ANALISIS PERAN SEKTOR PERTANIAN
TERHADAP PEREKONOMIAN KABUPATEN LEBAK
PROVINSI BANTEN
Taufik Abi Rohman
11140920000062
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2021 M / 1442 H
ANALISIS PERAN SEKTOR PERTANIAN
TERHADAP PEREKONOMIAN KABUPATEN LEBAK
PROVINSI BANTEN
Oleh
Taufik Abi Rohman
11140920000062
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Pada Program Studi Agribisnis
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2021 M / 1442 H
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi yang berjudul “Analisis Peran Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Kabupaten Lebak Provinsi Banten”, telah diuji dan dinyatakan lulus dalam Sidang Munaqosah Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Program Studi Agribisnis
Menyetujui
Penguji I Penguji II
Dr. Ir. Iwan Aminudin, M.Si. Titik Inayah, M.Si. NIP.1970223 201411 1 001
Pembimbing I Pembimbing II
Prof. Dr. Ujang Maman, M.Si. Ir. Junaidi, M.Si. NIP. 19620716 200003 1 001 NIP. 19660508 201411 1 004
Mengetahui,
Dekan, Ketua
Fakultas Sains Dan Teknologi Program Studi Agribisnis
Ir. Nashrul Hakiem, M.T., Ph.D. Akhmad Mahbubi, M.M., Ph.D. NIP.19710608 200501 1 005 NIP. 19811106 201101 1 001
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.
Jakarta, Juli 2021
Taufik Abi Rohman 11140920000062
i DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Data Diri :
Nama : Taufik Abi Rohman
Usia : 25 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Jl. LUK Bakti Jaya RT 05/RW 02 No. 201, Kel. Bakti Jaya, Kec. Setu, Tangerang Selatan
Status : Belum Menikah Tinggi/Berat Badan : 165 cm/ 51kg Telepon (HP) : 083894698762
Email : taufikaby11@gmail.com
Riwayat Pendidikan :
1. 2001 sampai 2003 TK Bhayangkari 025 LEMDIKLAT SELAPA POLRI 2. 2003 sampai 2008 SD Negeri Pamulang Indah
3. 2008 sampai 2011 MTsN 1 Tangerang Selatan 4. 2011 sampai 2014 SMA Negeri 6 Tangerang Selatan 5. 2014 sampai 2021 S1 Jurusan Agribisnis UIN Jakarta Pengalaman Organisasi
1. Anggota ROHIS SMAN 6 Tangerang Selatan 2. Anggota Himpunan Mahasiswa Jurusan Agribisnis
Pengalaman Kerja
1. Magang di Balai Bioteknologi Puspitek Tangerang Selatan periode 1 September 2018- 31 November 2018
ii RINGKASAN
Taufik Abi Rohman, Analisis Peran Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Kabupaten Lebak Provinsi Banten. Di bawah bimbingan Ujang Maman dan Junaidi
Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah terciptanya pertumbuhan ekonomi serta pemerataan pembangunan. Agar dapat tercapainya sasaran pembangunan tersebut, diperlukan perencanaan dan strategi pembangunan ekonomi yang baik. Umumnya pembangunan ekonomi suatu daerah berkaitan erat dengan potensi ekonomi dan karakteristik yang dimiliki daerah tersebut. Pada dasarnya pembangunan adalah tugas dan tanggung jawab dari masing-masing daerah salah satunya Kabupaten Lebak Provinsi Banten. Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu kegiatan usaha yang dilakukan oleh pemerintah daerah bersama-sama dengan masyarakat di daerah tersebut. Untuk mendukung perkembangan dan penigkatan ekonomi perlu diketahui sektor dan komoditas apa saja yang memiliki potensi dan daya saing untuk dikembangkan sehingga bisa dijadikan prioritas utama dalam pembangunan perekonomian daerah di Kabupaten Lebak.
Tujuan penelitian ini adalah : 1) Untuk menganalisis komoditas unggulan pertanian di Kabupaten Lebak. 2) Untuk menganalisis posisi komoditas unggulan pertanian Kabupaten Lebak dimasa yang akan datang. 3) Untuk menganalisis perubahan posisi komoditas sektor pertanian dalam perekonomian Kabupaten Lebak pada saat ini dan masa mendatang.
Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa nilai produksi komoditas Kabupaten Lebak periode 2016-2020 dan data produksi komoditas Provinsi Banten periode 2016-2020, dengan hanya mengkhususkan komoditas subsektor tanaman pangan, subsektor hortikultura, subsektor perkebunan dan subsektor peternakan. Untuk mengetahui komoditas uggulan subsektor pertanian saat ini dengan menggunakan metode Location Quetient. Sedangkan untuk mengetahui posisi komoditas ungulan pada masa mendatang dengan menggunakan metode analisis Dynamic Location Quotient, serta untuk mengetahui perubahan posisi komoditas unggulan dengan menggunakan analisis gabungan Location Quetient dan Dynamic Location Quetiont.
Kata Kunci : Subsektor pertanian, komoditas unggulan pertanian, Location Quotient dan Dynamic Location
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala segala nikmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Tulisan ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Program Studi Agribisnis, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Salawat dan salam untuk Nabi Muhammad SAW.
Penyelesaian karya ilmiah ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Penulis dengan penuh rasa hormat menyampaikan terima kasih kepada mereka yang telah memberikan bantuan dan dukungan, baik langsung ataupun tidak langsung, sehingga penulis dapat merampungkan tugas akhir perkuliahan ini. Secara khusus, penulis menghaturkan terima kasih kepada:
1. Kedua orangtua, Bapak dan Ibu serta Adik tercinta atas segala doa, kasih sayang, pengorbanan, nasihat dan dukungan mereka
2. Dosen pembimbing skrpsi, Bapak Prof. Dr. Ujang Maman, M.Si dan Bapak Ir. Junaidi, M.Si, atas bimbingan, arahan, perhatian dan ilmu mereka sampai skripsi ini selesai
3. Dosen pembimbing akademik ibu Dr. Lilis Imamah M.Si atas bimbingan, perhatian, ilmu dan arahan beliau
4. Ketua dan Sekretaris Program Studi Agribisnis Fakultas Sains dan Teknologi, Bapak Akhmad Mahbubi, S.P.,M.M.,Ph.D dan Ibu Rizki Adi
iv Puspita Sari, S.P, M.M atas dukungan kepada penulis dalam menimba ilmu pengetahuan dan menjalani seluruh proses akademik
5. Pada dosen Program Studi Agribisnis yang telah memberikan ilmu, pengetahuan, wawasan dan pengalaman mereka sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
6. Sahabat sahabat penulis yang telah memberikan dukungan
7. Teman-teman Agribisnis 2014 atas suka dan duka, canda tawa serta keberhasilan selama ini
8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu yang telah banyak membantu dalam penulisan skripsi ini.
Semoga karya ini bermanfaat bagi pembaca, penulis, dan mahasiswa. Akhirnya hanya kepada Allah semua kebaikan itu diserahkan, dan segala amal baik kita diterima oleh-Nya, Aamiin Ya Rabbal’Alamiin.
v DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix BAB I PENDAHULUAN ... 1 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Rumusan Masalah ... 8 1.3 Tujuan Penelitian ... 11 1.4 Manfaat Penelitian ... 11
1.5 Ruang Lingkup Penelitian ... 12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 14
2.1 Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi ... 14
2.2 Pembangunan Ekonomi Daerah ... 17
2.3 Pendapatan Regional ... 20
2.3.1 Produk Domestik Regional Bruto ... 22
2.4 Pertanian dan Perannya dalam Pembangunan Perekonomian ... 24
2.4.1 Ruang Lingkup Pertanian ... 26
2.4.2 Ekonomi Pertanian ... 26
2.4.3 Peran Pertanian dalam Pembangunan Ekonomi ... 27
2.5 Pengembangan sektor Unggulan sebagai Strategi Pembangunan Ekonomi Daerah ... 30
2.6 Penelitian Terdahulu ... 38
2.7 Kerangka Pemikiran ... 44
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 45
vi
3.2 Jenis dan Sumber Data ... 45
3.3 Metode Pengumpulan Data ... 46
3.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 46
3.3.1 Analisis Location Quotient ... 47
3.3.2 Analisis Dynamic Location Quotient ... 48
3.3.3 Gabungan LQ dan DLQ ... 50
BAB IV GAMABARAN UMUM ... 52
4.1 Kondisi Wilayah Kabupaten Lebak ... 52
4.2 Kondisi Penduduk ... 54
4.3 Kondisi Perekonomian ... 54
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ... 58
5.1 Komoditas Unggulan Sektor Pertanian Kabuaten Lebak Periode 2016-2020 ... 58
5.1.1 Komoditas Unggulan Tanaman Pangan ... 59
5.1.2 Komoditas Unggulan Hortikultura ... 61
5.1.3 Komoditas Unggulan Perkebunan ... 63
5.1.2 Komoditas Unggulan Peternakan ... 65
5.2 Komoditas Unggulan Sektor Pertanian Kabupaten Lebak Dimasa Mendatang ... 66
5.2.1 Analisis Dynamic Location Quotient ... 66
5.2.1.1 Komoditas Unggulan Tanaman Pangan Dimasa Mendatang ... 67
5.2.1.2 Komoditas Unggulan Hortikultura Dimasa Mendatang ... 69
5.2.1.3 Komoditas Unggulan Perkebunan Dimasa Mendatang ... 71
5.2.1.4 Komoditas Unggulan Peternakan Dimasa Mendatang ... 72
5.2.2 Gabungan Analisis LQ dan DLQ ... 76
5.2.2.1 Reposisi Komoditas Unggulan Tanaman Pangan ... 76
5.2.2.2 Reposisi Komoditas Unggulan Hortikultura ... 77
5.2.2.3 Reposisi Komoditas Unggulan Perkebunan ... 78
5.2.2.3 Reposisi Komoditas Unggulan Peternakan ... 80
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 82
6.1 Kesimpulan ... 82
vii DAFTAR PUSTAKA ... 85 LAMPIRAN ... 88
viii DAFTAR TABEL
Halaman 1. PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Kabupaten/Kota di
Provinsi Banten Tahun 2016 - 2020 ... 4 2. Nilai dan Kontribusi Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar
Harga Konstan 2010 Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten Lebak Tahun 2020 ... 6 3. Luas Daerah Menurut Kecamatan di Kabupaten Lebak ... 52 4. Jumlah Penduduk dan Laju Pertumbuhan Penduduk Menurut
Kecamatan di Kabupaten Lebak ... 53 5. Penduduk Usia>15 Tahun yang Bekerja Pada Tahun 2020 Menurut
Lapangan Usaha dan Kabupaten/Kota ... 54 6. Nilai LQ dan Rata Rata Nilai LQ Subsektor Tanaman Pangan
Kabupaten Lebak Provinsi Banten ... 58 7. Reposisi Komoditas Unggulan Subsektor Tanaman Pangan
Kabupaten Lebak Provinsi Banten ... 76 8. Reposisi Komoditas Unggulan Subsektor Hortikultura Kabupaten
Lebak Provinsi Banten ... 77 9. Reposisi Komoditas Unggulan Subsektor Perkebunan Kabupaten
Lebak Provinsi Banten ... 78 10. Reposisi Komoditas Unggulan Subsektor Perkebunan Kabupaten
ix DAFTAR GAMBAR
Halaman 1. Penduduk Kabupaten Lebak Berusia 15 Tahun Keatas yang Bekerja
Menurut Lapangan Pekerjaan Utama Tahun 2019 ... 8 2. Laju Pertumbuhan Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan
Kabupaten Lebak Tahun 2016-2020 ... 9 3. Produksi Komoditas Tanaman Pangan Kabupaten Lebak Tahun
2016-2020 ... 10 4. Kerangka Pemikiran Penelitian ... 44 5. Peta Wilayah Kabupaten Lebak ... 52 6. Komoditas Unggulan Hortikultura Kabupaten Lebak Tahun
2016-2020 ... 61 7. Komoditas Unggulan Perkebunan Kabupaten Lebak Tahun
2016-2020 ... 63 8. Komoditas Unggulan Peternakan Kabupaten Lebak Tahun
2016-2020 ... 64 9. Produksi Komoditas Unggulan Tanaman Pangan Kabupaten Lebak
Tahun 2016-2020 ... 67 10. Produksi Komoditas Unggulan Hortikultura Sayuran Lebak Tahun
2016-2020 ... 69 11. Produksi Komoditas Unggulan Hortikultura Buah Lebak Tahun
2016-2020 ... 70 12. Produksi Komoditas Unggulan Perkebunan Lebak Tahun 2016-2020 ... 71 13. Produksi Komoditas Unggulan Peternakan Lebak Tahun 2016-2020 ... 72
1 BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan merupakan salah satu perubahan pada berbagai aspek termasuk didalam nya struktur sosial, sikap masyarakat serta institusi nasional dan mengutamakan pertumbuhan ekonomi yang baik. Proses pembangunan secara filosofis dapat diartikan upaya yang sistematik dan berkesinambungan. Proses ini bertujuan menciptakan keadaan yang dapat menyediakan berbagai alternatif untuk pencapaian aspirasi warga. Pembangunan juga dapat diartikan sebagai proses perubahan yang mencakup seluruh sistem sosial seperti politik, ekonomi, pendidikan dan teknologi, kelembagaan dan budaya. Pembangunan ekonomi juga merupakan usaha menambah modal atau pengetahuan agar satu sama lainnya membawa pendapatan per kapita yang lebih besar. (Martono,2008).
Pembangunan nasional terbagi dalam 2 bagian, yaitu pembangunan sektor bagian perekonomian dan sektor bagian non perekonomian. Pada bagian perekonomian terbagi menjadi sembilan sektor, yaitu sektor pertanian, sektor pertambangan dan galian, sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas dan air bersih, sektor bangunan, sektor perdagangan, hotel dan restoran, angkutan dan komunikasi, sektor persewaan dan jasa perusahaan serta sektor jasa. Pada bagian non perekonomian terbagi menjadi sektor pendidikan, sektor kesehatan, sektor budaya dan sektor politik yang dapat pula menyumbang pembangunan perekonomian negara. (Sukirno, 2004).
2 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator pertumbuhan ekonomi suatu daerah dan nilai barang-barang dan jasa-jasa yang diproduksikan didalam negara tersebut dalam satu tahun tertentu. Pertumbuhan tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya infrastuktur ekonomi. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah jumlah nilai tambah bruto yang di hasilkan seluruh unit usaha dalam wilayah tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi. (Sukirno, 2004)
Produk Domestik suatu wilayah merupakan nilai seluruh barang-barang dan jasa-jasa yang diproduksi diwilayah tersebut dalam satu periode tertentu. Pendapatan yang timbul oleh adanya kegiatan produksi tersebut merupakan pendapatan domestik, Sedangkan yang dimaksud dengan wilayah domestik atau regional adalah meliputi wilayah yang berada di dalam wilayah giografis region tersebut. Fakta yang terjadi menunjukkan bahwa sebagian faktor produksi dari kegiatan produksi disuatu wilayah berasal dari wilayah lain. Demikian juga sebaliknya, faktor produksi yang dimiliki wilayah tersebut ikut pula dalam proses produksi diwilayah lain dengan kata lain, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) menunjukkan gambar “production originatea”. Hal ini menyebabkan nilai produksi domestik yang timbul disuatu wilayah tidak sama dengan pendapatan yang diterima penduduk wilayah tersebut. Dengan adanya arus pendapatan nilai tambah bruto (pada umumnya berupa gaji/upah,sewa tanah, bunga uang, laba, penyusutan dan pajak tidak langsung neto) yang mengalir antara wilayah (termasuk dari/keluar negeri), maka timbul perbedaan antara produk Domestik dengan Regional. Produk Regional adalah produk domestik tambahan pendapatan dari luar
3 wilayah dikurangi dengan pendapatan yang dibayarkan keluar wilayah tersebut. Dengan kata lain, Produk Regional merupakan produk yang ditimbulkan oleh faktor produksi yang dimiliki oleh penduduk wilayah tersebut. (Sukirno, 2004)
Sektor pertanian merupakan sektor yang strategis dan berperan penting dalam perekonomian nasional dan kelangsungan hidup masyarakat, terutama dalam sumbangan terhadap PDB, Penyedia lapangan kerja dan penyediaan pangan dalam negeri. (Julius, 2015). Berdasarkan Undang-undang No. 23 Tahun 2000 status Karesidenan Banten Provinsi Jawa Barat berubah menjadi Provinsi Banten, sehingga Provinsi Banten termasuk provinsi baru. Provinsi Banten tentu masih menghadapi berbagai tantangan, ketertinggalan, dan permasalahan. Namun Provinsi Banten mempunyai potensi yang dapat dikembangkan dan dimanfaatkan secara optimal untuk dijadikan modal dalam mengatasi berbagai tantangan, ketertinggalan dan permasalahan seperti potensi pertambangan di Kabupaten Pandeglang dan potensi pertanian di Kabupaten Lebak . Seiring dengan adanya gerakan reformasi baru, diterbitkanlah UU No. 32 Tahun 2004 tentang pemerintah daerah yang memberikan wewenang yang lebih luas bagi tiap daerah untuk mengatur rumah tangganya sendiri yang kemudian akan mendorong daerah menjadi lebih mandiri. Undang-undang tersebut diharapkan dapat mengembangkan potensi dan keunggulan lokal daerah masing-masing, khususnya dalam rangka membangun sistem perekonomian daerah yang baik dan mandiri (BPS Provinsi Banten, 2010).
