PERBANDINGAN METODE LATIHAN REPETISI DAN INTERVAL TRAINING TERHADAP PENINGKATAN KECEPATAN LARI 100
METER
SKRIPSI
Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Pendidikan Sarjana Program Studi Pendidikan Kepelatihan Olahraga
Oleh:
ROKHMAN UNTUNG SURAPATI
060625
JURUSAN PENDIDIKAN KEPELATIHAN OLAHRAGA FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN
PERBANDINGAN METODE LATIHAN REPETISI DAN INTERVAL TRAINING TERHADAP PENINGKATAN KECEPATAN LARI 100
METER
Oleh
Rokhman Untung Surapati
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan
Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga
© Rokhman Untung Surapati 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
Agustus 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
ROKHMAN UNTUNG SURAPATI
060625
PERBANDINGAN METODE LATIHAN REPETISI DAN INTERVAL TRAINING TERHADAP PENINGKATAN KECEPATAN LARI 100
METER
Disetujui dan disahkan oleh :
Pembimbing I
(Dr. H. R. Boyke Mulyana, M.Pd.) NIP. 196210231989031001
Pembimbing II
(Dr. Dikdik Zafar Sidik, M.Pd.) NIP. 1968121819940210001
Jurusan Pendidikan Kepelatihan
Program Studi Pendidikan Kepelatihan Olahraga Ketua,
ABSTRAK
PERBANDINGAN METODE LATIHAN REPETISI DAN INTERVAL TRAINING TERHADAP PENINGKATAN KECEPATAN
LARI 100 METER
(Studi Eksperimen Ekstrakurikuler Atletik SMKN 1 Kandanghaur)
Pembimbing : 1. Dr. H. R. Boyke Mulyana, M.Pd. 2. Dr. Dikdik Zafar Sidik, M.Pd.
Rokhman Untung Surapati* 060625
Tujuan dalam penelitian ini adalah ingin mengetahui pengaruh latihan repetisi dan latihan interval terhadap peningkatan kecepatan lari 100 meter sedangkan rumusan masalah adalah: (1) Apakah terdapat pengaruh yang signifikan metode latihan repetisi terhadap peningkatan kecepatan lari 100 meter; (2) Apakah terdapat pengaruh yang signifikan metode latihan interval terhadap peningkatan kecepatan lari 100 meter; (3) Apakah terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan antara metode latihan repetisi dengan metode latihan interval terhadap peningkatan kecepatan lari 100 meter.
Untuk mengetahui tentang perbedaan perbandingan dari kedua variabel tersebut, Maka digunakan metode penelitian eksperimen. Dalam metode ini penulis melakukan suatu percobaan dengan memberikan perlakuan terhadap dua kelompok sampel berupa metode latihan repetisi untuk kelompok A dan metode latihan interval untuk kelompok B. Dalam pengambilan data dilakukan tes awal dan akhir untuk mengetahui peningkatan hasil latihannya. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah siswa yang mengikuti ekstrakurikuler atletik di SMK N 1 Kandanghaur Kab. Indramayu, sebanyak 10 orang, dengan pengambilan sampel menggunakan teknik sampel jenuh.
Setelah dilakukan pengolahan data dan analisis secara statistik diperoleh kesimpulan bahwa: 1). Metode latihan repetisi memberikan pengaruh yang tidak signifikan terhadap peningkatan kecepatan lari melalui perhitungan statistik yaitu t hitung = 2.38 yang lebih kecil dari t tabel = 2.78 pada taraf α = 0.05. 2). Metode latihan interval memberikan pengaruh yang tidak signifikan terhadap peningkatan kecepatan lari melalui perhitungan statistik yaitu t hitung = 0,48 yang lebih kecil dari t tabel = 2.78 pada taraf α = 0.05. 3). Metode latihan repetisi menunjukkan perbedaan yang tidak signifikan dengan metode latihan interval, melalui perhitungan statistik yaitu t hitung = -0,647 yang lebih kecil dari t tabel = 2.31 pada taraf α = 0.05. Jadi, kedua metode latihan tersebut memberikan pengaruh yang sama terhadap peningkatan kecepatan lari 100 meter.
