• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan persepsi dan sikap siswa kelas II pada mata pelajaran PKn di SD Negeri Tegalrejo 2

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan persepsi dan sikap siswa kelas II pada mata pelajaran PKn di SD Negeri Tegalrejo 2"

Copied!
181
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN PERSEPSI DAN SIKAP SISWA KELAS II PADA MATA PELAJARAN PKN DI SD NEGERI TEGALREJO 2

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh :

Magdalena Fitria N

NIM : 131134051

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)
(3)
(4)

iv

PERSEMBAHAN

Karya ilmiah sederhana ini Penulis persembahkan kepada :

1. Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria karena selalu memberikan rahmat dan

kasih yang melimpah didalam kehidupan ini.

2. Ibu dan Bapak yang telah setia mendampingi dan tidak pernah berhenti

memberikan dukungan dan semangat kepada saya.

3. Kedua kakakku yang selalu mendukung selama ini.

4. Teman-teman yang telah mendukung dan selalu saling mendoakan.

(5)

v MOTTO

Tidak ada masalah berapa kali kamu gagal, kamu hanya perlu berhasil satu kali

saja.

-Mark Cuban-

Nikmatilah setiap proses yang telah dilakukan karena proses tidak akan pernah

berbohong mengenai hasilnya.

(6)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini

tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan

dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 28 Februari 2017

Peneliti,

(7)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :

Nama : Magdalena Fitria Nurcahyanti

Nomor Mahasiswa : 131134051

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan

Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

HUBUNGAN PERSEPSI DAN SIKAP SISWA KELAS PADA MATA PELAJARAN PKn DI SD NEGERI TEGALREJO 2

Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata

Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain,

mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan

mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa

perlu minta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap

mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal 28 Februari 2017

Yang menyatakan,

(8)

viii

Hubungan Persepsi Siswa Dan Sikap Siswa Kelas II Pada Mata Pelajaran PKn Di SD Negeri Tegalrejo 2 Yogyakarta

ABSTRAK

Magdalena Fitria Nurcahyanti 131134051

Penelitian ini dilatar belakangi adanya hasil observasi persepsi dan sikap siswa. Persepsi siswa berada pada kategori yang rendah sebesar 75% (21 dari 28 siswa) pada mata pelajaran PKn. Begitu pula dengan sikap siswa yang menunjukkan pada kategori rendah sebesar 97% (27 dari 28 siswa). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan persepsi dan sikap siswa kelas II pada mata pelajaran PKn di SD Negeri Tegalrejo 2.

Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dan menggunakan metode Survei. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas II dan sampel pada penelitian ini adalah kelas IIA SD Negeri Tegalrejo 2 yang berjumlah 28 siswa terdiri dari 15 laki-laki dan 13 perempuan..

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara persepsi dan sikap siswa kelas II pada mata pelajaran PKn. Hal itu dibuktikan dengan analisis statistik correlation pearson product moment pada uji hipotesis correlation pada siswa dengan nilai sig.(2-tailed) yaitu 0,000 (p< 0,05). Diketahui pula nilai Pearson Correlation pada penelitian ini adalah 0,696 termasuk dalam kategori hubungan korelasi yang kuat, karena berada di rentang 0,60-0,799.

(9)

ix ABSTRACT

The correlations Between of Second Gradde Perception and Attitude on Civic Education at SD Negeri Tegalrejo 2 Yogyakarta

ABSTRACT

Magdalena Fitria Nurcahyanti 131134051

The research motivated by the result of perception and attitude of the students. Perception of students are in a low category of 75% (21 of 28 students) in the subject of PKn as well as the attitude of the students who showed the low category 97% (27 of 28 students). The purpose of observation is to find out the perception and the attitude of second grade students on the subjects of PKn in SDN Tegalrejo 2.

This research is quantitative research and used survey methods. Population in this research were all students in second grade and a sample of this research is the second grade a SDN Tegalrejo 2 and totaling 28 students consist of 15 boy and 13 girl based on the results of the study showed that there is a positive relationship between the perception and attitude of students in second grade on the subject of PKn.

It has been proved by analysis correlation the pearson product moment the correlation hypothesis test on students with good grades sig. (2-tailed) that is 0,000 (p< 0,05). Given also the value of pearson correlation in this study is 0,696 including a strong correlation in the relationship because it is the range 0,60-0,799.

(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji Syukur Tuhan Yesus yang telah melimpahkan kasih dan rahmat-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul: HUBUNGAN

PERSEPSI DAN SIKAP SISWA KELAS II PADA MATA PELAJARAN PKN DI

SD NEGERI TEGALREJO 2, tepat pada waktunya.

Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak

maka skripsi ini tidak akan selesai tepat pada waktunya. Oleh karena itu, pada

kesempatan ini dengan hati yang tulus penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Rohandi Ph.D, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

2. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd. selaku Ketua Progam Studi Pendidikan

Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.

3. Apri Damai Sagita Krissandi,. S.S., M.Pd. selaku Wakil Ketua Progam Studi

Pendidikan Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.

4. Drs. Paulus Wahana, M.Hum. selaku dosen pembimbing I yang telah

membimbing penelitian dengan penuh kebijaksanaan.

5. Elisabeth Desiana Mayasari, S.Psi., M.A. selaku dosen pembimbing II yang

telah membimbing penelitian dengan penuh kebijaksanaan.

6. Drs. Sukawit,M.A. selaku kepala sekolah SD Negeri Tegalrejo 2 yang telah

memberi ijin untuk melakukan penelitian.

7. Ibu Titik Qadarsih S.Pd. selaku wali kelas IIA yang telah membantu

penelitian sehingga dapat terlaksana dengan baik.

8. Siswa kelas IIA SD Negeri Tegalrejo 2 yang telah bekerjasama dalam

(11)

xi

9. Segenap dosen PGSD S-1, terima kaih atas bantuannya selama ini.

10.Sekretariat PGSD yang telah membantu proses perijinan penelitian hingga

skripsi ini selesai.

11.Kedua orangtua, Bapak Agustinus Slamet dam Ibu Yustina Trimulyaningsih

yang telah mendukung dan selalu memotivasi dalam melakukan proses

pengerjaan skripsi hingga selesai.

12.Kedua kakakku, Agnes Riantika Dewayanti dan Krisma Argiyanta yang telah

mendukung dan memberikan motivasi.

13.Teman terdekatku Andreas Nugroho Trilaksono yang selalu sabar dalam

membantu menyelesaikan skripsi, serta selalu mendukung dan memberikan

saran setiap saya menyelesaikan skripsi ini.

14.Kedua sahabatku Yohana Dhanis Wari dan Aufrida Edith Herinda yang

setiap saat bekerja sama menyelesaikan tugas skripsi ini dan saling berbagi

pendapat dalam menyelesaikan tugas skripsi ini.

15.Teman-teman satu kelompok payung yang saling memberikan dukungan dan

semangat.

16.Teman-teman yang selalu memberikan dukungan dan saran ( Lina, Mira,

Nike, Desy, Yusi, Vika, Tyas, Dania, Gilar )

17.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah membantu

secara spiritual maupun material dari awal hingga tugas akhir ini selesai.

(12)

xii

Penulis sadar bahwa karya ilmiah ini belum sempurna karena masih banyak

kekurangan, Namun, penulis berharap karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi

mahasiswa Universitas Sanata Dharma yang akan melakukan penelitian ilmiah.

Yogyakarta, 28 Februari 2017

Peneliti,

(13)

xiii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

(14)
(15)

xv

3.8.2 Uji hipotesis ... 68

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 70

4.1 Hasil Penelitian ... 70

4.1.1 Uji Asumsi ... 70

4.1.2 Hasil Uji Statistik ... 74

4.2 Pembahasan ... 75

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 77

5.1 Kesimpulan ... 77

5.2 Keterbatasan ... 77

5.3 Saran ... 78

DAFTAR PUSTAKA ... 80

(16)

xvi DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian ... 40

Tabel 3.2 Kisi-kisi kuesioner persepsi dan sikap ... 43

Tabel 3.3 Kisi-kisi pernyataan kuesioner ... 46

Tabel 3.4 Kisi-kisi pernyataan kuesioner sikap siswa terhadap mata pelajaran PKn ... 48

Tabel 3.5 Sebaran item uji coba kuesioner persepsi dan sikap tentang model pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) ... 51

Tabel 3.6 Sebaran item uji coba kuesioner sikap siswa terhadap mata pelajaran PKn ... 52

