• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI MELALUI METODE PENGELOMPOKAN IDE (CLUSTERING) BERBASIS MEDIA GAMBAR FOTOGRAFI PADA SISWA KELAS VII SMP GANESHA KOTA BANDUNG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI MELALUI METODE PENGELOMPOKAN IDE (CLUSTERING) BERBASIS MEDIA GAMBAR FOTOGRAFI PADA SISWA KELAS VII SMP GANESHA KOTA BANDUNG."

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

PERNYATAAN ……….. ii

KATA PENGANTAR ……….... Iii UCAPAN TERIMAKASIH ………... Iv DAFTAR ISI ………... Vii DAFTAR TABEL ………... X DAFTAR BAGAN………... Xi DAFTAR LAMPIRAN ……….. Xii BAB I. PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah Penelitian……….. 1

B. Identifikasi Masalah Penelitian……….... 9

C. Rumusan Masalah ………... 10

D. Batasan Masalah ……….. 10

E. Tujuan Penelitian ………. 10

F. Manfaat Penelitian ………... 11

G. Anggapan Dasar ……….. 12

H. Hipotesis ……….. 12

I. Definisi Operasional ………... 13

BAB II. LANDASAN TEORETIS PENELITIAN ……….. 15

A. Metode Pembelajaran ……….. 15

1. Pengertian Metode ………... 15

2. Syarat-syarat Metode Pembelajaran ………... 17

B. Metode Pengelompokan Ide (clustering) Berbasis Media Gambar Fotografi………. 18

1. Metode Pengelompokan Ide (Clustering) ………... 18

a. Pengertian Metode Pengelompokan Ide (clustering) ……….. 18

b. Manfaat Penggunaan Metode Pengelompokan Ide (clustering) ………. 22

c. Langkah-langkah Metode Pengelompokan Ide (clustering) ……….. 23

d. Penggunaan Metode Pengelompokan Ide (clustering) dalam Pembelajaran Menulis Karangan Narasi ………... 27

2. Media Pembelajaran ………... 27

a. Pengertian Media ………... 27

b. Peranan dan Kegunaan media pembelajaran ………... 29

c. Jenis-jenis Media Pembelajaran ………. 31

d. Media Gambar dalam Pembelajaran Menulis ………. 32

3. Gambar Fotografi Sebagai Media Pembelajaran ……… 33

a. Pengertian Gambar Fotografi ……….. 34

b. Jenis-jenis Media Gambar fotografi ……… 36

c. Kelebihan dan Kelemahan Media Gambar Fotografi ………. 36

d. Kriteria Memilih Media Gambar Fotografi ………. 37

e. Tahap-tahap Menulis Karangan Narasi dengan Media Gambar Fotografi ……… 38

(2)

3. Fungsi menulis ………... 47

4. Proses Penulisan………... 49

D. Jenis-jenis Karangan ……….. 53

1. Karangan Narasi ……….. 57

2. Ciri-ciri Narasi ……… 59

3. Struktur Narasi ……… 59

4. Unsur Pembentuk Karangan Narasi ……….. 61

5. Jenis-Jenis Karangan Narasi ………... 63

BAB III. METODE DAN TEKNIK PENELITIAN ……… 65

A. Metode Penelitian ……… 65

B. Variabel Penelitian ……….. 66

C. Prosedur Penelitian ………. 67

D. Populasi dan Sampel Penelitian ……….. 70

E. Teknik Pengumpulan Data ………. 70

F. Instrumen Penelitian ……… 72

G. Persiapan pembelajaran ………... 81

H. Teknik Analisis Data ………... 83

BAB IV. DATA, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ……… 89

A. Data dan Analisis Data ……… 89

1. Deskripsi Profil Kemampuan Awal Menulis Narasi Siswa Kelas VII SMP Ganesha Bandung ……….. 89 2. Proses Pembelajaran MenulisNarasi dengan Metode Konvensional ……….. 107

3. Deskripsi dan Analisis Proses Pembelajaran Menulis Narasi Melalui Metode Pengelompokan Ide (clustering) Berbasis Media Gambar Fotografi ……… 109

4. Deskripsi Profil Kemampuan Akhir Menulis Narasi Siswa Kelas VII SMP Ganesha Bandung ………... 132

5. Rekapitulasi Data Nilai Kemampuan Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol……... 155

6. Efektivitas Metode Pengelompokan Ide (Clustering) Berbasis Media Gambar Fotografi dalam Pembelajaran Menulis Karangan Narasi ……….. 159

B. Pembahasan Hasil Penelitia ……….. 169

1. Observasi Terhadap Penerapan Pembelajaran Menulis Narasi Melalui Metode Pengelompokan Ide (clustering) Berbasis Media gambar Fotografi ……….. 169 2. Tanggapan Guru dan Siswa Terhadap Pembelajaran Menulis Narasi Melalui Metode Pengelompokan Ide (Clustering) Berbasis Media Gambar Fotografi ……… 171 3. Pembahasan Hasil Penilaian Kemampuan Menulis narasi……….. 174

BAB V. SIMPULAN DAN SARAN ………... 176

A. Simpulan ……….. 176

(3)
(4)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Dalam kehidupan modern, keterampilan menulis sangat dibutuhkan. Hal

ini terlihat dari banyaknya alat komunikasi yang sangat memerlukan keterampilan

menulis karena dunia modern sangat identik dengan dunia ilmiah yang

memerlukan keterampilan menulis dalam menyampaikan pemikiran-pemikiran.

Pemikiran-pemikiran yang cemerlang dituangkan ke dalam tulisan-tulisan agar

dapat dibaca oleh orang banyak. Oleh karena itu, tidaklah terlalu berlebihan bila

dikatakan bahwa keterampilan menulis merupakan ciri-ciri terpelajar.