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK………..……… i
KATA PENGANTAR……….……….. ii
UCAPAN TERIMA KASIH……….……… iii
DAFTAR ISI………...……… vi A. Latar Belakang Masalah……….. 1
B. Rumusan Masalah ...………... 5
C. Tujuan Penelitian………. 5
D. Manfaat Penelitian ...………... 5
E. Batasan Penelitian dan Variabel Penelitian ..……….. 6
F. Batasan Istilah ...………..………... 6
I. Kelemahan dan Kelebihan Metode Repetisi Training dan Interval Ekstensif……… 29
J. Kerangka Berfikir………... 31
K. Anggapan Dasar………. 32
BAB III PROSEDUR PENELTIAN
A. Metode Penelitian……….. 34
B. Populasi dan Sampel……….. 35
C. Desain Penelitian………... 37
D. Instrument Penelitian………. 39
E. Pelaksanaan Latihan……….. 40
F. Prosedur Pengolahan Data………. 42
BAB IV HASIL ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN PENELITIAN A. Hasil Analisis Data………. 46
B. Uji Hipotesis………... 52
C. Diskusi Hasil Penelitian………. 55
BAB V KESIMPULAN A. Kesimpulan……….. 57
B. Saran………. 58
DAFTAR PUSTAKA ……… 59
DAFTAR TABEL 2.1. Kelemahan dan Kelebihan Metode Repetisi dan Interval 21 4.1. Hasil Perhitungan Nilai Rata-Rata dan Simpangan Baku Kedua Kelompok...………. 46
4.2. Hasil Tes Sprint Kelompok Repetisi……… 47
4.3. Kemampuan Individu Berdasarkan Standar……… 48
4.4. Hasil Tes Sprint Kelompok Interval…..……..……… 49
4.5. Kemampuan Individu Berdasarkan Standar Kelompok Interval………. 50
4.6. Hasil Penghitungan Homogenitas……… 50
4.7. Hasil Uji Normalitas Lilliefors Tes Awal……… 51
4.8. Hasil Uji Normalitas Lilliefors Tes Akhir……… 51
4.9. Hasil Uji t Kelompok Repetisi dan Interval……… 52
DAFTAR GAMBAR
2.1. Grafik Percepatan……… 13
2.2. Grafik Kecepatan Waktu Seorang Sprinter……… 14
2.3. Kinerja Parameter Dalam Lari……… 16
4.1. Hasil Uji Signifikansi Pre Tes dan Pos Tes Metode Latihan Repetisi……… 53
4.2. Hasil Uji Signifikansi Pre Tes dan Pos Tes Metode Latihan Interval………. 54
DAFTAR LAMPIRAN 1. Data Tes Awal dan Akhir Lari 100 Meter………. 61
2. Hasil Perhitungan Jumlah, Rata-Rata, dan Simpangan Baku Kelompok Metode Repetisi……….. 62
3. Hasil Perhitungan Jumlah, Rata-Rata, dan Simpangan Baku Kelompok Metode Interval……….. 64
4. Uji Normalitas Lilliefors Tes Awal dan Tes Akhir Metode latihan Repetisi………. 66
5. Uji Normalitas Lilliefors Tes Awal dan Tes Akhir Metode latihan Interval………. 67
6. Uji Homogenitas Menggunakan Uji Kesamaan Dua Variansi………. 69
7. Uji Beda kelompok Metode Latihan Repetisi……… 71
8. Uji Beda kelompok Metode Latihan Interval……… 73
9. Uji Kesamaan Dua Rata-Rata (Dua Pihak)……… 75
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Olahraga dewasa ini semakin banyak digemari oleh berbagai kalangan,
karena mereka sadar bahwa manfaat yang bisa diraih dengan berolahraga adalah
terpeliharanya kondisi tubuh semaksimal mungkin. Olahraga berdasarkan
fungsinya dapat dikategorikan menjadi dua bagian yaitu olahraga sebagai
kesehatan dan olahraga sebagai prestasi. Perbedaan fungsi antara olahraga sebagai
kesehatan dengan olahraga sebagai prestasi adalah pada macam bentuk latihannya
serta pada tujuan akhir yang hendak dicapai. Pada olahraga sebagai kesehatan
tujuan yang hendak dicapai adalah meningkatkan kemampuan fungsi tubuh serta
pencapaian kondisi tubuh yang sehat dan kuat. Sedangkan tujuan dari olahraga
sebagai prestasi adalah untuk menghasilkan atlet-atlet dari berbagai cabang
olahraga yang pada akhirnya akan mengangkat nama atlet itu sendiri, daerahnya
bahkan dapat mengharumkan nama bangsanya di mata negara-negara lain.
Salah satu cabang olahraga yang mampu menyehatkan kondisi tubuh dan
menghasilkan serta meningkatkan prestasi adalah cabang olahraga atletik,
dikarenakan cabang olahraga atletik mempunyai unsur gerak bagi semua cabang
olahraga lainnya. Hal ini dapat dilihat pada setiap hari baik pagi ataupun sore hari,
terutama pada hari libur diberbagai tempat ataupun lapangan olahraga banyak
didatangi masyarakat baik anak-anak, remaja ataupun orang tua yang melakukan
olahraga lari, ini semua merupakan perkembangan yang menggembirakan
terutama untuk terciptanya atlet-atlet lari.
Atletik dalam istilah orang Amerika disebut track and field, yang artinya
perlombaan yang dilakukan di lintasan dan di lapangan. Atletik terbagi menjadi
dua nomor yaitu nomor lintasan dan nomor lapangan yang masing-masing
memiliki ciri khas yang berbeda. Menurut konstitusi IAAF (2000:17) pasal 1
tentang batasan atau definisi mengenai atletik “adalah nomor-nomor lomba dari lintasan, nomor-nomor jalanan, jalan cepat, lomba lari lintas alam, lompat dan
lempar di lapangan”. Jadi, atletik merupakan gabungan dari beberapa jenis
2
dan lompat. Kata atletik ini berasal dari bahasa Yunani yaitu “Athlon” yang
berarti bertanding atau berlomba”. Atletik merupakan cabang olahraga yang
diperlombakan pada olimpiade pertama tahun 776 SM. Karena olahraga atletik
memiliki makna sebagai cabang olahraga yang meliputi jalan, lari, lempar dan
lompat, yang semua gerakannya itu hampir ada pada semua cabang olahraga
lainnya, maka banyak orang menyebutnya sebagai mother of sport yaitu “Ibu”
bagi cabang olahraga lainnya.