Penyumbang terbesar pembentukan PDRB di Banten pada tahun 2020 berasal dari Kota Cilegon dengan angka mencapai 166 juta rupiah. Namun
4 ketimpangan juga terjadi dengan adanya kabupaten di Banten yang menjadi kabupaten termiskin dengan hanya meberikan sumbangan PDRB dibawah 17 juta rupiah. Berikut data PDRB Banten secara lebih lengkap :
Tabel 1. Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Banten Tahun 2016-2020 (Juta Rupiah) No Kabupaten/kota 2016 2017 2018 2019 2020 1 Kabupaten Pandeglang 14.0 14.8 15.5 16.2 16.1 2 Kabupaten Lebak 13.8 14.5 15.2 15.9 15.7 3 Kabupaten Tangerang 23.6 24.2 24.9 25.5 23.9 4 Kabupaten Serang 31.4 32.9 34.4 36.0 35.1 5 Kota Tangerang 45.6 47.3 48.6 49.5 45.2 6 Kota Cilegon 150.4 156.3 163.4 169.8 166.2 7 Kota Serang 28.9 30.2 31.6 33.1 32.2 8 Kota Tangerang Selatan 30.4 31.6 33.0 34.4 33.0 Rata Rata 42,2 43,9 45.8 47.0 45.9 Sumber : BPS Provinsi Banten, 2020 (Diolah)
Dari data tabel 1, diketahui bahwa PDRB Provinsi Banten pada periode tahun 2016 - 2020 memiliki nilai yang berbeda disetiap kabupaten/kota. Sebagai perbandingan, total PDRB 8 kabupaten/kota di Provinsi Banten pada tahun 2020 adalah 367,4 juta dengan nilai rata-rata PDRB sebesar 45,9 juta rupiah. Artinya dari tabel diatas dapat diketahui hanya ada 1 kabupaten/kota di Banten yang PDRB nya diatas rata-rata dan 7 kabupaten/kota lainnya nilai PDRB berada dibawah rata-rata. Kota Cilegon dengan PDRB sebesar 166,2 juta rupiah turut berkontribusi sebesar 45,2% terhadap total PDRB se-Banten dan menjadikan Cilegon sebagai kota dengan PDRB tertinggi. Selanjutnya peringkat tertinggi dibawah Kota Cilegon adalah Kota Tangerang dengan PDRB sebesar 45,2 juta rupiah (12,3%) dan Kabupaten Serang 35,1 juta rupiah (9,5%) yang berada pada posisi ketiga tertinggi. Posisi keempat dan kelima dengan jarak PDRB yang cukup jauh ditempati oleh
5 Kota Tangerang Selatan 33 juta rupiah (9,4%) dan Kota Serang dengan nilai PDRB 32,2 juta rupiah (9,2%).
Jika dilihat dari tabel diatas, tiga peringkat dengan nilai PDRB terendah yaitu Kabupaten Tangerang dengan nilai PDRB 23,9 juta rupiah (8,3%), Kabupaten Pandeglang 16,1 juta rupiah (4,6%) dan Kabupaten Lebak sebesar 15,7 juta rupiah (4,5%).
Salah satu Kabupaten yang terletak di Provinsi Banten adalah Kabupaten Lebak. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) 2020, kabupaten dengan luas 304.472 Haini merupakan kabupaten yang cukup luas dibandingkan dengan kabupaten atau kota lainnya di Provinsi Banten. dan terdiri dari 28 kecamatan serta 340 desa dan 5 kelurahan. Akan tetapi kabupaten yang terletak di barat laut Jawa ini termasuk dalam tiga Kabupaten/Kota dengan nilai PDRB yang rendah, yang artinya Kabupaten Lebak termasuk kedalam kabupaten termiskin di Banten.
Data BPS, perekonomian Kabupaten Lebak menurut PDRB tahun Dasar 2010 ditopang oleh 17 sektor berdasarkan lapangan usaha. Sektor pertanian di Kabupaten Lebak menjadi sektor yang cukup dominan jika dibandingkan dengan sektor lainnya. Sektor ini memiliki peranan penting dan strategis bukan saja terhadap ketahanan pangan, tetapi juga memberikan andil yang cukup besar terhadap kesempatan kerja, sumber pendapatan serta perekonomian regional.
Besarnya nilai PDRB dan kontribusi masing-masing lapangan usaha terhadap PDRB Kabupaten Lebak secara terperinci dapat dilihat melalui tabel 2 berikut ini :
6 Tabel 2. Nilai dan Kontribusi Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten Lebak Tahun 2020 (juta)
Lapangan Usaha PDRB ADHK
2020 (%)
1. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 5.370.805 26,01% 2. Pertambangan dan Penggalian 1.132.460 5,48%
3. Industri Pengolahan 2.123.384 10,28%
4. Pengadaan Listrik dan Gas 15.352 0,07% 5. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah & Daur Ulang 12.949 0,06%
6. Konstruksi 1.648.783 7,99%
7. Perdagangan Besar & Eceran; Reparasi Mobil & Sepeda Motor 2.728.119 13,21% 8. Transportasi dan Pergudangan 1.263.416 6,12% 9. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 1.014106 4,91% 10. Informasi dan Komunikasi 195.616 0,95% 11. Jasa Keuangan dan Asuransi 374.734 1,81%
12. Real Estate 1.601.309 7,76%
13. Jasa Perusahaan 63.492 0,31%
14. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
1050.905 5,09%
15. Jasa Pendidikan 1.260.114 6,10%
16. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 268.075 1,30%
17. Jasa lainnya 522.942 2,53%
PDRB Kab. Lebak 20.646.560 100
Sumber : BPS Kabupaten Lebak Dalam Angka 2020
Total PDRB atas dasar harga konstan Kabupaten Lebak tahun 2020 sebesar 20.646.560 juta rupiah yang dihasilkan dari 17 lapangan usaha. Dapat dilihat bahwa ada tiga lapangan usaha yang memberikan sumbangan terbesar terhadap PDRB Kabupaten Lebak, yaitu sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan memberikan kontribusi 26,021% atau setara dengan 5.370.805 juta rupiah, sektor Industri Pengolahan 10,28% ,sektor Konstruksi 7,99% ,dan sektor Real estate 7,76% . Ketiga belas lapangan usaha lainnya memberikan kontribusi tidak lebih dari 7% bahkan ada empat lapangan usaha yang berkontribusi kurang dari 1% yaitu
7 pengadaan listrik dan gas 0,07%, Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah & Daur Ulang 0,06%, Informasi dan Komunikasi 0,95% serta jasa perusahaan0,31%. Sektor pertanian, kehutanan dan perikanan ini ternyata menjadi mayoritas hidup penduduk Kabupaten Lebak. Sektor ini masih menjadi lapangan usaha yang menyerap tenaga kerja penduduk di Kabupaten Lebak. Peranan sektor pertanian bukan saja terhadap ketahanan pangan, tetapi juga memberikan andil yang cukup besar terhadap peningkatan taraf hidup masyarakat, pengurangan kemiskinan, dan sumber penghasilan.
Menurut data BPS Kabupaten Lebak di tahun 2020 penduduk yang berusia 15 tahun keatas berjumlah 1.886.362 orang. Sebanyak 659.906 orang merupakan angkatan kerja sedangkan 283.275 orang tergolong bukan angkatan kerja. Berdasarkan lapangan pekerjaan pada tahun 2020 penduduk usia 15 tahun keatas yang termasuk golongan angkatan kerja berjumlah sebanyak 596.379 orang. Diantaranya menggantungkan hidupnya dengan bekerja pada sektor pertanian, kehutanan dan perikanan sebanyak 39% atau 231.884 orang. Selanjutnya diikuti sektor industri 51.188 orang, sektor perdagangan,rumah makan dan jasa akomodossi 137.650 orang, sektor jasa kemasyarakatan,social dan perorangan 33.945 orang dan sektor lainnya 141.712 orang. Secara lengkap persebaran lapangan kerja dapat dilihat pada diagram gambar 1 berikut ini :
8 Gambar 1. Penduduk Kabupaten Lebak Berusia 15 Tahun Keatas Yang Bekerja
Menurut Lapangan Pekerjaan Utama Tahun 2020 Sumber : BPS Kabupaten Lebak 2020, (diolah)
1.2 Rumusan Masalah
Semakin berkembangnya sektor perekonomian lainnya, presentase pertumbuhan sektor pertanian di Kabupaten Lebak dalam lima tahun terakhir mulai 2016 – 2020 mengalami fluktuasi. Pertumbuhan positif terjadi pada tahun 2016 dengan pertumbuhan 6,6%, kemudian tahun 2017 mengalami penurunan dengan angka 4,45%. Pada tahun 2018 sektor ini masih menunjukkan penurunan angka pertumbuhan 4,5 %. Kemudian pada tahun selanjutnya mengalami penurunan signifikan yaitu 2,75% dan mulai ada kenaikan di tahun 2020 sebesar 3,54%.
8% 23% 39% 6% 24% Industri
Perdagangan, Rumah Makan dan Jasa Akomodasi
Pertanian, Kehutanan dan Perikanan
Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan perorangan
9 Gambaran pertumbuhan sektor pertanian, kehutanan dan perikanan dapat dilihat pada gambar 2 dibawah ini :
Gambar 2. Laju Pertumbuhan Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan Kabupaten Lebak Tahun 2016 – 2020
Sumber : BPS Kabupaten Lebak, 2020
Kondisi tersebut jika terus berlanjut akan mengancam perekonomian Kabupaten Lebak mengingat sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan menjadi sektor dominan dan penyerap lapangan pekerjaan terbesar yang artinya sebagian besar penduduk Kabupaten Lebak mengandalkan pendapatan di sektor tersebut. Kondisi ini juga dapat menjadikan Lebak akan terus menjadi kabupaten tertinggal dan termiskin di Provinsi Banten, yang nantinya akan berdampak pada menurunnya kesejahteraan penduduk Kabupaten Lebak.
Sektor Pertanian, kehutanan dan perikanan menjadi lapangan usaha yang penting dalam penyumbang PDRB di Kabupaten Lebak. Ada beberapa hal yang membuat sektor pertanian menjadi penting, diantaranya yaitu potensi sumber daya alam yang besar dan beragam di Kabupaten Lebak yang terdiri dari 28 kecamatan dengan kondisi geografis yang berbeda antara daerah satu dengan lainnya sehingga memungkinkan keberagaman komoditas yang dihasilkan.