Hal ini sejalan dengan yang dikatakan Ahmadi dalam Syahrudin (2006: 2)

“di abad modern ini kemampuan menulis dengan jelas, padat dan tepat merupakan

kualifikasi yang pada umumnya diperlukan agar berhasil dalam dunia dagang,

pendidikan atau profesi”.

Menulis merupakan keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk

berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara bertatap muka dengan orang

lain. Menulis merupakan kegiatan produktif dan ekspresif. Keterampilan menulis

merupakan kemampuan mengekspresikan, pikiran, perasaan, pengalaman dalam

bentuk tulisan yang disusun secara sistematis dan logis, sehingga tulisanya dapat

(5)

Sebagaimana yang dikatakan Badudu (2000 : 10)

“menulis merupakan suatu keterampilan yang produktif dan ekspresif, artinya selalu diperlukan dalam berbagai kepentingan dalam berbagai kehidupan dan dapat mengungkapkan gagasan/ ide, pikiran dan perasaan kepada orang lain secara tidak langsung atau tidak bertatap muka dengan lawan bicara”.

Meskipun telah disadari bahwa penguasaan bahasa tulis mutlak dalam

kehidupan, namun pada kenyataan di lapangan, keterampilan menulis khususnya

di sekolah menengah pertama masih belum pada standar yang diharapkan.

Kenyataan tersebut terjadi salah satunya karena faktor pengajaran yang selalu

memfokuskan anak pada teori-teori kebahasaan dibandingkan menuntut anak

untuk mahir dalam keterampilan berbahasa, salah satunya keterampilan menulis.

Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa kegiatan menulis siswa masih rendah

dibandingkan dengan kegiatan berbahasa lainnya yaitu: berbicara, membaca, dan

menyimak. Dari hasil studi pendahuluan diketahui bahwa sebagian besar siswa

merasa tidak dapat mengungkapkan dan menemukan ide, gagasan dan pikiranya

yang akan ditulis. Siswa tidak tahu bagaimana memulai dan menyusun ide-ide

untuk menulis. Kondisi ini diperkuat oleh pernyataan bahwa pembelajaran bahasa

Indonesia di sekolah-sekolah kita selama ini masih belum mencapai hasil yang

diharapkan, apalagi untuk sampai di sebut memuaskan (Jamaludin, 2003: 45).

Pada kenyataannya tidak semua siswa dapat menuangkan ide, perasaan,

informasi, dan pemikiranya ke dalam tulisan. Penelitian yang dilakukan Heniati

(2006: 2) menyatakan bahwa faktor penyebab ketidakmampuan siswa tersebut

diantaranya guru lebih banyak menekankan teori dan pengetahuan bahasa dari

(6)

mengajar lebih banyak didominasi oleh guru, kurang memberi kesempatan kepada

siswa untuk berperan serta. Nurmala (2008: 8) berpendapat bahwa kesulitan ini

disebabkan faktor psikologis dan metodologis. Secara psikologis, kebanyakan

siswa menganggap menulis sebagai beban karena merasa kurang mampu

menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Secara metodologis, guru

umumnya kurang bervariasi dalam memilih metode dan strategi pembelajaran.

Sejalan dengan yang dikatakan Durachman dalam Heniati (2006: 5) ada

beberapa hambatan dalam menulis, hambatan pertama yaitu sulitnya

mengungkapkan ide ke dalam tulisan. Hambatan kedua sangat miskinya bahan

yang akan di tulis. Hambatan ketiga kurang memadainya kemampuan kebahasaan

yang dimiliki. Hambatan keempat, kurangnya pengetahuan tentang kaidah-kaidah

menulis. Hambatan yang terakhir kurangnya kesadaran akan pentingnya menulis.

Oleh karena itu menjadi tugas gurulah untuk memilih metode dan media yang tepat

dalam pembelajaran menulis di kelas untuk mencari solusi terhadap

hambatan-hambatan yang dihadapi siswa dalam menulis. Dengan metode itu diharapkan

ditemukan solusi terhadap hambatan-hambatan yang dihadapi.

Menulis sebagai salah satu keterampilan berbahasa yang dipelajari di sekolah

memerlukan pembelajaran yang menekankan bagaimana menulis itu sendiri,

bukan hanya teori-teori tentang menulis. Teori-teori bagaimana menulis yang baik

memang penting, tetapi praktik menulis itu sendiri lebih penting. Alwasilah

(2005: 5) menyatakan bahwa kesalahan pendidikan selama ini adalah

keberpihakan sistem kepada “kognitif” sehingga sedikit sekali siswa yang gemar

(7)

Dalam kegiatan belajar mengajar, keterampilan menulis bukanlah sesuatu

yang dapat diajarkan melalui penjelasan saja. Siswa tidak dapat memperoleh

keterampilan menulis hanya dengan menunggu, mendengarkan, atau mencatat

uraian guru. Keterampilan menulis memerlukan latihan dan praktik yang

berkelanjutan. Oleh karena itu, dalam kegiatan belajar mengajar siswa harus

langsung berlatih menulis. Tanpa adanya proses berlatih tidak mungkin

keterampilan atau kemampuan menulis pada diri siswa akan muncul. Hal ini

sesuai dengan pernyataan Tarigan (1994: 1) bahwa keterampilan menulis hanya

diperoleh dan dikuasai dengan jalan praktik dan banyak latihan, walaupun tidak

semua orang mempunyai minat dan bakat yang sama terhadap menulis.

Sebagai sebuah keterampilan, untuk mencapai kualitas tulisan yang baik,

kegiatan menulis dapat diupayakan melalui berbagai cara. Salah satu caranya

adalah melalui penggunaan metode pembelajaran menulis yang nyaman (tidak

membebani). Hal ini didasarkan pada asumsi bahwa keterampilan menulis

merupakan suatu aktivitas yang melibatkan aspek ide, motivasi, dan pikiran.

