ABSTRAK
HUBUNGAN PERSEPSI DAN SIKAP SISWA KELAS II PADA MATA PELAJARAN PKn di SD NEGERI DEMANGAN
Maria Dessy Natalia
Universitas Sanata Dharma
2017
Latar belakang penelitian ini adalah adanya persepsi siswa yang cukup yang dilihat dari
hasil observasi yaitu sebesar 35%, dan adanya sikap siswa yang cukup yaitu sebesar 25%.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan hubungan antara persepsi dan sikap siswa
pada mata pelajaran PKn di SD Negeri Demangan pada semester gasal tahun ajaran 2016/2017.
Jenis penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan metode survei. Sampel
penelitian berjumlah 28 siswa kelas IIA di SD Negeri Demangan. Variabel dalam penelitian ini
terdiri dari tiga variabel, yaitu variabel bebas, variabel terikat, dan variabel moderator. Variabel
bebas adalah persepsi, variabel terikatnya adalah sikap siswa pada mata pelajaran PKn dan
variabel moderator adalah model pembelajaran Problem Based Learning (PBL).
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan menunjukkan bahwa terdapat hubungan
yang positif antara persepsi dan sikap siswa kelas II pada mata pelajaran PKn. Hal ini
ditunjukkan dari hasil analisis Correlation Pearson Product Moment pada uji hipotesis correlation kelompok siswa persepsi dan sikap dengan sig. (2-tailed) yaitu 0,000 dan Pearson Correlation sebesar 0.034. Hubungan yang positif dari kedua variabel termasuk dalam hubungan yang kuat karena berada pada rentang nilai 0.20-0.399.
ABSTRACT
THE PERCEPTION AND ATTITUDE LINKAGE OF GRADE II STUDENTS IN CIVICS LESSON AT DEMANGAN ELEMENTARY SCHOOL
Maria Dessy Natalia
Sanata Dharma University
2017
The background of this research is the observation result on students’ perception and attit ude which reach medium score, that is 35% on perception, and 25% on attitude.The main purpos
e of this research is to describe the linkage between students’ perception and attitude on Civics L esson in Demangan Elementary School at 2016/2017 period.
The research was a quantitative research which using survey method and it took 28 grade
II A students of Demangan Elementary School as the sample. The research consists of three varia
bles, those are independent variable, dependent variable, and moderate variable. The independent
variable is perception, with the sudent’s attitude on Civics lesson as the dependent variable, whil e the Problem Based Learning method placed as the moderator variable.
The analysis comes to result that shows that there is a positive correlation between grade
II students’ perception and attitude on Civics Lesson. The score of Correlation Pearson Product Moment on perception and attitude correlation hypotheses test with sig. (2tailed) is 0,000 and the
correlation Pearson is 0,034.
There is a strong positive correlation of both variable because it is in range of 0.20-0.399.
i HUBUNGAN PERSEPSI DAN SIKAP SISWA KELAS II PADA MATA
PELAJARAN PKn di SD NEGERI DEMANGAN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh:
Maria Dessy Natalia
NIM: 131134063
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan untuk semua orang yang telah mendukung dan
mendoakan saya:
1. Tuhan Yesus dan Bunda Maria yang setia mendampingiku.
2. Bapak Vinsensius Harinto dan Mama Clara Hartati.
3. Bapak Herman dan Mama Arce.
4. Bapak tuo Yatino, mbah Towo, Mamak tuo Kamikem dan mbah Tuki.
5. Om Tono dan bulek Yuni (Alm)
6. Adikku Veronika Derintika Paskalia, Grasia Stella Modesta, Cornelius
Stenly Pradana.
7. Semua keluarga besar yang mendukungku.
8. Teman seperjuangan Cantikeeeeers, teman satu payung skripsi dan
teman-teman PGSD 2013.
9. Seluruh sahabatku.
10.Teman luar biasa Vinsensius Verer Magur.
v MOTTO
Serahkanlah segala kekawatiranmu kepada-Nya,
sebab Ia yang memelihara kamu
(1 Petrus 5 : 7)
Roda itu selalu berputar
Jika hari ini aku menangis, esok Tuhan pasti membuatku
tersenyum
viii ABSTRAK
HUBUNGAN PERSEPSI DAN SIKAP SISWA KELAS II PADA MATA PELAJARAN PKn di SD NEGERI DEMANGAN
Maria Dessy Natalia
Universitas Sanata Dharma
2017
Latar belakang penelitian ini adalah adanya persepsi siswa yang cukup
yang dilihat dari hasil observasi yaitu sebesar 35%, dan adanya sikap siswa yang
cukup yaitu sebesar 25%. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan
hubungan antara persepsi dan sikap siswa pada mata pelajaran PKn di SD Negeri
Demangan pada semester gasal tahun ajaran 2016/2017.
Jenis penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan metode survei.
Sampel penelitian berjumlah 28 siswa kelas IIA di SD Negeri Demangan.
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari tiga variabel, yaitu variabel bebas,
variabel terikat, dan variabel moderator. Variabel bebas adalah persepsi, variabel
terikatnya adalah sikap siswa pada mata pelajaran PKn dan variabel moderator
adalah model pembelajaran Problem Based Learning (PBL).
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan menunjukkan bahwa
terdapat hubungan yang positif antara persepsi dan sikap siswa kelas II pada mata
pelajaran PKn. Hal ini ditunjukkan dari hasil analisis Correlation Pearson Product Moment pada uji hipotesis correlation kelompok siswa persepsi dan sikap dengan sig. (2-tailed) yaitu 0,000 dan Pearson Correlation sebesar 0.034. Hubungan yang positif dari kedua variabel termasuk dalam hubungan yang kuat
karena berada pada rentang nilai 0.20-0.399.
ix ABSTRACT
THE PERCEPTION AND ATTITUDE LINKAGE OF GRADE II STUDENTS
IN CIVICS LESSON AT DEMANGAN ELEMENTARY SCHOOL Maria Dessy Natalia
Sanata Dharma University
2017
The background of this research is the observation result on students’ perc
eption and attitude which reach medium score, that is 35% on perception, and 25
% on attitude.The main purpose of this research is to describe the linkage between students’ perception and attitude on Civics Lesson in Demangan Elementary Sch ool at 2016/2017 period.
The research was a quantitative research which using survey method and it
took 28 grade II A students of Demangan Elementary School as the sample. The r
esearch consists of three variables, those are independent variable, dependent vari
able, and moderate variable. The independent variable is perception, with the sude nt’s attitude on Civics lesson as the dependent variable, while the Problem Based Learning method placed as the moderator variable.
The analysis comes to result that shows that there is a positive correlation
between grade II students’ perception and attitude on Civics Lesson. The score of
Correlation Pearson Product Moment on perception and attitude correlation hypot
heses test with sig. (2tailed) is 0,000 and the correlation Pearson is 0,034.
There is a strong positive correlation of both variable because it is in range of 0.20
-0.399.
x KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa atau rahmat
dan kemurahannya sehingga skripsi yang berjudul Hubungan Persepsi Dan Sikap
Siswa Kelas II Pada Mata Pelajaran PKn di SD Negeri Demangan dapat
diselesaikan. Peneliti menyadari tanpa ada bantuan dari berbagai pihak pada
skripsi ini tidak dapat diselesaikan dengan baik. Kritik dan saran sangat peneliti
harapkan demi menyempurnakan skripsi ini. Oleh karena itu dalam kesempatan
ini peneliti mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Rohandi, Ph.D. selaku dekan FKIP Universitas Sanata Dharma.
2. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd. selaku kepala Program Studi.
3. Apri Damai Sagita K, S. S.,M.Pd. selaku wakil Program Studi.
4. Drs. P. Wahana, M.Hum. selaku dosen pembimbing satu yang dengan penuh
ikhlas, sabar, dalam membimbing dan memberi petunjuk serta arahan bagi
peneliti sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
5. Elisabeth Desiana Mayasari, S.Psi., M.A. selaku dosen dua yang telah
membantu dan selalu memberi semangat peneliti dalam menyelesaikan
skripsi ini.
6. Maria Agustina Amelia S,Si.,M.Pd, selaku dosen penguji.
7. Bapak Vinsensius Harinto dan Mama Clara Hartati selaku orangtua peneliti
yang selalu memberikan kekuatan dan dukungan semangat bagi peneliti.