Tabel 3.7 Rubik Penilaian ... 54

Tabel 3.8 Hasil uji validitas persepsi siswa ... 57

Tabel 3.9 Item valid setiap indikator persepsi siswa ... 58

Tabel 3.10 Hasil uji validitas sikap siswa ... 59

Tabel 3.11 Item valid setiap indikator sikap ... 60

Tabel 3.12 Kriteria koefisien reliabilitas ... 62

Tabel 3.13 Reliabilitas persepsi siswa terhadap model pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) ... 63

Tabel 3.14 Reliabilitas sikap siswa pada mata pelajaran PKn ... 64

Tabel 3.15 Interpretasi koefisien korelasi untuk menguji hipotesis ... 69

Tabel 4.1 Hasil uji normalitas persepsi siswa dan sikap siswa ... 71

Tabel 4.2 Hasil uji Homogenitas Persepsi siswa dan sikap siswa ... 72

Tabel 4.3 Hasil uji linearitas ... 72

Tabel 4.4 Hasil uji correlation pearson product moment ... 74

(17)

xvii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Bagan hasil penelitian yang relevan ... 35

Gambar 3.1 Bagan variabel penelitian ... 42

Gambar 3.2 Rumus rata-rata expert judgement ... 55

Gambar 3.3 Rentang skor ... 54

(18)

xviii DAFTAR GRAFIK

(19)

xix DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Instrumen Penelitian ... 84

Lampiran 2 Rubrik penilaian ... 98

Lampiran 3 Expert Judgement ... 99

Lampiran 4 Hasil uji validitas persepsi siswa terhadap model pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) ... 101

Lampiran 5 Hasil uji reliabilitas instrumen persepsi siswa ... 102

Lampiran 6 Hasil uji validitas sikap siswa pada mata pelajaran PKn ... 103

Lampiran 7 Hasil uji reliabilitas instrumen sikap siswa ... 104

Lampiran 8 Silabus kelompok siswa ... 105

Lampiran 9 RPP kelompok siswa ... 111

Lampiran 10 Nilai kuesioner persepsi siswa terhadap model pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) ... 147

Lampiran 11 Nilai kuesioner sikap siswa pada mata pelajaran PKn ... 149

Lampiran 12 Uji normalitas ... 151

Lampiran 13 Uji homogenitas ... 152

Lampiran 14 Uji linearitas ... 153

Lampiran 15 Uji corelation product moment ... 156

Lampiran 16 Surat izin penelitian ... 157

Lampiran 17 Surat balasan izin penelitian ... 158

Lampiran 18 Foto-foto kegiatan ... 159

(20)

1 BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Pendidikan merupakan peran yang penting di era globalisasi seperti

sekarang ini. Pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan dan

mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Melalui pendidikan manusia

akan mampu mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya secara optimal.

Menurut (Eko Haryono 2013: 14) Program pendidikan sembilan tahun untuk

meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan, dan

diharapkan dengan usaha pemerintah terseut dapat meningkatkan kualitas

pendidikan.

Pendidikan kewarganegaraan termasuk salah satu mata pelajaran yang

penting, karena Pendidikan Kewarganegaraan diajarkan di seluruh tingkat

pendidikan, dimulai dari Sekolah Dasar sampai perguruan Tinggi. Menurut

Djahiri (1991:12) Pendidikan Kewarganegaraan sebagai pendidikan nilai dan

moral yang diharapkan mampu menampilkan perangkat tatanan nilai, moral

dan norma pancasila dan selalu menunjukkan ketertarikan isi pesan sila-sila

pancasila. Sebagai pendidikan nilai, Pendidikan Kewarganegaraan akan

membantu peserta didik dalam mengembangkan kesadaran siswa akan

nilai-nilai yang termuat dalam hal yang menjadi objek pembahasannya.

Penanaman nilai dan moral yang terkandung di dalam mata pelajaran

Pendidikan Kewarganegaraan tidak dapat dilakukan secara instan. Perlu proses

(21)

2

pembelajaran PKn di kehidupan nyata. Pendidkan Kewarganegaraan dapat

diartikan pula sebagai wahana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai

luhur dan moral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia yang diharapkan

dapat diwujudkan dalam bentuk perilaku kehidupan sehari-hari peserta didik.

Pendekatan konvensional yang selama ini dipakai untuk mengajar PKn kurang

memberikan dampak memuaskan untuk keberhasilan penanaman nilai dan

moral. Persepsi merupakan suatu aktivitas seseorang dalam memberikan

kesan, dan dari observasi yang peneliti lakukan di kelas persepsi siswa pada

pelajaran PKn adalah suatu pelajaran yang membosankan dan tidak menarik

karena banyak teori-teori yang diberikan. Dan sikap siswa akan nilai cinta

lingkungan kurang tertanam dalam diri siswa terlihat ketika siswa tidak

mengindahkan keadaan kelas yang kotor dan sering membuang sampah

sembarangan. Untuk itu diperlukan pendekatan yang baik agar pemahaman

siswa mengenai arti cinta lingkungan semakin jauh lebih baik. Pembelajaran

PKn yang baik untuk merubah siswa lebih menghargai lingkungan adalah

dengan menerapkan nilai-niali yang ada kaitannya dengan persoalan akan nilai

cinta lingkungan

Dari hasil pengamatan dan observasi, peneliti melihat persepsi siswa

mengenai pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR), siswa kurang

mengerti mengenai model tersebut dan siswa kurang antusias dalam menyikapi

model pembelajaran tersebut dan saat digunakan pada mata pelajaran PKn

kurang tertarik terlihat ketika peneliti mengajar mata pelajaran PKn siswa

kurang antusias dalam menyikapi pembelajaran. Sikap terhadap mata pelajaran

(22)

3

pula ketika peneliti melihat keadaan kelas yang kotor. Serta di SD Negeri

Tegalrejo 2 kurang menggunakan model dalam kegiatan pembelajaran,

sewaktu peneliti mengajar guru di SD Negeri Tegalrejo 2 kurang mengetahui

apa itu model Paradigama Pedagogi Refletif (PPR), karena pada saat itu guru

bertanya kepada peneliti mengenai model PPR. Ketika peneliti mengajar

menggunakan model Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) itu pun tidak

membuat siswa terlalu bersemangat dalam mengikuti pemebelajaran.

Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti hasil yang diperoleh

melihat indikator persepsi (menyerap, mengerti) terlihat permasalahan persepsi

siswa, dan dari 28 siswa terdapat 21 siswa yang mempunyai persepsi mengenai

pembelajaran dengan kategori rendah yaitu sebesar 75% hal itu nampak pada

saat peneliti melakukan obeservasi dan terlihat bahwa siswa susah mengerti isi

materi pembelajaran dengan baik begitupun pemahaman siswa terhadap

pembelajaran kurang baik terlihat pada saat peneliti bertanya, siswa tidak

menjawab dengan benar. Permasalahan tersebut juga menyebabkan terjadinya

permasalahan pada sikap siswa yang rendah yaitu 97% (27 siswa) hal ini

terlihat ketika peneliti melakukan observasi dan hal ini nampak pada saat

pembelajaran siswa tidak memperhatikan pembelajaran dengan baik, siswa

tidak suka terhadap pembelajaran dan saat diminta mengerjakan siswa tidak

mengerjakan dengan maksimal. Sehingga dapat dikatakan bahwa walaupun

memakai pembelajaran berbasis Paradigma Pedagogi Reflektif tetap saja

persepsi dan sikap siswa pada pembelajaran PKn masih terbilang rendah.

Salah satu strategi untuk mengetahui tentang ada tidaknya hubungan

(23)

4

Reflektif (PPR) dan sikap siswa terhadap mata pelajaran PKn. Peneliti akan

sangat menekankan langkah-langkah yang ada dalam model Paradigma

Pedagogi Reflektif (PPR). Adapun kelebihan dari Paradigma Pedagogi

Reflektif adalah model yang bisa digunakan di semua kurikulum sehingga

tidak ada kendala yang berarti jika di sekolah menggunakan kurikulum 2006.

Dari hal itu peneliti inginmelihat apakah ada hubungan antara persepsi dan

sikap siswa.

Menurut Subagyo (2010:18) Pembelajaran Pedagogi Reflektif (PPR)

merupakan pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan sebagai pengantar

pendidikan nilai dan moral di dalam mata pelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan (PKn). PPR menekankan sebuah proses yang tidak berhenti

pada pencapaian kompetensi dan keterampilan.

Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) merupakan suatu model

pembelajaran yang baik karena memiliki suatu keunggulangan yang pada

intinya dapat diterapkan di semua kurikulum di sekolah dasar dan juga

hasilnya lebih cepat kelihatan, model pembelajaran ini dianggap mampu

merubah perilaku siswa dalam pembelajaran terlebih persepsi dan sikap siswa

pada mata pelajaran PKn, karena saat peneliti menanyakan secara langsung

kepada siswa mengenai pelajaran PKn apakah ada rasa jenuh saat menerima

pelajaran dan siswa sebagian ada yang mengatakan bosan, maka dari itu

model ini diterapkan untuk merubah persepsi siswa terhadap pelajaran PKn

serta sikap siswa akan cinta lingkungan .

