• Tidak ada hasil yang ditemukan

manusia yang memiliki kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "manusia yang memiliki kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Anak dilahirkan belum bersifat sosial artinya dia belum memiliki kemampuan untuk bergaul dengan orang lain. Untuk mencapai kematangan sosial, anak harus belajar tentang tata cara menyesuaikan diri dengan orang lain di lingkungannya (Syamsu Yusuf, 2002:122). Sueam Ambron (1981) mengartikan sosialisasi itu sebagai proses belajar yang membimbing anak kearah perkembangan kepribadiaan sosial sehingga menjadi anggota masyarakat yang bertanggung jawab dan efektif. Bimbingan dari pendidik, orang tua dan guru ini sangatlah penting bagi anak, karena anak masih terlalu muda dan memiliki pengalaman untuk membimbing perkembangannya sendiri kearah kematangan (syamsu Yusuf, 2002:123).

Manfaat dari keterampilan sosial itu sendiri dipertegas oleh pernyataan Kurniati ( Lismayanti, 2008:11) yang menyatakan bahwa anak yang mampu diterima oleh kelompok soaialnya dan memiliki keterampilan sosial yang baik akan dapat member rasa aman dan nyaman baik bagi dirinya sendiri maupun bagi orang lain. Sebagai syarat keberhasilan dalam bersosialisasi tebtunya anak harus memiliki keterampilan soaial yang baik. Syaodih (Lismayanti, 2008:11) mengemukakan bahwa anak yang menguasai keterampilan sosial cenderung mudah dalam bergaul dan memasuki dunia bermainnya.

Menurut Dahlan dalam Nugraha (2005) yang melakukan penelitian terhhadap orang tua dan guru yang kurang membekali keterampilan soaial kepada anak-anaknya, hasil penelitianya menjelaskan bahwa anak-anak tersebut menunjukkan prilaku kesepian dan pemurung, bringas dan kurang memiliki sopan santun. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya seseorang untuk memiliki keterampilan sosial sehingga ia dapat hidup baik dan tentram dalam lingkungan sosialnya.

Keterampilan sosial merupakan dasar bagi manusia untuk dapat beradaptasi dan berhubungan dengan orang lain sangatlah penting dimiliki oleh setiap anak, hal tersebut tercermin dalam tujuan Pendidikan Nasioanal yang secara umum mengharuskan seseorang memiliki adalah untuk mencerdaskan dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhny, yaitu manusia yang memiliki kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab

1

(2)

kemasyarakatan dan kebangsaan (Departemen Pendidikan Nasional, Pasal 4). Melihat dari tujuan Pendidikan Nasional tersebut, Samsul (2010) menjelaskan bahwa melalui pendidikan seorang anak harus dapat melakukan adaptasi dengan lingkungan soaialnya serta mampu menjadi menjadi masyarakat yang berguna,sehingga diharapkan bagi para pendidik harus mampu mengembangkan dan membekali seorang anak agar memiliki keterampilan sosial untuk dapat bermasyarakat dengan baik, dengan kata lain seorang anak memiliki keterampilan sosial yang baik.

Memperkuat permasalahan tersebut, penelitian serupa yang dilakuakan oleh Matson &

Ollendick (Nurfitriah,2006) menunjukkan sekitar 90%-98% dari 8-5 anak yang ditelitinya kurang memiliki keterampilan sosial, sehingga mereka mengalami kesulitan dalammelakukan interaksi sosialnya dan menunjukkan prilaku-prilaku seperti takut ketika berbicara dan menyampaikan pendapat, tidak mau memperhatikan temannya ketika berbicara, serta tidak mau bersama dalam kelompok, yang menyebabkan anak tidak mempunyai teman dan lebih senang untuk bermain sendiri. Sedangkan Dodge mengemukakan bahwa factor penyebab dari kurangnya penerimaan sosial terhadap anak dapat mengidentifikasikan adanya kecenderungan anak yang bersangkutan memiliki keterampilan sosial yang rendah (Nurfitriya, 2006).

