• Tidak ada hasil yang ditemukan

PREFERENSI PETANI DALAM PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) BIOINTENSIF PADA TANAMAN KENTANG (

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PREFERENSI PETANI DALAM PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) BIOINTENSIF PADA TANAMAN KENTANG ("

Copied!
118
0
0

Teks penuh

(1)

PREFERENSI PETANI

DALAM PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) BIOINTENSIF

PADA TANAMAN KENTANG (Solanum tuberosum L.) DI KECAMATAN CIGEDUG DAN CIKAJANG

KABUPATEN GARUT

LAPORAN TUGAS AKHIR

RAHMAT FAISAL GUNAWAN 021170961

PROGRAM STUDI

PENYULUHAN PERTANIAN BERKELANJUTAN JURUSAN PERTANIAN

POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN BOGOR BOGOR

2022

(2)

PREFERENSI PETANI

DALAM PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) BIOINTENSIF

PADA TANAMAN KENTANG (Solanum tuberosum L.) DI KECAMATAN CIGEDUG DAN CIKAJANG

KABUPATEN GARUT

RAHMAT FAISAL GUNAWAN 021170961

LAPORAN TUGAS AKHIR

Sebagai salah satu syarat memperoleh sebutan gelar proffesional Sarjana Terapan Pertanian (S.Tr.P)

pada Progam Studi Penyuluhan Pertanian Berkelanjutan

PROGAM STUDI

PENYULUHAN PERTANIAN BERKELANJUTAN JURUSAN PERTANIAN

POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN BOGOR BOGOR

2022

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Preferensi Petani Dalam Pengendalian Hama

Terpadu (PHT) Biointensif Pada Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L.) di Kecamatan Cigedug dan Cikajang Kabupaten Garut

Nama : Rahmat Faisal Gunawan

NIM : 021170961

Program Studi : Penyuluhan Pertanian Berkelanjutan Jurusan : Pertanian

Disetujui : Pembimbing I

Ait Maryani, SP., M.Pd.

NIP. 19591009 198202 2 001 Pembimbing II

Dedy Kusnadi, SP., M.Si.

NIP. 19571102 198202 1 001

Diketahui:

Ketua Program Studi Ait Maryani, SP., M.Pd.

NIP. 19591009 198202 2 001 Ketua Jurusan Pertanian

Dr. Wahyu Trisnasari, S. ST., M. Si.

NIP. 19831017 2000604 2 002 Direktur Polbangtan Bogor

Dr. Detia Tri Yunandar, SP., M, Si NIP. 19800605 200312 1 003

Tanggal Ujian: 11 Agustus 2022 (Tanggal Yudisium)

(4)

LEMBAR PERSETUJUAN PENGUJI

Judul : Preferensi Petani Dalam Pengendalian Hama

Terpadu (PHT) Biointensif Pada Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L.) di Kecamatan Cigedug dan Cikajang Kabupaten Garut

Nama : Rahmat Faisal Gunawan

NIM : 021170961

Program Studi : Penyuluhan Pertanian Berkelanjutan Jurusan : Pertanian

Laporan ini telah diuji dan dipertahankan didepan Sidang Ujian Akhir Program Studi Penyuluhan Pertanian Berkelanjutan, pada hari Rabu, 27 Juli 2022.

Disetujui :

Ketua Penguji

Ait Maryani, SP., M.Pd.

NIP. 19591009 198202 2 001

Penguji I

Dedy Kusnadi, SP., M.Si.

NIP. 19571102 198202 1 001

Penguji II

Nawangwulan Widyastuti, SP., M. Si

NIP. 19570913 198503 2 001

(5)

LEMBAR PERSEMBAHAN

Bismillahirrahmaanirrahiim

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.

Puji Syukur kepada Allah SWT, Tuhan semesta alam karena berkat rahmat dan nikamat-Nya kegiatan tugas akhir dan penyelesaian laporan dapat dilaksanakan hingga tuntas tanpa adanya halangan dan kekurangan sedikit apapun.

“Sesungguhnya, bersama kesulitan ada kemudahan ( Asy-Syarh:6)”, merupakan pacuan, dorongan, dan pegangan kala jiwa raga ini mulai kehilangan arah.

Tidak lepas dari dukungan banyak pihak, untuk itu melalui tulisan ini Saya persembahkan Karya ini terutama untuk kedua orangtua Saya yang senantiasa meberikan kasih sayangnya tanpa jeda, yang selalu memberikan dorongan baik secara moral maupun material. Tidak lupa ucapan terimakasih juga Saya sampaikan untuk dosen pembimbing terkasih yang selalu dan tak akan lupa menanyakan kabar mahasiswa dan mahasiswinya. Terimakasih juga saya haturkan untuk uluran tangan dan rasa kepedulian dari orang-orang baik yang selama ini turut memberikan bantuan, semangat, dan motivasi tanpa syarat, kalian amat sangat berharrga.

Terakhirkalinya, ucapan terimakasih juga Saya haturkan kepada semua insan baik yang senantiasa Saya temui ketika melaksanakan tugas akhir di Kecamatan Cikajang dan Kecamatan Cigedug. Semua bantuan dan pengorbanan Bapajk/Ibu akan terus Saya ingat sebagai bagian dari perjalanan hidup Saya, Semoga Allah membalas semua kebaikannya.

Terakhir dipenghujung ucapan terimakasih ini, Saya mohon maaf atas segala kekhilafan, atas segala perkataan ataupun sikap Saya yang kurang berkenan.

Kembali Saya ucapkan terimakasih yang amat sangat mendalam kepada semua pihak yang turut berkontribusi dalam penyelesaian laporan tugas akhir ini.

(6)

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini Saya menyatakan bahwa laporan tugas akhir berjudul “Preferensi Petani dalam Pengendalian Hama Terpadu (PHT) Biointensif Pada Tanaman Kentang di Kecamatan Cikajang dan Cigedug Kabupaten Garut” adalah karya Saya sendiri yang dibuat dibawah arahan dan bimbingan dosen pembimbing. Judul ini belum pernah diajukan dalam bentuk penelitian apapun diperguruan tinggi manapun.

Bahan rujukan yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka dibagian akhir tulisan ini.

Apabila dikemudian hari ditemukan plagiarism tulisan ini, maka Saya siap menerima sanksi sesuai peraturan yang berlaku.

(7)

RIWAYAT HIDUP

Rahmat Faisal Gunawan dilahirkan di Kabupaten Purbalingga pada tanggal 5 Mei 1999 berjenis kelamin laki-laki dari pasangan Bapak Mulyono dan Ibu Pandansari sebagai anak kedua dari dua bersaudara.

Pendidikan Sekolah Dasar (SD) ditempuh di MI Istiqamah Sambas Purbalingga dan lulus pada tahun 2011. Pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMPN 1 Purbalingga dan lulus pada tahun 2014 dan melanjutkan Pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA N 1 Purbalingga lulus pada tahun 2017. Pada tahun 2017 penulis mendapatkan kesempatan melanjutkan studi D-IV di Politeknik Pembangunan Pertanian Bogor (Polbangtan) Bogor sebagai mahasiswa Program Studi Penyuluhan Pertanian Berkelanjutan (PPB) dengan seleksi jalur tes umum.

(8)

ABSTRAK

RAHMAT FAISAL GUNAWAN. Preferensi Petani Dalam Pengendalian Hama Terpadu Biointensif Pada Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L.) di Kecamatan Cigedug dan Cikajang Kabupaten Garut. Dibimbing oleh Ait Maryani, SP., M.Pd dan Dedy Kusnadi, SP., M. Si.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kabupaten Garut tahun 2020 produksi kentang di Kecamatan Cikajang dan Kecamatan Cigedug sebesar 247.277 kwintal/ha dan 138.273 kwintal/ha. Data di lapangan menunjukkan penerapan teknologi Pengendalian Hama Terpadu (PHT) belum dilaksanakan secara optimal sehingga masih ada peluang untuk meningkatkan jumlah produksi kentang melalui penerapan PHT secara tepat. Hal tersebut diperkuat dengan data Programa BPP Kecamatan Cikajang (2021) dan Programa BPP Kecamatan Cigedug (2021) yang menyatakan bahwa penerapan teknologi PHT untuk mengatasi serangan OPT baru mencapai 51% dan 63%. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-Juni 2022 di Kecamatan Cikajang dan Kecamatan Cigedug Kabupaten Garut. Populasi sebanyak 4 kelompok tani dengan jumlah 110 sampel diambil menggunakan rumus Slovin sehingga didapatkan 55 orang responden. Analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif dan analisis regresi linear berganda. Hasil penelitian menyatakan bahwa preferensi petanian dalam PHT biointensif tanaman kentang di Kecamatan Cikajang dan Kecamatan Cigedug termasuk kedalam kategori tinggi dengan mayoritas petani sudah menerapkan PHT bioitensif meskipun belum maksimal.