Pengalaman ditekankan supaya siswa dapat terlibat langsung.

(24)

5

nilai-nilai yang sedang mereka pelajari. Kemudian guru memberikan refleksi

atas pengalaman dimana refleksi tersebut dilakukan supaya siswa dapat

memahami akan nilai yang sudah dipelajarinya. Pemahaman akan nilai

tersebut selanjutnya menjadi rumusan bagi tindakan siswa selanjutnya dalam

kegiatan aksi, barulah guru dapat mengevaluasinya. Kegiatan evaluasi yang

dilakukan guru tidak hanya dalam ranah kognitif saja, tetapi juga melihat

pribadi siswa, apakah siswa mengalami perkembangan setelah mengikuti

pembelajaran atau tidak. Persepsi siswa dan sikap siswa terhadap mata

pelajaran PKn memang perlu dibenahi, karena persepsi siswa terhadap mata

pelajaran PKn yaitu PKn adalah pelajaran yang membosankan dan kurang

diminati siswa sedangkan sikap siswa terhadap mata pelajaran PKn kurang

tertarik terhadap materi didalamnya.

Dari paparan diatas solusi yang dapat peneliti gunakan adalah

menggunakan Pembelajaran berbasis Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR)

yang dapat membangkitkan kemampuan siswa. PPR akan membantu siswa

untuk menemukan nilai-nilai yang terkandung dalam Pendidikan

Kewarganegaraan (PKn). Pembelajaran berbasis Paradigma Pedagogi

Reflektif membantu siswa menemukan sendiri melalui pengalaman yang

dibantu refleksi bersama guru dan melakukan aksinya dalam kehidupan

sehari-hari. PPR juga diharapkan mampu membantu siswa dalam menemukan

nilai-nilai yang terkandung dalam pelajaran PKn. Pembelajaran berbasis

Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR), dipakai juga dalam melihat bagaimana

persepsi siswa mengenai mata pelajaran PKn serta sikap siswa terhadap nilai

(25)

6

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik melakukan penelitian

kuantitatif untuk mengetahui tentang ada tidaknya hubungan perepsi dan

sikap siswa dengan judul “HUBUNGAN PERSEPSI DAN SIKAP SISWA

KELAS II PADA MATA PELAJARAN PKN DI SD NEGERI TEGALREJO

2”.

1.2 Batasan Masalah

Permasalahan penelitian ini dibatasi hanya pada:

Penelitian dilakukan untuk meneliti persepsi dan sikap siswa kelas II

dalam mata pelajaran PKn. Hasil penelitian ini hanya berlaku di SD Negeri

Tegalrejo 2 pada materi Cinta Lingkungan.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan diatas, masalah dalam penelitian dapat

dirumuskan sebagai berikut :

1.3.1 Apakah ada hubungan persepsi siswa dan sikap siswa pada mata

pelajaran PKn?

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini sebagai berikut :

1.4.1 Untuk mendeskripsikan adanya hubungan persepsi dan sikap siswa

(26)

7 1.5 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak :

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini dapat digunakan sebagai alternatif cara untuk

membantu proses belajar mengajar yang inovatif dengan menggunakan

pembelajaran berbasis Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR), serta

pembelajaran berbasis Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) dapat

dijadikan referensi untuk bisa mendampingi siswa menemukan nilai-nilai

dan dapat mewujudkan sikap terhadap mata pelajaran PKn.

2.Manfaat Praktis

a. Bagi Peneliti

Peneliti dapat membuktikan pengaruh Pembelajaran berbasis

Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) terhadap persepsi dan sikap siswa

dalam mata pelajaran PKn. Peneliti mendapatkan pengalaman baru dalam

menggunakan pembelajaran berbasis Paradigma Pedagogi Reflektif

(PPR) untuk proses pembelajaran PKn.

b. Bagi Guru

Guru mendapatkan pengalaman baru dalam menerapkan

pembelajaran PKn dengan model PPR. Serta guru mendapatkan hal

baru mengenai cara pembelajaran yang baik di kelas.

(27)

8

c. Bagi Siswa

Siswa memperoleh pengalaman belajar di kelas dengan

menggunakan model PPR. Siswa mendapatkan pembelajaran yang

menarik dan menyenangkan.

d. Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini dapat memberikan contoh yang baik

dalam proses pembelajaran kedepannya untuk meningkatkan kualitas

sekolah. Sekolah yang menggunakan pembelajaran yang kreatif dan

inovatif akan menarik dan diminati oleh calon siswa.

1.6 Definisi Operasional

1.6.1 Persepsi siswa terhadap pembelajaran berbasis Paradigma Pedagogi

Reflektif adalah suatu proses aktivitas seseorang dalam memberikan

kesan, penilaian, pendapat, merasakan dan menginterprestasikan

sesuatu berdasarkan informasi yang ditampilkan dari sumber lain. Dan

persepsi didahului oleh proses penginderaan.

1.6.2 Sikap siswa pada mata pelajaran PKn merupakan suatu kecenderungan

reaksi perasaan, yang mempunyai preferensi terhadap suatu objek

tertentu dengan berdasarkan pada keyakinan individu. Sikap dapat

diartikan sikap merupakan pendapat, keyakinan seseorang mengenai

objek atau situasi yang disertai dengan perasaan tertentu, dan

memberikan dasar kepada orang tersebut sehingga timbul respon untuk

(28)

9

1.6.3 Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) adalah salah satu cara pola pikir

dalam menumbuhkan dan mengembangkan kompetensi siswa. PPR

memiliki tahap tahap awal pada pembelajaran ini adalah pengenalan

pada konteks siswa. Unsur paling penting dalam model pembelajaran

ini adalah pengalaman, refleksi dan aksi.

1.6.4 Pendidikan Kewarganegaraan merupakan suatu pendidikan yang

memfokuskan pada pendidikan nilai dan moral serta pembentukkan jati

diri dan cinta tanah air untuk menjadi warga negara yang cerdas,

terampil, dan berkarakter. Serta pendidikan kewarganegaraan yang

berhasil diterapkan akan mampu untuk mengembangkan sikap mental

(29)

10 BAB II

LANDASAN TEORI

Pada bab II landasan teori ini, berisi kajian pustaka serta teori-teori yang

relevan dari hasil penelitian sebelumnya dan dirumuskan dalam kerangka berpikir

dan hipotesis berupa dugaan sementara dari rumusan masalah penelitian.

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Persepsi

2.1.1.1 Pengertian Persepsi

Menurut Jalaludin (1998:51) persepsi adalah pengalaman tentang objek,

peristiwa atau hubungan – hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan

informasi dan menafsirkan pesan. Selain itu Atkinson (1999 : 75) mengungkapkan

bahwa persepsi adalah proses dimana kita mengorganisasi dan menafsirkan

stimulus dalam lingkungan. Begitu pula dengan Davidoff, (1981) mengatakan

bahwa persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh proses penginderaan,

yaitu merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera

atau juga disebut proses sensoris. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa

stimulus diterima oleh alat indera, yaitu yang dimaksud dengan penginderaan,

dan melalui proses penginderaan tersebut stimulus itu menjadi sesuatu yang

berarti setelah diorganisasikan dan diinterprestasikan.

Jadi, persepsi siswa adalah suatu proses aktivitas seseorang dalam

(30)

11

sesuatu berdasarkan informasi yang ditampilkan dari sumber lain. Dan persepsi

didahului oleh proses penginderaan.

2.1.1.2 Faktor-faktor yang berperan dalam persepsi

Walgito (2010:101) berpendapat bahwa terdapat beberapa faktor-faktor yang

berperan dalam persepsi, yaitu:

1. Objek persepsi

Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau reseptor.

Stimulus dapat datang dari luar individu yang mempersepsi, tetapi juga dapat

datang dari dalam diri individu yang bersangkutan yang langsung mengenai syaraf

penerima yang bekerja sebagai reseptor. Namun dari sebagian terbesar stimulus

datang dari luar individu. Dalam penelitian ini objek persepsinya adalah

pembelajaran PKn.

2. Alat indera, syaraf, dan pusat susunan syaraf

Alat indera atau reseptor merupakan alat untuk menerima stimulus. Di

samping itu juga harus ada syaraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan

stimulus yang diterima reseptor ke pusat susunan syaraf, yaitu otak sebgai pusat

kesadaran. Sebagai alat untuk mengadakan respon diperlukan syaraf motoris.