Keterampilan sosial merupakan dasar untuk bergaul dengan orang lain. Menurut Septiana (2009) kurangnya seseorang memiliki keterampilan sosial dapat menyebabkan kesulitan prilaku di sekolah, kenakalan, penolakan rekan, kesulitan emosional, bullying, kesulitan dalam berteman, agresivitas, masalah dalam interpersonal, miskin konsep diri, kegagalan akademik, kesulitan konsentrasi, isolasi dari teman sebaya, serta depresi.

Usia pra sekolah memberikan kesempatan luas kepada anak untuk mengembangkan keterampilan sosialnya. Di usia inilah ia mulai melihat dunia luar selain lingkungan rumah bersama orang-orang di sekitarnya. Menurut Combs dan Salby dalam Cartede dan Milburn (Lismayanti, 2008:5).

Arahan mengenai keterampilan sosial yang baik perlu dilakuan kepada anak sejak usia dini, hal tersebut diperkuat oleh Rahmat (2005) yang menyatakan bahwa masa usia dini (kanak- kanak) merupakan fase yang paling subur paling dominan bagi seorang pendidik untuk memberikan arahan yang bersih kedalam jiwa dan sepak terjang anak. Pada masa ini menurut Rahman (2005) anak masih lugu dan polos sehingga apabila masa ini bisa dimanfaatkan oleh

(3)

pendidik secara maksimal tentu harapan besar untuk berhasil akan mudah diraih oleh anak.

Sedangkan berdasarkan pengamatan terhadap anak kelompok A TK Tunas Bangsa ternyata masih ditemui anak yang belum memiliki kerjasama sosial, interaksi sosial dan kemandirian sosial yang baik ini ditunjukkan dengan prilaku pemalu, tidak, mau ditinggalkan orang tua, tidak suka bermain dengan teman, mengganggu, serta ragu untuk mengemukakan pendapat. Hal ini membuktikan bahwa dalam pendidikan Taman Kanak-Kanak masih terdapat anak yang memiliki keterampilan sosial yang belum sepenuhnya baik dan masih perlu mendapatkan bimbingan.

Melihat betapa pentingnya keterampilan soaial dimiliki oleh anak terutama anak usia TK, dan melihat factor yang ditimbulkan jika anak tidak memiliki keterampilan sosial yang baik, maka perlu dilakukan penyelesaian masalahyang terkait dengan keterampilan sosial ini.

Kondisi tersebut memperlihatkan mengenai pentingnya keterampilan sosial yang perlu dimiliki anak sejak dini maka diperlukan salah satu Perilaku atau cara yang perlu dilakukan untuk meningkatkan keterampilan sosial anak di sekolah adalah dengan membangun hubungan yang positif dengan anak. Perilaku membangun hubungan yang positif ini ditujukan secara khusus untuk meningkatkan keterampilan sosial dan mencegah masalah prilaku anak, (Miller, tt). Lebih lanjut Coleman (2011) menjelaskan bahwa Perilaku membangun hubungan yang positif merupakan cara yang paling populer dan paling efektif karena Perilaku ini telah terbukti secara efektif untuk mencegah dan mengurangi prilaku buruk anak-anak.

Salah satu dari Perilaku membangun hubungan yang positif adalah dengan cara menanamkan rasa kasih sayang kepada anak disekolah, seperti yang dikemukan oleh teori Maslow dalam Saefudin (2008) yang diantaranya adalah:

1. Hubungan guru dengan siswa (a) guru dapat menampilkan ciri-ciri kepribadian: empatik, peduli dan interes terhadap siswa, sabar, adil, terbuka serta dapat menjadi pendengar yang baik. (b) guru dapat menerapkan pembelajaran individual dan memahami siswanya (kebutuhan, potensi, minat, karakteristik, kepibadian dan latar belakangnya). (c) guru lebih banyak memberikan komentar dan umpan balik yang positif daripada yang negatif. (d) guru dapat menghargai dan menghomati setiap pemikiran, pendapat dan keputusan setiap siswanya. (f) guru dapat menjadi penolong yang bisa diandalkan dan memberikan kepercayaan terhadap siswanya.