Salah satu nomor dalam cabang olahraga atletik adalah nomor lari jarak
pendek, atau disebut juga sebagai nomor lari sprint. Nomor-nomor lari yang
tergolong ke dalam lari jarak pendek (sprint) adalah lari 100 meter sampai 400
meter. Namun diruang tertutup lari jarak pendek dapat dimulai dari jarak 50 meter
atau 60 meter, bergantung pada kapasitas ruang perlombaan itu sendiri. Pada
nomor 100 meter pelari akan mengerahkan kecepatan maksimal tanpa
memperhatikan pengaturan kecepatan (pace) dan pada prinsipnya lari
secepat-cepatnya sampai mencapai garis finish. Seperti yang dijelaskan Harsono
(1988:216) sebagai berikut: “ Kecepatan menjadi faktor penentu di dalam cabang
olahraga seperti nomor-nomor sprint,…”. Kecepatan merupakan komponen fisik
yang esensial. Kecepatan menjadi faktor penentu terhadap pencapaian prestasi
terutama pada nomor-nomor lari jarak pendek atau nomor-nomor sprint.
Prestasi Indonesia pada cabang olahraga Atletik di nomor lari 100 meter di
tingkat Asia Tenggara, Indonesia masih menjadi yang terbaik dengan menobatkan
Suryo Agung sebagai manusia tercepat dilevel Asia Tenggara. Tetapi di tingkat
kejuaraan Asia, Indonesia masih tetinggal jauh apalagi dikejuaraan dunia. Catatan
waktu yang dimiliki oleh Suryo Agung yaitu 10,17 detik yang dicetak pada Sea
3
Pada era 80-an yang pernah mengikuti kejuaraan Dunia Atletik gelanggang
tertutup di Paris 1985 dengan catatan waktu tercepatnya adalah 10,29 detik.
Afdiharto Mardi Lestari sebagai manusia tercepat se Asia pemegang rekor
nasional dengan catatan waktu 10,20 pernah menembus semifinal Olimpiade
Seoul 1988 dan bertanding dengan pelari top dunia seperti Ben Jonshon (Kanada).
Prestasi Indonesia untuk saat ini semakin menurun bahkan untuk
memecahkan rekor pelari sprinter di era 80-an membutuhkan waktu yang tidak
sedikit bahkan hampir 20 tahun baru bisa terpecahkan. Dari penjelasan tersebut
apakah faktor pembinaan yang kurang tepat atau motivasi atlet yang rendah.
Dalam nomor sprint selain prinsip, juga harus diperhatikan tentang
karakteristik sprint. Hal ini dijelaskan oleh Sidik (2000:5) yang dikutip oleh
Suroya Latifah (2003:5) bahwa: nomor sprint, baik itu sprint pendek (short sprint)
maupun sprint panjang (long sprint) secara umum memiliki karakteristik yang
dapat dikelompokkan sebagai berikut:
A. Biomekanik 1. Teknik
2. Fase dinamik / kecepatan B. Anatomi dan Fisiologi
1. Sistem Energi 2. Fungsi otot
Apabila kita amati, dalam lari sprint dapat dibagi ke dalam beberapa
bagian atau fase yang mewakili setiap gerakan per jaraknya. Ini dapat juga dilihat
dari gaya berlarinya. Fase-fase tersebut adalah: (1). Kecepatan reaksi pada saat
keluar dari balok start. (2). Acceleration atau percepatan pada jarak 0-30 meter.
(3). Kecepatan Maksimal pada jarak 30-80 meter. (4). Perlambatan dan
pemeliharaan kecepatan pada jarak 80-100 meter.
Dari fase-fase yang dijelaskan di atas tadi, maka latihan yang dapat
mengembangkan fase-fase di atas sangatlah bervariasi sesuai dengan karakteristik
atau ciri dari fase tersebut. Dalam pengembangan kecepatan khususnya lari 100
meter, penulis mencoba meneliti latihan yang terdapat dalam fase akselerasi
terhadap peningkatan kecepatan lari 100 meter. Acceleration atau percepatan
4
maksimal. Hal ini seperti yang dijelaskan Gambeta (1988:52) menjelaskan bahwa, “ Acceleration is the rate of speed increase from starting position to maximum speed”.
Acceleration memiliki beberapa karakteristik teknik yang berbeda dengan
fase lainnya. Hal ini sesuai dengan IAAF (2005:25) yang dikutip oleh Suroya
Latifah (2003:6) menjelaskan bahwa:
Technical Characteristics Acceleration phase:
Front foot is place quickly onto the ball of the foot for the first stide. Forward lean is maintained.
Lower legs are kept parallel to the ground during recovery. Stride length and stride frequency after 20-30 metre.
Untuk meningkatkan percepatan dalam fase acceleration ada beberapa
bentuk latihan yang sesuai dengan fase tersebut, misalnya dengan menggunakan
metode latihan repetisi.
Kecepatan lari 100 meter dapat diraih bila seorang atlet mempunyai unsur
kecepatan yang maksimal. Bagaimana atlet mampu mempertahankan kecepatan
maksimalnya segera setelah melakukan start sampai garis finish. Kecepatan
maksimal dapat diraih dengan suatu bentuk latihan metode interval training.
