• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN FISIOLOGI HEWAN AIR PRAKTIKUM II OSMOREGULASI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN FISIOLOGI HEWAN AIR PRAKTIKUM II OSMOREGULASI"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN FISIOLOGI HEWAN AIR PRAKTIKUM II

OSMOREGULASI

OLEH:

NAMA : HERI SURIYONO

STAMBUK : I1A114004 JURUSAN : MSP B KELOMPOK : II (DUA)

ASISTEN : 1. EMILIA RISWANA

2. RESNI AGUSTINA SALIM

JURUSAN MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI

(2)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Fisiologi merupakan disiplin ilmu yang mempelajari kerja organ dalam tubuh organisme. Organisme yang dipelajari tidak hanya organisme darat saja, akan tetapi organime laut pun ikut dipelajari. Fisiologi hewan air sangat berperan penting dalam menjaga keseimbangan dalam tubuh, terutama pada hewan akuatik. Salah satu cara untuk penyesuaian diri terhadap lingkungan yakni dengan melakukan osmoregulasi.

Osmoregulasi adalah upaya mengontrol keseimbangan air dan ion-ion antara tubuh dan lingkungannya. Pengaturan terhadap tekanan osmotik cairan tubuh yang relatif konstan adalah hal yang dibutuhkan ikan agar proses fisiologi di dalam tubuhnya berjalan normal.

Oleh karena itu, penting untuk melakukan praktikum mengenai proses osmoregulasi pada organisme ikan Mas (Cyprinus carpio), sehingga kita dapat mengetahui perubahan-perubahan yang terjadi jika salinitasnya berbeda pada organisme tersebut.

B. Tujuan dan Manfaat

Tujuan dilakukannya praktikum ini adalah untuk mengamati pengaruh salinitas yang berbeda terhadap proses osmoregulasi pada organisme air (ikan). Sedangkan manfaat dari kegiatan praktikum ini adalah sebagai bahan masukkan untuk menambah ilmu pengetahuan dan wawasan mengenai proses osmoregulasi ikan pada salinitas yang berbeda.

(3)
(4)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Klasifikasi

Menurut Susanto (2007) klasifikasi ikan Mas (C. carpio) adalah sebagai berikut: Kingdom : Animalia Phylum : Chordata Class : Osteichthyes Order : Cypriniformes Family : Cypridae Genus : Cyprinus

Species : Cyprinus carpio

Gambar 1. Ikan Mas (C. carpio) (Sumber: www.fao.org) B. Morfologi dan Anatomi

Ikan Mas (C. carpio) mempunyai ciri-ciri badan memanjang, sedikit pipih kesamping. Mulut terletak di ujung tengah (terminal), mempunyai sungut dua pasang, sirip punggung dan sirip dada dengan memiliki jari-jari keras. Letak permulaan sirip punggung ini berseberangan dengan permulaan sirip perut. Ikan Mas (C. carpio) mempunyai sisik yang relatif besar dengan tipe cycloid. Linea lateralis (gurat sisi) terletak di pertengahan tubuh, melintang dari tutup insang sampai ke ujung belakang pangkal ekor (Nadia, 2010).

(5)

C. Reproduksi dan Daur Hidup

Siklus hidup ikan Mas (C. carpio) dimulai dari perkembangan di dalam gonad (ovarium pada ikan betina yang menghasilkan telur dan testis pada ikan jantan yang menghasilkan sperma). Pada habitat aslinya, ikan Mas (C. carpio) sering memijah pada awal musim hujan, karena adanya rangsangan dari aroma tanah kering yang tergenang air. Secara alami, pemijahan terjadi pada tengah malam sampai akhir fajar. Menjelang memijah, induk-induk ikan Mas (C. carpio) aktif mencari tempat yang rimbun, seperti tanaman air atau rerumputan yang menutupi permukaan air (Agus dan Bambang, 2002)

Sifat telur ikan Mas (C. carpio) adalah menempel pada substrat. Telur ikan Mas (C. carpio) berbentuk bulat, berwarna bening, berdiameter 1,5-1,8 mm, dan berbobot 0,17-0,20 mg. Ukuran telur bervariasi, tergantung dari umur dan ukuran atau bobot induk. Embrio akan tumbuh di dalam telur yang telah dibuahi oleh spermatozoa (Wulangi, 2001).