8. Keluarga di Lampung dan Manggarai terima kasih atas dukungan yang
diberikan kepada peneliti.
xi
xii DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL……….i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING………..ii
HALAMAN PENGESAHAN………iii
HALAMAN PERSEMBAHAN……….iv
HALAMAN MOTTO………..v
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN………...vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS………..vii
ABSTRAK………....viii
ABSTRACT………..………ix
KATA PENGANTAR……….x
DAFTAR ISI………..xii
DAFTAR GAMBAR………...xv
DAFTAR TABEL………....xvii DAFTAR LAMPIRAN………...xviii
BAB 1 PENDAHULUAN………...1
1.1Latar Belakang………...1
1.2Rumusan Masalah………..6
1.3Tujuan Penelitian………...6
1.4Manfaat Penelitian……….6
1.5Definisi Operasional………...7
BAB II LANDASAN TEORI………..9
2.1 Kajian Pustaka………....9
2.1.1 Teori-teori yang Mendukung……….…….9
2.1.1.1 Persepsi……….….………9
xiii
2.1.1.1.2 Indikator Persepsi……….10
2.1.1.1.3 Prinsip Dasar Persepsi………..11
2.1.1.1.4 Proses Terjadinya Persepsi………...11
2.1.1.1.5 Faktor-faktor yang Berperan dalam Persepsi………...12
2.1.1.2 Sikap………13
2.1.1.2.1 Pengertian Sikap………...13
2.1.1.2.2 Indikator Sikap……….14
2.1.1.2.3 Ciri-ciri Sikap………...15
2.1.1.2.4 Faktor yang Mempengaruhi Sikap………...17
2.1.1.3 Problem Based Learning (PBL)……….……….19
2.1.1.3.1 Pengertian Problem Based Learning (PBL)……….19
2.1.1.3.2 Ciri-ciri PBL……….………20
2.1.1.3.3 Tahap-tahap model PBL………...21
2.1.1.3.4 Kelebihan dan Kelemahan Model PBL………22
2.1.1.3.5 Teknik Penilaian Pembelajaran PBL………23
2.1.1.4 Pendidikan Kewarganegaraan……….24
2.1.1.4.1 Pengertian PKn……….24
2.1.1.4.2 Tujuan PKn………..25
2.1.1.4.3 Faktor yang Mempengaruhi Pembelajaran PKn…………..26
2.1.1.4.4 Materi Kelas II Membiasakan Hidup Bergotong Royong...27
2.1.2 Hasil Penelitian yang Relevan………28
2.2 Kerangka Berpikir………..31
2.3 Hipotesis Penelitian………33
BAB III METODE PENELITIAN……….34
3.1 Jenis Penelitian………...34
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian………34
3.2.1 Waktu Penelitian………34
xiv
3.3 Populasi dan Sampel………..35
3.3.1 Populasi………..35
3.3.2 Sampel………35
3.4 Variabel Penelitian……….36
3.5 Teknik Pengumpulan Data………37
3.5.1 Kuesioner………...37
3.5.2 Observasi………37
3.5.3 Dokumentasi………..37
3.6 Intrumen Penelitian………38
3.7 Teknik Pengujian Instrumen………..47
3.7.1 Validitas……….47
3.7.2 Reliabilitas………..54
3.8 Teknik Analisis Data……….56
3.8.1 Uji Asumsi………..57
3.8.1.1 Uji Normalitas Data………57
3.8.1.2 Uji Homogenitas……….58
3.8.1.3 Uji Linearitas………...58
3.8.2 Uji Hipotesis………...59
3.8.2.1 Uji Hipotesis Korelasi: Hubungan Persepsi dan Sikap Siswa Kelas II Pada Mata Pelajaran PKn di SD Negeri Demangan………..59
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………...61
4.1 Hasil Penelitian………...…….61
4.1.1 Uji Asumsi………61
4.1.1.1 Uji Normalitas Persepsi dan Sikap……….61
4.1.1.2 Uji Homogenitas Persepsi dan Sikap……….62
4.1.1.3 Uji Linearitas………..63
4.1.2 Uji Hipotesis………..65
xv
4.2 Pembahasan………..66
4.2.1 Hubungan Persepsi dan Sikap Siswa Kelas II Pada Mata Pelajaran PKn di SD Negeri Demangan………66
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………68
5.1 Kesimpulan………..68
5.2 Keterbatasan Penelitian………68
5.3 Saran……….69
DAFTAR REFERENSI……….70
xvi DAFTAR GAMBAR
Halaman
2.1 Literatur Map………...31 3.1 Variabel Penelitian……….………..37
xvii DAFTAR TABEL
Halaman
2.1 Tahap-tahap Model PBL………..22
3.2 Kisi-kisi Kuesioner………...………39
3.3 Kisi-kisi Pernyataan Kusioner Persepsi Siswa……….42
3.4 Kisi-kisi Pernyataan Kuesioner Sikap Siswa Pada Mata Pelajaran PKn…….44
3.5 Sebaran Item Uji Coba Kuesioner Persepsi………...46
3.6 Sebaran Item Uji Coba Kuesioner Sikap Siswa Pada Mata Pelajaran PKn….47 3.7 Expert Judgement………...48
3.8 Rentang Skor Expert Judgement………..49
3.9 Hasil Uji Validitas Persepsi Siswa………...50
3.10 Validitas Item Persepsi yang dinyatakan Valid Pada Setiap Indikator.…...52
3.11 Hasil Uji Validitas Sikap Siswa Pada Mata Pelajaran PKn………...52
3.12 Validitas Item Sikap yang dinyatakan Valid Pada Setiap Indikator………..53
3.13 Rumus Koefisien Alpha Crobach………...55
3.14 Kriteria Koefisien Reliabilitas………55
3.15 Tabel Reliabilitas Persepsi Siswa………...56
3.16 Tabel Reliabilitas Sikap Siswa Pada Mata Pelajaran PKn……….56
4.1 Hasil Uji Normalitas Persepsi dan Sikap Siswa………...62
4.2 Hasil Uji Homogenitas Persepsi dan Sikap Siswa………...62
4.3 Hasil Uji Linearitas Persepsi dan Sikap Siswa Pada Mata Pelajaran PK…....63
xviii DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Surat Ijin Penelitian………...….……74
Lampiran 2 Surat Telah Melalukan Penelitian………...75
Lampiran 3 Hasil Perhitungan Item Validitas dan Reliabilitas Persepsi………...76
Lampiran 4 Hasil Perhitungan Item Validitas dan Reliabilitas Sikap Siswa Pada Mata Pelajaran PKn………77
Lampiran 5 Hasil Perhitungan Uji Normalitas Persepsi dan Sikap Siswa……….78
Lampiran 6 Hasil Perhitungan Uji Homogenitas Persepsi dan Sikap Siswa…….78
Lampiran 7 Hasil Perhitungan Uji Linearitas………79
Lampiran 8 Hasil Perhitungan Uji Correlation Pearson Product Moment…...…81
Lampiran 9 Lembar Kuesioner Siswa………82
Lampiran 10 Expert Judgement……….96
Lampiran 11 Silabus Pembelajaran………97
Lampiran 12 Rencana Pelakasanaan Pembelajaran (RPP)………..127
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan tempat untuk mengembangkan pola pikir manusia.
Menurut Syah (dalam Chandra, 2009: 33) dikatakan bahwa pendidikan berasal
dari kata dasar “didik” yang mempunyai arti memelihara dan memberi latihan.
Kedua hal tersebut memerlukan adanya ajaran, tuntutan dan pimpinan tentang
kecerdasan pikiran. Peneliti mengatakan bahwa pendidikan adalah proses
pengubahan sikap perilaku seseorang atau sekelompok orang dalam usaha
mendewasakan manusia melalui pangajaran dan pelatihan. Pendidikan dapat
diperoleh melalui jalur formal, nonformal, dan informal.
Pendidikan dalam lingkungan keluarga (nonformal) memiliki peranan
yang sangat penting. Ini karena setiap individu mendapatkan pendidikan yang
pertama berasal dari lingkungan keluarga. Selain dari keluarga pendidikan dapat
diperoleh pula dari lingkungan formal, dalam hal ini sekolah atau lembaga formal
lainnya yang berkompeten dalam bidang pendidikan. Dalam lingkungan formal
ini setiap individu akan mendapatkan pendidikan yang lebih luas mengenai
pedoman dan etika moral kemanusiaan untuk bekalnya dalam menghadapi
pergaulan di masyarakat. Lingkungan ketiga yang menjadi penentu sukses
tidaknya adalah lingkungan masyarakat (informal), lingkungan ini menuntut
pengaplikasian pendidikan yang telah didapat oleh seorang individu baik dari
2 Sekolah adalah salah satu lembaga yang berperan penting dalam proses
pendidikan tersebut. Hal ini tidak terlepas dengan adanya kerjasama antara guru
dengan siswa. Guru berperan penting dalam mewujudkan pembelajaran dan
memiliki kebebasan untuk mengelola kelas sehingga anak memiliki motivasi
untuk belajar dan anak merasa senang. Dalam hal ini, model pembelajaran
merupakan salah satu cara untuk menciptakan pembelajaran yang inovatif agar
tidak terkesan monoton dan membosankan. Salah satu model pembelajaran
tersebut adalah model pembelajaran Problem Based Learning (PBL).