Faktor yang berpengaruh terhadap preferensi petani dalam PHT biointensif tanaman kentang adalah kegiatan penyuluhan, sedangkan yang tidak berpengaruh adalah karakteristik petani. Strategi untuk meningkatkan preferensi petani melalui peningkatan peran aktif petani dalam mendeseminasikan informasi, memilih materi penyuluhan yang berkaitan dengan prinsip dasar PHT serta menerapkan metode penyuluhan berupa diskusi dan demonstrasi yang berkaitan dengan bahan pengganti pestisida kimia.

Kata Kunci: Preferensi, PHT biointensif, Petani

(9)

KATA PENGHANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir dengan judul “Preferensi Petani Dalam Pengendalian Hama Terpadu (PHT) Biointensif Pada Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L.) di Kecamatan Cigedug dan Cikajarng Kabupaten Garut” tepat pada waktunya.

Penulis mengucapkan rasa terima kasij kepada para pembimbing Ait Maryani, SP., M.Pd selaku Dosen Pembimbing 1, Dedy Kusnadi, SP., M. Si selaku Dosen Pembimbing II yang telah membimbing dan banyak memberikan saran. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada keluarga besar BPP Kecamatan Cikajang dan BPP Kecamatan Cigedug, kedua orang tua yang telah memberi dukungan baik moril maupun materiil. Semoga laporan ini bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan.

Penulis menyadari bahwa laporan ini jauh dari kata sempurna, untuk itu penusli sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi menghasilkan karya tulis yang jauh lebih sempurna.

Bogor, Juli 2022

Penulis

(10)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL x

DAFTAR GAMBAR xi

DAFTAR LAMPIRAN xii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Rumusan Masalah 3

Tujuan 3

Manfaat 4

TINJAUAN PUSTAKA 5

Preferensi 5

Petani 8

Karakteristik Petani 9

Penyuluhan Pertanian 10

Pertanian Berkelanjutan 13

Pengendalian Hama Terpadu (PHT) Biointensif 14

Kerangka Berpikir 17

Definisi Operasional 18

METODE PELAKSANAAN 20

Waktu dan Lokasi 20

Populasi dan Sampel 20

Pengujian Instrumen 22

Kisi-Kisi Instrumen 23

Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data 25

HASIL DAN PEMBAHASAN 27

Keadaan Umum Wilayah 27

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Preferensi Petani Dalam Pengendalian Hama

Terpadu (PHT) Biointensif Pada Tanaman Kentang 41

(11)

Strategi untuk Meningkatkan Preferensi Petani dalam Pengendalian Hama

Terpadu (PHT) Biointensif pada Tanaman Kentang 49

RANCANGAN DAN PELAKSANAAN PENYULUHAN 52

Rancangan Kegiatan Penyuluhan 52

Pelaksanaan Penyuluhan 54

SIMPULAN DAN SARAN 59

Simpulan 59

Saran 59

DAFTAR PUSTAKA 61

LAMPIRAN 65

(12)

DAFTAR TABEL

1 Perbedaan PHT Biointensif dengan PHT Konvensional 15 2 Populasi petani kentang berdasarkan jumlah anggota kelompok tani 20

3 Proporsi jumlah sampel setiap kelompok tani 22

4 Variabel, indikator, parameter dan skala pengukuran 24 5 Kondisi sumberdaya alam berdasarkan penggunaan lahan 27 6 Data persebaran penduduk berdasarkan kelompok umur 29 7 Data persebaran penduduk berdasarkan tingkat pendidikan 30

8 Keragaan umur responden 31

9 Keragaan tingkat pendidikan responden 32

10 Keragaan lama usahatani responden 33

11 Keragaan tingkat kosmopolitan responden 34

12 Keragaan intensitas penyuluhan 35

13 Keragaan materi penyuluhan 36

14 Keragaan media penyuluhan 37

15 Keragaan metode penyuluhan 37

16 Indikator pengetahuan petani responden 39

17 Indikator sikap petani responden 40

18 Indikator keterampilan petani responden 40

19 Model summary 41

20 Pengaruh karakteristik petani dan kegiatan penyuluhan terhadap preferensi petani dalam PHT biointensif pada tanaman kentang 42

21 Pelaksanaan kegiatan penyuluhan 54

(13)

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka Berpikir Preferensi Petani Dalam Pengendalian Hama Terpadu (PHT)

Biointensif Tanaman Kentang 18

2 Preferensi Petani Responden 38

3 Model strategi peningkatan preferensi petani dalam PHT biointensif tanaman

kentang 49

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

1 Uji Validitasn dan Uji Reliabilitas 65

2 Rekapitulasi Data 69

3 Hasil Analisis Data Karakteristis menggunakan SPSS 80

4 Hasil Analisis Regresi Linear Berganda 82

5 Jurnal Harian 84

6 Kegiatan Penyuluhan 86

7 Dokumentasi Kegiatan Tugas Akhir 101

(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kentang (Solanum tuberosum L.) adalah tanaman penting keempat dunia setelah gandum (Triticum spp.), jagung (Zea mays L.) dan beras (Oryza sativa).

Manfaat kentang yang bervariasi, terutama untuk penderita diabetes menyebabkan kentang memiliki harga yang tinggi. Selain itu, kentang merupakan komoditas sayuran dengan kegunan ganda yaitu sebagai sayuran dan substitusi karbohidrat.

Pasar kentang tidak hanya di dalam negeri, melainkan juga di luar negeri sebagai komoditas ekspor yang menguntungkan.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kabupaten Garut tahun 2020 produksi kentang di Kecamatan Cikajang dan Kecamatan Cigedug sebesar 247.277 kwintal/ha dan 138.273 kwintal/ha. Berdasarkan hasil wawancara dengan penyuluh dan pengurus kelompok tani, penerapan teknologi Pengendalian Hama Terpadu (PHT) belum dilaksanakan secara optimal sehingga masih ada peluang untuk meningkatkan jumlah produksi kentang melalui penerapan PHT secara tepat. Hal tersebut juga diperkuat dengan data pada Programa BPP Kecamatan Cikajang (2021) dan Programa BPP Kecamatan Cigedug (2021) yang menyatakan bahwa penerapan teknologi PHT yang dilakukan untuk mengatasi serangan OPT baru mencapai 51% dan 63%. Selain itu, kegiatan penyuluhan yang berkaitan dengan pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) masih belum maksimal sehingga kecenderungan petani dalam penerapan teknologi Pengendalian Hama Terpadu (PHT) tanaman kentang masih bergantung pada tindakan Pengendalian Hama Terpadu (PHT) secara konvensional dengan mengandalkan pestisida kimia karena dianggap lebih praktis dan efektif.

Dalam Novartis (1998) disebutkan ada empat hama utama dan tiga penyakit utama pada tanaman kentang. Pemantauan terhadap OPT perlu dilakukan secara berkala karena sering terjadi pergeseran status OPT sebagai akibat dari pergeseran keseimbangan lingkungan, baik yang terjadi karena tindakan manusia maupun karena iklim atau kondisi alam. Penanganan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) yang tidak tepat dapat mengakibatkan kerugian yang besar. Kerugian tersebut dapat berupa kehilangan hasil (kuantitas) sampai dengan penurunan mutu

(16)

(kualitas) tanaman (Septariani DN, et al. 2019). Terkait tinjauan lapangan dan diskusi dengan penyuluh serta pengurus kelompok tani, pestisida yang diaplikasikan pada tanaman kentang sudah digunakan sesuai dengan dosis anjuran, hanya frekuensi penyemprotannya yang tinggi. Hal tersebut telah melemahkan ketahanan ekosistem lahan budidaya sebagai salah satu dampak dari matinya musuh alami, kerusakan keanekaragaman hayati mikroflora dan mesofauna serta rusaknya jaring makanan yang kompleks dilahan budidaya. Maka dari itu, diperlukan adanya alternatif teknologi dalam upaya strategi budidaya berdasarkan keragaman hayati, dengan meningkatkan kehadiran musuh alami serta kompetitor bagi hama untuk mengurangi kerusakan tanaman.

Adanya dampak negatif yang ditimbulkan dari penggunaan pestisida yang tidak bijaksana, maka petani perlu disadarkan untuk memulai menerapkan sistem Pengendalian Hama Terpadu (PHT) sehingga akan menurunkan frekuensi penggunaan pestisida. Pengendalian Hama Terpadu (PHT) Biointensif merupakan salah satu integrasi teknik terbaik (best practices) dalam pengelolaan hama dan penyakit pada tanaman kentang yang didasarkan pada optimalisasi faktor pengendali hayati dan alami, serta pengelolaan kesehatan tanaman. Strategi yang diterapkan antara lain dengan merancang eksosistem pertanian agar populasi serangga hama serendah mungkin dengan pendekatan hubungan antara serangga dan lingkungannya (Ravi, 2013).