D. Tingkah Laku dan Kebiasaan Makan

Ikan Mas (C. carpio) memiliki tingkah laku yang berpengaruh terhadap kebiasaan makannya. Hal ini membuat ikan Mas (C. carpio) suka pada daerah yang optimal untuk tempat hidup. Ikan Mas (C. carpio) biasanya mencari makan pada kolom perairan, dan daerah dasar. Ini menunjukan bahwa ikan tersebut sering melakukan (tingkah laku) migrasi secara vertikal dalam lingkungan perairan (Susanto dan Agus, 2007).

Ikan Mas (C. carpio) dapat memakan plankton maupun invertebrata kecil. Ikan Mas (C. carpio) merupakan organisme yang memiliki kebiasaan makan

(6)

omnivora, yakni organisme yang dapat memangsa berbagai jenis makanan, baik yang berasal dari tumbuhan maupun binatang renik. Sehingga diperairan tawar ikan Mas (C. carpio) memiliki tingkat adaptasi yang disesuaikan dengan kondisi lingkungannya (Sulmartini dkk., 2009).

Ikan Mas (C. carpio) yang memiliki sifat omnivora maka tak heran jika ikan tersebut dapat ditemukan diberbagai bagian perairan, di permukaan air, di tengah perairan, dan juga di dasar perairan. Namun ikan Mas (C. carpio) lebih cenderung pemakan dasar (bottom feeder) dengan mengaduk-ngaduk dasar perairan. Tak heran bila setelah selesai masa pemeliharaan, pematang kolam menjadi rusak, sehingga apabila akan digunakan, pematang kolam harus diperbaiki terlebih dahulu (Sulmartini dkk., 2009).

E. Habitat dan Penyebaran

Bila ditelusuri, ikan Mas (C. carpio) berasal dari Cina dan Rusia. Dari Negeri asalnya inilah ikan Mas (C. carpio) menyebar ke daerah Eropa, Asia Timur, dan Asia Selatan pada abad pertengahan. Di Indonesia dapat ditemukan di Malang, Jawa Timur dan diperairan sekitarnya (Susanto dan Agus, 2007).

Ikan Mas (C. carpio) menyukai tempat hidup (habitat) di perairan tawar yang airnya tidak terlalu dalam dan alirannya tidak terlalu deras, seperti di pinggiran sungai atau danau. Ikan Mas (C. carpio) dapat hidup di daerah pada suhu 25-30° C. Meskipun tergolong ikan air tawar, ikan Mas (C. carpio) terkadang ditemukan di perairan payau atau muara sungai. Perairan yang ditumbuhi tanaman air atau rerumputan merupakan habitat yang disukai ikan Mas (C. carpio) untuk berpijah, karena tanaman air merupakan tempat untuk penempelan telur ikan Mas (C. carpio) (Rudiyanti, 2009).

(7)

F. Osmoregulasi

Osmoregulasi merupakan upaya hewan air untuk mengontrol keseimbangan air dan ion-ion yang terdapat dalam tubuhnya dengan lingkungan melalui sel permeable. Pengaturan osmeregulasi ini sangat mempengaruhi metabolisme tubuh hewan perairan dalam menghasilkan energi. Regulasi ion dan air pada hewan akuatik terjadi secara hipertonik, hipotonik atau isotonik. Sehingga ikan tersebut dapat dikatakan ikan yang bersifat eurihalin atau stenohalin (Lantu, 2010).

Golongan ikan yang menghadapi tantangan sulit mempertahankan kandungan garam dalam tubuh karena mereka hidup di lingkungan perairan dan mempunyai tendensi untuk melepaskan air sebanyak mungkin. Konsentrasi ikan air tawar lebih tinggi dibandingkan lingkungannya. Sehingga kandungan garam lebih sering dikeluarkan keperairan. Untuk mengatasi hal ini, ikan mempunyai beberapa cara, diantaranya ikan akan mengkonsumsi sejumlah air yang banyak dan konsekuensi dari tindakan ikan tersebut ialah ikan akan memproduksi sejumlah urine (10-20 kali sama seperti mamalia di darat). Ginjal dari golongan ikan ini menyerap sejumlah garam dan melepaskan garam tersebut ke aliran darah. Cara lain ialah golongan ikan ini memiliki pompa ion di bagian ginjal yang akan menyerap garam dari air serta melepaskan amonia dan hasil buangan lainnya (Lantu, 2010).

(8)

III. METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 14 Mei 2016, pukul 07.00 WITA - selesai dan bertempat di Laboratorium Oseanografi, GIS dan Remote Sense, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Halu Oleo, Kendari.

B. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum proses osmoregulasi dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Alat dan Bahan beserta Kegunaannya pada Praktikum Osmoregulasi No. Alat dan Bahan Satuan Kegunaaan

1. Alat

- Wadah/toples Buah Menyimpan bahan.

