• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGUJIAN TRADE OFF THEORY & PECKING ORDER THEORY DALAM PENENTUAN STRUKTUR MODAL: Studi Pada Perusahaan BUMN Sektor Non-Keuangan yang Terdaftar di BEI Tahun 2010-2013.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGUJIAN TRADE OFF THEORY & PECKING ORDER THEORY DALAM PENENTUAN STRUKTUR MODAL: Studi Pada Perusahaan BUMN Sektor Non-Keuangan yang Terdaftar di BEI Tahun 2010-2013."

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Regina Hannanti, 1100240. Pengujian Trade Off Theory dan Pecking Order

Theory dalam Penentuan Struktur Modal (Studi Pada Perusahaan BUMN

Sektor Non-Keuangan yang Terdaftar di BEI Tahun 2010-2013). Dibawah Bimbingan Mayasari, SE.MM.

Setiap perusahaan memiliki tujuan untuk mencapai kesuksesan dengan meningkatkan nilai perusahaan setinggi-tingginya, sedangkan nilai perusahaan tersebut salah satunya sangat dipengaruhi oleh peran struktur modal. Struktur modal adalah kombinasi dana internal dan dana eksternal untuk membiayai operasional perusahaan. Banyaknya proporsi dana internal / eksternal yang digunakan, dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya profitabilitas, pertumbuhan perusahaan, ukuran perusahaan dan tangibility.

Melalui faktor-faktor tersebut,perusahaan mempunyai tugas untuk membuat suatu kebijakan struktur modal yang optimal, dengan cara menjadikannya sebagai dana internal atau justru sebagai keuntungan agar mendapatkan dana eksternal. Kebijakan tersebut akan sesuai dengan karakteristik Trade Off Theory dan Pecking Order Theory. BUMN Publik merupakan perusahaan yang telah bangkit dari keterpurukannya selama beberapa tahun yang lalu. Penelitian ini bermaksud untuk mengetahui kebijakan struktur modal dengan karakteristik teori apakah sehingga dapat meningkatkan kinerja perusahaan yang menyebabkan nilai perusahaannya pun meningkat signifikan.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif verifikatif. Populasinya merupakan BUMN Publik sektor non-keuangan yang berjumlah 12 perusahaan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tiga faktor yang terbukti mempengaruhi struktur modal menyimpulkan bahwa BUMN Publik sektor non-keuangan cenderung menggunakan kebijakan struktur modal dengan karakeristik Pecking Order Theory sesuai pengujian koefisien arah regresi.

(2)

ABSTRACT

Regina Hannanti, 1100240. Testing Trade Off Theory and Pecking Order Theory in Capital Structure Determination (Studyon BUMN Public Non-Financial Listed on the Stock Exchange 2010-2013). Under Guidance Mayasari, SE.MM.

Each company has a goal to achieve success by increasing the high value of the company, while the value of the company is one of which is strongly influenced by the role of capital structure. Capital structure is a combination of internal funds and external funds to finance its operations. A large proportion of the fund's internal / external use, influenced by several factors, including profitability, growth companies, firm size and tangibility.

Through such factors, the company must make a capital structure policy, through such factors as whether the funds will be used internally or as collateral to obtain external funding. The policy will be in accordance with the characteristics of the Pecking Order Theory and the Trade Off Theory. BUMN Public is a company that has risen from the ground up for a couple of years ago. This study intends to determine the capital structure policy approach to the theory of whether that can improve the performance of the company that caused the value of the company has increased significantly.

The method used in this research is descriptive verification. The population is 12 companies of BUMN Publicnon-financial. The results of this study showed that three factors are shown to affect the capital structure of BUMN concluded that the non-financial public sector tend to use capital structure policy approach appropriate Pecking Order Theory regression coefficient test direction

(3)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tujuan utama setiap perusahaan adalah memakmurkan kekayaan pemegang saham dengan cara meningkatkan nilai perusahaan setinggi-tingginya, sedangkan nilai perusahaan tersebut salah satunya sangat dipengaruhi oleh peran struktur modal, karena itu setiap perusahaan harus menentukan struktur modal yang optimal agar bisa mencapai tujuan perusahaan. Untuk menentukan struktur modal yang optimal, perusahaan dapat mempertimbangkan teori-teori struktur modal yang tepat bagi perusahaan. Menurut Suad Husnan (2004, hlm. 263), “Ada beberapa teori tentang struktur modal, yang diantaranya itu pasti akan ada satu teori struktur modal terbaik yang harus diterapkan perusahaan. Karena bila teori terbaik itu diterapkan, maka suatu perusahaan dapat mencapai tujuannya yaitu meningkatkan nilai perusahaan setinggi-tingginya”.

Teori terbaik itu belum tentu sama bagi setiap perusahaan, hanya saja bila suatu perusahaan telah berhasil mencapai tujuannya yaitu dapat meningkatkan nilai

perusahaan (harga saham), maka perusahaan telah menerapkan teori struktur modal yang terbaik bagi perusahaan tersebut. Berkaitan dengan hal itu, penulis tertarik untuk melakukan sebuah penelitian yang dapat mengetahui struktur modal yang optimal bagi perusahaan, khususnya di Indonesia.

