi juga melihat
pribadi siswa, apakah siswa mengalami perkembangan setelah mengikuti
pembelajaran atau tidak. Persepsi siswa dan sikap siswa terhadap mata
pelajaran PKn memang perlu dibenahi, karena persepsi siswa terhadap mata
pelajaran PKn yaitu PKn adalah pelajaran yang membosankan dan kurang
diminati siswa sedangkan sikap siswa terhadap mata pelajaran PKn kurang
tertarik terhadap materi didalamnya.
Dari paparan diatas solusi yang dapat peneliti gunakan adalah
menggunakan Pembelajaran berbasis Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR)
yang dapat membangkitkan kemampuan siswa. PPR akan membantu siswa
untuk menemukan nilai-nilai yang terkandung dalam Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn). Pembelajaran berbasis Paradigma Pedagogi
Reflektif membantu siswa menemukan sendiri melalui pengalaman yang
dibantu refleksi bersama guru dan melakukan aksinya dalam kehidupan
sehari-hari. PPR juga diharapkan mampu membantu siswa dalam menemukan
nilai-nilai yang terkandung dalam pelajaran PKn. Pembelajaran berbasis
Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR), dipakai juga dalam melihat bagaimana
persepsi siswa mengenai mata pelajaran PKn serta sikap siswa terhadap nilai
6
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik melakukan penelitian
kuantitatif untuk mengetahui tentang ada tidaknya hubungan perepsi dan
sikap siswa dengan judul “HUBUNGAN PERSEPSI DAN SIKAP SISWA
KELAS II PADA MATA PELAJARAN PKN DI SD NEGERI TEGALREJO
2”.
1.2 Batasan Masalah
Permasalahan penelitian ini dibatasi hanya pada:
Penelitian dilakukan untuk meneliti persepsi dan sikap siswa kelas II
dalam mata pelajaran PKn. Hasil penelitian ini hanya berlaku di SD Negeri
Tegalrejo 2 pada materi Cinta Lingkungan.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan diatas, masalah dalam penelitian dapat
dirumuskan sebagai berikut :
1.3.1 Apakah ada hubungan persepsi siswa dan sikap siswa pada mata
pelajaran PKn?
1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini sebagai berikut :
1.4.1 Untuk mendeskripsikan adanya hubungan persepsi dan sikap siswa
7 1.5 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak :
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini dapat digunakan sebagai alternatif cara untuk
membantu proses belajar mengajar yang inovatif dengan menggunakan
pembelajaran berbasis Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR), serta
pembelajaran berbasis Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) dapat
dijadikan referensi untuk bisa mendampingi siswa menemukan nilai-nilai
dan dapat mewujudkan sikap terhadap mata pelajaran PKn.
2.Manfaat Praktis
a. Bagi Peneliti
Peneliti dapat membuktikan pengaruh Pembelajaran berbasis
Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) terhadap persepsi dan sikap siswa
dalam mata pelajaran PKn. Peneliti mendapatkan pengalaman baru dalam
menggunakan pembelajaran berbasis Paradigma Pedagogi Reflektif
(PPR) untuk proses pembelajaran PKn.
b. Bagi Guru
Guru mendapatkan pengalaman baru dalam menerapkan
pembelajaran PKn dengan model PPR. Serta guru mendapatkan hal
baru mengenai cara pembelajaran yang baik di kelas.
8
c. Bagi Siswa
Siswa memperoleh pengalaman belajar di kelas dengan
menggunakan model PPR. Siswa mendapatkan pembelajaran yang
menarik dan menyenangkan.
d. Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini dapat memberikan contoh yang baik
dalam proses pembelajaran kedepannya untuk meningkatkan kualitas
sekolah. Sekolah yang menggunakan pembelajaran yang kreatif dan
inovatif akan menarik dan diminati oleh calon siswa.
1.6 Definisi Operasional
1.6.1 Persepsi siswa terhadap pembelajaran berbasis Paradigma Pedagogi
Reflektif adalah suatu proses aktivitas seseorang dalam memberikan
kesan, penilaian, pendapat, merasakan dan menginterprestasikan
sesuatu berdasarkan informasi yang ditampilkan dari sumber lain. Dan
persepsi didahului oleh proses penginderaan.
1.6.2 Sikap siswa pada mata pelajaran PKn merupakan suatu kecenderungan
reaksi perasaan, yang mempunyai preferensi terhadap suatu objek
tertentu dengan berdasarkan pada keyakinan individu. Sikap dapat
diartikan sikap merupakan pendapat, keyakinan seseorang mengenai
objek atau situasi yang disertai dengan perasaan tertentu, dan
memberikan dasar kepada orang tersebut sehingga timbul respon untuk
9
1.6.3 Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) adalah salah satu cara pola pikir
dalam menumbuhkan dan mengembangkan kompetensi siswa. PPR
memiliki tahap tahap awal pada pembelajaran ini adalah pengenalan
pada konteks siswa. Unsur paling penting dalam model pembelajaran
ini adalah pengalaman, refleksi dan aksi.
1.6.4 Pendidikan Kewarganegaraan merupakan suatu pendidikan yang
memfokuskan pada pendidikan nilai dan moral serta pembentukkan jati
diri dan cinta tanah air untuk menjadi warga negara yang cerdas,
terampil, dan berkarakter. Serta pendidikan kewarganegaraan yang
berhasil diterapkan akan mampu untuk mengembangkan sikap mental
10 BAB II
LANDASAN TEORI
Pada bab II landasan teori ini, berisi kajian pustaka serta teori-teori yang
relevan dari hasil penelitian sebelumnya dan dirumuskan dalam kerangka berpikir
dan hipotesis berupa dugaan sementara dari rumusan masalah penelitian.
2.1 Kajian Pustaka
2.1.1 Persepsi
2.1.1.1 Pengertian Persepsi
Menurut Jalaludin (1998:51) persepsi adalah pengalaman tentang objek,
peristiwa atau hubungan – hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan
informasi dan menafsirkan pesan. Selain itu Atkinson (1999 : 75) mengungkapkan
bahwa persepsi adalah proses dimana kita mengorganisasi dan menafsirkan
stimulus dalam lingkungan. Begitu pula dengan Davidoff, (1981) mengatakan
bahwa persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh proses penginderaan,
yaitu merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera
atau juga disebut proses sensoris. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa
stimulus diterima oleh alat indera, yaitu yang dimaksud dengan penginderaan,
dan melalui proses penginderaan tersebut stimulus itu menjadi sesuatu yang
berarti setelah diorganisasikan dan diinterprestasikan.