Aspek-aspek ini merupakan sarana bagi terekspresikannya gagasan dengan baik.

Penguasaan terhadap aspek-aspek ini dapat dilakukan melalui pelatihan, baik

secara langsung maupun secara tidak langsung dalam kegiatan menulis.

Faktor-faktor yang meliputi guru, siswa, dan materi pelajaran yang saling

mendukung akan menjadi penentu keberhasilan dalam pembelajaran. Untuk itu

guru tentunya harus mempunyai kredibilitas atau kemampuan dan pengetahuan

(8)

dalam pembelajaran yang tepat, sesuai, bervariasi; sehingga dapat membangkitkan

motivasi, minat, dan bakat siswa terutama dalam pembelajaran menulis.

Dalam Kurikulum Tingkat Satuan pendidikan (KTSP) metode dan media

pembelajaran khususnya untuk mata pelajaran bahasa Indonesia tidak dijabarkan

secara rinci. Dengan demikian, guru diberi kesempatan dan keleluasaan untuk

memilih metode dan media pembelajaran yang dianggap cocok dengan materi

yang akan disampaikan. Berdasarkan hal tersebut jelaslah bahwa kemampuan

guru menerapkan metode dan media pembelajaran merupakan salah satu penentu

keberhasilan kegiatan pembelajaran.

Salah satu standar kompetensi yang harus dimiliki siswa SMP dalam

keterampilan menulis adalah mampu mengungkapkan pikiran, perasaan, informasi

dan pengalaman secara tertulis dalam berbagai bentuk tulisan salah satunya adalah

menulis karangan narasi. Dengan demikian menulis karangan narasi merupakan

suatu kegiatan mengekspresikan kembali pikiran, pendapat, gagasan, dan perasaan

sebagai salah satu bentuk mengasah kemampuan berbahasa siswa, terutama

melatih kemampuan menulisnya.

Dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran bahasa Indonesia di jenjang

Sekolah Menengah Pertama (SMP) efektif dan efisien maka guru ditntut

menggunakan metode yang tepat dalam kegiatan pembelajaranya. Salah satu

metode yang dapat diterapkan dalam pembelajaran bahasa Indonesia khusus aspek

(9)

Metode pengelompokan ide (clustering) adalah, suatu cara memilah

pemikiran-pemikiran yang saling berkaitan dengan menuangkannya di atas kertas,

tanpa mempertimbangkan kebenaran atau nilainya (DePorter, 2000:180). Artinya

sebuah pemikiran yang dikelompokan di atas kertas hampir sama seperti proses

berpikir yang terjadi dalam otak, walaupun dalam bentuk yang disederhanakan.

Clustering atau pengelompokan ide merupakan suatu cara memilah gagasan atau

menata pikiran dan menuangkannya ke atas kertas secepatnya, yaitu dengan cara,

melihat dan membuat kaitan antara gagasan, mengembangkan gagasan-gagasan

yang telah dikemukakan, menelusuri jalan pikiran yang ditempuh otak agar

mencapai suatu konsep, bekerja secara alamiah dengan gagasan-gagasan tanpa

penyuntingan atau pertimbangan, memvisualkan hal-hal khusus dan

mengingatnya kembali dengan mudah, mengalami desakan kuat untuk menulis.

Selain itu DePorter (2000:184) mengatakan bahwa metode pengelompokan ide

(clustering) dapat digunakan untuk segala jenis tulisan, dari laporan, esai,

proposal hingga puisi dan cerita.

Selama ini, penerapan metode pengelompokan ide dengan menggunakan

media gambar dalam peningkatan keterampilan menulis siswa. Metode

pengelompokan ide (Clustering) tentu akan sangat membantu siswa dalam

memanfaatkan potensi kedua belah otaknya. Adanya interaksi yang luar biasa

antara kedua belahan otak dapat memicu kreativitas yang memberikan kemudahan

dalam proses menulis. Terbiasanya siswa menggunakan dan mengembangkan

(10)

konsentrasi, kreativitas, dan pemahaman sehingga siswa dapat mengembangkan

tulisannya melalui pengelompokan ide (clustering).

Sebagai upaya untuk mencari alternatif dalam pembelajaran menulis,

khususnya kemampuan menulis karangan narasi. Dalam penelitian ini penulis

menggunakan metode clustering atau pengelompokan ide sebagai metode menulis

karangan narasi bagi siswa SMP.

Selain metode yang inovatif dan variatif, salah satu cara untuk

meningkatkan minat dan gairah belajar siswa dalam menulis karangan narasi,

yaitu dengan menggunakan media yang menarik. Karena media adalah sarana

sebagai penyampai informasi (materi pelajaran) kepada penerima (siswa). Dengan

penggunaan media yang menarik, pembelajaran menulis narasi diharapkan lebih

menyenangkan dan dapat membantu kesulitan siswa dalam memperoleh ide

(inspirasi) ketika menulis karangan narasi. Pada umumnya hasil belajar siswa

dengan menggunakan media pembelajaran akan tahan lama sehingga kualitas

pembelajaran mempunyai nilai tinggi, karena media pembelajaran meletakan

dasar-dasar yang kongkrit untuk berfikir dan dapat mengurangi verbalisme.

Penggunaan media gambar dalam pembelajaran menulis telah mendapatkan nilai

yang positif, hal ini telah dibuktikan oleh seorang pakar pendidikan, yaitu

Suyatno. Suyatno (2004) telah mengujicobakan penggunaan media gambar

tersebut baik di SD, SMP, SMA maupun SMK. Dan hasilnya menunjukkan bahwa

media fotografi dapat meningkatkan kemampuan menulis siswa.