- Seser Buah Mengambil objek yang diamati - Handrefraktometer ppt Mengukur salinitas

- Kertas label Buah Menandai Masing - Masing perlakuan - Stopwatch S Menghitung waktu

2. Bahan

- Air laut L Media Percobaan - Air tawar L Media Percobaan - Benih ikan Mas

(C. carpio)

- Objek yang diamati

C. Prosedur Kerja

Adapun prosedur kerja pada praktikum ini adalah sebagai berikut :

- Disiapkan 5 buah wadah (toples) yang bersih air dan beri label masing- masing salinitas : 0, 10, 20, 30 dan 40 ppt.

- Masing-masing wadah diisi dengan air dengan salinitas sesuai dengan konsentrasi label pada wadah.

(9)

- Diukur salinitas air/media asal organisme yang dijadikan hewan percobaan.

- Dimasukan secara perlahan 4 ekor hewan uji ke dalam tiap wadah dan diamati tingkah lakunya.

- Dilakukan pengamatan selanjutnya setiap 10 menit selama 40 menit. - Dicatat hasil pengamatan dalam tabel pengamatan osmoregulasi.

(10)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

Hasil pengamatan praktikum osmoregulasi pada benih ikan Mas (C. carpio) dapat di lihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Hasil Pengamatan Praktikum Osmoregulasi

Organisme Waktu (m) Kadar Salinitas (ppt)

0 10 20 30 40 Ikan Mas (C. carpio) 0 - 10 +++ +++ +++ ++ - 11 - 20 +++ ++ ++ - 21 - 30 +++ + + 31 - 40 +++ + - Keterangan : +++ : Aktif ++ : Agresif + : Pasif/Lambat - : Mati B. Pembahasan

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan dapat dilihat bahwa banyak faktor yang mempengaruhi tingkah laku organisme air. Pada beberapa ikan yang dimasukkan dalam salinitas yang berbeda mengalami perbedaan respon. Hal ini disebabkan perbedaan cairan tubuh organisme dan lingkungan sangat berbeda. Pada organisme air tawar, konsentrasi garam pada tubuh ikan air tawar lebih tinggi dibandingkan lingkungannya. Sedangkan pada organisme air laut, konsentrasi garam pada lingkungannya lebih besar dari konsentarsi tubuh ikan itu sendiri. Sehingga air masuk secara difusi dan osmosis pada organisme perairan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Wulangi (2001) yang mengatakan bahwa organisme perairan memiliki cara dan adaptasi karena: 1) harus terjadi keseimbangan antara subtansi tubuh dan lingkungannya; 2) membran sel yang

(11)

prermiabel merupakan tempat lewatnya beberapa subtansi yang bergerak cepat; 3) Perbedaan tekanan osmosis antara cairan tubuh dan lingkungannya.

Pada oganisme ikan Mas (C. carpio) yang berada pada salinitas 0 ppt mengalami pergerakan atau tingkah laku yang normal. Ini menunjukkan bahwa ikan tersebut dapat hidup dengan baik pada kadar salinitas tersebut. Berbeda halnya dengan ikan Mas (C. carpio) yang disimpan pada media air asin yang memiliki nilai kadar salinitas 40 ppt. Tidak membutuhkan waktu lama, hanya berselang 0-10 menit, ikan tersebut telah mengalami kematian. Hal ini menunjukan ketidaksesuaian konsentrasi garam dalam tubuh dengan lingkungan sekitarnya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Prasetya (2013) yang menyatakan bahwa fungsi tubuh organisme perairan dapat berjalan secara stabil bila konsentrasi cairan dalam sel-sel tubuhnya sesuai dengan konsentrasi medium lingkungannya.

Ikan Mas (C. carpio) memiliki tubuh yang hipotonik. Ikan ini tidak dapat mentolerir kandungan garam yang tinggi dalam lingkungan perairan. Ikan Mas (C. carpio) yang diamati tidak menunjukan ketahanan yang kuat akan salinitas yang tinggi. Sehingga sifat ikan Mas (C. carpio) termasuk dalam golongan ikan yang stenohaline. Hal ini sesuai dengan pernyataan Lantu (2010) yang mengatakan bahwa ikan di perairan air tawar biasanya memiliki sifat stenohaline. Ikan air tawar memiliki konsentrasi kadar garam yang lebih tinggi dalam tubuh dari pada lingkungan sekitarnya. Selain itu, lingkungan yang hipertonik membuat ikan air tawar melakukan osmoregulasi untuk menyeimbangkan cairan dan ion dalam tubuh. Sehingga air masuk secara osmosis dalam tubuh ikan air tawar.

