PENGARUH SERTIFIKASI GURU DAN KOMITMEN GURU TERHADAP KINERJA GURU
1). Titok Waskito Adi 2). Nugroho Prambudiarto 3). Erlyna Hidyantari
1).Fakultas Ekonomi Universitas WR. Supratman Surabaya 2). Magister Ilmu Administrasi Publik Universitas WR. Supratman Surabaya 3). Magister Manajemen Universitas WR. Supratman Surabaya
Abstract
Purpose - Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh sertifikasi guru dan komitmen guru terhadap kinerja guru.
Design/Methodology/Approach - Teknik analisis dalam penelitian ini menggunakan Structural Equation Modeling (SEM) dengan program AMOS 18. Sampling menggunakan random sampling, pada pengguna e-commerce.
Sejumlah 450 responden ambil bagian dan ukuran sampel yang dapat digunakan adalah 180 sesudah proses penyeleksian.
Findings and implications - Pertama: menyatakan bahwa sertifikasi guru berpengaruh signifikan terhadap kinerja guru diterima. Kedua menyatakan bahwa sertifikasi guru berpengaruh signifikan terhadap kinerja guru.
Limitations – Meski justifikasi untuk menggunakan sampel berdasarkan etnis dan wilayah di negara Indonesia untuk penelitian yang berkaitan dengan sertifikasi guru telah ada dalam literatur, sampel ini mungkin tidak mencerminkan keseluruhan populasi guru yang sebenarnya di seluruh dunia.
Key word – sertifikasi guru, komitmen guru, kinerja guru
I. PENDAHULUAN
Rendahnya daya saing didunia pekerjaan menunjukkan bahwa dunia pendidikan masih belum mampu menghasilkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas secara realita mewujudkan tujuan pendidikan (Omojunwa, 2007). Menurut Badan PBB peringkat Indonesia dalam bidang pendidikan adalah rangking 62 diantara Negara dunia (2007).
Pemerintahan saat ini dalam memenuhi persyaratan ketenagakerjaan sudah mengikuti aturan yang telah ditetapkan pada negara-negara Asia melalui MEA 2016 kemudian pemerintah menetapkan Standard sertifikasi profesi kerja nasional ( SKKNI ) melalui SK Menakertrans Nomer 141 tahun 2013. Dunia pendidikan kini dihadapkan oleh berbagai perubahan, Prof. Sanusi dalam Mulyasa (2007:3) menyatakan bahwa perubahan yang terjadi mencakup social change, turbulence, complexity, and chaos ; seperti pasar bebas (free trade), tenaga kerja bebas (free labour), perkembangan masyarakat informasi, serta perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan budaya yang sangat dasyat. Menurut Siahaan dan Martiningsih dalam Wardana (2013:98) Pendidikan itu bukan hanya penting, tetapi sangat mendasar bagi perkembangan kehidupan manusia. Maka UNESCO (United Nations Education, Scientific and cultural Organization) menerapkan dan mengkampanyekan program pendidikan sepanjang hayat (life-long education), pendidikan untuk semua (education for all), dan semua untuk pendidikan (all for education).
Menurut Mc. Donald dalam Subagio (2011:2) Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan proses pembelajaran, agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya. Bukti empiris dari Romer (1986) dan Lucas (1988) menguatkan fakta bahwa modal manusia merupakan pendorong utama pertumbuhan ekonomi dan kinerja makroekonomi dari negara manapun. Untuk mendukung dan menunjang pelaksanaan pendidikan tersebut, dibutuhkan Sumber Daya Manusia, yaitu guru. Mardjuki dalam Wardana (2013:98), menyatakan bahwa guru merupakan Sumber Daya Manusia yang menjadi perencanaan, pelaku dan penentu tercapainya tujuan pendidikan.
Guru sebagai agen of change memegang peran penting dalam meningkatkan kualitas mutu pendidikan yang dihadapkan pada perubahan-perubahan globalisasi yang terjadi saat ini.
Untuk itu guru diharapkan memiliki kompetensi yang berkaitan dengan tugas dan tanggungjawabnya. Walker (1992) menyatakan pengembangan kompetensi adalah kompetensi guru memiliki 3 atribut seperti ilmu pengetahuan, keahlian dan perilaku.
