• Tidak ada hasil yang ditemukan

LEMBAR PERNYATAAN. Dengan ini saya menyatakan bahwa :

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "LEMBAR PERNYATAAN. Dengan ini saya menyatakan bahwa :"

Copied!
122
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

ii

(3)

iii

(4)

iv

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli penulis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Hukum (S.H) pada Program Studi Hukum Tata Negara Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Sumber-sumber yang penulis gunakan dalam penyusunan skripsi ini sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan merupakan karya asli dari penulis atau plagiasi dari karya orang lain, maka dalam hal ini penulis bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 12 Januari 2021 M 28 Jumadil Awal 1442 H

Ahmad Ubaedillah NIM. 11160453000029

(5)

v

ABSTRAK

Ahmad Ubaedillah. NIM. 11160453000029. PENERAPAN KONSEP OMNIBUS LAW PADA PERATURAN DAERAH (ANALISIS YURIDIS PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 2 TAHUN 2020 TENTANG PENCABUTAN 7 (TUJUH) PERATURAN DAERAH YANG MENGATUR TENTANG PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH). Program Studi Hukum Tata Negara (Siyasah), Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 1442 H / 2021 M.

Studi ini bertujuan untuk menjelaskan Harmonisasi Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 2 Tahun 2020 tentang Pencabutan 7 (Tujuh) Peraturan Daerah Kota Bogor dan menerapkan konsep Omnibus Law pada Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 2 Tahun 2020 tentang Pencabutan 7 (Tujuh) Peraturan Daerah Yang Mengatur Tentang Penyelenggaraan Pemerintah Daerah.

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian hukum normatif dengan pendekatan yuridis normatif, data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data sekunder dan data primer. Bahan hukum yang digunakan dalam penelitian ini adalah bahan hukum primer, dan sekunder serta didukung oleh bahan non hukum yang relevan.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa, alasan Pencabutan 7 (Tujuh) Peraturan Daerah Kota Bogor Yang Mengatur Tentang Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah, meliputi: Peraturan Daerah Kota Bogor dicabut karena adanya pencabutan Undang-Undang yang menjadi dasar hukum Peraturan Daerah tersebut, diundangkannya Peraturan Pemerintah yaitu Peraturan Menteri Dalam Negeri, sudah diatur dalam Peraturan Daerah yang lebih baru, cukup diatur dengan Peraturan Wali Kota saja. Dan proses harmonisasi Peraturan Daerah Kota Bogor dalam konsep Omnibus Law melalui beberapa tahapan, yaitu: Penerimaan Surat Permohonan Pengharmonisasian dari Instansi Pemrakarsa; Analisis Rancangan Peraturan Perundang-undangan yang Berupa Tanggapan; Tanggapan disampaikan ke Direktur; Tanggapan disampaikan ke Dirjen; Pengharmonisasian dengan mengundang Instansi terkait; Tercapai Sepakat; Pengecekan terakhir rancangan; Mengirim Surat ke Instansi Pemrakarsa untuk di proses lebih lanjut.

Kata Kunci : Harmonisasi, Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, Peraturan Daerah, Pencabutan, Stufen Theorie,Omnibus Law.

Pembimbing : Dr. Atep Abdurrofiq, M.Si

Daftar Pustaka : Dari Tahun 1981 sampai dengan Tahun 2021

(6)

vi

KATA PENGANTAR

Alhamdulilah, puji dan syukur dipanjatkan ke hadirat Allah S.W.T., yang telah memberikan ni’mat kesehatan, kekuatan, dan petunjuk kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “PENERAPAN KONSEP OMNIBUS LAW PADA PERATURAN DAERAH (ANALISIS YURIDIS PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 2 TAHUN 2020 TENTANG PENCABUTAN 7 (TUJUH) PERATURAN DAERAH

YANG MENGATUR TENTANG PENYELENGGARAAN

PEMERINTAHAN DAERAH).” Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, pada keluarga, sahabat, serta kita sebagai umatnya.

Dalam penyelesaian skripsi ini, penulis menyadari bahwa tidak sedikit hambatan serta kesulitan yang penulis hadapi. Namun berkat kesungguhan dan kesabaran, serta do‟a dan dorongan dari berbagai pihak, bapak dosen pembimbing, keluarga, para sahabat, , dan khususnya pembimbing, hambatan dan kesulitan tersebut dapat diatasi dengan baik. Karena itu, penulis sangat berterima kasih kepada semua pihak yang telah membantu, baik berupa pemikiran, saran, dukungan serta doa. Karena itu sudah selayaknya penulis menyampaikan terima kasih banyak dan apresiasi yang setinggi-tingginya, terutama kepada :

1. Ibu Prof. Dr. Amany Burhanuddin Umar Lubis, Lc., M.A, Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta;

2. Bapak Dr. Ahmad Tholabi Kharlie, S.H., M.A., M.H, Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta;

3. Ibu Dr. H. Sri Hidayati, M.Ag, Ketua Program Studi Hukum Tata Negara (Siyasah) Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta;

(7)

vii

4. Ibu Dr. Hj. Masyrofah, S.Ag., M.Si, Sekretaris Program Studi Hukum Tata Negara (Siyasah) Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta;

5. Bapak Dr. Atep Abdurrofiq, M.Si, Dosen Pembimbing Skripsi, yang begitu sabar telah meluangkan waktu ditengah kesibukannya untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis ucapkan terima kasih atas bimbingan bapak dalam penyelesaian skripsi ini;

6. Seluruh Dosen Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, khususnya kepada Dosen Program Studi Hukum Tata Negara (Siyasah) Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu, yang telah mengajarkan penulis selama perkuliahan berlangsung dengan sabar dan ikhlas. Penulis ucapkan terima kasih dan maaf sedalam-dalamnya atas kekurangan dari penulis selama perkuliahan berlangsung;

7. Bapak Dr. H. Rumadi Ahmad, M.Ag, Penasihat Akademik dan selanjutnya di teruskan oleh Ibu Dr. Ria Safitri, M.Hum, yang selama ini memberikan semangat dan pemikirannya kepada penulis;

8. Keluarga Besar Kantor Bagian Hukum dan Hak Asasi Manusia Sekretariat Daerah Kota Bogor, terutama kepada: Bapak Alma Wiranta, S.H.,M.Si (Han), Bapak Roni Ismail, S.H, Ibu Yulia Anita I, S.H., M.Sc, Ibu Nuniek Wulandari, S.H, dan Ibu Dewi Siti Rodifah, S.E, serta seluruh staf yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu, yang telah memberikan arahan, bimbingan, motivasi, dan bahan materi dalam penyelesaian skripsi ini;

9. Pimpinan dan seluruh Karyawan Perpustakaan di lingkungan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan Perpustakaan Utama Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan fasilitas dalam proses penyelesaian skripsi ini;

