• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

A. Gambaran Umum

1. Profil Lembaga Badan Koordinasi Penanaman Modal

BKPM adalah Badan Koordinasi Penanaman Modal Republik Indonesia. Sebagai penghubung utama antara dunia usaha dan pemerintah, BKPM diberi mandat untuk mendorong investasi langsung, baik dari dalam negeri maupun luar negeri, melalui penciptaan iklim investasi yang kondusif. Setelah BKPM dikembalikan statusnya menjadi kementerian di tahun 2009 dan melapor langsung kepada Presiden Republik Indonesia, maka sasaran lembaga promosi investasi ini tidak hanya untuk meningkatkan jumlah investasi yang lebih besar dari dalam maupun luar negeri, namun juga untuk mendapatkan investasi bermutu yang dapat memperbaiki kesenjangan sosial dan mengurangi pengangguran. Lembaga ini tidak semata bertindak sebagai advokat yang proaktif di bidang investasi, namun juga sebagai fasilitator antara pemerintah dan investor. Sejak bulan November 2014, BKPM dipimpin oleh Franciscus M.A Sibarani atau dikenal dengan Franky Sibarani.

2. Visi & Misi Badan Koordinasi Penanaman Modal a. Visi

“Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong”.

(2)

b. Misi

1. Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju dan sejahtera.

2. Mewujudkan bangsa yang berdaya saing

3. Mewujudkan Indonesia menjadi Negara maritim yang mandiri, maju, kuat dan berbasiskan kepentingan nasional

3. Struktur Organisasi Badan Koordinasi Penanaman Modal

Gambar 4.1 Struktur Organisasi

Badan Koordinasi Penanaman Modal

Drs. Anhar Adel

Sumber : Badan Koordinasi Penanaman Modal

Investment

Committe Franky SibaraniChairman

Deputy of Chairman General Secretary Invest-mentCl ima-te&De vel-opment Inves-ment Plann-ing Invest-ment Promo -tion Invest-ment Corpor -ation Invest -ment Servi-ce Invest-ment Control-ling&Imple -mentation

Inspector Head of Data and Information Center Head of Education and Training Center Head of Legal Assistance Center

(3)

B. Pembahasan

Analisis data yang digunakan penulis dalam pembahasan penelitian ini adalah analisis deskriptif komparatif untuk membandingkan pemberian fasilitas pajak dengan Tax Holiday dan Tax Allowance tahun 2011 sampai dengan tahun 2015 serta arus masuk Foreign Direct Investment tahun 2011 sampai dengan 2015, analisis rasio untuk mengetahui tingkat efektivitas pemberian fasilitas pajak tersebut dengan mengukur antara target Foreign

Direct Investment dan Realisasi Foreign Direct Investment di Badan

Koordinasi Penanaman Modal, Jakarta Pusat.

Dalam bab ini, penulis membahas lebih jauh tentang Tax Holiday dan

Tax Allowance yang dilihat dari pelaksanaan pemberian fasilitas pajak berupa

Tax Holiday dan Tax Allowance serta peningkatan Foreign Direct Investment

yang diakibatkan diberikannya fasilitas pajak tersebut pada Badan Koordinasi Penanaman Modal tahun 2011 sampai dengan tahun 2015.

1. Menganalisis fasilitas Tax Holiday dan Tax Allowance serta Realisasi

Foreign Direct Investment selama tahun penelitian.

Analisis Foreign Direct Investment dengan diberikannya Tax

Holiday dan Tax Allowance pada Badan Koordinasi Penanaman Modal

digunakan metode deskriptif komparatif yaitu suatu metode yang dinyatakan secara deskriptif dengan membandingkan Realisasi Foreign

Direct Investment pada tahun yang bersangkutan dengan realisasi Foreign

(4)

