• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kehilangan gigi geligi disebabkan oleh faktor penyakit seperti karies dan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kehilangan gigi geligi disebabkan oleh faktor penyakit seperti karies dan"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Faktor Penyebab Kehilangan Gigi

Kehilangan gigi – geligi disebabkan oleh faktor penyakit seperti karies dan penyakit periodontal. Faktor bukan penyakit seperti gaya hidup dan faktor sosio – demografi juga berpengaruh terhadap kehilangan gigi.1 Kehilangan gigi – geligi meningkat seiring dengan bertambahnya usia akibat efek kumulatif dari karies dan penyakit periodontal.7

2.1.1 Faktor Penyakit

Karies gigi adalah salah satu penyebab kehilangan gigi yang paling sering terjadi pada dewasa muda dan dewasa tua. Karies merupakan penyakit infeksi pada gigi. Karies pada gigi yang tidak dirawat dapat bertambah buruk, sehingga akan menimbulkan rasa sakit dan berpotensial menyebabkan kehilangan gigi. Walaupun secara keseluruhan karies menurun di Amerika, tetapi penurunan ini tidak terjadi pada kelompok usia tua.7

Penyakit periodontal merupakan penyakit infeksi pada jaringan pendukung gigi yang apabila tidak dirawat akan menyebabkan hilangnya gigi. Penyakit periodontal dapat menyebabkan resorbsi tulang alveolar dan resesi gingiva serta bertambah parah di usia tua. Penyakit periodontal akan meningkat dengan meningkatnya umur, dari 6% pada umur 25 – 34 tahun menjadi 41% pada umur 65 tahun keatas.7

(2)

2.1.2 Faktor Bukan Penyakit

Faktor sosio – demografi seperti umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan tingkat penghasilan merupakan faktor utama yang mempengaruhi jumlah kehilangan gigi.1 Di Meksiko, Medina – Solis dkk (2006) mendapati prevalensi kehilangan seluruh gigi pada dewasa muda sekitar 2,4% sedangkan pada dewasa tua yang berumur 65 tahun keatas sekitar 30,6%.18

Berdasarkan penelitian Hugo dkk (2007) memperkirakan bahwa perempuan mengalami kehilangan gigi yang lebih banyak dibandingkan laki – laki disebabkan perempuan takut pergi ke dokter gigi.19 Pada penelitian O’Mullane dkk (1993) menunjukkan bahwa perempuan paling tinggi mengalami kehilangan gigi, tetapi belum ada kejelasan mengenai hal ini. Pada penelitian Corbert dkk (2001) menyatakan bahwa perempuan memiliki sedikit resiko penyakit periodontal tetapi besar kemungkinan resiko untuk karies yang dapat menyebabkan hilangnya gigi.20 Pendapatan dan pendidikan berbanding terbalik dengan jumlah kehilangan gigi. Data dari Behavioral Risk Factor Survaillance System (BRFSS) pada tahun 2004 – 2006 menunjukkan populasi yang

mengalami kehilangan lebih dari 6 gigi sebanyak 23% pada kelompok pendidikan SMA atau SMP, SD dan tidak sekolah, 15% pada pendidikan Perguruan Tinggi.5 Terdapat hubungan antara kehilangan gigi dengan tingkat pendidikan. Masyarakat dengan pendidikan tinggi cenderung memiliki kesadaran untuk memperbaiki kesehatan rongga mulut, menggunakan fasilitas kesehatan gigi dan mulut serta gaya hidup yang lebih baik untuk memperhatikan kesehatan rongga mulut.Umumnya tingkat pendidikan yang tinggi mempunyai status ekonomi yang lebih tinggi dibandingkan tingkat pendidikan yang

(3)

rendah, sehingga dapat melakukan perawatan gigi dan mulut sesuai dengan anjuran dokter gigi.1