Preferensi adalah teori yang menyatakan kecenderungan pilihan paling digemari atau paling disukai oleh kebanyakan masyarakat, dengan mempertimbangkan kemudahan, kebermanfaatan serta keefektifan sesuatu dalam menjalankan aktivitasnya, khususnya bagi petani dalam menjalankan kegiatan usaha taninya. Berdasarkan permasalahan yang ada di Kecamatan Cikajang dan Kecamatan Cigedug, penulis akan mengangkat judul ”Preferensi Petani Dalam Pengendalian Hama Terpadu(PHT) Biointensif Pada Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L.) di Kecamatan Cigedug dan Cikajarng Kabupaten Garut”.

(17)

Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang dapat diuraikan adalah sebagai beikut:

1. Sejauhmana tingkat preferensi petani dalam menerapkan Pengendalian Hama Terpadu (PHT) Biointensif pada tanaman kentang (Solanum tuberosum L.) di Kecamatan Cikajang dan Kecamatan Cigedug?

2. Faktor apa saja yang mempengaruhi preferensi petani dalam menerapkan Pengendalian Hama Terpadu (PHT) Biointensif pada tanaman kentang (Solanum tuberosum L.) di Kecamatan Cikajang dan Kecamatan Cigedug?

3. Bagaimana strategi yang tepat untuk meningkatkan preferensi petani dalam penerapan Pengendalian Hama Terpadu (PHT) Biointensif pada tanaman kentang (Solanum tuberosum L.) di Kecamatan Cikajang dan Kecamatan Cigedug?

Tujuan

Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian Proposal Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan tingkat preferensi petani dalam menerapkan Pengendalian Hama Terpadu (PHT) Biointensif pada tanaman kentang (Solanum tuberosum L.) di Kecamatan Cikajang dan Kecamatan Cigedug.

2. Mendeskripsikan faktor yang mempengaruhi preferensi petani dalam melakukan Pengendalian Hama Terpadu (PHT) Biointensif pada tanaman kentang (Solanum tuberosum L.) di Kecamatan Cikajang dan Kecamatan Cigedug.

3. Merumuskan strategi yang tepat untuk meningkatkan preferensi petani dalam penerapan Pengendalian Hama Terpadu (PHT) Biointensif pada tanaman kentang (Solanum tuberosum L.) di Kecamatan Cikajang dan Kecamatan Cigedug.

(18)

Manfaat

Hasil dari penelitian Proposal Tugas Akhir ini diharapkan akan memberi manfaat sebagai berikut:

1. Bagi Pelaku utama dan pelaku usaha:

a. Memiliki kesempatan untuk terlibat langsung dalam menemukan solusi dari permasalahan yang dihadapi;

b. Mendapatkan pengalaman yang berkaitan dengan menemukan solusi melalui penelitian terapan;

2. Bagi pemangku kebijakan dan pemangku kepentingan lainnya:

a. Mendapatkan informasi yang berkaitan dengan kondisi faktual bidang penyuluhan dan agribisnis berbasis pertanian berkelanjutan;

b. Mendapatkan informasi dalam merumuskan kebijakan guna mengatasi permasalahan faktual bidang penyuluhan dan agribisnis berbasi pertanian berkelanjutan;

3. Bagi mahasiswa Polbangtan Bogor :

a. Mendapatkan pengalaman langsung dalam merencanakan dan melaksanakan kajian terapan bidang penyuluhan dan agribisnis berbasi pertanian berkelanjutan;

b. Mendapatkan pengalaman menemukan solusi alternatif pemecahan masalah sekaligus penerapan langsung bersama petani sebagai upaya mengatasi permasalahan yang dihadapi.

(19)

TINJAUAN PUSTAKA

Preferensi

Preferensi merupakan kecenderungan seorang individu untuk memilih sesuatu yang lebih disukai daripada sesuatu yang lain. Preferensi merupakan salah satu bagian dari komponen pembuatan keputusan seorang individu (Porteus dalam Nursusandhari, 2009). Komponen-komponen dalam pembuatan keputusan tersebut antaralain persepsi, sikap, nilai, dan kecenderungan. Komponen tersebut mempengaruhi seseorang dalam mengambil keputusan.

Sementara itu, menurut Sukanto (1997) menyatakan bahwa preferensi merupakan motivasi yang mendorong seseorang untuk melakukan apa yang mereka inginkan apabila mereka memiliki kebebasan untuk memilih. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), preferensi didefinisikan sebagai hak untuk didahulukan dan diutamakan dari pada yang lain; prioritas; pilihan; kecenderungan; kesukaan.

Preferensi adalah pilihan-pilihan yang dibuat oleh para konsumen atas produk-produk yang dikonsumsi. Kekuatan preferensi konsumen akan menentukan produk-produk apa yang mereka beli dan pendapatan mereka yang terbatas, dan juga permintaan untuk produk-produk. Menurut Kotler dan Armstrong (2006) preferensi konsumen erat kaitannya dengan keputusan konsumen dalam memilih suatu produk. Dari berbagai pilihan produk yang tersedia dihadapannya, konsumen akan cenderung memilih produk yang memberi tingkat keputusan lebih saat digunakan.

Menurut Andi Mappiare definisi preferensi adalah suatu perangkat mental yang terdiri atas suatu campuran dari perasaan, harapan, pendiria, prasangka, rasa takut atau kecenderungan lain yang mengarahkan individu kepada suatu pilihan tertentu. Dalam kajian ekonomi, terdapat empat prinsip pilihan rasional yaitu:

1. Kelengkapan (Completeness) adalah jika A dan B merupakan dua kondisi ataupun situasi, maka setiap orang akan selalu bisa mengidentifikasi dan memberi nilai apakah A lebih disukai daripada B, ataukah B yang lebih disukai daripada A dan bisa jadi A dan B sama-sama disukai. Dengan dasar ini setiap orang diasumsikan tidak akan ragu dalam menentukan pilihan,

(20)

sebab mereka sangat tahu keputusan yang pasti mengenai mana yang baik dan mana yang buruk serta selalu bisa menjatuhkan pilihan diantara dua alternatif.

2. Transivitas (Transivity) adalah jika seseorang menyatakan bahwa ia lebih menyukai A daripada B dan juga lebih menyukai B daripada C, maka ia pun harus lebih menyukai A daripada C. Dengan demikian, seseorang tidak mungkin dapat mengartikulasikan preferensi yang saling bertentangan.

3. Kontinuitas (Continuity) adalah jika seseorang mengatakan menyukai A daripada B, berarti semua kondisi dibawah A lebih disukai daripada kondisi yang ada dibawah pilihan B.

4. Lebih Banyak Lebih Baik (The More Is The Better) menjelaskan bahwa jumlah kepuasan akan meningkat jika individu mengonsumsi lebih banyak barang atau produk tersebut. Sehingga konsumen cenderung akan selalu menambah konsumsinya demi kepuasan yang akan didapat.

Maka dari itu, preferensi dapat didefinisikan sebagai kecenderungan yang menunjukkan pilihan paling digemari atau paling disukai oleh kebanyakan masyarakat, dengan mempertimbangkan kemudahan, kebermanfaatan, serta kefektifan sesuatu dalam menjalankan aktivitasnya, khususnya bagi petani dalam menjalankan kegiatan usahataninya.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Preferensi

Menurut Nugroho J. Setiadi, preferensi terhadap barang dan jasa dipengaruhi oleh empat faktor, yaitu :

1. Faktor kebudayaan

a. Kebudayaan, merupakan faktor penentu yang paling dasar dari keinginan dan perilaku seseorang.

b. Subbudaya, setiap subbudaya terdiri atas subbudaya-subbudaya yang lebih kecil yang memberikan identifikasi dan sosialisasi yang lebih spesifik untuk para anggotanya.

c. Kelas sosial, merupakan kelompok yang relatif homogen dan bertahan lama dalam suatu masyarakat yang tersusun secara hierarku dan keanggotannya mempunyai nilai, minat, dan perilaku serupa.

(21)

2. Faktor-faktor sosial

a. Kelompok referensi, terdiri atas seluruh kelompok yang mempunyai pengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap sikap atau perilaku seseorang. Terdiri atas kelompok primer dan kelompok sekunder.

b. Keluarga, dibedakan menjadi dua yaitu keluarga orientasi yang merupakan orang tua seseorang dan keluarga prokreasi yang terdiri atas pasangan hidup anak-anak seseorang keluarga yang merupakan organisasi pembeli yang paling penting dalam suatu masyarakat dan telah diteliti secara intensif.

c. Peran dan status, seseorang umumnya berpartisipasi dalam kelompok selama hidupnya. Posisi seseorang dalam setiap kelompok dapat diidentifikasi dalam peran dan status.

3. Faktor pribadi

a. Umur dan tahapan dalam siklus hidup, orang-orang dewasa biasanya mengalami perubahan atau transformasi tertentu pada saat mereka menjalani hidupnya.

b. Pekerjaan, para pemasar berusaha mengidentifikasi kelompok- kelompok pekerja yang memiliki minat diatas rata-rata, terhadap produk dan jasa tertentu.

c. Gaya hidup.

d. Kepribadian dan konsep diri.