Tabel 4.1

Realisasi FDI dengan Tax Holiday dan Tax Allowance Di Indonesia Tahun 2011– 2015 No. (1) Tahun (2) Tax Holiday (3) Tax Allowance (4) Realisasi Foreign Direct Investment (FDI) (Rp Ribuan) (5) Kenaikan (Penurunan) (Rp Ribuan) (6) % Kenaikan (Penurunan) (7) A 2011 1 1 175.270.783.500 B 2012 1 1 221.082.031.800 45.811.248.300 26% C 2013 1 1 270.461.838.090 49.379.806.290 22% D 2014 1 1 307.024.838.150 36.563.000.060 14% E 2015 1 1 365.949.260.000 58.924.421.850 19%

Sumber : Badan Koordinasi Penanaman Modal (Data Diolah Penulis)

Note : (6) = Realisasi FDI tahun berjalan – Realisasi FDI tahun sebelumnya (7) = Kenaikan (penurunan) tahun berjalan : Realisasi FDI tahun

sebelumnya x 100%

Dalam penelitian ini, variabel tax holiday dan tax allowance merupakan variabel dikotomi. Variabel dikotomi adalah ukuran paling sederhana. Angka yang diberikan kepada objek mempunyai arti sebagai label saja dan tidak menunjukkan tingkatan apapun. Peneliti memberikan label tax holiday dan tax allowance dengan 1 = ada tax holiday dan tax

allowance serta 0 = tidak ada tax holiday dan tax allowance. Tabel 4.1

adalah Realisasi Foreign Direct Investment dengan ada atau tidaknya tax

holiday dan tax allowance pada tahun 2011 sampai 2015.

Dan data Foreign Direct Investment berupa data rasio. Data

Foreign Direct Investment yang diperoleh adalah data investasi asing

langsung yang masuk ke Indonesia yang diperoleh melalui Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). Peneliti mengambil data Foreign

(5)

Dapat dilihat dari tabel 4.1, bahwa tax holiday sudah berlaku pada tahun 2011 dimana tax holiday tersebut mulai ada sejak tahun 2011 kuartal ketiga, sejak diterbitkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 130/PMK.011/2011, tertanggal 15 Agustus 2011. Dan untuk tax

allowance pada tahun 2011 sampai tahun 2015 sudah berlaku dimana tax

allowance mulai diberlakukan pada tahun 2007 sejak diterbitkan

Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2007, tertanggal 02 Januari 2007. Berdasarkan tabel 4.1, realisasi Foreign Direct Investment dengan

tax holiday dan tax allowance pada umumnya mengalami peningkatan

setiap tahunnya. Realisasi Foreign Direct Investment dengan tax holiday dan tax allowance pada tahun 2011 sebesar Rp. 175.270.783.500,-sedangkan pada tahun 2012 sebesar Rp.221.082.031.800,- berarti ada peningkatan realisasi Foreign Direct Investment sebesar

Rp.45.811.248.300,- atau sebesar 26% .

Realisasi Foreign Direct Investment dengan tax holiday dan tax

allowance pada tahun 2012 sebesar Rp. 221.082.031.800,- sedangkan

pada tahun 2013 sebesar Rp.270.461.838.090,- berarti ada peningkatan realisasi Foreign Direct Investment sebesar Rp. 49.379.806.290,- atau sebesar 22%. Peningkatan di tahun 2013 lebih besar dibandingkan di tahun 2012, dimana di tahun 2012 peningkatannya hanya sebesar Rp. 45.811.248.300,- sedangkan pada tahun 2013 peningkatannya sebesar Rp. 49.379.806.290,-.

(6)

Realisasi Foreign Direct Investment dengan tax holiday dan tax

allowance pada tahun 2013 sebesar Rp.270.461.838.090,- sedangkan

pada tahun 2014 sebesar Rp. 307.024.838.150,- berarti ada ada peningkatan realisasi Foreign Direct Investment sebesar Rp. 36.563.000.060,- atau sebesar 14%. Peningkatan di tahun 2014 lebih kecil dibandingkan di tahun 2013, dimana di tahun 2013 peningkatannya sebesar Rp. 49.379.806.290,- sedangkan pada tahun 2014 peningkatannya hanya sebesar Rp. 36.563.000.060,-.