10. Bapak dan Ibu penulis tercinta, Ayahanda Endang Setiawan dan Ibunda Nyai Nurhayati, yang telah mencurahkan segala usaha dan doa untuk

(8)

viii

kesuksesan dan kelamcaran dalam menyelesaikan studi ini. Serta adik-adik penulis: Juhadi Abdillah, Ropiatul Husniah, Rominatul Hukmiah, Fatimahtul Aliyah (Alm), dan Alimahtu Rhadiah yang telah memberi warna dan semangat dalam proses studi ini. terima kasih banyak penulis ucapkan, skripsi ini penulis persembahkan khususnya kepada keluarga besar umumnya kepada seluruh umat manusia;

11. Keluarga Besar Kakek Dadun dan Nenek Hindun, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang selalu memberikan semangat dan do‟a pada penulis;

12. Keluarga Besar Nenek Manih (Ma Uji), yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang selalu memberikan semngat dan do‟a pada penulis;

13. Keluarga Besar Hukum Tata Negara (Siyasah) 2016, yang selalu memberikan warna dalam jam perkuliahan berlangsung. Semoga kebersamaan kita selama perkuliahan berlangsung menjadi penyemangat untuk terus melaju ke depan, menggapai cita-cita, dan kesuksesaan selalu menyertai kita;

14. Keluarga Besar Kelompok KKN 165 BERSINAR 2019 yang dibimbing oleh Ibu RR. Tini Anggraeni, ST., M.Si, terima kasih atas kebersamaan dan berbagi pengalaman kepada penulis;

15. Jamaah Majelis Dzikir Manakib Malam Sabtu, yaitu Deni Ramdani, Rusli Maulana, Bayu, Ahmad Sanusi, Embem, Saepul Bahri, Imam, dan yang lainnya, yang selalu memberikan warna kehidupan, motivasi dan do‟a pada penulis;

16. Jamaah Majelis Dzikir dan Sholawat Malam Minggu yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu, yang selalu memberikan warna kehidupan dan do‟a pada penulis;

17. Pengurus DKM Baitul Yaqin Periode 2020/1442 H – 2023/1445 H Kp.

Tawakal RW. 05 Kelurahan Bubulak, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor yang memberikan banyak pembelajaran dan pengalaman dalam bermasyarakat pada penulis;

(9)

ix

18. Sahabat perjuangan di kampus, yaitu Abdul Jabar Ridho, Reza Reanaldi, Ahmad Adin Nugroho, Andi Adriansah, Fahri Saepudin Ilham, Fahriza Hafiz, Fahmi Aziz, Rendro P dan yang lainnya yang selalu memberikan warna dan makna pertemanan pada penulis;

19. Fenia Fauziah Rahma beserta Bapak Sukarya dan Ibu Ade Siti Hamsah, yang selalu memberikan semangat, arahan, motivasi, dan do‟a kepada penulis serta memfasilitasi tempat dalam penyelesaian skripsi ini;

20. Dan seluruh teman-teman penulis yang secara langsung maupun tidak langsung memberikan motivasi, arahan, dan doa kepada penulis, khususnya kepada Siti Aisyah yang telah membantu dan memberikan arahan dalam referensi kepada penulis.

Akhir kata dari penulis, semoga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca.

Jakarta, 12 Januari 2021

28 Jumadil Awal 1442 H

Ahmad Ubaedillah NIM. 11160453000029

(10)

x

DAFTAR ISI

COVER JUDUL ... Error! Bookmark not defined.

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... i

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN .. Error! Bookmark not defined. LEMBAR PERNYATAAN ... iii

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi, Batasan dan Rumusan Masalah ... 10

1. Identifikasi Masalah ... 10

2. Batasan Masalah ... 11

3. Rumusan Masalah ... 11

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 12

1. Tujuan Penelitian ... 12

2. Manfaat Penelitian ... 12

D. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu ... 13

E. Metode Penelitian... 15

F. Sistematika Penulisan... 18

BAB II LANDASAN TEORI DAN KONSEP ... 19

A. Harmonisasi Hukum... 19

1. Pengertian Harmonisasi ... 19

2. Pengertian Harmonisasi Hukum ... 20

(11)

xi

3. Ruang Lingkup Harmonisasi Hukum ... 21

4. Fungsi Harmonisasi Hukum ... 23

5. Langkah-Langkah Harmonisasi Hukum ... 24

6. Pendekatan Harmonisasi Hukum ... 25

7. Unsur-Unsur Harmonisasi Hukum ... 28

B. Jenjang Norma Hukum (Stufen Theorie) ... 29

C. Konsep Omnibus Law ... 35

1. Pengertian Omnibus Law ... 35

2. Manfaat dan Tujuan Konsep Omnibus Law ... 38

3. Kekurangan Konsep Omnibus Law ... 39

BAB III PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH... 41

A. Pengertian Peraturan Peundang-Undangan ... 41

B. Proses Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan ... 43

C. Asas-Asas Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan ... 47

D. Pembentukan Peraturan Daerah ... 53

E. Materi Muatan Peraturan Daerah ... 59

BAB IV ANALISIS HARMONISASI HUKUM PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 2 TAHUN 2020 TENTANG PENCABUTAN 7 (TUJUH) PERATURAN DAERAH YANG MENGATUR TENTANG PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH DALAM KONSEP OMNIBUS LAW ... 62

A. Faktor-Faktor Pencabutan 7 (Tujuh) Peraturan Daerah Kota Bogor ... 62 B. Harmonisasi Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 2 Tahun 2020

tentang Pencabutan 7 (Tujuh) Peraturan Daerah Yang Mengatur

(12)

xii

Tentang Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Dalam Konsep

Omnibus Law ... 76

BAB V PENUTUP ... 92

A. Kesimpulan ... 92

B. Saran ... 94

DAFTAR PUSTAKA ... 95

LAMPIRAN ... 101

(13)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Negara Republik Indonesia yang berdiri pada tanggal 17 Agustus 1945 adalah negara yang berdasarkan hukum (rechstaat) dalam arti negara pengurus (verzorgingsstaat). Hal ini tertulis dalam Pembukaan Undang - Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Alinea ke 4 yang berbunyi sebagai berikut:1

“Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdasakan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang – Undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”2

Indonesia merupakan negara hukum sebagaimana dinyatakan dalam Konstitusi Indonesia yang dinyatakan dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yaitu Negara Indonesia adalah negara hukum (Rechtstaats) bukan negara kekuasaan (Machtsstaat). Pada negara

1 Maria Farida Indrati S, Ilmu Perundang-Undangan 1: Jenis, Fungsi, dan Materi Muatan, (Yogyakarta: PT. Kanisius, 2007), h. 1