4. Faktor-faktor psikologis a. Motivasi

b. Persepsi, didefinisikan sebagai proses dimana seseorang memilih, mengorganisasikan, mengartikan, masukan informasi, untuk menciotakan suatu gambaran yang berarto dari dunia ini.

c. Proses belajar, menjelaskan perubahan dalam perilaku seseorang yang timbul dari pengalaman.

d. Kepercayaan dan sikap, merupakan suatu gagasan deskriptif yang dimiliki seseorang terhadap sesuatu.

(22)

Petani

Petani dapat didefinisikan sebagai pekerjaan yang memanfaatkan sumberdaya hayati yang dilakukan oleh manusia untuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku industri atau sumber enegeri serta untuk mengelola lingkungan hidupnya guna memenuhi kebutuhan hidup dengan menggunakan peralatan yang bersfiat tradisional dan moderen. Secara umum, petani adalah orang yang melakukan usaha tani dengan memanfaatkan segala sumberdaya hayati seperti bercocok tanam dan beternak untuk kelangsungan hidup rumah tangga petani.

Perilaku Petani

Teori Bloom (Notoatmodjo, 2007) membedakan perilaku kedalam tiga aspek, yaitu kognitif (cognitive), afektif (affective) dan psikomotor (psychomotor). Dalam hal pendidikan praktis, teori ini kemudian dikembangkan menjadi tiga ranah perilaku yaitu:

1) Pengetahuan (Knowlegde)

Pengetahaun merupakan hasil dari tahu dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu, pengetahuan terjadi melalui panca indra manusia, yakni : indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui indra penglihatan dan indra pendengaran.

2) Sikap (Attitude)

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau obyek. Manifestasi suatu sikap tidak dapat langsung terlihat, tetapi hanya dapat menafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi berupa adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial.

3) Keterampilan (Skill)

Keterampilan adalah kemampuan seseorang untuk bertindak setelah menerima pengalaman belajar tertentu. Keterampilan sebenarnya merupakan tahapan selanjutnya dari hasil belajar kognitif (memahami sesuatu) dan hasil belajar afektif yang menunjukkan perilaku atau

(23)

perbuatan tertentu dengan makna yang terkandung dalam aktifitas mental.

Karakteristik Petani

Karakter adalah sifat nyata dan berbeda yang dapat ditunjukkan oleh individu, sejumlah atribut yang dapat diamati pada individu. Karakter merupakan cara berpikir dan perilaku yang nantinya menjadi ciri khas pada tiap individu untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Petani sebagai usahatani merupakan manusia yang pada setiap pengambilan keputusan untuk usahatani tidak selalu dapat dengan bebas dilakukan karena terdapat batasan yang ada pada diri petani itu sendiri. Karakteristik petani dalam penelitian ini mencakup antara lain umur, pendidikan formal, lama usaha tani, dan tingkat kosmopolitan.

Umur

Umur adalah suatu indikator umum mengenai kapan suatu perubahan harus terjadi. Umur menggambarkan pengalaman dalam diri seseorang sehingga nantinya terdapat keragaman tindakannya berdasarkan usia yang dimiliki saat itu. Menurut Rakhmat (2007) , kelompok orang tua melahirkan pola tindakan yang pasti berbeda dengan anak – anak muda. Menurut Dewi et al., (2016), kelompok usia produktif (20 – 54 tahun), usia tidak produktif penuh (55 – 64 tahun) dan usia inproduktif

>64 tahun.

Pendidikan Formal

Tingkat pendidikan formal dikelompokkan menjadi beberapa kelompok pada responden penelitian ini yaitu berpendidikan rendah (SD/Sederajat),berpendidikan sedang (SMP/Sederajat), berpendidikan tinggi (SMA/Sederajat sampai dengan Perguruan Tinggi), dan yang terakhir yaitu tidak berpendidikan. Semakin tinggi tingkat pendidikan umumnya semakin tinggi pula dalam berpatisipasi.

Lama Usaha Tani

Lama usaha tani berkaitan dengan pengalaman petani dalam melakukan kegiatan usahataninya. Pengalaman usahatani sendiri sangat mempengaruhi petani dalam menjalankan kegiatan usahatani yang dapat dilihat dari hasil produksinya.

Umumnya, petani yang sudah lama dalam melakukan usahataninya akan memiliki tingkat pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan yang tinggi dalam

(24)

menjalankan usahataninya.

Tingkat Kosmopolitan

Kosmopolitan merupakan sikap keterbukaan pandangan seseorang yang dapat dilihat dari karakteristik yang mempunyai hubungan dan pandangan yang luas dengan dunia luar maupun kelompok lainnya dan memiliki mobilitas yang tinggi (Mardikanto dan Sutarni, 1982). Kosmopolitan ditunjukkan dengan frekuensi mobilitas ke kota atau keluar kota kabupaten dan jarak perjalanan yang dilakukan, selain itu juga ditunjukkan dengan pemanfaatan media massa. Semakin tinggi tingkat kekosmopolitannya akan semakin tinggi juga tingkat penerapan teknologinya, semakin sering responden dalam mencari informasi yang berkaitan dengan kegiatan usahataninya maka akan berpengaruh besar dalam penerapan teknologi pada usahataninya.

Penyuluhan Pertanian Pengertian Penyuluhan Pertanian

Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2006 Tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan menyatakan bahwa penyuluhan pertanian, perikanan, dan kehutanan yang selanjutnya disebut penyuluhan adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan, dan sumberdaya lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan produktifitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup.

Penyuluhan pertanian berperan sebagai perantara dalam sebuah proses alih teknologi maka tugas utama dari pelayanan penyuluhan adalah memfasilitasi proses belajar, menyediakan informasi teknologi, informasi input dan harga input-output serta informasi pasar (Badan SDM Pertanian, 2003)

Pada hakekatnya, penyuluhan merupakan pendidikan non formal untuk merubah perilaku sasaran dalam aspek kognitif, afektif, dan psikomotor kearah yang lebih baik disesuaikan dengan potensi dan kebutuhan sasaran masing-masing.

Sasaran pada penyuluhan merupakan subjek bukanlah sebagai objek. Secara filosofis, makna tentang penyuluhan pertanian yang terkandung di dalam Undang-

(25)

Undang Nomor 16 Tahun 2006 adalah bekerja bersama masyarakat dalam melakukan usahanya untuk meningkatkan kesejahteraan dan kesadarannya dalam pelestarian lingkungan hidup. Pada akhirnya kegiatan penyuluhan harus berpijak pada pentingnya pengembangan individu dalam perjalanan pertumbuhan dan perkembangan masyarakat itu sendiri menuju kearah kemandiriannya.

Intensitas Penyuluhan

Intensitas penyuluhan merupakan frekuensi petani mendapatkan informasi yang dibutuhkan dan sangat berperan dalam peningkatan pengetahuan petani. Oleh karena itu, diperlukan sinergi yang baik antara petani dan peran penyuluh secara partisipatif, sehingga dampak dari penyuluhan itu sendiri dapat dirasakan secara maksimal.

Intensitas penyuluhan sangat berperan penting dalam proses adopsi teknolgi.

Semakin tinggi mengikuti frekuensi penyuluhan, maka keberhasilan penyuluhan pertanian yang disampaikan juga dapat semakin tinggi. Frekuensi petani dalam mengikuti penyuluhan dapat meningkat apabila penyampaian materi [enyuluhan dilakukan secara menarik dan tidak membosankan serta materi yang disampaikan benar-benar bermanfaat bagi petani dan usahataninya (Sumbayak, 2006).

Materi Penyuluhan Pertanian

Salah satu kegiatan utama dalam penyelenggaraan penyuluhan pertanian adalah penyampaian informasi dan teknologi pertanian kepada pengguna materi penyuluhan pertanian, dalam hal ini petani sebagai sasaran kegiatan penyuluhan.

Materi penyuluhan, dibidang penyuluhan diartikan sebagai pesan yang akan disampaikan oleh penyuluh kepada sasaran. Menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2006 Tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan, materi penyuluhan pertanian didefinisikan sebagai bahan penyuluhan yang akan disampaikan oleh para penyuluh kepada pelaku utama dan pelaku usaha dalam berbagai bentuk yang meliputi informasi, teknologi, rekayasa sosial, manajemen, ekonomi, hukun, dan kelestarian lingkungan.

Informasi pertanian mencakup : 1) Pengalaman praktek para petani yang telah berhasil baik dari wilayah yang bersangkutan maupun dari luar wilayah yang mempunyai kondisi agroklimat yang hampir serupa. 2) Hasil-hasil pengujian, terutama berdasarkan hasil dari pengujian lokal. 3) Rekomendasi yang telah

(26)

ditetapkan oleh instansi yang berwenang. 4) Keterangan pasar berupa catatan harga produk pertanian, penawaran dan permintaan akan sarana produksi dan pengolahan hasil pertanian. 5) Berbagai peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat dan daerah setempat, berkaitan dengan sektor pertanian seperti halnya kebijakan harga dasar, peraturan tentang permohonan dan pengembalian kredit dan lain-lain.