Pemilihan subjek kelas VII Sekolah Menengah Pertama dalam

(11)

(clustering) berbasis media gambar fotografi karena berdasarkan sebagaimana

diketahui siswa kelas VII SMP merupakan siswa yang berumur antara 12-15

tahun. Desmita (2006: 194) merinci perkembangan kognitif siswa pada rentang

umur 12-15 tahun dikelompokkan sebagai kelompok masa remaja awal. Masa

remaja adalah suatu periode di mana kapasitas untuk memperoleh pengetahuan

secara efisien mencapai puncaknya. Hal ini terjadi karena selama periode remaja

ini proses pertumbuhan otak mencapai kesempurnaan. Sistem syaraf yang

berfungsi memproses informasi berkembang dengan cepat.

Penelitian mengenai metode ini sudah pernah dilakukan, antara lain,

penelitian yang dilakukan oleh Tuniah dengan judul ”Penerapan Metode

Clustering dalam Pembelajaran Menulis Cerita Pendek Pada Siswa Kelas XI

SMA Negeri 18 Bandung dan penelitian Ayu Kurniasih yang berjudul

”Penggunaan Teknik Pengelompokan (Clustering) dalam Pembelajaran Menulis

Karangan Deskripsi Pada Siswa Kelas XI SMK Negeri 7 Bandung tahun ajaran

2007/2008”. Penelitian lain, dilakukan oleh Idah Faridah Laily dalam tesisnya

yang berjudul ” Peningkatan Kemampuan Menulis Puisi dan Kemampuan

Imajinatif Siswa Sekolah Dasar Melalui Metode Imajinasi dengan Menggunakan

Media Gambar Fotografi.

Penelitian-penelitian tersebut membuktikan keberhasilan terhadap metode

yang akan digunakan dalam penelitian ini. Penelitian-penelitian tersebut akan

dijadikan pedoman untuk mengarahkan penelitian yang akan dilakukan. Oleh

(12)

membantu meningkatkan kemampuan menulis karangan narasi yang perlu diteliti

secara empiris.

Berkaitan dengan permasalahan di atas, diperlukan penelitian untuk

memberikan solusi yang tepat sehingga kemampuan menulis siswa dapat

meningkat. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengangkat judul”

Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Narasi Melalui Metode

Pengelompokan ide (Clustering) Berbasis Media Gambar Fotografi Pada

Siswa Kelas VII SMP Ghanesa Kota Bandung Tahun Ajaran 2010/2011.

B. Identifikasi Masaslah Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka identifikasi masalah dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Pengajaran menulis di sekolah belum terlaksana dengan baik. Hal ini terlihat

dari kemampuan siswa dalam menulis masih minim. Kelemahan ini selain

disebabkan oleh siswa, juga karena diperlukan cara mengajar yang lebih

menarik, dan lebih bervariasi.

2. Penggunaan metode dan media pembelajaran menulis harus lebih bervariasi.

Suatu metode dan media pembelajaran yang digunakan guru akan sangat

berpengaruh terhadap proses belajar mengajar. Oleh karena itu suatu metode

atau teknik yang tepat dan bervariasi dapat mendukung keberhasilan

(13)

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah di atas, penulis

merumuskan masalah sebagai berikut.

1. Bagaimanakah kemampuan awal menulis narasi pada siswa kelas VII SMP

Ganesha Kota Bandung?

2. Bagaimanakah proses pembelajaran menulis karangan narasi melalui metode

pengelompokan ide (clustering) berbasis media gambar fotografi pada siswa

kelas VII SMP Ghanesa Kota Bandung?

3. Apakah metode pengelompokan ide (clustering) berbasis media gambar

fotografi efektif untuk meningkatkan kemampuan menulis karangan narasi

siswa kelas VII SMP Ghanesa Koa Bandung?

D. Batasan Masalah

Berdasarkan rumusan masalah di atas, penulis hanya akan membahas masalah

yang berkaitan dengan pembelajaran menulis narasi siswa melalui metode

pengelompokan ide (clustering) berbasis media gambar fotografi pada siswa

kelas VII SMP Ghanesa Kota Bandung.

E. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin di capai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Mengidentifikasi kemampuan awal menulis narasi pada siswa kelas VII SMP

(14)

2. Mendeskripsikan proses pembelajaran menulis karangan narasi melalui

metode pengelompokan ide (clustering) berbasis media gambar fotografi

pada siswa kelas VII SMP Ghanesa Kota Bandung.

3. Mengetahui keefektifan metode pengelompokan ide (clustering) berbasis

media gambar fotografi dalam meningkatkan kemampuan menulis karangan

narasi siswa kelas VII SMP Ghanesa Kota Bandung melalui metode

pengelompokan ide (clustering) berbasis media gambar fotografi.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan dampak positif terhadap

proses pembelajaran bahasa Indonesia khususnya pembelajaran keterampilan

menulis, baik dalam proses maupun hasil belajar siswa. Maka penelitian ini

diharapkan dapat memberikan manfaat terhadap berbagai pihak dan dapat

dijadikan sebagai salah satu alternatif pembelajaran menulis di sekolah-sekolah.

Secara rinci hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada

berbagai pihak antara lain:

Bagi peneliti dapat mengetahui dan menambah wawasan pengalaman di

dalam menerapkan metode pengelompokan ide (clustering) berbasis media

gambar fotografi untuk meningkatkan kemampuan menulis. Bagi guru dapat

memperoleh masukan tentang penggunaan metode pengelompokan ide

(clustering) berbasis media gambar fotografi dan dapat menggunakanya sebagai

alternatif metode pengajaran yang dilaksanakan di kelas. Bagi siswa dapat

(15)

kompetensi menulisnya secara efektif dan efisien dalam berbagai bentuk

karangan. Bagi lembaga pendidikan/ sekolah dapat mengembangkan metode

pengelompokan ide (clustering) ini untuk mata pelajaran yang ada dengan

menfasilitasi sarana dan prasarana. Bagi peningkatan ilmu pengetahuan dapat

memberikan kontribusi bagi peningkatan khazanah bahasa Indonesia.