2 Lihat Undang – Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, (Jakarta:

Sekretariat Jenderal MPR RI, 2017), h. 114 - 115

(14)

yang menjunjung tinggi hukum memiliki tujuan hukum antara lain ketertiban, ketentraman, kedamaian, kesejahteraan dan kebahagiaan dalam tata kehidupan bermasyarakat.3

Negara yang menjunjung tinggi hukum harus berlandaskan hukum yang ajeg, kuat dan memberikan rasa keadilan.Hukum memang dibuat oleh negara tidak semata-mata menjadi alat perekayasa sosial, tetapi lebih dari itu untuk menegakkan keadilan dan melindungi harkat manusia. Tidak sedikit hak-hak kemanusiaan yang dipercayakan kepada hukum untuk dijaga atau dilindungi, sebab tanpa adanya perlindungan hukum, akan banyak terjadi perbuatan pelanggaran hukum.4

Pada dasarnya hukum merupakan norma-norma yang sifatnya memaksa dan mengikat dimana mengatur tingkah laku manusia yang dibentuk oleh lembaga yang berwenang. Keberadaan hukum harus dipatuhi oleh manusia dan bila dilanggar maka akan diberikan hukuman berupa sanksi sebagaimana telah disepakati oleh masyarakat.5

Salah satu pendapat hukum dari Soerjono Soekanto memberikan banyak pengertian hukum sebagai berikut, antara lain hukum sebagai tata hukum yaitu terdiri dari struktur dan proses perangkat kaidah-kaidah hukum yang berlaku pada suatu waktu dan tempat tertentu serta berbentuk tertulis. Hukum dimaknai sebagai tata hukum memiliki posisi yang sangat penting sebagai dasar bertindak pemerintah.6

3 Firman Freaddy Busroh, Teknik Perundang-undangan suatu Pengantar, (Jakarta: Cintya Press, 2016), h. 17

4 Firman Freaddy Busroh, Konseptualisasi Omnibus Law Dalam Menyelesaikan Permasalahan Regulasi Pertanahan, Arena Hukum Volume 10, Nomor 2, Agustus 2017, h. 229 – 230 diakses pada 5 Maret 2020 Pukul 12.44 WIB

5 Firman Freaddy Busroh, Konseptualisasi Omnibus Law Dalam Menyelesaikan Permasalahan Regulasi Pertanahan, Arena Hukum Volume 10, Nomor 2, Agustus 2017, h. 230

6 Soerjono Soekanto, Sosiologi Hukum Dalam Masyarakat, (Jakarta: Rajawali, 1979), h.

43

(15)

3

Jika suatu negara sudah memposisikan dirinya sebagai negara hukum (rechtsstaat), maka konsekuensinya produk peraturan perundang-undanganlah yang menjadi tolak ukur rule of the game di tengah kehidupan masyarakat, dimana kandungan norma di dalamnya akan menyebut soal larangan, perintah, kepatuhan, dan sanksi yang mengikat.7

Hukum berisi norma perlindungan kepentingan rakyat seperti keadilan, kebebasan menentukan pilihan, perlakuan yang adil, perlakuan yang manusiawi, hak memperoleh kesejahteraan dan pekerjaan yang layak, termasuk yang bermuatan penegakan hukum. Jika penyelenggara kekuasaan mengimplementasikan tugas yang digariskan oleh hukum ini berarti menyelenggarakan tujuan ideal yang sudah melekat dalam diri negara hukum seperti menjaga dan melindungi kehidupan manusia harapan hukum telah terpenuhi.8

Konstitusi memiliki kedudukan penting dalam penyelenggaraan negara hukum. Menurut Aristoteles, konstitusi merupakan penyusunan jabatan dalam suatu negara dan menentukan apa yang dimaksud dengan badan pemerintahan dan akhir dari setiap masyarakat. Konstitusi merupakan aturan-aturan dan penguasa negara harus mengatur menurut aturan-aturan tersebut. Pendapat Aristoteles tersebut pada intinya konstitusi adalah dasar hukum dari segala hukum daripada penguasa.Sehingga konstitusi menjadi pondasi dasar suatu negara.9

Dengan diembannya tugas negara dalam menyelenggarakan kesejahteraan umum tersebut maka pembentukan berbagai peraturan di Negara Republik Indonesia menjadi sangat penting, oleh karena campur tangan negara dalam mengurusi kesejahteraan rakyat dalam bidang hukum, sosial, politik, ekonomi,

7 Firman Freaddy Busroh, Konseptualisasi Omnibus Law Dalam Menyelesaikan Permasalahan Regulasi Pertanahan, Arena Hukum Volume 10, Nomor 2, Agustus 2017, h. 230

8 Firman Freaddy Busroh, Konseptualisasi Omnibus Law Dalam Menyelesaikan Permasalahan Regulasi Pertanahan, Arena Hukum Volume 10, Nomor 2, Agustus 2017, h. 230

9 Azhary, Negara Hukum Indonesia Analisis Yuridis Normatif Tentang Unsur-unsurnya, (Jakarta: Universitas Indonesia Press, 1995), h. 21

(16)

budaya, lingkungan hidup, serta pertahanan dan keamanan yang diselenggarakan dengan pembentukan peraturan perundang-undangan negara tak mungkin lagi dihindarkan.10

Berdasarkan ketentuan Pasal 1 butir 2 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.

Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan dewan perwakilan rakyat daerah menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.11

Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom. Urusan Pemerintahan adalah kekuasaan pemerintahan yang menjadi kewenangan Presiden yang pelaksanaannya dilakukan oleh kementerian negara dan penyelenggara Pemerintahan Daerah untuk melindungi, melayani, memberdayakan, dan menyejahterakan masyarakat.12

Otonomi Daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri Urusan Pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Asas Otonomi adalah prinsip dasar penyelenggaraan Pemerintahan Daerah berdasarkan

10 Maria Farida Indrati S, Ilmu Perundang-Undangan 1: Jenis, Fungsi, dan Materi Muatan, h. 1

11 Lihat Undang–Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dalam Pasal 1 Butir 2

12 Lihat Undang–Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah

(17)

5

Otonomi Daerah. Desentralisasi adalah penyerahan Urusan Pemerintahan oleh Pemerintah Pusat kepada daerah otonom berdasarkan Asas Otonomi.13

Hak dan kewenangan mengatur diwujudkan bahwa pemerintahan daerah berhak menetapkan Peraturan Daerah dan peraturan-peraturan lain untuk melaksanakan otonomi dan tugas pembantuan. Sedangkan mengurus diwujudkan dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah, baik urusan yang wajib maupun pilihan.

Peraturan Daerah adalah peraturan perundang-undangan yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dengan persetujuan bersama Wali Kota.

Sebagaimana produk hukum daerah dan merupakan bagian dari peraturan perundang-undangan, maka pembentukannnya pun harus dilakukan secara sistematik dan terkoordinasi.