Sedangkan encyclopedia of teacher training and education (vol. 2,1998) menyakatakan bahwa Guru dituntut untuk mampu memberikan dan merealisasikan harapan dari semua pihak melalui kinerjanya. Kenyataan di lapangan masih adanya guru yang belum memenuhi persyaratan tentang kualifikasi dan sertifikasi profesi yang seharusnya dimiliki seorang guru sebagai kunci dalam pembelajaran. Kondisi seperti ini belum bisa bersaing dengan tenaga kerja yang dihasilkan oleh Malaysia, Thailand, Jepang, Korea maupun China.
Kinerja Guru pada dasarnya merupakan unjuk kerja yang dilakukan oleh guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik. Kualitas kinerja guru menentukan kualitas hasil pendidikan. Artinya kinerja guru merupakan faktor penentu bagi mutu pendidikan yang akan berdampak pada kualitas hasil pendidikan setelah menyelasaikan sekolah. Besarnya tanggungjawab yang diberikan kepada guru dalam proses peningkatan mutu layanan dan kualitas lulusan membuat guru layak untuk mendapatkan perhatian. Dan sudah selayaknya pemerintah turut berperan dalam meningkatkan mutu layanan tersebut. Sertifikasi upaya pemerintah dalam meningkatkan mutu pendidikan yang diikuti dengan peningkatan kesejahteraan. Muslich (2007: 8) menyatakan bahwa “Peningkatan mutu guru lewat sertifikasi ini sebagai upaya peningkatan mutu pendidikan”. Guru yang bermutu merupakan syarat mutlak dalam menghasilkan pendidikan yang berkualitas. Ret (2010:7) menyatakan hampir semua bangsa di dunia ini selalu mengembangkan kebijakan yang mendorong keberadaan guru dan dosen yang berkualitas. Salah satu kebijakan yang dikembangkan oleh pemerintah di banyak negara adalah kebijakan intervensi langsung menuju peningkatan mutu dan memberikan jaminan dan kesejahteraan hidup guru dan dosen yang memadai.
Sertifikasi merupakan bukti pengakuan atas kompetensi guru yang sudah memenuhi standar profesional guru. Sebagai penghargaan, guru yang telah lulus sertifikasi mendapatkan tunjangan profesi sebesar 1 (satu) kali gaji pokok. Dengan adanya sertifikasi, pemerintah berharap kinerja guru akan meningkat. Widayati (2013:20), menyatakan profesionalitas guru dapat dilihat dari berbagai aspek seperti peningkatan kualitas pembelajaran dengan memberdayakan berbagai aspek pendukung pembelajaran sehingga guru meningkat kreativitas dan produktivitasnya. Penguasaan, penerapan, dan produk ilmu pengetahuan dan teknologi, seperti menulis buku, karya ilmiah, penelitian, membuat alat peraga, penerapan aspek teknologi dalam pembelajaran seperti media baik yang dihasilkan dalam bentuk software maupun hardware. Kontribusi guru dalam karya yang dapat dimanfaatkan orang lain juga dapat dijadikan tolok ukur profesionalitas guru. Pemanfaatkan teknologi informasi sebagai sarana pembelajaran seperti internet. Motivasi terus berkembang untuk maju dan berkualitas dalam pembelajaran, administrasi, pengembangan diri, yang mengarah pada perbaikan dan peningkatan kualitas pembelajaran.
Komitmen juga berpengaruh terhadap kinerja guru. Komitmen guru merupakan salah satu kunci yang turut menentukan berhasil tidaknya sekolah mencapai tujuannya dalam pendidikan. Echols (2003:130) commit artinya melakukan, commitment artinya melakukan janji-janji dan tanggung jawab. Komitmen merupakan suatu keputusan seseorang dengan dirinya sendiri, apakah ia akan melakukan atau tidak melakukan suatu kegiatan. Seseorang yang telah memiliki suatu komitmen, tidak akan kurang setuju dalam menentukan sikap dan bertanggung jawab terhadap keputusan yang diambil. Tanpa ada suatu komitmen, tugas-tugas yang diberikan kepada guru sukar untuk terlaksana dengan baik.
Komitmen guru erat kaitannya dengan sejauh mana seorang guru memiliki kepedulian dan perhatian terhadap tugas. Seorang guru yang memiliki tingkat komitmen rendah, maka
dia cendrung memiliki tingkat kepatuhan yang rendah dalam bekerja. Agar guru yang disertifikasi mampu melaksanakan tugasnya sesuai dengan yang diharapkan diperlukan komitmen yang tinggi dalam dirinya untuk menuju guru profesional.