Pendidikan Kewarganegaraan dapat dimaknai sebagai wahana untuk
mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada
budaya bangsa Indonesia yang diharapkan dapat diwujudkan dalam bentuk
perilaku kehidupan sehari-hari peserta didik sebagai individu, anggota masyarakat
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pendidikan Kewarganegaraan
dijelaskan dalam Depdiknas (2006: 49), Pendidikan Kewarganegaraan adalah
mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang
memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajiban untuk menjadi
warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, berkarakter yang diamankan oleh
Pancasila dan UUD 1945. Namun pencapaian tujuan PKn sangat bergantung pada
sikap siswa terhadap mata pelajaran PKn. Sikap yang baik terhadap mata
pelajaran akan membantu perwujudan tujuan-tujuan yang hendak dicapai dari
mata pelajaran tersebut. Demikian sebaliknya, sikap yang buruk akan membawa
kepada hasil yang buruk pula. Sikap adalah gambaran suatu kepribadian seseorang
yang terlahir melalui gerakan fisik dan tanggapan pikiran terhadap suatu keadaan
3 Peneliti melakukan observasi berkaitan dengan persepsi siswa terhadap
model pembelajaran dan sikap siswa terhadap mata pelajaran PKn. Observasi
lapangan dilakukan peneliti agar mendapatkan informasi mengenai proses
pembelajaran yang terjadi di kelas IIA SD Negeri Demangan dengan jumlah siswa
28 orang. Fakta yang diperoleh peneliti adalah saat guru memasuki kelas, guru
memberikan salam kepada siswa, tidak lupa setelah itu guru menanyakan kabar,
kondisi siswa, dan menanyakan siswa yang tidak hadir serta meminta siswa
menyiapkan buku serta alat tulis. Guru juga memotivasi siswa sebelum
pembelajaran dan dilanjutkan penyampaian materi dengan model ceramah disertai
tanya jawab. Kegiatan dilanjutkan dengan guru berkeliling memantau siswa saat
mengerjakan latihan soal. Setelah itu kegiatan konfirmasi dilakukan, guru
menyimpulkan pembelajaran dengan melempar pertanyaan kepada siswa dan
sebelum meninggalkan kelas, guru tidak lupa untuk memberikan salam kepada
siswa.
Peneliti selama melakukan Program Pengalaman Lapangan (PPL), juga
mengamati kegiatan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Peneliti
melihat selama pembelajaran berlangsung, ada siswa yang tidak memperhatikan
penjelasan materi dari guru, ada siswa yang asyik menggoda teman sebangkunya,
ada siswa yang mengobrol saat guru menjelaskan materi sehingga membuat
kegaduhan di kelas, ada siswa yang kurang bersemangat mengerjakan latihan soal
di mana siswa yang hanya menunggu jawaban dari temannya, ada siswa yang
enggan untuk bertanya kepada guru maupun teman ketika belum memahami
materi pelajaran, ada siswa yang tidak berani maju ke depan untuk menuliskan
4 terlihat siswa jarang melakukan diskusi dengan temannya saat proses
pembelajaran berlangsung.
Sikap siswa tersebut tentunya dipengaruhi oleh persepsi mereka terhadap
model pembelajaran yang digunakan guru kelas. Persepsi siswa ketika diajar oleh
guru menggunakan model pembelajaran konvensional (ceramah) terlihat pada
ekspresi siswa yang tidak bersemangat, sulit berkonsentrasi dan siswa merasa
bosan ketika proses pembelajaran PKn berlangsung. Persepsi negatif yang
terbentuk dalam diri siswa akan mempengaruhi sikap. Dimana sikap siswa
menjadi kurang baik dalam mencapai tujuan yang ada dalam pembelajaran PKn.
Sikap merupakan salah satu aspek pikir yang akan membentuk pola berpikir
tertentu pada setiap individu. Pola pikir ini akan mempengaruhi sikap kegiatan
yang akan dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Sikap akan menentukan
perilaku seseorang mengenai hubungannya dalam memberikan penilaian terhadap
objek-objek tertentu serta memberikan arah pada tindakan selanjutnya. Menurut
Baron dan Byrne juga Myers dan Gerungan (dalam Wawan&Dewi M, 2012)
sikap mengandung tiga komponen yang membentuk struktur sikap yaitu:
komponen kognitif, komponen afektif dan komponen konatif.
Berdasarkan dari hasil observasi yang telah dilakukan, permasalahan pada
persepsi yang dialami adalah ketika guru menggunakan model pembelajaran
konvensional, di mana guru lebih banyak ceramah sedangkan siswa hanya duduk,
mendengarkan dan asyik dengan teman sebangkunya. Hal ini diperkuat dengan
hasil kuesioner pretest persepsi siswa bahwa persepsi siswa dengan nilai
maksimal cukup terhadap model pembelajaran yang digunakan oleh guru kelas.
5 didapat oleh siswa adalah 35%. Skor memperlihatkan bahwa siswa mempunyai
persepsi cukup tentang materi, media dan sarana pembelajaran terhadap model
pembelajaran Problem Based Learning (PBL), persepsi cukup tentang langkah-langkah pembelajaran terhadap Problem Based Learning (PBL), dan persepsi cukup tentang interaksi model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Permasalahan berikutnya adalah sikap siswa dengan nilai maksimal cukup
terhadap mata pelajaran PKn. Hal ini terlihat dari rata-rata skor sikap pada
kognitif, afektif dan konaktif yang di dapat oleh siswa adalah 25%. Skor ini
menunjukkan bahwa siswa memiliki sikap rendah sebelum mengikuti pelajaran
PKn dan sesudah mengikuti pelajaran PKn.
Model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) merupakan salah salah satu model pembelajaran inovatif yang dapat memberikan kondisi belajar
aktif kepada siswa. PBL adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa
untuk memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga
siswa dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut
dan sekaligus memiliki keterampilan untuk memecahkan masalah (Ward, 2002;
Stepien, dkk.,1993). Model pembelajaran ini memiliki kelebihan yaitu dapat
memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang
mereka miliki pada dunia nyata. Salah satu pengetahuan yang dapat diaplikasikan
dalam kehidupan sehari-hari yaitu pada mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn) yang dapat dibantu dengan menggunakan model
6 Berdasarkan latar belakang masalah yang dipaparkan di atas, peneliti
tertarik melakukan penelitian kuantitatif untuk melihat hubungan persepsi dan
sikap siswa kelas II pada mata pelajaran PKn di SD Negeri Demangan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, rumusan masalah dapat dideskripsikan sebagai
berikut:
1.2.1 Apakah ada hubungan antara persepsi dan sikap siswa pada mata pelajaran
PKn?
1.3 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dipaparkan di atas, tujuan
penelitian ini adalah:
1.3.1 Untuk mendeskripsikan hubungan antara persepsi dan sikap siswa pada
mata pelajaran PKn.
1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi Peneliti
Dapat menambah wawasan dan pengalaman peneliti tentang penggunaan
model Problem Based Learning (PBL) dan melakukan proses pembelajaran
7 1.4.2 Bagi Siswa
Dapat memperoleh pengalaman dalam mempelajari Kompetensi Dasar (KD)
mengenal sikap pentingnya hidup rukun, saling berbagi, dan tolong
menolong yang dapat dilakukan dalam kehidupan sehari-hari melalui
pembelajaran Problem Based Learning (PBL).
1.4.2 Bagi Guru
Dapat menambah wawasan dan inspirasi guru tentang model pembelajaran
PKn yang sesuai dengan karakteristik siswa untuk dijadikan alternatif
pembelajaran yang bisa dikembangkan.
1.4.3 Bagi Sekolah
Dapat menambah bahan bacaan penelitian yang dapat dijadikan sebagai
inspirasi dalam mengajarkan mata pelajaran PKn dengan menggunakan
model Problem Based Learning (PBL).