Pemerintah Kabupaten Lebak terus berupaya untuk mengembangkan komoditas produk unggulan sesuai dengan keputusan Menteri Pertanian No. 472
6,6
4,54 4,5
2,75 3,54
2016 2017 2018 2019 2020
10 Tahun 2018, Kabupaten Lebak ditetapkan sebagai kawasan komoditas unggulan PAJALE (Padi, Jagung dan Kedelai) cabai, manggis, kelapa, kerbau dan durian. Tetapi berdasarkan produksi komoditas tanaman pangan Kabupaten Lebak tahun 2016-2020 seperti gambar 3 jika dilihat dari produksi komoditas dari tahun ke tahun salah satu nya dari komoditas tersebut ada yang cenderung meningkat dan ada yang cenderung menurun. Maka dari itu perlu dilakukan suatu analisis untuk mengetahui komoditas unggulan apa saja yang ada di Kabupaten Lebak.
Gambar 3. Produksi Komoditas Tanaman Pangan Kabupaten Lebak Tahun 2016-2020
Sumber : BPS Provinsi Banten 2021, (diolah)
Keunggulan Kabupaten Lebak dalam beberapa indikator di atas menyiratkan bahwa secara tidak langsung Kabupaten Lebak memiliki potensi yang tidak kalah jika dibandingkan dengan kabupaten lain di Provinsi Banten. Kabupaten Lebak sebetulnya memiliki peluang untuk dapat bersaing di masa depan jika potensi tersebut dapat dimanfaatkan dengan baik. Dengan kata lain, dimasa yang akan
0 100000 200000 300000 400000 500000 600000 700000 2016 2017 2018 2019 2020
Produksi Tanaman Pangan
Jagung Kedelai Kacang Tanah
11 datang diharapkan wilayah tersebut akan mengalami perkembangan yang positif sehingga dapat memperbaiki pendapatan masyarakatnya, meningkatkan taraf hidup serta menekan angka kemiskinan. Untuk mendukung perkembangan dan peningkatan ekonomi perlu diketahui sektor-sektor unggulan apa saja yang memiliki potensi untuk dikembangkan sehingga dapat dijadikan prioritas utama dalam pembangunan daerah di Kabupaten Lebak. Dengan mempertimbangkan upaya tersebut, maka perlu diadakan suatu penelitian mengenai “ Analisis Peran Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Kabupaten Lebak Provinsi Banten”
Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Komoditas pertanian manakah di sektor tersebut yang merupakan komoditas basis dan non basis di Kabupaten Lebak?
2. Bagaimana posisi komoditas unggulan pertanian Kabupaten Lebak di masa yang akan datang?
3. Bagaimana perubahan posisi komoditas sektor pertanian dalam perekonomian Kabupaten Lebak pada saat ini dan masa mendatang?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan Latar Belakang dan perumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Menganalisis komoditas unggulan pertanian di Kabupaten Lebak.
2. Menganalisis posisi komoditas unggulan pertanian Kabupaten Lebak dimasa yang akan datang.
12 3. Menganalisis perubahan posisi komoditas sektor pertanian dalam
perekonomian Kabupaten Lebak pada saat ini dan masa mendatang
1.4 Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian diatas, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Bagi pemerintah Kabupaten Lebak, penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi serta bahan masukan dan pertimbangan dalam perencanaan pembangunan daerah.
2. Bagi pembaca penelitian diharapkan dapat menjadi tambahan wawasan serta dapat dijadikan referensi dalam penyusunan penelitian selanjutnya atau penelitian dengan topik yang sejenis.
3. Bagi penulis, penelitian ini sebagai wujud mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh penulis selama menempuh pendidikan di Program Studi Agribisnis. Selain juga sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana pertanian.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Lebak yang termasuk salah satu kabupaten yang menjadi kabupaten termiskin di Provinsi Banten. Penelitian ini mencakup seluruh kecamatan di Kabupaten Lebak dengan pembatasan hanya menganalisis produksi komoditas subsektor pertanian selama kurun waktu lima
13 periode terakhir yaitu tahun 2016 – 2020 pada Sektor Pertanian yang memiliki empat subsektor yaitu Subsektor Tanaman Pangan, Hortikultura, Perkebunan dan Peternakan.
Penelitian ini berfokus pada analisis posisi dan laju pertumbuhan sektor pertanian beserta keempat subsektornya terhadap pertumbuhan ekonomi dengan menganalisis sektor pertanian, kehutanan dan perikanan beserta subsektornya termasuk kedalam sektor/subsektor unggulan atau sektor/subsektor basis dan sektor/subsektor lokal atau sektor/subsektor non basis dengan menggunakan pendekatan Location Question. Serta menganalisis posisi sektor pertanian, kehutanan dan perikanan beserta ketiga subsektornya pada masa mendatang dengan menggunakan analisis Dynamic Location Question dan pendekatan menggunakan analisis gabungan LQ dan DLQ.
14 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi
Sukirno (1985) mendefinisikan pembangunan ekonomi sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan per kapita penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang. Definisi tersebut mengandung pengertian bahwa pembangunan ekonomi merupakan suatu perubahan yang terjadi secara terus-menerus melalui serangkaian kombinasi proses demi mencapai sesuatu yang lebih baik yaitu adanya peningkatan pendapatan per kapita yang terus menerus berlangsung dalam jangka panjang.
Arsyad (2010) menyatakan bahwa keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara ditunjukkan oleh tiga nilai pokok yaitu (1) berkembangnya kemampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pokoknya (sustenance). (2) meningkatnya rasa harga diri (self-esteem) masyarakat sebagai manusia, dan (3) meningkatnya kemampuan masyarakat untuk memilih (freedom from servitude) yang merupakan salah satu dari hak asasi manusia.
Pembangunan ekonomi itu bersifat multidimensi yang mencakup berbagai aspek dalam kehidupan masyarakat, bukan hanya salah satu aspek ekonomi saja. Pembangunan ekonomi dapat didefinisikan sebagai setiap kegiatan yang dilakukan suatu negara dalam ragka mengembangkan kegiatan ekonomi dan taraf hidup masyarakatnya. Dengan adanya batasan tersebut, maka pembangunan ekonomi pada umumnya dapat didefinisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan
15 kenaikan pendapatan riil per kapita penduduk suatu negara dalam jangka panjang yang disertai oleh perbaikan sistem kelembagaan.
Dari definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pembangunan ekonomi mempunyai unsur-unsur pokok dan sifat sebagai berikut:
1. Suatu proses yang berarti perubahan yang terjadi secara kontinu. 2. Usaha untuk meningkatkan pendapatan per kapita
3. Peningkatan pendapatan per kapita itu harus terus berlangsung dalam jangka panjang.
4. Perbaikan sistem kelembagaan di segala bidang (ekonomi, politik, hukum, sosial dan budaya). Sistem kelembagaan ini bisa ditinjau dari dua aspek yaitu aspek perbaikan di bidang aturan main (role of the games) baik aturan formal maupun informal, dan organisasi yang mengimplementasikan aturan main tersebut.
Oleh karena itu, pembangunan ekonomi harus dipandang sebagai suatu proses agar pola berkaitan dan saling mempengaruhi antara faktor-faktor dalam pembagunan ekonomi dapat diamati dan dianalisis. Dengan cara tersebut dapat diketahui runtutan peristiwa yang terjadi dan dampaknya pada peningkatan kegiatan ekonomi dan taraf kesejahteraan masyarakat dari satu tahap pembangunan ke tahap pembangunan berikutnya.
Kuznet (1995) mendefinisikan pertumbuhan ekonomi sebagai kenaikan jangka panjang dalam kemampuan suatu negara untuk menyediakan semakin banyak jenis barang ekonomi kepada penduduknya; kemampuan ini tumbuh sesuai
16 kemajuan tehnologi dan penyesuaian kelembagaan dan ideologi yang diperlukan. Defenisi ini memiliki tiga komponen, yaitu:
1. Pertumbuhan ekonomi suatu bangsa terlihat dari meningkatnya secara terus menerus persediaan barang.
2. Teknologi maju merupakan faktor dalam pertumbuhan kemampuan dalam menyediakan aneka macam barang penduduk.
3. Penggunaan teknologi secara luas dan efisien memerlukan adanya penyesuaian dibidang kelembagaan dan ideologi sehingga inovasi yang dihasilkan oleh ilmu pengetahuan umat manuasia dapat dimanfaatkan secara tepat.
Adisasmita (2011) mengemukakan definisi lain dari pertumbuhan ekonomi adalah salah satu indikator yang amat penting dalam melakukan analisis tentang pembangunan ekonomi yang terjadi pada suatu daerah atau negara. Pertumbuhan ekonomi menunjukkan sejauh mana kegiatan perekonomian akan menghasilkan tambahan pendapatan masyarakat pada suatu periode tertentu. karena suatu proses penggunaan faktor-faktor produksi adalah untuk menghasilkan output, maka proses ini pada gilirannya akan menghasilkan suatu aliran balas jasa terhadap faktor-faktor produksi yang dimiliki oleh pemerintah dan masyarakat.