Dan terakhir Realisasi Foreign Direct Investment dengan tax

holiday dan tax allowance pada tahun 2014 sebesar Rp.

307.024.838.150,- sedangkan pada tahun 2015 sebesar Rp. 365.949.260.000,- berarti ada peningkatan realisasi Foreign Direct

Investment sebesar Rp. 58.924.421.850,- atau sebesar 19%. Peningkatan

di tahun 2015 lebih besar dibandingkan di tahun 2014, dimana di tahun 2014 peningkatannya hanya sebesar Rp. 36.563.000.060,- sedangkan pada tahun 2015 peningkatannya sebesar Rp. 58.924.421.850,-.

Peningkatan Realisasi Foreign Direct Investment dalam hal ini menunjukkan bahwa pemberian tax holiday dan tax allowance sudah berjalan dengan efektif dan sesuai dengan tujuan diberikannya tax

holiday dan tax allowance tersebut yaitu untuk meningkatkan Foreign

Direct Investment yang masuk ke Indonesia. Selain itu, peningkatan

Realisasi Foreign Direct Investment setiap tahunnya juga disebabkan oleh berbagai hal, diantaranya :

(7)

 Terjaganya stabilitas ekonomi makro, pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi, stabilitas politik dan keamanan, masuknya Indonesia dalam peringkat investment grade, dan berbagai upaya memberi citra positif kepada opinion makers telah mendorong peningkatan daya saing investasi Indonesia. Beberapa hasil survei lembaga pemeringkat internasional telah menempatkan Indonesia sebagai negara tujuan investasi.

 Memberikan kemudahan pelayanan perizinan dan nonperizinan penanaman modal melalui penyelenggaraan PTSP di bidang penanaman modal baik di Tingkat Pusat (BKPM), Provinsi dan Kabupaten/Kota;

Diberikannya fasilitas pajak berupa Tax Holiday dan Tax Allowance. Dan Prosedur permohonan fasilitas Tax Holiday dan Tax Allowance dipermudah. Serta adanya percepatan waktu dalam proses permohonan. Untuk Tax Holiday yang awalnya 125 hari kerja menjadi 45 hari kerja. Sedangkan untuk Tax Allowance yang awalnya 28 hari kerja menjadi 25 hari kerja.

2. Efektivitas pencapaian Realisasi Foreign Direct Investment (FDI) terhadap target Foreign Direct Investment (FDI).

Dalam hal ini, efektivitas pencapaian Foreign Direct Investment (FDI) tersebut diukur dengan rumus perbandingan antara Target Foreign

Direct Investment (FDI) dengan Realisasi Foreign Direct Investment

(8)

Investment (FDI) tersebut merupakan salah satu bentuk keberhasilan dan

keefektifan berbagai regulasi yang diberikan oleh Pemerintah Indonesia, salah satunya adalah regulasi mengenai insentif pajak berupa tax holiday dan tax allowance. Maka Efektivitas Pencapaian nilai realisasi Foreign

Direct Investment (FDI) terhadap target dihitung dengan rumus berikut :

Realisasi Foreign Direct Investment (FDI)

Efektivitas FDI = x 100%

Target Foreign Direct Investment (FDI)

Berikut ini adalah tabel yang menunjukkan Efektivitas dari pemberian fasilitas pajak berupa Tax Holiday dan Tax Allowance terhadap Foreign Direct Investment (FDI) diukur berdasarkan pencapaian target Foreign Direct Investment (FDI) :

Tabel 4.2

Efektivitas Pencapaian Foreign Direct Investment (FDI) Di Indonesia Tahun 2011 – 2015

Tahun (1)

Target Foreign Direct

Investment (FDI)

(Rp Ribuan) (2)

Realisasi Foreign

Direct Investment (FDI)

(Rp Ribuan) (3) Persentase Efektivitas (4) = (3) : (2) 2011 172.800.000.000 175.270.783.500 101,4% 2012 204.100.000.000 221.082.031.800 108,3% 2013 272.600.000.000 270.461.838.090 99,2% 2014 329.000.000.000 307.024.838.150 93,3% 2015 343.700.000.000 365.949.260.000 106,5%

