• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KAPASITAS FISKAL KABUPATEN LANGKAT.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS KAPASITAS FISKAL KABUPATEN LANGKAT."

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

i

ABSTRAK

Syaifullah. Analisis Kapasitas Fiskal Kabupaten Langkat. Program Pascasarjana

Universitas Negeri Medan, 2012.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa seberapa besar pengaruh jumlah penduduk, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), dan realisasi penerimaan daerah serta angkatan kerja terhadap kapasitas fiskal di Kabupaten Langkat provinsi Sumatera Utara. Dalam mengukur dan menganalisa digunakan data runtun waktu (time series) pada periode 1990 – 2009. Analisa data menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS). Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan antara jumlah penduduk (JUPEN), Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), dan Realisasi Penerimaan Daerah (RPD) terhadap kapasitas fiskal (FC) di Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara. Sedangkan variabel Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja mempunyai pengaruh yang tidak signifikan terhadap kapasitas fiskal di kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara. Besarnya pengaruh tersebut ditunjukkan oleh nilai koefisien variabel-variabel bebas, yakni : 168,1046 untuk variabel-variabel jumlah penduduk, 11,11041 untuk variabel PDRB, 0,00000005 untuk variabel realisasi penerimaan daerah, serta 21,92862 untuk variabel tingkat pasrtisipasi angkatan kerja. Dengan demikian setiap kenaikan jumlah penduduk sebesar 1 jiwa akan meningkatkan FC sebesar 168,10% ; setiap kenaikan PDRB sebesar Rp. 1, maka FC akan naik sebesar 11,11 persen dan setiap kenaikan RPD sebesar Rp. 100 juta akan meningkatkan FC sebesar 5,01% serta setiap kenaikan TPAK sebesar 1% akan meningkatkan FC sebesar 21,93%.

Kata Kunci : Kapasitas Fiskal, Jumlah Penduduk, Produk Domestik Regional

Bruto (PDRB), Realisasi Penerimaan Daerah (RPD), Tingkat

(2)

ii

ABSTRACT

Syaifullah. Analysis of Fiscal Capasity in Langkat District. The State University

of Medan School of Postgraduate Studies, 2012.

This studies aims to analyze how much influence the population, the Gross Regional Domestic Product (GDP), and actual revenue and the fiscal capacity of the labor force in Langkat district of North Sumatera province. Used in measuring and analyzing time series (time series) in the period 1990 – 2009. Analysis of data using the method of Ordinary Least Square (OLS). The results showed a significant effect between the Gross Regional Domestic Product (GDP), Regional Income Realization (RDP), and the Labor Force Participation Rate (LFPR) of fiscal capacity (FC) in Langkat District of North Sumatera province. While a variable number of people (JUPEN1) had no significant effect on the fiscal capacity in langkat district of North Sumatera province. The magnitude of these effect is shown by the coefficient of the independent variable, namely : 168,1046 for a variable number of people, 11,11041 for the GDP variable, 0,00000005 for the realization of revenue, and 21,92862 for the variable rate participation workforce. The

Keywords : Fiscal Capacity,Total Population, Gross Regional Domestic Product

(GDP), Regional Income Realization (RPD), Labour Force

(3)
(4)
(5)

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Swt karena dengan rahmad dan karunia yang diberikanNya sehingga penulis dapat menjalani perkuliahan dan menyelesaikan

tesis tentang “Analisis Kapasitas Fiskal di Kabupaten Langkat” ini dengan baik.

Penulis sadar bahwa banyak pihak yang telah membantu dalam penyelesaian tesis ini. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis menghaturkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar, M.Pd selaku Rektor UNIMED.

2. Bapak Prof. Dr. Belferik Manullang, selaku Direktur Sekolah Pasca Sarjana Universitas Negeri Medan, atas kesempatan yang diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat melanjutkan pendidikan kejenjang magister.

3. Bapak Dr. H. Dede Ruslan, M.Si selaku Ketua Program Studi Ilmu Ekonomi Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Medan atas pelayanan akademik yang diberikan kepada penulis.