Jadi, persepsi siswa adalah suatu proses aktivitas seseorang dalam
11
sesuatu berdasarkan informasi yang ditampilkan dari sumber lain. Dan persepsi
didahului oleh proses penginderaan.
2.1.1.2 Faktor-faktor yang berperan dalam persepsi
Walgito (2010:101) berpendapat bahwa terdapat beberapa faktor-faktor yang
berperan dalam persepsi, yaitu:
1. Objek persepsi
Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau reseptor.
Stimulus dapat datang dari luar individu yang mempersepsi, tetapi juga dapat
datang dari dalam diri individu yang bersangkutan yang langsung mengenai syaraf
penerima yang bekerja sebagai reseptor. Namun dari sebagian terbesar stimulus
datang dari luar individu. Dalam penelitian ini objek persepsinya adalah
pembelajaran PKn.
2. Alat indera, syaraf, dan pusat susunan syaraf
Alat indera atau reseptor merupakan alat untuk menerima stimulus. Di
samping itu juga harus ada syaraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan
stimulus yang diterima reseptor ke pusat susunan syaraf, yaitu otak sebgai pusat
kesadaran. Sebagai alat untuk mengadakan respon diperlukan syaraf motoris.
3. Perhatian
Untuk menyadari atau untuk mengadakan persepsi diperlukan adanya
perhatian, yaitu merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam
rangka mengadakan persepsi. Perhatian merupakan pemusatan atau konsentrasi
dari seluruh aktivitas individu yang ditunjukan kepada sesuatu atau sekelompok
12
Dari paparan di atas dapat dikemukakan bahwa faktor-faktor yang
berpengaruh pada persepsi yaitu objek persepsi, alat indera, syaraf, dan pusat
susunan syaraf dan perhatian
2.1.1.3 Proses Terjadinya Persepsi
Walgito (2010:102) mengatakan bahwa proses terjadinya persepsi dapat
dijelaskan sebagai berikut. Objek menimbulkan stimulus, dan stimulus
mengenai alat indera atau reseptor. Perlu dikemukakan bahwa antara objek dan
stimulus itu berbeda, tetapi ada kalanya bahwa objek dan stimulus itu menjadi
satu, misalnya dalam hal tekanan. Benda sebagai objek langsung mengenai
kulit, sehingga akan terasa tekanan tersebut.
Proses stimulus mengenai alat indera merupakan proses kealaman atau
proses fisik. Stimulus yang diterima oleh alat indera diteruskan oleh syaraf
sensoris ke otak. Proses ini yang disebut sebagai proses fisiologis. Kemudian
terjadilah proses di otak sebagai pusat kesadaran sehingga individu menyadari
apa yang dilihat, atau apa yang didengar, atau apa yang diraba. Proses yang
terjadi dalam otak atau dalam pusat kesadaran inilah yang disebut sebagai
proses psikologis.
Dengan demikian dapat disimpulkan yaitu taraf terakhir dari proses
persepsi ialah individu menyadari tentang misalnya apa yang dilihat, atau apa
yang didengar, atau apa yang diraba, yaitu stimulus yang diterima melalui alat
indera. Proses ini merupakan proses terahkir dari persepsi dan merupakan
persepsi sebenarnya. Respon sebagai akibat dari persepsi dapat diambil oleh
13 2.1.1.4 Indikator Persepsi
Indikator persepsi ada 2 macam menurut Hamka (2002: 101-106) yaitu :
1. Menyerap, yaitu stimulus yang berada di luar individu diserap melalui indera,
masuk ke dalam otak, mendapat tempat. Di situ terjadi proses analisis, diklasifikasi
dan diorganisir dengan pengalaman–pengalaman individu yang telah dimiliki
sebelumnya. Karena itu penyerapan itu bersifat individual berbeda satu sama lain
meskipun stimulus yang diserap sama.
2. Mengerti atau memahami, yaitu indikator adanya persepsi sebagai hasil proses
klasifikasi dan organisasi. Tahap ini terjadi dalam proses psikis. Hasil analisis
berupa pengertian atau pemahaman. Pengertian atau pemahaman tersebut juga
bersifat subjektif, berbeda -beda bagi setiap individu.
Walgito (1990: 54 -55), berpendapat bahwa persepsi memiliki
indikator-indikator sebagai berikut:
1. Penyerapan terhadap rangsang atau objek dari luar individu. Rangsang atau objek
tersebut diserap atau diterima oleh panca indera, baik penglihatan, pendengaran,
peraba, pencium, dan pencecap secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama. Dari
hasil penyerapan atau penerimaan oleh alat-alat indera tersebut akan mendapatkan
gambaran, tanggapan, atau kesan di dalam otak. Gambaran tersebut dapat tunggal
maupun jamak, tergantung objek persepsi yang diamati. Di dalam otak terkumpul
gambaran-gambaran atau kesan-kesan, baik yang lama maupun yang baru saja
terbentuk. Jelas tidaknya gambaran tersebut tergantung dari jelas tidaknya
14
2. Pengertian atau pemahaman setelah terjadi gambaran-gambaran atau kesan-kesan di
dalam otak, maka gambaran tersebut diorganisir, digolong –golongkan
(diklasifikasi), dibandingkan, diinterpretasi, sehingga terbentuk pengertian atau
pemahaman. Proses terjadinya pengertian atau pemahaman tersebut sangat unik dan
cepat. Pengertian yang terbentuk tergantung juga pada gambaran -gambaran lama
yang telah dimiliki individu sebelumnya (disebut apersepsi).
3. Penilaian atau evaluasi setelah terbentuk pengertian atau pemahaman, terjadilah
penilaian dari individu. Individu membandingkan pengertian atau pemahaman yang
baru diperoleh tersebut dengan kriteria atau norma yang dimiliki individu secara
subjektif. Penilaian individu berbeda-beda meskipun objeknya sama. Oleh karena
itu persepsi bersifat individual.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan indikator persepsi yang
dikemukakan oleh Hamka (2002) yaitu menyerap, mengerti. Peneliti menggunakan
indikator persepsi dari Hamka karena dinilai lebih lengkap dan memadahi.