G. Anggapan Dasar

Berdasarkan rumusan masalah, maka anggapan dasar yang dapat penulis

rumuskan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Menulis merupakan salah satu kemampuan berbahasa yang sangat penting.

2. Kemampuan menulis siswa harus ditingkatkan dan mendapat latihan yang

proporsional dengan teknik yang bervariasi.

3. Menulis karangan narasi merupakan latihan yang dapat memberi peluang

untuk meningkatkan kemampuan menulis siswa.

4. Metode pengelompokan ide (clustering) berbasis media gambar fotografi

dapat menjadi alternatif untuk membantu membuka inspirasi dalam menulis

karangan narasi.

H. Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

H0 = metode pengelompokan ide (clustering) berbasis media gambar fotografi

tidak efektif untuk meningkatkan kemampuan menulis narasi siswa pada

(16)

Ha = metode pengelompokan ide (clustering) berbasis media gambar fotografi

efektif untuk meningkatkan kemampuan menulis narasi siswa kelas VII

SMP Ghanesa Kota Bandung.

I. Definisi Operasional

Dalam proses penelitian, seorang peneliti harus mempunyai konsep

operasional yang jelas agar hasil penelitiannya dapat memberi makna kepada

pembaca. Adapun definisi operasional penelitian ini, sebagai berikut.

1. Peningkatan kemampuan menulis karangan narasi adalah upaya

meningkatkan kemampuan siswa menulis karangan narasi dalam menuangkan

ide, gagasan dalam bentuk tulisan karangan narasi. Menulis adalah kegiatan

mengekspresikan ide, gagasan atau perasaan mengenai sesuatu sehingga

dapat dipahami oleh pembaca. Saat menuangkan gagasan atau idenya, siswa

menunjukkan kemampuan dalam mengorganisasikan ide karangan,

menggunakan pilihan kata, menggunakan kalimat, dan menggunakan ejaan

yang tepat.

2. Karangan narasi adalah suatu bentuk wacana yang berusaha menggambarkan

atau mengisahkan dengan sejelas-jelasnya kepada pembaca suatu peristiwa

yang telah terjadi, sehingga tampak seolah-olah pembaca melihat atau

mengalami sendiri peristiwa itu. Karangan narasi merupakan salah satu

bentuk wacana yang mengutamakan penceritaan atau pengisahan suatu

peristiwa atau kejadian. Di dalam peristiwa itu terdapat berbagai tindakan

(17)

Jadi, yang dimaksud narasi di sini adalah tulisan atau karangan siswa kelas

VII yang menggambarkan suatu kejadian atau peristiwa yang pernah

dialaminya, kemudian dirangkai dalam alur cerita yang mengandung unsur

perbuatan dan waktu.

3. Metode pengelompokan ide (clustering) berbasis media gambar fotografi

dalam pembelajaran menulis karangan narasi adalah rangkaian kegiatan

menulis yang sistematis dengan menggunakan media yang dapat

meningkatkan kemampuan siswa dalam menuangkan ide tulisan dengan

mengembangkan dan menyusunya menjadi sebuah tulisan yang padu dan

sistematis ke dalam karangan narasi. Metode ini menekankan pada

generalisasi ide-ide dan penataan pikiran siswa serta memilah

pemiikiran-pemikiran yang logis dan bersistem untuk melahirkan, mengembangkan dan

menyususn ide sehingga melahirkan pola yang memberikan titik awal dari

(18)

65

6

BAB III

METODE DAN TEKNIK PENELITIAN

Dalam bab ini akan diuraikan metode penelitian, variabel penelitian,

populasi dan sampel penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian,

tahapan penelitian, dan teknik analisis data.

A. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen.

Metode ini dimaksudkan untuk menguji pengaruh atau hubungan sebab akibat

suatu variable terhadap variable lain. Metode ini dilakukan dengan cara

memberikan perlakuan yang berbeda terhadap dua kelompok dan selanjutnya

mempelajari pengaruh dari perlakuan tersebut.

Desain penelitian yang digunakan adalah the randomized pretes-postest

contol group design (rancangan secara acak dengan tes awal dan tes akhir

kelompok kontrol) (Syamsuddin, AR. Dan Vismaia, 2007: 160), yaitu sebagai

berikut.

RA O1 X1 O2

(19)

6

Keterangan :

RA : Random assignment untuk kelas eksperimen

RB : Random assignment untuk kelas kontrol

O1 : Tes awal (prates) kelas eksperimen

O2 : Tes akhir (pascates) kelas eksperimen

O3 : Tes awal (prates) kelas kontrol

O4 : Tes akhir (pascates) kelas kontrol

X1 : Perlakuan pembelajaran menulis narasi melalui metode pengelompokan

ide (clustering) berbasis media gambar fotografi

X2 : Perlakuan pembelajaran menulis narasi melalui metode ceramah

Dalam desain penelitian ini, kedua kelompok diberi tes awal (prates) dan tes

akhir (pascates) dengan tes yang sama. Hasil kedua tes akhir diperbandingkan (uji

perbedaanya). Perbedaan yang berarti (signifikan) antara kedua hasil tes akhir,

dan antara tes awal dan akhir pada kelompok eksperimen menunjukkan pengaruh

dari perlakuan yang diberikan (Sukmadinata, 2008: 205)

B. Variabel Penelitian

Fraenkel dan Wallen (2007:40) menyatakan bahwa variabel bebas adalah

variabel yang memberi pengaruh (menjadi sebab) dengan variabel yang diberi

pengaruh. Istilah lain dari variabel bebas adalah variabel perlakuan (treatment

variable), variabel intervensi (intervention variable), atau variabel eksperimen

(experiment variable). Sementara itu variabel terikat adalah variabel yang diberi

pengaruh/diukur sebagai akibat dari variabel yang memberi pengaruh. Istilah lain

variabel terikat adalah variabel akibat/hasil (outcome variable), variabel posttest

(20)

6

variabel bebas adalah metode pengelompokan ide (clustering) berbasis media

gambar fotografi dan variabel terikatnya adalah kemampuan menulis karangan

narasi siswa.