Sumber : Badan Koordinasi Penanaman Modal (Data Diolah Penulis)

Ditinjau dari segi nilai nominalnya, target Foreign Direct

Investment (FDI) pada tahun 2011 di Badan Koordinasi Penanaman

Modal tercatat Rp.172.800.000.000,- dan realisasi yang dicapai sebesar Rp. 175.270.783.500,- atau sekitar 101,4%. Berdasarkan indicator

(9)

pengukuran efektivitas pencapaian Foreign Direct Investment (FDI) terhadap target di tahun 2011 tergolong sangat efektif.

Tahun 2012 mengalami peningkatan target Foreign Direct

Investment (FDI) sebanyak Rp. 204.100.000.000,- dan realisasi yang

dicapai sebesar Rp. 221.082.031.800,- atau sekitar 108,3%. Berdasarkan indicator pengukuran efektivitas pencapaian Foreign Direct Investment (FDI) terhadap target ditahun 2012 tergolong sangat efektif.

Tahun 2013 mengalami penurunan nilai realisasi. Dimana target

Foreign Direct Investment (FDI) sebanyak Rp. 272.600.000.000,- hanya

dapat mencapai nilai realisasi sebesar Rp. 270.461.838.090,- atau sekitar 99,2 %. Walaupun tidak mencapai targetnya, namun berdasarkan indicator pengukuran efektivitas pencapaian Foreign Direct Investment (FDI) terhadap target ditahun 2013 masih tergolong efektif.

Tahun 2014 mengalami penurunan nilai realisasi. Dimana target

Foreign Direct Investment (FDI) sebanyak Rp. 329.000.000.000,- hanya

dapat mencapai nilai realisasi sebesar Rp. 307.024.838.150,- atau sekitar 93,3 %. Walaupun tidak mencapai targetnya, namun berdasarkan indicator pengukuran efektivitas pencapaian Foreign Direct Investment (FDI) terhadap target ditahun 2014 masih tergolong efektif. Namun, selama tahun 2011 sampai dengan tahun 2015, pencapaian target yang paling rendah adalah ditahun 2014.

Penurunan efektivitas pencapaian Foreign Direct Investment (FDI) di tahun 2013 dan 2014 disebabkan adanya normalisasi kebijakan

(10)

moneter Amerika (tapering off), sehingga menyebabkan lambatnya pemulihan ekonomi kawasan Euro, melemahnya perekonomian Jepang dan melambatnya perekonomian Tiongkok mengakibatkan melambatnya pertumbuhan ekonomi dunia pada tahun 2013-2014. Melambatnya ekonomi dunia khususnya Tiongkok berdampak pada melemahnya harga-harga komoditi yang selanjutnya mengakibatkan turunnya ekspor Indonesia.

Tahun 2015 mengalami peningkatan target Foreign Direct

Investment (FDI) sebanyak Rp. 343.700.000.000,- dan realisasi yang

dicapai sebesar Rp. 365.949.260.000,- atau sekitar 106,5%. Berdasarkan indicator pengukuran efektivitas pencapaian Foreign Direct Investment (FDI) terhadap target ditahun 2015 tergolong sangat efektif.

3. Manfaat Tax Holiday dan Tax Allowance Bagi Negara Indonesia.

Berdasarkan hasil analisis penulis, pemberian fasilitas Tax

Holiday dan Tax Allowance memberikan beberapa keuntungan bagi

Negara Indonesia, diantaranya :

a. Meningkatkan Realisasi Investasi, baik Investasi Domestik maupun Investasi Asing di Indonesia.

Dengan diberikannya Tax Holiday dan Tax Allowance, realisasi investasi baik Investasi Domestik maupun Investasi Asing setiap tahunnya meningkat. Hal tersebut disebabkan oleh berbagai hal salah satunya adalah regulasi mengenai Tax Holiday dan Tax Allowance telah berjalan dengan efektif.