Berdasarkan ketentuan Pasal 14 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2019 tentang Perubahan Atas Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang- undangan, Materi muatan Peraturan Daerah Provinsi dan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota berisi materi muatan dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas pembantuan serta menampung kondisi khusus daerah dan/atau penjabaran lebih lanjut Peraturan Perundangundangan yang lebih tinggi.14

Berdasarkan Pasal 250 Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014, keberadaan Peraturan Daerah dilarang bertentangan dengan ketentuan peraturan

13 Lihat Undang–Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah

14 Lihat Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pemebentukan Peraturan Perundang-Undangan dalam Pasal 14

(18)

perundang-undangan yang lebih tinggi, kepentingan umum, dan/atau kesusilaan.15 Sedangkan indikator bertentangan dengan kepentingan umum, meliputi:16

a. Terganggunya kerukunan antarwarga masyarakat;

b. Terganggunya akses terhadap pelayanan publik;

c. Terganggunya ketenteraman dan ketertiban umum;

d. Terganggunya kegiatan ekonomi untuk meningkatkan;

e. Kesejahteraan masyarakat; dan/atau

f. Diskriminasi terhadap suku, agama dan kepercayaan, ras, antar- golongan, dan gender.

Dalam konsideran poin Menimbang pada Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2019 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan yaitu pembangunan hukum nasional yang terencana, terpadu, dan berkelanjutan harus benar-benar mencerminkan kedaulatan berada di tangan ralryat dan menjamin pelindungan hak dan kewajiban segenap rakyat Indonesia berdasarkan Undang - Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 serta untuk memperkuat pembentukan peraturan perundang-undangan yang berkelanjutan, dibutuhkan penataan dan perbaikan mekanisme pembentukan peraturan perundang-undangan sejak perencanaan hingga pemantauan dan peninjauan.17

Hal ini tentu berkaitan erat atau berkorelasi linier dengan pemikiran hukum dari A.V Dicey mengenai konsepsi negara hukum (rule of law).

Disamping itu, hal yang sama juga pernah dilontarkan oleh F.Julius Stahl dalam konsep teoritiknya mengenai negara hukum.18 Secara prinsipal sebenarnya kedua

15 Lihat Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dalam Pasal 50 ayat (1)

16 Lihat Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dalam Pasal 50 ayat (2)

17 Lihat Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2019 Tentang Perubahan Atas Undang-Udang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang- Undangan

18 Mohammad Zamroni, Menakar Korelatifitas Antara Harmonisasi Peraturan Daerah Dengan Hak Uji Materiil Mahkamah Agung, Jurnal Hukum Tata Negara dan Peraturan

(19)

7

teori dimaksud memiliki kesamaan konseptual dalam hal menjelaskan elemen- elemen dasar dari bangunan negara hukum. Elemen dasar yang merupakan unsur- unsur pokok dari negara hukum dijabarkan dalam 4 (empat) prinsipal yaitu:

1. Pengakuan dan perlindungan Hak Asasi Manusia;

2. Penyelenggaraan negara berdasarkan teori Trias Politika;

3. Penyelenggaraan pemerintahan berdasarkan undang-undang;

4. Adanya peradilan administrasi negara.

Keempat elemen pokok diatas saling berkaitan dan tidak dapat terpisahkan satu dengan yang lainnya. Sehingga untuk mewujudkan negara hukum tersebut diperlukan suatu tatanan yang tertib dan teratur secara konstitusional yang antara lain di bidang peraturan perundang-undangan.19

Citra idealitas perundangan masih jauh dari realitas, memberikan esensi kepastian hukum bagi masyarakat, peraturan perundang-undangan di Indonesia seringkali memberi ketidakpastian hukum, dampaknya banyak tumpang tindih peraturan baik tingkatan hierarki yang sama atau dengan peraturan dibawahnya.

Tumpang tindih aturan dan ketidakjelasan hukum dalam berbagai Undang- Undang menjadi persoalan yang menghambat investasi selama ini.20

Selama ini terdapat berbagai pengaturan yang berkaitan dengan pembentukan peraturan perundang-undangan di Indonesia, mulai dari peraturan warisan kolonial Belanda sampai dengan peraturan yang dibentuk setelah Indonesia merdeka. Namun demikian, ternyata tidak sedikit dijumpai overlapping (tumpang tindih), benturan (friksi) bahkan kontradiksi (pertentangan) diantara Perundang-undangan, Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia, diakses pada 6 Maret 2020 Pukul 23.25 WIB

19 Mohammad Zamroni, Menakar Korelatifitas Antara Harmonisasi Peraturan Daerah Dengan Hak Uji Materiil Mahkamah Agung, Jurnal Hukum Tata Negara dan Peraturan Perundang-undangan, Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia, diakses pada 6 Maret 2020 Pukul 23.25 WIB

20 Agnes Fitryantica, Harmonisasi Peraturan Perundang-Undangan Indonesia melalui Konsep Omnibus Law, Jurnal Gema Keadilan (ISSN: 0852-011) Volume 6, Edisi III, diakses pada 7 Maret 2020 Pukul 00.40 WIB

(20)

peraturan tersebut yang berimplikasi pada lunturnya nilai kepastian hukum di tengah-tengah masyarakat. Melihat kondisi seperti ini, maka sudah sepantasnya perlu dibentuk suatu instrumentasi hukum berupa peraturan yang lebih menjamin terlaksanya kepastian hukum sekaligus memberikan kemanfaatan yang seluas- luasnya bagi kesejahteraan rakyat.21 Pada titik inilah, Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2019 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan sebagai pelaksanaan amanat Pasal 22 A Undang Undang - Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dibentuk dan disahkan pada tanggal 22 Juni 2004. Sejalan dengan hal tersebut, salah satu prioritas yang harus dilakukan dalam rangka pembangunan hukum nasional adalah melakukan harmonisasi peraturan perundang-undangan.