3. Perhatian

Untuk menyadari atau untuk mengadakan persepsi diperlukan adanya

perhatian, yaitu merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam

rangka mengadakan persepsi. Perhatian merupakan pemusatan atau konsentrasi

dari seluruh aktivitas individu yang ditunjukan kepada sesuatu atau sekelompok

(31)

12

Dari paparan di atas dapat dikemukakan bahwa faktor-faktor yang

berpengaruh pada persepsi yaitu objek persepsi, alat indera, syaraf, dan pusat

susunan syaraf dan perhatian

2.1.1.3 Proses Terjadinya Persepsi

Walgito (2010:102) mengatakan bahwa proses terjadinya persepsi dapat

dijelaskan sebagai berikut. Objek menimbulkan stimulus, dan stimulus

mengenai alat indera atau reseptor. Perlu dikemukakan bahwa antara objek dan

stimulus itu berbeda, tetapi ada kalanya bahwa objek dan stimulus itu menjadi

satu, misalnya dalam hal tekanan. Benda sebagai objek langsung mengenai

kulit, sehingga akan terasa tekanan tersebut.

Proses stimulus mengenai alat indera merupakan proses kealaman atau

proses fisik. Stimulus yang diterima oleh alat indera diteruskan oleh syaraf

sensoris ke otak. Proses ini yang disebut sebagai proses fisiologis. Kemudian

terjadilah proses di otak sebagai pusat kesadaran sehingga individu menyadari

apa yang dilihat, atau apa yang didengar, atau apa yang diraba. Proses yang

terjadi dalam otak atau dalam pusat kesadaran inilah yang disebut sebagai

proses psikologis.

Dengan demikian dapat disimpulkan yaitu taraf terakhir dari proses

persepsi ialah individu menyadari tentang misalnya apa yang dilihat, atau apa

yang didengar, atau apa yang diraba, yaitu stimulus yang diterima melalui alat

indera. Proses ini merupakan proses terahkir dari persepsi dan merupakan

persepsi sebenarnya. Respon sebagai akibat dari persepsi dapat diambil oleh

(32)

13 2.1.1.4 Indikator Persepsi

Indikator persepsi ada 2 macam menurut Hamka (2002: 101-106) yaitu :

1. Menyerap, yaitu stimulus yang berada di luar individu diserap melalui indera,

masuk ke dalam otak, mendapat tempat. Di situ terjadi proses analisis, diklasifikasi

dan diorganisir dengan pengalaman–pengalaman individu yang telah dimiliki

sebelumnya. Karena itu penyerapan itu bersifat individual berbeda satu sama lain

meskipun stimulus yang diserap sama.

2. Mengerti atau memahami, yaitu indikator adanya persepsi sebagai hasil proses

klasifikasi dan organisasi. Tahap ini terjadi dalam proses psikis. Hasil analisis

berupa pengertian atau pemahaman. Pengertian atau pemahaman tersebut juga

bersifat subjektif, berbeda -beda bagi setiap individu.

Walgito (1990: 54 -55), berpendapat bahwa persepsi memiliki

indikator-indikator sebagai berikut:

1. Penyerapan terhadap rangsang atau objek dari luar individu. Rangsang atau objek

tersebut diserap atau diterima oleh panca indera, baik penglihatan, pendengaran,

peraba, pencium, dan pencecap secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama. Dari

hasil penyerapan atau penerimaan oleh alat-alat indera tersebut akan mendapatkan

gambaran, tanggapan, atau kesan di dalam otak. Gambaran tersebut dapat tunggal

maupun jamak, tergantung objek persepsi yang diamati. Di dalam otak terkumpul

gambaran-gambaran atau kesan-kesan, baik yang lama maupun yang baru saja

terbentuk. Jelas tidaknya gambaran tersebut tergantung dari jelas tidaknya

(33)

14

2. Pengertian atau pemahaman setelah terjadi gambaran-gambaran atau kesan-kesan di

dalam otak, maka gambaran tersebut diorganisir, digolong –golongkan

(diklasifikasi), dibandingkan, diinterpretasi, sehingga terbentuk pengertian atau

pemahaman. Proses terjadinya pengertian atau pemahaman tersebut sangat unik dan

cepat. Pengertian yang terbentuk tergantung juga pada gambaran -gambaran lama

yang telah dimiliki individu sebelumnya (disebut apersepsi).

3. Penilaian atau evaluasi setelah terbentuk pengertian atau pemahaman, terjadilah

penilaian dari individu. Individu membandingkan pengertian atau pemahaman yang

baru diperoleh tersebut dengan kriteria atau norma yang dimiliki individu secara

subjektif. Penilaian individu berbeda-beda meskipun objeknya sama. Oleh karena

itu persepsi bersifat individual.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan indikator persepsi yang

dikemukakan oleh Hamka (2002) yaitu menyerap, mengerti. Peneliti menggunakan

indikator persepsi dari Hamka karena dinilai lebih lengkap dan memadahi.

Selanjutnya indikator-indikator persepsi tersebut akan digunakan untuk

pengembangan instrumen persepsi siswa pada mata pelajaran PKn.

2.1.2 Sikap

2.1.2.1 Pengertian Sikap

Azwar (2005: 7) menyatakan bahwa sikap merupakan ekspresi efek seseorang

pada objek sosial tertentu yang mempunyai kemungkinan rentangan dari suka

(34)

15

Sedangkan menurut Kerlingar dalam (Azwar, 2010: 7) sikap adalah

kecederungan yang tertata untuk berfikir, merasa, berperilaku terhadap sesuatu

himpunan fenomena seperti objek-objek fisik, kejadian, atau perilaku.

Sedangkan Purwanto (2004: 141) mengemukakan bahwa sikap adalah suatu

kecenderungan untuk bereaksi dengan cara tertentu terhadap suatu perangsangan

atau situasi yang dihadapi.

Jadi, dari berbagai pendapat mengenai sikap tersebut di atas dapat

disimpulkan bahwa sikap merupakan suatu kecenderungan reaksi perasaan, yang

mempunyai preferensi terhadap suatu objek tertentu dengan berdasarkan pada

keyakinan individu. Sikap dapat diartikan sikap merupakan pendapat, keyakinan

seseorang mengenai objek atau situasi yang disertai dengan perasaan tertentu, dan

memberikan dasar kepada orang tersebut sehingga timbul respon untuk

berperilaku dengan cara tertentu yang dipilihnya.

2.1.2.2 Struktur Sikap

Mengikuti skema triadik, struktur sikap terdiri atas tiga komponen yang

saling menunjang yaitu komponen kognitif, komponen afektif, dan komponen

konatif.

Kompenen kognitif merupakan representasi apa yang dipercayai oleh

individu pemilik sikap, komponen afektif merupakan perasaan yang menyangkut

aspek emosional, dan komponen konatif merupakan kecenderungan berperilaku

tertentu seperti dengan sikap yang dimiliki oleh seseorang. Kothandapani (dalam

Middlebrook, 1974) merumuskan ketiga komponen tersebut sebagai komponen

kognitif (kepercayaan), komponen emosional (perasaan), dan komponen perilaku

(35)

16

Mann (1969) menjelaskan bahwa komponen kognitif berisi persepsi,

kepercayaan, dan stereotipe yang dimiliki individu mengenai sesuatu. Seringkali

komponen kognitif ini dapat disamakan dengan pandangan (opini), terutama

apabila menyangkut masalah isyu atau problem yang kontraversial. Komponen

afektif merupakan perasaan individu terhadap objek sikap dan menyangkut

masalah emosi. Aspek emosional inilah yang biasanya berakar paling bertahan

terhadap pengaruh-pengaruh yang mungkin akan mengubah sesorang. Komponen

perilaku berisi tendensi atau kecenderungan untuk bertindak atau untuk bereaksi

terhadap sesuatu dengan cara-cara tertentu.

Jadi, dari berbagai pendapat mengenai sikap tersebut di atas dapat

disimpulkan bahwa struktur sikap meliputi tiga komponen yaitu kognitif, afektif

dan konatif. Dan komponen kognitif tersebut dipercayai oleh individu pemilik

sikap, serta afektif menyangkut emosional seseorang. Konatif juga mempengaruhi

sikap yang dimiliki sesorang pula. Ketiga unsur itu memiliki penilaian yang

bersifat postif dan negatif yaitu favorable dan unfavorable di dalam instrumen.

2.1.2.3 Ciri-ciri Sikap

Purwanto (1998) dalam (Wawan & Dewi M, 2010 : 34) mengemukakan

ciri-ciri sikap sebagai berikut :

1) Sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan dibentuk sepanjang perkembangan

dalam hubungan dengan obyeknya.

2) Sikap dapat berubah – ubah

3) Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai hubungan tertentu

(36)

17

atau senantiasa berkenaan dengan suatu objek tertentu yang dapat dirumuskan

dengan jelas.