(11)

Tabel 4.3

Perkembangan Realisasi Investasi Di Indonesia Tahun 2011-2015 Tahun (1) Investasi Domestik ( Rp Ribuan) (2) Investasi Asing ( Rp Ribuan ) (3) Total (4) = (2) + (3) 2011 76.000.694.300 175.270.783.500 251.271.477.800 2012 92.180.764.400 221.082.031.800 313.262.796.200 2013 128.150.784.600 270.461.838.090 398.612.622.690 2014 156.126.157.000 307.024.838.150 463.150.995.150 2015 179.465.867.200 365.949.260.000 545.415.127.200

Sumber : Badan Koordinasi Penanaman Modal

Dari jumlah realisasi investasi tersebut, dapat dlihat bahwa dengan diberikanya Tax Holiday maka Investasi Domestik maupun Investasi Asing yang masuk ke Indonesia, akan lebih dapat meningkatkan kegiatan Investasi langsung khususnya pada industri pionir guna mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.

Dan dengan diberikanya Tax Allowance selain dapat menarik investasi asing, dengan adanya fasilitas pajak ini akan dapat mengembangkan industri pionir dan sektor usaha prioritas tinggi, dan dapat mempercepat pengembangan dan pembangunan daerah tertentu. Sehingga pemerataan pembangunan pun akan dapat dilakukan. Berikut data mengenai perkembangan Investasi Domestik dan Investasi Asing Di Indonesia Tahun 2011-2015 diberbagai wilayah di Indonesia :

(12)

Tabel 4.4

Realisasi Investasi Asing Per Wilayah Di Indonesia Tahun 2011 – 2015

2011 2012 2013 2014 2015

Wilayah Nilai Investasi Nilai Investasi Nilai Investasi Nilai Investasi Nilai Investasi (Rp Ribuan) (Rp Ribuan) (Rp Ribuan) (Rp Ribuan) (Rp Ribuan) Sumatera 18.689.047.200 33.563.568.600 32.072.737.170 41.390.197.440 46.659.448.750 Jawa 110.920.877.100 122.939.246.700 163.763.048.580 166.283.838.390 192.911.950.000 Bali & Nusa

Tenggara 8.573.872.500 10.138.963.500 8.432.725.470 10.657.575.910 15.813.453.750 Kalimantan 17.269.606.800 28.877.841.900 26.281.398.120 50.171.013.080 73.035.683.750 Sulawesi 6.437.295.900 13.563.255.600 14.109.369.360 22.119.824.610 19.505.287.500 Maluku 1.273.854.600 888.946.200 3.039.725.790 1.190.243.620 3.577.735.000 Papua 12.106.229.400 11.110.209.300 22.762.833.600 15.212.145.100 14.445.701.250 TOTAL 175.270.783.500 221.082.031.800 270.461.838.090 307.024.838.150 365.949.260.000

Sumber : Badan Koordinasi Penanaman Modal (Data Diolah Penulis)

Berdasarkan tabel 4.4 Selama periode penelitian (Tahun 2011-2015), Wilayah Jawa memiliki nilai Realisasi Investasi Asing tertinggi dari berbagai wilayah lainnya di Indonesia. Dimana nilai Realisasi Investasi Asing wilayah Jawa setiap tahunnya meningkat. Hal ini disebabkan karena Wilayah Jawa merupakan pusat pemerintahan, dimana wilayah ini menjadi pusat kegiatan politik, administrasi negara, tersedianya infrastruktur dan merupakan wilayah yang cepat berkembang.

Untuk wilayah Sumatera, Realisasi Investasi Asing tidak meningkat setiap tahunnya, karena pada tahun 2013 Realisasi Investasi Asingnya menurun sebesar Rp. 1.490.831.430,- dari tahun sebelumnya, namun untuk tahun selanjutnya yaitu tahun 2014 dan

(13)

tahun 2015 Realisasi Investasi Asing wilayah Sumatera mengalami peningkatan.