(12)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil praktikum yang kami lakukan dapat ditarik simpulan bahwa ikan Mas (C. carpio) memiliki toleransi yang sempit terhadap terhadap salinitas yang tinggi atau stenohaline. Ikan Mas (C. carpio) memiliki tubuh hipotonik karena ikan tersebut memiliki konsentrasi yang tinggi dalam tubunya.

B. Saran

Adapun saran dari praktikum ini adalah diharapkan dalam praktikum mengikuti arahan asisten dan mengerjakan sesuai dengan penuntun yang diberikan.

(13)

DAFTAR PUSTAKA

Agus dan Bambang. 2002. Analisis Financial Usaha Pembenihan Ikan Mas (Cyprinus Carpio) di Kecamatan Penebel, Kabupaten Tambanan Bali. Skripsi S1 FE, Universitas Tabanan. Bali.

Food and Agriculture Organization. 2016. Cultured Aquatic Species Information Program (C. carpio). www.fao.org/fishery/culturedspecies/Ciprinus_ carpio/en. Diakses pada tanggal 18 mei 2016.

Lantu, S. 2010. Osmoregulasi pada Hewan Akuatik. Jurnal Perikanan dan Kelautan. 6(1): 46-50

Nadia, L. R. A. 2010. Buku Ajar Iktiologi. Unhalu Press. Kendari.

Prasetya, N. Subekti, S. dan Kismiyati. 2013. Prevalensi Ektoparasit yang Menyerang Benih Ikan Koi (Cyprinus carpio) di Bursa Ikan Hias Surabaya. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. 5(1): 113-116

Siti, R. dan Diana, A. E. Pertumbuhan dan Survival Rate Ikan Mas (Cyprinus carpio Linn) pada berbagai Konsentrasi Pestisida Regent 0,3 G. Jurnal Saintek Perikanan. 5(1): 39-47

SulmartiniL., Nurul D. C., Tjahjaningsih W., Thomas V. Widiyatno dan Triastuti J. 2009. Respon Daya Cerna dan Respirasi Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio) Pasca Transportasi dengan Menggunakan Daun Bandotan (Ageratum conyzoides) Sebagai Bahan Antimetabolik. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. 1(1): 79-86

Sukiya. 2001. Biologi Vertebrata. Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta.

Susanto H. dan Rochdianto. 2007. Kiat Budi Daya Ikan Mas di Lahan Kritis. Penebar Swadaya. Jakarta.

Wulangi. 2001. Prinsip-Prinsip Fisiologi Hewan. Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan. Bandung.

Gambar

Gambar 1. Ikan Mas (C. carpio)            (Sumber: www.fao.org)  B. Morfologi dan Anatomi

Referensi

Dokumen terkait

Plasmolisis menyebabkan jaringan yang ditempatkan pada larutan yang hipertonis (konsentrasi air di dalam sel lebih tinggi daripada konsentrasi air di larutan sebelah luar

Fungsi cairan dielektrik pada proses EDM Wire Cutting adalah sebagai insulator yang menghambat aliran arus sehngga akan timbul beda potensial yang tinggi antara

Logam Kadmium berdampak langsung pada organisme karena sifatnya yang dapat terakumulasi dalam tubuh (Emilia et al., 2013) Namun, pada konsentrasi yang rendah, logam

Sistem ekskresi merupakan hal yang pokok dalam homeostatis karena sistem tersebut membuang limbah metabolisme dan merespon terhadap tingkat keseimbangan cairan tubuh dengan

Percobaan ini menggunakan viskometer Ostwald, yang mana pada metode ini dilakukan dengan mengukur waktu alir yang dibutuhkan oleh suatu cairan (fluida) pada konsentrasi tertentu

Michaelis-Menten kinetika secara luas digunakan untuk menggambarkan hubungan antara O2 konsentrasi dan O2 Tingkat konsumsi : keseluruhan respirasi jalur diasumsikan

Pada tahapan analisa fungsi akan dilakukan perbandingan nilai cost dengan worth C/W, apabila didapat nilai C/W > 2 maka item pekerjaan tersebut mengindikasikan bahwa memiliki biaya yang

Hewan yang hidup didasar perairan adalah mikrozoobenthos, makrozoobenthos merupakan salah satu kelompok terpenting dalam ekosistem perairan sehubungan dengan peranannya sebagai