(4)

2. Hubungan siswa dengan siswa, (a) sekolah mengembangkan situasi yang memungkinkan terciptanya kerjasama mutualistik dan saling percaya diantara siswa. (b) sekolah dapat menyelenggarakan class meeting, melalui berbagai forum, seperti olahraga atau kesenian.

(c) sekolah mengembangkan diskusi kelas yang tidak hanya untuk kepentingan pembelajaran. (d) Sekolah mengembangkan tutor sebaya.

Perilaku membangun hubungan yang positif tersebut tentunya menjadi sangat penting untuk meningkatkan keterampilan sosial anak. Dikarenakan dengan membangun hubungan yang positif maka akan tercipta ikatan emosional yang baik yaitu dengan menciptakan kesenangan dalam belajar, menjalin hubungan positif antara guru, orang tua dan anak serta dapat menyingkirkan segala ancaman dari suasana belajar yang menyenangkan, Claridge (2010).

Berdasarkan pandangan para ahli diatas terlihat bahwa Perilaku guru dalam membangun hubungan yang positif merupakan Perilaku yang direkomendasikan para ahli untuk meningkatkan keterampilan sosial anak, oleh karena itu peneliti meneliti lebih jauh tentang Perilaku guru dalam membangun hubungan yang positif dengan anak melalui penelitian Pre eksperimen dengan judul ”Meningkatkan Keterampilan Sosial Anak Taman Kanak-Kanak melalui Perilaku Guru dalam Membangun Hubungan Positif dengan Anak”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana tingkat keterampilan sosial anak kelompok A Taman Kanak-Kanak Tunas Bangsa Bandung sebelum diterapkan Perilaku guru membangun hubungan yang positif dengan anak?

2. Bagaimana tingkat keterampilan sosial anak kelompok A Taman Kanak-Kanak Tunas Bangsa Bandung setelah diterapkan Perilaku guru membangun hubungan yang positif dengan anak?

3. Bagaimana efektifitas Perilaku guru dalam membangun hubungan yang positif dengan anak dalam meningkatkan keterampilan sosial anak ?

C. Tujuan Penelitian

(5)

1. Mengetahui profil tingkat keterampilan sosial anak TK Tunas Bangsa sebelum diberikan Perilaku guru dalam membangun hubungan yang positif dengan anak.

2. Mengetahui profil tingkat keterampilan sosial anak TK Tunas Bangsa setelah diberikan Perilaku guru dalam membangun hubungan yang positif dengan anak.

3. Mengetahui efektifitas Perilaku guru dalam membangun hubungan yang positif dengan anak dalam meningkatkan keterampilan sosial di TK Tunas Bangsa.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini, dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi berbagai pihak diantaranya :

1. Bagi peneliti, menambah pengetahuan yang lebih banyak dan lebih jelas mengenai Perilaku guru dalam membangun hubungan yang positif, bahwa Perilaku ini dapat meningkatkan keterampilan sosial anak.

2. Bagi guru, memberikan pengetahuan yang lebih banyak bahwa dengan membangun hubungan yang positif dengan anak dapat meningkatkan keterampilan sosial anak.

3. Bagi orang tua, memberikan pengetahuan dan informasi bahwa dengan membangun hubungan yang positif antara anak, guru, dan staff sekolah dapat meningkatkan keterampilan sosial anak.

4. Bagi mahasiswa, diharapkan hasil penelitian ini akan menambah wawasan mengenai keterampilan sosial yang dapat ditingkatkan melalui Perilaku guru dalam membangun hubungan yang positif dengan anak. Sehingga dapat menjadikan bahan acuan penelitian selanjutnya bagi mahasiswa yang ingin mengkaji lebih mendalam dan komprehensif.