2.2 Pola Kehilangan Gigi

Berdasarkan hasil penelitian Bernard (2007) menyatakan bahwa pola kehilangan gigi terjadi oleh karena adanya kehilangan gigi premolat dan molar tiga yang semakin meningkat untuk kebutuhan ortodonti dan prosedur bedah.21 Pola kehilangan gigi adalah struktur kehilangan gigi yang diklasifikasikan atas kehilangan gigi sebagian berdasarkan Klasifikasi Kennedy dan kehilangan seluruh gigi. Kehilangan gigi baik sebagian atau seluruhnya merupakan indikator kesehatan mulut suatu populasi. Jumlah kehilangan gigi merupakan penilaian dari sukses atau tidak suatu prosedur pencegahan dan perawatan kesehatan gigi – geligi.1

2.2.1 Kehilangan Gigi Sebagian

Kehilangan gigi sebagian adalah kehilangan satu atau lebih gigi pada rahang atas atau rahang bawah.19 Kehilangan gigi sebagian diklasifikasikan menjadi empat metode berdasarkan Klasifikasi Kennedy yaitu: Klas I adalah kehilangan gigi pada kedua sisi rahang di bagian posterior; Klas II adalah kehilangan gigi pada satu sisi rahang di bagian posterior; Klas III adalah kehilangan gigi di satu sisi rahang antar gigi anterior dan posterior; Klas IV adalah kehilangan gigi pada bagian anterior, melewati garis tengah.22

Penelitian Prabhu dkk (2009) pada umur 35 – 44 tahun, setelah diteliti paling tinggi mengalami kehilangan gigi sebagian dan paling banyak kehilangan pada gigi molar dan premolar.20 Pada penelitiannya juga menyatakan bahwa kehilangan gigi sebagian paling tinggi terjadi di rahang bawah dibandingkan di rahang atas. Hal ini disebabkan

(4)

gigi molar permanen rahang bawah adalah gigi yang pertama erupsi di rongga mulut sehingga memungkinkan persentase karies yang tinggi dan kemungkinan dicabut akan lebih cepat.3

Kehilangan gigi bagian posterior seperti Klas I, Klas II dan Klas III Kennedy lebih banyak terjadi dibandingkan Klas IV Kennedy, hal ini disebabkan gigi posterior memiliki fungsi pengunyahan sehingga secara fungsional lebih banyak digunakan daripada gigi anterior.23

2.2.2 Kehilangan Seluruh Gigi

Kehilangan seluruh gigi diklasifikasikan atas kehilangan seluruh gigi hanya di rahang atas, kehilangan seluruh gigi hanya di rahang bawah dan kehilangan seluruh gigi di rahang atas dan di rahang bawah.24 Persentase kehilangan seluruh gigi meningkat dengan meningkatnya umur. Pada penelitian Lin dkk (2001), dari 1515 sampel berumur 65 – 74 tahun, 16% diantaranya masih terdapat gigi – geligi dalam lengkung rahang, tetapi tidak mempunyai hubungan oklusal yang baik.20 Pada tahun 1993, sepertiga usia 65 tahun keatas mengalami kehilangan seluruh gigi. Akibat banyaknya upaya perawatan konservasi dalam hal pencegahan seperti bahan restorasi yang lebih baik dan endodontik menyebabkan terjadinya penurunan kehilangan seluruh gigi.25

2.3 Dampak Kehilangan Gigi

Kehilangan gigi sebagian maupun seluruhnya dapat menimbulkan dampak, seperti dampak fungsional, sistemik dan emosional.11-13

(5)