Seorang guru yang profesional dituntut untuk mempunyai komitmen tinggi untuk meningkatkan mutu pendidikan. Komitmen adalah suatu hal yang sangat mendasar yang perlu dimiliki oleh seorang guru agar tugas yang diberikan benar-benar berjalan seoptimal mungkin. Pada dasarnya, sertifikasi sudah meningkatkan kinerja guru. Karena untuk mendapatkan sertifikasi, guru harus memenuhi beberapa syarat dan tahapan. Seperti, mengajar tatap muka minimal 24 jam/minggu. Hal ini tentunya sudah membuat guru lebih berproduktifitas di sekolah dari sebelumnya.
Menurut Pedoman Penyusunan Portofolio, (2009:7), perencanaan pembelajaran adalah persiapan pembelajaran yang akan dilaksanakan untuk satu topik atau kompetensi tertentu.
Perencanaan pembelajaran sekurang-kurangnya memuat perumusan tujuan/kompetensi, pemilihan dan pengorganisasian materi, pemilihan sumber/ media pembelajaran, scenario pembelajaran, dan penilaian proses dan hasil belajar. Dengan merencanakan pembelajaran maka proses belajar mengajar akan lebih efektif dan efisien.
Mulyasa, (2007:156) menyatakan, “Untuk memperoleh hasil yang optimal, guru dituntut tidak hanya mengandalkan terhadap apa yang ada di kelas, tetapi harus mampu dan mau menelusuri berbagai sumber pembelajaran yang diperlukan”. Melalui pengamatan peneliti, banyak guru yang masih berfokus pada buku ajaran, yang membuktikakn bahwa masih kurangnya pemberdayaan sumber pembelajaran.
Hal ini membuat siswa kurang tertarik atau merasa proses pembelajaran teras monoton.
Mulyasa (2007:157) menjelaskan ada berbagai sumber pengajaran yang memungkinkan untuk diberdayagunakan, seperti : (1) Manusia (people), guru dapat memberikan kemudahan belajar dengan menghadirkan narasumber yang terkait langsung dengan objek pembelajaran sehingga diperoleh informasi, pengetahuan, dan pengalaman bagi peserta didik. (2) Bahan (material), seperti film pendidikan, grafik, yang digunakan sebagai media pembelajaran (instructional media) dan mengandung pesan pembelajaran. (3) Lingkungan (setting) seperti ruang atau tempat yang di gunakan untuk berinteraksi dengan siswa. Contohnya ruang perpustakaan, laboratorium, micro teaching bahkan tempat-tempat seperti museum. (4) alat dan peralatan (tools and equipment) seperti kamera, tape recorder, proyektor, radio dan lain sebagainya.
Fenomena lainnya menunjukkan bahwa masih ada guru yang lebih memilih untuk menggunakan suatu produk pembelajaran yang bersifat “instan”, seperti memfotocopy atau
“copy-paste” silabus, Rancangan Persiapan Pengajaran (RPP) maupun media pembelajaran dari sesama guru atau internet yang semuanya itu belum tentu sesuai dengan pembelajaran yang diasuhnya. Hal ini menunjukkan bahwa, guru dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya bukan karena adanya motivasi dari dirinya, melainkan untuk menjalankan kewajiban disekolah.
Kurangnya kesadaran akan tugas dan tanggungjawab yang diembankan, memperlihatkan bahwa guru kurang memiliki komitmen kuat terhadap dirinya sendiri. Hal ini terlihat dari masih ada guru yang belum tepat waktu dalam menyelesaikan tugas, masih ada guru yang kurang peduli terhadap masalah yang dihadapi sekolah, seperti masalah perkembangan anak didik maupun masalah administrasi sekolah. Komitmen guru untuk menguasai Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) juga dirasa kurang, misalnya masih banyak guru yang tidak mengerti bagaimana menggunakan komputer, internet dan lain sebagainya.