4. Bapak Dr. H. Dede Rusalan, M.Si selaku Pembimbing I dan Bapak Dr. Arwansyah, M.Si selaku Pembimbing II yang telah memberikan perhatian dan kesabaran dalam membimbing sejak awal hingga selesainya penulisan tesis ini.

5. Bapak Dr. H. Muhammad Yusuf, Msi, Indra Maipita, M.Si, Ph.D dan Dr. Parulian Simanjuntak, M.A selaku dosen penguji atas arahan, masukan dan perluasan wawasan yang diberikan dalam memberikan nilai tambah terhadap tesis ini.

(6)

iv

7. Bapak Dr. Eko Nugrahadi, M.Si selaku Sekretaris Prodi dan Adi selaku staf Prodi atas arahan dan petunjuk yang diberikannya demi kelancaran penyelesaian studi penulis.

8. Bapak Alm.H.Asnawi dan ibu Hj.Nurliah, yang telah mendidik dan membekali penulis sejak lahir di dunia ini sampai sekarang dengan segalanya yang tak mungkin dapat dibalas dengan apapun.

9. Untuk istriku Eli Juniar serta anakku tersayang Zahwa dan Zifa yang senantiasa mendampingi dengan setia, serta memberikan ketenangan di masa-masa sulit dan menjadi sumber energi serta spirit dalam menjalani kehidupan ini.

10. Segenap keluarga besarku dan keluarga besar istriku, yang telah memberikan dukungan dan bantuannya selama penulis menjalankan studi ini.

11. Rekan-rekan seangkatan di Prodi Ilmu Ekonomi Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Medan yang dengan ikhlas dan tanpa rasa pamrih membantu penulis dalam pelaksanaan penelitian ini, juga atas kebersamaan, setia kawan dan juga kekompakkannya selama mengikuti studi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam pelaksanaan hingga penulisan penelitian ini masih banyak ditemui berbagai kelemahan, baik dalam penyajian maupun metodologinya. Untuk itu penulis mohon kesediaan pembaca sekalian untuk dapat memberikan kritik dan saran yang bersifat konstruktif, yang sangat berguna bagi penulis untuk penulisan-penulisan di masa yang akan datang.

Medan, 14 Agustus 2012 Penulis

(7)

v

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ……….. i

KATA PENGANTAR ……….. iii

DAFTAR ISI ………... v

DAFTAR TABEL ……….. vii

DAFTAR GAMBAR ………. viii

BAB I PENDAHULUAN ……… 1

1.1. Latar Belakang ………... 1

1.2. Rumusan Masalah ……… 5

1.3. Tujuan Penelitian ………... 5

1.4. Manfaat Penelitian ………... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ……….. 7

2.1. Kerangka Teori ……….... 7

2.2. Penelitian Terdahulu ……… 42

2.3. Kerangka Penelitian ………. 43

2.4. Hipotesis ……….. 43

BAB III METODE PENELITIAN ……….. 44

3.1. Ruang Lingkup Penelitian ………... 44

3.2. Jenis dan Sumber Data ……… 44

3.3. Pembentukan Model ……… 44

3.4. Definisi Operasional ……… 46

(8)

vii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Beberapa Penelitian Terdahulu Yang Terkait ……… 42

Tabel 3.1. Kaidah Keputusan Durbin Watson Test ………. 49

Tabel 4.1. Hasil Estimasi Model Kapasitas Fiskal ……….. 64

(9)

viii

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1. Model Jebakan Populasi Malthus ……… 24

Gambar 4.1. Perkembangan Jumlah Penduduk Kabupaten Langkat

Tahun 1990-2009 ………. 56

Gambar 4.2. Perkembangan Kepadatan Penduduk Kabupaten Langkat

Tahun 1990-2009 ………. 57

Gambar 4.3. Perkembangan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Tanpa Migas Kabupaten Langkat Tahun 1990-2009 ……….. 58

Gambar 4.4. Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Langkat

Tahun 1990-2009 ………. 59

Gambar 4.5. Perkembangan Realisasi Penerimaan Daerah Kabupaten Langkat Tahun 1990-2009 ………... 61

(10)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Pengelolaan pemerintah daerah, baik ditingkat propinsi maupun tingkat kabupaten dan kota memasuki era baru sejalan dengan dikeluarkannya UU No 22 tahun 1999 dan UU no. 25 tahun 1999 yang mengatur tentang otonomi daerah dan desentralisasi fiskal. Dalam perkembangannya kebijakan ini diperbaharui dengan dikeluarkannya UU No. 32 tahun 2004 dan UU No. 33 tahun 2004. Kedua UU ini mengatur tentang Pemerintahan Daerah dan Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah. Kebijakan ini merupakan tantangan dan peluang bagi pemerintah daerah (pemda) dikarenakan pemda memiliki kewenangan lebih besar untuk mengelola sumber daya yang dimiliki secara efisien dan efektif.