Media Penyuluhan Pertanian

Media penyuluhan adalah sesuatu yang dikemas untuk memudahkan penyampaian materi atau pesan kepada sasaran yang dalam hal ini adalah petani, sehingga sasaran dapat menerima isi pesan dengan mudah dan jelas serta terjadi proses belajar-mengajar yang efektif. Menurut Hamidjoyo dan Latuher (1993) media penyuluhan adalah bentuk perantara yang digunakan oleh manusia untuk menyampaikan atau menyebarkan ide, gagasan atau pendapat sehingga ide, gagasan atau pendapat yang dikemukaan itu sampai kepada penerima yang dituju.

Penggunaan media dalam kegiatan penyuluhan sangat penting guna mencapai tingkat efektivitas dan efisiensi dari proses komunikasi. Media mampu menghilangkan kesalahpahaman atau multitafsir, persoalan lebih cepat dan jelas, lebih mengkonkritkan apa yang hendak ingin dijelaskan, sasaran akan lebih mudah dan cepat menangkap materi, apa yang dilihat sasaran akan membekas lebih lama dibanding dengan apa yang didengarnya, mampu memotivasi sasaran, mampu memusatkan perhatian, dan merangsang sasaran untuk menerapkan apa yang dianjurkan.

Metode Penyuluhan Pertanian

Metode penyuluhan pertanian adalah cara atau teknik penyampaian materi penyuluhan oleh para penyuluh kepada para petani beserta keluarganya baik secara langsung maupun tidak langsung, agar mereka tahu, mau dan mampu menerapkan inovasi/teknologi baru (Deptan, 2003).

Kegiatan penyuluhan akan berlangsung secara efektif dengan menerapkan metode pnyuluhan yang tepat, sehingga sasaran dapat mendengar, melihat, merasakan atau melaksanakan contoh-contoh yang diperagakan dengan tujuan untuk memberikan informasi secara teknis dan meningkatkan pengetahuan maupun keterampilan.

Dalam kegiatan penyuluhan dikenal dengan beberapa golongan metode

(27)

pendekatan, yaitu : 1) Metode pendekatan perorangan, dilakukan dengan berkunjung ke rumah, hubungan telpon, dan lain-lain. 2) Metode pendekatan kelompok, dilakukan dengan diskusi kelompok, temu karya, kursus tani, demonstrasi, dan lain-lain. 3) Metode pendekatan massal, dilakukan melalui rapat, siaran radio atau televisi, penyebaran brosur, pemasangan poster, leaflet, dan lain- lain.

Menurut Peraturan Menteri Pertanian Nomor 52 Tahun 2009 Tentang Metode Penyuluhan Pertanian, metode penyuluhan pertanian adalah cara atau teknik penyampaian materi penyuluhan oleh penyuluh kepada pelaku utama dan pelaku usaha agar mereka tahu, mau, dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan, sumberdaya lainnya sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraanya, serta meningkatkan kesaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup.

Pertanian Berkelanjutan

Pembangunan pertanian berkelanjutan merupakan upaya sadar dan terencana berupa perpaduan aspek lingkungan hidup, sosial dan ekonomi ke dalam strategi pembangunan untuk menjamin keutuhan lingkungan hidup serta keselatamanm kemampuan, kesejahteraan dan mutu hiduo generasi masa kini dan generasi masa depan ( Undang – Undang Nomor 32 Tahun 2009). Pertanian berkelanjutan merupakan pengelolaan sumberdaya alam yang dilakukan pada usaha pertanian untuk membantu kebutuhan hidup manusia dengan tetap mempertahankan serta meningkatkan kualitas lingkungan bahkan melestarikan sumberdaya alam yang sudah tersedia sebelumnya.

Maka dari itu, kegiatan peningkatan produksi pertanian dengan menggunakan masukan luar yang melebihi daya dukung lingkungan nantinya akan mempengaruhi kelestarian ekosistem yang ada sehingga menjadi penyebab degradasi, sekaligus berdampak pada berkuranganya ketersediaan lahan pertanian yang potensial.

Tujuan dari pertanian yang berwawasan lingkungan adalah mempertahankan serta meningkatkan kesuburan tanah, meningkatkan produktivitas hasil tanaman, mempertahankan keanekaragaman hayati dan ekosistem serta yang paling utama

(28)

adalah mempertahankan dan meningkatkan kesehatan manusia serta makhluk hidup lainnya.

Terdapat lima kriteria untuk mengelola suatu sistem pertanian berkelanjutan, yaitu :

1. Berkelanjutan secara ekonomi (economi viability), yaitu sistem pertanian yang layak secara ekonomi serta mampu memberikan penghasilan yang rasional atas investasi tenaga kerja dan biaya lain yang sudah dikeluarkan dalam biaya usaha tani oleh petani dan keluarganya. Selain itu, economy viability juga memiliki makna bahwa meminimalisasi biaya eksternal dan resiko dari usahatani yang dijalankan.

2. Ramah lingkungan (ecologically sound and friendly), yaitu sistem pertanian yang ramah lingkungan diintegrasikan sedemikian rupa dalam sistem ekologi yang lebih luas dan fokus pada upaya pelestarian berbasis sumber daya alamnya. Selain itu, sistem pertanian ramah lingkungan juga berorientasi pada keanekaragaman hayati.

3. Berkeadilan sosial (socially just), yaitu memberikan hal dan kewajiban yang adil kepada seluruh pelaku. Sistem semacam ini memungkinkan informasi, pasar, dan hal – hal yang berkaitan dengan alokasi sumberdaya pertanian khususnya lahan didistribusikan secara adil tanpa memandang perbedaan apapun.

4. Selaras dengan sistem sosial budaya yang berlaku (culturally appropriate).

5. Pendekatan sistem holistik (system and hollistic approach), yaitu mampu menyesuaikan terhadap kondisi yang berubah – ubah seperti pertumbuhan populasi, tantangan kebijakan yang baru, sampai dengan konstalasi pasar.

Pengendalian Hama Terpadu (PHT) Biointensif

Pengendalian Hama Terpadu (PHT) merupakan konsep pengendalian hama pengganggu tanaman yang sudah lama dikenal dan diterapkan oleh petani di Indonesia. Sejak tahun 1989 konsep PHT mulai digunakan dalam program Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT) yang dijalankan untuk melatih petani dalam menerapkan konsep PHT secara langsung di lapangan. Saat ini, konsep PHT komvensional tersebut sudah tidak relevan lagi untuk diterapkan,

(29)

konsumen mulai memperhitungkan kualitas kesehatan produk pertanian yang akan dikonsumsi. Konsep PHT konvensional cenderung masih mengandalkan pestisida dalam pengendalian (Iswanto, 2016). Penggunaan pestisida khususnya pestisida sintetik mempunyai efek negativ jangka panjang maupun jangka pendek terutama bagi lingkungan. Penerapan PHT Biointensif nantinya akan lebih ramah lingkungan dan lebih tepat untuk diterapkan pada saat ini.

Pengendalian Hama Terpadu Biointensif merupakan pengelolaan hama berdasarkan pemahaman ekologi. Strateginya adalah dengan merancang ekosistem pertanian agar populasi serangga hama serendah mungkin dengan pendekatan hubungan antara serangga dan lingkungannya (Ravi, 2013). Seperti diketahui, populasi serangga hama sangat dipengaruhi oleh interaksi komponen biotik dan abiotik. Komponen abiotik seperti tempat hidup dan cuaca/iklim, sedangkan komponen biotik adalah tanaman inang dan musuh alami serta kompetitor (Altieri et al. 2005). PHT konvensional lebih mengutamakan pestisida dalam pengendalian hama dan kurang memperhatikan faktor ekologi sebagai komponen dasar agroekosistem pertanian (Reddy, 2013). Untuk lebih jelasnya perbedaan PHT biointensif dengan PHT konvensional disajikan pada Tabel 1 dibawah ini.

Tabel 1 Perbedaan PHT Biointensif dengan PHT Konvensional

PHT Biointensif PHT Konvensional

Bersifat proaktif Bersifat reaktif

Perencanaan pengendalian mulai dari sebelum tanam

Dimulai sejak ada pertanaman

Manipulasi serangga berguna, kesehatan tanah, mengarah ke kesetimbangan biologi

Diversifikasi genetik tanaman/varietas cenderung mengandalkan pestisida

Monitoring dan informasi populasi hama dan musuh alami

Identifikasi hama dan musuh alami untuk menentukan ambang kendali

Sumber : Iswanto et al :Antisipasi Ledakan Hama Wereng Coklat

Tabel 1 menunjukkan bahwa strategi PHT Biointesif lebih mengedepankan strategi preempatif yaitu dengan mengantisipasi terhadap permasalahan hama dan penyakit berdasarkan informasi yang ada sebelumnya. Strategi PHT Biointensif yang dapat diterapkan antara lain menyehatkan tanaman, meminimalisir stress, menyehatkan lingkungan, dan meminimalisir penggunaan pestisida kimia sintetik (Wiyono, 2016)

(30)

Prinsip – Prinsip Pengendalian Hama Terpadu Biointensif

Dikarenakan Pengendalian Hama Terpadu adalah sistem pengendalian yang menggunakan pendekatan ekologi, maka pemahaman tentang biologi dan ekologi hama serta penyakit menjadi sangat penting didalamnya. Pengendalian Hama Terpadu juga merupakan suatu konsep atau cara berpikir mengenai pengendalian Organisme Penganggu Tanaman (OPT) dengan pendekatan ekologi yang bersifat multidisiplin untuk mengelola populasi hama serta penyakit dengan memanfaatkan bermacam – macam strategi pengendalian yang cocok dalam suatu kesatuan pengelolaan.