Guru yang memiliki komitmen, akan menunjukkan sikap kerja yang penuh perhatian terhadap tugas dan tanggungjawabnya untuk melaksanakan tugas yang diberikan. Fenomena diatas memperlihatkan bahwa tidak hanya kurangnya motivasi yang kuat dikalangan guru sertifikasi, melainkan guru tersebut juga kurang memiliki komitmen yang kuat pada sekolah
dan diriya sendiri. Guru yang memiliki komitmen, akan berjanji dengan dirinya sendiri untuk melaksanakan tugas dengan penuh kepeduliaan, disiplin, loyalitas dan kebanggaan pada tugas meskipun tidak diawasi oleh kepala sekolah, maupun supervisor. Melakukan sesuatu sesuai dengan aturan dan kesepakatan yang telah ada serta menggunakan nilai-nilai kebenaran dalam menetapkan suatu keputusan. Tanpa komitmen, maka tugas guru sebagaimana telah dijelaskan akan sulit untuk terlaksana walaupun guru tersebut sudah mendapat sertifikasi.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh sertifikasi guru dan komitmen guru terhadap kinerja guru.
2. Literatur delopment dan Hipoteis
2.1. Pengaruh Sertifikasi Terhadap Kinerja
Mulyasa (2006: 43) menyatakan bahwa sertifikasi guru adalah untuk mendapatkan guru yang baik dan professional yang memiliki kompetensi untuk melaksanakan fungsi dan tujuan sekolah khususnya, serta pendidikan nasional umumnya sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan tuntutan zaman. Peningkatan mutu guru lewat sertifikasi ini sebagai upaya peningkatan mutu pendidikan, rasionalnya adalah apabila kompetensi guru meningkat yang diikuti dengan peningkatan penghasilan, diharapkan kinerjanya juga meningkat (Muslich, 2007: 8).
Sertifikasi berpengaruh terhadap kinerja guru (Istiarini & Sukanti (2012:4). Dengan adanya peningkatan profesionalisme guru, maka kompetensi guru akan ikut meningkat. oleh karena itu hipotesis yang kami ajukan adalah:
H1 : Sertifikasi guru berpengaruh positif terhadap kinerja guru 2.2.2 Pengaruh Komitmen Terhadap Kinerja
Selain itu dalam rangka peningkatan kualitas pendidikan, sangat diharapkan guru mempunyai komitmen yang kuat dalam pelaksanaan tugas dan tanggung jawab guru.
Komitmen yang tinggi pada guru akan membuat guru memiliki tekad yang kuat dalam menjalankan tugasnya dengan penuh tanggungjawab. Komitmen guru merupakan hal yang penting karena berpengaruh terhadap kinerja guru. Guru yang mempunyai komitmen biasanya akan menunjukkan sikap kerja yang penuh perhatian terhadap tugasnya. Guru tersebut akan memiliki tanggung jawab untuk melaksanakan tugas-tugasnya. Dalam komitmen terkandung keyakinan dan menimbulkan energi untuk melakukan yang terbaik.
Gambar 1: Model penelitian yang diusulkan
Sertikasi guru (X1) Kualifikasi
Akademik (X1.1)
Pendidikan dan Pelatihan (X1.2)
Pengalaman Mengajar (X1.3)
Perencanaan Pembelajaran (X1.4)
Penilaian atasan (X1.5)
Prestasi Akademik (X1.6)
Karya Pengembangan Profesi (X1.7)
Keikutsertaan Forum Ilmiah (X1.8)
Pengalaman Organisasi (X1.9)
Penghargaan Dibidang Pendidikan (X1.10)
Komitmen guru (X2) Komitmen afektif
(X2.1)
Komitmen berkelanjutan (X2.2)
Komitmen normatif (X2.3)
Kinerja Guru (Y)
Pedagogik (Y1)
Kepribadian (Y2)
Sosial (Y3)
Profesional (Y4) H1
H2
Dengan adanya komitmen akan menghasilkan kinerja yang lebih baik dan memiliki motivasi yang kuat untuk berprestasi. Rasa bangga sebagai guru yang mengemban tugas mulia akan melahirkan semangat dari dalam diri guru sendiri untuk memberikan yang terbaik dalam rangka peningkatan kualitas pendidikan dan pengajaran. Keberhasilan suatu pekerjaan tidak hanya ditentukan oleh ada-nya partisipasi atau keterlibatan seseorang tetapi juga dipengaruhi oleh adanya komitmen seseorang dalam menyelesaikan pekerjaan tersebut.