Selanjutnya indikator-indikator persepsi tersebut akan digunakan untuk
pengembangan instrumen persepsi siswa pada mata pelajaran PKn.
2.1.2 Sikap
2.1.2.1 Pengertian Sikap
Azwar (2005: 7) menyatakan bahwa sikap merupakan ekspresi efek seseorang
pada objek sosial tertentu yang mempunyai kemungkinan rentangan dari suka
15
Sedangkan menurut Kerlingar dalam (Azwar, 2010: 7) sikap adalah
kecederungan yang tertata untuk berfikir, merasa, berperilaku terhadap sesuatu
himpunan fenomena seperti objek-objek fisik, kejadian, atau perilaku.
Sedangkan Purwanto (2004: 141) mengemukakan bahwa sikap adalah suatu
kecenderungan untuk bereaksi dengan cara tertentu terhadap suatu perangsangan
atau situasi yang dihadapi.
Jadi, dari berbagai pendapat mengenai sikap tersebut di atas dapat
disimpulkan bahwa sikap merupakan suatu kecenderungan reaksi perasaan, yang
mempunyai preferensi terhadap suatu objek tertentu dengan berdasarkan pada
keyakinan individu. Sikap dapat diartikan sikap merupakan pendapat, keyakinan
seseorang mengenai objek atau situasi yang disertai dengan perasaan tertentu, dan
memberikan dasar kepada orang tersebut sehingga timbul respon untuk
berperilaku dengan cara tertentu yang dipilihnya.
2.1.2.2 Struktur Sikap
Mengikuti skema triadik, struktur sikap terdiri atas tiga komponen yang
saling menunjang yaitu komponen kognitif, komponen afektif, dan komponen
konatif.
Kompenen kognitif merupakan representasi apa yang dipercayai oleh
individu pemilik sikap, komponen afektif merupakan perasaan yang menyangkut
aspek emosional, dan komponen konatif merupakan kecenderungan berperilaku
tertentu seperti dengan sikap yang dimiliki oleh seseorang. Kothandapani (dalam
Middlebrook, 1974) merumuskan ketiga komponen tersebut sebagai komponen
kognitif (kepercayaan), komponen emosional (perasaan), dan komponen perilaku
16
Mann (1969) menjelaskan bahwa komponen kognitif berisi persepsi,
kepercayaan, dan stereotipe yang dimiliki individu mengenai sesuatu. Seringkali
komponen kognitif ini dapat disamakan dengan pandangan (opini), terutama
apabila menyangkut masalah isyu atau problem yang kontraversial. Komponen
afektif merupakan perasaan individu terhadap objek sikap dan menyangkut
masalah emosi. Aspek emosional inilah yang biasanya berakar paling bertahan
terhadap pengaruh-pengaruh yang mungkin akan mengubah sesorang. Komponen
perilaku berisi tendensi atau kecenderungan untuk bertindak atau untuk bereaksi
terhadap sesuatu dengan cara-cara tertentu.
Jadi, dari berbagai pendapat mengenai sikap tersebut di atas dapat
disimpulkan bahwa struktur sikap meliputi tiga komponen yaitu kognitif, afektif
dan konatif. Dan komponen kognitif tersebut dipercayai oleh individu pemilik
sikap, serta afektif menyangkut emosional seseorang. Konatif juga mempengaruhi
sikap yang dimiliki sesorang pula. Ketiga unsur itu memiliki penilaian yang
bersifat postif dan negatif yaitu favorable dan unfavorable di dalam instrumen.
2.1.2.3 Ciri-ciri Sikap
Purwanto (1998) dalam (Wawan & Dewi M, 2010 : 34) mengemukakan
ciri-ciri sikap sebagai berikut :
1) Sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan dibentuk sepanjang perkembangan
dalam hubungan dengan obyeknya.
2) Sikap dapat berubah – ubah
3) Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai hubungan tertentu
17
atau senantiasa berkenaan dengan suatu objek tertentu yang dapat dirumuskan
dengan jelas.
4) Objek sikap itu merupakan suatu hal tertentu tetapi dapat juga merupakan
kumpulan dari hal – hal tersebut.
5) Sikap mempunyai segi – segi perasaan, sifat alamiah yang membedakan
sikap dan kecapakan – kecakapan atau pengetahuan yang dimiliki orang.
2.1.2.4 Faktor yang mempengaruhi sikap
Sikap merupakan hal yang sangat penting dalam psikologi khususnya
psikologi sosial. Psikologi sosial menempatkan sikap sebagai hal yang sentral.
Pendapat tersebut kiranya beralasan jika dilihat pentingnya sikap dalam
tingkah laku dan perbuatan manusia sehari-hari. Sikap seseorang akan
mempengaruhi tingkah laku orang tersebut dalam menanggapi sesuatu. Sikap
dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dapat menentukan perubahan sikap.
Azwar (1995:3) mengemukakan bahwa faktor yang dapat mempengaruhi
pembentukan sikap adalah :
1) Pengalaman pribadi
Pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Hal tersebut
melibatkan keadaan emosional agar penghayatan akan pengalaman lebih
mendalam dan lebih membekas.
2) Kebudayaan
Kebudayaan mempunyai pengaruh yang benar terhadap pembentukan
sikap seseorang. Tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis
18 3) Orang lain yang dianggap penting
Orang lain yang ada di samping kita adalah salah satu komponen sosial
yang mempengaruhi sikap kita. Seseorang akan meniru dan bersikap sama
seperti orang lain. Jika orang tersebut dianggap memang pantas untuk
dijadikan panutan.
4) Pengaruh faktor emosi
Suatu pembentukan sikap seseorang tidaklah ditentukan oleh situasi
lingkungan dan pengalaman pribadi seseorang namun suatu sikap merupakan
pernyataan yang didasari suatu emosi yang berfungsi sebagai penyalur
frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego. Suatu sikap yang
didasari emosional adalah prasangka yaitu sikap yang tidak toleran terhadap
sekelompok orang.