4) Objek sikap itu merupakan suatu hal tertentu tetapi dapat juga merupakan

kumpulan dari hal – hal tersebut.

5) Sikap mempunyai segi – segi perasaan, sifat alamiah yang membedakan

sikap dan kecapakan – kecakapan atau pengetahuan yang dimiliki orang.

2.1.2.4 Faktor yang mempengaruhi sikap

Sikap merupakan hal yang sangat penting dalam psikologi khususnya

psikologi sosial. Psikologi sosial menempatkan sikap sebagai hal yang sentral.

Pendapat tersebut kiranya beralasan jika dilihat pentingnya sikap dalam

tingkah laku dan perbuatan manusia sehari-hari. Sikap seseorang akan

mempengaruhi tingkah laku orang tersebut dalam menanggapi sesuatu. Sikap

dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dapat menentukan perubahan sikap.

Azwar (1995:3) mengemukakan bahwa faktor yang dapat mempengaruhi

pembentukan sikap adalah :

1) Pengalaman pribadi

Pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Hal tersebut

melibatkan keadaan emosional agar penghayatan akan pengalaman lebih

mendalam dan lebih membekas.

2) Kebudayaan

Kebudayaan mempunyai pengaruh yang benar terhadap pembentukan

sikap seseorang. Tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis

(37)

18 3) Orang lain yang dianggap penting

Orang lain yang ada di samping kita adalah salah satu komponen sosial

yang mempengaruhi sikap kita. Seseorang akan meniru dan bersikap sama

seperti orang lain. Jika orang tersebut dianggap memang pantas untuk

dijadikan panutan.

4) Pengaruh faktor emosi

Suatu pembentukan sikap seseorang tidaklah ditentukan oleh situasi

lingkungan dan pengalaman pribadi seseorang namun suatu sikap merupakan

pernyataan yang didasari suatu emosi yang berfungsi sebagai penyalur

frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego. Suatu sikap yang

didasari emosional adalah prasangka yaitu sikap yang tidak toleran terhadap

sekelompok orang.

5) Media Massa

Pengaruh media masa tidaklah terlalu besar dalam interaksi individu

secara langsung, namun dalam proses pembentukan dan perubahan sikap,

peranan media masa tidak kecil artinya.

6) Lembaga Pendidikan dan Agama

Kedua lembaga ini mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap

dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian konsep moral dalam diri

individu. Konsep moral dan ajaran agama sangat menentukan system

kepercayaan maka tidaklah mengherankan kalau pada gilirannya kemudian

(38)

19 2.1.2.5 Indikator Sikap

Menurut Walgito (dalam Puspasari, 2010:16) sikap mengandung tiga

indikator yang membentuk struktur sikap, yaitu: kognitif (konseptual), afektif

(emosional), konatif (perilaku atau action component).

1. Indikator kognitif merupakan komponen yang berkaitan dengan

pengetahuan, pandangan, keyakinan, yaitu hal-hal yang berhubungan

dengan bagaimana orang mempersepsikan terhadap objek.

2. Indikator afektif merupakan komponen yang berhubungan dengan rasa

senang atau tidak senang atau tidak senang terhadap objek sikap.

3. Indikator konatif merupakan komponen yang berhubungan dengan

kecenderungan bertindak terhadap objek sikap.

Berdasarkan indikator yang telah dipaparkan menurut beberapa

ahli, peneliti menggunakan indikator sikap menurut Walgito (dalam

Puspasari 2010:16) yang dapat membentuk struktur sikap dengan tiga

indikator yaitu : kognitif, afektif, dan konatif, karena tiga aspek ini sesuai

dengan pernyataan yang akan digunakan sebagai kuesioner. Indikator

sikap ini akan digunakan untuk menyusun kuesioner penelitian. Di dalam

(39)

20 2.1.3 Paradigma Pedagogi Reflektif

2.1.3.1 Pengertian Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR)

Menurut Subagyo (2010:22) Pedagogi merupakan salah satu cara guru

untuk mendampingi siswa dalam tumbuh kembangnya. Sedangkan reflektif

menurut TIM PPR SD Kanisius (2010:7) adalah meninjau kembali

pengalaman, topik tertentu, gagasan, ataupun reaksi secara rasional dengan

tujuan mampu memahami makna yang terkandung di dalamnya.

Model Pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR), diharapkan

dapat membantu siswa, bukan hanya menjadi lebih cerdas dalam bidang

pengetahuannya, tetapi berkembang menjadi pribadi yang peka pada sikap

kebaikan, dan peka pada kebutuhan orang lain (Suparno, 2015). Menurut

Subgya (2008), menyebutkan tiga unsur utama dalam PPR adalah pengalaman,

refleksi dan aksi.

Tahap awal dari pembelajaran yang berbasis pedagogi reflektif ini adalah

pengenalan konteks siswa. Siswa diajak mencermati konteks-konteks yang ada

dalam hidupnya sehingga mereka mampu mengenali faktor-faktor yang

berpotensi mendukung atau menghambat proses pembelajaran yang akan

dialaminya. Guru akan memulai proses pembelajarannya dari diri siswa yaitu

dengan memahami dunia siswa termasuk cara-cara hidup keluarga dan

lingkungannya, kebudayaan dan adat, dan juga tekanan sosial, politik, agama,

ekonomi yang terjadi disekitarnya, dan hal lain yang mempengaruhi dunia

(40)

21 1. Pengalaman

Bagi Ignatius pengalaman berarti “mengenyam sesuatu hal dalam batin”

(Paradigma Pedagogi Reflektif, 2010). Pengalaman yang didapat siswa (fakta,

pengertian, asas) akan dianalisis dan dinilai ide idenya untuk lebih memahami

dan menghargai maknanya. Tahap pengalaman merupakan tahap yang sangat

penting dalam menentukan tingkat pencapaian kompetensi yang dicapai baik

dalam aspek kognitif, psikomotorik, maupun afektif. Selain itu, tahap ini juga

menjadi bahan atau dasar bagi tahap refleksi dan aksi yang merupakan

kelanjutan dari tahap pengalaman.

2. Refleksi

Refleksi merupakan unsur yang penting dalam Paradigma Pedagogi

Reflektif, karena menjadi penghubung antara pengalaman dan tindakan. Agar

pengalaman belajar yang diperoleh siswa dapat bermakna maka perlu

direfleksikan. Tujuan dari kegiatan refleksi adalah a) Siswa mampu menangkap

nilai hakiki dari apa yang dipelajari; b) Menemukan keterkaitan antar unsur

pengetahuan dan antara pengetahuan dengan realitasnya; c) Memahami

implikasi pengetahuan dan seluruh tanggung jawabnya guna menemukan

kebenaran dan kebebasan; dan d) Membentuk hati nurani siswa baik itu dalam

hal keyakinan, nilai, sikap dan seluruh cara bernalar mereka. Menurut

Rm.Y.Subagya, dkk (2008:43) Melalui refleksi, siswa menyakini makna nilai

yang terkandung dalam pengalamannya. Diharapkan siswa membentuk pribadi

(41)

22 3. Tindakan

Dalam proses pembelajaran, yang dimaksud dengan tindakan adalah

memaknai hasil pembelajaran dengan pikiran dan hati untuk mewujudkan

pengetahuannya dalam kehidupan nyata. Jika siswa tersebut mengalami

keberhasilan atau kegagalan, maka ia akan kembali kepada Tuhan untuk

bersyukur atau memohon kepada-Nya agar semuanya menjadi lebih baik lagi.

4. Evaluasi

Tahap terakhir dari pembelajaran yang berbasis pedagogi reflektif adalah

evaluasi. Tahap ini dilakukan untuk memantau kemajuan akademik dan menilai

kemajuan pembentukan pribadi siswa secara menyeluruh. Tes, ulangan, atau ujian

merupakan alat evaluasi untuk menilai atau mengukur seberapa jauh pengetahuan

sudah dikuasai. Bagi siswa, hasil evaluasi ini bermanfaat untuk memperbaiki cara

belajarnya, sedangkan bagi guru merupakan masukan untuk memperbaiki cara

dan metode pembelajaran yang digunakan.

Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif

(PPR) adalah salah satu cara pola pikir dalam menumbuhkan dan

mengembangkan pribadi siswa. PPR memiliki tahap tahap awal pada

pembelajaran ini adalah pengenalan pada konteks siswa. Dan unsur paling penting

dalam model pembelajaran ini adalah pengalaman, refleksi dan aksi.