Perekonomian dianggap mengalami pertumbuhan apabila seluruh balas jasa riil terhadap penggunaan faktor produksi pada tahun tertentu lebih besar dari tahun sebeliumnya. Dengan kata lain perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan
17 bila pendapatan riil pemerintah dan masyarakat pada tahun tertentu lebih besar daripada pendapaatn riil pemerintah dan masyarakat pada tahun sebelumnya.
2.2 Pembangunan Ekonomi Daerah
Pertumbuhan ekonomi wilayah adalah pertambahan pendapatan masyarakat yang terjadi di wilayah tersebut, yaitu kenaikan seluruh nilai tambah yang terjadi di wilayah tersebut. Pertambahan pendapatan itu diukur dalam nilai rill, artinya diukur dalam harga konstan. Hal itu juga menggambarkan balas jasa bagi faktor-faktor produksi yang beroperasi di daerah tersebut. Kemakmuran suatu wilayah selain ditentukan oleh besarnya nilai tambah yang tercipta di wilayah tersebut juga oleh seberapa besar terjadi transfer payment yaitu bagian pendapatan yang mengalir ke luar wilayah atau mendapat aliran dana dari luar wilayah (Richardson,1991).
Pembangunan daerah pada dasarnya merupakan intervensi pemerintah, baik secara nasional maupun secara regional untuk mendorong proses pembangunan daerah secara keseluruhan. Analisis ini sangat penting untuk menerapkan teori dan konsep guna mempercepat pertumbuhan ekonomi daerah, meningkatkan penyediaan lapangan kerja dan penanggulangan kemiskinan pada wilayah-wilayah yang terbelakang. Semua ini adalah untuk meningkatkan proses pembangunan daerah dan sekaligus untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat.
Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakat mengolah sumberdaya-sumberdaya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan
18 kegiatan ekonomi (pertumbuhan ekonomi) dalam suatu wilayah tersebut (Arsyad, 2010)
Pembangunan daerah adalah suatu proses. Yaitu proses yang mencakup pembentukan intuisi-intuisi baru, pembangunan industri-industri alternatif, perbaikan kapasitas tenaga kerja yang ada untuk manghasilkan produk dan jasa yang lebih baik, indentifikasi pasar-pasar baru, alih ilmu pengetahuan, dan pengembangan perusahaan-perusahaan baru.
Setiap upaya pembangunan ekonomi daerah mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan jumlah dan jenis peluang kerja untuk masyarakat daerah. Dalam upaya untuk mencapai tujuan tersebut, pemerintah daerah dan masyarakatnya harus secara bersama sama mengambil inisiatif pembangunan daerah. Oleh karena itu, pemerintah daerah beserta partisipasi masyarakatnya dan dengan menggunakan sumber-sumber daya yang ada harus mampu menaksir potensi sumber-sumber daya yang diperlukan untuk merancang dan membangun perekonomian daerah.
Ada beberapa teori untuk menganalisis pembangunan ekonomi suatu daerah, pertama teori basis ekonomi. Teori ini menyatakaan bahwa faktor penentu utama pertumbuhan ekonomi suatu daerah adalah berhubungan langsung dengan permintaan barang dan jasa dari luar daerah. proses produksi di sektor industri suatu daerah yang menggunakan sumber daya produksi lokal termasuk tenaga kerja dan bahan baku dan outputnya diekspor akan menghasilkan pertumbuhan ekonomi, peningkatan pendapatan perkapita melalui penciptaan peluang kerja di daerah
19 tersebut. Kedua, teori kawasan. Teori ini sering digunakan untuk penentuan atau pengembangan kawasan yang dianggap paling tepat disuatu daerah. Inti pemikiran dari teori ini didasarkan pada sifat nasional pengusaha/perusahaan yang cenderung mencari keuntungan setinggi mungkin dengan biaya serendah mungkin. Ketiga, teori daya tarik industry. Dalam upaya pembangunan ekonomi daerah di Indonesia sering dipertanyakan jenis-jenis industri apa yang tepat untuk dikembangkan atau industri unggulan. (Adisasmita, 2011)
Selanjutnya Arsyad (1999) mengemukakan pendapatnya yakni: Pertama, perusahaan harus mengembangkan pekerjaan ysng sesuai dengan kondisi penduduk daerah. Kedua, pengembangan lembaga-lembaga ekonomi baru, Ketiga, keunggulan kompetitif didasarkan pada kualitas lingkungan. Keempat, pengetahuan sebagai pembangkit ekonomi.
Menurut Safi’i (2007) paradigma baru strategi pembangunan ekonomi daerah mencakup beberapa hal berikut, yaitu:
1. Pembangunan dilakukan dengan mempertimbangkan potensi daerah bersangkutan, serta kebutuhan dan kemampuan daerah menjalankan pembangunan.
2. Pembangunan daerah tidak hanya terkait dengan sektor ekonomi semata melainkan keberhasilannya juga terkait dengan faktor lainnya seperti sosial, politik, hukum, budaya, birokrasi dan lainnya.
20 3. Pembangunan dilakukan secara bertahap sesuai dengan skala prioritas dan yang memiliki pengaruh untuk menggerakkan sektor lainnya secara lebih cepat.
2.3 Pendapatan Regional
Tujuan kebijakan ekonomi adalah menciptakan kemakmuran. Salah satu ukuran kemakmuran terpenting adalah pendapatan. Pendapatan regional adalah tingkat (besarnya) pendapatan masyarakat pada suatu wilayah analisis. Tingkat pendapatan dapat diukur dari total pendapatan wilayah maupun pendapatan rata-rata masyarakat pada wilayah tersebut (Tarigan, 2005).
Metode perhitungan pendapatan regional dapat dilakukan dengan menggunakan dua metode yaitu, metode langsung dan metode tidak langsung (Tarigan, 2005)
1. Metode langsung adalah perhitungan dengan menggunakan data daerah atau data asli yang menggambarkan kondisi daerah dan digali dari sumber data yang ada di daerah itu sendiri. Perhitungan pendapatan regional metode langsung dapat dilakukan melalui tiga macam cara yaitu:
i. Pendekatan Produksi (Production Approach) adalah perhitungan nilai tambah barang dan jasa yang diproduksi oleh suatu kegiatan/sektor ekonomi. Nilai tambah merupakan selisih antara nilai produksi (output) dan nilai biaya (cost). Maka itu, untuk menghitung pendapatan regional berdasarkan pendekatan produksi, maka pertama-tama yang harus
21 dilakukan ialah menentukan nilai produksi yang diciptakan oleh tiap-tiap sektor. Pendapatan regional diperoleh dengan cara menjumlahkan nilai produksi yang tercipta dari tiap-tiap sektor.
ii. Pendekatan Pendapatan (Income Approach) adalah perhitungan dengan menjumlahkan semua balas jasa yang diterima faktor-faktor produksi yang digunakan dalam memproduksi barang dan jasa. Jadi yang dijumlahkan adalah: upah dan gaji, surplus usaha, penyusutan, dan pajak tidak langsung netto. Pada sektor pemerintahan dan usaha yang sifatnya tidak mencari untung, surplus usaha tidak diperhitungkan.
iii. Pendekatan Pengeluaran (Expenditure Approach) adalah menjumlahkan seluruh nilai penggunaan akhir dari barang dan jasa yang diproduksi di dalam suatu wilayah. Dilihat dari segi penggunaan maka total penyediaan/produksi barang dan jasa dipergunakan untuk konsumsi rumah tangga, konsumsi lembaga swasta yang tidak mencari untung, konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap bruto (investasi), perubahan stok dan eskpor netto (ekspor-impor).
2. Metode Tidak Langsung adalah perhitungan dengan mengalokasikan produk domestik bruto dari wilayah yang lebih luas (pendapatan nasional) ke masing-masing bagian wilayah (pendapatan regional) dengan memakai berbagai macam indikator antara lain nilai produksi setiap sektor/subsektor, jumlah produksi, jumlah penduduk, tenaga kerja, luas areal. Dengan menggunakan salah satu atau beberapa alokator dapat diperhitungkan
22 persentase bagian masing-masing provinsi terhadap nilai tambah setiap sektor dan subsektor.
2.3.1 Produk Domestik Regional Bruto
Produk Domestik Bruto (PDRB) menurut Badan Pusat Statistik (BPS) adalah jumlah nilai tambah oleh seluruh unit usaha dalam suatu negara tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi.
Sedangkan dalam Tarigan (2005) PDRB adalah jumlah nilai tambah bruto (gross value added) yang timbul dari seluruh sektor perekonomian di suatu wilayah dalam jangka waktu tertentu. Pengertian nilai tambah bruto adalah nilai produksi (output) dikurangi dengan biaya antara (intermediate cost). Nilai tambah bruto mencakup komponen-komponen faktor pendapatan (upah dan gaji, bunga, sewa tanah dan keuntungan), penyusutan dan pajak tidak langsung netto. Jadi dengan menghitung nilai tambah bruto dan masing-masing sektor dan kemudian menjumlahkannya, akan menghasilkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).