Terdapat empat prinsip yang digunakan sebagai acuan dalam Pengendalian Hama Terpadu (PHT) menurut Direktorat Perlindungan Tanaman (2007), yaitu :

1) Budidaya tanaman sehat

Tanaman yang sehat akan memiliki kemampuan bertahan hidup dari serangan hama dan penyakit serta lebih cepat untuk pulih kembali dari kerusakan yang diakibatkan oleh serangan hama dan penyakit tersebut.

Oleh karena itu, dalam usaha budidaya tanaman pemilihan varietas, penyemaian, pemeliharaan tanaman sampai penanganan hasil panen perlu diperhatikan agar diperoleh tanaman yang sehat, produktif, serta hasil panen yang tinggi.

2) Pelestarian musuh alami

Peran musuh alami sangat penting dalam pengaturan populasi organisme pengganggu tanaman di alam maka dari itu, musuh alami termasuk ke dalam faktor penting untuk pengendalian organisme pengganggu tanaman yang harus dilestarikan dan dikelola. Dengan adanya musuh alami yang mampu menekan populasi hama, diharapkan akan terjadi keseimbangan populasi antara hama dengan musuh alaminya, sehingga populasi hama tidak melampaui ambang toleransi tanaman.

3) Pengamatan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) secara teratur Agar dapat mengikuti perkembangan populasi hama dan musuh alaminya serta untuk mengetahui kondisi tanaman, pengamatan secara rutin harus dilakukan. Informasi yang diperoleh nantinya akan digunakan sebagai acuan tindakan yang akan dilakukan.

(31)

4) Petani sebagai ahli PHT

Rekomendasi penerapan PHT hendaknya dilakukan oleh petani itu sendiri sehingga mampu disesuaikan dengan keadaan ekosistem setempat.

Diperlukan usaha pemasyarakatan PHT melalui pelatihan baik secara formal maupun informal agar petani mampu menerapkan PHT. Nantinya, petani akan berperan sebagai pengambil keputusan di lahannya sendiri, namun juga petani harus memiliki pengetahuan, sikap, dan keterampilan dalam menganalisis ekosistem serta mampu menetapkan keputusan pengendalian organisme pengganggu tanaman secara tepat sesuai dengan prinsip pengendalian hama terpadu.

Kerangka Berpikir

Peran petani pada berbagai keadaan dan kedudukan, membutuhkan teknologi yang mampu mengatasi segala permasalahan dalam kegiatan usaha tani yang dilakukannya. Teknologi usahatani (produksi dan manajemen usahatani) sangat dibutuhkan, terlebih jika petani tersebut memiliki peran sebagai pengusaha (mengelola) usahataninya. Teknologi juga dibutuhkan oleh petani yang berkecimpung dibidang alih teknologi, yaitu sebagai anggota atau pengurus kelompok tani.

Petani yang menjadi bagian dari kelompok tani nantinya akan memiliki peran penting sebagai mitra kerja penyuluh dalam menyampaikan dan mengajarkan teknologi dari penyuluh kepada anggota kelompok lainnya dalam rangka terlaksananya proses alih teknologi. Petani yang menjadi bagian dari kelompok tani membutuhkan peningkatan pengetahuan dan keterampilan berakitan dengan peningkatan pengelolaan usahatani, kepemimpinan, pembinaan organisasi, komunikasi, dan penyuluhan. Guna meningkatkan pengetahuan dan keterampilan tersebut diperlukan pembinaan dan pemberdayaan agar mereka dapat berfungsi dan berperan dalammenyerap teknologi dan sebagai agent receiving system.

Adapun preferensi petani dalam pengendalian hama terpadu (PHT) biointensif pada tanaman kentang (Solanum tuberosum L.) terdiri atas pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Diagram kerangka berpikir ditampilkan pada Gambar 1 dibawah ini.

(32)

Gambar 1 Kerangka Berpikir Preferensi Petani Dalam Pengendalian Hama Terpadu (PHT) Biointensif Tanaman Kentang

Definisi Operasional

Definisi operasional adalah bagian yang menjelaskan sebuah konsep agar dapat diukur dengan cara melihat dimensi dari suatu konsep tersebut. Definisi operasional bukan berarti definisi yang terlihat pada teori dibuku teks, namun lebih menekankan kepada hal – hal yang dapat dijadikan sebagai ukuran atau indikator dari suatu variabel (Noor, 2011). Dalam penelitian ini memiliki keterbatasan baik waktu maupun biaya, sehingga penelitian dibatasi dalam definisi operasional sebagai berikut :

1. Preferensi petani (Y) dalam menerapkan konsep Pengendalian Hama Terpadu (PHT) Biointesif yang nantinya diukur dengan 3 indikator yaitu pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Pengukuran tersebut didasarkan kepada prinsip X2.1 Intensitas Penyuluhan

X2.2 Materi Penyuluhan X2.3 Media Penyuluhan X2.4 Metode Penyuluhan

Kegiatan Penyuluhan (X2)

Y1.1 Pengetahuan Y1.2 Sikap

Y1.3 Keterampilan

Preferensi Petani dalam Pengendalian Hama Terpadu (PHT) Biointensif pada Tanaman

Kentang (Y) X1.1 Umur

X1.2 Pendidikan Formal X1.3 Lama Usaha Tani X1.4 Tingkat

Kosmopolitan Karakteristik Petani (X1)

Kecenderungan petani dalam menerapkan konsep Pengendalian Hama Terpadu (PHT)

Biointensif pada Tanaman Kentang

(33)

pengendalian hama terpadu yaitu budidaya tanaman sehat, pelestarian musuh alami, pengamatan organisme pengganggu tanaman secara teratur, dan petani sebagai ahli PHT.

2. Karakteristik petani (X1) meliputi umur (X1.1), pendidikan formal (X1.2), dan lama usahatani (X1.2). Karakteristik petani merupakan ciri yang ada pada diri petani serta berkaitan dengan kesiapannya dalam mengelola dan mengembangkan usahataninya melalui pemanfaatan sumberdaya yang ada.

3. Umur petani (X1.1) yang diukur dengan menghitung umur petani dimulai dari lahir sampai dengan menjadi responden. Tingkat pendidikan formal (X1.2) yang diukur melalui jumlah tahun dalam mengikuti pendidikan formal. Lama usahatani (X1.2) yang diukur melalui perhitungan jumlah tahun responden dimulai dari awal melakukan kegiatan usahatani sampai dengan waktu pada saat penelitia dilakukan.

4. Kegiatan penyuluhan (X2) yaitu kegiatan yang dilakukan oleh penyuluh dengan tujuan membantu petani untuk meningkatkan preferensi petani dalam menerapkan Pengendalian Hama Terpadu (PHT) Biointensif. Kegiatan penyuluhan tersebut meliputi intensitas penyuluhan (X2.1), kesesuaian materi penyuluhan (X2.2), ketepatan penggunaan media penyuluhan (X2.3), dan ketepatan penggunaan metode penyuluhan (X2.4).

(34)

METODE PELAKSANAAN

Waktu dan Lokasi

Tugas Akhir (TA) telah dilaksanakan terhitung mulai 15 Maret 2022 sampai dengan 15 Juni 2022. Lokasi Tugas Akhir (TA) berada di 3 desa dan 2 kecamatan yaitu Kecamatan Cigedug di Desa Cigedug dan Desa Barasuda, Kecamatan Cikajang di Desa Mekarjaya semuanya terletak di Kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat.

Populasi dan Sampel Populasi

Keseluruhan objek yang akan diukur merupakan unit yang akan diteliti (Sugiyono, 2020). Populasi yang diambil pada penelitian ini adalah petani kentang yang tergabung kedalam beberapa kelompok tani yang sudah dan masih menerapkan Konsep Pengendalian Hama Terpadu. Kesemuanya tersebar dan terbagi di tiga desa dan dua kecamatan, yaitu Desa Mekarjaya di Kecamatan Cikajang, Desa Barusuda dan Desa Cigedug di Kecamatan Cigedug. Jumlah dari keseluruhan anggota kelompok tani tersebut adalah 110 orang.