Komitmen yang tinggi dapat menimbulkan motivasi seseorang untuk melakukan sesuatu dengan penuh keikhlasan. Hal ini didasarkan atas asumsi bahwa bekerja tanpa motivasi akan cepat bosan, karena tidak adanya unsur pendorong agar semangat kerja tetap stabil. Motivasi merupakan komoditi yang sangat diperlukan oleh semua orang termasuk guru (Wahyuni, 2011:6).
H2 : Komitmen guru berpengaruh positif terhadap kinerja guru
3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Populasi dan Sampel
Data dilapangan menunjukan bahwa guru SMK yang ada di kota Surabaya yang jumlahnya 88 sekolah sedangkan jumlah guru 1768 orang dan jumlah siswa keseluruhan yang bisa ditampung oleh sekolah sebesar 30.404 siswa. (data dispendik Kota Surabaya, Mei 2016). Sampel pada penelitian ini sebesar 180 guru SMK di Surabaya. Berdasarkan 10 indikator sertifikasi, 3 indikator komitmen organisasi dan 5 indikator kinerja, secara keseluruhan 18 indikator x 10 = 180 siswa.
3.2 Variabel Penelitian
Variabel laten adalah variabel yang nilainya ditentukan oleh variabel terukur atau indikator. Sesuai dengan latar belakang judul, rumusan masalah, tujuan dan hipotesis, dalam penelitian ini terdapt 3 variabel laten, yaitu: sertifikasi guru, komitmen guru dan kinerja guru.
3.2 Variabel Penelitian
Variabel laten adalah variabel yang nilainya ditentukan oleh variabel terukur atau indikator. Sesuai dengan latar belakang judul, rumusan masalah, tujuan dan hipotesis, dalam penelitian ini terdapt 3 variabel laten, yaitu: sertifikasi guru, komitmen guru dan kinerja guru.
a. Variabel eksogen
Yaitu suatu variabel yang variasi nilainya akan mempengaruhi variasi nilai variabel yang lain dalam model dan tidak pernah dipengaruhi oleh variabel yang lain. Di dalam studi ini variabel eksogennya adalah: sertifikasi guru (X1) dan komitmen guru (X2)
b. Variabel endogen
Yaitu suatu variabel yang variasi nilainya tergantung pada variasi nilai dari satu atau beberapa variabel lain. Untuk variabel endogen dalam studi ini adalah kinerja guru (Y)
3.3. Definisi Operasional Variabel
Variabel
penelitian Definisi Dimensi Indikator
Sertifikasi (X1)
Sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat pendidik untuk guru
Penilaian Portofolio
1. Kualifikasi Akademik 2. Pendidikan dan Pelatihan 3. Pengalaman Mengajar 4. Perencanaan Pembelajaran 5. Penilaian dari atasan 6. Prestasi Akademik
7. Karya PengembanganProfesi 8. Keikutsertaan Forum Ilmiah 9. Pengalaman Organisasi
10. Penghargaan DibidangPendidikan Komitmen Suatu ketertarikan
diri seorang guru
Komitmen afektif
1. Menghabiskan karir di sekolah 2. merasakan masalah yang dihadapi
guru (X2)
terhadap tugas dan kewajiban sebagai guru yang dapat melahirkan tanggung- jawab dan sikap responsive
sekolah menjadi masalah guru 3. Bangga menjadi bagian organisasi tersebut
Komitmen berkelanjut- an
1. Bertahan di organisasi
2. Merasa berat meninggalkan sekolah 3. Menajaga nama baik sekolah
Komitmen normatif
1. Tidak meninggalkan tugas/tanggung jawab walaupun menguntungkan 2. Sekolah menjadi inspirasi dalam meningkatkan prestasi
Kinerja Guru (Y)
Kinerja merupakan hasil kerja seorang guru, yaitu Perbandi ngan antara hasil kerja guru dengan standar pencapaian hasil kerja guru yang ditetapkan
Pedagogik
1. Menguasai Karakteristik Peserta Didik 2. Menguasai Teori Belajar
3. Pengembangan Kurikulum 4. Kegiatan Pembelajaran Yang
Mendidik
5. Mengembangkan Potensi Peserta Didik
6. Komunikasi Dengan Peserta Didik 7. Penilaian Dan Evaluasi
Kepribadian
1. Bertindak sesuai norma
2. Menunjukkan pribadi yang teladan 3. Memiliki tanggungjawab yang tinggi Sosial
1. Peduli terhadap teman sejawat 2. Tidak diskriminatif
3. Komunikasi dengan tenaga pendidik 4. Komunikasi dengan orangtua Profesional
1. Menguasai pola pikir keilmuan
2. Mengembangkan keprofesian melalui tindakan reflektif
Sumber : Pedoman Penyusunan Portofolio (2009), Robbins (2009), Kebijakan PKB (2012)
3.4. Teknik Analisis Data
Tahap analisis data merupakan tahapan yang sangat penting karena dibutuhkan kecermatan dan ketelitian yang tinggi, pengolahan data menggunakan Model Persamaan Struktural atau Structural Equation Modeling (SEM) yang berbasis teori dan konsep, dari paket program AMOS (Analisys of Moment Structure)
4. CFA
Dari hasil analisis SEM hasil uji validitas konstruk sertifikasi guru, komitmen guru dan kinerja guru semuanya memenuhi syarat CR (critical ratio). Berdasarkan hasil uji validitas konstruk sertifikasi guru menunjukkan bahwa nilai loading faktor 10 indikator yang membentuk Sertifikasi Guru lebih besar dari 0,5 dan seluruh nilai Critical Ratio (CR) lebih besar dari 1,96, sehingga dapat dikatakan bahwa 10 indikator sertifikasi guru valid.