Dalam penelitian ini, penulis memilih metode yang disinyalir dapat
meningkatkan kecepatan, yakni metode latihan repetisi dan metode latihan
interval. Kedua metode latihan ini tujuannya sama, yaitu untuk meningkatkan
kecepatan lari, yaitu metode latihan repetisi untuk meningkatkan percepatan
positif, sedangkan metode interval training untuk meningkatkan kecepatan
maksimal. Namun, dari kedua metode tersebut, perlu dilakukan penelitian lebih
lanjut guna mengungkapkan metode mana yang lebih berpengaruh terhadap
peningkatan kecepatan lari pada nomor sprint 100 meter.
Bertolak dari uraian di atas, penulis merasa tertarik untuk meneliti dan
mengkaji lebih jauh perbandingan antara metode latihan repetisi dan metode
5
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang yang telah diuraikan maka peneliti
menemukan permasalahan sebagai berikut:
1. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan dengan menggunakan metode
latihan repetisi terhadap peningkatan kecepatan lari?
2. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan dengan menggunakan metode
interval training terhadap peningkatan kecepatan lari?
3. Apakah terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan metode repetisi
dibandingkan metode interval terhadap peningkatan kecepatan lari?
C. Tujuan Penelitian
Penetapan tujuan dalam suatu kegiatan adalah penting sebagai awal untuk
kegiatan selanjutnya. Hal ini sesuai dengan yang dijelaskan
oleh Nasution (1991:27) bahwa: “Tiap penelitian harus mempunyai
tujuan-tujuan yang harus dicapai, tujuan berkaitan erat dengan masalah yang
dipilih secara analisis masalah itu”.
Sesuai dengan pokok permasalahan penelitian ini bertujuan :
1. Untuk mengetahui perbedaan pengaruh latihan dengan metode latihan
repetisi terhadap peningkatan kecepatan lari.
2. Untuk mengetahui perbedaan pengaruh latihan dengan metode interval
training terhadap peningkatan kecepatan lari.
3. Untuk mengetahui perbedaan pengaruh antara metode latihan repetisi
dengan metode latihan interval terhadap peningkatan kecepatan lari.
D. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan mendapatkan temuan-temuan yang
nantinya bermanfaat dan berguna terutama bagi dunia olahraga, serta bagi bahan
masukan bagi pelatih mengenai metode latihan mana yang lebih efektif untuk
6
Adapun hasil penelitian ini diharapkan dapat:
1. Memecahkan masalah antara kedua metode latihan dalam hal efektifitas
untuk meningkatkan kecepatan lari.
2. Bilamana telah diketahui perbedaan efektivitas diantara kedua metode latihan
tersebut, maka latihan lebih diarahkan kepada metode latihan yang lebih
efektif.
3. Secara praktis memberikan informasi alternatif kepada para pelatih atau
pembina olahraga dalam upaya meningkatkan kecepatan lari.
E. Batasan Penelitian
Dalam penelitian gambaran yang jelas dalam sebuah penelitian sangat
diperlukan, maka dengan itu perlu adanya pembatasan ruang lingkup dalam
penelitian ini.Sehingga nantinya permasalahan penelitian diketahui dengan jelas,
maka di dalam penelitian ini penulis melakukan pembatasan masalah. Pembatasan
masalah itu sebagai berikut:
1. Metode yang digunakan adalah metode latihan repetisi dan metode
interval training.
2. Peneliti melakukan penelitian di SMKN 1 Kandanghaur Kabupaten
Indramayu.
3. Sampel yang digunakan adalah siswa mengikuti ekstrakurikuler atletik
yang berjumlah 10 orang.
4. Tes yang digunakan adalah tes lari 100 meter.
F. Batasan Istilah
Untuk menghindari terjadinya salah pengertian dalam istilah-istiah yang
digunakan dalam penulisan, dibawah ini penulis jelaskan istilah-istilah tersebut
sebagai berikut:
1. Perbandingan menurut kamus Besar Bahasa Indonesia (2001:100),
7
2. Latihan, menurut Harsono (1988:101), “Latihan adalah proses yang
sistematis dari berlatih atau bekerja, yang dilakukan secara
berulang-ulang, dengan kian hari kian bertambah jumlah beban latihan atau
pekerjaannya”.
3. Metode repetisi yaitu suatu metode yang bertujuan untuk meningkatkan
kemampuan aerobic juga anaerobic itu semua bergantung dari
kecepatan berlari yang dilakukannya.
4. Interval training menurut Harsono (1988: 156) adalah suatu latihan
yang diselingi interval-interval yang berupa masa-masa istirahat.
5. Kecepatan menurut Harsono (1988: 216) adalah kemampuan untuk
melakukan gerakan-gerakan yang sejenis secara berturut-turut dalam
waktu yang sesingkat-singkatnya.
6. Kecepatan 100 meter adalah kemampuan seseorang untuk melakukan
lari dengan jarak 100 meter secara maksimal dalam waktu yang relatif
BAB III
PROSEDUR PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Untuk pemecahan atau menyelesaikan suatu masalah penelitian diperlukan
suatu metode. Metode adalah suatu cara untuk mencapai tujuan. Tujuan penelitian
ini adalah mengungkapkan, menggambarkan dan menyimpulkan hasil pemecahan
suatu masalah melalui cara-cara tertentu sesuai dengan prosedur penelitian.