Harmonisasi harus dilakukan secara sistemik dan integralistik sejak perencanaan, penyusunan naskah akademik, sampai dengan penyusunan Rancangan Uundang-Undang. Urgensitas harmonisasi ini bertalian erat dengan menyatakan bahwa peraturan perundang-undangan yang ada masih banyak yang tumpang tindih, inkonsisten dan bertentangan antara peraturan yang sederajat satu dengan lainnya, antara peraturan tingkat pusat dan daerah, dan antara peraturan yang lebih rendah dengan peraturan di atasnya. Untuk itu maka pembentukan peraturan perundang-undangan seharusnya dilakukan dengan pendalaman materi, sinkronisasi dan harmonisasi dengan peraturan perundang-undangan lain, serta diseminasi untuk membuka akses dan meningkatkan partisipasi masyarakat.22

21 Mohammad Zamroni, Menakar Korelatifitas Antara Harmonisasi Peraturan Daerah Dengan Hak Uji Materiil Mahkamah Agung, Jurnal Hukum Tata Negara dan Peraturan Perundang-undangan, Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia, diakses pada 6 Maret 2020 Pukul 23.25 WIB

22 Mohammad Zamroni, Menakar Korelatifitas Antara Harmonisasi Peraturan Daerah Dengan Hak Uji Materiil Mahkamah Agung, Jurnal Hukum Tata Negara dan Peraturan Perundang-undangan, Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia, diakses pada 6 Maret 2020 Pukul 23.25 WIB

(21)

9

Ada 6 (enam) faktor yang menyebabkan disharmoni sebagai berikut:23 1. Pembentukan dilakukan oleh lembaga yang berbeda dan sering dalam

kurun waktu yang berbeda;

2. Pejabat yang berwenang untuk membentuk peraturan perundang- undangan berganti-ganti baik karena dibatasi oleh masa jabatan, alih tugas atau penggantian;

3. Pendekatan sektoral dalam pembentukan peraturan perundang- undangan lebih kuat dibanding pendekatan sistem;

4. Lemahnya koordinasi dalam proses pembentukan peraturan perundang-undangan yang melibatkan berbagai instansi dan disiplin hukum;

5. Akses masyarakat untuk berpartisipasi dalam proses pembentukan peraturan perundang-undangan masih terbatas;

6. Belum mantapnya cara dan metode yang pasti, baku dan standar yang mengikat semua lembaga yang berwenang membuat peraturan perundang-undangan.

Disharmoni peraturan perundang-undangan mengakibatkan : 1. Terjadinya perbedaan penafsiran dalam pelaksanaannya;

2. Timbulnya ketidakpastian hukum;

3. Peraturan perundang-undangan tidak terlaksana secara efektif dan efisien;

4. Disfungsi hukum, artinya hukum tidak dapat berfungsi memberikan pedoman berperilaku kepada masyarakat, pengendalian sosial, penyelesaian sengketa dan sebagai sarana perubahan sosial secara tertib dan teratur.

23 A.A. Oka Mahendra, Harmonisasi Peraturan Perundang-undangan, Jurnal Hukum Tata Negara dan Peraturan Perundang-undangan, Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia, diakses pada 6 Maret 2020 Pukul 23.47 WIB

(22)

Penataan Peraturan Perundang-undangan di lingkungan Pemerintah Daerah merupakan hal yang penting untuk menurunkan tumpang tindih dan disharmonisasi Peraturan Perundang-undangan di lingkungan Pemerintah Daerah Kota Bogor.

Sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-

Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan, sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2019 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan

Oleh karena itu perlu adanya rangka penataan Produk Hukum Daerah di lingkungan Pemerintah Daerah Kota Bogor dengan Pencabutan 7 (Tujuh) Peraturan Daerah Yang Mengatur Tentang Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka penulis bermaksud untuk melakukan penelitian skripsi dengan judul “PENERAPAN KONSEP OMNIBUS LAW PADA PERATURAN DAERAH (ANALISIS YURIDIS PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 2 TAHUN 2020 TENTANG PENCABUTAN 7 (TUJUH) PERATURAN DAERAH

YANG MENGATUR TENTANG PENYELENGGARAAN

PEMERINTAHAN DAERAH).”

B. Identifikasi, Batasan dan Rumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang pada penelitian ini, maka ada beberapa identifikasi masalah, sebagai berikut :

a. Adanya disharmonisasi hukum pada peraturan daerah.

(23)

11

b. Adanya peraturan daerah yang tumpang tindih dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.

c. Adanya problematika mengenai pengaplikasian peraturan daerah pada masyarakat.

d. Adanya peraturan daerah yang belum mengatur secara penuh pada masyarakat.

e. Adanya banyak peraturan daerah yang mengatur yang membuat ketidakpastian dalam penerapannya.

2. Batasan Masalah

Untuk mempermudah pembahasan dalam penulisan skripsi ini, penulis membatasi masalah yang akan dibahas sehingga pembahasannya lebih jelas dan terarah sesuai dengan yang diharapkan penulis.

Di sini penulis akan membahas mengenai Pengharmonisasian Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 2 Tahun 2020 Tentang Pencabutan 7 (Tujuh) Peraturan Daerah Yang Mengatur Tentang Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Dalam Konsep Omnibus Law.

3. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, identifikasi masalah dan pembatasan masalah, maka secara terperinci masalah yang akan diteliti mengenai

“Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 2 Tahun 2020 Tentang Pencabutan 7 (Tujuh) Peraturan Daerah Yang Mengatur Tentang Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Dalam Konsep Omnibus Law”, berdasarkan permasalahan tersebut maka dapat diperoleh rumusan penelitian yaitu :

a. Apa Alasan Pencabutan 7 (Tujuh) Peraturan Daerah Yang Mengatur Tentang Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah?

b. Bagaimana Harmonisasi Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 2 Tahun 2020 Tentang Pencabutan 7 (Tujuh) Peraturan Daerah Yang Mengatur Tentang Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Dalam Konsep Omnibus Law?

(24)

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian mengenai Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 2 Tahun 2020 Tentang Pencabutan (7) Tujuh Peraturan Daerah Yang Mengatur Tentang Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah sebagai berikut :

a. Mengetahui alasan Pencabutan (7) Tujuh Peraturan Daerah Yang Mengatur Tentang Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.

b. Mengetahui proses pengimplementasian terhadap Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 2 Tahun 2020 Tentang Pencabutan (7) Tujuh Peraturan Daerah Yang Mengatur Tentang Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Dalam Konsep Omnibus Law.

c. Mengetahui proses pengharmonisasian pada Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 2 Tahun 2020 Tentang Pencabutan (7) Tujuh Peraturan Daerah Yang Mengatur Tentang Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Dalam Konsep Omnibus Law.

2. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian yang dapat diperoleh oleh pembaca mengenai judul Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 2 Tahun 2020 Tentang Pencabutan (7) Tujuh Peraturan Daerah Yang Mengatur Tentang Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Dalam Konsep Omnibus Law sebagi berikut :

a. Manfaat Akademis

Penelitian ini dapat berguna untuk bahan penelitian lebih lanjut dan lebih luas guna menambah wawasan dan ilmu pengetahuan mengenai Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 2 Tahun 2020 Tentang Pencabutan (7) Tujuh Peraturan Daerah Yang Mengatur Tentang Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Dalam Konsep Omnibus Law.

b. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan agar dapat memberikan manfaat secara praktis yang sebaik-baiknya.