1.5 Definisi Operasional
1.5.1 Persepsi adalah suatu proses pemahaman atas informasi yang diperoleh
dari luar maupun dalam individu untuk mengutarakan pendapat tentang
sesuatu yang menjadi pandangan dalam objek pembicaraannya.
1.5.2 Sikap adalah suatu bentuk reaksi perasaan dan pemahaman, yang
diungkapkan melalui tindakan.
8 1.5.4 PKn adalah suatu pendidikan yang memfokuskan pada pendidikan nilai
dan moral, dalam hal ini tujuan pendidikan yaitu agar anak mampu
menyelesaikan masalah-masalah untuk dapat mewujudkan nilai-nilai
9 BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Kajian Pustaka
2.1.1 Teori-teori Yang Mendukung
2.1.1.1 Persepsi
2.1.1.1.1 Pengertian Persepsi
Persepsi dapat diartikan juga sebagai proses pemahaman ataupun
pemberian maksud atas suatu informasi terhadap stimulus, stimulus di
dapat dari proses penginderaan terhadap objek, peristiwa, atau
hubungan-hubungan antar gejala yang diproses oleh otak. Persepsi menunjukkan
bagaimana melihat, mendengar, merasakan, mengecap, dan mencium
dunia sekitar kita, dengan kata lain persepsi dapat didefinisikan sebagai
sesuatu yang dialami manusia (Morgan dalam Sumanto, 2014: 51).
Persepsi adalah proses diterimanya rangsangan melalui panca indra
yang didahului oleh perhatian sehingga individu mampu mengetahui,
mengartikan dan menghayati tentang hal yang diamati, baik yang berasal
dari dalam maupun luar individu (Sunaryo, 2013: 96). Sedangkan menurut
Aditimo (2008: 77) persepsi adalah tindakan menyusun informasi dari
organ-organ sensorik menjadi keseluruhan yang bisa dipahami.
Dari beberapa pengertian persepsi di atas yang telah dikemukakan,
maka dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah suatu proses pemahaman
10 mengutarakan pendapat tentang sesuatu yang menjadi pandangan dalam
objek pembicaraannya.
2.1.1.1.2 Indikator Persepsi
Menurut Hamka (2002: 101-106), persepsi memiliki
indikator-indikator, yaitu sebagai berikut:
1.) Menyerap, yaitu stimulus yang berada di luar individu diserap melalui
indera, masuk ke dalam otak, mendapat tempat. Di situ terjadi proses
analisis, di klasifikasikan dan diorganisir dengan pengalaman-pengalaman
individu yang telah dimiliki sebelumnya. Karena itu penyerapan itu
bersifat individual berbeda satu sama lain meskipun stimulus yang diserap
sama.
2.) Mengamati, yaitu indikator adanya persepsi sebagai hasil proses klasifikasi
dan organisasi. Tahap ini terjadi dalam proses psikis. Hasil analisis berupa
pengertian atau pemahaman. Pengertian atau pemahaman tersebut juga
bersifat subjektif, berbeda bagi setiap individu.
Alasan peneliti menggunakan pendapat Hamka (2012) yaitu lebih
lengkap dan memadahi. Selanjutnya indikator-indikator persepsi tersebut
sangat berguna untuk pengembangan intrumen persepsi dan sikap siswa
11 2.1.1.1.3 Prinsip Dasar Persepsi
Menurut Prawiradilaga & Siregar (2008) ada beberapa prinsip
dasar persepsi yaitu:
1.) Persepsi bersifat relatif, setiap orang memiliki persepsi yang berbeda-beda
tergantung dari pandangan yang melakukan persepsi.
2.) Persepsi bersifat sangat selektif, persepsi tergantung pada pilihan, minat,
manfaat dan kesesuaian bagi sesorang yang melakukan persepsi.
3.) Persepsi dapat diatur, persepsi perlu diatur serta ditata agar orang lain
mudah mencerna informasi yang dimaksud.
4.) Persepsi bersifat subjektif, persepsi seseorang oleh keinginan dan harapan
dari yang melakukan persepsi.
5.) Persepsi seseorang atau kelompok bervariasi, walau mereka berada dalam
keadaan yang sama. Perbedaan karakteristik individu akan mempengaruhi
setiap individu dalam mencerna informasi sehingga memiliki persepsi
yang berbeda-beda.
2.1.1.1.4 Proses Terjadinya Persepsi
Menurut Walgito (2010; 102) proses terjadinya persepsi akan
dijelaskan sebagai berikut. Objek menimbulkan stimulus, dan stimulus
mengenai alat indera atau reseptor. Perlu dikemukakan bahwa antara objek
dan stimulus itu berbeda, tetapi ada kalanya bahwa objek dan stimulus itu
menjadi satu, misalnya dalam hal tekanan. Benda sebagai objek langsung
12 Proses stimulus mengenai alat indera merupakan proses fisik.
Stimulus yang diterima oleh alat indera diteruskan oleh syaraf sensoris ke
otak. Proses ini yang disebut sebagai proses fisiologis. Kemudian
terjadilah proses di otak sebagai pusat kesadaran sehingga individu
menyadari apa yang dilihat, atau apa yang didengar, atau apa yang diraba.
Proses yang terjadi dalam otak atau dalam pusat kesadaran inilah yang
disebut sebagai proses psikologis.
Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa taraf terakhir dari
proses persepsi ialah individu menyadari tentang misalnya apa yang
dilihat, atau apa yang didengar, atau apa yang diraba, yaitu stimulus yang
diterima melalui alat indera. Proses ini merupakan proses terahkir dari
persepsi dan merupakan persepsi sebenarnya. Respon sebagai akibat dari
persepsi dapat diambil oleh individu dalam berbagai macam bentuk.
Dalam model pembelajaran Problem Based Learning (PBL), diharapkan siswa memiliki persepsi yang positif terhadap masalah-masalah serta cara
penyelesaiannya berkenaan dengan perwujudan nilai-nilai gotong royong.
2.1.1.1.5 Faktor-faktor yang Berperan dalam Persepsi
Berkaitan dengan faktor-faktor yang berperan dalam persepsi dapat
dikemukakan adanya beberapa faktor menurut Walgito (2010: 101) yaitu:
1.) Objek yang dipersepsi
Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau reseptor.
Stimulus dapat datang dari individu yang mempersepsi, tetapi juga dapat
13 mengenai syaraf penerima yang bekerja sebagai reseptor. Namun, sebagian
terbesar stimulus datang dari luar individu.
2.) Alat indera, syaraf, dan pusat sususan syaraf
Alat indera atau reseptor merupakan alat untuk menerima stimulus. Di
samping itu juga harus ada syaraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan
stimulus yang diterima reseptor ke pusat susunan syaraf, yaitu otak
sebagai kesadaran. Sebagai alat untuk mengadakan responden diperlukan
syaraf motoris.
3.) Perhatian
Untuk menyadari atau untuk mengadakan persepsi diperlukan adanya
perhatian, yaitu langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam rangka
mengadakan persepsi. Perhatian merupakan pemusatan atau konsentrasi
dari seluruh aktivitas individu yang ditunjukkan kepada sesuatu atau
sekelompok objek.
2.1.1.2 Sikap
2.1.1.2.1 Pengertian Sikap
Menurut Allport (dalam Maeinarno dan Sarwono, 2009) sikap
merupakan kesiapan mental yang mana berlangsung pada diri seseorang
bersama dengan pengalaman individual masing-masing mengarah dan
menentukan respon terhadap berbagai objek dan situasi. Sikap merupakan
kecenderungan atau kesediaan seseorang untuk bertingkah laku tertentu
14 Sikap merupakan organisasi pendapat, keyakinan seseorang
mengenai objek atau situasi yang relatif tetap, yang disertai adanya
perasaan tertentu, dan memberikan dasar pada orang tersebut untuk
membuat respon atau berperilaku dalam cara tertentu yang dipilihnya
(Walgito, 2000). Sikap adalah evaluasi terhadap objek, isu atau orang.
Sikap didasarkan pada informasi afektif, behavioral, dan kognitif (Taylor
dkk, 2009)
Berdasarkan definisi sikap di atas penelitian ini mengacu pada
definisi sikap menurut Walgito (2000) sikap merupakan organisasi
pendapat, keyakinan sesorang mengenai objek atau situasi yang relatif
tetap, yang disertai adanya perasaan tertentu dan memberikan dasar pada
orang tersebut untuk membuat respon atau berperilaku dalam cara yang
tertentu yang dipilihnya. Dapat disimpulkan bahwa sikap adalah suatu
bentuk reaksi perasaan dan pemahaman, yang diungkapkan melalui
tindakan.