5. Bagi Prodi PGPAUD, memberikan referensi baru bahwa keterampilan sosial anak dapat ditingkatkan memalui Perilaku guru dalam membangun hubungan yang positif dengan anak.

E. Asumsi Penelitian

Penelitian ini berdasarkan beberapa asumsi, yaitu :

(6)

1. Keterampilan sosial merupakan dasar untuk bergaul dengan orang lain, kurangnya eseorang memiliki keterampilan sosial dapat menyebabkan kesulitan perilaku di sekolah, kenakalan, tidak perhatian, penolakan rekan, kesulitan emosional, bullying, kesulitan dalam berteman, agresivitas masalah dalam hubungan interpersonal, miskin konsep diri, kegagalan akademik, kesulitan konsentrasi, isolasi dari teman sebaya serta depresi (septiana, 2009).

2. Keterampilan untuk berperilaku sosial perlu dimiliki sejak anak masih kecil sebagai pondasi bagi perkembangan kemampuan anak berinteraksi dengan lingkungannya secara lebih luas (Syaodih, 2005).

3. Membangun hubungan positif dengan anak-anak merupakan tugas penting dan komponen dasar dalam mengajar yang baik. Semua anak dapat tumbuh dan berkembang melalui interaksi yang memberikan rasa cinta dan rasa aman. Sebuah hubungan positif guru dan anak yang dibangun atas dasar kepercayaan, pemahaman, dan kepeduli akan menumbuhkan kerjasama, motivasi dan meningkatkan hasil positif mereka di sekolah (Webster-Stratton, 1999).

F. (Definisi Operasional Variabel)

Untuk memperjelas arah dalam penelitian maka yang dimaksud dengan keterampilan sosial dan Hubungan Positif dalam penelitian ini adalah :

1. Keterampilan Sosial

Secara operasional keterampilan sosial merupakan kebutuhan primer yang perlu dimiliki anak sebagai bekal bagi kemandiriannya. Anak yang memiliki keterampilan sosial oleh kelompoknya, dalam penelitian ini yang dimaksud dengan keterampilan sosial adalah kemampuan yang berkaitan dengan kerjasama sosial, interaksi sosial dan kemandirian sosial (Sukma, 2009).

2. Membangun Hubungan Positif

Membangun hubungan yang positif dengan anak menurut (Fox, at, al 2003) yaitu upaya mengembangkan konsep diri yang positif pada diri anak, membangun rasa percaya diri dan mengembangkan rasa aman yang dapat membantu anak mencegah perilaku nakal, yang dilakukan dengan cara memberikan respon positif pada setiap perilaku positif anak, seperti

(7)

bermain anak, menjalin interaksi positif dan komunikasi yang efektif dengan anak, melakukan Perilaku home visit dan Perilaku outing.

G. Hipotesis

Untuk mengetahui pengaruh dari Perilaku guru membangun hubungan positif dengan anak terhadap keterampilan sosial anak taman kanak kanak, maka dalam penelitian ini :

1. Hipotesis Nol (H0)

H0 = Tidak terdapat perbedaan keterampilan sosial anak kelompok

A TK Tunas Bangsa yang signifikan sebelum dan sesudah dilaksanakannya Perilaku guru dalam membangun hubungan positif dengan anak.

H0 : µ1 = µ2= 0

Hipotesisi ini akan diuji pada = 0.05 2. Hipotesis altenatif (Ha)

Ha = Terdapat perbedaan keterampilan sosial anak kelompok A TK tunas Bangsa yang signifikan sebelum dan sesudah diberikan Perilaku guru dalam membangun hubungan positif dengan anak

Ho : µ1 ≠ µ2 ≠ 0

Hipotesis ini akan diuji pada = 0,05 H. Metode Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan dalam penelitian ini maka metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen dengan jenis pre eksperimen. Desain yang digunakan adalah desain penelitian nonequivalent atau one group pre-test and post-test desgn. Desain ini termasuk kedalam metode eksperimen yang digunakan untuk mengkaji hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat. Penelitian dilakukan pada satu kelompok subjek dan dilaksanakan tanpa adanya kelompok pembanding. Sehingga data yang diperoleh diolah melalui perhitungan statistik.