C. Prosedur Penelitian

Sebagai langkah pertama dalam penelitian ini dilakukan studi pendahuluan

yang meliputi studi literatur dan studi pendahuluan di kelas pada waktu

pembelajaran menulis. Hasilnya dipakai untuk menentukan konsep-konsep yang

akan diteliti dan menentukan variable penelitian, yaitu kemampuan menulis

karangan narasi dan metode pengelompokan ide (clustering) berbasis media

gambar fotografi.

Langkah selanjutnya memperhatikan materi dalam standar kompetensi dan

kompetensi dasar bahasa Indonesia kelas VII sekolah menengah pertama

sehingga diperoleh materi pokok, yaitu tentang menulis karangan narasi. Kajian

lebih lanjut tentang indikator penilaian menulis dari teori yang sudah ada serta

cara-cara menganalisi karangan. Akhirnya dirumuskan suatu rencana

pembelajaran menulis karangan narasi melalui metode pengelompokan ide

(clustering) berbasis media gambar fotografi.

Proses pembelajaran menulis karangan narasi melalui metode pengelompokan

ide (clustering) berbasis media gambar fotografi dilaksanakan dengan

(21)

6

1. Guru mengadakan prates, baik terhadap kelas eksperimen maupun terhadap

kelas kontrol. Prates dilakukan untuk melihat kemampuan awal, kelas

eksperimen dan kelas kontrol sama atau tidak.

2. Guru melaksanakan pembelajaran menulis karangan narasi melalui metode

pengelompokan ide (clustering) berbasis media gambar fotografi pada kelas

eksperimen yang dilakukan oleh guru.

3. Mengadakan pascates, baik terhadap kelas eksperimen maupun kelas kontrol.

Pascates dilakukan untuk melihat apakah hasil belajar yang diperoleh kelas

eksperimen dan kelas kontrol ada perbedaan atau tidak. Pascates juga

dilakukan untuk melihat keberhasilan pembelajaran menulis karangan narasi

melalui metode pengelompokan ide (clustering) yang dilakukan kelas

eksperimen.

Langkah selanjutnya, menganalisis hasil belajar siswa dengan

langkah-langkah sebagai berikut.

1. Menganalisis karangan siswa memuat aspek isi, struktur narasi, organisasi,

kosa kata, dan penulisan kata untuk mendeskripsikan secara kualitatif

kemampuan siswa dalam mengembangkan karangan sebagai bahan

pertimbangan penilaian karangan.

2. Menilai karangan siswa berdasarkan kriteria penilaian untuk menghasilkan

data kuantitatif kemampuan menulis.

(22)

6

Bagan 3.1

Prosedur Penelitian Pembelajaran Menulis Narasi Melalui Metode Pengelompokan Ide (clustering) Berbasis Media Gambar Fotografi

Studi Pendahuluan

Perumusan Masalah

Penentuan metode pengelompokan ide (clustering) berbasis media gambar fotografi

Penyusunan rancanagan metode pengelompokan ide (clustering) berbasis media gambar fotografi

Penyusunan instrumen tes

Prates kelas kontrol Prates kelas eksperimen

Pembelajaran menulis narasidengan menggunkaan metode konvensional dengan

teknik ceramah

Pascates kelas eksperimen Pembelajaran menulis narasi melalui metode penggelompokan

ide (clustering) berbasis media gambar fotografi

Hasil Analisis data Pascates kelas kontrol

Simpulan

(23)

6

D. Populasi dan Sampel Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMP Ghanesa Kota Bandung sebagai sumber

data penelitian. Populasi penelitian ini adalah Seluruh hasil belajar (karangan

narasi) siswa kelas VII SMP Ghanesa Kota Bandung sebanyak lima kelas

berjumlah 170 orang. Dari lima kelas (VII A – VII E ) populasi tersebut diambil

dua kelas sebagai penelitian, yakni kelas VII-B dan VII-E.

Cara mengambil sampel disesuaikan dengan kemampuan, waktu dan

lainya. Sampel penelitian adalah hasil belajar karangan dari 2 kelas yang dipilih

secara acak yaitu VII-B dan VII-E yang masing-masing berjumlah 35 orang untuk

kelas VII-B dan 35 orang untuk kelas VII-E. Kemudian dari dua kelas yang

dipilih diadakan undian secara acak, selanjutnya ditentukan kelas eksperimen dan

kelas kontrol. Dari penentuan tersebut diperoleh kelas VII B sebagai kelas

eksperimen dan kelas VII E sebagai kelas kontrol.

E. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data yang relevan dan sesuai dengan kebutuhan yang

berkaitan dengan penelitian, diperlukan teknik pengumpulan data yang sesuai

dengan tujuan penelitian. Teknik pengumpulan data tersebut sebagai berikut.