Teori-teori struktur modal menurut Suad Husnan (2004, hlm. 264) adalah Irrelevan Theory MM tanpa pajak, Relevan Theory MM dengan adanya pajak, Trade

Off Theory dan Pecking Order Theory. Namun bila disesuaikan dengan realita

(4)

Trade Off Theory mengatakan bahwa besarnya nilai perusahaan tergantung pada besarnya penggunaan hutang dalam struktur modal. Maksudnya, perusahaan akan memaksimalkan penggunaan hutang selama perusahaan masih mampu membayar hutang-hutangnya, dengan kata lain tingkat hutang tersebut belum mencapai titik kebangkrutan.

Pecking Order Theory adalah sebuah teori dengan adanya preferensi penggunaan sumber dana. Dalam menjalani kegiatan operasional, perusahaan biasanya memanfaatkan dana internal secara maksimal terlebih dahulu, apabila biaya tersebut masih kurang mencukupi dan perusahaan masih membutuhkan dana, barulah perusahaan memutuskan untuk mencari sumber dana eksternal dimulai dari resiko yang terkecil yaitu obligasi, kemudian berhutang dan selanjutnya pilihan terakhir adalah menerbitkan saham baru.

Di negara lain, penelitian yang serupa dengan hal ini umumnya menggunakan objek penelitian berupa perusahaan dengan harga saham yang sangat tinggi dan memiliki aset serta kapital yang sangat besar. Namun pada penelitian kali ini, penulis tertarik untuk menggunakan perusahaan yang tergolong dalam kategori Badan Usaha

Milik Negara (BUMN) yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

BUMN Publik terdiri dari empat perusahaan yang berasal dari sektor keuangan dan dua belas perusahaan berasal dari sektor non-keuangan. Menurut Kasmir (2005 hlm.9), “perusahaan keuangan adalah perusahaan yang berada dibidang keuangan dimana kegiatannya, menghimpun dana atau menyalurkan dana atau mungkin kedua-duanya”. Sedangkan perusahaan non-keuangan adalah “perusahaan yang memiliki kegiatan ekonomi untuk mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi, dan/atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan

industri.” (Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian)

(5)

Putu Gede Ary Suta (2000, hlm. 354), yaitu “BUMN disadari memiliki kekuatan besar untuk berperan di pasar modal. Tapi sayang, sejauh ini peran BUMN dalam pengembangan pasar modal masih belum optimal. Malah beberapa BUMN justru menjadi beban masyarakat karena senantiasa menggerogoti anggaran pemerintah".

Disamping hal itu situs www.pajak.go.id memberikan informasi pula bahwa terhitung sejak tahun 2010, BUMN menghasilkan kinerja keuangan yang sangat baik, sehingga dapat memperoleh keuntungan yang besar dan dapat mempengaruhi IHSG. Berdasarkan data-data yang diperoleh, peningkatan nilai saham di Indonesia ternyata sangat dipengaruhi oleh peran BUMN yang tercatat di pasar modal (BEI).

Hingga tahun 2010, BUMN publik membukukan akumulasi laba bersih mencapai Rp. 34,570 triliun. Angka tersebut meningkat sebesar 36,44% dari periode tahun 2009, yang hanya membukukan laba bersih sebesar Rp. 25,34 triliun. Emiten BUMN Publik di Bursa Efek Indonesia ini telah mampu menguasai 26,16% kapitalisasi pasar atau mencapai sekitar Rp. 862,07 triliun dari total kapitalisasi 428 emiten di Bursa Efek Indonesia yang mencapai total kapital sebesar Rp.3.337,59

triliun.

“Kinerja keuangan BUMN yang sudah tercatat di pasar bursa, dari tahun ke tahun mengalami pertumbuhan yang signifikan” (Mustafa Abubakar, Menteri BUMN, www.pajak.go.id).

(6)
[image:6.612.145.496.86.325.2]

Tabel 1. 1

Harga Saham BUMN Publik

Sumber: idx.co.id, data diolah kembali

Dari tabel diatas terlihat bahwa BUMN yang semula dianggap kurang profitable, kini mengalami peningkatan kinerja perusahaan yang mengakibatkan nilai

sahamnya terus bergerak naik dari tahun ke tahun. Dari hal itu pula dapat terlihat bahwa BUMN telah menerapkan suatu kebijakan struktur modal yang tepat sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan. Sehingga urgensinya adalah melalui penelitian ini, dapat diketahui struktur modal dengan karakteristik teori apakah yang telah diterapkan oleh BUMN Publik hingga dapat meningkatkan nilai perusahaannya. Dari hal ini, perusahaan-perusahaan lain dapat menjadikan teori struktur modal yang diterapkan oleh BUMN Publik sebagai salah satu referensi bagi kebijakan struktur modal mereka, agar bisa mencapai tujuan perusahaan.

(7)

Salah satu rasio struktur modal yang sering digunakan adalah Debt to Equity Ratio (DER), yang fungsinya untuk mengukur tingkat penggunaan hutang terhadap

ekuitas yang dimiliki perusahaan. Semakin tinggi rasio DER, maka menunjukkan semakin tingginya ketergantungan struktur modal perusahaan terhadap pihak luar (dana eksternal).