Berdasarkan hasil uji validitas konstruk komitmen guru menunjukkan bahwa nilai loading faktor 3 indikator yang membentuk komitmen Guru lebih besar dari 0,5 dan seluruh nilai Critical Ratio (CR) lebih besar dari 1,96, sehingga dapat dikatakan bahwa 3 indikator komitmen guru valid. Berdasarkan hasil uji validitas konstruk kinerja guru menunjukkan bahwa nilai loading faktor 3 indikator yang membentuk kinerja Guru lebih besar dari 0,5 dan seluruh nilai Critical Ratio (CR) lebih besar dari 1,96, sehingga dapat dikatakan bahwa 3 indikator kinerja guru valid. Berdasarkan hasil uji reliabilitas konstruk dapat diketahui bahwa ketiga konstruk nilai reliabilitasnya lebih besar 0,70, artinya bahwa ketiga konstruk tersebut sudah reliabel.
4.2. Hasil Analisis SEM
4.5. Goodness of Fit Index
Kriteria Nilai Cut – Off Hasil Perhitungan Keterangan
Chi – Square Diharapkan kecil 128,241
2 tabel dengan df = 116 adalah 142,138
2hitung (128,241) <2 tabel (142,138) = baik
Significance > 0,05 0,205 Baik
RMSEA < 0,08 0,07 Baik
GFI > 0,90 0,935 Baik
AGFI > 0,90 0,916 Baik
TLI > 0,95 0,955 Baik
CFI > 0,95 0,969 Baik
Keterangan: TC = teacher Sertificate CMT = Commitment Teacher
PT = Performance Teacher
Berdasarkan hasil goodness of fit indeks menunjukkan bahwa model penelitian berdasarkan hasil analisis SEM hasilnya fit, tidak ada perbedaan antara model penelitian dengan fakta data di lapangan.
4.6. Uji Hipotesis
Hip Variabel Koefisien C.R. Keterangan
H1 Sertifikasi guru (X1) → kinerja guru (Y) 0,415 4,873 Signifikan H2 Komitmen guru (X2) → kinerja guru (Y) 0,294 3,067 Signifikan
Berdasarkan tabel 4.6 dapat dijelaskan hasil pengujian hipotesis sebagai berikut : 1. Hipotesis satu (H1) menyatakan bahwa sertifikasi guru berpengaruh signifikan terhadap
kinerja guru.
Koefisien jalur sebesar 0,415 dengan nilai C.R. sebesar 4,873 lebih besar dari 1,96, artinya sertifikasi guru berpengaruh signifikan terhadap kinerja guru. Jadi hipotesis satu (H1)
Sertifikasi Guru (X1) X1.2
e2
,80 X1.1 e1
,72 X1.3 e3
X1.4 ,66 e4
,65 X1.5
e5 ,56
X1.6 e6
,68
X1.7 e7
,72
X1.8 e8
,79
e9 X1.9
,69
X1.10 e10
,80
Komitmen Guru (X2) X2.2
e12
X2.1 e11
X2.3 e13
,81 ,54 ,73
KInerja Guru (Y)
Y2 e15
Y3 e16
Y1 e14
,54 ,84 ,52
Y4 e17
,69
,42
,29
ey
,24
Chi Square = 128,241 df =116
prob = ,205 GFI =,935 AGFI =,916 CFI =,969 TLI =,955 RMSEA = ,070
TC
CMT TtT
PT
yang menyatakan bahwa sertifikasi guru berpengaruh signifikan terhadap kinerja guru diterima.