Terdapat beberapa jenis metode penelitian yang sering digunakan untuk
menjawab suatu permasalahan, seperti metode historis, deskriptif, dan
eksperimen.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen.
Metode ini digunakan atas dasar pertimbangan bahwa sifat penelitian
eksperimental yaitu mencobakan sesuatu untuk megetahui pengaruh atau akibat
dari suatu perlakuan atau treatment (perlakuan). Di samping itu penulis juga ingin
mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat yang diteliti.
Mengenai metode eksperimen ini, Arikunto (2010:3) mengemukakan
bahwa: “Eksperimen adalah suatu cara untuk mencari hubungan sebab akibat
(hubungan kausual) antara dua faktor yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti
dengan mengeliminasi atau mengurangi aatu menyisihkan faktor-faktor lain yang
mengganggu". Dalam hal ini Sugiyono (2010:72) memberikan penjelasan tentang
eksperimen bahwa: “Eksperimen dapat diartikan sebagai metode penelitian yang
digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendali”.
Penggunaan suatu metode tergantung dari penelitian yang akan dicapai.
Penggunaan metode haruslah efektif, efesien, dan relevan. Maksudnya, metode
yang digunakan harus mempunyai nilai positif pada tiap perubahan sesuai tujuan
yang diharapkan, hemat, dan tepat guna, dengan biaya sedikit dapat menghasilkan
penelitian yang maksimal.
Metode penelitian eksperimen merupakan prosedur kegiatan percobaan
35
akibat serta berapa besar hubungan sebab akibat tersebut dengan cara memberikan
perlakuan-perlakuan tertentu pada beberapa kelompok eksperimental dan
menyediakan kontrol untuk perbandingan, sehingga diperoleh hasil. Adapun
variabel-variabel yang menjadi pokok dalam penelitian ini adalah :
1. Variabel bebas ke-1 (X1) Latihan dengan metode latihan repetisi.
2. Variabel bebas ke-2 (X2) Latihan dengan metode latihan interval.
3. Variabel terikat (Y1) Kecepatan lari 100 meter.
Di dalam penelitian ini, metode penelitian yang digunakan adalah
sampling jenuh. Alasan memilih metode tersebut adalah karena seluruh jumlah
populasi dijadikan sampel oleh peneliti.
Metode eksperimen digunakan dengan pertimbangan atas dasar sifat
penelitian yaitu membandingkan metode latihan repetisi dan metode latihan
interval terhadap peningkatan kecepatan lari 100 meter. Kedua kelompok tersebut
kemudian menjalani proses latihan.
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Penentuan populasi bagi seorang peneliti sangat penting, karena
merupakan subyek data dari suatu penelitian yang berada dalam suatu wilayah
yang jelas sifat-sifatnya dan lengkap. Populasi mempunyai makna berkaitan
dengan elemen, yakni unit tempat-tempat diperolehnya informasi. Elemen
tersebut bisa berupa individu, keluarga, kelompok sosial, sekolah, kelas dan
lain-lain, dengan kata lain populasi adalah sekumpulan dari sejumlah elemen. Arikunto (2010:130) menjelaskan bahwa : “Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian”.
Dalam hal ini Sugiyono (2010:80) memberikan penjelasan tentang
populasi bahwa : “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas:
obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan”. Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah siswa yang mengikuti
ekstrakurikuler atletik yang jumlahnya 10 orang. Penulis mengambil populasi di
36
dan sudah mendapatkan mata pelajaran atletik serta dari segi kemampuan fisik
lebih baik tapi dalam implementasi dilapangan kemampuan berlari masih kurang
baik sehingga penulis berpendapat sangat tepat diadakannya penelitian ini, selain
itu dilihat dari segi transportasi yang dekat serta sarana dan prasarana cukup
memadai sehingga dapat meminimalisasi biaya.
2. Sampel
Sampel dalam penelitian berarti sekelompok subyek dimana informasi
diperoleh. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah semua populasi dijadikan sampel. Oleh karena itu, penelitian ini disebut
juga penelitian populasi. Seperti yang dijelaskan oleh Arikunto (1998:107)
sebagai berikut : “Untuk sekedar ancer-ancer maka apabila subyek kurang dari
100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian
populasi”. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka jumlah sampel penelitian yang
penulis tetapkan sebesar 100% atau sebanyak 10 orang. Hal ini dilakukan karena
jumlah populasi kurang dari 100 orang.
Prosedur untuk pengelompokannya penulis mengambil berdasarkan
kemampuan kualitas daya tahan yang dimiliki oleh setiap atlet. Dimana atlet yang
memiliki kualitas daya tahan yang baik akan di kelompokan ke dalam kelompok
latihan interval dan atlet yang memiliki kualitas daya tahan yang kurang baik akan
di kelompokan ke dalam kelompok latihan repetisi. Dengan harapan kedua
kelompok memiliki kemampuan yang hampir sama dengan langkah-langkah
sebagai berikut :
1. Sampel sebanyak 10 orang siswa melakukan pre test atau tes awal dengan
menggunakan tes lari 100 m.
2. Kemudian mereka dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu kelompok
A dan kelompok B
3. Menentukan perlakukan (Treatment) untuk kelompok A diberi metode
37
4. Masing-masing kelompok melakukan tes akhir dengan menggunakan tes
lari 100 meter untuk mengetahui peningkatan hasil latihan berupa tes lari
100 meter.