Dua unsur yang digunakan dalam rasio ini adalah ekuitas dan hutang. Ekuitas merupakan modal sendiri yang dimiliki perusahaan dan hutang merupakan pinjaman dana dari pihak eksternal untuk menambah biaya modal perusahaan. Namun ternyata, perusahaan BUMN Publik yang dapat dilihat struktur modalnya dengan menggunakan rasio DER hanya perusahaan yang berasal dari sektor non-keuangan. Hal itu karena BUMN Publik sektor keuangan (perbankan) tidak menggunakan unsur hutang, melainkan berupa dana pihak ketiga, sehingga tidak bisa diwakilkan dengan

rasio DER. “Dana yang berasal dari masyarakat luas (dana pihak ketiga) merupakan sumber dana terpenting bagi operasi bank” (Kasmir 2012 hlm.59)

Hal itu menjadi sebuah pertimbangan yang mendasari mengapa lembaga non-keuangan yang dijadikan penelitian dengan menggunakan struktur modal. Berikut ini

[image:7.612.145.502.460.698.2]

adalah perkembangan struktur modal BUMN Publik sektor non-keuangan dari tahun 2010-2013:

Tabel 1.1

Struktur Modal BUMN Publik Sektor Non-Keuangan

Perusahaan DER (X) Rata-rata

2010 2011 2012 2013

ADHI 4.71 5.27 5.67 5.28 5.23

ANTM 0.27 0.41 0.54 0.71 0.48

INAF 1.36 0.83 0.83 1.19 1.05

JSMR 1.37 1.32 1.53 1.61 1.45

KAEF 0.49 0.43 0.45 0.52 0.47

PGAS 1.22 0.8 0.66 0.6 0.82

PTBA 0.36 0.41 0.5 0.55 0.45

PTPP 3.31 3.86 4.16 5.26 4.14

SMGR 0.29 0.35 0.46 0.41 0.37

TINS 0.4 0.43 0.34 0.61 0.44

TLKM 0.98 0.69 0.66 0.65 0.74

(8)

Rata-rata 1.4325 1.4625 1.5575 1.69083 1.53583 Sumber: idx.co.id, data diolah kembali

Dari data diatas, dapat diketahui bahwa rasio DER pada BUMN Publik sektor non-keuangan tahun 2010-2013 menunjukan tren angka yang meningkat setiap tahunnya. Itu artinya ketergantungan BUMN Publik terhadap sumber dana eksternal meningkat. Hal ini bertolak belakang dengan karakteristik BUMN itu sendiri yang sebagian besar modal seharusnya bersumber dari pemerintah.

Tetapi dari data diatas pula dapat terlihat bahwa pada umumnya perusahaan BUMN Publik sektor non-keuangan memiliki hutang yang rendah karena rasio DER-nya ada dibawah 1, artiDER-nya tingkat hutang perusahaan masih berada dibawah ekuitasnya. Adapun rasio DER yang berada diatas 1, rasio tersebut hampir seluruhnya diwakili oleh perusahaan-perusahaan dari sektor konstruksi. Pada umumnya perusahaan yang berasal dari sektor konstruksi akan membutuhkan banyak dana eksternal untuk tambahan modal usaha, oleh karena itu tingkat hutangnya cenderung tinggi.

Struktur modal yang dapat mencapai tujuan perusahaan adalah struktur modal yang optimal, dan untuk mencapai struktur modal yang optimal ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhinya, sehingga baik atau buruknya struktur modal perusahaan akan tergantung pada faktor-faktor yang mempengaruhinya. Menurut

Frank dan Goyal (2003), struktur modal itu dipengaruhi oleh Profitabilitas, Pertumbuhan Perusahaan, Ukuran Perusahaan dan Tangibility.

(9)
[image:9.612.143.498.187.429.2]

sektor non-keuangan dari tahun 2010-2013 yang diukur dengan rasio Return On Asset (ROA):

Tabel 1.2

Profitabilitas BUMN Publik Sektor Non-Keuangan

Perusahaan ROA (%)

2010 2011 2012 2013

ADHI 3.86 2.99 2.71 4.2

ANTM 13.71 12.68 15.19 1.87

INAF 1.71 3.31 3.57 -4.19

JSMR 6.25 6.15 6.2 4.36

KAEF 8.37 9.57 9.68 8.72

PGAS 20.14 19.75 23.42 20.49

PTBA 22.92 26.84 22.86 15.88

PTPP 3.7 3.46 3.62 3.39

SMGR 23.51 20.12 18.54 17.39

TINS 16.12 13.65 7.07 6.53

TLKM 15.91 15.01 16.49 15.86

WIKA 4.95 4.7 4.62 4.96

Rata-rata 11.76 11.52 11.16 8.3

Sumber: idx.co.id, data diolah kembali

Dari data diatas, terlihat bahwa profitabilitas BUMN Publik sektor non-keuangan mengalami penurunan, artinya kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba adalah menurun. Namun, dalam penelitian tahap selanjutnya akan diketahui sebuah alasan mengapa nilai perusahaan bergerak naik disaat

profitabilitasnya menurun.