5) Media Massa
Pengaruh media masa tidaklah terlalu besar dalam interaksi individu
secara langsung, namun dalam proses pembentukan dan perubahan sikap,
peranan media masa tidak kecil artinya.
6) Lembaga Pendidikan dan Agama
Kedua lembaga ini mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap
dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian konsep moral dalam diri
individu. Konsep moral dan ajaran agama sangat menentukan system
kepercayaan maka tidaklah mengherankan kalau pada gilirannya kemudian
19 2.1.2.5 Indikator Sikap
Menurut Walgito (dalam Puspasari, 2010:16) sikap mengandung tiga
indikator yang membentuk struktur sikap, yaitu: kognitif (konseptual), afektif
(emosional), konatif (perilaku atau action component).
1. Indikator kognitif merupakan komponen yang berkaitan dengan
pengetahuan, pandangan, keyakinan, yaitu hal-hal yang berhubungan
dengan bagaimana orang mempersepsikan terhadap objek.
2. Indikator afektif merupakan komponen yang berhubungan dengan rasa
senang atau tidak senang atau tidak senang terhadap objek sikap.
3. Indikator konatif merupakan komponen yang berhubungan dengan
kecenderungan bertindak terhadap objek sikap.
Berdasarkan indikator yang telah dipaparkan menurut beberapa
ahli, peneliti menggunakan indikator sikap menurut Walgito (dalam
Puspasari 2010:16) yang dapat membentuk struktur sikap dengan tiga
indikator yaitu : kognitif, afektif, dan konatif, karena tiga aspek ini sesuai
dengan pernyataan yang akan digunakan sebagai kuesioner. Indikator
sikap ini akan digunakan untuk menyusun kuesioner penelitian. Di dalam
20 2.1.3 Paradigma Pedagogi Reflektif
2.1.3.1 Pengertian Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR)
Menurut Subagyo (2010:22) Pedagogi merupakan salah satu cara guru
untuk mendampingi siswa dalam tumbuh kembangnya. Sedangkan reflektif
menurut TIM PPR SD Kanisius (2010:7) adalah meninjau kembali
pengalaman, topik tertentu, gagasan, ataupun reaksi secara rasional dengan
tujuan mampu memahami makna yang terkandung di dalamnya.
Model Pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR), diharapkan
dapat membantu siswa, bukan hanya menjadi lebih cerdas dalam bidang
pengetahuannya, tetapi berkembang menjadi pribadi yang peka pada sikap
kebaikan, dan peka pada kebutuhan orang lain (Suparno, 2015). Menurut
Subgya (2008), menyebutkan tiga unsur utama dalam PPR adalah pengalaman,
refleksi dan aksi.
Tahap awal dari pembelajaran yang berbasis pedagogi reflektif ini adalah
pengenalan konteks siswa. Siswa diajak mencermati konteks-konteks yang ada
dalam hidupnya sehingga mereka mampu mengenali faktor-faktor yang
berpotensi mendukung atau menghambat proses pembelajaran yang akan
dialaminya. Guru akan memulai proses pembelajarannya dari diri siswa yaitu
dengan memahami dunia siswa termasuk cara-cara hidup keluarga dan
lingkungannya, kebudayaan dan adat, dan juga tekanan sosial, politik, agama,
ekonomi yang terjadi disekitarnya, dan hal lain yang mempengaruhi dunia
21 1. Pengalaman
Bagi Ignatius pengalaman berarti “mengenyam sesuatu hal dalam batin”
(Paradigma Pedagogi Reflektif, 2010). Pengalaman yang didapat siswa (fakta,
pengertian, asas) akan dianalisis dan dinilai ide idenya untuk lebih memahami
dan menghargai maknanya. Tahap pengalaman merupakan tahap yang sangat
penting dalam menentukan tingkat pencapaian kompetensi yang dicapai baik
dalam aspek kognitif, psikomotorik, maupun afektif. Selain itu, tahap ini juga
menjadi bahan atau dasar bagi tahap refleksi dan aksi yang merupakan
kelanjutan dari tahap pengalaman.
2. Refleksi
Refleksi merupakan unsur yang penting dalam Paradigma Pedagogi
Reflektif, karena menjadi penghubung antara pengalaman dan tindakan. Agar
pengalaman belajar yang diperoleh siswa dapat bermakna maka perlu
direfleksikan. Tujuan dari kegiatan refleksi adalah a) Siswa mampu menangkap
nilai hakiki dari apa yang dipelajari; b) Menemukan keterkaitan antar unsur
pengetahuan dan antara pengetahuan dengan realitasnya; c) Memahami
implikasi pengetahuan dan seluruh tanggung jawabnya guna menemukan
kebenaran dan kebebasan; dan d) Membentuk hati nurani siswa baik itu dalam
hal keyakinan, nilai, sikap dan seluruh cara bernalar mereka. Menurut
Rm.Y.Subagya, dkk (2008:43) Melalui refleksi, siswa menyakini makna nilai
yang terkandung dalam pengalamannya. Diharapkan siswa membentuk pribadi
22 3. Tindakan
Dalam proses pembelajaran, yang dimaksud dengan tindakan adalah
memaknai hasil pembelajaran dengan pikiran dan hati untuk mewujudkan
pengetahuannya dalam kehidupan nyata. Jika siswa tersebut mengalami
keberhasilan atau kegagalan, maka ia akan kembali kepada Tuhan untuk
bersyukur atau memohon kepada-Nya agar semuanya menjadi lebih baik lagi.
4. Evaluasi
Tahap terakhir dari pembelajaran yang berbasis pedagogi reflektif adalah
evaluasi. Tahap ini dilakukan untuk memantau kemajuan akademik dan menilai
kemajuan pembentukan pribadi siswa secara menyeluruh. Tes, ulangan, atau ujian
merupakan alat evaluasi untuk menilai atau mengukur seberapa jauh pengetahuan
sudah dikuasai. Bagi siswa, hasil evaluasi ini bermanfaat untuk memperbaiki cara
belajarnya, sedangkan bagi guru merupakan masukan untuk memperbaiki cara
dan metode pembelajaran yang digunakan.
Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif
(PPR) adalah salah satu cara pola pikir dalam menumbuhkan dan
mengembangkan pribadi siswa. PPR memiliki tahap tahap awal pada
pembelajaran ini adalah pengenalan pada konteks siswa. Dan unsur paling penting
dalam model pembelajaran ini adalah pengalaman, refleksi dan aksi.
2.1.3.2 Tujuan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR)
Dalam buku yang dikembangkan oleh Komunitas Studi dan Pengembangan
PPR Yogyakarta (2012) disebutkan bahwa tujuan dari PPR adalah sebagai
23
1. Membentuk pria dan wanita untuk orang lain yang berarti kita bertujuan
membentuk pemimpin-pemimpin pelayanan yang meneladan Yesus Kristus. Pria
dan wanita yang kompeten (competence), dalam bidangnya, memiliki hati nurani yang benar (conscience), dan memiliki kepedulian yang tumbuh dari kasih kepada sesama (compassion).
2. Membentuk pribadi secara penuh dan lebih mendalam, yaitu suatu proses
pembentukan yang menuntut keunggulan yang meliputi bidang intelektual,
akademik, dan lainnya.
2.1.3.3 Ciri – ciri Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR)
Subagya, (2010) menyatakan bahwa Paradigma Pedagogi Reflektif
mempunyai ciri-ciri khas sesuai dengan pendidikan yaitu :
a. Paradigma Pedagogi Reflektif dapat diterapkan kepada semua kurikulum.
Paradigma ini tidak menuntut tambahan apapun selain pendekatan baru pada cara
kita mengajarkan mata pelajaran yang ada.
b. Paradigma Pedagogi Reflektif fundamental untuk proses belajar mengajar. Ranah
akademik dan non-akademik bukan penghalang diterapkannya model Paradigma
Pedagogi Reflektif ini seperti : Ekstrakurikuler, Olah raga, Retret, dan sebagainya.
Dalam bidang studi Sejarah, Matematika, Bahasa, Sastra, Fisika dan Kesenian
paradigma ini dapat dijadikan sebagai panduan dalam mempersiapkan pengajaran,
memilih bahan dan kegiatan – kegiatan lainnya.
c. Paradigma Pedagogi Reflektif menjamin para pengajar menjadi pengajar yang
24
susunan kegiatan yang diajarkan dan memotivasi siswa untuk menghubungkan
apa yang mereka pelajari dalam pengalaman mereka.
d. Paradigma Pedagogi Reflektif mempribadikan proses belajar dan mendorong
siswa merefleksikan makna dan arti dari apa yang dipelajari. Pengalaman sisw
akan membantu mereka lebih berpikir kritis dalam proses belajar mengajar serta
meningkatkan motivasi siswa dalam belajar.
e. Paradigma Pedagogi Reflektif menekankan dimensi sosial belajar maupun
mengajar. Pengalaman yang paling mendalam timbul dari hubungan manusiawi
dengan sesama dan pengalaman bersama orang lain. Refleksi harus selalu
mengantar siswa untuk semakin menghargai orang lain.
2.1.3.4 Tata Cara Pelaksanaan Paradigma Pedagogi Reflektif(PPR)
Menurut (Subagya, 2010) Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) harus
memperhatikan proses belajar maupun proses pedagoginya. Selain itu mereka
juga harus menunjukkan cara-cara untuk mendukung keterbukaan pada
pertumbuhan, juga setelah siswa menyelesaikan suatu siklus pembelajaran
tertentu. Berikut ini adalah langkah-langkah proses pembelajaran menggunakan
Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) :
a. Konteks
Pertama, siswa diajak untuk mengerti mengenai nilai-nilai yang akan dikembangkan, sehingga dengan demikian anggota komunitas, guru, dan juga
siswa menyadari bahwa yang menjadi landasan pengembangan bukan hanya
aturan melainkan juga nilai-nilai kemanusiaan.
25
Ketiga, dalam tahap ini siswa diajak untuk menjalin sebuah hubungan yang akrab, saling percaya, agar siswa bisa membangun komunikasi yang terbuka antara guru
dengan siswa.
b. Pengalaman
Dalam tahap ini siswa diajarkan untuk menumbuhkan persaudaraan.
solidaritas dan saling memuji adalah pengalaman bekerjasama dalam kelompok
kecil yang “direkayasa” sehingga terjadi interaksi dan komunikasi yang intensif,
ramah dan sopan, penuh tenggang rasa, dan akrab.
c. Refleksi
Dalam tahap ini siswa difasilitasi menggunakan pertanyaan agar siswa
terbantu untuk berefleksi. Pertanyaan yang baik adalah pertanyaan yang divergen
agar siswa secara otentik dapat memahami, mendalami dan meyakini temuannya.
Siswa juga dapat diajak untuk diam dan hening sejenak untuk meresapi apa saja
yang sudah dipelajari hari itu.
d. Aksi
Dalam tahap ini guu menfasilitasi siswa dengan pertanyaan aksi agar siswa
tersebut terbantu untuk membangun niat dan bertindak sesuai dengan hasil
refleksinya. Dengan niat yang sudah dibangun dan berperilaku dari kemauannya
sendiri siswa membentuk pribadi yang menjadi pejuang bagi nilai-nilai yang
direfleksikannya.
e. Evaluasi
Setelah pembelajaran guru memberikan evaluasi atas kompetensinya dari
26
dibangun untuk mengembangkan ranah akademik dan menyiapkan siswa menjadi
komponen di bidang studi yang dipelajarinya.
2.1.3.5 Kelebihan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR)
Kelebihan Paradigma Pedagogi Reflektif menurut Subagya (2008) adalah
sebagai berikut :
1. Murah meriah
Dalam pembelajaran tidak memerlukan atau penawaran khusus, kecuali
yang dilakukan oleh bidang studi yang bersangkutan. Misalnya untuk
menumbuhkan persaudaraan, solidaritas, saling menghargai, yang diperlukan
adalah pengalaman yang dapat tercapai melalui belajar dengan kerja sama
kelompok yang kemudian direfleksikan dan ditindaklanjuti dengan aksi, evaluasi
dalam belajar dengan kerja sama kelompok.
2. Segala Kurikulum
PPR dapat diterapkan pada semua kurikulum. Paradigma Pedagogi
Reflektif ini tidak menuntut tambahan bidang studi baru, jam pelajaran tambahan,
maupun peralatan khusus. Hal pokok yang dibutuhkan hanyalah pendekatan baru
pada cara guru dalam mengajarkan mata pelajaran yang ada.