5. Data disusun, diolah dan dianalisis yang selanjutnya ditetapkan suatu
kesimpulan penelitian.
C. Desain Penelitian
Dalam suatu penelitian diperlukan pola-pola tertentu untuk mencapai
tujuan tertentu. Pola-pola tertentu tersebut sering disebut dengan rencana
penelitian yang memberikan arahan dalam pelaksanaan penelitian. Nasution
(1982:12) menjelaskan tentang rencana penelitian sebagai berikut :
Tiap penelitian harus direncanakan, untuk itu diperlukan suatu desain
penelitian. Desain penelitian merupakan suatu rencana tentang cara
pengumpulan dan menganalis data agar dapat dilaksanakan secara
ekonomis serta serasi dengan tujuan tersebut.
Penelitian eksperimen mempunyai berbagai macam desain. Penggunaan
desain tersebut disesuaikan dengan aspek penelitian serta pokok masalah yang
ingin diungkapkan. Berdasarkan argument tersebut, maka penulis menggunakan
sampel jenuh sebagai desain penelitiannya.
Dalam desain ini sampel diperoleh sebesar jumlah populasi, Kemudian
diadakan tes awal atau pre-test. Tes awal dilakukan untuk mengetahui
kemampuan awal sampel, dalam hal ini yaitu tes balke atau tes lari 12 menit. Data
hasil tes awal disusun berdasarkan rangking, tujuannya adalah untuk mengetahui
kemampuan daya tahan aerobik atlet. Selanjutnya dibagi dua kelompok, kelompok
A adalah kelompok latihan repetisi yang beranggotakan atlet yang kemampuan
daya tahannya kurang baik. Sedangkan kelompok B adalah kelompok latihan
interval yang beranggotakan atlet yang kemampuan daya tahannya baik. Setelah
dikelompokkan atlet melakukan pre test 100 meter sebagai langka awal penulis
38
Penulis menggunakan desain tersebut karena dalam pelaksanaan penelitian
penulis membagi sampel menjadi dua kelompok yang sama dengan perlakuan
yang berbeda. Adapun konstalasi desain penelitiannya tertera pada halaman 42.
O1 X1 O2 --- O1 X2 O2
Sumber (Lutan, dkk. 2007 : 161)
Keterangan : O1 = Tes Awal
X1 = Perlakuan / Metode latihan Repetisi X2 = Perlakuan / Metode latihan Interval O2 = Tes Akhir
Adapun langkah-langkah yang penulis lakukan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Menentukan populasi
2. Memilih dan menetapkan sampel 3. Mangadakan tes awal
4. Membagi dua kelompok, yaitu kelompok A dan kelompok B 5. Melaksanakan latihan
6. Melakukan tes akhir
7. Melakukan pengujian hipotesis 8. Mengambil kesimpulan
Selain membuat desain penelitian, penulis pun membuat alur untuk
39
D. Instrumen Penelitian
Agar penelitian ini berjalan dengan semestinya, maka penulis
membutuhkan suatu data. Data tersebut diperoleh sebelum ekperimen sebagai data
awal dan pada akhir eksperimen sebagai data akhir. Untuk memperoleh data yang
diperlukan, dalam penelitian ini dibutuhkan suatu alat ukur sebagai pengumpul
data. Alat ukur yang digunakan untuk penelitian ini adalah mengukur kecepatan
lari 100 meter serta menentukan kemajuan hasil latihan siswa. Seperti yang
dijelaskan sebelumnya penelitian ini membandingkan dua metode latihan, yaitu
metode latihan repetisi dan latihan interval terhadap peningkatan kecepatan lari.
POPULASI
SAMPEL
TES AWAL
TES LARI 100 METER
KELOMPOK A
LATIHAN REPETISI
TREATMENT/PERLAKUAN
KELOMPOK B
LATIHAN INTERVAL
TES AKHIR
TES LARI 100 METER
40
Maka alat ukur yang digunakan harus sesuai dengan tujuan penelitian ini supaya
hasilnya tepat.
Dalam pengukuran ini bentuk tesnya adalah Tes lari 100 meter yang
khusus untuk mengklasifikasi kemampuan lari para siswa, menentukan kemajuan
hasil latihan siswa, dan mengetahui hasil latihan siswa. Alat yang digunakan
dalam tes ini adalah Pluit, lintasan lari, dan stop watch. Sedangkan instrument
yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes lari 100 m.
Adapun fasilitas dan tata cara pelaksanaan tes tersebut adalah sebagai
berikut:
Tes sprint jarak 100 meter sebagai awal.
Tujuan : Mengukur kecepatan menempuh jarak 100 meter
Alat : Lintasan lari, pluit, start block, bendera, pita finish dan stop wacth.
Pelaksanaan : Testee melakukan sikap siap, pada aba-aba “ya’ atau bunyi pluit atau kibaran bendera testee lari secepat mungkin sampai menempuh jarak lari 100 meter. Kesempatan melakukan tes sebanyak 1 kali tes berjarak 100 meter.
Penilaian : Skor waktu yang berhasil dicapai testee selama menempuh jarak 100 meter. Pencatatan waktu yang dilakukan sejak aba-aba “ya”, atau “bunyi tembakan pistol”, hingga dada peserta menyentuh pita garis finish.