Untuk wilayah Bali & Nusa Tenggara, Realisasi Investasi Asing tidak meningkat setiap tahunnya, karena pada tahun 2013 Realisasi Investasi Asingnya menurun sebesar Rp. 1.706.238.030,- dari tahun sebelumnya, namun untuk tahun selanjutnya yaitu tahun 2014 dan tahun 2015 Realisasi Investasi Asing wilayah Bali & Nusa Tenggara mengalami peningkatan.

Untuk wilayah Kalimantan, Realisasi Investasi Asing tidak meningkat setiap tahunnya, karena pada tahun 2013 Realisasi Investasi Asingnya menurun sebesar Rp. 2.596.443.780,- dari tahun sebelumnya, namun untuk tahun selanjutnya yaitu tahun 2014 dan tahun 2015 Realisasi Investasi Asing wilayah Kalimantan mengalami peningkatan.

Untuk wilayah Sulawesi, dari tahun 2011-2014 Realisasi Investasi Asingnya terus meningkat, namun pada tahun 2015 nilai Realisasi Investasi Asingnya menurun sebesar Rp. 2.614.537.110,- dari tahun sebelumnya.

Untuk wilayah Maluku, nilai Realisasi Investasi Asingnya tidak meningkat setiap tahunnya. Namun apabila dilihat, nilai tertinggi dari Realisasi Investasi Asingnya berada ditahun 2015 yaitu sebesar Rp. 3.577.735.000,-, dan nilai terendah dari Realisasi Investasi Asingnya berada ditahun 2012 yaitu sebesar Rp.

(14)

888.946.200,-. Diantara beberapa wilayah di Indonesia, Wilayah Maluku-lah yang memiliki nilai terendah Realisasi Investasi Asing selama periode penelitian. Hal ini disebabkan karena wilayah Maluku memiliki berbagai keterbatasan diantarnya adalah keterbatasan infrastrukturnya, sarana transportasi yang kurang memadai, dan lain sebagainya.

Sedangkan untuk wilayah Papua nilai tertinggi dari Realisasi Investasi Asingnya berada ditahun 2013 yaitu sebesar Rp. 22.762.833.600,- dan nilai terendah dari Realisasi Investasi Asingnya berada ditahun 2012 yaitu sebesar Rp.11.110.209.300,-.

Tabel 4.5

Realisasi Investasi Domestik Per Wilayah Di Indonesia Tahun 2011 – 2015

2011 2012 2013 2014 2015

Wilayah Nilai Investasi (Rp Ribuan) Nilai Investasi (Rp Ribuan) Nilai Investasi (Rp Ribuan) Nilai Investasi (Rp Ribuan) Nilai Investasi (Rp Ribuan) Sumatera 16.334.259.400 14.254.991.300 22.913.755.000 29.560.849.100 37.751.695.400 Jawa 37.176.193.300 52.692.942.000 66.495.876.700 97.057.091.400 103.758.364.800 Bali & Nusa

Tenggara 356.741.600 3.167.756.200 4.400.244.600 468.870.500 2.893.876.100 Kalimantan 13.467.394.300 16.739.690.700 28.713.606.900 21.419.543.700 20.007.119.200 Sulawesi 7.227.516.500 4.900.987.200 3.624.187.800 7.113.480.400 13.667.912.300 Maluku 13.572.300 323.890.000 1.114.908.100 156.405.900 48.230.000 Papua 1.425.016.900 100.507.000 888.205.300 349.916.000 1.338.669.400 TOTAL 76.000.694.300 92.180.764.400 128.150.784.600 156.126.157.000 179.465.867.200

Sumber : Badan Koordinasi Penanaman Modal (Data Diolah Penulis)

Berdasarkan tabel 4.5 Selama periode penelitian (Tahun 2011-2015), Wilayah Jawa memiliki nilai Realisasi Investasi Domestik tertinggi dari berbagai wilayah lainnya di Indonesia. Dimana nilai Realisasi Investasi Domestik wilayah Jawa setiap tahunnya meningkat.

(15)

Untuk wilayah Sumatera, Realisasi Investasi Domestiknya tidak serta merta meningkat setiap tahunnya, karena pada tahun 2012 Realisasi Investasi Domestiknya menurun sebesar Rp. 2.079.268.100,- dari tahun sebelumnya, namun untuk tahun selanjutnya yaitu dari tahun 2013 sampai dengan tahun 2015 Realisasi Investasi Domestik wilayah Sumatera mengalami peningkatan.

Untuk wilayah Bali & Nusa Tenggara, nilai Realisasi Investasi Domestiknya tidak meningkat setiap tahunnya. Namun apabila dilihat nilai tertinggi dari Realisasi Investasi Domestiknyaberada ditahun 2013 yaitu sebesar Rp. 4.400.244.600,- . Dan nilai terendah dari Realisasi Investasi Domestiknya berada ditahun 2011 yaitu sebesar Rp. 356.741.600,-

Untuk wilayah Kalimantan, Realisasi Investasi Domestiknya dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2014 mengalami peningkatan, namun pada tahun 2015 mengalami penurunan sebesar Rp. 1.412.424.500,- dari tahun sebelumnya.

Untuk wilayah Sulawesi, nilai Realisasi Investasi Domestiknya tidak meningkat setiap tahunnya. Namun apabila dilihat nilai tertinggi dari Realisasi Investasi Domestiknya berada ditahun 2015 yaitu sebesar Rp. 13.667.912.300,- . Dan nilai terendah dari Realisasi Investasi Domestiknya berada ditahun 2013 yaitu sebesar Rp. 3.624.187.800,-

(16)

Untuk wilayah Maluku, nilai Realisasi Investasi Domestiknya tidak meningkat setiap tahunnya. Namun apabila dilihatnilai tertinggi dari Realisasi Investasi Domestiknya berada ditahun 2013 yaitu sebesar Rp. 1.114.908.100,- , dan nilai terendah dari Realisasi Investasi Domestiknya berada ditahun 2011 yaitu sebesar Rp. 13.572.300,-. Diantara beberapa wilayah di Indonesia, Wilayah Maluku-lah yang memiliki nilai terendah Realisasi Investasi Domestik selama periode penelitian.

Sedangkan untuk wilayah Papua, nilai Realisasi Investasi Domestiknya tidak meningkat setiap tahunnya. Namun apabila dilihat nilai tertinggi dari Realisasi Investasi Domestiknya berada ditahun 2011 yaitu sebesar Rp. 1.425.016.900,-. dan nilai terendah dari Realisasi Investasi Domestiknya berada ditahun 2012 yaitu sebesar Rp. 100.507.000,-.

Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan pihak BKPM, penyebab Wilayah Jawa memiliki nilai Realisasi Investasi Domestik dan Realisasi Investasi Asing tertinggi dibandingkan dengan wilayah lainnya di Indonesia yaitu karena Wilayah Jawa merupakan pusat pemerintahan, dimana wilayah ini menjadi pusat kegiatan politik, administrasi negara, dan merupakan wilayah yang cepat berkembang. Selain itu tersedianya infrastruktur dan sumber daya manusia serta tanahnya yang subur untuk pertanian menjadikan Wilayah ini lebih

(17)

unggul dan diminati para investor untuk menanamkan modalnya dibandingkan dengan wilayah lainnya di Indonesia.

Sedangkan untuk Wilayah Papua mendapatkan investasi domestik dan investasi asing paling sedikit selama tahun penelitian dibandingkan wilayah lainnya disebabkan karena kurangnya sumber daya manusianya yang berkualitas serta kurangnya infrastruktur yang tersedia diwilayah tersebut.

b. Adanya Penyerapan Tenaga Kerja

Dengan meningkatnya meningkatnya industri baru, akan menambah kebutuhan jumlah tenaga kerja sehingga dapat mengatasi masalah pengangguran. Berikut data mengenai penyerapan tenaga kerja di Indonesia pada tahun 2011 – 2015 yang diperoleh dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM).