1. Studi kepustakaan, yaitu upaya untuk memperoleh keterangan ilmiah yang

merupakan landasan berpikir dalam menentukan arah penelitian. Sumber ini

berupa buku-buku karya ahli, dokumen-dokumen, karya ilmiah lain yang

(24)

6

2. Studi lapangan merupakan penelitian yang dilakukan secara langsung ke

lapangan dengan cara:

a. observasi, penulis melakukan pengamatan secara langsung ke objek

penelitian untuk melihat dari dari dekat kondisi nyata objek yang diteliti;

b. tes, yaitu tes yang digunakan untuk mengetahui hasil pembelajaran

meliputi tes awal (dilakukan sebelum pembelajaran) dan tes akhir

(dilakukan setelah pembelajaran), baik di kelas eksperimen maupun di

kelas kontrol;

c. Angket, pada penelitian ini observer melakukan penyebaran angket skala

sikap untuk mengetahui respon siswa tentang pembelajaran menulis

narasi melalaui metode clustering berbasis media gambar fotografi.

Angket diberikan kepada para siswa setelah perlakuan metode

pengelompokan ide (clustering) berbasis media gambar fotografi yang

diterapkan agar peneliti dapat mengetahui respon siswa terhadap metode

tersebut.

d. Wawancara

Wawanacara dilakukan terhadap guru untuk mengetahui tanggapan

guru terhadap metode pengelompokan ide (clustering) dan penggunaan

media gambar fotografi, berisi tentang kelebihan dan kelemahan metode

yang digunakan, pengaruh metode dan media terhadap peningkatan

kemampuan menulis narasi siswa serta saran guru terhadap

(25)

6

F. Instrumen Penelitian

Salah satu kegiatan dari perencanaan suatu penelitian adalah menyusun

instrument penelitian atau alat pengumpul data sesuai dengan masalah yang

diteliti. Adapun instrumen dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1) Instrumen pembelajaran yaitu berupa silabus dan rencana pembelajaran yang

dijadikan acuan dalam proses belajar mengajar.

2) Instrumen pengumpulan data berupa:

a) Tes

Tes dilakukan untuk mengetahui kemampuan menulis siswa sebelum

dan sesudah perlakuan. Bentuk tes yang digunakan adalah tes menulis

karangan narasi dengan kriteria penilaian berdasarkan aspek isi, struktur

narasi, organisasi, kosa kata, dan penulisan.

Tabel 3.1

Pedoman Penilaian Menulis Karangan narasi

Aspek Skor Tingkat Indikator

Isi

(bobot 25)

25-22 Sangat

Baik

Isi cerita menggambarkan tema dan judul dengan sangat tepat

21-18 Baik Isi cerita menggambarkan tema dan judul

dengan tepat

17-14 Sedang Isi cerita cukup menggambarkan tema dan judul

13-10 Kurang Isi cerita kurang menggambarkan tema dan

judul Struktur

Narasi (bobot 25)

25-22 Sangat

Baik

Karangan memiliki unsur narasi dan menggambarkan keseluruhan isi cerita dengan sangat tepat

21-18 Baik Karangan memiliki unsur narasi dan

menggambarkan keseluruhan isi cerita dengan tepat

17-14 Sedang Karangan memiliki unsur narasi dan cukup

(26)

6

13-10 Kurang Karangan memiliki unsur narasi dan

kurang menggambarkan keseluruhan isi cerita

Organisasi (bobot 20)

20-18 Sangat

Baik

Pokok pikiran diungkapkan dan

dikembangkan dengan sangat sistematis; urutan sangat logis dan padu

17-14 Baik Pokok pikiran diungkapkan dan

dikembangkan dengan sistematis; urutan logis dan padu

13-10 Sedang Pokok pikiran diungkapkan dan

dikembangkan dengan cukup sistematis; urutan cukup logis dan padu

9-7 Kurang Pokok pikiran diungkapkan dan

dikembangkan kurang sistematis; urutan tidak logis dan padu

Kosakata (bobot 20)

20-18 Sangat

Baik

Perbendaharaan kata sangat variatif; sangat sesuai dengan situasi

17-14 Baik Perbendaharaan kata variatif; sesuai

dengan situasi

13-10 Sedang Perbendaharaan kata terbatas; cukup sesuai

dengan situasi

9-7 Kurang Banyak pengulangan kata; kurang sesuai

dengan situasi Penulisan

(bobot 10)

10-9 Sangat

Baik

Sangat menguasai kaidah penulisan kata dan ejaan (kelengkapan huruf, tanda baca, huruf kapital)

8-7 Baik Cukup menguasai kaidah penulisan kata

dan ejaan (beberapa kata yang tidak lengkap; tanda baca, penggunaan huruf kapital cukup tepat)

6-5 Sedang Kurang menguasai kaidah penulisan kata,

dan kesalahan penulisan ejaan (banyak kata yang tidak lengkap; kurang menguasai penggunaan tanda baca, huruf kapital yang kurang tepat).

4-3 Kurang Tidak menguasai kaidah penulisan kata

(hampir semua kata tidak lengkap; tidak menguasai penggunaan tanda baca, huruf kapital, dan spasi hampir semua tidak tepat).

Nilai maksimun

100

(27)

6

Berdasarkan hasil analisis data dengan menggunakan model penilaian di

atas, dibuat skala penilaian.(Purwanto, 2004: 45)

A = sangat baik, apabila memenuhi skor 86 sampai dengan 100

B= baik, apabila memenuhi skor 76 sampai dengan 85

C= sedang , apabila memenuhi skor 66 sampai dengan 75

D= kurang, apabila memenuhi skor 56 sampai dengan 65

E= kurang sekali, apabila memenuhi skor kurang dari 56

b) Lembar Observasi

Lembar observasi meliputi lembar aktivitas guru dan siswa dalam

pembelajaran. Aktivitas guru dan siswa meliputi pengamatan kegiatan

pembelajaran yang dilakukan sejak awal sampai akhir pembelajaran.

Observasi dilakukan untuk melihat gambaran dan kumpulan peristiwa

secara lengkap waktu proses pembelajaran berlangsung. Adapun format

untuk observasi pelaksanaan pembelajaran adalah sebagai berikut.