3. Cepat Kelihatan Hasilnya
Kenyataanya sekolah yang sudah menerapkan Paradigma Pedagogi
Reflektif (PPR) sebagai model pembelajarannya membawa dampak yang baik
terhadap siswa-siswinya. Contohnya seperti : siswa-siswa akan terlihat akrab satu
27
menghargai satu sama lain. Dengan begitu pengelompokan kelas menjadi mudah,
kenakalan berkurang. Secara garis besar dapat disimpulkan yaitu :
1) Dari segi integrasi
a. Pembelajaran berpola PPR murah
b. Tidak terhambat adanya kurikulum baru
2) Dari segi pengalaman
a. Tidak memerlukan banyak aturan
b. Penelitian yang otentik
3) Dari segi pendidikan kontekstual :
a. Ciri khas sekolah dapat diwujudkan
2.1.4 Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) selalu ada sejak siswa duduk di bangku
Sekolah Dasar. Pendidikan Kewarganegaraan adalah usaha sadar untuk
menyiapkan siswa agar masa yang akan datang menjadi patriot pembela bangsa
dan negara. Menurut Sumiati (2008), Pendidikan Kewarganegaraan adalah usaha
sadar untuk menyiapkan siswa agar masa yang akan datang menjadi patriot
pembela bangsa dan Negara. Pendidikan memiliki beberapa misi penting, yaitu
sebagai berikut : PKn sebagai pendidikan politik, PKn sebagai pendidikan nilai,
PKn sebagai pendidikan nasionalisme, PKn sebagai pendidikan hukum, PKn
sebagai pendidikan multikultural, PKn sebagai pendidikan resolusi konflik.
Kesadaran akan nilai adalah suatu kesadaran akan nilai itu sendiri yang
terkandung dalam materi yang diajarkan, sehingga kesadaran akan norma akan
28
yang sesuai dengan nilai maka tindakan tersebut yang akan mewujudkan nilai.
Pkn sebagai pendidikan nilai dimaksudkan bahwa melalui pembelajaran PKn
diharapkan dapat menyadarkan siswa akan nilai, norma yang dianggap baik oleh
bangsa dan negara pada siswa, selain itu PKn juga diharapkan dapat
menumbuhkan dan meningkatkan nilai kebangsaan atau nasionalisme siswa,
sehingga siswa lebih mencintai dan rela berkorban untuk bangsa dan negaranya.
Siswa seharusnya menyadari pentingnya nilai sehingga tertarik untuk
mewujudkan nilai nilai yang terkandung dalam mata pelajaran PKn. Peserta didik
harus mengetahui cara- cara dalam menghadapi masalah yang ada di lingkungan
sekitar. PKn termasuk salah satu mata pelajaran yang sangat penting, karena PKn
diajarkan di semua jenjang pendidkkan.
Menurut Dikti (Subagya,2008:4) subtansi kajian Pendidikan Kewarganegaraan
mencakup : (1) pengantar, (2) hak asasi manusia, (3) hak dan kewajiban waraga
negara, (4) bela negara, (5) dekomkasi, (6) wawasan nusantara, (7) ketahanan
nasional, (8) politik strategi nasional. Menurut Ariyani dan Susantim (2010:18)
kewarganegaraan merupakan materi yang memfokuskan pada pembentukkan diri
yang beragam, baik dari segi agama, sosio-kultural, bahasa, usia, dan suku
bangsa, untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, trampil, dan
berkarakter.
Pendidikan Kewarganegaraan di Indonesia bertujuan untuk menjadikan siswa
mampu berkembang menjadi pribadi yang cerdas, dan menggunakan
kecerdasaannya tersebut untuk memajukan diri sendiri dan lingkungan.
Pendidikan kewarganegaraan yang berhasil diterapkan akan mampu untuk
29
siswa. Sumiati (2008), mengemukakan bahwa tujuan PKn di Indonesia akan
tercapai yaitu dengan menanamkan konsep dan nilai yang sudah di anggap baik
sebagai titik tolak untuk menumbuhkan warga negara yang baik.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa Pendidikan
Kewarganegaraan merupakan suatu pendidikan yang memfokuskan pada
pendidikan nilai dan moral serta pembentukkan jati diri dan cinta tanah air untuk
menjadi warga negara yang cerdas, terampil, dan berkarakter. Serta pendidikan
kewarganegaraan yang berhasil diterapkan akan mampu untuk mengembangkan
sikap mental yang cerdas, penuh tanggung jawab dalam diri siswa.
2.1.4.1 Ruang Lingkup Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)
Ruang lingkup mata pelajaran PKn meliputi beberapa aspek. Berdasarkan
Depdiknas (2007) aspek-aspek tersebut meliputi sebagai berikut :
a. Persatuan dan kesatuan bangsa, meliputi : Hidup rukun dalam perbedaan,
Cinta Lingkungan, Kebangsaan sebagai bangsa Indonesia, Sumpah Pemuda,
Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, Partisipasi dalam pembelaan
negara, Sikap positif terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia,
Keterbukaan dan Jaminan keadilan.
b. Norma, hukum dan peraturan, meliputi : Tertib dalam kehidupan keluarga,
Tata tertib di sekolah, Norma yang berlaku di masyarakat, Peraturan –
peraturan daerah, Sistem hukum dan peradilan nasional, Hukum dan
30
c. Hak asasi manusia meliputi : Hak dan kewajiban anak, Hak dan kewajiban
anggota masyarakat, Instrumen nasional dan internasional HAM, Pemajuan,
Penghormatan dan perlindungan HAM.
d. Kebutuhan warga negara meliputi: Hidup gotong royong, Harga diri sebagai
warga masyarakat, Kebebasan berorganisasi, Kemerdekaan mengeluarkan
pendapat, Menghargai keputusan bersama, Prestasi diri, Persamaan
kedudukan warga negara.
e. Konstitusi Negara meliputi: Proklamasi kemerdekaan dan konstitusi yang
pertama, konstitusi – konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia,
Hubungan dasar negara dengan konstitusi.
f. Kekuasaan dan Politik, meliputi: Pemerintahan desa dan kecamatan,
Pemerintahan desa dan otonomi, Pemerintahan pusat, Demokrasi dan system
politik, Budaya politik, Budaya demokrasi menuju masyarakat madani,
Sistem pemerintahan, Pers dalam masyarakat demokrasi.
g. Pancasila meliputi : kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi
negara, proses perumusan Pancasila sebagai dasar negara, pemgamalan nilai-
nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, Pancasila sebagai ideologi
terbuka.
h. Globalisasi meliputi : Globalisasi di lingkungannya, politik luar negeri
Indonesia di globalisasi, Dampak globalisasi, Hubungan internasional dan
organisasi internasional, dan mengevaluasi glibalisasi.