Selain profitabilitas, faktor lain yang dianggap mempengaruhi kebijakan

(10)
[image:10.612.134.503.119.389.2]

Tabel 1.3

Pertumbuhan Perusahaan BUMN Publik Sektor Non-Keuangan

Perusahaan

Sales Growth

2010 2011 2012 2013

ADHI -26.44% 17.98% 13.93% 28.47%

ANTM 0.38% 18.32% 1.00% 8.12%

INAF -6.86% 14.84% -3.94% 15.70%

JSMR 18.60% 13.29% 82.85% 13.50%

KAEF 11.55% 9.34% 7.30% 16.40%

PGAS 9.66% -1.00% 27.33% 47.82%

PTBA -11.61% 33.79% 9.57% -3.32%

PTPP 4.71% 41.59% 28.43% 45.63%

SMGR -0.30% 14.18% 19.66% 25.02%

TINS 8.16% 4.92% -10.60% -25.18%

TLKM 6.24% 4.79% 7.27% 7.55%

WIKA -8.62% 28.54% 26.79% 21.07%

Rata-rata 0.46% 16.72% 17.47% 16.73%

Sumber: idx.co.id, data diolah kembali

Pertumbuhan perusahaan BUMN Publik yang dilihat dari segi penjualan menunjukkan angka yang fluktuatif, namun cenderung meningkat. Itu berarti BUMN Publik mampu meningkatkan penjualannya dari tahun ke tahun dengan angka yang cukup tinggi.

(11)
[image:11.612.107.541.103.392.2]

Tabel 1.4

Ukuran Perusahaan BUMN Publik Sektor Non-Keuangan

Perusahaan

Total Aset (dalam jutaan)

2010 2011 2012 2013

ADHI Rp 4,927,696 Rp 6,112,954 Rp 7,872,074 Rp 9,720,962 ANTM Rp 12,218,890 Rp 15,201,235 Rp 19,708,541 Rp 21,865,117

INAF Rp 733,958 Rp 1,114,902 Rp 1,188,619 Rp 1,294,511 JSMR Rp 18,952,129 Rp 21,432,134 Rp 24,753,551 Rp 28,366,345 KAEF Rp 1,657,292 Rp 1,794,242 Rp 2,080,558 Rp 2,471,940 PGAS Rp 32,087,431 Rp 30,976,446 Rp 37,791,930 Rp 53,536,157

PTBA Rp 8,722,699 Rp 11,507,104 Rp 12,728,981 Rp 11,677,155 PTPP Rp 5,444,074 Rp 6,933,354 Rp 8,550,851 Rp 12,415,669 SMGR Rp 15,562,999 Rp 19,661,603 Rp 26,579,084 Rp 30,792,884 TINS Rp 5,881,108 Rp 6,569,807 Rp 6,101,007 Rp 7,883,294

TLKM Rp 99,758,447 Rp 103,054,000 Rp 111,369,000 Rp 127,951,000

WIKA Rp 6,286,305 Rp 8,322,980 Rp 10,945,209 Rp 12,594,963

Rata-rata Rp 17,686,086 Rp 19,390,063 Rp 22,472,450 Rp 26,714,166

Sumber: idx.co.id, data diolah kembali

Tabel diatas menunjukkan angka yang meningkat setiap tahun. Hal itu menandakan bahwa perusahaan BUMN Publik sektor non-keuangan memiliki total aset yang semakin besar. Menurut Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia No. 46/M-DAG/PER/9/2009 tentang perubahan atas peraturan menteri perdagangan Republik Indonesia No. 36/M-DAG/PER/9/2007 tentang penerbitan surat izin usaha perdagangan pasal 3, BUMN Publik sektor non-keuangan termasuk kedalam perusahaan dengan ukuran yang besar karena total asetnya melebihi 10 miliar rupiah.

[image:11.612.108.535.116.393.2]
(12)
[image:12.612.157.477.160.386.2]

disebut juga dengan struktur aktiva. Berikut ini struktur aktiva yang dimiliki BUMN Publik 2010-2013 sektor non-keuangan:

Tabel 1.6

Tangibility BUMN Publik Sektor Non-Keuangan

Perusahaan Struktur Aktiva (%)

2010 2011 2012 2013

ADHI 3.78 3.61 2.38 2.79

ANTM 23.1 19.61 23.66 30.64

INAF 13.21 30.76 28.54 28.42

JSMR 72.26 74.4 1.7 2.09

KAEF 24.93 23.78 21.53 20.17

PGAS 52.3 51.22 43.34 42.11

PTBA 10.56 9.91 14.56 24.01

PTPP 1.41 1.09 0.85 1.14

SMGR 49.24 59.21 63.19 61.26

TINS 2.3 23.07 28.24 23.96

TLKM 76 72.68 69.18 67.81

WIKA 6.45 9.04 10.68 13.02

Rata-rata 27.96 31.53 25.65 26.45

Sumber: idx.co.id, data diolah kembali

Berdasarkan tabel diatas, struktur aktiva BUMN Publik sektor non-keuangan tahun 2010-2013 menunjukkan angka yang fluktuatif cenderung menurun. Artinya aset tetap yang dimiliki perusahaan cenderung menurun, terutama selama tiga tahun terakhir periode penelitian.