2.1.1.2.2 Indikator Sikap
Kothandapani (dalam Azwar, 2015: 24) sikap mengandung tiga
indikator yaitu:
1.) Kognitif
Indikator kognitif berisi persepsi dan kepercayaan yang dimiliki
individu mengenai sesuatu (Mann dalam Azwar, 1995). Indikator
kognitif berisi kepercayaan seseorang terhadap apa yang berlaku atau
15 2.) Afektif
Indikator afektif (Azwar, 1995) merupakan perasaan individu terhadap
objek sikap dan menyangkut masalah emosi. Aspek inilah yang
biasanya berakar paling dalam sebagai indikator sikap dan merupakan
aspek yang paling bertahan terhadap pengaruh-pengaruh yang
mungkin akan mengubah sikap seseorang.
3.) Konatif
Indikator konatif dalam struktur sikap menunjukkan bagaimana
perilaku atau kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri
seseorang berkaitan dengan objek sikap yang sedang dihadapinya
(Azwar, 1995).
Alasan peneliti menggunakan pendapat Azwar yang membentuk
struktur sikap dengan tiga indikator yaitu: kognitif, afektif, dan konatif.
Terkait dari indikator tersebut terdapat sikap yang positif (favorable) dan sikap yang negatif (unfavorable).
2.1.1.2.3 Ciri-ciri Sikap
Sikap mempunyai ciri-ciri yaitu, sebagai berikut:
1.) Sikap tidak dibawa seseorang sejak lahir, melainkan dibentuk
sepanjang perkembangannya. Karena sikap tidak dibawa sejak
individu dilahirkan, ini berarti bahwa sikap itu berbentuk dalam
16 2.) Sikap dapat berubah-ubah, dapat berlangsung lama atau sebentar.
Kalau sesuatu sikap telah terbentuk dan telah merupakan nilai dalam
kehidupan seseorang, secara relatif sikap itu akan lama bertahan pada
diri orang yang bersangkutan. Sikap tersebut akan sulit berubah dan
kalau pun dapat berubah akan memakan waktu yang relatif lama.
Sebaliknya, bila sikap itu belum begitu mendalam ada dalam diri
seseorang, maka sikap tersebut secara relatif tidak bertahan lama
dan sikap tersebut akan mudah berubah.
3.) Sikap tidak berdiri sendiri melainkan selalu berkaitan dengan suatu
objek. Dengan kata lain, sikap dapat berbentuk dan dipelajari dalam
hubungannya dengan objek-objek tertentu yaitu melalui proses
persepsi terhadap objek tersebut.
4.) Sikap dapat tertuju pada satu objek saja, tetapi juga dapat tertuju
sekumpulan objek-objek. Misalnya, sikap terhadap mata pelajaran
tertentu merupakan contoh dari sikap yang tertuju pada satu objek.
Sikap yang tertuju pada sekumpulan objek dapat dilihat pada sikap
terhadap sebuah organisasi. Seseorang yang memiliki sikap negatif
terhadap sebuah organisasi akan tertuju pula pada objek-objek yang
berkaitan dengan organisasi tersebut.
5.) Sikap itu mengandung faktor perasaan dan motivasi. Ini berarti bahwa
sikap terhadap sesuatu objek tertentu akan selalu diikuti oleh perasaan
tertentu yang dapat bersifat positif (menyenangkan), tetapi juga dapat
17 samping itu, sikap juga mengandung motivasi, yang berarti bahwa
sikap mempunyai daya dorong bagi individu untuk berperilaku secara
tertentu terhadap objek yang dihadapinya (Walgito, 1978: 113-115;
Soetarano, 1989: 42; Gerungan, 1988: 151-152).
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa sikap
memiliki ciri-ciri yaitu terdapat perasaan yang positif, negatif yang
dapat berubah-ubah dan sikap tidak berdiri sendiri melainkan selalu
berkaitan dengan suatu objek yang terbentuk dalam perkembangan
individu yang bersangkutan.
2.1.1.2.4 Faktor yang Mempengaruhi Sikap
Sikap merupakan hal yang sangat penting dalam psikologi
khususnya psikologi sosial. Psikologi sosial menempatkaan sikap
sebagai hal yang sentral. Pendapat tersebut kiranya beralasan jika
dilihat pentingnya sikap dalam tingkah laku dan perbuatan manusia
sehari-hari. Sikap seseorang akan mempengaruhi tingkah laku orang
tersebut dalam menanggapi sesuatu. Sikap dipengaruhi oleh beberapa
faktor yang dapat menentukan perubahan sikap.
Menurut (Azwar, 2005: 30) faktor yang dapat mempengaruhi
pembentukan sikap adalah:
1.) Pengalaman Pribadi
Pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Hal
tersebut melibatkan keadaan emosional agar penghayatan akan
18 2.) Kebudayaan
Kebudayaan mempunyai pengaruh yang benar terhadap pembentukan
sikap seseorang. Tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis
pengaruh sikap kita terhadap berbagai masalah.
3.) Orang Lain yang Dianggap Penting
Orang lain yang ada di samping kita adalah salah satu komponen
sosial yang mempengaruhi sikap kita. Seseorang akan meniru dan
bersikap sama seperti orang lain. Jika orang tersebut dianggap
memang pantas untuk dijadikan panutan.
4.) Pengaruh Faktor Emosi
Suatu pembentukan sikap seseorang tidaklah ditentukan oleh situasi
lingkungan dan pengalaman pribadi seseorang namun suatu sikap
merupakan pernyataan yang didasari suatu emosi yang berfungsi
sebagai penyalur frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme
pertahanan ego. Suatu sikap yang didasari emosional adalah
prasangka yaitu sikap yang tidak toleran terhadap sekelompok orang.
5.) Media Masa
Pengaruh media masa tidaklah terlalu besar dalam interaksi individu
secara langsung, namun dalam proses pembentukan dan perubahan
sikap, peranan media masa tidak kecil artinya.
6.) Lembaga Pendidikan dan Agama
Kedua lembaga ini mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap
dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian konsep moral
19 menentukan sistem kepercayaan maka tidaklah mengherankan kalau
pada gilirannya kemudian konsep tersebut ikut berperan dalam
menentukan sikap individu.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa sikap
seseorang akan mempengaruhi tingkat laku dalam menanggapi
sesuatu yang dapat dipengaruhi oleh faktor dari luar ataupun dari
dalam orang tersebut.
2.1.1.3 Problem Based Learning (PBL)
2.1.1.3.1 Pengertian Problem Based Learning (PBL)
Pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning),
selanjutnya disingkat PBL, merupakan salah satu model pembelajaran inovatif yang dapat memberikan kondisi belajar aktif kepada siswa. PBL
adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk
memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga
siswa dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah
tersebut dan sekaligus memiliki keterampilan untuk memecahkan masalah
(Ward, 2002; Stepien, dkk.,1993).
Menurut (Boud, dkk.,1997; Fogarty, 1997) PBL adalah suatu
model pembelajaran yang membuat konfrontasi kepada pembelajar
(siswa/mahasiswa) dengan masalah-masalah praktis berbentuk ill-structured, atau open ended melalui stimulus dalam belajar. (Borrow: 1997) mendefinisikan pembelajaran berbasis masalah (Problem Based
20 dipertemukan pertama-tama dalam proses pembelajaran” (1980: 1). PBL
merupakan salah satu bentuk peralihan dari paradigma pengajaran menuju
paradigma pembelajaran (Barr, dkk., 1995).
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa, Problem Based Learning (PBL) adalah model pembelajaran yang menekankan pada proses penyelesaian masalah.