Menurut Arikunto (2006) pelaksanaan desain “one group per-test and post-test” dalam penelitian dapat dikemukakan dalam tiga langkah yaitu :

1. Pre-test yaitu hasil observasi yang dilakukan sebelum diberikan perlakuan

(8)

2. Melaksanakan treatmeant yaitu perlakuan yang diberikan kepada subjek penelitian dalam penelitian ini perlakuannya adalah Perilaku guru dalam membangung hubungan yang positif dengan anak.

3. Post-Test yaitu hasil observasi yang dilakukan sesudah diberikan perlaukuan.

I. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Lokasi yang digunakan untuk melaksanakan penelitian ini adalah Taman Kanak-Kanak (TK) Plus Tunas Bangsa yangberalamatkan di Jl. Terusan Permai V No.33 A RT 02/ RW 08 Kelurahan Cipadung Kecamatan Cibiru Kota Bandung.

2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah anak didikdi Taman Kanak-Kanak Plus Tunas Bangsa yang berjumlah 12 anak. Adapun jumlah anak perempuan 7 anak sedangkan jumlah anak laki-laki sebanyak 5 anak.

J. Sistematika Penulisan

Berikut dibawah ini adalah gambaran umum dari bab ke bab isi dari penulisan skripsi ini:

Bab I. Pendahuluan, pada bab ini mengemukakan tentang : latar belakang, Rumusan masalah, Tujuan penelitian, Manfaat penelitian, Asumsi penelitian, Penjelasan istilah, Hipotesis, Metode penelitian.

Bab II kajian teoritis menguraikan tentang teori-teoridan konsep tentang masalah yang sedang diteliti.

Bab III Metode Penelitian, pada bab ini mengemukakan tentang : Lokasi dan Subjek Penelitian, Desain Penelitian, Metode Penelitian, Penjelasan Istilah, Instrumen Penelitian , Proses Pengembangan Instrumen, teknik pengumpilan Data dan Analisis data.

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, pada bab ini mengemukakantentang:

Pengolahan dan Analisis Data, Pembahasan Data dan Analisis Temuan.

(9)

Bab V Kesimpulan dan Rekomendasi, pada bab ini mengemukakan tentang : Kesimpulan yang akan diambil dan Saran atau Rekomendasi yang diberikan.

Referensi

Dokumen terkait

Selaras dengan sebuah negara yang mahu mewujudkan masyarakat penyayang, maka dalam Akta Pendidikan 1996 telah diperuntukkan dalam seksyen 40, yang membolehkan menteri

Telekomunikasi (Telkom) Akses Jambi dirasakan menyulitkan calon pelanggan baru dalam proses pelayanan untuk pemasangan telepon, dan modem speedy, selain itu informasi

Namun, berdasarkan pada ukuran tubuh, jarak antar-mata, posisi dan ukuran sayap, serta perilaku bertengger dan jarak terbang, dikenali dua kelompok capung, yaitu capung biasa dan

5) Pada keadaan tertentu ketika segala upaya maksimal telah dilakukan tetapi prognosis pasien sangat buruk, maka dokter spesialis anestesiologi atau dokter lain yang memiliki

Simpulan yang dapat diambil berdasarkan hasil pengujian hipotesis dan analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Terdapat

test Tes lisan Mengiuraikan Anatomi mata dan lidah, otot dan saraf yangi berperan pada mata dan lidah, Fungisi bagiian- bagiian mata dan lidah, mekanisme kerja orgian

DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut Patroli dan Pemeriksaan

Sebelumnya penulis mengucapkan syukur dan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa Sehingga dapat menyelesaikan Skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar