• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH DANA ALOKASI UMUM DAN DANA ALOKASI KHUSUS TERHADAP ANGGARAN BELANJA MODAL PEMERINTAH KOTA SUKABUMI ABSTRAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH DANA ALOKASI UMUM DAN DANA ALOKASI KHUSUS TERHADAP ANGGARAN BELANJA MODAL PEMERINTAH KOTA SUKABUMI ABSTRAK"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

PEMERINTAH KOTA SUKABUMI

Oleh:

Nia Sukmawati Endang Naryono, SE., MM

STIE PASIM Sukabumi Sukmawatinia29@gmail.com

ABSTRAK

Anggaran Belanja terutama belanja modal dipandang penting karena berkaitan dengan keberlangsungan kegiatan pemerintahan. Belanja modal merupakan salah satu bagian dari belanja daerah yang digunakan dalam pembelian atau pengadaan aset tetap berwujud yang mempunyai nilai manfaat lebih dari satu tahun digunakan dalam pembangunan infrastruktur dan penyediaan fasilitas publik.

Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Dana Alokasi Umum (X1), Dana Alokasi Khusus (X2) dan variabel dependen yaitu Belanja Modal (Y). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK) terhadap Anggaran Belanja Modal pada Pemerintah Kota Sukabumi. Populasi dalam penelitian ini adalah laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Pemerintah Kota Sukabumi Tahun 2015- 2019, metode yang digunakan dalam penentuan sampel pada penelitian ini adalah metode sampling jenuh. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis regresi linier berganda. Hasil dari penelitian ini menemukan bahwa Dana Alokasi Umum tidak berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap Anggaran Belanja Modal ditunjukan dengan angka signifikansi korelasi sebesar 0,553;

koefisien korelasi 0,359. Dana Alokasi Khusus tidak berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap Anggaran Belanja Modal ditunjukan dengan angka signifikansi korelasi sebesar 0,188; koefisien korelasi 0,700. Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus secara bersama- sama tidak berpengaruh signifikan terhadap Belanja Modal ditunjukan dengan angka koefisien korelasi sebesar 0,546; koefisien determinasi 0,298.

Kata kunci: Dana Alokasi Umum; Dana Alokasi Khusus; dan Anggaran Belanja Modal

ABSTRACT

The expenditure budget, especially capital expenditure, is considered

important because it is related to the sustainability of government activities. Capital

expenditure is one part of regional expenditure that is used in the purchase or

procurement of tangible fixed assets that have a useful value of more

▸ Baca selengkapnya: anggaran dana study tour

(2)

than one year and are used in infrastructure development and provision of public facilities. The independent variables used in this study are the General Allocation Fund (X1), the Special Allocation Fund (X2) and the dependent variable is Capital Expenditure (Y). The purpose of this study was to determine the effect of the General Allocation Fund (DAU), the Special Allocation Fund (DAK) on the Capital Expenditure Budget of the Sukabumi City Government. The population in this study was the report on the Realization of the Regional Budget of the Sukabumi City Government in 2015-2019, the method used in determining the sample in this study was the saturated sampling method. The analytical tool used in this research was multiple linear regression analysis. The results of this study found that the General Allocation Fund had no positive and insignificant effect on the Capital Expenditure Budget as indicated by a correlation significance number of 0.553; correlation coefficient 0.359. The Special Allocation Fund had no positive and insignificant effect on the Capital Expenditure Budget as indicated by the correlation significance number of 0.188; correlation coefficient of 0.700. The General Allocation Fund and the Special Allocation Fund together did not have a significant effect on Capital Expenditures as indicated by the correlation coefficient of 0.546; determination coefficient of 0.298.

Key words: General Allocation Fund; Special Allocation Fund; and Capital Expenditure Budget

A. PENDAHULUAN Latar Belakang

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah yang kemudian di revisi dengan UU Nomor 32 Tahun 2004, daerah diberi kewenangan yang luas untuk mengurus rumah tangganya sendiri dengan sedikit bantuan dari pemerintah pusat.

Pemerintah daerah mempunyai hak dan kewenangan yang luas untuk menggunakan sumber-sumber keuangan yang dimilikinya sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat yang berkembang di daerah. Kebijakan tersebut dikenal dengan Otonomi Daerah. Otonomi daerah bertujuan untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi dan pembangunan daerah, meningkatkan kualitas pelayanan

publik agar lebih efisien dan responsif terhadap kebutuhan potensi maupun karakteristik di daerah masing-masing serta mengurangi ketidak merataannya pembangunan yang berjalan selama ini sehingga menyebabkan ketimpangan antar Pemerintah Pusat dan daerah. Salah satu belanja yang dilakukan oleh pemerintah daerah adalah belanja modal. Menurut Halim (2014: 107) Belanja Modal merupakan pengeluaran anggaran untuk perolehan aset tetap dan aset lainnya yang memberikan manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Anggaran ini sebenarnya dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan publik akan sarana dan prasarana umum yang disediakan oleh pemerintah daerah.

Oleh karena itu, dalam upaya untuk

meningkatkan kualitas layanan publik,

pemerintah daerah

(3)

seharusnya mengubah komposisi belanjanya. Selama ini belanja daerah lebih digunakan untuk belanja rutin yang relatif kurang produktif.

Tabel 1.1.

Laporan RAPBD Kota Sukabumi Tahun 2015-2019

Dari tabel 1.1. menunjukan bahwa pada laporan Realisasi Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Pemerintah Kota Sukabumi periode tahun 2015-2016 terlihat Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus mengalami kenaikan yang cukup signifikan tetapi Belanja Modal tidak terjadi kenaikan. Pada tahun 2018 Dana Alokasi Khusus mengalami penurunan sebesar Rp.

9.450.737.000 sedangkan Dana Alokasi umumnya tetap diangka Rp.

495.865.420.000. Dan Belanja Modalnya ikut mengalami penurunan yang cukup signifikan sebesar Rp.

89.516.313.498 meski Dana Alokasi Umum tetap. Belanja Modal merupakan bagian dari belanja daerah yang didanai dari Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus. Dari data di atas menunjukan bahwa Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus tidak sepenuhnya digunakan untuk Belanja Modal tetapi hanya 40% yang digunakan untuk Belanja Modal selebihnya digunakan untuk Belanja Operasi. Hal ini menunjukan bahwa Belanja Modal yang seharusnya berpengaruh besar terhadap

pembangunan justru mendapatkan porsi yang lebih kecil.

Kemampuan setiap daerah tidak

sama dalam mendanai berbagai

kegiatan, hal ini menimbulkan

adanya kesenjangan fiskal antar satu

daerah dengan daerah lainnya. Untuk

mengatasi masalah ketimpangan

pendanaan daerah, maka pemerintah

pusat melakukan transfer dana

perimbangan. Transfer dana dari

pemerintah pusat ke pemerintah

daerah ini digunakan untuk

melakukan pembiayaan atas aktivitas

operasi dan belanja yang lain

termasuk didalamnya belanja modal

yang dilakukan oleh pemerintah

daerah yang dilaporkan dalam

Anggaran Pendapatan Belanja

Daerah (APBD). Menurut

Amandemen Undang-Undang Pemda

(UU Republik Indonesia No. 23

Tahun 2014) tentang Pemerintah

Daerah bahwa dana perimbangan

meliputi Dana Bagi Hasil, Dana

Alokasi Umum (DAU), dan Dana

Alokasi Khusus (DAK). Dana Alokasi

Umum (DAU) adalah dana yang

bersumber dari pendapatan APBN

yang dialokasikan dengan tujuan

pemerataan kemampuan keuangan

antar daerah untuk mendanai

kebutuhan daerah dalam rangka

pelaksanaan desentralisasi. Dana

Alokasi Khusus adalah dana yang

bersumber dari pendapatan APBN

yang dialokasikan kepada daerah

tertentu dengan tujuan untuk

mendanai kegiatan khusus yang

merupakan urusan pemerintahan yang

menjadi kewenangan daerah. Belanja

modal dipengaruhi oleh beberapa

faktor antara lain DAU, DAK. Untuk

mengkaji lebih lanjut faktor-faktor apa

saja yang berpengaruh terhadap

Belanja

(4)

Modal, maka dilakukan penelitian dengan judul: Pengaruh Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus terhadap Anggaran Belanja Modal Pemerintah Kota Sukabumi.

Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, terdapat empat pokok permasalahan yang akan diperjelas dalam penelitian ini. Keempat masalah tersebut diantaranya:

1. Bagaimana DAU, DAK dan Anggaran Belanja Modal di Pemerintah Kota Sukabumi

2. Bagaimana pengaruh DAU terhadap Anggaran Belanja Modal Pemerintah Kota Sukabumi

3. Bagaimana pengaruh DAK terhadap Anggaran Belanja Modal Pemerintah Kota Sukabumi

4. Bagaimana pengaruh DAU dan DAK secara bersama-sama terhadap Anggaran Belanja Modal Pemerintah Kota Sukabumi

Maksud dan Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang dijelaskan, maka penelitian ini bertujuan diantaranya:

1. Untuk mengetahui pengaruh DAU, DAK dan Anggaran Belanja Modal di Pemerintah Kota Sukabumi.

2. Untuk mengetahui pengaruh DAU terhadap Anggaran Belanja Modal Pemerintah Kota Sukabumi.

3. Untuk mengetahui pengaruh DAK terhadap Anggaran Belanja Modal Pemerintah Kota Sukabumi.

4. Untuk mengetahui pengaruh DAU dan DAK secara bersama-sama terhadap Anggaran Belanja Modal Pemerintah Kota Sukabumi.

Kerangka Pemikiran

Belanja Modal Menurut Halim (2014: 107) merupakan pengeluaran anggaran untuk perolehan aset tetap dan aset lainnya yang memberikan manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Belanja Modal dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain adalah Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus.

Belanja Modal sangat penting sehingga perlu didukung oleh beberapa faktor tersebut.

Dana Alokasi Umum Menurut UU No. 23 Tahun 2014 adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.

Dana Alokasi Khusus Menurut UU No. 55 Tahun 2005 tentang dana perimbangan menerangkan bahwa Dana Alokasi Khusus (DAK) merupakan dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada Pemerintah Daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional.

DAK yang dialokasikan melalui APBN oleh pemerintah pusat dan diberikan kepada pemerintah daerah untuk peningkatan keperluan daerah sesuai dengan kebijakan dan program nasional yaitu untuk meningkatkan infrastruktur sarana dan prasarana, fasilitas publik melalui peningkatan Belanja Modal.

Pemberian bantuan pemerintah pusat

melalui DAK untuk pemerintah

daerah salah satu tujuannya yaitu

untuk membiayai kebutuhan

(5)

penyediaan sarana dan prasarana fisik terutamanya infrastruktur.

Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus ini merupakan salah satu sumber pendanaan untuk Belanja Modal. Hal ini mengidentifikasikan bahwa terdapat hubungan antara Belanja Modal dengan Pemberian dana transfer dari pemerintah pusat dengan alokasi anggaran pengeluaran daerah melalui Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK).

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat di gambarkan dengan kerangka pemikiran.

Gambar 1.1.

Kerangka Pemikiran Gambar tersebut menjelaskan bahwa variabel (X 1 ) Dana Alokasi Umum dan variabel (X 2 ) Dana Alokasi Khusus merupakan faktor yang mempengaruhi variabel (Y) yaitu Belanja Modal. Maka dapat dilihat dalam gambar paradigma penelitian sebagai berikut:

Gambar 1.2.

Paradigma Penilitian Hipotesis Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah, tujuan penelitian dan kerangka pemikiran di atas, yang dilandasi atas dasar landasan teoritis, maka dirumuskan hipotesis yaitu:

Terdapat pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK) terhadap Anggaran Belanja Modal.

Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Pemerintah Kota Sukabumi, dengan mengambil langsung data laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah pada Kantor Badan Pengelolaan Keuangan Daerah Kota Sukabumi. Waktu penelitian dilaksanakan mulai bulan April sampai dengan bulan September 2020.

B. TINJAUAN PUSTAKA Dana Alokasi Umum (DAU)

Dana Alokasi Umum (DAU) merupakan dana yang ditujukan untuk memeratakan kemampuan keuangan daerah secara horizontal.

Di dalam Amandemen UU Pemda

(UU RI No. 23 Tahun 2014)

pengertian Dana Alokasi Umum

(DAU) adalah dana yang bersumber

dari pendapatan APBN yang

dialokasikan dengan tujuan

(6)

pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Dengan dana perimbangan tersebut, khususnya DAU akan memberikan kepastian bagi daerah dalam memperoleh sumber-sumber pembiayaan untuk membiayai kebutuhan pengeluaran yang menjadi tanggung jawabnya.

Di dalam UU No. 33 Tahun 2004 dijelaskan bahwa jumlah keseluruhan DAU ditetapkan sekurang-kurangnya 26% dari pendapatan Dalam Negeri Netto yang ditetapkan APBN. Dana Alokasi Umum (DAU) dialokasikan untuk provinsi dan kabupaten/kota. Dana Alokasi Umum (DAU) diberikan berdasarkan kebutuhan daerah yang menjadi target pemberian. Kebutuhan daerah diukur melalui luas wilayah, jumlah penduduk, keadaan geografis, dan tingkat pendapatan masyarakat.

Pelaksanaan dan pengalokasian Dana Alokasi Umum diatur berdasarkan UU No. 33 Tahun 2004 tentang Dana Perimbangan dan peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan. Dalam PP Nomor 55 Tahun 2005, dijelaskan bahwa:

a. Dana Alokasi Umum dialokasikan

untuk provinsi dan

kabupaten/kota.

b. Jumlah keseluruhan Dana Alokasi Umum ditetapkan sekurang- kurangnya 26% dari pendapatan dalam negeri netto.

c. Proporsi Dana Alokasi Umum antara provinsi dan kabupaten/kota dihitung dari perbandingan antara bobot urusan pemerintahan yang menjadi

kewenangan provinsi dan kabupaten/kota.

Dana Alokasi Khusus (DAK) Menurut UU No. 55 Tahun 2005 tentang dana perimbangan menerangkan bahwa Dana Alokasi Khusus adalah dana yang bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional.

Tujuan Dana Alokasi Khusus adalah membiayai keperluan dasar yang pada dasarnya merupakan kegiatan program nasional baik dibidang pendidikan, kesehatan lingkungan hidup, pekerjaan umum, air bersih, perikanan, pemerintahan, sanitasi, kelautan, pertanian, kehutanan, keluarga berencana, perdagangan dan sarana prasarana desa (Halim, 2014:

138).

Daerah-daerah yang menerima Dana Alokasi Khusus adalah daerah yang memenuhi kriteria khusus dan kriteria teknis. Kriteria umum

ditetapkan dengan

mempertimbangkan kemampuan keuangan daerah dalam APBD untuk membiayai kebutuhan pembangunan daerah. Kriteria khusus ditetapkan dengan memperhatikan peratuan perundang-undangan, terutama ketentuan yang mengatur kekhususan suatu daerah serta karakteristik daerah yang meliputi daerah pesisir dan kepulauan, daerah perbatasan dengan negara lain, daerah tertinggal atau terpencil, daerah rawan banjir dan longsor, serta daerah yang termasuk dalam daerah ketahanan pangan.

Kriteria teknis ditetapkan oleh

kementrian negara atau

(7)

departemen teknis terkait dengan menggunakan indikator-indikator yang dapat menggambarkan kondisi sarana dan prasarana pada masing- masing bidang atau kegiatan yang akan didanai oleh Dana Alokasi Khusus.

Belanja Modal

Menurut PP No. 71 Tahun 2010 Belanja Modal merupakan belanja Pemerintah Daerah yang manfaatnya melebihi satu tahun anggaran dan akan menambah aset atau kekayaan daerah dan selanjutnya akan menambah belanja yang bersifat rutin seperti biaya pemeliharaan pada kelompok belanja administrasi umum.

Menurut Abdul Halim dan Muhammad Syam Kusufi (2012: 21) Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) adalah rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) dan di tetapkan dengan peraturan daerah. Anggaran merupakan pedoman tindakan yang akan dilaksanakan pemerintah meliputi rencana pendapatan, belanja, transfer dan pembiayaan yang diukur dalam satuan rupiah, yang disusun menurut klasifikasi tertentu secara sistematis untuk satu periode. Macam-macam Belanja modal yaitu belanja modal tanah, belanja gedung dan bangunan, belanja peralatan mesin, belanja modal jalan, irigasi, jaringan, dan belanja aset lainnya.

Belanja modal dialokasikan dengan harapan agar terdapat multiflier effect (efek jangka panjang) baik secara makro dan mikro bagi Perekonomian Indonesia,

khususnya bagi daerah. Aset tetap yang dimiliki sebagai akibat adanya belanja modal merupakan prasyarat utama dalam memberikan pelayanan publik oleh pemerintah daerah.

Pemerintah daerah mengalokasikan dana dalam bentuk belanja modal dalam APBD dalam rangka untuk menambah aset tetap yang dimiliki oleh daerah. Faktor yang mempengaruhi Belanja Modal adalah Dana Transfer dari Pemerintah Pusat yaitu Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK).

Pengaruh Dana Alokasi Umum terhadap Belanja Modal

Menurut Amandemen UU Pemda No. 23 Tahun 2014 Dana Alokasi Umum (DAU) adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.

Dalam implikasinya DAU dialokasikan kepada setiap daerah dalam rangka menjalankan kewenangan pemerintah daerah dalam memberikan pelayanan dan fasilitas publik kepada masyarakat.

Pemerintah daerah banyak yang mengandalkan DAU dikarenakan

kemampuan

keuangannya lemah sehingga DAU

digunakan untuk membiayai segala

kegiatan pemerintahannya, karena

DAU merupakan salah satu sumber

pendanaan bagi daerah dalam

pelaksanaan desentralisasi. DAU

memiliki keterkaitan dengan belanja

daerah (Belanja Modal), karena

bantuan berupa DAU yang

dikirimkan dari pemerintah pusat

kepada pemerinah daerah

(8)

dipergunakan untuk mendanai kegiatan atau program pemerintah daerah melalui belanja daerah terutamanya Belanja Modal. Setiap transfer DAU yang diterima daerah akan ditujukan untuk belanja pemerintah daerah. Sehingga alokasi dana perimbangan (DAU, DAK, dan DBH) dialokasikan dalam bentuk belanja daerah baik untuk belanja rutin dan Belanja Modal.

Pengaruh Dana Alokasi Khusus terhadap Belanja Modal

Dana Alokasi Khusus (DAK) merupakan dana yang bersumber dari APBN yang dialokasikan kepada pemerintah daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional. DAK yang dialokasikan melalui APBN oleh pemerintah pusat dan diberikan kepada pemerintah daerah untuk peningkatan keperluan daerah sesuai dengan kebijakan dan program nasional yaitu untuk meningkatkan infrastruktur sarana dan prasarana, fasilitas publik melalui peningkatan Belanja Modal. Pemberian bantuan pemerintah pusat melalui DAK untuk pemerintah daerah salah satu tujuannya yaitu untuk membiayai kebutuhan penyediaan sarana dan prasarana fisik terutamanya infrastruktur.

Pengaruh Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus terhadap Belanja Modal

Dana perimbangan merupakan sumber pendapatan daerah yang berasal dari APBN untuk mendukung pelaksanaan kewenangan pemerintah daerah dalam mencapai tujuan

pemberian otonomi kepada daerah, yaitu terutama peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang semakin baik. Dana Alokasi Khusus (DAK) adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah. Tujuan tersendiri dari DAK adalah APBD memuat prioritas-prioritas pembangunan, terutama prioritas kebijakan dan target yang akan dicapai melalui belanja daerah (Belanja Modal). Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus ini merupakan salah satu sumber pendanaan untuk Belanja Modal. Hal ini mengidentifikasikan bahwa terdapat hubungan antara Belanja Modal dengan Pemberian dana transfer dari pemerintah pusat dengan alokasi anggaran pengeluaran daerah melalui Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK).

C. METODELOGI PENELITIAN Rancangan Penelitian

Metode Penelitian yang akan

digunakan adalah Metode Deskriptif

dan Metode Asosiatif yang dimana

Metode Deskriptif adalah untuk

mengetahui keberadaan variabel

mandiri, baik hanya pada satu variabel

atau lebih dan Metode Asosisatif

adalah untuk mengetahui hubungan

dua variabel atau lebih. Untuk

mengetahui hubungan variabel

terikat yaitu Anggaran Belanja Modal

dengan variabel bebas yaitu Dana

Alokasi Umum (DAU) dan Dana

Alokasi Khusus (DAK)

(9)

pada Pemerintah Kota Sukabumi Periode Tahun 2015-2019. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif.

Menurut Sugiyono (2017: 8) metode kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif atau statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah laporan Realisasi Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Kota Sukabumi Periode Tahun 2015-2019.

Jumlah populasi ini mencakup laporan Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus, dan Anggaran Belanja Daerah se-Kota Sukabumi selama lima tahun dari tahun 2015- 2019.

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan RAPBD Kota Sukabumi selama lima tahun, yakni periode tahun 2015-2019.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan sampling jenuh.

Menurut Sugiyono (2017:85) sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Istilah lain sampel jenuh adalah sensus, dimana semua anggota populasi dijadikan sampel.

Berdasarkan pertimbangan tersebut maka ditetapkan sampel dalam penelitian ini sebanyak 5 tahun kebelakang laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Pemerintah Kota Sukabumi.

Metode Pengumpulan Data

Pada penelitian ini metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode dokumentasi.

Dokumentasi adalah catatan peristiwa yang sudah berlalu.

Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya monumental dari seseorang. Data yang digunakan berupa data sekunder yang berasal dari Laporan Realisasi APBD yang didapatkan langsung dari Kantor Badan Pengelolaan Keuangan Daerah (BPBD) Kota Sukabumi.

Metode ini digunakan untuk memperoleh data mengenai data DAU, DAK, Anggaran Belanja Modal dalam laporan Realisasi APBD Tahun 2015-2019.

Definisi Operasional Variabel

Variabel yang digunakan

adalah variabel bebas (Variabel

Independen) adalah variabel yang

mempengaruhi atau yang menjadi

sebab yaitu, Dana Alokasi Umum

(X 1 ) dan Dana Alokasi Khusus (X 2 ),

sedangkan variabel terikat (Variabel

Dependen) adalah variabel yang

dipengaruhi atau yang menjadi akibat

yaitu, Belanja Modal (Y).

(10)

Tabel 1.2.

Operasional Variabel

Rumus uji t menurut (Sugiyono, 2017:230).

Keterangan:

t : Nilai t hitung r : koefisien korelasi n : jumlah sampel

Kriteria untuk penerimaan atau penolakan hipotesis nol (H 0 ) yang digunakan adalah sebagai berikut:

H 0 diterima apabila t hitung berada di daerah penerimaan H 0 , dimana t hitung

< t tabel.

H 0 ditolak apabila t hitung berada di daerah penolakan H 0 dimana t hitung >

t tabel.

Sumber: Diolah dan dikembangkan berdasarkan teori

Uji Hipotesis

Penetapan hipotesis akan dilakukan dengan menggunakan tingkat signifikansi 0,05 (5%).

Tingkat signifikansi ini dipilih karena dinilai cukup ketat untuk mewakili dalam pengujian ketiga variabel tersebut dan merupakan tingkat signifikansi yang umum digunakan dalam penelitian ilmu- ilmu sosial.

Dalam penelitian ini melakukan pengujian secara Parsial (uji t) dan pengujian secara Simultan (uji f).

1. Uji t

Sugiyono (2017:235) Uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh atau mengetahui hubungan antara variabel independen dan dependen, dimana salah satu variabel

independennya dibuat

tetap/dikendalikan.

Apabila H 0 diterima, maka hal ini menunjukan bahwa variabel independen tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen dan sebaliknya apabila H 0

ditolak, maka variabel independen berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen.

2. Uji F

Sugiyono (2017:223) Uji F digunakan untuk mengetahui kuatnya hubungan antara dua variabel independen secara bersama-sama atau lebih dengan mempengaruhi variabel dependen. Rumus Uji F menurut (Sugiyono, 2017:235).

Keteragan:

R = Koefisien korelasi ganda k = Jumlah variabel independen n = Jumlah anggota sampel Dk = (n-k-1) Derajat kebebasan Hipotesis yang diajukan:

𝐹ℎ = (1−R 2 𝑅 /𝑘 )(𝑛−𝑘−1) 2 r√n − 2 𝑡 =

√1 − r 2

(11)

- Hipotesis Nol (H 0 ) : p = 0 (tidak ada kesesuaian)

- Hipotesis Alternatif (H a ) : p ≠ 0 (ada hubungan/kesesuian)

Jika F hitung > F tabel maka H 0

ditolak dan H a diterima. Jadi koefisisen korelasi ganda yang ditemukan adalah signifikan (dapat diberlakukan untuk populasi dimana sampel diambil).

Uji Asumsi Klasik

Untuk mendapatkan ketepatan model yang akan dianalisis perlu dilakukan pengujian asumsi klasik karena data yang akan dimasukan dalam model regresi berganda harus memenuhi ketentuan dan syarat dalam regresi berganda, uji asumsi klasik tersebut antara lain adalah:

1. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Uji statistik yang digunakan untuk menguji normalitas residual adalah dengan uji statistik non parametik Kolmogrov-Smirnov (Ghozali, 2011:160).

2. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Untuk mengukur multikolinieritas dapat dilakukan dengan melihat nilai tolerance dan VIF (Variance Inflation Factor). Jika nilai tolerance

≤ 0,1 dan VIF ≥ 10, mengartikan bahwa data tersebut terjadi multikolinieritas. Jika nilai tolerance

≥ 0,1 dan VIF ≤ 10, maka dapat diartikan tidak terdapat

multikolinieritas dalam data penelitian tersebut.

3. Uji Autokorekasi

Uji Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi antar kesalahan pengganggu pada periode t- 1 (sebelumnya). Adapun uji yang digunakan untuk mencari masalah autokorelasi ini adalah uji Durbin- Watson (DW test).

4. Uji Heterokedastisitas

Uji Heterokedastisitas merupakan suatu keadaan terjadi ketidaksamaan varian dari residual untuk semua pengamatan pada model regresi. Adapun uji heterokedastisitas yang dilakukan dalam penelitian ini adalah Uji Glejser. Uji ini dilakukan dengan mengkorelasikan nilai absolut residual dengan masing- masing variabel independen (Ghozali, 2011:142). Apabila nilai signifikansi pada uji t < 0,05 maka terdapat

indikasi masalah heterokedastisitas pada model regresi tersebut.

Analisis Hubungan

Untuk menghitung besarnya derajat hubungan antara variabel, penulis menggunakan beberapa analisis yaitu:

1. Analisis Deskriptif

Menurut Sugiyono (2017:147)

statistik deskriptif adalah statistik

yang digunakan untuk menganalisis

data dengan cara mendeskripsikan

atau menggambarkan data yang telah

terkumpul sebagaimana adanya tanpa

bermaksud membuat kesimpulan

yang berlaku untuk umum atau

generalisasi.

(12)

2. Analisis Korelasi

Menurut Sugiyono (2016:57) uji korelasi adalah untuk menguji apakah dua variabel bebas dan variabel terikat mempunyai hubungan yang kuat ataukah tidak kuat, apakah hubungan tersebut positif atau negatif.

Untuk mengetahui besarnya derajat hubungan antara variabel, penulis menggunakan Sperman Rank.

Untuk melihat derajat keeratan antara variabel independen dan variabel dependen digunakan kriteria Champion.

4. Analisis Regresi Linier Berganda

Menurut Sugiyono (2017:275) regresi linier berganda merupakan regresi yang dimiliki satu variabel dependen dan dua atau lebih variabel independen. Analisis regresi berganda digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel independen secara bersama- sama terhadap variabel dependen.

Hubungan antar variabel tersebut dapat digambarkan dengan persamaan sebagai berikut:

Tabel 1.3.

Kriteria Derajat Keeratan Koefisien Korelasi

Sumber: Sugiyono (2017:231) 3. Analisis Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi (R 2 ) digunakan untuk mengukur seberapa besar kemampuan suatu model dalam menerangkan variabel-variabel dependen (Ghozali, 2011:197).

Koefisien determinasi dapat dicari dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

KD = Koefisien determinasi r = Koefisien korelasi

Keterangan:

Y :Variabel dependen Belanja Modal X 1 : Variabel independen pertama Dana Alokasi Umum

X 2 : Variabel independen kedua Dana Alokasi Khusus

Α : Bilangan konstanta

b 1 : Koefisien regresi Dana Alokasi Umum

b 2 : Koefisien regresi Dana Alokasi Khusus

D. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Uji Asumsi Klasik 1. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk melihat apakah nilai residual terdistribusi normal atau tidak.

Adapun hasil uji normalitas menggunakan uji Kolmogorov- Smornov adalah sebagai berikut:

KD = r 2 x 100%

Y = α + b 1 . X 1 + b 2 . X 2

Koefisien Korelasi Tingkat

Keeratan

0,00 – 0,199 Sangat rendah

0,20 – 0,399 Rendah

0,40 – 0,599 Sedang

0,60 – 0,799 Kuat

0,80 – 1,000 Sangat kuat

(13)

Tabel 1.4.

Hasil Uji Normalitas

Sumber: data sekunder yang diolah, SPSS Version 16

Hasil uji normalitas dapat dilihat pada tabel di atas, nilai Kolmogorov- Smirnov 0,673 dengan profitabilitas signifikansi 0,755 lebih dari α = 0,05, berarti data terdistribusi secara normal, dan model regresi ini memenuhi uji normalitas.

2. Uji Multikolinieritas

Nilai yang umum dipakai untuk menunjukan adanya multikolinieritas yaitu jika nilai <

0,10 atau sama dengan nilai VIF > 10 (Ghozali, 2016). Adapun hasil uji multikolinieritas adalah sebagai berikut:

Tabel 1.5.

Hasil Uji Multikinieritas

Sumber: data sekunder yang diolah, SPSS Version 16

Berdasarkan tabel di atas menunjukan bahwa pada model regresi diketahui nilai tolerance 0,537 artinya lebih dari 0,10 dan VIF

kurang dari 10. Hasil pengujian ini mengindikasikan bahwa dalam model regresi yang digunakan dalam penelitian ini tidak terjadi gejala multikolinieritas.

3. Uji Heterokedastisitas

Uji heterokedastisitas digunakan untuk melihat apakah terdapat ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain.

Tabel 1.6.

Hasil Uji Heterokedastisitas

Sumber: data sekunder yang diolah, SPSS Version 16

Dari output di atas dapat diketahui bahwa nilai signifikansi kedua variabel independen lebih dari 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi masalah heterokedastisitas pada model regresi.

Uji Hipotesis Uji T

Hasil uji statistik t dapat dilihat dari tabel di bawah ini:

Tabel 1.7.

Hasil Uji T

Sumber: data sekunder yang diolah, SPSS Version 24

Berdasarkan hasil perhitungan

di atas, diketahui pada persamaan

(14)

pertama diperoleh nilai (t hitung)

dalam regresi menunjukan pengaruh Uji F

Hasil uji statistik F dapat variabel independen terhadap

variabel dependen sebagai berikut:

1. Variabel Dana Alokasi Umum (DAU) memiliki nilai t sebesar 0,921 dengan tingkat signifikansi 0,454 > 0,05 dan β sebesar 0,745 hal ini menunjukan bahwa variabel Dana Alokasi Umum tidak berpengaruh signifikan terhadap Belanja Modal.

2. Variabel Dana Alokasi Khusus (DAK) memiliki nilai t sebesar - 0,609 dengan tingkat signifikansi 0,604 > 0,05 dan β -0,493 hal ini menunjukan bahwa variabel Dana Alokasi Khusus tidak berpengaruh signifikan terhadap Belanja Modal.

Selain berdasarkan nilai signifikansi, uji t bisa dihitung berdasarkan perbandingan nilai hitung dan nilai tabel. Jika t hitung > t tabel maka variabel independen (X) secara parsial berpengaruh terhadap variabel dependen (Y). Untuk mencari nilai t tabel yaitu (α/2 ; n-k- 1) = (0,05/2 ; 5-2-1) = (0,025 ; 2) =

4,30265. Berdasarkan perbandingan nilai t hitung dan t tabel didapatkan hasil yaitu:

1. Variabel Dana Alokasi Umum memiliki nilai t hitung 0,921 <

4,30265 artinya variabel Dana Alokasi Umum (DAU) tidak berpengaruh terhadap Belanja Modal (Y).

2. Variabel Dana Alokasi Khusus memiliki nilai t hitung -0,609 <

4,30265 maka variabel Dana Alokasi Khusus (DAK) tidak berpengaruh secara parsial terhadap Belanja Modal (Y).

dilihat dari tabel di bawah ini:

Tabel 1.8.

Hasil Uji F

Sumber: data sekunder yang diolah, SPSS Version 24

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa nilai F sebesar 0,424 dengan nilai signifikansi sebesar 0,702 > 0,05. Hal ini menunjukan bahwa variabel-variabel independen tidak berpengaruh secara simultan terhadap variabel dependen yaitu Belanja Modal .

Selain berdasarkan nilai signifikansi, uji F bisa dihitung berdasarkan perbandingan nilai hitung dan nilai tabel. Jika F hitung > F tabel maka variabel independen secara simultan berpengaruh terhadap variabel dependen. Untuk mencari nilai F tabel yaitu (k ; n – k)

= (2 ; 5-2)= (2 ; 3) = 9,55.

Berdasarakan nilai F hitung dan F tabel sebesar 0,424 < 9,55 maka hal ini menunjukan bahwa variabel Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK) tidak mempengaruhi secara simultan terhadap Belanja Modal.

Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif digunakan

untuk memberikan gambaran

mengenai variabel-variabel dan

(15)

yaitu variabel Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus dan Belanja Modal.

Tabel 1.9.

Hasil Uji Deskriptif

Sumber: data sekunder yang diolah, SPSS Version 16

Pada tabel di atas terlihat bahwa nilai minimum DAU terdapat pada tahun 2015 sebesar Rp.487.739.457.000 dan paling besar yaitu pada tahun 2019 sebesar Rp.519.590.243.000. Standar deviasi dari Dana Alokasi Umum ini sebesar Rp.12.122.358.000 hal ini menggambarkan bahwa jarak antar tahun dalam penerimaan Dana Alokasi Umum sebesar Rp.12.122.358.000. Rata-rata dari Dana Alokasi Umum ini sebesar Rp.5.007.580.002. Dari 5 sampel setiap tahun penerimanan DAU di atas rata-rata.

Dana Alokasi Khusus (DAK) nilai minimumnya terdapat pada tahun 2015 yaitu sebesar Rp.36.045.860.000. Nilai maksimum menunjukan penerimaan DAK terbesar yaitu pada tahun 2019 sebesar RP.163.269.542.000. Standar deviasi DAK yaitu sebesar Rp.52.554.008.000 dimana nilai ini menunjukan bahwa jumlah DAK antar tahun. Nilai rata-rata DAK adalah Rp.2.432.950.002. Nilai DAK pada Pemerintah Kota Sukabumi setiap tahun di atas rata-rata.

Belanja Modal pada tabel di atas bahwa nilai minimum sebesar Rp.175.634.676.528 terdapat pada tahun 2018. Belanja Modal terbesar sebanyak Rp.276.444.021.641 pada tahun 2019. Nilai rata-rata Belanja Modal pada Pemerintah Kota Sukabumi yaitu sebesar Rp.2.432.950.002. Belanja Modal dari tahun 2015-2019 pada Pemerintah Kota Sukabumi setiap tahun nilainya di atas rata-rata.

Standar deviasi sebesar Rp.39.481.001.000 artinya jarak antar tahun Belanja Modal sebesar Rp.

39.481.001.000.

Analisis Korelasi 1. Analisis Korelasi X1

Tabel 1.10.

Hasil Uji Korelasi X1

Sumber: data sekunder yang diolah, SPSS Version 16

Berdasarkan tabel di atas, nilai signifikansi Dana Alokasi Umum (DAU) (X 1 ) dengan Belanja Modal (Y) adalah 0,553 > 0,05 yang berarti tidak terdapat korelasi yang signifikan.

Derajat hubungan antar

variabel X 1 dan Y dilihat dari nilai

Correlation Coefficient sebesar 0,359

artinya Dana Alokasi Umum tidak

berhubungan secara positif terhadap

Belanja Modal dengan derajat

hubungan korelasi rendah.

(16)

2. Analisis Korelasi X2 Tabel 1.11.

Hasil Uji Korelasi X2

Sumber: data sekunder yang diolah, SPSS Version 16

Berdasarkan nilai signifikansi output di atas diketahui Dana Alokasi Khusus (DAK) (X 2 ) dengan Belanja Modal (Y) nilai signifikansi 0,188 >

0,05 yang berarti tidak terdapat korelasi yang signifikan.

Derajat hubungan antara X 2 dan Y dilihat dari nilai Corelation Coeffisient sebesar 0,700 artinya Dana Alokasi Khusus tidak berhubungan secara positif terhadap Belanja Modal dengan derajat hubungan kuat.

3. Analisis Korelasi Berganda Tabel 1.12.

Hasil Uji Korelasi berganda

Sumber: data sekunder yang diolah, SPSS Version 16

Dari hasil output analisis korelasi berganda di atas di peroleh nilai signifikansi F Change 0,702 >

0,05 maka dapat disimpulkan bahwa antara variabel Dana Alokasi Umum (X 1 ) dan Dana Alokasi Khusus (X 2 ) secara simultan tidak berhubungan dengan variabel Belanja Modal (Y).

Untuk melihat tingkat keeratan

hubungan tersebut terdapat pada nilai R (Koefisien Korelasi) sebesar 0,546 yang berarti berhubungan positif dan keeratannya berkategori korelasi sedang.

Analisis Koefisien Determinasi Koefisien determinasi (R 2 ) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan suatu model dalam menerangkan variasi variabel dependen.

Tabel 1.13.

Hasil Uji Koefisien Determinasi

Sumber: data sekunder yang diolah, SPSS Version 24

Tabel di atas menunjukan hasil analisis nilai koefisien determinasi pada nilai R Square sebesar 0, 298 atau 29,8%. Hal ini menunjukan bahwa variabel Belanja Modal (Y) yang dapat dipengaruhi oleh variabel Dana Alokasi Umum (X 1 ) dan Dana Alokasi Khusus (X 2 ) adalah sebesar 29,8%. Sedangkan sisanya sebesar 70,2% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dijelaskan dan dibahas dalam penelitian ini.

Analisis Regresi Linier Berganda Analisis regresi berganda digunakan untuk mendapatkan koefisien regresi yang akan menentukan apakah hipotesis yang dibuat akan diterima atau ditolak.

Atas dasar hasil analisis regresi dengan menggunakan α sebesar 5%

diperoleh hasil pengujian sebagai

berikut:

(17)

Tabel 1.14.

Hasil Uji Regresi Linier Berganda

Sumber: data sekunder yang diolah, SPSS Version 16

Berdasarkan hasil analisis regresi berganda di atas di peroleh persamaan regresi sebagai berikut:

Y = -923.304 + 2,425X 1 – 0,370X 2

Hasil analisis regresi linier berganda yang masih berbentuk angka dapat dijelaskan dalam bahasa yang mudal dipahami sebagai mana berikut:

1. Konstanta

Dana Alokasi Umum (X 1 ) dan Dana Alokasi Khusus (X 2 ) bernilai 0 satuan, maka Belanja Modal (Y) akan mencapai - 923.304.

2. (b 1 ) = 2,425

Nilai 2,425 merupakan koefisien regresi yang menunjukan bahwa setiap adanya upaya penambahan sebesar 1 satuan Dana Alokasi Umum (X 1 ) maka akan menaikan Belanja Modal (Y) sebesar 24,25%

dengan asumsi (X 2 ) tetap.

Sebaliknya setiap penurunan 1 satuan Dana Alokasi Umum (X 1 ) akan menurunkan Belanja Modal (Y) sebesar 24,25%. Karena signifikansinya lebih besar dari Alpha (0,454 > 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa variabel Dana Alokasi Umum (X 1 ) memberikan pengaruh lemah terhadap variabel Belanja Modal (Y).

3. (b 2 ) = -0,370

Nilai -0,370 merupakan koefisien regresi yang menunjukan bahwa setiap upaya penambahan sebesar 1 satuan Dana Alokasi Khusus (X 2 ) akan menurunkan Belanja Modal (Y) sebesar -37% dengan asumsi (X 1 ) tetap. Sebaliknya setiap penurunan 1 satuan Dana Alokasi Khusus (X 2 ) akan menaikan Belanja Modal (Y) sebesar -37%. Karena signifikansinya lebih besar dari Alpha (0,604 > 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa variabel Dana Alokasi Khusus (X 2 ) memberikan pengaruh yang lemah terhadap variabel Belanja Modal (Y).

Pembahasan Hasil Analisis Data Pengaruh Dana Alokasi Umum terhadap Belanja Modal

Berdasarkan hasil analisis

korelasi Sperman Rank nilai

signifikan Dana Alokasi Umum

(DAU) (X 1 ) dengan Belanja Modal

(Y) adalah 0,494 > 0,05 yang berarti

tidak terdapat korelasi yang

signifikan. Derajat hubungan antar

variabel X 1 dan Y dilihat dari nilai

Correlation Coefficient sebesar 0,359

artinya Dana Alokasi Umum tidak

berhubungan secara positif terhadap

Belanja Modal dengan derajat

hubungan korelasi rendah. Uji

hipotesis menyatakan bahwa Dana

Alokasi Umum tidak berpengaruh

terhadap Belanja Modal pada

Pemerintah Kota Sukabumi tahun

2015-2019. Hal ini ditunjukan

dengan angka nilai signifikansi

sebesar 0,454 nilai ini lebih besar

dibandingkan dengan 0,05 dan nilai t

hitung 0,921 < 4,30265.

(18)

Hal ini berarti setiap terjadi kenaikan Dana Alokasi Umum tidak mempengaruhi naiknya Belanja Modal begitu juga sebaliknya apabila DAU menurun belum tentu Belanja Modal juga menurun. Belanja Modal di Pemerintah Kota Sukabumi lebih digunakan untuk Belanja Pegawai dari pada digunakan untuk Belanja Modal. Hal ini bisa terjadi karena dalam peraturan perundang- undangan pemerintah daerah tidak di wajibkan menggunakan DAU untuk Belanja Modal, sehingga oleh pemerintah daerah DAU bisa di manfaatkan untuk pengalokasian belanja lainnya.

Berdasarkan fenomena yang terjadi, Anggaran Dana Alokasi Umum pada tahun 2015-2016 mengalami kenaikan tetapi Belanja Modalnya terjadi penurunan sehingga Dana Alokasi Umum tidak berpengaruh signifikan terhadap Belanja Modal.

Pengaruh Dana Alokasi Khusus terhadap Belanja Modal

Hasil analisis Korelasi Sperman Rank nilai signifikansi Dana Alokasi Khusus (X 2 ) dengan Belanja Modal (Y) yaitu 0,188 > 0,05 yang berarti tidak terdapat korelasi yang signifikan. Derajat hubungan antara X 2 dan Y dilihat dari nilai Corelation Coeffisient sebesar 0,700 artinya Dana Alokasi Khusus tidak berhubungan secara positif terhadap Belanja Modal dengan derajat hubungan kuat. Uji hipotesis menunjukan bahwa nilai t sebesar -0,609 dengan tingkat signifikansi 0,604 > 0,05 dan β - 0,493 hal ini menunjukan bahwa variabel Dana Alokasi Khusus tidak berpengaruh signifikan terhadap

Belanja Modal. Maka dapat disimpulkan bahwa Dana Alokasi Khusus tidak berpengaruh signifikan terhadap Belanja Modal (Y).

Dengan adanya pengalokasian Dana Alokasi Khusus diharapkan dapat mempengaruhi pengalokasian Anggaran Belanja Modal karena Dana Alokasi Khusus cenderung akan menambah aset tetap yang dimiliki oleh pemerintah guna meningkatkan pelayanan publik.

Dalam kenyataannya dengan jumlah DAK yang diterima pemerintah daerah cukup besar tidak diimbangi dengan efektifinya tatakelola implementasi DAK bagi pembangunan di daerah. Justru DAK yang begitu besar diterima oleh pemerintah daerah masih banyak dialokasikan untuk belanja pegawai bukan untuk Belanja Modal.

Pengaruh Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus secara bersama-sama terhadap Belanja Modal

Dengan analisis korelasi

berganda di atas di peroleh nilai

signifikansi F Change 0,702 > 0,05

membuktikan bahwa antara variabel

Dana Alokasi Umum (X 1 ) dan Dana

Alokasi Khusus (X 2 ) secara bersama-

sama tidak berhubungan terhadap

variabel Belanja Modal (Y). Tingkat

keeratan hubungan tersebut sebesar

0,546 yang berarti keeratannya

berkategori korelasi sedang. Hasil

analisis koefisien determinasi pada

nilai R Square sebesar 0, 298 atau

29,8%. Hal ini menunjukan bahwa

variabel Belanja Modal (Y) yang

dapat dipengaruhi oleh variabel Dana

Alokasi Umum (X 1 ) dan Dana

Alokasi Khusus (X 2 ) adalah sebesar

29,8%. Sedangkan sisanya sebesar

(19)

70,2% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dijelaskan dan dibahas dalam penelitian ini.

Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan di atas dapat disimpulkan bahwa Dana Alokasi Umum (X1) dan Dana Alokasi Khusus (X 2 ) secara bersama-sama tidak berpengaruh signifikan terhadap Belanja Modal (Y) pada Pemerintah Kota Sukabumi tahun 2015-2019.

E. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat diambil kesimpulan bahwa:

1. Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus dan Belanja Modal pada Pemerintah Kota Sukabumi Tahun 2015-2019 mempunyai peranan yang penting, hal ini ditunjukan dengan nilai korelasi determinasi mempunyai pengaruh yang positif.

2. Dana Alokasi Umum tidak berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap Belanja Modal pada Pemerintah Kota Sukabumi Tahun 2015-2019. Hal ini ditunjukan dengan Angka signifikansi korelasi sebesar 0,553 atau 55,3% dan angka koefisien korelasi sebesar 0,359 atau 35,9%

artinya mempunyai derajat hubungan yang rendah.

3. Dana Alokasi Khusus tidak berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap Belanja Modal pada Pemerintah Kota Sukabumi Tahun 2015-2019. Hal ini ditunjukan dengan angka signifikansi korelasi sebesar 0,188 atau 18,8% dan koefisien korelasi sebesar 0,700 atau 70% artinya

mempunyai derajat hubungan yang kuat.

4. Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus secara bersama- sama tidak berpengaruh terhadap Belanja Modal pada Pemerintah Kota Sukabumi pada Tahun 2015- 2019. Hal ini ditunjukan dengan angka nilai koefisien korelasi sebesar 0,546 dan koefisien determinasi sebesar 0,298 atau 29,8%.

Saran

Berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan serta keterbatasan penelitian di atas, maka peneliti memberikan saran sebagai berikut:

1. Bagi pemerintah daerah diharapkan dapat mampu mengelola dan memanfaatkan sepenuhnya Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus dengan baik untuk meningkatkan mutu pelayanan publik.

2. Penelitian selanjutnya pengumpulan data menggunakan observasi supaya dapat dijelaskan secara kualitatif hal-hal apa saja yang mempengaruhi Belanja Modal pada Pemerintah Kota Sukabumi.

3. Bagi peneliti selanjutnya dapat menggunakan data yang lebih lengkap dengan rentang periode waktu penelitian yang panjang sehingga dapat dilakukan generalisasi secara tepat.

4. Variabel yang digunakan pada

penelitian yang akan datang

diharapkan lebih lengkap dan

bervariasi dengan menambah

variabel independen lainnya yang

mempengaruhi Belanja Modal.

(20)

DAFTAR PUSTAKA

A.Yusuf. dan S. Agus. (2017).

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), dan Dana Alokasi Khusus (DAK) terhadap Alokasi Belanja Modal pada Kabupaten/Kota di Pulau Jawa.

Jurnal Telaah dan Riset Akuntansi, 10(2): 142-145.

Ghozali, Imam., (2011). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Edisi V. Badan Penerbit UNDIP. Semarang.

Halim, Abdul., dan Kusufi, Muhammad, Syam. (2012).

Akuntansi Sektor Publik Akuntansi Keuangan Daerah.

Edisi 4. Jakarta: Salemba Empat.

Halim, Abdul. (2014). Manajemen Keuangan Sektor Publik:

Problematika Penerimaan dan Pengeluaran Pemerintah.

Jakarta: Salemba Empat.

Made, A.J., dan N.P. Santi Suryantini.

(2018). Pengaruh PAD, DAU, dan DAK terhadap Belanja Modal Kota dan Kabupaten di Provinsi Bali. Jurnal Manajemen Unud. 7(3): 1263- 1265.

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 145/PMK. 07/2013 tentang Pengalokasian Anggaran Transfer ke Daerah.

Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2004 tentang Standar Akuntansi pemerintahan.

Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.

Santika, A.K. (2017). Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi Khusus terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten dan Kota di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011-2014. Skripsi.

Universitas Negeri Yogyakarta.

Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

, (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:

Alfabeta.

Sunyoto, D. (2007). Analisis Regresi dan Korelasi Bivariat Ringkasan dan Kasus.

Yogyakarta: Amara Books.

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah.

Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

Undang-undang Nomor 55 Tahun

2005 tentang Dana perimbangan.

(21)

Referensi

Dokumen terkait

In this study, we have experimented with multi-temporal Landsat 7 and Landsat 8 high resolution satellite data, coupled with the corresponding hyperspectral data from a

Ketidakmampuan pihak reasuradur untuk memenuhi kewajiban pembayaran klaim ( schedule f) 0 4 Jumlah dana yang diperlukan untuk mengantisipasi risiko kerugian yang mungkin

Bentuk struktur utama yang mel- engkung, menjadikan beban yang bekerja hanya meng- akibatkan gaya aksial berupa tekan saja, hal ini merupakan keuntungan tersendiri bagi

Dalam pembahasan masalah ini yang akan dibahas adalah mengenai cara pembuatan dari mulai menentukan struktur navigasi, membuat peta navigasi, membuat disain antarmuka,

Dari pertidaksamaan tersebut, dapat disimpulkan, bahwa apabila flow x bukan merupakan solusi optimal dari minimum cost flow , maka nilai ( ) ε x tidak akan pernah bertambah,

9 Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis faktor risiko panjang badan lahir, status ekonomi keluarga, tingkat pendidikan dan tinggi badan orang tua

Masalah yang kami kaji dalam penelitian ini adalah melakukan perbaikan prototipe protesa yang dilakukan pada penelitian sebelumnya baik dari segi desain dan

Allah adalah pemilik mutlak, sedangkan manusia memegang hak milik relative. Artinya, manusia hanyalah sebagai penerima titipan, pemegang amanah yang harus