Melalui faktor-faktor tersebut yang diduga mempengaruhi struktur modal, seorang manajer keuangan harus memiliki keputusan yang tepat untuk sumber pendanaan perusahaan. Keputusan itu akan menentukan apakah faktor-faktor tadi

akan digunakan perusahaan sebagai sumber pendanaan internal ataukah sebagai jaminan untuk mendapatkan sumber pendanaan eksternal. Pada akhirnya, keputusan yang diambil oleh manajer keuangan tersebut akan berdasarkan pada teori-teori struktur modal.

(13)

Herman Ruslim (2009) yang membuktikan kesesuaian Trade Off Theory pada perusahaan LQ45. Hal itu berbeda dengan penelitian yang telah dilakukan oleh K. Bagus Wardianto pada tahun 2012 terhadap perusahaan 50 Biggest Market Capitalization di Bursa Efek Indonesia yang cenderung dengan karakteristik Pecking

Order Theory. Itulah sebabnya penulis akan melakukan penelitian ini untuk mengetahui kecenderungan teori struktur modal yang diterapkan BUMN Publik sektor non-keuangan dengan judul:

"PENGUJIAN TRADE OFF THEORY & PECKING ORDER THEORY DALAM PENENTUAN STRUKTUR MODAL (Studi Pada Perusahaan BUMN Sektor Non-Keuangan yang Terdaftar Di BEI Tahun 2010-2013)"

1.2 Identifikasi Masalah

Menurut Suad Husnan (2004, hlm. 263), “Ada beberapa teori tentang struktur modal, yang diantaranya itu pasti akan ada satu teori struktur modal terbaik yang harus diterapkan perusahaan. Karena bila teori terbaik itu diterapkan, maka suatu perusahaan dapat mencapai tujuannya yaitu meningkatkan nilai perusahaan

setinggi-tingginya”.

Teori terbaik tersebut tentunya tidak sama bagi setiap perusahaan, hanya saja bila suatu perusahaan telah berhasil mencapai tujuannya yaitu dapat meningkatkan nilai perusahaan, maka perusahaan tersebut telah menerapkan teori struktur modal yang terbaik, tentunya bagi perusahaan tersebut.

(14)

Jepang misalnya, apabila perusahaan mau menerbitkan saham baru itu biayanya cenderung murah, karena nilai perusahaannya sangat tinggi dan labanya juga berarti tinggi. Sedangkan untuk mencari sumber dana hutang cenderung sulit karena suku bunga di negaranya sangat tinggi (Jeff Madura, 2006, hlm. 249).

Berkaitan dengan hal itu, penulis tertarik untuk melakukan sebuah penelitian yang dapat mengetahui struktur modal yang optimal bagi perusahaan dengan menggunakan Trade Off Theory dan Pecking Order Theory, khususnya di Indonesia. Di negara lain, penelitian yang serupa dengan hal ini umumnya menggunakan objek penelitian berupa perusahaan-perusahaan dengan saham tertinggi yang memang sudah jelas memiliki aset dan kapital yang sangat besar. Namun pada penelitian kali ini, penulis tertarik untuk menggunakan perusahaan BUMN khususnya sektor non-keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

BUMN Publik merupakan perusahaan yang telah bangkit dari keterpurukannya selama beberapa tahun yang lalu. Penelitian ini bermaksud untuk mengetahui kebijakan struktur modal dengan karakteristik teori apakah sehingga dapat

meningkatkan kinerja perusahaan yang menyebabkan nilai perusahaannya pun meningkat signifikan.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan hal-hal diatas, yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana gambaran profitabilitas BUMN Publik sektor non-keuangan pada tahun 2010 sampai dengan tahun 2013?

2. Bagaimana gambaran pertumbuhan perusahaan BUMN Publik sektor non-keuangan pada tahun 2010 sampai dengan tahun 2013?

(15)

4. Bagaimana gambaran tangibility BUMN Publik sektor non-keuangan pada tahun 2010 sampai dengan tahun 2013?

5. Bagaimana gambaran struktur modal BUMN Publik sektor non-keuangan pada tahun 2010 sampai dengan tahun 2013?

6. Bagaimana pengaruh profitabilitas, pertumbuhan perusahaan, ukuran perusahaan dan tangibility terhadap struktur modal BUMN Publik sektor non-keuangan pada tahun 2010 sampai dengan tahun 2013?

7. Bagaimana kecenderungan teori struktur modal yang diterapkan BUMN Publik sektor non-keuangan pada tahun 2010 sampai dengan tahun 2013?