Berdasarkan lapangan usaha, PDRB dibagi dalam tujuh belas sektor, yaitu : 1. Pertanian, Kehutanan dan Perikanan, 2. Pertambangan dan Penggalian, 3. Industri Pengolahan, 4. Pengadaan Listrik dan Gas, 5. Pengadaan air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang, 6. Konstruksi, 7. Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor, 8. Transportasi dan Pergudangan, 9. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum, 10. Informasi dan Komunikasi, 11. Jasa Keuangan dan Asuransi, 12. Real Estate, 13. Jasa Perusahaan, 14. Administrasi Pemerintahan,
23 Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib, 15. Jasa Pendidikan, 16. Jasa Kesehatan dan Kegiatan sosial, serta 17. Jasa-Lainnya.
PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada tahun berjalan, sedangkan PDRB atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa tersebut yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada satu tahun tertentu sebagai tahun dasar. PDRB menurut harga berlaku digunakan untuk mengetahui kemampuan sumber daya ekonomi, pergeseran, dan struktur ekonomi suatu daerah. Sementara itu, PDRB konstan digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi secara riil dari tahun ke tahun atau pertumbuhan ekonomi yang tidak dipengaruhi oleh faktor harga. PDRB juga dapat digunakan untuk mengetahui perubahan harga dengan menghitung deflator PDRB (perubahan indeks implisit). Indeks harga implisit merupakan rasio antara PDRB menurut harga berlaku dan PDRB menurut harga konstan.
Adisasmita (2011) menyebutkan bahwa produk domestik regional bruto (PDRB) digunakan sebagai indikator untuk mengukur pertumbuhan ekonomi. Alasan yang mendasari pemilihan PDRB sebagai indikator untuk menilai pertumbuhan ekonomi adalah:
1. PDRB adalah jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh aktivitas produksi di dalam perekonomian daerah. Hal ini berarti peningkatan PDRB mencerminkan pula peningkatan balas jasa kepada faktor produksi yang digunakan dalam aktivitas produksi tersebut.
24 2. PDRB dihitung atas dasar konsep arus barang artinya perhitungan PDRB hanya mencakup nilai produk yang dihasilkan pada suatu periode tertentu. Aliran konsep ini memungkinkan kita untuk membandingkan jumlah output yang dihasilkan pada tahun ini dengan tahun sebelumnya.
3. Batas wilayah perhitungan PDRB adalah daerah perekonomian domestik. Hal ini memungkinkan untuk mengukur sejauh mana kebijakan-kebijakan ekonomi yang diterapkan pemerintah mampu mendorong aktiviitas perekonomian domestik.
Untuk menghitung tingkat pertumbuhan ekonomi, data PDRB yang digunakan adalah data PDRB atas dasar harga konstan. Artinya pertumbuhan PDRB mencerminkan pertumbuhan output yang dihasilkan perekonomian pada periode tertentu tanpa memperhitungkan tekanan inflasi. PDRB selain digunakan untuk perhitungan pertumbuhan ekonomi, bermanfaat pula untuk mengetahui peningkatan kesejahteraan masyarakat. Tingkat kesejahteraan masyarakat dihitung dengan menggunakan data PDRB perkapita atas dasar harga berlaku, karena pertumbuhan PDRB dapat saja terjadi tanpa memberikan dampak positif pada tingkat kesejahteraan masyarakat sebagai akibat daripada tingkat pertumbuhan penduduk yang lebih tinggi dari tingkat pertumbuhan PDRB.
2.4 Pertanian dan Peranannya dalam Pembangunan Perekonomian
Secara umum pengertian dari pertanian adalah suatu kegiatan manusia yang termasuk didalamnya yaitu bercocok tanam, peternakan, perikanan dan juga
25 kehutanan. Sebagian besar kurang lebih dari 50 persen mata pencaharian masyarakat di Indonesia adalah sebagai petani, sehingga sektor pertanian sangat penting untuk dikembangkan di negara kita.
Pengertian pertanian dalam arti sempit hanya mencakup pertanian sebagai budidaya penghasil tanaman pangan padahal kalau kita tinjau lebih jauh kegiatan pertanian dapat menghasilkan tanaman maupun hewan ternak demi pemenuhan kebutuhan hidup manusia.
Sedangkan pengertian pertanian yang dalam arti luas tidak hanya mencakup pembudidayaan tanaman saja melainkan membudidayakan serta mengelola dibidang peternakan seperti merawat dan membudidayakan hewan ternak yang bermanfaat bagi pemenuhan kebutuhan masyarakat banyak seperti: ayam, bebek, angsa. Serta pemanfaatan hewan yang dapat membantu tugas para petani kegiatan ini merupakan suatu cakupan dalam bidang pertanian.
Sektor pertanian merupakan sektor yang strategis dan berperan penting dalam perekonomian nasional dan kelangsungan hidup masyarakat, terutama dalam sumbangan terhadap PDB, Penyedia lapangan kerja dan penyediaan pangan dalam negeri (Julius, 2015). Pertanian adalah kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang dilakukan manusia mengahasilkan bahan pangan, bahan baku industri, atau sumber energi, serta untuk mengelola lingkungan hidup. Oleh karenanya sektor pertanian adalah sektor yang paling dasar dalam perekonomian yang merupakan penopang kehidupan produksi sektor-sektor lainnya seperti subsektor perikanan, subsektor perkebunan, subsektor perternakan (Iskandar, 2005).
26 2.4.1 Ruang Lingkup Pertanian
Sektor pertanian yang dimaksud dalam konsep pendapatan menurut lapangan usaha atau sektor produksi ialah pertanian dalam arti luas. Di Indonesia sektor pertanian dalam arti luas dibedakan menjadi lima subsektor (Dumairy, 1996) yaitu :
1. Subsektor Tanaman Pangan, sering juga disebut pertanian rakyat. Disebut demikian karena tanaman pangan biasanya diusahakan oleh rakyat dan bukan oleh perusahaan atau pemerintah. Subsektor ini mencakup komoditi-komoditi bahan makanan seperti padi, jagung, ketela pohon, ketela rambat, kacang tanah, kedelai, sayur-sayuran dan buah-buahan.
2. Subsektor Perkebunan, dibedakan atas perkebunan rakyat dan perkebunan besar. Perkebunan rakyat adalah perkebunan yang diusahakan sendiri oleh rakyat atau masyarakat, biasanya dalam skala kecil dan dengan teknologi budidaya yang sederhana. Hasil tanaman perkebunan rakyat terdiri antara lain karet, kopra, teh, kopi, tembakau, cengkeh, kapuk, kapas, cokelat dan berbagai rempah-rempah. Adapun yang dimaksud dengan perkebunan besar adalah semua kegiatan perkebunan yang dijalankan oleh perusahaan-perusahaan perkebunan berbadan hukum.
3. Subsektor Perikanan, meliputi semua hasil kegiatan perikanan laut, perairan umum, kolam, tambak sawah dan keramba serta pengolahan sederhana atas produk-produk perikanan (pengeringan dan pengasinan). Dari segi teknis kegiatannya, subsektor ini dibedakan menjadi tiga macam sektor, yaitu perikanan laut, perikanan darat dan penggaraman. Komoditi yang tergolong
27 subsektor ini tidak terbatas hanya pada ikan, tetapi juga udang, kepiting dan ubur-ubur.
4. Subsektor Kehutanan, terdiri atas tiga macam kegiatan, yaitu penebangan kayu, pengambilan hasil hutan lainnya dan perburuan. Kegiatan penebangan kayu menghasilkan kayu-kayu gelondongan, kayu bakar, arang dan bambu. Hasil hutan lain meliputi damar, rotan, getah kayu, kulit kayu serta berbagai macam akar-akaran dan umbi kayu. Sedangkan kegiatan perburuan menghasilkan binatang-binatang liar seperti rusa, penyu, ular, buaya dan termasuk juga madu.
5. Subsektor Peternakan, kegiatan beternak dan pengusahaan hasil-hasilnya. Subsektor ini meliputi produksi ternak-ternak besar dan kecil, susu segar, telur, wol, dan hasil pemotongan hewan.
2.4.2 Ekonomi Pertanian
Ilmu ekonomi pertanian adalah bagian dari ilmu ekonomi umum yang mempelajari fenomena-fenomena dan persoalan-persoalan yang berhubungan dengan pertanian, baik mikro maupun makro. Dengan kata lain, ilmu ekonomi pertanian adalah ilmu yang mempelajari perilaku dan upaya manusia, baik yang langsung maupun tidak langsung berhubungan dengan produksi, pemasaran, dan konsumsi hasil-hasil pertanian. Pertanian adalah proses produksi yang di dasarkan atas pertumbuhan tanaman dan hewan. Pertanian merupakan industri primer yang mencakup pengorganisasian sumber daya tanah, air, dan mineral, serta modal dalam berbagai bentuk, pengelolaan dari tenaga kerja untuk memproduksi dan
28 memasarkan berbagai barang yang diperlukan oleh manusia. Ilmu ekonomi pertanian mencakup analisis ekonomi dari proses produksi (Teknis), hubungan-hubungan sosial dalam produksi pertanian, serta antara hubungan-hubungan faktor-faktor produksi, hubungan antara faktor dan hasil produksi dalam satu proses produksi, yang semuanya itu termasuk dalam wilayah telaah ekonomi mikro. Selain itu ilmu ekonomi pertanian juga mempelajari analisis dan hubungan persoalan-persoalan ekonomi makro. Misalnya, persoalan, pendapatan nasional, konsumsi investasi, lapangan kerja, dan pembangunan ekonomi (Hanafie, 2010)
2.4.3 Peran Sektor Pertanian dalam Pembangunan Ekonomi
Peranan sektor pertanian dalam pembangunan perekonomian sangat penting karena sebagian besar penduduk negara-negara miskin menggantungkan hidupnya pada sektor tersebut. Disisi lain, sektor pertanian juga dapat digunakan sebagai sumber modal yang utama bagi pertumbuhan ekonomi. Modal berasal dari tabungan yang diinvestasikan dan tabungan berasal dari pendapatan. Di negara-negara miskin, pangsa pendapatan pertanian terhadap produk nasional mencapai 50 persen.