2.1.3.2 Tujuan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR)

Dalam buku yang dikembangkan oleh Komunitas Studi dan Pengembangan

PPR Yogyakarta (2012) disebutkan bahwa tujuan dari PPR adalah sebagai

(42)

23

1. Membentuk pria dan wanita untuk orang lain yang berarti kita bertujuan

membentuk pemimpin-pemimpin pelayanan yang meneladan Yesus Kristus. Pria

dan wanita yang kompeten (competence), dalam bidangnya, memiliki hati nurani yang benar (conscience), dan memiliki kepedulian yang tumbuh dari kasih kepada sesama (compassion).

2. Membentuk pribadi secara penuh dan lebih mendalam, yaitu suatu proses

pembentukan yang menuntut keunggulan yang meliputi bidang intelektual,

akademik, dan lainnya.

2.1.3.3 Ciri – ciri Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR)

Subagya, (2010) menyatakan bahwa Paradigma Pedagogi Reflektif

mempunyai ciri-ciri khas sesuai dengan pendidikan yaitu :

a. Paradigma Pedagogi Reflektif dapat diterapkan kepada semua kurikulum.

Paradigma ini tidak menuntut tambahan apapun selain pendekatan baru pada cara

kita mengajarkan mata pelajaran yang ada.

b. Paradigma Pedagogi Reflektif fundamental untuk proses belajar mengajar. Ranah

akademik dan non-akademik bukan penghalang diterapkannya model Paradigma

Pedagogi Reflektif ini seperti : Ekstrakurikuler, Olah raga, Retret, dan sebagainya.

Dalam bidang studi Sejarah, Matematika, Bahasa, Sastra, Fisika dan Kesenian

paradigma ini dapat dijadikan sebagai panduan dalam mempersiapkan pengajaran,

memilih bahan dan kegiatan – kegiatan lainnya.

c. Paradigma Pedagogi Reflektif menjamin para pengajar menjadi pengajar yang

(43)

24

susunan kegiatan yang diajarkan dan memotivasi siswa untuk menghubungkan

apa yang mereka pelajari dalam pengalaman mereka.

d. Paradigma Pedagogi Reflektif mempribadikan proses belajar dan mendorong

siswa merefleksikan makna dan arti dari apa yang dipelajari. Pengalaman sisw

akan membantu mereka lebih berpikir kritis dalam proses belajar mengajar serta

meningkatkan motivasi siswa dalam belajar.

e. Paradigma Pedagogi Reflektif menekankan dimensi sosial belajar maupun

mengajar. Pengalaman yang paling mendalam timbul dari hubungan manusiawi

dengan sesama dan pengalaman bersama orang lain. Refleksi harus selalu

mengantar siswa untuk semakin menghargai orang lain.

2.1.3.4 Tata Cara Pelaksanaan Paradigma Pedagogi Reflektif(PPR)

Menurut (Subagya, 2010) Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) harus

memperhatikan proses belajar maupun proses pedagoginya. Selain itu mereka

juga harus menunjukkan cara-cara untuk mendukung keterbukaan pada

pertumbuhan, juga setelah siswa menyelesaikan suatu siklus pembelajaran

tertentu. Berikut ini adalah langkah-langkah proses pembelajaran menggunakan

Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) :

a. Konteks

Pertama, siswa diajak untuk mengerti mengenai nilai-nilai yang akan dikembangkan, sehingga dengan demikian anggota komunitas, guru, dan juga

siswa menyadari bahwa yang menjadi landasan pengembangan bukan hanya

aturan melainkan juga nilai-nilai kemanusiaan.

(44)

25

Ketiga, dalam tahap ini siswa diajak untuk menjalin sebuah hubungan yang akrab, saling percaya, agar siswa bisa membangun komunikasi yang terbuka antara guru

dengan siswa.

b. Pengalaman

Dalam tahap ini siswa diajarkan untuk menumbuhkan persaudaraan.

solidaritas dan saling memuji adalah pengalaman bekerjasama dalam kelompok

kecil yang “direkayasa” sehingga terjadi interaksi dan komunikasi yang intensif,

ramah dan sopan, penuh tenggang rasa, dan akrab.

c. Refleksi

Dalam tahap ini siswa difasilitasi menggunakan pertanyaan agar siswa

terbantu untuk berefleksi. Pertanyaan yang baik adalah pertanyaan yang divergen

agar siswa secara otentik dapat memahami, mendalami dan meyakini temuannya.

Siswa juga dapat diajak untuk diam dan hening sejenak untuk meresapi apa saja

yang sudah dipelajari hari itu.

d. Aksi

Dalam tahap ini guu menfasilitasi siswa dengan pertanyaan aksi agar siswa

tersebut terbantu untuk membangun niat dan bertindak sesuai dengan hasil

refleksinya. Dengan niat yang sudah dibangun dan berperilaku dari kemauannya

sendiri siswa membentuk pribadi yang menjadi pejuang bagi nilai-nilai yang

direfleksikannya.

e. Evaluasi

Setelah pembelajaran guru memberikan evaluasi atas kompetensinya dari

(45)

26

dibangun untuk mengembangkan ranah akademik dan menyiapkan siswa menjadi

komponen di bidang studi yang dipelajarinya.

2.1.3.5 Kelebihan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR)

Kelebihan Paradigma Pedagogi Reflektif menurut Subagya (2008) adalah

sebagai berikut :

1. Murah meriah

Dalam pembelajaran tidak memerlukan atau penawaran khusus, kecuali

yang dilakukan oleh bidang studi yang bersangkutan. Misalnya untuk

menumbuhkan persaudaraan, solidaritas, saling menghargai, yang diperlukan

adalah pengalaman yang dapat tercapai melalui belajar dengan kerja sama

kelompok yang kemudian direfleksikan dan ditindaklanjuti dengan aksi, evaluasi

dalam belajar dengan kerja sama kelompok.

2. Segala Kurikulum

PPR dapat diterapkan pada semua kurikulum. Paradigma Pedagogi

Reflektif ini tidak menuntut tambahan bidang studi baru, jam pelajaran tambahan,

maupun peralatan khusus. Hal pokok yang dibutuhkan hanyalah pendekatan baru

pada cara guru dalam mengajarkan mata pelajaran yang ada.

3. Cepat Kelihatan Hasilnya

Kenyataanya sekolah yang sudah menerapkan Paradigma Pedagogi

Reflektif (PPR) sebagai model pembelajarannya membawa dampak yang baik

terhadap siswa-siswinya. Contohnya seperti : siswa-siswa akan terlihat akrab satu

(46)

27

menghargai satu sama lain. Dengan begitu pengelompokan kelas menjadi mudah,

kenakalan berkurang. Secara garis besar dapat disimpulkan yaitu :

1) Dari segi integrasi

a. Pembelajaran berpola PPR murah

b. Tidak terhambat adanya kurikulum baru

2) Dari segi pengalaman

a. Tidak memerlukan banyak aturan

b. Penelitian yang otentik

3) Dari segi pendidikan kontekstual :

a. Ciri khas sekolah dapat diwujudkan

2.1.4 Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan

Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) selalu ada sejak siswa duduk di bangku

Sekolah Dasar. Pendidikan Kewarganegaraan adalah usaha sadar untuk

menyiapkan siswa agar masa yang akan datang menjadi patriot pembela bangsa

dan negara. Menurut Sumiati (2008), Pendidikan Kewarganegaraan adalah usaha

sadar untuk menyiapkan siswa agar masa yang akan datang menjadi patriot

pembela bangsa dan Negara. Pendidikan memiliki beberapa misi penting, yaitu

sebagai berikut : PKn sebagai pendidikan politik, PKn sebagai pendidikan nilai,

PKn sebagai pendidikan nasionalisme, PKn sebagai pendidikan hukum, PKn

sebagai pendidikan multikultural, PKn sebagai pendidikan resolusi konflik.

Kesadaran akan nilai adalah suatu kesadaran akan nilai itu sendiri yang

terkandung dalam materi yang diajarkan, sehingga kesadaran akan norma akan

(47)

28

yang sesuai dengan nilai maka tindakan tersebut yang akan mewujudkan nilai.

Pkn sebagai pendidikan nilai dimaksudkan bahwa melalui pembelajaran PKn

diharapkan dapat menyadarkan siswa akan nilai, norma yang dianggap baik oleh

bangsa dan negara pada siswa, selain itu PKn juga diharapkan dapat

menumbuhkan dan meningkatkan nilai kebangsaan atau nasionalisme siswa,

sehingga siswa lebih mencintai dan rela berkorban untuk bangsa dan negaranya.

Siswa seharusnya menyadari pentingnya nilai sehingga tertarik untuk

mewujudkan nilai nilai yang terkandung dalam mata pelajaran PKn. Peserta didik

harus mengetahui cara- cara dalam menghadapi masalah yang ada di lingkungan

sekitar. PKn termasuk salah satu mata pelajaran yang sangat penting, karena PKn

diajarkan di semua jenjang pendidkkan.