1.4 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang diajukan dalam penelitian, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk:

1. Mengetahui gambaran profitabilitas BUMN Publik sektor non-keuangan pada tahun 2010 sampai dengan tahun 2013

2. Mengetahui gambaran pertumbuhan perusahaan BUMN Publik sektor

non-keuangan pada tahun 2010 sampai dengan tahun 2013

3. Mengetahui gambaran ukuran perusahaan BUMN Publik sektor non-keuangan pada tahun 2010 sampai dengan tahun 2013

4. Mengetahui gambaran tangibility BUMN Publik sektor non-keuangan pada tahun 2010 sampai dengan tahun 2013

5. Mengetahui gambaran struktur modal BUMN Publik sektor non-keuangan pada tahun 2010 sampai dengan tahun 2013

6. Mengetahui bagaimana pengaruh profitabilitas, pertumbuhan perusahaan, ukuran perusahaan dan tangibility terhadap struktur modal BUMN Publik sektor non-keuangan pada tahun 2010 sampai dengan tahun 2013

(16)

1.5Manfaat Penelitian

Sebuah penelitian yang dilakukan, baiknya dapat memeberikan manfaat bagi lingkungan. Manfaat dari penelitian yang telah penulis lakukan adalah:

1. Bagi praktisi, penelitian ini bermanfaat untuk referensi manajemen perusahaan dalam penentuan struktur modal yang optimal melalui faktor-faktor yang mempengaruhinya dan juga melalui teori yang berkaitan dengan struktur modal. Sedangkan bagi para investor, sebagai bahan pertimbangan yang bermanfaat untuk pengambilan keputusan dalam berinvestasi pada perusahaan yang akan ditanamkan dananya dengan melihat struktur modal perusahaan tersebut.

(17)

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

5.1.Simpulan

Sesuai dengan temuan dan pembahasan yang telah dilakukan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal serta pengujian Trade Off Theory dan Pecking Order Theory dalam penentuan struktur modal BUMN Publik sektor

non-keuangan 2010-2013, melalui analisis deskriptif dan verivikatif, maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut:

1. Gambaran profitabilitas BUMN Publik sektor non-keuangan yang diukur dengan Return On Asset (ROA) selama tahun 2010 hingga 2013 memiliki tren yang menurun dengan rata-rata 10,7%. Rata-rata ROA tertinggi dicapai pada tahun 2010 sebesar 11,76% dengan ROA yang tertinggi dimiliki oleh PT Semen Indonesia Tbk sebesar 23,51% sedangkan ROA terendah terjadi pada tahun 2013 sebesar 8,3% dan perusahaan yang memiliki ROA terendah adalah PT

Indofarma Tbk dengan angka -4,19%.

2. Gambaran pertumbuhan perusahaan BUMN Publik sektor non-keuangan selama tahun 2010 hingga 2013 yang diukur dengan menggunakan sales growth cenderung naik dengan rata-rata 12,84%. Rata-rata sales growth terendah dicapai pada tahun 2012 dengan angka sebesar 17,47% dan sales growth tertinggi dicapai oleh PT Jasa Marga Tbk sebesar 82,85% sedangkan sales growth terendah terjadi pada tahun 2010 sebesar 0,46% dan sales growth

terendah itu dimiliki oleh PT Adi Karya Tbk dengan angka -26,44%.

(18)

angka Rp26.714.166.000.000dan rata-rata total aset terendah terjadi di tahun 2010 dengan angka Rp17.686.086.000.000. Selama periode penelitian 2010-2013 perusahaan yang memiliki aset tertinggi berasal dari sektor Telekomunikasi yang diwakili oleh PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk.

4. Gambaran Tangibility perusahaan BUMN Publik sektor non-keuangan selama tahun 2010 hingga 2013 yang diukur dengan menggunakan struktur aktiva (aset tetap) menunjukkan angka yang fluktuatif cenderung menurun dengan rata-rata struktur aktiva sebesar 27,9%. Rata-rata struktur aktiva tertinggi dicapai pada tahun 2011 dengan angka 31,53% dan perusahaan yang memiliki prosentase struktur aktiva terbesar ialah PT.Telekomunikasi Indonesia Tbk dengan angka 72,68% sedangkan struktur aktiva terendah terjadi pada tahun 2012 dengan prosentase 25,65%. Perusahaan yang memiliki struktur aktiva terendah adalah PT. Pembangunan Perumahan Tbk dengan prosentase 0,85%

5. Gambaran struktur modal perusahaan BUMN Publik sektor non-keuangan

selama tahun 2010 hingga 2013 yang diukur dengan menggunakan Debt to Equity Ratio (DER) menunjukkan peningkatan setiap tahunnya. Rata-rata DER

selama empat periode adalah 1,5 x. DER tertinggi terjadi pada tahun 2013 sebesar 1,69x dan perusahaan yang memiliki DER tertinggi adalah PT Adhi Karya Tbk sebesar 5,23x sedangkan DER terendah terjadi pada tahun 2010 sebesar 1,43 x dan perusahaan yang memiliki DER terendah adalah PT Aneka Tambang Tbk sebesar 0,27x.

(19)

7. Sehingga dapat disimpulkan arah kebijkan struktur modal yang digunakan pada perusahaan-perusahaan BUMN Publik sektor non-keuangan periode 2010-2013 ada yang menggunakan kebijakan struktur modal berdasarkan karakteristik Pecking Order Theory dan ada yang menggunakan Trade Off Theory, namun kecenderungannya adalah menggunakan Pecking Order Theory.