Dari pernyataan diatas peneliti dapat menyimpulkan bahwa ruang lingkup
PKn memiliki 8 aspek yang penting seperti persatuan dan kesatuan bangsa,
31
pancasila dan yang terakhir globalisasi. Dari kedelapan aspek tersebut
terdapat satu aspek yang memenuhi materi dalam penelitian yaitu cinta
lingkungan.
2.1.5.Materi PKn Cinta Lingkungan
2.1.5.1 Cinta Lingkungan
a. Arti Mencintai Lingkungan
Lingkungan terdiri dari tanah, air, dan udara.ada bermacam tumbuhan dan hewan. Ada makhluk hidup dan benda mati. Semuanya
memiliki manfaat bagi kehidupan manusia. Karena itu, kita wajib menjaga
dan melestarikan alam sekitar supaya alam tidak cepat rusak dan akhirnya
habis atau punah. Jika alam sekitar kita rusak, kita tidak lagi bisa menikmati
manfaatnya dan pada akhirnya kita yang rugi.
b. Memelihara Lingkungan Alam
Lingkungan alam memiliki banyak kekayaan dan kita dapat
memanfaatkannya untuk berbagai kepentingan. Namun, kita wajib
mempergunakannya secara benar dan hemat. Tujuannya, agar alam tetap
lestari dan dapat terus digunakan sampai ke generasi-generasi yang akan
datang. Melestarikan lingkungan merupakan tanggung jawab bersama.
Berbagai cara dapat kita lakukan dalam pemeliharaan lingkungan alam
sekitar. Tumbuhan, binatang, sungai, gunung, laut, danau, dan saluran air
dapat kita jaga dengan berbagai cara yang tepat dan benar agar kita dapat
32
1. Memelihara lingkungan tumbuh-tumbuhan
2. Memelihara binatang
3. Memelihara sungai, gunung, laut, danau, dan saluran air.
c. Menjaga Kelestarian Alam
Alam adalah ciptaan Allah yang maha kuasa. Alam yang terhampar ini
merupakan anugerah yang tidak ternilai harganya. Alam diciptakan Allah
untuk kepentingan manusia. Manusia harus dapat menjaga kelestariannya.
2.2 Penelitian Yang Relevan
Berikut ini literatur dari penelitian-penelitian sebelumnya yang pernah
dilakukan :
a. Chairunnisa (2011) melakukan penelitian tentang Persepsi Siswa Terhadap
Metode Pembelajaran Guru dan Hasil Belajar Bahasa Indonesia di SMK
Al-Hidayah Ciputat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara
persepsi terhadap metode pembelajaran guru dan hasil belajar bahasa
Indonesia di SMK Al-Hidayah. Metode penelitian ini menggunakan metode
analisis deskriptif dan untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini peneliti
menggunakan rumus Product Moment. Populasi pada penelitian ini adalah siswa kelas X dan XI SMK Al-Hidayah ciputat yang berjumlah 308 siswa dan
, Persamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama menggunakan variabel
persepsi.
b. Imam Setyawan (2012) melakukan penelitian tentang Hubungan Antara
Persepsi Siswa Terhadap Pembelajaran Kontekstual dengan Minat Belajar
33
bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara persepsi siswa
terhadap pembelajaran kontekstual dengan minat belajar matematika pada
siswa kelas VII SMP N 18 Semarang. Jenis penelitian yang digunakan adalah
pendekatan kuantitatif. Populasi yang digunakan pada penelitian ini adalah
siswa kelas VII SMP N 18 Semarang. Desain penelitiannya adalah analisis
deskriptif korelatif menggunakan rumus Product Moment diperoleh hasil sebesar 0,25 yang berada pada 0,20-0,40 dan taraf signifikan 5% sebesar
0,374 . selain itu pula dapat diketahui bahwa kontribusi metode pembelajaran
guru terhadap hasil belajar siswa di SMK Al-Hidayah Ciputat hanya 6,3%
sedangkan 93,7% dipengaruhi oleh faktor lan. Persamaan dengan penelitian
ini adalah sama-sama mengukur variabel tentang Persepsi Siswa
c. Resita Kurnia Dewi (2016) melakukan penelitian tentang Peningkatan Sikap
Kedisiplinan Dalam Pembelajaran PKn Menggunakan Model Paradigma
Pedagogi Reflektif Bagi Siswa Kelas III SDN Kledokan. Penelitian ini
bertujuan untuk menggambarkan dan mengetahui pelaksanaan pembelajaran
model pedagogi reflektif untuk meningkatakan sikap kedisiplinan dalam
pembelajaran PKn serta meningkatkan dan mengetahui peningkatan sikap
kedisiplinan pada pelajaran PKn menggunakan model Paradigma Pedagogi
Reflektif. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas . Subjek
penelitian adalah siswa kelas III SDN Kledokan Tahun ajaran 2015/2016
yang berjumlah 31 siswa. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sikap
kedisiplinan siswa meningkat menggunakan model Paradigma Pedagogi
Reflektif. Peningkatan sikap kedisiplinan siswa pada kondisi awal nilai
34
cukup 64,51% (rendah) dengan rata-rata nilai sikap adalah 83,52 dengan
presentase jumlah siswa kedisiplinan minimal cukup 93,55% (sangat tinggi).
Persamaan dengan penelitian ini adalah sama menggunakan variabel
mengenai sikap.