2.3.1 Fungsional

Kesehatan mulut yang rendah berdampak pada kehilangan gigi yang dapat menyebabkan masalah pada pengunyahan dan pola makan sehingga mengganggu status nutrisi. Individu yang kehilangan gigi sebagian atau seluruhnya hanya dapat memakan makanan yang lembut sehingga nutrisi bagi tubuh menjadi terbatas.26 Populasi yang mengalami kehilangan gigi terutama kehilangan seluruh gigi akan mengubah pola konsumsinya, sehingga makanan yang keras dan kesat seperti buah-buahan, sayur – sayuran dan daging yang merupakan sumber vitamin, mineral dan protein menjadi sesuatu hal yang sulit bahkan tidak mungkin untuk dikunyah.27 Hasil penelitian Osterberg dkk (1996) menemukan bahwa kemampuan mengunyah pada pasien yang kehilangan seluruh gigi hanya 1/6 dari pasien yang memiliki gigi asli. Kekuatan gigit pada pemakai GTP hanya sekitar 20% jika dibandingkan dengan subjek yang masih bergigi. Hal ini dapat menjelaskan mengapa orang yang kehilangan gigi – geliginya mengeluhkan kesukaran dalam mengunyah makanan yang keras.12

2.3.2 Sistemik

Dampak sistemik yang timbul akibat kehilangan gigi berupa penyakit sistemik seperti defisiensi nutrisi, osteoporosis dan penyakit kardiovaskular (artherosclerosis).

Penyebabnya adalah status gigi yang buruk dan perubahan pola konsumsi.14-15 Kurangnya konsumsi kalsium dan vitamin D yang berasal dari buah – buahan dan sayur – sayuran akibat kehilangan gigi dapat meningkatkan resiko terjadinya osteoporosis.28 Selain itu, penyakit kardiovaskular dapat disebabkan bersatunya agen infeksius dalam bentuk atheroma dan faktor predisposisi genetik terhadap penyakit periodontal dan penyakit

(6)

kardiovaskular. Penyebaran bakteri dari penyakit periodontal akan masuk ke sirkulasi pembuluh darah sehingga dapat menyebabkan resiko sistemik.29

2.3.3 Emosional

Dampak emosional adalah perasaan atau reaksi yang ditunjukkan pasien sehubungan dengan status kehilangan seluruh gigi yang dialaminya.30 Kehilangan gigi dapat merubah bentuk wajah, tinggi muka dan vertikal dimensi serta rahang yang prognasi sehingga menimbulkan reaksi seperti merasa sedih dan depresi, kehilangan kepercayaan diri, merasa tua, perubahan tingkah laku, merasa tidak siap untuk menerima kehilangan gigi dan tidak ingin orang lain melihat penampilannya saat tidak memakai gigitiruan serta mengubah tingkah laku dalam bersosialisasi. Fiske dkk (1998) menyatakan bahwa hilangnya gigi dan pemakaian gigitiruan berdampak pada psikososial seseorang.12 Penelitian oleh Davis dkk (2000) menunjukkan bahwa terdapat pengaruh emosional yang signifikan sebagai konsekuensi kehilangan gigi, 45% dari pasien kehilangan seluruh gigi di London sulit untuk menerima kehilangan gigi.30

2.4 Jenis – Jenis Gigitiruan

Gigitiruan dapat membantu seseorang yang mengalami kehilangan gigi sebagian atau seluruh gigi untuk mengembalikan fungsi dan estetis yang hilang.7 Tidak semua pasien yang mengalami kehilangan gigi sebagian menggunakan gigitiruan disebabkan takut akan membahayakan atau merusak gigi lainnya. Pada penelitian Mukatash (2010) menyatakan bahwa kesadaran pasien dalam kebutuhan untuk membutuhkan gigitiruan (demand) lebih sedikit dibandingkan kebutuhan yang seharusnya (need).31 Penelitian Ariyani (2006) pada masyarakat Padang Bulan Kecamatan Medan Baru, persentase

(7)

responden yang menggunakan gigitiruan paling tinggi yaitu GTSL sebanyak 39,13%, serta diikuti GTC dan GTP dengan jumlah yang sama yaitu 30,43%.10

2.4.1 Gigitiruan Lepasan

Gigitiruan lepasan terdiri atas gigitiruan penuh (GTP) dan gigitiruan sebagian lepasan (GTSL).