2.1.1.3.2 Ciri-ciri PBL
Mardi (dalam Rusmono, 2012, 61) mengungkapkan ciri-ciri PBL
ada tujuh, yaitu sebagai berikut: (1) pembelajaran dipicu oleh
permasalahan, (2) masalah didasarkan pada situasi yang nyata, maksudnya
masalah yang diambil dalam pembelajaran berdasarkan situasi pada dunia
nyata, bukan rekayasa, (3) informasi yang diperlukan menyelesaikan
masalah tidak diberikan terlebih dahulu, guna untuk memecahkan masalah
dalam PBL, guru tidak memberikan cara penyelesaikan masalah terlebih
dahulu kepada siswa. Siswa dituntun mencari sendiri cara
penyelesaiannya. (4) dilaksanakan dalam kelompok kecil, kelas dibagi
dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 3-6 orang siswa dalam
satu kelompok, (5) berfokus pada kemampuan berpikir, diantaranya adalah
menyelesaikan masalah, analisis, penetapan keputusan, dan berpikir kritis,
(6) memerlukan integrasi pengetahuan, siswa berbagi pengetahuan dengan
temannya satu kelompok saat pembelajaran, dan menghubungkan dengan
pengetahuan yang sudah dimiliki untuk menyelesaikan masalah, (7) terjadi
21 sementara, menentukan sumber informasi untuk menyelesaikan masalah
dan cara mencarinya dan setelah itu melakukan pembagian tugas pada
masing-masing anggota. Sedangkan interpendent learning merupakan siswa yang saling berbagi pengetahuan dengan temannya dalam kelompok.
Pengetahuan baru yang siswa dapat akan dihubungkan dengan
pengetahuan yang sudah dimiliki untuk menyelesaikan masalah.
Ciri-ciri PBL menurut Baron (dalam Rusmono, 2012, 74) disampaikan sebagai berikut, yaitu: (1) menggunakan permasalahan dalam
dunia nyata, (2) pembelajaran dipusatkan pada penyelesaian masalah, (3)
tujuan pembelajaran ditentukan oleh siswa, dan (4) guru berperan sebagai
fasilitator. Kemudian masalah yang digunakan menurutnya harus relevan
dengan tujuan pembelajaran dan menarik berdasarkan informasi yang luas,
terbentuk secara konsisten dengan masalah lain, dan termasuk dalam
dimensi kemanusiaaan.
2.1.1.3.3 Tahap-tahap model PBL
Ada lima tahapan dalam pembelajaran model PBL yang
dipaparkan oleh Nur (dalam Rusmono, 2012, 81) sebagai berikut:
Tabel 2.1 Tahap-tahap model PBL
Tahap pembelajaran Perilaku Guru Tahap 1
Mengorganisasikan siswa kepada masalah
Guru menginformasikan tujuan-tujuan pembelajaran, mendeskripsikan kebutuhan-kebutuhan logistik penting dan memotivasi siswa agar terlibat dalam kegiatan pemecahan masalah yang mereka pilih sendiri.
Tahap 2
Mengorganisasikan siswa untuk belajar
Guru membantu siswa menentukan dan
22 (Nur dalam Rusmono, 2012: 81)
2.1.1.3.4 Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
Kelebihan model PBL menurut Sanjaya (dalam Rusmono, 2012: 208-219) ada delapan, yaitu: (1) pemecah masalah teknik yang bagus
untuk lebih memahami isi atau materi pelajaran, (2) pemecah masalah
dapat menantang siswa untuk giat belajar terhadap pengetahuan baru yang
didapat, (3) pemecah masalah dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran,
(4) pemecah masalah dapat membantu siswa mentransfer pengetahuan
untuk mengembangkan pengetahuan baru dan bertanggungjawab terhadap
pembelajaran yang mereka lakukan serta mendorong siswa untuk
melakukan evaluasi sendiri, baik terhadap hasil maupun proses
pembelajaran, (5) pemecahan masalah lebih menyenangkan dan disukai
siswa, (6) pemecahan masalah dapat mengembangkan kemampuan
berpikir kritis dan menyesuaikan terhadap pengetahuan baru, (7)
pemecahan masalah dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki pada dunia nyata, (8) Tahap 3
Membantu penyelidikan mandiri dan kelompok
Guru mendorong siswa mengumpulkan informasi yang sesuai, yang melaksanakan siswa, mencari penjelasan dan solusi.
Tahap 4
Mengembangkan dan
mempresentasikan hasil karya serta pameran
Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan hasil karya yang sesuai seperti laporan, rekaman video, dan model serta membantu mereka berbagi karya mereka.
Tahap 5
Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
23 pemecahan masalah dapat mengembangkam minat siswa untuk terus
belajar meski telah menyelesaikan pendidikan formal.
Sedangkan kelemahan model PBL menurut Sanjaya (dalam Rusmono, 2012: 219) ada tiga, yaitu (1) sulitnya mencari masalah yang
relevan, (2) persiapan untuk mencapai keberhasilan membutuhkan waktu
lama, (3) jika siswa tidak memiliki minat atau kepercayaan dalam
memecahkan masalah yang dihadapi, maka mereka akan malas mencoba.
2.1.1.3.5 Teknik Penilaian Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Hosnan (2014) menyatakan bahwa penilain PBL sesuai dengan tujuan dari PBL yaitu ditujukan untuk mengukur kemampuan pemecahan
masalah atau kemampuan berpikir kritis. Penilaian yang digunakan dapat
berupa penilain kinerja yang dilakukan dalam bentuk checklist dan rating scale. Penilaian juga ditujukan pada pengembangan keterampilan sosial atau keterampilan kolaboratif melalui aktivitas diskusi. Keterampilan
tersebut dapat dinilai melalui observasi.
Dari penjelasan di atas peneliti menyimpulkan bahwa PBL merupakan model pembelajaran yang mengangkat masalah sebagai titik
utama dalam suatu pembelajaran. Masalah yang diangkat dalam
pembelajaran adalah masalah nyata yang ada dalam kehidupan sehari-hari
siswa agar siswa dapat berpikir kritis dan memiliki keterampilan dalam
pemecahan masalah. PBL berpusat pada siswa sehingga siswa dapat aktif dalam pembelajaran. Peran guru dalam pembelajaran adalah sebagai
fasilitator dan pendukung.Tahap-tahap yang ada di dalam model
24 pemecahan masalah, melakukan siswa untuk menerapkan strategi,
menyajikan hasil karya, dan mengevaluasi.
2.1.1.4 Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)
2.1.1.4.1 Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)
Menurut Azis Wahab, Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)
merupakan media pengajaran yang meng-Indonesiakan para siswa secara
sadar, cerdas, dan penuh tanggung jawab. Karena itu, program PKn
memuat konsep-konsep umum ketatanegaraan, politik dan hukum negara,
serta teori umum yang lain yang cocok dengan target tersebut (Cholisin,
2000:18). Sedangkan menurut Zamroni (dalam Tim ICCE, 2005:7)
pengertian pendidikan kewarganegaraaan adalah: “Pendidikan demokrasi
yang bertujuan untuk mempersiapkan warga masyarakat berpikir kritis dan
bertindak demokratis, melalui aktivitas menanamkan kesadaran kepada
generasi baru, bahwa demokrasi adalah bentuk kehidupan masyarakat
yang paling menjamin hak-hak warga masyarakat”.
Pendidikan Kewarganegaraan merupakan usaha untuk membekali
peserta didik dengan pengetahuan dan kemampuan dasar berkenan dengan
hubungan antar warga negara dengan negara serta pendidikan pendahuluan
bela negara menjadi warga negara agar dapat diandalkan oleh bangsa dan
negara (Somantri, 2001: 154). Berbeda dengan pendapat di atas
pendidikan kewarganegaraan diartikan sebagai penyiapan generasi muda
(siswa) untuk menjadi warga negara yang memiliki pengetahuan,
kecakapan, dan nilai-nilai yang diperlukan untuk berpartisipasi aktif dalam
25 Pendidikan Kewarganegaraan dapat diharapkan mempersiapkan
peserta didik menjadi warga negara yang memiliki komitmen yang kuat
dan konsisten untuk mempertahankan Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI). Hakikat NKRI adalah negara kesatuan modern. Negara
kebangsaan adalah negara yang pembentuknya didasarkan pada
pembentukan semangat kebangsaan dan nasionalisme yaitu pada tekad
suatu masyarakt untuk membangun masa depan bersama dibawah satu
negara yang sama. Walaupun warga masyarakat itu berbeda-beda agama,
ras, etnik, atau golongannya
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, peneliti menyimpulkan
pengertian pendidikan kewarganegaraan adalah suatu pendidikan yang
memfokuskan pada pendidikan nilai dan moral, dalam hal ini tujuan
pendidikan yaitu agar anak mampu menyelesaikan masalah-masalah untuk
dapat mewujudkan nilai-nilai gotong royong.
2.1.1.4.2 Tujuan PKn
Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) bertujuan agar
pendidikan memiliki kemampuan menurut (Sahid, 2011: 7) adalah sebagai
berikut:
1.) Berfikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu
kewarganegaraan.