Peranan sektor pertanian dalam pembangunan ekonomi (Wiratmo, 1992) adalah antara lain :
1. Sebagian besar penduduk di negara-negara berkembang menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian.
2. Sektor pertanian merupakan sumber utama untuk pemenuhan kebutuhan pangan di negara yang sedang berkembang.
29 3. Sektor pertanian merupakan sumber atau penyedia input tenaga kerja yang
sangat besar untuk menunjang pembangunan.
4. Sektor pertanian dapat juga berperan sebagai sumber modal yang utama dalam pertumbuhan ekonomi disebagian besar negara sedang berkembang. 5. Sektor pertanian merupakan pasar yang potensial bagi hasil output sektor
modern di negara sedang berkembang.
Arsyad (2010) menganalisis syarat-syarat pembangunan pertanian jika pertanian akan dikembangan dengan baik. Mosher mengelompokkan syarat-syarat pembangunan tersebut menjadi dua, yaitu syarat mutlak dan syarat pelancar. Menurut Mosher, ada lima hal yang harus tersedia (mutlak) dalam pembangunan pertanian. Jika salah satu syarat tidak tersedia, maka terhentilah pembangunan pertanian atau mungkin pertanian akan dapat berjalan namun statis. Kelima syarat mutlak tersebut adalah sebagai berikut :
1. Adanya pasar untuk hasil usahatani. Pembangunan pertanian akan meningkatkan produksi atas hasil-hasil usahatani. Maka didalam memasarkan hasil-hasil produksi pertanian diperlukan adanya pasar, permintaan (demand), sistem pemasaran, dan kepercayaan petani pada system pemasaran tersebut.
2. Teknologi yang senantiasa berkembang. Meningkatnya produksi pertanian diakibatkan oleh pemakaian cara-cara atau teknik baru didalam usahatani. Teknologi pertanian berarti cara-cara bertani, termasuk didalamnya bagaimana para petani menyebarkan benih, memelihara tanaman dan memungut hasil serta memelihara ternak. Selain juga benih, pupuk,
obat-30 obatan pemberantas hama, alat-alat, sumber-sumber tenaga, juga termasuk berbagai kombinasi jenis-jenis usaha oleh para petani agar dapat menggunakan tenaga dan tanah mereka sebaik mungkin.
3. Tersedianya bahan-bahan dan alat-alat produksi secara lokal. Sebagian besar metode baru yang dapat meningkatkan produksi pertanian memerlukan penggunan bahan-bahan dan alat-alat produksi yang khusus oleh petani. Diantaranya bibit, pupuk, obat-obatan pemberantas hama, makanan dan obat ternak. Pembangunan pertanian memerlukan kesemua faktor diatas tersedia di berbagai tempat dalam jumlah yang cukup banyak untuk memenuhi keperluan tiap petani yang mungkin akan menggunakannya.
4. Adanya perangsang produksi bagi petani. Teknologi yang telah maju, pasar yang mudah dan tersedianya bahan baku dan alat-alat produksi, kesemuanya memberikan kesempatan kepada petani untuk dapat meningkatkan produksinya. Akan tetapi semuanya kesempatan tersebut akan sia-sia jika tidak dimanfaatkan. Oleh karenanya harus ada perangsang yang membuat petani bergairah untuk meningkatkan produksinya. Faktor perangsang tersebut adalah harga hasil produksi yang menguntungkan, pembagian hasil yang wajar, dan tersedianya barang-barang dan jasa yang ingin dibeli oleh petani.
5. Tersedianya pengangkutan yang lancar dan kontinu. Tanpa tersedianya sarana pengangkutan yang efisen dan murah, maka keempat syarat mutlak
31 lainnya tidak dapat berjalan dengan efektif, karena produksi pertanian harus tersebar dengan baik.
2.5 Pengembangan Sektor Unggulan Sebagai Strategi Pembangunan Daerah
Permasalahan pokok dalam pembangunan daerah adalah terletak pada penekanan kebijakan-kebijakan pembangunan yang didasarkan pada kekhasan daerah yang bersangkutan (endogenous development) dengan menggunakan potensi sumber daya manusia. Orientasi ini mengarahkan pada pengambilan inisiatif-inisiatif yang berasal dari daerah tersebut dalam proses pembangunan untuk menciptakan kesempatan kerja baru dan merangsang peningkatan ekonomi (Arsyad, 2016)
Pengertian sektor unggulan biasanya berkaitan dengan suatu perbandingan, baik itu perbandingan berskala regional, nasional maupun internasional. Pada lingkup internasional, suatu sektor dikatakan unggulan jika sektor tersebut mampu bersaing dengan sektor yang sama dengan negara lain. Sedangkan pada lingkup nasional, suatu sektor dapat dikategorikan sebagai sektor unggulan apabila sektor di wilayah tertentu mampu bersaing dengan sektor yang sama yang dihasilkan oleh wilayah lain, baik di pasar nasional ataupun domestik (Tambunan, 2001).
Menurut Rachbini (2001) ada syarat agar suatu sektor tertentu menjadi sektor prioritas, yaitu :
32 1. Sektor tersebut harus menghasilkan produk yang mempunyai permintaan yang cukup besar sehingga laju pertumbuhan berkembang cepat akibat dari efek permintaan tersebut.
2. Karena ada perubahan teknologi yang teradopsi secara kreatif maka fungsi produksi baru bergeser dengan pengembangan kapasitas yang lebih luas. 3. Harus terjadi peningkatan investasi kembali dari hasil-hasil produksi sektor
yang menjadi prioritas tersebut, baik swasta maupun pemerintah.
4. Sektor tersebut harus berkembang sehingga mampu memberi pengaruh terhadap sektor-sektor lainnya.
Sektor unggulan dipastikan memiliki potensi lebih besar untuk tumbuh lebih cepat dibandingkan sektor lainnya dalam suatu daerah terutama adanya faktor pendukung terhadap sektor unggulan tersebut yaitu akumulasi modal, pertumbuhan tenaga kerja yang terserap dan kemajuan teknologi (technological progress). penciptaan peluang investasi juga dapat dilakukan dengan memberdayakan potensi sektor unggulan yang dimiliki oleh daerah yang bersangkutan (Rachbini, 2001).
Sejalan dengan bergulirnya otonomi daerah, setiap kewenangan menjadi tanggung jawab suatu daerah dalam meningkatkan taraf hidup masyarakatnya dengan memanfaatkan sumberdaya yang dimiliki baik sumberdaya alam maupun sumberdaya manusia. Dengan demikian kecenderungan untuk mengalokasi sumberdaya alam berupa komoditas unggulan, dapat menjadi motor penggerak pembangunan suatu daerah.
33 Menurut Setiyanto (2016), komoditas unggulan merupakan komoditas andalan yang memiliki posisi strategis untuk di kembangkan di suatu wilayah yang penetapannya didasarkan pada berbagai pertimbangan baik secara teknis (kondisi tanah dan iklim) maupun sosial ekonomi dan kelembagaan (pengusaan teknologi, kemampuan sumber daya, manusia, infrastruktur, dan kondisi sosial budaya setempat)
Ambardi dan Prihawantoro (2002), kriteria komoditas unggulan suatu daerah adalah:
1. Komoditas uggulan harus mampu menjadi penggerak utama (prime mover) pembangunan perekonomian. Artinya, komoditas unggulan dapat memberikan kontribusi yang signifikan pada peningkatan produksi, pendapatan maupun pengeluaran.
2. Komoditas unggulan mempunyai keterkaitan ke depan dan ke belakang yang kuat, baik sesama komoditas unggulan maupun komoditas lainnya. 3. Komoditas unggulan mampu bersaing dengan produk sejenis dari wilayah
lain di pasar nasional dan pasar internasional, baik dalam harga produk, biaya produksi, kuaitas pelayanan, maupun aspek-aspek lainnya.
4. Komoditas unggulan daerah memiliki keterkaitan dengan daerah lain, baik dalam hal pasar (konsumen) maupun pemasokan bahan baku (jika bahan baku di daerah sendiri tidak tersedia sama sekali).
5. Komoditas unggulan memiliki status teknologi yang terus meningkat, terutama melalui inovasi teknologi.
34 6. Komoditas unggulan mampu menyerap tenaga kerja berkualitas secara
optimal sesuai dengan skala produksinya.
7. Komoditas unggulan bisa bertahan dalam jangka waktu tertentu, mulai dari fase kelahiran, pertumbuhan, puncak hingga penurunan. Disaat komoditas unggulan yang satu memasuki tahap penurunan, maka komoditas unggulan lainnya harus mempu menggantikannya.