Pengumpulan data dalam penelitian ini didapat dari:
1. Tes kecepatan lari 100 meter sebagai tes awal.
2. Tes kecepatan lari 100 meter sebagai tes akhir.
E. Pelaksanaan Latihan
Dalam pelaksanaan latihan ini, masing-masing kelompok A dan kelompok
B mendapatkan satu bentuk latihan yang berbeda. Kelompok A melakukan latihan
lari dengan metode latihan repetisi dan kelompok B melakukan latihan lari dengan
metode interval training. Pelaksanaan latihan dalam penelitian ini dilakukan
selama satu setengah bulan yaitu mulai dari tanggal 21 Januari 2013 sampai
dengan 26 Pebruari 2013. Menurut Maglischo (2003:406) yang dikutip dari
skripsi Ineng (2010:46) yang tertera pada halaman 41.
41
With regard to level of conditioning, it is well known that athletes will improve quite rapidly if they have taken a long layoff and are out of condition when training begins. Most research indicates that they will improve dramatically during the first 6 to 12 weeks.
Pengertiannya bahwa mengenai tingkatan kondisi tubuh, diketahui bahwa
atlet akan meningkatkan dengan cepat jika mereka sudah mengambil suatu
pemberhentian sementara dan tidak terpakai ketika pelatihan dimulai. Kebanyakan
riset menunjukkan bahwa mereka akan meningkat secara dramatis selama 6
minggu sampai 12 minggu.
Setiap minggunya berlatih sebanyak 3 kali yaitu pada hari Selasa, Kamis,
dan Sabtu. Mengenai hal ini, penulis mengacu pada Bompa (1991:86) yang
menyatakan : “During this time athletes should training 3-5 times per week depending on their level of development in athletes”. Maksudnya adalah atlet perlu berlatih 3-5 kali dalam seminggu, tergantung dari tingkat kebutuhannya
sebagai atlet dalam olahraga. Fox yang dikutip Sajoto (1990:48) yang dikutip
Suroya Latifah (2003:42) yang mengatakan bahwa : Pada umumnya para pelatih
setuju untuk menjalankan program latihan 3 kali setiap minggu, agar tidak terjadi
kelelahan yang kronis. Adapun lama latihan yang diperlukan adalah selama 6
minggu atau lebih.
Pertimbangan lain dari penulis untuk melakukan latihan dengan batas
minimal 3 kali per minggu adalah sampel yang digunakan termasuk ke dalam
kategori atlet pemula, dikhawatirkan jika frekuensi latihan lebih banyak akan
terjadi kelelahan yang berlebihan sehingga akan berakibat buruk bagi atlet itu
sendiri.
Kemudian dalam pelaksanaan latihan penulis membagi menjadi tiga
bagian dalam setiap pertemuannya yaitu:
1. Latihan Pemanasan
Sebelum melakukan latihan inti, atlet diinstruksikan untuk melakukan
pemanasan dengan bimbingan dari penulis atau melakukan dengan sendiri dengan
intruksi dari teman, yaitu melakukan peregangan statis, lari mengelilingi lapangan
42
Latihan pemanasan yang diberikan berupa statis yaitu meregangkan
seluruh anggota secara sistematis yang dapat dilakukan mulai dari kepala sampai
kaki, selanjutnya lari keliling dan diakhiri oleh peregangan dinamis.
2. Latihan inti
Setelah melaksanakan pemanasan, atlet melaksanakan materi dalam
latihan inti sesuai dengan program yang telah penulis susun. Dikarenakan latihan
teknik membutuhkan kerja otot yang segar, maka ketika atlet mengalami
kelelahan dalam melaksanakan materi penulis memberikan istirahat sampai
kondisi tubuh kembali normal atau mendekati normal.
3. Pendinginan
Latihan pendinginan atau cooling down adalah latihan penutup dalam
setiap latihan, tujuannya adalah untuk mengurangi rasa sakit pada otot setelah
selesai latihan. Setelah melakukan latihan inti, atlet diinstruksikan untuk
melakukan lari-lari kecil yang dilanjutkan dengn gerakan pelemasan yang
lamanya kurang dari 10 menit.
F. Prosedur Pengolahan Data
Untuk membuktikan kebenaran hipotesis yang telah dirumuskan,
diperlukan pengolahan dan analisis data, proses penyusunan, pengaturan dan
pengolahan data agar dapat digunakan untuk menerima atau menolak hipotesis.
Adapun langkah-langkah yag harus ditempuh dalam pengolahan data
tersebut adalah sebagai berikut :
1. Menghitung nilai rata-rata dari setiap kelompok sampel dengan menggunakan
rumus :
Keterangan :
43
n = Jumlah orang/peristiwa
= “Sigma” yang berarti jumlah
2. Mencari simpangan baku, digunakan pendekatan statistik, dengan rumus :
S =
X1 = Skor yang dicapai seseorang X = Nilai rata-rata
n = Banyaknya jumlah orang
3. Uji normalitas
Menguji normalitas data menggunakan uji kenormalitasan liliefors, prosedur yang digunakan menurut Nurhasan (2002:105) adalah sebagai berikut :
a. Menyusun data hasil pengamatan, yang dimulai dari nilai pengamatan
yang paling kecil sampai nilai pengamatan paling besar.