5.2.Implikasi dan Rekomendasi

Berdasarkan temuan dan pembahasan yang telah dilakukan, maka penulis mengajukan beberapa implikasi dan rekomendasi sebagai berikut:

1. Meskipun dengan profitabilitas yang menurun tetapi struktur modal masih dinilai optimal karena harga sahamnya meningkat, BUMN Publik sektor non-keuangan sepatutnya tetap menjaga profitabilitasnya agar dapat naik, karena profitabilitas sangat berperan penting dalam usaha mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan dalam jangka panjang, karena profitabilitas menunjukkan apakah badan usaha atau perusahaan mempunyai prospek yang baik di masa yang akan datang.

2. Tangibility BUMN Publik sektor non-keuangan sebaiknya ditingkatkan agar efisiensi usaha perusahaan juga dapat semakin meningkat. Dengan peningkatan tangibility, kemungkinan besar perusahaan dapat meningkatkan penjualannya

yang dibarengi dengan peningkatan pendapatan perusahaan. Dengan peningkatan tangibility, bukan hanya kapasitas usaha saja yang meningkat, melainkan bermanfaat untuk kebutuhan sumber pendanaan eksternal, dan juga

meminimalisir informasi asimetri.

(20)

sales growth semakin ditingkatkan. Karena sales growth yang tinggi dengan tren yang terus meningkat, perusahaan akan memiliki banyak dana internal yang dapat digunakan untuk kebutuhan operasional / investasi, sehingga perusahaan dapat mengurangi hutangnya.

4. BUMN Publik sektor non-keuangan sangat disarankan untuk mempertahankan ukuran perusahaannya dengan cara mempertahankan bahkan meningkatkan total asetnya. Hal itu dapat memberi dua keuntungan, yaitu kontribusi dana internal yang dapat dimaksimalkan untuk kebutuhan investasi, dan sebagai jaminan apabila sewaktu-waktu perusahaan membutuhkan dana eksternal.

5. Bagi peneliti selanjutnya yang akan meneliti struktur modal perusahaan, diharapkan dapat meneliti struktur modal dengan variabel-variabel lain yang mempengaruhinya selain profitabilitas, pertumbuhan perusahaan, ukuran perusahaan dan tangibility, yaitu variabel laba, stabilitas penjualan, perlindungan pajak, skala perusahaan, kondisi internal perusahaan dan ekonomi makro, atau menambah periode pengamatan dan sampel perusahaan.

(21)

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Alma, Buchori. 2008. Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung: Alfabeta

Atmaja, Lukas Setia. 2008. Teori dan Praktek Manajemen Keuangan.Yogyakarta: ANDI.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian: Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Brealey Richard A. dan Myers Stewart C. (2002) “Principles of Corporate Finance“, 6thEdition, McGraw- Hill Companies, Inc. New York.

Bringham, Eugene F. dan Houston. 2001. Manajemen Keuangan Edisi Kedelapan. Jakarta: Erlangga.

Brigham, E. F dan Houston, 2006. Dasar-dasar Manajemen Keuangan, Edisi Sepuluh, Alih Bahasa Ali Akbar Yulianto, Penerbit Salemba Empat, Jilid I, Jakarta Fahmi, Irham, 2011. Analisis Kinerja Keuangan. Alfabeta, Bandung

Ghazali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19.

Semarang: Undip.

Harahap, Sofyan Syafri. 2008. Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Hasan, Iqbal. 2002. Pokok-pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Husnan, Suad dan Enny Pudjiastuti. 2004. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan Edisi kelima. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.

I Gede Putu Ary Suta. 2000. Menuju Pasar Modal Modern. Jakarta: Yayasan SAD Satria Bhakti

Kasmir

Komaruddin. 1991. Manajemen Permodalan Perusahaan Modern. Jakarta: Bumi

(22)

Madura, Jeff. 2006. International Corporate Finance. Jakarta: Salemba Empat Nazar, Moh. 2011. Metode Penelitian, Bogor Selatan : Ghalia Indonesia.

Sartono, Agus. 2010. Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi Edisi 4. Yogyakarta: BDFE.

Scott, David F. 2010. Manajemen Keuangan: Prinsip dan Penerapan, Edisi Kesepuluh, Jilid 2. Jakarta: PT. Indeks.

Sudana, I Made. 2011. Manajemen Keuangan Perusahaan Teori & Praktik. Jakarta: Erlangga

Sudjana. 2003. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.

Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta. Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.

Syamsuddin, Lukman. 2007. Manajemen Keuangan Perusahaan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

JURNAL

Frank dan Goyal, 2003. Testing the Pecking Order Theory of Capital Structure.

Hadianto, Bram. 2008. Pengaruh Struktur Aktiva, Ukuran Perusahaan dan Profitabilitas terhadap Struktur Modal Emiten Sektor Telekomunikasi Periode

200-2006 Sebuah Pengujian Hipotesis Pecking Order.Universitas Kristen

Maranatha.