Menurut Dikti (Subagya,2008:4) subtansi kajian Pendidikan Kewarganegaraan

mencakup : (1) pengantar, (2) hak asasi manusia, (3) hak dan kewajiban waraga

negara, (4) bela negara, (5) dekomkasi, (6) wawasan nusantara, (7) ketahanan

nasional, (8) politik strategi nasional. Menurut Ariyani dan Susantim (2010:18)

kewarganegaraan merupakan materi yang memfokuskan pada pembentukkan diri

yang beragam, baik dari segi agama, sosio-kultural, bahasa, usia, dan suku

bangsa, untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, trampil, dan

berkarakter.

Pendidikan Kewarganegaraan di Indonesia bertujuan untuk menjadikan siswa

mampu berkembang menjadi pribadi yang cerdas, dan menggunakan

kecerdasaannya tersebut untuk memajukan diri sendiri dan lingkungan.

Pendidikan kewarganegaraan yang berhasil diterapkan akan mampu untuk

(48)

29

siswa. Sumiati (2008), mengemukakan bahwa tujuan PKn di Indonesia akan

tercapai yaitu dengan menanamkan konsep dan nilai yang sudah di anggap baik

sebagai titik tolak untuk menumbuhkan warga negara yang baik.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa Pendidikan

Kewarganegaraan merupakan suatu pendidikan yang memfokuskan pada

pendidikan nilai dan moral serta pembentukkan jati diri dan cinta tanah air untuk

menjadi warga negara yang cerdas, terampil, dan berkarakter. Serta pendidikan

kewarganegaraan yang berhasil diterapkan akan mampu untuk mengembangkan

sikap mental yang cerdas, penuh tanggung jawab dalam diri siswa.

2.1.4.1 Ruang Lingkup Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)

Ruang lingkup mata pelajaran PKn meliputi beberapa aspek. Berdasarkan

Depdiknas (2007) aspek-aspek tersebut meliputi sebagai berikut :

a. Persatuan dan kesatuan bangsa, meliputi : Hidup rukun dalam perbedaan,

Cinta Lingkungan, Kebangsaan sebagai bangsa Indonesia, Sumpah Pemuda,

Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, Partisipasi dalam pembelaan

negara, Sikap positif terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia,

Keterbukaan dan Jaminan keadilan.

b. Norma, hukum dan peraturan, meliputi : Tertib dalam kehidupan keluarga,

Tata tertib di sekolah, Norma yang berlaku di masyarakat, Peraturan –

peraturan daerah, Sistem hukum dan peradilan nasional, Hukum dan

(49)

30

c. Hak asasi manusia meliputi : Hak dan kewajiban anak, Hak dan kewajiban

anggota masyarakat, Instrumen nasional dan internasional HAM, Pemajuan,

Penghormatan dan perlindungan HAM.

d. Kebutuhan warga negara meliputi: Hidup gotong royong, Harga diri sebagai

warga masyarakat, Kebebasan berorganisasi, Kemerdekaan mengeluarkan

pendapat, Menghargai keputusan bersama, Prestasi diri, Persamaan

kedudukan warga negara.

e. Konstitusi Negara meliputi: Proklamasi kemerdekaan dan konstitusi yang

pertama, konstitusi – konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia,

Hubungan dasar negara dengan konstitusi.

f. Kekuasaan dan Politik, meliputi: Pemerintahan desa dan kecamatan,

Pemerintahan desa dan otonomi, Pemerintahan pusat, Demokrasi dan system

politik, Budaya politik, Budaya demokrasi menuju masyarakat madani,

Sistem pemerintahan, Pers dalam masyarakat demokrasi.

g. Pancasila meliputi : kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi

negara, proses perumusan Pancasila sebagai dasar negara, pemgamalan nilai-

nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, Pancasila sebagai ideologi

terbuka.

h. Globalisasi meliputi : Globalisasi di lingkungannya, politik luar negeri

Indonesia di globalisasi, Dampak globalisasi, Hubungan internasional dan

organisasi internasional, dan mengevaluasi glibalisasi.

Dari pernyataan diatas peneliti dapat menyimpulkan bahwa ruang lingkup

PKn memiliki 8 aspek yang penting seperti persatuan dan kesatuan bangsa,

(50)

31

pancasila dan yang terakhir globalisasi. Dari kedelapan aspek tersebut

terdapat satu aspek yang memenuhi materi dalam penelitian yaitu cinta

lingkungan.

2.1.5.Materi PKn Cinta Lingkungan

2.1.5.1 Cinta Lingkungan

a. Arti Mencintai Lingkungan

Lingkungan terdiri dari tanah, air, dan udara.ada bermacam tumbuhan dan hewan. Ada makhluk hidup dan benda mati. Semuanya

memiliki manfaat bagi kehidupan manusia. Karena itu, kita wajib menjaga

dan melestarikan alam sekitar supaya alam tidak cepat rusak dan akhirnya

habis atau punah. Jika alam sekitar kita rusak, kita tidak lagi bisa menikmati

manfaatnya dan pada akhirnya kita yang rugi.

b. Memelihara Lingkungan Alam

Lingkungan alam memiliki banyak kekayaan dan kita dapat

memanfaatkannya untuk berbagai kepentingan. Namun, kita wajib

mempergunakannya secara benar dan hemat. Tujuannya, agar alam tetap

lestari dan dapat terus digunakan sampai ke generasi-generasi yang akan

datang. Melestarikan lingkungan merupakan tanggung jawab bersama.

Berbagai cara dapat kita lakukan dalam pemeliharaan lingkungan alam

sekitar. Tumbuhan, binatang, sungai, gunung, laut, danau, dan saluran air

dapat kita jaga dengan berbagai cara yang tepat dan benar agar kita dapat

(51)

32

1. Memelihara lingkungan tumbuh-tumbuhan

2. Memelihara binatang

3. Memelihara sungai, gunung, laut, danau, dan saluran air.

c. Menjaga Kelestarian Alam

Alam adalah ciptaan Allah yang maha kuasa. Alam yang terhampar ini

merupakan anugerah yang tidak ternilai harganya. Alam diciptakan Allah

untuk kepentingan manusia. Manusia harus dapat menjaga kelestariannya.

2.2 Penelitian Yang Relevan

Berikut ini literatur dari penelitian-penelitian sebelumnya yang pernah

dilakukan :

a. Chairunnisa (2011) melakukan penelitian tentang Persepsi Siswa Terhadap

Metode Pembelajaran Guru dan Hasil Belajar Bahasa Indonesia di SMK

Al-Hidayah Ciputat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara

persepsi terhadap metode pembelajaran guru dan hasil belajar bahasa

Indonesia di SMK Al-Hidayah. Metode penelitian ini menggunakan metode

analisis deskriptif dan untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini peneliti

menggunakan rumus Product Moment. Populasi pada penelitian ini adalah siswa kelas X dan XI SMK Al-Hidayah ciputat yang berjumlah 308 siswa dan

, Persamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama menggunakan variabel

persepsi.

b. Imam Setyawan (2012) melakukan penelitian tentang Hubungan Antara

Persepsi Siswa Terhadap Pembelajaran Kontekstual dengan Minat Belajar

(52)

33

bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara persepsi siswa

terhadap pembelajaran kontekstual dengan minat belajar matematika pada

siswa kelas VII SMP N 18 Semarang. Jenis penelitian yang digunakan adalah

pendekatan kuantitatif. Populasi yang digunakan pada penelitian ini adalah

siswa kelas VII SMP N 18 Semarang. Desain penelitiannya adalah analisis

deskriptif korelatif menggunakan rumus Product Moment diperoleh hasil sebesar 0,25 yang berada pada 0,20-0,40 dan taraf signifikan 5% sebesar

0,374 . selain itu pula dapat diketahui bahwa kontribusi metode pembelajaran

guru terhadap hasil belajar siswa di SMK Al-Hidayah Ciputat hanya 6,3%

sedangkan 93,7% dipengaruhi oleh faktor lan. Persamaan dengan penelitian

ini adalah sama-sama mengukur variabel tentang Persepsi Siswa

c. Resita Kurnia Dewi (2016) melakukan penelitian tentang Peningkatan Sikap

Kedisiplinan Dalam Pembelajaran PKn Menggunakan Model Paradigma

Pedagogi Reflektif Bagi Siswa Kelas III SDN Kledokan. Penelitian ini

bertujuan untuk menggambarkan dan mengetahui pelaksanaan pembelajaran

model pedagogi reflektif untuk meningkatakan sikap kedisiplinan dalam

pembelajaran PKn serta meningkatkan dan mengetahui peningkatan sikap

kedisiplinan pada pelajaran PKn menggunakan model Paradigma Pedagogi

Reflektif. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas . Subjek

penelitian adalah siswa kelas III SDN Kledokan Tahun ajaran 2015/2016

yang berjumlah 31 siswa. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sikap

kedisiplinan siswa meningkat menggunakan model Paradigma Pedagogi

Reflektif. Peningkatan sikap kedisiplinan siswa pada kondisi awal nilai

(53)

34

cukup 64,51% (rendah) dengan rata-rata nilai sikap adalah 83,52 dengan

presentase jumlah siswa kedisiplinan minimal cukup 93,55% (sangat tinggi).