Berdasarkan tujuan penelitian dengan kriteria anggota kelompok tani yang menanam komoditas kentang dan dinilai aktif dalam mengikuti kegiatan penyuluhan serta keterbatasan dari peneliti, baik keterbatasan waktu, tenaga, maupun biaya maka dari itu peneliti menetapakan populasi penelitian sebagaimana yang tersaji dalam Tabel 2 sebagai berikut :

Tabel 2 Populasi petani kentang berdasarkan jumlah anggota kelompok tani

No Desa Kelompok Tani Jumlah Anggota (Orang)

1. Mekarjaya Barokah Tani I 31

Kersa Amanah 30

2. Cigedug Silih Riksa IV 25

3. Barusuda Tani Makmur 24

Jumlah 110

Sumber: diolah dari data primer

(35)

Sampel

Penetapan sampel yang dijadikan sebagai responden pada penelitian ini menggunakan pendekatan yang menggunakan rumus Slovin, sebagai berikut :

n = 𝑁

(1+𝑁 (𝑒)2

Keterangan :

n : Jumlah sampel N : Jumlah populasi

e : Toleransi galat atau taraf signifikansi karena kesalahan pengambilan sampel yang masih bisa ditolerir, dalam hal ini sebesar 10%

Berikut merupakan perhitungan sampel yang nantinya akan dijadikan responden pada penelitian ini.

n = 𝑁

(1+𝑁 (𝑒)2 = 110

(1+110 (0,1)2 = 110

(1+110 (0,01) = 110

2,10 = 52,38 = 53

Berdasarkan hasil perhitungan diatas, jumlah sampel yang nantinya dijadikan responden dalam penelitian ini sebanyak 52,38 orang atau jika dibulatkan menjadi 53 orang dari jumlah populasi 110 orang. Besaran sampel yang didapat sesuai dengan jumlah populasi dan taraf signifikansi yang digunakan adalah error 10%.

Teknik penentuan jumlah sampel pada masing - masing kelompok tani menggunakan pendekatan secara “proporsional” dengan rumusan Rubin and Luck sebagai berikut :

ni = 𝑁𝑘

𝑁 x n Keterangan :

ni : Jumlah sampel masing – masing kelompok tani Nk : Jumlah populasi masing – masing kelompok tani N : jumlah total populasi

n : Jumlah sampel dari populasi

(36)

Proporsi sebaran sampel dari masing – masing kelompok tani dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Proporsi jumlah sampel setiap kelompok tani

No Desa Kelompok Tani

Jumlah Anggota

Persentase

(%) Perhitungan Jumlah Responden

1. Mekarjaya Barokah Tani I 31 28 28% dari 53 15

Kersa Amanah

30 27 27% dari 53 15

2. Cigedug Silih Riksa IV 25 23 23% dari 53 13

3. Barusuda Tani Makmur 24 22 22% dari 53 12

Jumlah 110 100 55

Sumber: diolah dari data primer

Tabel 3 menunjukkan responden penelitian yang berasal dari Desa Mekarjaya berjumlah 30 orang terdiri atas 15 orang yang berasal dari Kelompok Tani Barokah Tani I dan 15 orang berasal dari Kelompok Tani Kersa Amanah.

Responden yang berasal dari Desa Cigedug berjumlah 13 orang yang merupakan anggota Kelompok Tani Silih Riksa IV, sedangkan untuk Desa Barusuda berjumlah 12 orang yang merupakan anggota Kelompok Tani Tani Makmur.

Pengujian Instrumen Uji Validitas

Uji validitas dilakukan sebagai salah satu prosedur untuk memastikan apakah kuisioner pengujian yang dipakai untuk mengukur variabel dalam penelitian dinyatakan valid atau tidak valid. Untuk uji validitas yang digunakan pada instrumen ini mengunakan teknik statistik analisis korelasi.

Pengujian instrumen dilakukan dengan menggunakan korelasi product moment pearson (r) dengan bantuan Software Microsoft Excel. Uji validitas ini dilakukan dengan membagikan kuisioner kepada 15 orang diluar sampel responden yang mempunyai karakteristik sama atau mirip dengan karakterisitik sampel responden pada penelitian ini.

Digunakan Micorosoft Excel untuk melakukan uji validitas, hasil dari uji validitas dengan nilai r tabel lebih kecil dari nilai r hitung, dengan ketentuan tersebut sebanyak 55 butir soal dari 60 butir soal dinyatakan valid.

(37)

Uji Reliabilitas

Sebuah instrumen pengukuran data dan data yang dihasilkan reliable atau terpercaya apabila instrumen itu memunculkan hasil yang sama secara konsisten setiap kali dilakukan pengukuran (Ferdinand, 2011). Uji reliabilitas pada penelitian ini dengan menggunakan metode Cronbach Aplha (α) yang dalam perhitungannya menggunakan bantuan Software Microsoft Excel.

Suatu konstruk atau dikatakan peubah reliabel jika memberikan nilai Conbarch Alpha > 0,60 (Ghozali, 2011). Nilai Cronbach Aplha (α) berdasarkan hasil perhitungan yaitu 0,989 maka instrumen yang diujikan dinyatakan reliable karena nilai Cronbach Aplha (α) yang terhitung > 0,60.

Kisi-Kisi Instrumen

Instrumen yang digunakan dalam kajian ini berbentuk kuisioner tertutup.

Instrumen yang digunakan berisi daftar pertanyaan dan pernyataan yang berhubungan dengan indikator kajian yang akan dikaji. Sebelum melakukan pengambilan data menggunakan kuisioner pada responden yang sesungguhnya, dilakukan uji coba pengisian kuisioner pada responden lain yang memiliki karakteristik yang sama. Hal tersebut bertujuan untuk mengetahui validitas dan realibilitas instrumen yang sudah dibuat.

Pengukuran variabel menggunan Skala likert yang dimodifikasi yang mana dalam skala likert skor yang digunakan antara 1 – 5, akan tetapi untuk menghindari ketimpangan responden dalam memilih jawaban , skala modifikasi likert terdiri atas 4 kriteria (Sugiyono, 2019). Skala pengukuran menggunakan skala modifikasi liker yang diberi numeric antara 1 – 4 terbagi menjadi 4 kategori, yaitu :

1. Nilai 1 : Sangat tidak berperan/sangat tidak menguntungkan/sangat tidak sesuai /sangat tidak mudah/sangat tidak bisa dicoba/sangat tidak bisa diamati/

sangat tidak tahu/sangat tidak setuju/sangat tidak menerima/belum pernah mencoba/tidak menerapkan

2. Nilai 2 : Tidak berperan/tidak menguntungkan/tidak sesuai/tidak mudah/

tidak bisa dicoba/tidak bisa diamati/tidak tahu/tidak setuju/tidak menerima/

pernah mencoba 1 kali/tidak menerapkan

(38)

3. Nilai 3 : Berperan/menerapkan/menguntungkan/sesuai/mudah/bisa dicoba/

bisa diamati/tahu/setuju/menerima/pernah mencoba 2 kali/menerapkan.

1. Nilai 4 : Sangat berperan/sangat menerapkan/sangat menguntungkan/sangat sesuai/sangat mudah/sangat bisa dicoba/sangat bisa diamati/sangat tahu/

sangat setuju/sangat menerima/pernah mencoba diatas 2 kali/sangat menerapkan.

Pengukuran variabel, indikator, parameter, dan skala pengukuran terdapat pada Tabel 4 berikut.

Tabel 4 Variabel, indikator, parameter dan skala pengukuran

No Variabel Indikator Parameter Skala

Pengukuran

1 2 3 4 5

1. Karakteristik Petani (X1)

X1.1 Umur Jumlah umur sejak lahir dalam (tahun)

Skala Likert 1 = Skor Terendah 4 = Skor Tertinggi X1.2

Pendidikan Formal

Pendidikan formal terakhir

X1.3 Lama Usaha Tani

Jumlah tahun sejak memulai usahatani (tahun)

X1.4 Tingkat Kosmopolitan

Seberapa sering/mobilitas petani dalam mencari informasi yang berkaitan dengan usahataninya.

2. Kegiatan Penyuluhan (X2)

X2.1 Intensitas Penyuluhan

Keterlibatan petani dalam kegiatan penyuluhan

Skala Likert 1 = Skor Terendah 4 = Skor Tertinggi X2.2 Materi

Penyuluhan

Kesesuian materi yang diberikan dengan kebutuhan petani

X2.3 Media Penyuluhan

Kesesuaian media yang digunakan dengan keadaan dilapangan

X2.4 Metode Penyuluhan

Kesesuaian metode yang digunakan dengan keadaan dilapangan

3.

Preferensi Petani Dalam

Pengendalian Hama Teroadu (PHT) Biontensif Pada Tanaman Kentang (Y)

Y1.1

Pengetahuan

Responden mengetahui manfaat menerapkan konsep

PHT Biointensif Skala Likert 1 = Skor Terendah 4 = Skor Tertinggi Y1.2 Sikap

Responden mencoba menerapkan konsep PHT Biointensif

Y1.3

Keterampilan

Responden terampil menerapkan konsep PHT Biointensif

(39)

Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas pengumpulan data kuantitatif, pengumpulan data sekunder, dan pengumpulan data primer. Data kuantitaif berupa angka dalam wujud statistik yang didapatkan dari hasil narasi maupun angket kuisioner yang diubah ke dalam angka melalui proses kuantitasi.