2. Hipotesis dua (H2) menyatakan bahwa sertifikasi guru berpengaruh signifikan terhadap kinerja guru.
Koefisien jalur sebesar 0,294 dengan nilai C.R. sebesar 3,067 lebih kecil dari 1,96, artinya sertifikasi guru berpengaruh signifikan terhadap kinerja guru. Jadi hipotesis dua (H2) yang menyatakan bahwa sertifikasi guru berpengaruh signifikan terhadap kinerja guru diterima.
4.3. Pembahasan
4.3.1. Pengaruh Sertifikasi Guru Terhadap Kinerja Guru
Sertifikasi guru berpengaruh terhadap kinerja guru. Hal ini menunjukkan bahwa responden yang sudah memenuhi kriteria penilaian portofolio memperlihatkan peningkatan kinerja secara signifikan dikarenakan adanya asumsi bahwa, sertifikasi bukan kondisi final dari profesi sebagai guru. Sehingga, guru yang sudah mendapatkan sertifikasi merasa puas namun tetap meningkatkan kinerjanya secara berkelanjutan.
Adapun tujuan dilakukannya sertifikasi menurut Kunandar (2007:79) antara lain adalah untuk a. Menentukan kelayakan guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai agen pembelajaran
dan mewujutkan tujuan pendidikan nasional.
b. Peningkatan proses dan mutu hasil pendidikan, dan c. Peningkatan professional guru
Dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 10 Tahun 2009 pasal 2 menyatakan sertifikasi bagi guru dalam jabatan dilaksanakan melalui uji kompetensi untuk memperoleh sertifikat pendidik dilakukan dalam bentuk portofolio. Tentunya dengan dilakukan uji kompetensi, diharapkan guru lebih meningkatkan kinerjanya.
Guru merupakan ujung tombak pendidikan sebab secara langsung berupaya mempengaruhi, membina dan mengembangkan peserta didik, sebagai ujung tombak, guru dituntut untuk memiliki kemampuan dasar yang diperlukan sebagai pendidik, pembimbing dan pengajar dan kemampuan tersebut tercermin pada kompetensi guru. Berkualitas tidaknya proses pendidikan sangat tergantung pada kreativitas dan inovasi yang dimiliki guru. Dengan adanya sertifikasi, guru diharapkan memiliki kinerja yang optimal dan ditunjukkan dengan memiliki keempat kemampuan, yaitu kemampuan merencanakan pembelajaran, kemampuan melaksanakan pembelajaran, kemampuan melakukan evaluasi dan kemampuan melaksanakan pembelajaran.
4.3.2. Pengaruh Komitmen Guru Terhadap Kinerja Guru
Komitmen merupakan suatu keputusan seseorang dengan dirinya sendiri, apakah ia akan melakukan atau tidak melakukan suatu kegiatan. Maka seseorang yang telah memiliki suatu komitmen tidak akan ragu dalam menentukan sikap.
Komitmen berarti adanya ketaatan seseorang dalam bertindak sejalan dengan janji- janjinya. Semakin tinggi derajad komitmen pegawai semakin tinggi pula kinerja yang dicapainya dan semakin efektif suatu perusahaan dalam mencapai tujuannya.
Komitmen ditunjukkan dalam sikap penerimaan, keyakinan yang kuat terhadap nilai- nilai dan tujuan sebuah organisasi, begitu juga adanya dorongan yang kuat untuk mempertahankan keanggotaan dalam organisasi demi tercapainya tujuan organisasi atau dengan kata lain komitmen organisasional merupakan loyalitas seorang guru pada suatu pekerjaan atau organisasinya. Komitmen guru terhadap lembaga sekolah sebagai organisasi pada dasarnya merupakan suatu kondisi yang dirasakan oleh guru yang dapat menimbulkan perilaku positif yang kuat terhadap organisasi kerja yang dimilikinya.