2.4.1.1 Gigitiruan Penuh

Gigitiruan penuh (GTP) adalah gigitiruan yang menggantikan seluruh gigi – geligi yang hilang dan jaringan pendukungnya di rahang atas dan rahang bawah. Tujuan pembuatan GTP adalah untuk memenuhi kebutuhan estetik, fonetik, dukungan oklusal, untuk pengunyahan, kenyamanan dan kesehatan jaringan pendukung. Hal – hal yang perlu dipertimbangkan dalam pembuatan GTP yaitu:32

a. Dukungan

Dukungan terhadap gigitiruan diberikan oleh tulang (rahang bawah dan rahang atas) dan jaringan yang menutupinya.

b. Stabilitas

Kontak yang rapat antara basis gigitiruan dengan mukosa, besar dan bentuk daerah pendukung, bentuk permukaan yang dipoles, serta lokasi dan susunan anasir gigitiruan yang mempengaruhi kestabilan gigitiruan.

c. Retensi

Faktor – faktor retensi gigitiruan yaitu adhesi, kohesi, tegangan permukaan antar fasial, daya tarik menarik kapiler, tekanan atmosfer dan otot-otot mulut dan wajah.

(8)

2.4.1.2 Gigitiruan Sebagian Lepasan

Gigitiruan sebagian lepasan (GTSL) adalah gigitiruan untuk menggantikan satu atau beberapa gigi yang hilang pada rahang atas atau rahang bawah dan dapat dibuka pasang oleh pasien. 22 Indikasi pemakaian GTSL yaitu:33

1. Panjang daerah tidak bergigi tidak memungkinkan pembuatan GTC 2. Tidak terdapat gigi penyangga di sebelah distal ruang tidak bergigi 3. Bila dukungan sisa gigi asli kurang sehat

2.4.2 Gigitiruan Cekat

Gigitiruan cekat adalah gigitiruan yang menggantikan satu atau lebih gigi dan tidak dapat dilepas dan dipasang oleh pasien yang terdiri dari gigitiruan cekat anterior (mahkota) dan posterior (jembatan).33

Indikasi pemakaian GTC yaitu:10,33

1. Menggantikan gigi yang hilang satu atau beberapa gigi

2. Gigi yang dijadikan sebagai penyangga harus sehat dan jaringan periodontal relatif baik

3. Pasien berumur 20 – 55 tahun

Referensi

Dokumen terkait

This study investigated how students’ motivation in the context of EFL was classified under different orientations and how the orientations were correlated with the use of

The advantages include students are more prepared for the concept, students comprehend better the concept of the text, students have the opportunity to share the ideas, students feel

Tujuan penelitian ini, yaitu untuk mengetahui (1) upaya yang dilakukan wanita Hindu, (2) kendala yang dialami wanita Hindu, dan (3) peran wanita Hindu sebagai istri dalam

“Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu, selanjutnya disingkat DKPP, adalah lembaga yang bertugas menangani pelanggaran kode etik Penyelenggara Pemilu dan merupakan satu

DC baru yang masing-masing kedudukannya dalam jaringan adalah setara (peer). Dengan demikian bila terjadi fault pada sebuah DC, maka DC lain akan secara otomatis

Kepala Seksi Pengembangan Teknologi mempunyai tugas mengkoordinasi litbang material unggul dan strategis dari bahan alam hayati dalam upaya meningkatkan nilai tambah, mencari

Dengan penugasan guru, siswa dapat membuat karya kreatif sebagai penghias benda dengan menggunakan bahan alam di lingkungan sekitar melalui kegiatan

Seluruh Civitas Akademika Fakultas Seni Pertunjukan Universitas Kristen Satya Wacana, terima kasih telah mewarnai perjalanan studi penyaji dengan berbagai