8. Komoditas unggulan tidak rentan terhadap gejolak eksternal dan internal. 9. Pengembangan komoditas unggulan harus mendapatkan berbagai bentuk
dukungan. Misalnya, dukungan keamanan, sosial, budaya, informasi dan peluang pasar, kelembagaan, fasilitas insentif/disinsentif, dan lain-lain. 10. Pengembangan komoditas unggulan berorientasi pada kelestarian
sumberdaya dan lingkungan.
Dengan mengetahui tujuan dan sasaran pembangunan, serta kekuatan dan kelemahan yang dimiliki suatu daerah, maka strategi pengembangan potensi unggulan yang ada akan lebih terarah dan strategi tersebut akan menjadi pedoman bagi pemerintah daerah atau siapa saja yang akan melaksanakan usaha di daerah tersebut. Oleh karena itu, terdapat beberapa langkah-langkah yang dapat dijadikan acuan dalam mempersiapkan strategi pengembangan ekonomi yang ada di daerah (Sjafrizal, 2008)
1. Strategi Berbasis Keuntungan Kompetitif Daerah
Pada era otonomi, masing-masing daerah diberikan kebebasan untuk menentukan arah dan strategi pembangunan daerahnya sesuai dengan potensi yang dimiliki. Prinsip keuntungan kompetitif (Competitive
35 Advantage) sebagaimana yang dimaksud oleh Michael E. Porter didasarkan pada unsur kreatifitas, teknologi dan kualitas manusia yang dikombinasikan menjadi suatu kegiatan usaha. Sehingga produk-produk yang dihasilkan oleh suatu daerah akan mempunyai daya saing yang tinggi karena didukung oleh potensi spesifik yang dimiliki daerah yang bersangkutan. Dengan demikian dapat saja terjadi suatu daerah yang tidak mempunyai kandungan sumberdaya alam yang memadai, dapat berkembang pesat karena kelebihannya dari segi kreatifitas, teknologi dan kualitas sumberdaya manusia.
2. Strategi Pengembangan Komoditi Unggulan
Salah satu bentuk kebijakan pembangunan ekonomi daerah adalah dengan pengembangan komoditi unggulan. Dalam hal ini, masing-masing daerah didorong untuk mengembangkan satu atau dua komoditi utama yang mempunyai potensi cukup besar dan mempunyai daya saing yang tinggi sesuai dengan keuntungan kompetitif yang dimiliki oleh daerah yang bersangkutan. Peningkatan daya saing ini tidak hanya penting dalam era otonomi daerah tetapi juga penting dalam era globalisasi untuk menghadapi persaingan ditingkat global.
3. Peningkatan Kemampuan Teknologi Daerah
Peningkatan kemampuan teknologi merupakan unsur penting untuk pengembangan ekonomi daerah karena kemampuan teknologi merupakan unsur penting untuk dapat meningkatkan kualitas dan efisiensi produksi yang telah ada serta merangsang munculnya penemuan produk baru.
36 Peningkatan kemampuan teknologi daerah ditentukan oleh dua unsur penting. Pertama, pengembangan pendidikan tinggi karena dengan cara demikian pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) dapat diwujudkan. Melalui pengembangan IPTEK di daerah, kemampuan untuk meningkatkan teknologi akan dapat pula difasilitasi. Kedua, pengembangan kegiatan penelitian dan pengembangan (Research and Development) karena dengan cara demikian inovasi dan penemuan produk-produk baru akan dapat didorong. Sedangkan pengembangan inovasi dan produk baru tersebut merupakan bentuk utama dari pengembangan teknologi daerah.
4. Peningkatan Kualitas Sumberdaya Manusia Daerah
Pengembangan kemampuan teknologi daerah hanya akan dimungkinkan bilamana kualitas sumberdaya manusia daerah sudah cukup tinggi. Dalam hal ini, pengembangan pendidikan dan kesehatan masyarakat di daerah merupakan dua program strategis yang sangat menentukan dan perlu terus dilanjutkan guna meningkatkan kualitas sumberdaya manusia daerah. Upaya pengembangan pendidikan tersebut perlu menekankan pada 3 hal pokok yaitu : (1) Peningkatan jumlah dan kualitas tenaga pendidik, (2) Pengembangan prasarana dan sarana pendidikan, dan (3) Perubahan manajemen pendidikan.
5. Pengembangan Kewirausahaan Daerah
Seandainya suatu daerah mempunyai potensi pengembangan ekonomi yang cukup besar dan didukung oleh kualitas sumberdaya manusia
37 dan teknologi produksi yang sudah cukup baik, akan tetapi bila para pengusaha dan masyarakat tidak mempunyai kemampuan kewirausahaan, maka pengembangan kegiatan ekonomi akan sukar diwujudkan. Hanya dengan kewirausahaan yang cukup tinggi semua potensi ekonomi yang ada akan dapat diwujudkan menjadi kegiatan produksi melalui keberanian para pengusaha untuk melakukan investasi dan menanggung resiko. Karena itu tidaklah salah Benjamin Higgins dan Donald J. Savoie mengatakan bahwa kewirausahaan (enterpreneurship) meupakan salah satu faktor kunci untuk menggerakkan proses pembangunan daerah.
2.6 Teori Ekonomi Basis
Teori Basis Ekonomi melandaskan pemikirannya jika laju pertumbuhan ekonomi sesuatu daerah ditetapkan oleh banyaknya ekspor dari daerah tersebut. Didalam penafsiran ekonomi regional, ekspor merupakan menjual produk atau jasa ke luar daerah. Penafsiran ekspor ini tergolong juga tenaga kerja yang bertempat tinggal di daerah kita namun bekerja serta mendapatkan penghasilan dari daerah lain. Demikian juga usaha lokal namun mempunyai pelanggan dari luar daerah termasuk digolongkan sebagai aktivitas basis. Sebenarnya seluruh aktivitas produksi ataupun penyedia jasa yang menghasilkan uang dari luar daerah sebab kegiatannya, merupakan aktivitas basis. Lapangan kerja serta pemasukan di unit basis merupakan peranan dari permintaan yang bersifat tidak tergantung pada permintaan lokal (Tarigan, 2005).
38 Suatu metode agar dapat mengenali apakah suatu unit usaha adalah basis atau non basis dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu (1) cara mengukur langsung dan (2) mengukur tidak langsung. Mengukur secara langsung dilakukan dengan survei langsung untuk mengetahui sektor mana yang adalah sektor basis. Cara ini mampu memastikan sektor basis dengan tepat. Namun cara ini membutuhkan biaya, waktu dan tenaga kerja yang banyak. Cara pengukuran tidak langsung, antara lain: (1) dengan pendekatan asumsi; (2) metode Location Quotient; dan (3) metode kebutuhan minimum (Budiharsono, 2005).
Dasar acuan LQ merupakan teori basis ekonomi yang dasarnya ialah karena unit basis memproduksi barang dan jasa untuk pasar lokal ataupun di luar daerah yang, maka perdagangan keluar daerah dapat mendapatkan pendapatan bagi daerah tersebut. Selain itu, aliran pendapatan berawal luar daerah ini memicu kenaikan konsumsi serta penanaman modal di daerah tersebut. Hal ini dapat meningkatkan pendapatan serta terbuka lapangan kerja baru. Naiknya pendapatan tidak hannya menambah permintaan terhadap sektor basis, namun juga mendongkrak permintaan sektor non basis. Naiknya permintaan akan memicu penanaman modal pada sektor yang bersangkutan serta sektor lain (Widodo, 2006).
Metode LQ memiliki kekurangan yaitu perhitungannya yang hanya mampu ditampilkan pada waktu penelitian, kekurangan ini dapat ditanggulangi dengan Dynamic Location Quotient (DLQ) yaitu menekankan pada laju pertumbuhan dengan anggapan jika setiap nilai tambah tiap sektor ataupun PDRB memiliki rata-rata laju pertumbuhan tiap tahun sendiri pada kurun waktu berjalan (Suyatno, 2000).
39
2.7 Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai peranan sektor tertentu terhadap perekonomian suatu daerah sudah banyak yang meneliti sebelumnya. Hasil yang terdapat pada beberapa penelitian baik berupa skripsi maupun jurnal yang dijadikan dasar pertimbangan dan acuan dalam penelitian ini, yaitu :
Ratih Ratna Puri (2019) penelitian tentang “Analisis Kinerja Sektor Pertanian dalam Perekonomian Wilayah di Provinsi Banten”. Hasil penelitian menunjukkan, dengan menggunakan analisis LQ sektor pertanian merupakan sektor non basis dalam perekonomian wilayah di Provinsi Banten, sedangkan subsektor pertanian yang merupakan subsektor basis adalah subsektor tanaman bahan makanan dan subsektor peternakan. Berdasarkan hasil analisis DLQ sektor pertanian di Provinsi Banten pada lima tahun yang akan datang merupakan sektor basis. Subsektor tanaman bahan makanan, subsektor peternakan dan subsektor perikanan merupakan subsektor basis, sedangkan subsektor perkebunan dan subsektor kehutanan merupakan subsektor non basis. Berdasarkan analisis shift share faktor penentu utama kinerja sektor pertanian adalah faktor lokasi. Faktor penentu utama kinerja subsektor tanaman bahan makanan dan subsektor peternakan adalah faktor lokasi, sedangkan faktor penentu kinerja subsektor perkebunan, subsektor kehutanan, dan subsektor perikanan adalah faktor struktur ekonomi. Menurut hasil analisis DLQ, sektor pertanian menjadi sektor basis pada masa, maka