5. Kesimpulan dan Saran
Sebaiknya kepala sekolah selaku pimpinan di SMK Surabaya, lebih memberikan pengertian/penyuluhan kepada guru yang sudah mendapatkan sertifikasi untuk terus meningkatkan kinerjanya seperti meningkatkan prestasi akademik dan aktif dalam karya pengembangan profesi. Perlu disadari bahwa sertifikasi bukanlah pencapaian akhir bagi seorang guru. Untuk itu, bagi guru yang sudah mendapatkan sertifikasi kiranya tidak berpuas diri, tetapi secara terus menerus meningkatkan kinerjanya yang pada akhirnya meningkatkan mutu pendidikan. Guru hendaknya meningkatkan komitmennya terhadap sekolah degan cara tidak meninggalkan siswa pada saat jam pelajaran berlangsung, ikut merasakan masalah yang dihadapi sekolah, secara bersama-sama mencari solusinya dan menunjukkan sikap kerja yang penuh perhatian dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya
Daftar Pustaka
Arikunto, Suharsimi dan Abdul Jabar, Cepi Safrudin, 2008, Evaluasi Program Pendidikan.Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Ecols, Sadily.H, 2003, Kamus Indonesia-Inggris, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Ghozali, Imam, 2015, Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS 23 Semarang: Universitas Diponegoro.
Hasibuan, 2008, Manajemen Sumberdaya Manusia, Bumi Aksara, Jakarta.
Hurmaini, H, 2011, Dampak Pelaksanaan Sertifikasi Guru dalam Proses Pembelajaran Studi Pada Madrasah Tsanawiyah Jambi, Media Akademika, Vol. 26, No. 4, Oktober 2011, IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
Istiarini R, Sukanti, 2012, Pengaruh Sertifikasi Guru dan Motivasi Kerja Guru terhadap Kinerja Guru SMA N 1 Kulonprogo, Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol X No 1 hal 98-113.
Jabar, 2012, Kebijakan Pengembangan Profesi Guru.
Joseph F. Hair Jr, William C. Black, Barry J. Babin, Rolph E. Anderson, 2010, Multivariate Data Analysis (7th Edition).
Juniarari. 2011. http://juniarari.blogspot.com/2011/11/komitmen-organisasi.html
Kunandar, 2007, Guru ProfesionalImplementasi KTSP & Sukses Sertifikasi Guru, Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Mulyasa, Enco, 2007, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Remaja Rosdakarya, Bandung.
Muslich, Masnur, 2007, Sertifikasi Guru Menuju Profesionalisme Pendidik, Bumi Aksara, Jakarta.
Pedoman Penyusunan Portofolio, 2009, Sertifikasi Guru Dalam Jabatan, Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 10 Tahun 2009, Tentang Sertifikasi Guru dan Jabatan.
Ramdhani, Neila. 2012. Menjadi Guru Inspirasi, Titiun Fondation, Jakarta.
Robin, 2009. Prilaku Organisasi, Salemba Empat Jakarta.
Sajidan, 2010, Pengembangan Profesionalisme Guru dan Dosen Melalui Sertifikasi, Jurnal Ilmiah SPIRIT, Universitas Negeri Sebelas Maret.
Sopiah, 2008. Prilaku Organisasi, PT. Andi, Yogyakarta,
Subagio,2011,http://subagio-subagio.blogspot.com/2011/06/peran-pendidikan-dalam- menciptakan.html. ( diakses nopember 2016).
Sutrisno, Edy, 2009, Budaya Organisasi, Edisi pertama, Kencana, Jakarta
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005, Tentang Guru dan Dosen.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003,Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Uno, Hamzah. 2008. Profesi Kependidikan. Bumi Aksara, Jakarta.
Wahyuni U, Dewi, et al, 2014, Influence of Organizational Commitment, Transactional Leadership, and Servant Leadership to the Work Motivation, Work Satisfaction and Work Performance of Teachers at Private Senior High Schools in Surabaya, Education Reserce International, Vol 3(2) Halaman 82-96.
Wardana, S Dendik, 2013, Motivasi Berprestasi Dengan Kinerja Guru yang Sudah Sertifikasi”. Volume 1 No 1, Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan, Fakultas Psikologi Universitas Muhhammadiyah Malang.
Widayati, Ani, 2013, Studi Tentang Musyawarah Guru Mata Pelajaran Akuntansi dalam Meningkatkan Profesionalitas Guru Akuntansi SMKk di DIY, Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. 11 No 1.