b. Untuk semua nilai pengamatan dijadikan angka baku Z dengan pendekatan
Z skor yaitu :
Z = S
X X
c. Untuk setiap baku angka tersebut, dengan bantuan tabel distribusi normal
baku (tabel distribusi Z). kemudian hitung peluang dari masing-masing
nilai Z (FZi) dengan ketentuan : Jika nilai Z negatif, maka untuk
menentukan FZi –nya adalah 0,5 - luas daerah distribusi Z pada tabel.
d. Menentukan proporsi masing-masing nilai Z (SZi) dengan cara melihat
kedudukan nilai Z pada nomor urut sampel yang kemudian dibagi dengan
banyaknya sampel.
e. Hitung selisih antara F(FZi) - S(SZi) dan tentukan harga mutlaknya.
f. Ambillah harga mutlak yang paling besar diantara harga mutlak dari
seluruh sampel yang ada dan berilah simbol L0.
g. Dengan bantuan tabel Nilai Kritis untuk uji Liliefors, maka tentukanlah
44
h. Bandingkanlah nilai L tersebut dengan nilai L0 untuk mengetahui diterima
atau ditolak hipotesis, dengan kriteria :
o Terima H0 jika L0 <L = Normal
Kriteria pengujian adalah terima hipotesis jika F hitung lebih kecil dari tabel
distribusi dengan derajat kebebasan = (V1, V2) dengan taraf nyata = 0,05
5. Uji beda
Kriteria penolakan dan penerimaan Hipotesis
o Terima hipotesis jika thitung < ttabel
o Tolak Hipotesis jika thitung > ttabel
6. Uji kesamaaan dua rata-rata
s
X1 = Nilai rata-rata kelompok 1 X2 = Nilai rata-rata kelompok 2 S = Simpangan Baku
45
Kriteria penolakan dan penerimaan Hipotesis
o Terima hipotesis jika thitung < ttabel
BAB V
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil uji statistik maka dapat disimpulkan bahwa pada
penelitian ini yaitu :
1. Metode latihan repetisi memberikan pengaruh yang tidak signifikan terhadap
peningkatan kecepatan lari 100 meter.
2. Metode interval training memberikan pengaruh yang tidak signifikan
terhadap peningkatan kecepatan lari 100 meter.
3. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara metode latihan repetisi dan
metode latihan interval terhadap peningkatan kecepatan lari 100 meter.
Karena pada perhitungan statistika peningkatan nol koma pada latihan
kecepatan tidak berpengaruh yang signifikan terhadap peningkatan kecepatan
lari, akan tetapi peningkatan nol koma akan berpengaruh pada hasil
penentuan juara atau peringkat suatu perlombaan dalam lari 100 meter.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan penelitian, penulis mengajukan beberapa saran
sebagai berikut:
1. Kepada pelatih olahraga atletik
Setiap metode latihan memiliki kelemahan dan kelebihannya. terpenting
adalah metode latihan disesuaikan dengan karakteristik peserta latihan dan
tujuan diadakannya latihan. Evaluasi terhadap hasil latihan sangat penting
agar kemampuan atletik peserta dapat terkontrol pengembanganya
2. Kepada peserta latihan
Berlatih meningkatkan kemampuan berlari 100 meter tidak hanya ditentukan
keberhasilannya oleh metode yang teruji, namun perlu didukung oleh
58
3. Penelitian Selanjutnya
Diadakan penelitian dengan sampel atau kelompok eksperimen yang lebih
besar, pengukuran yang lebih teliti, analisis yang lebih akurat agar diperoleh
hasil yang mampu memperkaya pengetahuan di dunia olahraga terutama
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi. (2006).Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Gambetta, (1989). The Athletics Congress’s Track and Field coaching Manual.Illinois: Leisure press.
Harsono. (1988). Coaching dan Aspek-aspek Psikologis dalam Coaching. Jakarta: CV. Tambak Kusuma.
Harsono. (2004). Perencanaan Program Latihan. Bandung: Universitas Pendidkan Indonesia.
Harsono. (2007). Teori dan Metodologi Pelatihan. Bandung: Universitas Pendidkan Indonesia.
http//www.iptekor.doc/0731.pdf.
http://kabarsore.com/kebugaran/15112-istilah-dalam-fitness-yang-sering-digunakan.html.
http://sportjatim.com/index.php?option=_conten&task=view&id=4814&Itemid
http://wolipop.detik.com/read/2010/10/01/083323/1452792/849/latihan-interval-olahraga-pembakar-lemak-paling-efektif.
http://www.artikata.com/arti-347685-repetisi.html.
Nasution, (1982). Metode Research. Bandung: Jemmars.
NurhasandanHasanudinCholil, D. (2007).Tes dan Pengukuran Pendidikan Olahraga. Bandung: FPOK UPI
Pasurnay. (2001). Latihan Fisik Olahraga. Bandung: FPOK UPI Bandung.
Priatna, Eri. (2008). Ensiklomini Olahraga Atletik. Depdiknas: Sahabat.
Sidik, DikdikZafar. (2009). Pembinaan Kondisi Fisik Dasar dan Lanjutan. Bandung: Universitas Pendidkan Indonesia.
Sugiyono. (2006). Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Tim Penyusun Kamus. (1989). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Tim penyusun UPI.(2009). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.