Alat bantu yang digunakan berupa alat bantu analisis yaitu software (SPSS). Data sekunder berupa data pendukung yang berhubungan dengan penelitian dan bersumber dari instansi terkait berupa kondisi potensi wilayah, demografi, dokumentasi kegiatan, data dari kantor desa, dan data dari instansi terkait lainnya.

Sedangkan data primer merupakan data yang bersumber dari petani dan penyuluh setempat. Data primer diperoleh melalui penyebaran kuisioner kepada responden.

Teknik pengumpulan data pada pelaksanaan kajian ini menggunaan metode sebagai berikut:

1. Penyebaran dan pengisian kuisioner, yaitu dengan menggunakan instrumen berupa pernyataan atau pertanyaan tertulis berkaitan dengan kajiann yang diberikan kepada responden.

2. Observasi, yaitu dengan melakukan pengamatan secara langsung terhadap objek penelitian.

3. Wawancara, yaitu dengan melakukan tanya jawab secara langsung kepada responden.

4. Studi literasi, yaitu mencari dan mengumpulkan data pendukung berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, dan lain sebagainya.

Analisis Data

Analisis data yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Deskripsi tingkat preferensi petani dalam pengendalian hama terpadu biointensif pada tanaman kentang di Kecamatan Cikajang dan Kecamatan Cigedug Kabupaten Garut dilakukan menggunakan analisis deskriptif.

Analisis deskriptif ini menghasilkan pengaruh variabel X terhadap variabel y yaitu preferensi petani dalam pengendalian hama terpadu pada tanaman kentang di Kecamattan Cikajang dan Cigedug, apakah termasuk kategori tinggi, sedang atau bahkan rendah.

(40)

Tujuan dari pengelompokkan data yaitu untuk menjawab rumusan masalah yang pertama yaitu guna mengetahui keadaan petani pada masing-masing kelas kelompok. Perhitungan kategori dilakukan melalui kelas interval sebagai berikut:

Panjang interval = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑜𝑎𝑙 𝑥 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 (𝑅+)−𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑒𝑛𝑑𝑎ℎ (𝑅−) 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑎𝑡𝑒𝑔𝑜𝑟𝑖 (𝐽𝑅)

2. Faktor yang mempengaruhi preferensi petani dalam pengendalian hama terpadu biointensif pada tanaman kentang di Kecamatan Cikajang dan Kecamatan Cigedug Kabupaten Garut dilakukan dengan menggunakan analisis regresi linear berganda. Metode dalam analisis yang digunakan tersebut menggambarkan keterkaitan antara variabel yang satu dengan variabel lainnya, yang mana salah satu variabel meruupakan penyebab dan variabel lain sebagai akibat. Pada penelitian ini digunakan dua variabel independen yaitu karakteristik petani (X1) dan kegiatan penyuluhan (X2).

Untuk variabel dependen yang digunakan yaitu preferensi petani dalam pengendalian hama terpadu biointensif pada tanaman kentang (Y).

persamaan regresi linear berganda dapat dirumuskan sebagai berikut:

Y= α + β1 X1.+ β2 X.2 Keterangan:

Y = Variabel Perilaku Α = Nilai Konstanta β = Koefisien regresi X1 = Karakteristik Petani X2 = Kegiatan Penyuluhan

3. Strategi dalam merubah dan meningkatkan preferensi petani dalam pengendalian hama terpadu pada tanaman kentang di Kecamatan Cikajang dan Kecamatan Cigedug Kabupaten Garut dilakukan berdasarkan hasil analisis deskriptif dari analisis sebelumnya. Rumusan strategi tersebut dengan cara melihat kategori pada analisis deskriptif dan melihat faktor- faktor yang berpengaruh signifikan terhadap preferensi petani dalam pengendalian hama terpadu biointensif pada tanaman kentang di Kecamatan Cikajang dan Kecamatan Cigedug Kabupaten Garut.

(41)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaan Umum Wilayah

Wilayah kerja BPP Cikajang mencakup satu kecamatan yaitu dengan jumlah 12 desa. Batas-batas wilayah kerja BPP Cikajang sebagai berikut:

1. Sebalah Utara berbatasan dengan Kecamatan Cisurupan dan Kecamatan Cigedug.

2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Cihurip dan Kecamatan Cisompet.

3. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Cigedug dan Kecamatan Banjarwangi.

4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Cisurupan dan Kecamatan Pamulihan.

Untuk di wilayah kerja BPP Cikajang lokasi penelitian dilakukan hanya pada satu desa yaitu Desa Mekarjaya.

Kondisi Sumber Daya Alam

Wilayah kerja BPP Cikajang memiliki luas 12.495.000 Ha dengan luas lahan yang dimanfaatkan sebagai lahan pertanian seluas 9.503.595 Ha terdiri atas lahan tegalan, pekarangan, perkebunan, padang rumput, kolam, hutan PHBM. Lahan sawah seluas 601.000 Ha sisanya seluas 2.390.402 Ha sebagai pemukiman, industri, hutan, dan lain-lain.

Tabel 5 Kondisi sumberdaya alam berdasarkan penggunaan lahan

No. Penggunaan Lahan Luas (Ha) Presentase (%) 1. Lahan Darat

a. Tegalan b. Pekarangan

c. Perkebunan d. Padang/semak e. Kolam

f. Hutan PHBM

9.503,598 3.586,380 1.038,120 698,695 21,508 69,620 4.089,278

76,059

2. Lahan Sawah 601,000 4,810 3. Hutan 2.058,402 16,474 4. Pemukiman 315,000 2,521 5. Industri 17,000 0,136

Jumlah 12.495,000 100,00

Sumber: Profil Desa Se-Kecamatan Cikajang 2020.

(42)

Tabel 5 menunjukkan bahwa kondisi sumberdaya alam berdasarkan penggunaan lahan di Kecamatan Cikajang didominasi oleh lahan darat seluas 9.503.598 Ha.

A. Kedaan Fisik a. Topografi

Wilayah BPP Cikajang berada pada ketinggian 1.200-1.800 mdpl.

Wilayah BPP Cikajang didominasi oleh topografi pegunungan seluas 5.537.000 Ha.

b. Potensi Wilayah

Wilayah BPP Cikajang memiliki curah hujan tinggi yaitu rata-rata 361 mm/bulan dan tergolong tipe iklim C. Dari karakteristik dan data iklim tersebut menggambarkan bahwa Wilayah BPP Cikajang berpotensi untuk dikembangkan usahatani tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan, dan perikanan.

B. Sumber Daya Manusia a. Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk di Wilayah BPP Cikajang berjumlah 84.145 jiwa terdiri atas penduduk laki-laki berjumlah 42.872 jiwa dan penduduk perempuan berjumlah 41.273 jiwa. Untuk wilayah yang digunakan sebagai lokasi penelitian yaitu Desa Mekarjaya jumlah penduduk laki- laki yaitu berjumlah 3.796 jiwa dan jumlah penduduk perempuan yaitu berjumlah 3.644 jiwa sehingga total jumlah penduduk di Desa Mekarjaya berjumlah 7.440 jiwa.

b. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur

Data penduduk berdasarkan kelompok umur di Wilayah BPP Kecamatan Cikajang Tahun 2020 diuraikan pada Tabel 6.

Referensi

Dokumen terkait

Perwakilan Diplomatik dan Konsuler, Misi Khusus, Perwakilan Perserikatan Bangsa-Bangsa, Perwakilan Badan-badan Khusus PBB, dan Organisasi. Internasional di dalam menjalankan

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh kinerja keuangan, pertumbuhan potensial, ukuran perusahaan, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional dan cash

j. Menugaskan kepada setiap Anggota Majelis Syura untuk mengadakan kunjungan kerja perseorangan ataupun bersama-sama di daerah pemilihannya atau daerah yang ditentukan. Dalam

Menguasai konsep teoritik, analisis dan sintesis berbagai fenomena bisnis yang relevan dengan akuntansi sampai pada tahapan penyajian dalam laporan secara

Hal inilah yang mendukung hasil penelitian bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara stress dengan perilaku merokok pada dewasa karena selain pengaruh perasaan negatif,

hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif antara health locus of control dengan perilaku merokok, artinya semakin tinggi tingkat health locus of control

Dan yang sudah sertifikasi berjumlah 20 orang guru, sehingga kualitas dan hasil pembelajaran di MTs Negeri Tanjung Raja memiliki kemampuan dan kompetensi yang baik dalam

Hasil pengamatan preparat histopatologi pankreas dari hewan coba tikus yang diberi ekstrak Curcuma longa L menunjukkan adanya pulau Langerhans yang lebih baik daripada