Kebijakan desentralisasi ditujukan untuk mewujudkan kemandirian daerah. Pemerintah daerah otonom mempunyai kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasar aspirasi masyarakat (UU No. 32 tahun 2004). Inti hakekat otonomi adalah adanya kewenangan daerah, bukan pendelegasian (Saragih, 2003).

(11)

2

(ekonomi) yang tinggi.

Tuntutan untuk mengubah struktur belanja menjadi semakin kuat, khususnya pada daerah-daerah yang mengalami kapasitas fiskal rendah (Halim, 2001). Daerah-daerah yang kapasitas fiskalnya rendah, cenderung mengalami tekanan fiskal yang kuat. Rendahnya kapasitas ini mengindikasikan tingkat kemandirian daerah yang rendah. Daerah dituntut untuk mengotimalkan potensi pendapatan yang dimiliki dan salah satunya dengan memberikan porsi belanja daerah yang lebih besar untuk sektor-sektor produktif

Untuk melihat kemampuan dan kemandirian pemerintah daerah dalam menjalankan otonominya, salah satunya bisa diukur melalui kinerja/kemampuan keuangan daerah. Beberapa variable yang menunjukkan hal tersebut antara lain: kebutuhan fiskal (fiscal need), kapasitas fiscal (fiscal capacity), upaya fiscal (fiscal effort), darajat desentralisasi fiskal, serta koefisien elastisitas Pendapatan

Asli Daerah (PAD) terhadap Product Domestic Regional Bruto (PDRB), (Musgrave & Musgrave, 1980).

Dalam era Otonomi Daerah seperti sekarang ini, good governance menjadi suatu hal yang tidak dapat ditawar-tawar lagi keberadaannya dan mutlak harus terpenuhi. Dimana dua variabel terpenting dari good governance adalah transparansi dan akuntabilitas dalam tingkat kebijakan administratif anggaran. Semangat desentralisasi, demokratisasi, transparansi dan akuntabilitas menjadi sangat dominan dalam mewarnai proses penyelenggaraan pemerintah pada umumnya dan proses pengelolaan keuangan daerah pada khususnya.

(12)

3

perlu direformasi sejalan dengan diberlakukannya otonomi daerah. Dengan reformasi tersebut diharapkan pada akhirnya dapat dihasilkan laporan keuangan pemerintah daerah yang lebih transparan, akuntabel, dan komprehensif yang mencerminkan kinerja sesungguhnya dari para pengelola keuangan daerah.

Dalam rangka penciptaan good governance dengan akuntabilitas publik yang kuat, maka laporan keuangan pemerintah daerah yang dihasilkan tersebut harus diupayakan untuk dapat secara sederhana dianalisis (akuntable) dan diakses dengan mudah (transparan) oleh umum (publik). Dalam format yang lebih sederhana pada setiap variabel sesuai dengan sistem dan standar akuntasi keuangan pemerintah daerah yang baku.

Kajian ini mencoba menganalisis variabel-variabel yang menjadi tolak ukur kemandirian fiskal dan derajat otonomi dari Pemda Kabupaten berdasarkan kinerja Anggaran dan Pendapatan Belanja Daerah (APBD), sehingga dengan adanya kajian ini diharapkan dapat meningkatkan resposibilitas dan partisipasi masyarakat, pada gilirannya meningkatnya akuntabilitas dan transparansi Anggaran Pendapatan dan Belanja (APBD) Pemerintah Daerah Kabupaten.