2.) Berpartisipasi secara aktif dan bertanggungjawab, dan bertindak secara
cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta
26 3.) Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri
berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup
bersama dengan bangsa-bangsa lainnya.
2.1.1.4.3 Faktor yang Mempengaruhi Pembelajaran PKn
Muchtar (2007) mengemukakan bahwa ada beberapa faktor yang
mempengaruhi dalam pembelajaran PKn antara lain sebagai berikut:
1) Guru, Seorang guru yang profesional dituntut untuk mempunyai
kemampuan-kemampuan tertentu. Guru merupakan pribadi yang berkaitan
erat dengan tindakannya di dalam kelas, cara berkomunikasi, berinteraksi
dengan warga sekolah dan masyarakat umumnya.
2) Siswa, dalam mata pelajaran PKn siswa adalah faktor penting demi
tercapainya suatu pembelajaran. Banyak hal yang perlu diperhatikan dalam
memberikan pelajaran PKn kepada siswa sebab siswa kurang menyenangi
pembelajaran PKn.
3) Sarana dan prasarana, Pembelajaran akan dapat berlangsung lebih baik jika
sarana dan prasarananya menunjang. Sarana yang cukup lengkap seperti
perpustakaan dengan buku-buku PKn yang relevan.
4) Strategi pembelajaran PKn adalah strategi pembelajaran yang aktif,
Pembelajaran aktif ditandai oleh dua faktor yaitu:
a) adanya interaksi antara seluruh komponen dalam proses pembelajaran
terutama antara guru dan siswa.
b) berfungsi secara optimal seluruh siswa yang meliputi indera, emosi,
27 2.1.1.4.5 Materi Kelas II Membiasakan Hidup Bergotong Royong
1.) Gotong Royong
Purna Made (1996: 53) mendefinisikan gotong royong sebagai
bentuk kerjasama untuk mencapai tujuan tertentu dengan asas timbal balik
yang mewujudkan ketentuan sosial dalam masyarakat. Menurut Made
Nasroen, gotong royong merupakan dasar Filsafat Indonesia. Gotong
royong sebagai filsafat berarti dijadikan pedoman dalam menjalani
kehidupan bermasyarakat maupun bernegara. Gotong royong adalah nilai
budaya yang diwariskan para leluhur pada generasi penerus bangsa.
Sebuah bangsa harus memiliki jati diri, agar tetap kokoh sebagai bangsa
yang memiliki ciri khas tersendiri. Dapat disimpulkan bahwa gotong
royong adalah kegiatan bekerjasama antara individu untuk menyelesaikan
suatu pekerjaan bersama-sama.
2.)Pentingnya Hidup Rukun
Hidup rukun adalah keadaan masyarakat yang hidup bersama
secara selaras, serasi, seimbang sehingga terjalin sikap hidup tolong
menolong antar sesama manusia. Hidup rukun bertujuan untuk
menciptakan ketentraman dan kedamaian dalam bermasyarakat.
3.)Pentingnya Saling Berbagi
Manusia tidak bisa hidup sendirian kita hidup bersama orang lain
karena itu kita harus saling berbagi juga saling bekerja sama. Perbedaan
28 pekerjaan atau tugas dengan berbagi bersama keluarga teman dan tetangga
hidup akan terasa lebih ringan.
4.) Pentingnya Saling Tolong Menolong
Menolong artinya membantu orang yang mengalami kesulitan.
Tolong menolong artinya saling membantu, orang yang suka menolong
biasanya punya banyak teman. Tolong menolong dapat dilakukan di
rumah juga di sekolah serta di masyarakat. Tolong menolong sangat
penting untuk mewujudkan hidup rukun.
2.1.2 Hasil Penelitian yang Relevan
Pada bagian ini peneliti menyajikan beberapa hasil penelitian dari beberapa orang sebelumnya yang relevan dengan masalah yang diteliti:
1. Miftakhuddin (2012) berjudul Hubungan Persepsi Siswa Tentang Kualitas
Dan Pelayanan Perpustakaan Terhadap Pemanfaatan Perpustakaan Oleh
Siswa Kelas XI dan XII Bidang Keahlian Teknik Instalasi Tenaga Listrik
SMK N 2 Yogyakarta. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
(1) hubungan antara persepsi siswa tentang kualitas perpustakaan dan
pemanfaatan perpustakaan oleh siswa (2) hubungan antara persepsi siswa
tentang pelayanan perpustakaan dan pemanfaatan oleh siswa (3) hubungan
persepsi siswa tentang kualitas perpustakaan dan pelayanan perpustakaan
dengan pemanfaataan perpustakaan oleh siswa. Hasil dari penelitian tersebut
yaitu terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara persepsi siswa
tentang kualitas perpustakaan dengan pemanfaatan perpustakaan oleh siswa,
29 koefisien determinasi sebesar 0,189 yang menunjukkan persentase sebesar
18,9%.; 2) terdapat hubungan antara persepsi siswa tentang pelayanan
perpustakaan dengan pemanfaatan perpustakaan oleh siswa, ditunjukkan
dengan persamaan regresi Y = 30,296+ 0,948 X2, dengan koefisien
determinasi sebesar 0,207 yang menunjukkan persentase sebesar 20,7%;
3)terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara persepsi siswa
tentang kualitas perpustakaan, pelayanan perpustakaan dan pemanfaatan
perpustakaan oleh siswa dengan persamaan regresi Y= 18,168 + 0,476 X1+
0,658X2.
2. Prastika (2015) berjudul Hubungan Persepsi Guru Tentang Perencanaan
Pembelajaran Tematik Dengan Kinerja Guru Dalam Perencanaan
Pembelajaran Tematik di SD Se-Kecamatan Minggir Kabupaten Sleman.
Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui apakah ada hubungan antara
persepsi guru tentang perencanaan pembelajaran tematik dengan kinerja
guru dalam perencanaan pembelajaran tematik di SD se-Kecamatan Mingir,
Kabupaten Sleman. Hasil dari penelitian ini yaitu menunjukkan bahwa
adanya hubungan persepsi guru tentang perencanaan pembelajaran tematik
(X) dengan kinerja guru dalam perencanaan pembelajaran (Y) di SD
se-Kecamatan Minggir Kabupaten Sleman. Hasil tersebut ditunjukkan dengan
nilai signifikansi (p) sebesar 0,001, artinya p < 0,05. Nilai koefisien
Correlation antara persepsi guru tentang perencanaan pembelajaran tematik (X) dengan kinerja guru dalam perencanaan pembelajaran tematik (Y)
30 3. Rianda (2016) berjudul Hubungan Motivasi dan Sikap Belajar Terhadap
Hasil Belajar Matematika Pokok Bahasan Belah Ketupat dengan
Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Toegether (NTH) pada Siswa Kelas VII B SMP Pangudi Luhur Moyudan. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui (1) hubungan antara motivasi
belajar terhadap hasil belajar siswa, (2) hubungan antara sikap belajar
terhadap hasil belajar siswa. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa
(1) ada Correlation tetapi tidak signifikan antara motivasi belajar terhadap
hasil belajar siswa dengan koefisien Correlation sebesar 0,314 serta didapat
bahwa kontribusi sikap belajar terhadap hasil belajar hanya sebesar 9,85%,
(2) ada Correlation tetapi tidak signifikan antara sikap belajar terhadap hasil
belajar siswa dengan koefisien Correlation sebesar 0,296 serta didapat bahwa kontribusi sikap belajar terhadap hasil belajar hanya sebesar 8,76%.
Ketiga hasil penelitian di atas relevan dengan penelitian yang
dilakukan oleh peneliti. Penelitian relevan tersebut memiliki variabel
persepsi guru, sikap belajar dan persepsi tentang kualitas perpustakaan.