Ketiga hasil penelitian diatas relevan penelitian yang dilakukan oleh
peneliti. Penelitian yang relevan tersebut memiliki persepsi tentang metode
pembelajaran guru dan hasil belajar bahasa indonesia dan Imam melakukan
penelitain mengenai persepsi tentang model pembelajaran kontekstual mata
pelajaran matematika pengalaman guru dan fasilitas belajar. Perbedaan
penelitian yang relevan pada variabel sikap yang dilakukan oleh Resita adalah
sikap kedisiplinan mengenai mata pelajaran PKn. Peneliti mengembangkan
sebuah penelitian baru yang berjudul Hubungan Persepsi dan Sikap Siswa
35 2.2.1 Literatur Map
Gambar 2.1. Bagan Hasil Penelitian Yang Relevan
Menunjukkan skema tentang tiga penelitian yang dilakukan oleh peneliti lain
yang memiliki relevansi dengan penelitian peneliti. Ketiga peneliti tersebut
sama-sama meneliti tentang persepsi siswa dan sikap siswa. Peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian dengan menambahkan model pembelajaran
Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR), Penelitian ini berjudul “Hubungan
Persepsi dan Sikap Siswa Kelas II Pada Mata Pelajaran PKn di SD Negeri
Penelitian yang akan diteliti :
Hubungan Persepsi dan Sikap Siswa Kelas II Pada Mata Pelajaran PKn di SD Negeri Tegalrejo 2.
Chairunnisa (2011)
Persepsi Siswa Terhadap Metode Pembelajaran Guru dan Hasil Belajar Bahasa Indonesia di SMK Al-Hidayah Ciputat
36 2.3 Kerangka Berpikir
Pembelajaran PKn di SD Negeri Tegalrejo 2 yang pada dasarnya banyak
guru yang hanya memberikan metode ceramah kepada siswa. Mengakibatkan
persepsi siswa pada model pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif
menjadi asing dan kurang dimengerti bagi siswa begitupun sikap siswa
terhadap Pkn kurang diminati terlebih mengenai materi yang terkandung dalam
PKn yaitu cinta lingkungan menjadi kurang baik. Rendahnya sikap siswa
terhadap cinta lingkungan dilihat dari kurang tertariknya siswa menjaga
kebersihan kelas dan lingkungan sekolah dan sikap yang ditunjukan. Hal ini
membuat pelajaran PKn hanya untuk kognitif belum adanya refleksi dan aksi
dalam pembelajaran dan siswa kurang menerapkan cinta lingkungan dan
ditunjukkan pula dengan sikap siswa.
Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh proses
penginderaan, yaitu merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu
melalui alat indera atau juga disebut proses sensoris. Dengan demikian dapat
dikemukakan bahwa stimulus diterima oleh alat indera, yaitu yang dimaksud
dengan penginderaan, dan melalui proses penginderaan tersebut stumulus itu
menjadi sesuatu yang bearti. Kegiatan proses pembelajaran di dalam kelas anak
akan belajar melalui penginderaan, serta akan menerima apa yang telah
dipahami dan dipelajari. Persepsi merupakan suatu proses penggunaan
pengetahuan yang telah dimiliki (yang disimpan di dalam ingatan) untuk
mendektasi atau meperoleh dan mengiterpretasi stimulus (rangsangan) yang
37
cara pandang seseorang. Setiap siswa mempunyai cara pandang yang
berbeda-beda mengenai memahami suatu objek yang diketahui.
Sikap dapat masuk dalam berbagai aspek kehidupan dan sikap
memegang peranan penting dalam mencapai suatu tujuan. Sikap berkaitan
dengan objek yang dihadapi. Sikap seseorang terhadap objek tertentu akan
tercermin dari perilaku yang muncul. Perilaku merupakan reaksi yang dapat
bersifat sederhana maupun bersifat kompleks. Oleh karena itu, sikap selalu
berkaitan dengan perilaku seseorang serta mengetahui sikap seseorang dapat
menduga bagaimana respons atau perilaku yang akan diambil oleh orang yang
bersangkutan, terhadap sesuatu masalah atau keadaan yang dihadapkan
kepadanya. Jadi, dengan mengetahui sikap seseorang, orang akan mendapatkan
gambaran kemungkinan perilaku yang timbul dari orang yang bersangkutan.
Persepsi dan sikap siswa dalam Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)
diharapkan dapat melihat apakah ada hubungan saat menggunakan
pembelajaran berbasis Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR). Sikap dan
persepsi ini sangat penting untuk ditingkatkan sejak dini agar siswa menjadi
lebih berprestasi dan terampil. Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) membantu
siswa meningkatkan prestasi siswa melalui pengalaman yang dilanjutkan lewat
refleksi kemudian diaplikasikan melalui aksi. Dalam pembelajaran PPR ini
siswa diajarkan untuk terampil dalam berproses dan pada akhirnya akan
melakukan aksi. Banyak orang mengusahakan menggunakan pembelajaran
yang inovatif dalam rangka untuk mempengaruhi sikap siswa terhadap mata
38
penelitian ini peneliti ingin mengetahui apakah ada hubungan antara persepsi
dan sikap siswa terhadap pembelajaran yang digunakan.
Kelebihan dari pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) yaitu
murah meriah yang dimaksud adalah saat implementasi PPR diintegrasikan
dengan bidang studi yang diajarkan, dapat digunakan di segala kurikulum
artinya PPR dapat diterapkan pada semua kurikulum termasuk KTSP 2006 dan
Kurikulum 2013. Cepat terlihat hasilnya adalah saat sekolah menerapkan PPR
dalam jangka waktu satu tahun guru dan siswa sudah terlihat akrab satu sama
lain, saling membantu dalam belajar, dan mau menghargai satu dengan yang
lain. Sehingga memudahkan guru dalam pengelolaan kelas.
Berdasarkan hal-hal tersebut diharapkan penggunaan model pembelajaran
Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) dapat mengetahui hubungan antara
persepsi dan sikap siswa pada mata pelajaran PKn bertema nilai cinta
lingkungan kepada siswa kelas II SD Negeri Tegalrejo 2 Yogyakarta.
2.4 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kajian pustaka, penelitian yang relevan, kerangka berpikir
maka peneliti mengemukakan hipotesis penelitian yaitu:
2.4.1 Terdapat hubungan antara persepsi dan sikap siswa pada mata pelajaran