(13)

4

baik secara ekstensifikasi maupun secara intensifikasi sumber-sumber penerimaan. Sedangkan dana perimbangan terdiri atas : bagi hasil, dana alokasi umum (DAU) dan dana alokasi khusus (DAK). Dana bagi hasil daerah meliputi pajak bumi dan bangunan (PBB), bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (BPHTB) dan penerimaan dari sumber daya alam (SDA). Pada Komponen PAD ditambah dengan Dana Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak (DHBPBP) inilah yang merupakan indikator kapasitas fiskal. Bagi setiap daerah. Kapasitas fiskal ini merupakan indikator utama dalam mengukur kemampuan pemerintah daerah untuk membiayai sendiri kegiatan pemerintahan daerah yang dijalankan, tanpa tergantung bantuan dari luar, termasuk dari pemerintah pusat.

DAU dan DAK merupakan alokasi pembiayaan yang termuat dalam APBN yang dimaksudkan untuk membantu pembiayaan pemerintah daerah baik secara umum, maupun secara khusus. Dimana DAU memiliki tujuan utam untuk pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk membiayai kebutuhan pengeluaran dalam rangka pelaksanaan desentralisasi, sedangkan DAK dialokasikan kepada daerah dengan tujuan untuk membantu pembiayaan daerah untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan khususnya.

(14)

5

public, belanja bagi hasil dan bantuan keuangan serta belanja tak terduga. Belanja aparatur daerah secara operasional dapat dipahami sebagai belanja yang dialokasikan dan digunakan untuk membiayai kegiatan yang hasil, manfaat dan dampaknya tidak secara langsung dinikmati oleh masyarakat luas. Sedangkan belanja pelayanan publik, yakni belanja yang dilokasikan atu digunakan untuk membiayai kegiatan yang hasil, manfaat dan dampaknya secara langsung dapat dinikmati oleh masyarakat luas.

1.2 Rumusan Masalah

Dari uraian-uraian tersebut, penulis merumuskan masalah-masalah sebagai berikut : “Bagaimana pengaruh jumlah penduduk, PDRB, Realisasi Penerimaan daerah, dan partisipasi angkatan kerja terhadap kapasitas fiskal ?”

1.3 Tujuan Penelitian

Mengetahui pengaruh jumlah penduduk, PDRB, penerimaan daerah dan partisipasi angkatan kerja terhadap kapasitas fiskal.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi bagi Pemda yang bersangkutan dalam rangka melaksanakan Otonomi Daerah, serta menambah khasanah kajian empiris di bidang Ekonomi Sektor Publik (Pembiayaan Pembangunan).

(15)

6

(16)

70

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Setelah dilakukan analisis dari persamaan regresi linier dengan menggunakan model kapasitas fiskal serta pembahasan secara terperinci maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Dari nilai koefisien determinasi pada hasil estimasi maka variabel kapasitas fiskal di Kabupaten Langkat mampu dijelaskan oleh variabel-variabel Jumlah Penduduk (JUPEN), Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan Realisasi Penerimaan Daerah (RPD) serta Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) mampu dijelaskan dengan model yang digunakan.

2. Variabel-variabel yang digunakan menjelaskan variabel kapasitas fiskal menunjukkan arah pengaruh yang sesuai dengan hipotesis. Jumlah penduduk, PDRB, dan realisasi penerimaan daerah berpengaruh positif dan signifikan sedangkan partisipasi angkatan kerja berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap kapasitas fiskal di Kabupaten Langkat.

(17)

71

5.2. Saran

Berdasarkan hasil perhitungan persamaan regresi linier dan bagaimana variable bebas menjelaskan pengaruh kapasitas fiskal di Kabupaten Langkat, disarankan beberapa hal sebagai berikut :

1. Untuk meningkatkan kapasitas fiskal di Kabupaten Langkat tidak hanya dengan meningkatkan penerimaan daerah, dari hasil penelitian ini bahwa pengaruh terbesar selain jumlah penduduk, untuk peningkatan kapasitas fiskal adalah dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi yang dalam hal ini PDRB. Jadi peningkatan PDRB akan sangat berpengaruh terhadap peningkatan kapasitas fiskal di Kabupaten Langkat.