Gambar 4.2

Data Penyerapan Tenaga Kerja Di IndonesiaTahun 2011-2015 0 200,000 400,000 600,000 800,000 1,000,000 1,200,000 1,400,000 1,600,000 1,800,000 2,000,000 2011 2012 2013 2014 2015 Investasi Domestik 402,787 543,700 697,662 415,123 504,811 Investasi Asing 757,118 745,806 1,132,288 1,015,723 930,905 Total 1,159,905 1,289,506 1,829,950 1,430,846 1,435,716 Ju m la h Te na ga Ke rj a Investasi Domestik Investasi Asing

(18)

Berdasarkan Gambar 4.2 pertambahan jumlah penyerapan tenaga kerja akibat realisasi penerimaan penanaman modal baik penanaman modal dalam negeri maupun penanaman modal asing pada tahun 2011 mencapai 1.159.905, pada tahun 2012 mencapai 1.289.506, pada tahun 2013 mencapai 1.829.950, pada tahun 2014 mencapai 1.430.846 dan pada tahun 2015 sebanyak 1.435.716 orang. Meningkatkan penyerapan tenaga kerja sesuai dengan meningkatkan realisasi investasi setiap tahunnya. Dan dengan meningkatnya industri baru, akan menambah kebutuhan jumlah tenaga kerja sehingga dapat mengatasi masalah pengangguran di Indonesia.

Selain membawa manfaat, Tax Holiday dan Tax Allowance juga membawa dampak bagi Negara Indonesia. Berdasarkan hasil analisis penulis, berikut ini adalah dampak dari pemberian fasilitas Tax Holiday dan Tax Allowance bagi Negara Indonesia, diantaranya :

 Kurangnya pendapatan negara yang bersumber dari pajak sehingga untuk mengatasi hal tersebut, pemerintah menaikkan pajak yang berasal dari kegiatan lain. Hal ini mempengaruhi kepatuhan wajib pajak, mendorong terjadinya penyalahgunaan pajak, menciptakan kesempatan untuk penghindaran pajak/manipulasi pajak dan efisiensi ekonomi yang menyebabkan ketidakadilan.

(19)

Tax holiday dan Tax Allowance sering dimanfaatkan oleh investor

yang cenderung membuat kecurangan dengan memindahkan usahanya ke negara lain untuk mendapatkan tax holiday dan tax allowance yang baru namun jika masa manfaat tax holiday di suatu negara sudah habis, investor tersebut akan memindahkan usahanya lagi ke negara lainnya yang memberikan fasilitas pajak, sehingga negara host

Referensi

Dokumen terkait

(2) Pada saat Peraturan Bupati ini mulai berlaku, Peraturan Bupati Purworejo Nomor 18 Tahun 2009 tentang Pembentukan, Kedudukan, Tugas Pokok, Fungsi, Susunan Organisasi

Penelitian ini menemukan bahwa terdapat delapan tupoksi dari 10 tupoksi TN yang penjabaran pelaksanaannya berupa pelayanan kepada masyarakat dalam bentuk penyediaan

dilakukan adalah dengan jalan mananyakan kepada bapak Karman tentang masing- masing orang yang memegang peranan penting di dalam masyarakat adat kampung Kuta, siapa saja yang

Kewenangan Menteri untuk mengusulkan Penghapusan Secara Bersyarat atau Mutlak atas Piutang Negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, dengan nilai sampai dengan

Bila dilihat dari penciptaan sumber pertumbuhan ekonomi Kalimantan Tengah tahun 2015, Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan, Perikanan memiliki sumber pertumbuhan

Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian Tjhai (2002) yang menunjukkan bahwa variabel kapabilitas personal sistem informasi berpengaruh positif

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberi banyak nikmat dan karunia pada penulis sehingga proses penulisan skripsi yang berjudul “Masa Transisi

Dengan premis untuk meningkatkan jangkauan informasi keberadaan bangunan-bangunan bersejarah di Kota Bandung, diperlukan sebuah produk yang dapat berperan sebagai