Persamaan dengan penelitian ini adalah sama menggunakan variabel

mengenai sikap.

Ketiga hasil penelitian diatas relevan penelitian yang dilakukan oleh

peneliti. Penelitian yang relevan tersebut memiliki persepsi tentang metode

pembelajaran guru dan hasil belajar bahasa indonesia dan Imam melakukan

penelitain mengenai persepsi tentang model pembelajaran kontekstual mata

pelajaran matematika pengalaman guru dan fasilitas belajar. Perbedaan

penelitian yang relevan pada variabel sikap yang dilakukan oleh Resita adalah

sikap kedisiplinan mengenai mata pelajaran PKn. Peneliti mengembangkan

sebuah penelitian baru yang berjudul Hubungan Persepsi dan Sikap Siswa

(54)

35 2.2.1 Literatur Map

Gambar 2.1. Bagan Hasil Penelitian Yang Relevan

Menunjukkan skema tentang tiga penelitian yang dilakukan oleh peneliti lain

yang memiliki relevansi dengan penelitian peneliti. Ketiga peneliti tersebut

sama-sama meneliti tentang persepsi siswa dan sikap siswa. Peneliti tertarik

untuk melakukan penelitian dengan menambahkan model pembelajaran

Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR), Penelitian ini berjudul “Hubungan

Persepsi dan Sikap Siswa Kelas II Pada Mata Pelajaran PKn di SD Negeri

Penelitian yang akan diteliti :

Hubungan Persepsi dan Sikap Siswa Kelas II Pada Mata Pelajaran PKn di SD Negeri Tegalrejo 2.

Chairunnisa (2011)

Persepsi Siswa Terhadap Metode Pembelajaran Guru dan Hasil Belajar Bahasa Indonesia di SMK Al-Hidayah Ciputat

(55)

36 2.3 Kerangka Berpikir

Pembelajaran PKn di SD Negeri Tegalrejo 2 yang pada dasarnya banyak

guru yang hanya memberikan metode ceramah kepada siswa. Mengakibatkan

persepsi siswa pada model pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif

menjadi asing dan kurang dimengerti bagi siswa begitupun sikap siswa

terhadap Pkn kurang diminati terlebih mengenai materi yang terkandung dalam

PKn yaitu cinta lingkungan menjadi kurang baik. Rendahnya sikap siswa

terhadap cinta lingkungan dilihat dari kurang tertariknya siswa menjaga

kebersihan kelas dan lingkungan sekolah dan sikap yang ditunjukan. Hal ini

membuat pelajaran PKn hanya untuk kognitif belum adanya refleksi dan aksi

dalam pembelajaran dan siswa kurang menerapkan cinta lingkungan dan

ditunjukkan pula dengan sikap siswa.

Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh proses

penginderaan, yaitu merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu

melalui alat indera atau juga disebut proses sensoris. Dengan demikian dapat

dikemukakan bahwa stimulus diterima oleh alat indera, yaitu yang dimaksud

dengan penginderaan, dan melalui proses penginderaan tersebut stumulus itu

menjadi sesuatu yang bearti. Kegiatan proses pembelajaran di dalam kelas anak

akan belajar melalui penginderaan, serta akan menerima apa yang telah

dipahami dan dipelajari. Persepsi merupakan suatu proses penggunaan

pengetahuan yang telah dimiliki (yang disimpan di dalam ingatan) untuk

mendektasi atau meperoleh dan mengiterpretasi stimulus (rangsangan) yang

(56)

37

cara pandang seseorang. Setiap siswa mempunyai cara pandang yang

berbeda-beda mengenai memahami suatu objek yang diketahui.

Sikap dapat masuk dalam berbagai aspek kehidupan dan sikap

memegang peranan penting dalam mencapai suatu tujuan. Sikap berkaitan

dengan objek yang dihadapi. Sikap seseorang terhadap objek tertentu akan

tercermin dari perilaku yang muncul. Perilaku merupakan reaksi yang dapat

bersifat sederhana maupun bersifat kompleks. Oleh karena itu, sikap selalu

berkaitan dengan perilaku seseorang serta mengetahui sikap seseorang dapat

menduga bagaimana respons atau perilaku yang akan diambil oleh orang yang

bersangkutan, terhadap sesuatu masalah atau keadaan yang dihadapkan

kepadanya. Jadi, dengan mengetahui sikap seseorang, orang akan mendapatkan

gambaran kemungkinan perilaku yang timbul dari orang yang bersangkutan.

Persepsi dan sikap siswa dalam Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)

diharapkan dapat melihat apakah ada hubungan saat menggunakan

pembelajaran berbasis Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR). Sikap dan

persepsi ini sangat penting untuk ditingkatkan sejak dini agar siswa menjadi

lebih berprestasi dan terampil. Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) membantu

siswa meningkatkan prestasi siswa melalui pengalaman yang dilanjutkan lewat

refleksi kemudian diaplikasikan melalui aksi. Dalam pembelajaran PPR ini

siswa diajarkan untuk terampil dalam berproses dan pada akhirnya akan

melakukan aksi. Banyak orang mengusahakan menggunakan pembelajaran

yang inovatif dalam rangka untuk mempengaruhi sikap siswa terhadap mata

(57)

38

penelitian ini peneliti ingin mengetahui apakah ada hubungan antara persepsi

dan sikap siswa terhadap pembelajaran yang digunakan.

Kelebihan dari pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) yaitu

murah meriah yang dimaksud adalah saat implementasi PPR diintegrasikan

dengan bidang studi yang diajarkan, dapat digunakan di segala kurikulum

artinya PPR dapat diterapkan pada semua kurikulum termasuk KTSP 2006 dan

Kurikulum 2013. Cepat terlihat hasilnya adalah saat sekolah menerapkan PPR

dalam jangka waktu satu tahun guru dan siswa sudah terlihat akrab satu sama

lain, saling membantu dalam belajar, dan mau menghargai satu dengan yang

lain. Sehingga memudahkan guru dalam pengelolaan kelas.

Berdasarkan hal-hal tersebut diharapkan penggunaan model pembelajaran

Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) dapat mengetahui hubungan antara

persepsi dan sikap siswa pada mata pelajaran PKn bertema nilai cinta

lingkungan kepada siswa kelas II SD Negeri Tegalrejo 2 Yogyakarta.

2.4 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kajian pustaka, penelitian yang relevan, kerangka berpikir

maka peneliti mengemukakan hipotesis penelitian yaitu:

2.4.1 Terdapat hubungan antara persepsi dan sikap siswa pada mata pelajaran

Gambar

Gambar 2.1 Bagan hasil penelitian yang relevan ...........................................
Grafik 4.1 Grafik Scatterplot ..........................................................................
Tabel 3.1 Jadwal Penelitian
gambar hubungan dari variabel independent, variabel dependent, variabel
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam pelitian ini peneliti mengamati proses pembelajaran yang menggunakan salah satu model pembelajaran yaitu PBL (Problem Based Learning) yang dapat mengajarkan

1.4.1 Mendeskripsikan hubungan antara persepsi siswa terhadap pembelajaran dengan sikap siswa pada mata pelajaran PKn, baik yang mengunakan model pembelajaran

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan persepsi siswa kelas II terhadap model pembelajarn Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) dengan sikap siswa

Berdasarkan hasil kuesioner, peneliti juga memperoleh data yang menunjukkan bahwa siswa di kelas tersebut mengalami permasalahan pada persepsi yaitu sebesar 30%

1) Sikap tidak dibawa seseorang sejak ia lahir, melainkan dibentuk sepanjang perkembangannya. Karena sikap tidak dibawa sejak individu dilahirkan, ini berarti bahwa

Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa persepsi adalah proses pengorganisasikan, penginterpresian terhadap stimulus yang diterima oleh organisme atau individu

1) Sikap tidak dibawa seseorang sejak ia lahir, melainkan dibentuk sepanjang perkembangannya. Karena sikap tidak dibawa sejak individu dilahirkan, ini berarti bahwa

Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa persepsi adalah proses pengorganisasikan, penginterpresian terhadap stimulus yang diterima oleh organisme atau individu