Indrajaya, Glenn, dkk. 2011. Pengaruh Struktur Aktiva, Ukuran Perusahaan, Tingkat Pertumbuhan, Profitabilitas dan Risiko Bisnis terhadap Struktur Modal: Studi

Empiris pada Perusahaan Sektor Pertambangan yang Listing di BEI Periode

(23)

Kusumaningrum, Eka Amalia. 2010. Analisis Pengaruh Profitabilitas, Pertumbuhan Asset, dan Ukuran Perusahaan terhadap Struktur Modal (Studi Kasus

Perusahaan Realestate and Property yang Terdaftar di BEI tahun 2005-2009).

Universitas Dipenogoro.

Merry, Widayanti (2012) Pengujian Pecking Order Theory Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2005-2010. S2

Thesis, Universitas Negeri Yogyakarta.

Rajan, Raghuram G., dan Luigi Zingales. 1995. What Do We Know About Capital Structure? Some Evidence From International Data, NBER Working Paper.

Ruslim, Herman. 2009. Pengujian Struktur Modal (Teori Pecking Order): Analisis Empiris Terhadap Saham LQ45. Universitas Tarumanegara.

Titman, S and Wessels, R. 1988. “The Determinants of Capital Structure Choice”.

Journal of Finance ,Vol 43 pp. 1-19.

Wardianto, Bagus K. 2012. Pengujian Teori Struktur Modal pada Perusahaan Perusahaan 50 Biggest Market Capitalization di Bursa Efek Indonesia.

Universitas Lampung.

Wahidawati. 2001. Pengaruh kepemilikan Manajerial dan Kepemilikan Institusional pada Kebijakan Hutang Perusahaan : Sebuah perspektif Agency Theory.

Simposium Nasional Akuntansi IV.

Weston, J. Fred, and Brigham, F. Eugene. 1995. Essential of Management Finance. The Dryden Press, a Advisonof Holt, Rinehart and Winston, Inc: 245-265

WEBSITE

Mustafa Abubakar, Menteri BUMN, www.pajak.go.id

www.Idx.co.id

(24)

http://books.google.co.id/books?id=2GdKVCbSNz4C&pg=PA54&lpg=PA54&dq=fe nomena+bumn&source=bl&ots=r1UWqAYp7q&sig=ukvLXLVYwCazQ3q-XR4VWsJiGo&hl=id&sa

=X&ei=PrwsVNK9HZKIuASo34LACw&ved=0CEsQ6AEwCQ#v=onepage &q=fenomena%20BUMN&f=false

http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/126135-5659-Analisis%20pengaruh-Analisis.pdf http://www.sahamok.com/daftar-perusahaan-bumn

http://www.pajak.go.id/content/18-bumn-publik-cetak-laba-rp3457-triliun http://blog.stie-mce.ac.id/sriati/2011/12/18/memahami-struktur-modal/

http://market.bisnis.com/read/20120807/190/90012/kinerja-emiten-sektor-tambang-merosot-karena-harga-anjlok

http://www.klubsaham.tpxventures.com/forum/topic/11180/?page=19 http://www.bimbie.com/peran-bumn-dalam-perekonomian-indonesia.htm

http://sp.beritasatu.com/ekonomidanbisnis/pertumbuhan-ekonomi-indonesia-2010-sebesar-61-persen/3417

Gambar

Tabel 1. 1 Harga Saham BUMN Publik
Tabel 1.1 Struktur Modal BUMN Publik Sektor Non-Keuangan
Tabel 1.2 Profitabilitas BUMN Publik Sektor Non-Keuangan
Tabel 1.3 Pertumbuhan Perusahaan BUMN Publik Sektor Non-Keuangan
+3

Referensi

Dokumen terkait

Mucos digunakan sebagai mukolitik (pengencer dahak) karena pasien mempunyai keluhan banyak dahak, Cefotaxime (antibiotik golongan Sefalosporin) digunakan untuk infeksi saluran

Berdasarkan kondisi masyarakat Kabupaten Penajam Paser Utara saat ini dengan tantangan yang dihadapi dalam 20 (dua puluh) tahun mendatang serta dengan memperhitungkan

Pada saat harga bunga cengkeh tinggi, bunga cengkeh yang digunakan sebaiknya bunga cengkeh dengan mutu rendah (hasil sortiran). Penggunaan bunga cengkeh sebagai rempah dalam industri

Berdasarkan analisis deskriptif terhadap aspek-aspek kemampuan menulis matematika pada kelas eksperimen meliputi aspek written texts, mathematical expression,

Apakah penggunaan media pembelajaran Audio Visual dapat meningkatkan motivasi belajar pada pelajaran fiqih materi sholat fardhu siswa kelas II MI M a’arif Sraten

Proses pencapaian tujuan suatu kebijakan akan lebih efektif apabila dalam diri pelaksana kebijakan sudah tertanam kesadaran dan keyakinan bahwa tercapainya tujuan

Instrumen yang dikembangkan dan diujicobakan dalam penelitian ini adalah: (1) instrumen untuk mengetahui profil cerita yang diminati oleh anak tahap perkembangan kognitif

Penulis merancang sebuah set furnitur kamar tidur yang berukuran lebih kecil daripada umumnya, mengingat ukuran lahan yang terbatas sehingga furnitur pada ukuran normal