Perbedaan penelitian relevan pada variabel persepsi guru yang dilakukan
oleh Prastika adalah pembelajaran tematik, perbedaan penelitian relevan
pada variabel sikap belajar yang dilakukan oleh Rianda adalah mata
pelajaran yang digunakan oleh peneliti, dan perbedaan penelitian relevan
pada variabel persepsi tentang kualitas perpustakaan adalah persepsi tentang
pelayanan perpustakaan. Peneliti mengembangkan sebuah penelitian baru
yang berjudul Hubungan Persepsi dan Sikap Siswa Kelas II Pada Mata
31 Gambar 2.1 Literatur Map
2.2 Kerangka Berpikir
Pendidikan Kewarganegaraan adalah suatu mata pelajaran yang
merupakan satu rangkaian proses untuk mengarahkan peserta didik menjadi
warga negara yang berkarakter bangsa Indonesia, cerdas, terampil, dan
bertanggungjawab sehingga dapat berperan aktif dalam masyarakat sesuai
ketentuan Pancasila dan UUD 1945. Tujuan PKn untuk mengembangkan
potensi individu warga negara Indonesia, sehingga memiliki sikap, wawasan
dan keterampilan kewarganegaraan yang memadai dan memungkinkan untuk Persepsi Kinerja Guru Dalam
Perencanaan Pembelajaran Tematik di SD Se-Kecamatan Minggir Kabupaten Sleman. Miftakhuddin (2012)
berjudul Hubungan Persepsi Siswa Tentang Kualitas Dan
Pelayanan Perpustakaan Terhadap Pemanfaatan Perpustakaan Oleh Siswa Kelas XI dan XII Bidang Keahlian Teknik Instalasi Tenaga Listrik SMK N 2
Yogyakarta.
Sikap
Rianda (2016) Hubungan Motivasi dan Sikap Belajar
Terhadap Hasil Belajar Matematika Pokok Bahasan
Belah Ketupat dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Numbered Heads Toegtehr (NTH) pada Siswa Kelas VII B
SMP Pangudi Luhur Moyudan.
Penelitian yang dilakukan:
Hubungan Persepsi dan Sikap Siswa Kelas II Pada Mata Pelajaran PKn di SD Negeri
32 berpartisipasi secara cerdas dan bertanggungjawab dalam berbagai kehidupan
masyarakat, berbangsa dan bernegara. Pembelajaran di sekolah akan berjalan
dengan baik, apabila guru dalam mengajar tidak hanya menggunakan model
ceramah, dan terpaku pada satu sumber saja tetapi menerapkan pembelajaran
yang menghadapkan pada masalah-masalah yang dihadapi oleh siswa.
Dari pengalaman siswa, ketika guru mengajar dengan menggunakan
model pembelajaran konvensional, persepsi siswa yang terlihat tidak baik. Hal
tersebut dikarenakan siswa beranggapan jika mata pelajaran PKn adalah mata
pelajaran yang membosankan. Siswa memiliki persepsi jika mata pelajaran
PKn adalah mata pelajaran yang yang menyulitkan karena banyak materi yang
harus dihafalkan.
Persepsi yang terbentuk di dalam diri siswa akan berpengaruh pada
sikap siswa. Ketika siswa memiliki persepsi yang buruk pada mata pelajaran
PKn, maka siswa tersebut akan memiliki sikap yang buruk pula. Sikap
tersebut dapat terlihat ketika siswa siswa berbincang-bincang dengan teman
sebangkunya, siswa malas mengikuti pembelajaran di kelas, dan siswa tidak
memperhatikan saat proses pembelajaran. Sikap siswa tersebut terbentuk
karena persepsi siswa yang dipengaruhi oleh model pembelajaran
konvensional yang tidak disukai oleh siswa, monoton dan membosankan.
Model pembelajaran PBL adalah pembelajaran yang sangat cocok
untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki pada dunia nyata
terutama dalam mata pelajaran PKn. Hal ini sesuai dengan standar
kompetensi yang dipilih oleh peneliti yaitu standar kompetensi :
33 pentingnya hidup rukun, saling berbagi, dan tolong menolong. 1.2
Melaksanakan hidup rukun, saling berbagi dan tolong menolong di rumah dan
di sekolah. Apabila model pembelajaran PBL ini diterapkan di SDN
Demangan maka akan mempengaruhi sikap siswa khususnya dalam mata
pelajaran PKn.
Dalam prosesnya, peserta didik diberikan permasalahan terlebih
dahulu, sehingga mereka dapat menemukan hipotesis yang dapat
dipertanggungjawabkan. Dengan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) diharapkan siswa mendapatkan lebih banyak kecakapan daripada pengetahuan yang dihafal. Mulai dari kecapakan memecahkan
masalah, kecakapan berpikir kritis, kecakapan bekerja kelompok, kecakapan
interpersonal dan komunikasi, serta pencarian dan pengolahan informasi.
2.3 Hipotesis Penelitian
2.4.1 Terdapat hubungan antara persepsi dan sikap siswa pada mata pelajaran
34 BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan metode Survei.
Menurut Sugiyono (2014: 80-81) menjelaskan bahwa metode survei adalah
metode penelitian kuantitatif yang digunakan untuk mendapatkan data yang
terjadi pada masa lampau atau saat ini, tentang keyakinan, pendapat,
karakteristik, perilaku, hubungan variabel dan untuk menguji beberapa
hipotesis tentang variabel sosiologis dan psikologis dari sampel yang diambil
dari populasi tertentu, teknik pengumpulan data dengan pengamatan
(wawancara atau kuesioner) yang tidak mendalam, dan hasil penelitian
cenderung untuk digeneralisasikan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengumpulkan informasi terkait
hubungan persepsi dan sikap siswa kelas II pada mata pelajaran PKn di SD
Negeri Demangan.
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian
3.2.1 Waktu Penelitian
Pada bulan Agustus tahun 2016 sampai Desember 2016.
3.2.2 Jadwal Penelitian
No Jenis Kegiatan Waktu pelaksanaan
Agt Sept Okt Nov Des Jan Feb 1 Observasi Awal, Bab 1
35 2 Bab 2 dan Bab 3
3 Ambil Data dan Analisis Data
4 Bab IV
5 Bab V
6 Revisi
7 Daftar Ujian dan Pengujian Skripsi
3.2.3 Tempat Penelitian
Subjek penelitian ini adalah semua siswa kelas IIA SD Negeri
Demangan yang terletak di Jln. Munggur No.38, Demangan,
Gondokusuman, Kota Yogyakarta 55221.
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Menurut Bungin (2013:101), populasi adalah keseluruhan dari jumlah
objek penelitian yang akan diteliti berupa manusia, hewan,
tumbuh-tumbuhan, gejala nilai, peristiwa dan sebagainya, sehingga objek-objek ini
dapat menjadi sumber data penelitian. Populasi dari penelitian ini adalah 28
siswa kelas II SD Negeri Demangan Yogyakarta. Penelitian dilakukan pada
kelas II karena Kompetensi Dasar yang digunakan dalam penelitian
merupakan Kompetensi Dasar kelas II.
3.3.2 Sampel
Sugiyono (2010: 118) berpendapat bahwa sampel adalah bagian dari
36 penelitian ini adalah siswa kelas IIA SD Negeri Demangan. Jumlah kelas II
adalah 28 siswa terdiri dari 16 siswa perempuan dan 12 siswa laki-laki.
3.4 Variabel Penelitian
Menurut Sugiyono (2012: 63) Variabel penelitian adalah segala sesuatu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh suatu
informasi tentang hal tersebut, kemudian akan ditarik kesimpulan. Variabel
yang akan diteliti dalam penelitian ini ada tiga yaitu:
1.) Variabel Indenpendent (Bebas)
Menurut Sugiyono (2010:61) Variabel bebas merupakan variabel
yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau
timbulnya variabel dependent (terikat). Variabel bebas dalam penelitian ini
yaitu persepsi siswa.
2.) Variabel Dependent (Terikat)
Menurut Sugiyono (2010:61) Variabel terikat merupakan variabel
yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah sikap siswa pada mata
pelajaran PKn.
3.) Variabel Moderator (Variabel Yang Mempengaruhi Perlakuan)
Menurut Sugiyono (2012: 62) adalah variabel yang mempengaruhi
(memperkuat atau memperlemah) hubungan antara variabel independent
dengan variabel dependent. Variabel moderator dalam peneliltian ini
37 Variabel Indenpendent Variabel Dependent
Variabel Moderator
Gambar 3.1 Variabel Penelitian 3.5 Teknik Pengumpulan Data
3.5.1 Kuesioner
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan
kuesioner. Menurut Sugiyono (2010:199) kuesioner merupakan teknik
pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat
pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab. Cara
ini diberikan kepada siswa sebagai alat pengumpulan data yang pokok.
3.5.2 Observasi
Menurut Hadi (dalam Sugiyono, 2015: 203-204) mengemukakan
bahwa observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang
tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Observasi dilakukan
oleh peneliti dengan cara pengamatan dan pencatatan mengenai pelaksanaan
pembelajaran di kelas.
3.5.3 Dokumentasi
Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlaku,
bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya dari seseorang (Sugiyono,
Persepsi Siswa Sikap Siswa
Terhadap Mata Pelajaran PKn Problem Based