(25)

13

D. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu

Dalam melakukan penelitian mengenai Penerapan Konsep Omnibus Law Pada Peraturan Daerah (Analisis Yuridis Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 2 Tahun 2020 Tentang Pencabutan 7 (Tujuh) Peraturan Daerah Yang Mengatur Tentang Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah) penulis menelusuri beberapa kajian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian penulis, agar terhindarnya plagiasi, beberapa yang penulis temukan antara lain :

Paradigma Undang-Undang Dengan Konsep Omnibus Law Berkaitan Dengan Norma Hukum Yang Berlaku Di Indonesia, Jurnal Rechts Vinding Media Pembinaan Hukum Nasional oleh Sodikin. Jurnal ini membahas mengenai konsep omnibus law yang dapat dimaknai sebagai penyelesaian berbagai pengaturan dalam pearturan perundang-undangan ke dalam satu undang-undang dan konsekuensinya mencabut beberapa aturan hasil penggabungan yang dinyatakan tidak berlaku, baik untuk sebagian maupun secara keseluruhan.24

Kompabilitas Penerapan Konsep Omnibus Law Dalam Sistem Hukum Indonesia, Jurnal Crepido oleh I Putu Eka Cakra, Aditya Yuli Sulistyawan.

Mahasiswa Fakultas Hukum, Universitas Diponegoro. Jurnal ini membahas pembentukan peraturan perundang-undangan dalam suatu negara tidak dapat dilepaskan dari sistem hukum yang dianut oleh negara tersebut. Gagasan penerapan sistem omnibus law dalam sistem hukum Indonesia menjadi persoalan tersendiri mengingat dalam sistem hukum Indonesia selama ini tidak mengenal konsep omnibus sehingga gagasan penerapan metode omnibus law dalam

24 Sodikin, Paradigma Undang-Undang Dengan Konsep Omnibus Law Berkaitan Dengan Norma Hukum Yang Berlaku Di Indonesia, Jurnal Rechts Vinding Media Pembinaan Hukum Nasional Volume 9 Nomor 1, April 2020. Diakses pada 18 Februari 2021 Pukul 14.19 WIB.

(26)

pembentukan peraturan perundang undangan di Indonesia menjadi permasalahan apakah metode ini dapat digunakan atau tidak.25

Konsep Langkah Sistemik Harmonisasi Hukum Dalam Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan, Jurnal Ilmiah CIVIS oleh Sapto Budoyo. Jurnal ini membahas konsep atau proses untuk menyesuaikan asas dan sistem hukum untuk menyelaraskan hirarki peraturan perundang-undangan.26

Harmonisasi Peraturan Perundang-Undangan Indonesia melalui Konsep Omnibus Law, Jurnal Gema Keadilan oleh Agnes Fitryantica, Mahasiswa Fakultas Hukum Pascasarjana Universitas Indonesia. Jurnal ini membahas hasil penerapan konsep Omnibus Law yang dapat mengarah sebagai payung peraturan perundang- undangan.27

“Harmonisasi Peraturan Daerah Terhadap Peraturan Perundang- Undangan Dalam Bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia”, Jurnal Lex Librum oleh Dr. H. Yuli Asmara Triputra, SH., M.Hum, Dosen tetap pada Politeknik Negeri Sriwijaya. Jurnal ini membahas Pemerintah Daerah menjadi dasar dan legitimasi untuk melaksanakan kepemerintahan setiap daerah agar tidak bertentangan dan tumpang tindih dalam peraturan keatasnya.28

Berdasarkan kajian terdahulu di atas, terlihat jelas perbedaanya. Kajian yang di teliti oleh penulis yaitu membahas mengenai Penerapan Konsep Omnibus Law pada Peraturan Daerah Kota Bogor, dan membahas Alasan Pencabutan

25 I Putu Eka Cakra, Aditya Yuli Sulistyawan, Kompabilitas Penerapan Konsep Omnibus Law Dalam Sistem Hukum Indonesia, Jurnal Crepido Volume 02, Nomor 02, November 2020.

Diakses pada 2 Mei 2021 Pukul 17.14 WIB

26 Sapto Budoyo, Konsep Langkah Sistemik Harmonisasi Hukum Dalam Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan, Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume IV, No 2, 2014. Diakses pada 5 Maret 2020 Pukul 12.56 WB

27 Agnes Fitryantica, Harmonisasi Peraturan Perundang-Undangan Indonesia melalui Konsep Omnibus Law, Jurnal Gema Keadilan, Volume 6, Edisi III, 2019. Diakses pada 5 Maret 2020 Pukul 12.39 WIB

28 Yuli Asmara Triputra, Harmonisasi Peraturan Daerah Terhadap Pbratura Perundang- Undangan Dalam Bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia, Jurnal Lex Librum, Vol. III, No.

1, 2016. Diakses pada 5 Maret 2020 Pukul 12.49 WIB

(27)

15

Peraturan Daerah Kota Bogor, serta membahas Proses Pengharmonisasian Peraturan Daerah Kota Bogor dalam Konsep Omnibus Law.

E. Metode Penelitian

Untuk membantu memudahkan dalam penyusunan skripsi ini, maka disusun metode29 penelitan sebagai jalan petunjuk yang akan mengarahkan jalannya penelitian ini, atau dengan kata lain sebagai jalan atau cara dalam rangka usaha mencari data yang akan digunakan untuk memecahkan suatu masalah yang ada dalam skripsi ini30, yaitu sebagai berikut :

1. Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian hukum normatif.

Penelitian hukum normatif merupakan penelitian hukum yang mengkaji hukum tertulis dari berbagai aspek, yaitu aspek teori, sejarah, filosofi, perbandingan, struktur dan komposisi, lingkup materi, dan konsistensi.31 Dalam literatur lain disebutkan bahwa penelitian hukum normatif terdiri dari:

penelitian terhadap asas-asas hukum, penelitian terhadap sistematika hukum, penelitian terhadap taraf sinkronisasi hukum, sejarah hukum, dan penelitian perbandingan hukum.32

2. Pendekatan

Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu pendekatan yuridis normatif. Pendekatan yuridis normatif merupakan penelitian hukum yang

29 Metode adalah suatu cara atau jalan sehubungan dengan usaha ilmiah, metode menyangkut masalah cara kerja, yaitu cara kerja untuk dapat memahami obyek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan dalam Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta:

UI Press, 2015), h. 5

30 Arianto Adi, Metode Penelitian Sosial dan Hukum, (Jakarta: Granit, 2004), h. 61

31 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI Press, 2015), h. 10

32 Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003), h. 41

(28)

dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder sebagai bahan dasar untuk diteliti dengan cara mengadakan penelusuran terhadap peraturan-peraturan dan literatur-literatur yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti.33

3. Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data sekunder dan data primer, yaitu :

a. Sumber Hukum Primer

Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang bersifat autoritatif, artinya mempunyai otoritas atau kewenangan tertentu. Bahan-bahan hukum primer terdiri dari perundang-undangan, catatan-catatan resmi atau risalah dalam pembuatan perundang-undangan dan putusan-putusan hakim.34 Sumber hukum primer dalam penelitian ini meliputi:

1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

2) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 tahun 2019 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan.

3) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan.

4) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja

5) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 80 Tahun 2015 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah.

33 Soerjono Soekanto & Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif (Suatu Tinjauan Singkat), (Jakarta: Rajawali Pers, 2001), hlm. 13-14

34 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta: Kencana, 2014) h. 181

(29)

17

6) Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 120 Tahun 2018 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 80 Tahun 2015 Tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah.

7) Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 2 Tahun 2020 tentang Pencabutan 7 (Tujuh) Peraturan Daerah Yang Mengatur Tentang Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.

b. Sumber Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder dalam penelitian berupa semua publikasi tentang hukum yang bukan merupakan dokumen-dokumen resmi. Publikasi tentang hukum meliputi buku-buku teks, kamus-kamus hukum, jurnal-jurnal hukum, komentar-komentar (respon) atas putusan pengadilan.35

4. Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan Studi pustaka (library research) yaitu mencari bahan di perpustakaan untuk menunjukkan jalan pemecahan permasalahan penelitian. Teknik ini dilakukan dengan cara mempelajari buku atau bahan bacaan lainnya yang berhubungan atau terkait dengan judul penelitian ini.

5. Metode Analisis Data

Data yang telah diperoleh kemudian diklasifikasikan menurut pokok bahasan masing-masing, maka selanjutnya dilakukan analisis data. Analisis data bertujuan untuk menginterprestasikan data yang sudah disusun secara sistematis yaitu dengan memberikan penjelasan. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif, yaitu menguraikan data secara bermutu dalam bentuk kalimat yang teratur, runtun, logis, tidak tumpang tindih, dan efektif, sehingga dapat memudahkan peneliti dalam menganalisis dan mengolah data.

35 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, h. 181

(30)

F. Sistematika Penulisan

Untuk lebih mudah memahami dalam penelitian ini, maka secara ringkas peneliti menyusun sistematika penulisan yang terdiri dari :36

Bab I Pendahuluan, yang mana membahas tentang Latar Belakang Masalah, Identifikasi Masalah, Batasan Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu, Metode Penelitian dan Sistematika Penulisan.

Bab II Kajian Teoritis dan Konsep, yang mana membahas tentang teori Harmonisasi Hukum, dan teori Jenjang Norma Hukum (Stufen Theorie), serta Konsep Omnibus Law.

Bab III Membahas tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah, pada BAB ini membahas mengenai Pengertian Peraturan Peundang-Undangan, Proses Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan, Asas-Asas Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan, Pembentukan Peraturan Daerah dan Materi Muatan Peraturan Daerah.

Bab IV Hasil penelitian dan pembahasan tentang Analisis Harmonisasi Hukum Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 2 Tahun 2020 Tentang Pencabutan 7 (Tujuh) Peraturan Daerah Yang Mengatur Tentang Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Dalam Konsep Omnibus Law, pada BAB ini membahas mengenai Faktor-Faktor Pencabutan 7 (Tujuh) Peraturan Daerah Kota Bogor dan Harmonisasi Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 2 Tahun 2020 tentang Pencabutan 7 (Tujuh) Peraturan Daerah Yang Mengatur Tentang Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Dalam Konsep Omnibus Law.

Bab V Penutup, pada BAB ini penulis menguraikan kesimpulan dan saran hasil dari penilitian, serta menyantumkan lampiran dan curriculum vitae (cv) penulis.

36 Asep Saepudin Jahar, dkk, Pedoman Penulsan Skripsi, (Jakarta: Fakultas Syariah dan Hukum, 2017), h. 9 - 10

(31)

19

BAB II

LANDASAN TEORI DAN KONSEP

A. Harmonisasi Hukum

1. Pengertian Harmonisasi

Kata Harmonisasi berasal dari bahasa Yunani, yaitu kata ”Harmonia”

yang artinya terikat secara serasi dan sesuai. Menurut arti filsafat, harmonisasi diartikan kerjasama antara berbagai faktor yang sedemikaian rupa, hingga faktor-faktor tersebut menghasilkan kesatuan yang luhur.1

Istilah harmonisasi juga berasal dari Ilmu Musik, yang kemudian digunakan Ilmu Seni. Dalam musik, dikenal harmonisasi nada-nada dan dalam seni berkembang harmonisasi warna-warna, kata-kata, frase dan sebagainya.2

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata harmonis diartikan sebagai sesuatu yang bersangkut paut dengan harmoni, atau seia sekata;

sedangkan kata “harmonisasi” diartikan sebagai pengharmonisan, atau upaya mencari keselarasan. Dalam penelitian ini kata harmonisasi juga digunakan sebagai upaya untuk mencari kesesuaian antara peraturan perundang- undangan.3

Istilah harmonisasi secara etimologis menunjuk pada proses yang bermula dari suatu upaya, untuk menuju atau merealisasi sistem harmoni.

Istilah harmoni juga diartikan keselarasan, kecocokan, keserasian,

1 Hassan Shaddly, dkk, Ensiklopedia Indonesia, (Jakarta: Ichtisar Baru-Van Hoeve), h.

1262

2 Moh. Hasan Wargakusumah, dkk, Perumusan Harmonisasi Hukum Tentang Metodologi Harmonisasi Hukum, (Jakarta: Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman Dan Hak Asasi Manusia, 1996/1997), h. 28

3 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi Keempat. (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2012), h. 484

(32)

keseimbangan yang menyenangkan. Menurut arti psikologis, harmonisasi diartikan sebagai keseimbangan dan kesesuaian segi-segi dalam perasaan, alam pikiran dan perbuatan individu, sehingga tidak terjadi hal-hal ketegangan yang berlebihan.4

Soetoprawiro mengemukakan dalam buku karangan Kusnu Goesniadhie yang berjudul Harmonisasi dalam Persepektif Perundang- undangan bahwa harmonisasi merupakan segala sesuatu yang baik dapat di terjemahkan ke dalam istilah harmoni. Segala sesuatu hendaknya senantiasa serasi, selaras, seimbang. Yang adil dan yang makmur adalah harmonis.