2. Disamping meningkatnya PDRB, untuk meningkatkan kapasitas fiskal di Kabupaten Langkat juga perlu meningkatkan partisipasi angkatan kerja. Dengan meningkatnya partisipasi angkatan kerja akan meningkatkan kapasitas fiskal di Kabupaten Langkat.

(18)

72

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Keuangan RI (2007). Keputusan Menkeu RI Nomor 225/KMK7 tahun 2007 tentang Penetapan Peta Kapasitas Fiskal Propinsi dan Kabupaten/Kota Indonesia, Jakarta.

Hamid, Edy Suandi, 2005. Formula Alternatif Dana Alokasi Umum; Upaya Mengatasi Ketimpangan Fiskal dalam Era Otonomi Daerah, Yogyakarta.

Kuncoro, Mudjarat, 2008. Otonomi dan Pembangunan Daerah ; Reformasi Perencanaan, Strategi dan Peluang, Penerbit Erlangga, Jakarta

Samuelson, 2005. Ilmu Ekonomi Makro, edisi 17, Penerbit Salemba, Jakarta. Samuelson, 2005. Ilmu Ekonomi Mikro, edisi 17, Penerbit Salemba, Jakarta. Mardiasmo, 2005. Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah. Penerbit Andi.

Yogyakarta.

Sidik, Machfud, 2006, “Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah sebagai Pelaksanaan sdesentralisasi Fiskal antara Teori dan Aplikasinya di Indonesia, Makalah Seminar Setahun Implementasi Kebijakan Otonomi Daerah, Yogyakarta.

Todaro, M. P dan Smith S.C, 2004. Pembangunan di Dunia Ketiga, Alih Bahasa Harris Munandar dan Puji A.L, Erlangga.

Saragih, Juli Panglima. 2003. Desentralisasi Fiskal dan Keuangan Daerah Dalam Otonomi. Ghalia Indonesia. Jakarta.

Stine, William. 1994. Is The Local Government Revenue Response to Federal Aid Symmetrical? Evidence From Pennsylvania County Government in an Era of Retrenchment, National Tax Journal 47. No. 4. Hal: 799-816.

Simanjuntak, Robert, A. 1999. Otonomi Daerah dan Desentralisasi Fiskal, Makalah disampaikan pada Seminar Nasional Flatron Untuk Masa depan Ekonomi Indonesia, Padang.

Suparmoko. 2002. Ekonomi Publik Untuk Keuangan dan Pembangunan Daerah. Andi, Jakarta.

Supranto, J. 2000, Statistik Teori dan Aplikasi, Erlangga, Jakarta.

(19)

73

Elmi Bachrul. 2002. Kebijaksanaan Desentralisasi Fiskal Kaitannya Dengan Hutang Luar Negeri Pemerintah Otonomi Daerah. Jurnal Ekonomi dan Keuangan. Volume 6, Nomor 4.

Gambar

Tabel 2.1.
Gambar 2.1. Model Jebakan Populasi Malthus …………………………

Referensi

Dokumen terkait

Dalam mempertahankan kelangsungan usaha industri kulit pengusaha melakukan variasi hasil produksi, kelangsungan usaha industri kerajinan kulit di daerah penelitian dipengaruhi

Sistem saraf tepi terdiri atas saraf yang bekerja somatik dan otonomik. Saraf tepi menghubungkan SSP dengan reseptor sensorik dan

Bagian ini sangat penting pada sebuah kenderaan bermotor. Karburator yang baik adalah karburator yang mampu menghasilkan gas yang mudah terbakar di dalam silinder. Funsinya

Berdasarkan hasil analisis dengan Metode Decision Tree maka perbandingan risiko berdasarkan jenis kontrak yang berkaitan dengan aspek biaya sebagai faktor penyebab

Selanjutnya, dapat dikemuka- kan secara khusus produk yang dihasilkan dengan rincian sebagai berikut, bagaimana pengembangan perencanaan pembelajaran berbicara dengan teks prosedur

Dari beberapa definisi diatas maka dapat disimpulkan kelekatan sebagai ikatan emosional antara anak dengan orang terdekatnya dalam bentuk interaksi, komunikasi yang

Sult an Agung - Jl... Sult an Agung

Dari sisi produksi, pertumbuhan ini disebabkan oleh Lapangan Usaha Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum, Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor dan