Segala perilaku dan tindak-tanduk itu berangkat dari situasi yang harmonis menuju ke situasi yang harmonis baru.5

Harmonisasi juga berhubungan dengan pendekatan peraturan perundang-undangan dengan perlu juga dipahami asas lex specialis derogat legi generali. Asas ini merujuk pada dua peraturan perundang-undangan yang secara hierarkis mempunyai kedudukan yang sama, tetapi ruang lingkup materi muatan antara peraturan perundang-undangan itu tidak sama, yaitu yang satu merupakan pengaturan secara khusus dari yang lain.6

2. Pengertian Harmonisasi Hukum

Harmonisasi hukum adalah kegiatan ilmiah untuk menuju proses pengharmonisasian hukum tertulis yang mengacu baik pada nilai-nilai filosofis, sosiologis, ekonomis maupun yuridis. Dalam pelaksanaannya, kegiatan harmonisasi adalah pengkajian yang komprehensif terhadap suatu rancangan peraturan perundang-undangan, dengan tujuan untuk mengetahui apakah rancangan peraturan tersebut, dalam berbagai aspek, telah

4 Kusnu Goesniadhie, Harmonisasi dalam Persepektif Perundang-undangan (Surabaya:

Lex Spesialis Masalah. 2006), h. 59

5 Kusnu Goesniadhie, Harmonisasi dalam Persepektif Perundang-undangan (Surabaya:

Lex Spesialis Masalah. 2006), h. 61

6 Peter Mahmud Marzuki, Penilitian Hukum, (Jakarta: Kencana Prenda Media, 2011), h.

99

(33)

21

mencerminkan keselarasan atau kesesuaian dengan peraturan-peraturan perundang-undangan nasional lain, dengan hukum tidak tertulis yang hidup dalam masyarakat, atau dengan konvensi-konvensi dan perjanjian-perjanjian internasional, baik bilateral maupun multilateral, yang telah diratifikasi oleh Pemerintah Republik Indonesia.7

3. Ruang Lingkup Harmonisasi Hukum

Penerapan peraturan perundang-undangan dalam jumlah banyak secara bersamaan dalam waktu dan ruang sama, sudah tentu membawa konsekuensi terjadinya disharmoni hukum. Penerapan berbagai macam peraturan perundang-undangan secara bersama-sama tanpa upaya-upaya harmonisasi hukum penyelarasan dan penyerasian sudah tentu akan menimbulkan benturan kepentingan anatar lembaga. Masing-masing peraturan perundang-undangan memiliki tujuan, strategi untuk mencapai tujuan, dan pedoman untuk melaksanakan strategi, dimana ketiganya ini sering dirumuskan bentuk dalam kebijakan-kebijakan.

Kebijakan terdiri dari dua macam, yaitu kebijakan yang bersifat tetap atau regulatory policies yang diterapkan dalam berbagi bentuk peraturan pelaksanaan dari peraturan yang lebih tinggi tingkatnya dan kebijakan yang bersifat tidak tetap, yaitu yang mudah diubah dalam rangka mengikuti perkembangan. Dalam kaitannya ini, harmonisasi hukum dapat diawali dengan melakukan penyelarasan dan penyerasian tujuan, startegi, dan pedoman dari masing-masing peraturan perundang-undangan melalui upaya penafsiran hukum, konstruksi hukum, penalaran hukum, dan pemberian argumentasi yang rasional dengan tetap memperhatikan sistem hukum dan asas hukum yang berlaku.

Harmonisasi hukum dalam sisi pencegahan, yaitu upaya harmonisasi yang dilakukan dalam rangka menghindarkan terjadinya disharmoni hukum.

7 Moh. Hasan Wargakusumah, dkk, Perumusan Harmonisasi Hukum Tentang Metodologi Harmonisasi Hukum, (Jakarta: Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman Dan Hak Asasi Manusia, 1996/1997), h. 37

(34)

Disharmoni hukum yang telah terjadi memerlukan harmonisasi sistem hukum untuk mewujudkan tata pemerintahan yang baik, dan disharmonisasi hukum yang belum terjadi harus dicegah melalui upaya-upaya penyelarasan, penyerasian, dan penyesuaian berbagai kegiatan harmonisasi hukum.

Demikian pula halnya, inkonsistensi dalam penjatuhan sanksi terhadap pelanggaran hukum menimbulkan terjadinya disharmoni hukum yang harus diharmonisasikan melalui kegiatan penyerasian dan penyelarasan hukum.

Disamping itu, harmonisasi hukum dilakukan untuk menanggulangi keadaan disharmoni hukum yang telah terjadi. Keadaan disharmoni hukum yang terlihat dalam realita, misalnya, tumpang tindih kewenangan, persaingan tidak sehat, sengketa, pelanggaran, benturan kepentingan, dan tindak pidana.

Sehingga dalam rangka menanggulangi disharmoni antara kepentingan yang menyangkut masalah diatas, harus ada upaya harmonisasi. Misalnya dalam upaya kasus perdata bisa melalui Alternative Dispute Resolution (ADR).

Dan potensi terjadinya disharmonisasi hukum menurut Kusnu Goesniadhie tercermin oleh adanya faktor-faktor sebagai berikut:

a. Jumlah peraturan perundang-undangan terlalu banyak yang diberlakukan;

b. Perbedaan kepentingan dan penafsiran;

c. Kesenjangan antara pemahaman teknis dan pemahaman hukum tentang tata pemerintahan yang baik;

d. Kendala hukum yang dihadapi dalam penerapan peraturan perundang-undangan, yang terdiri dari mekanisme pengaturan, andmistrasi pengaturan, antisipasi terhadap perubahan, dan penegakan hukum;

Referensi

Dokumen terkait

Nasehatku kepada seluruh kaum muslimin dalam menyambut bulan Ramadhan adalah hendaklah mereka bertakwa kepada Allah jalla wa’ala, dan hendaklah mereka bertaubat dari semua

informasi yang dikecualikan sebagaimana diatur dalam pasal 17 UU KIP dan telah dilakukan pengujian konsekuensi oleh badan publik. Ajudikasi untuk jenis informasi yang terbuka namun

Pipa PVC DIA 2" vinilon / 4 meter Pipa PVC DIA 3" vinilon / 4 meter Pipa PVC DIA 4" vinilon / 4 meter Pipa PVC DIA 1/2" wavin / 4 meter Pipa PVC DIA 3/4" wavin

Layanan konseling kelompok merupakan salah satu layanan konseling yang membahas masalah pribadi yang dialami oleh masing-masing anggota kelompok yang

Bakteri ini berbentuk filamen atau benang dan menyerang tubu bgian luar, terutama insang.Seluruh stadia hidup udang panaeid dapat terngsang oleh mikroorganisme ini

“ANALISIS KEUNGGULAN KOMPARATIF DAN KOMPETITIF USAHA PEMBENIHAN IKAN PATIN SIAM ( Studi Kasus : Perusahaan Deddy Fish Farm)” BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI LAIN

1) Hasil analisis matriks kebijakan menunjukkan bahwa usaha pembenihan ikan patin Deddy Fish Farm memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif baik pada tahun 2008 maupun 2009.

Pejabat eselon III yang membidangi kepegawaian pada unit kerja Kabupaten/Kota yang membidangi penyuluhan kehutanan kepada Sekretaris Daerah Kabupaten/Kota atau pejabat eselon