Tabel 3.2

Format Observasi Aktivitas Guru dalam Mengelola Pembelajaran Menulis Narasi Melalui Metode Pengelompokan Ide (Clustering)

Berbasis Media Gambar Fotografi

No. Aspek yang Dinilai SB B C K SK

1. Aktivitas Guru dalam membuka

pelajaran

a. Guru mengucapkan salam b. Mengajak berdoa dengan siswa c. Mengabsen siswa satu persatu d. Menanyakan pelajaran sebelumnya e. Melakukan tanya jawab dengan siswa

(28)

6

2. Aktivitas guru dalam menyampaikan

materi pokok pembelajaran

a. Materi tentang unsur pembentuk karangan narasi disampaikan dengan tepat dan benar

b. Memberikan contoh karangan narasi c. Memberikan penjelasan tentang unsur

pembentuk karangan narasi

berdasarkan contoh karangan narasi. d. Memberikan penjelasan ciri-ciri

karangan narasi

e. Memberikan penjelasan

langkah-langkah dalam membuat

pengelompokan ide (clustering)

3. Aktivitas guru dalam melaksanakan

pembelajaran

a. Membagikan kertas kosong kepada siswa.

b. Membagikan gambar foto kepada

siswa.

c. Menyuruh anak untuk mengamati

gambar foto.

d. Guru membangkitkan respon siswa dalam menginterpretasikan gambar foto tersebut dengan mengajukan pertanyaan kapan, di mana, siapa, mengapa dan bagaimana.

e. Memberikan contoh tulisan clustering (pengelompokan ide)

f. Menyuruh anak untuk memikirkan dengan imajinasinya ide-ide yang berhubungan dengan gambar foto.

g. Menghubungkan pengalaman siswa

dengan gambar yang dilihat tadi. h. Menyuruh siswa untuk mendiskusikan

ide yang paling penting dan logis dari

sekian banyak ide yang akan

dijadikan topik dalam sebuah

karangan narasi.

i. Mendiskusikan bersama-sama siswa

langkah-langkah membuat

pengelompokan ide (clustering)

j. Menyarankan siswa memulai

membuat pengelompokan ide

(29)

tengah-6

tengah selembar kertas dengan huruf kapital dan tulisan tebal.

k. Membimbing siswa untuk mengaitkan atau menuliskan asosiasi hubungan-hubungan yang terkait dari gagasan utama atau kata kunci yang ditengah dalam suatu pengelompokan ide (clustering)

l. Menyarankan siswa untuk melingkari setiap kata yang telah dikelompokkan

di sekitar gagasan utama dan

menghubungkanya dengan lingkaran yang berada di pusat dengan menarik garis.

m. Meminta siswa untuk brainstorm ide ide yang relevan dengan topik dan meletakkannya dalam lingkaran yang dihubungkan dengan topik yang berada di pusat

n. Memberi kebebasan kepada siswa

untuk mengembangkan

pengelompokan ide (clustering)

dengan menggunakan gambar dan warna sesuai dengan kreativitas masing-masing.

o. Meminta siswa untuk memperhatikan semua gagasan yang muncul dari satu kata setelah pengelompokan terasa lengkap dan semua asosiasi telah terkumpul.

p. Meminta siswa untuk mencoret

gagasan-gagasan yang dianggap tidak berhubungan atau yang tidak ingin ditelusuri

q. Menyuruh siswa untuk

mengembangkan ide ke dalam tulisan berdasarkan cluster (pengelompokan ide) yang mereka buat ke dalam karangan narasi.

r. Memberikan umpan balik terhadap pekerjaan siswa.

4. Aktivitas guru dalam melaksanakan

evaluasi

(30)

6

dalam membuat pengelompokan ide (clustering).

b. Memberikan penilaian pada karangan narasi siswa

c. Mengoreksi dan mendiskusikan salah satu hasil karangan narasi siswa. d. Memberikan umpan balik terhadap

tulisan siswa.

5. Kemampuan menutup pelajaran

a. Memberi kesempatan bertanya kepada siswa

b. Menyimpulkan proses pembelajaran c. Menugaskan pekerjaan rumah

d. Menginformasikan materi ajar

berikutnya

Keterangan :

SB : Sangat Baik

B : Baik

C : Cukup

K : Kurang

SK : Sangat Kurang

[image:30.595.112.531.113.736.2]

Tabel 3.3

Format Observasi Aktivitas Siswa Selama Proses Pembelajaran Menulis Narasi Melalui Metode Pengelompokan Ide (Clustering) Berbasis Media

Gambar Fotografi

No. Aspek penilaian SB B C K SK

1. Keantusiasan dalam belajar

a. Mengikuti berdoa bersama-sama sebelum pelajaran dimulai

b. Duduk dengan rapih

c. Sudah ada peralatan belajar di atas meja seperti, pensil, pulpen, penghapus dan buku

2. Keaktifan di kelas

a. Bertanya tentang unsur pembentuk karangan narasi

(31)

6

materi karangan narasi

d. Berani tampil ke depan kelas untuk membacakan hasil karangan narasi nya 3. Keseriusan dalam belajar

a. Mendengarkan penjelasan guru b. Pandangan mata ke depan dan duduk

dengan rapih

c. Memperhatikan contoh karangan narasi yang diberikan oleh guru

d. Mengikuti pelajaran sampai akhir

e. Membuat pengelompoakan ide

(clustering)

f. Mengerjakan tugas menulis karangan narasi berdasarkan pengelompoken ide (clustering) yang telah dibuat

berdasarkan gambar

[image:31.595.109.516.110.751.2]

4. Keikutsertaan dalam pengarahan metode clustering dengan menggunakan media gambar fotografi

a. Menerima gambar dengan baik b. Membaca visualisasi gambar bersama

guru

c. Siswa memberikan interpretasi terhadap gambar yang telah mereka cermati. d. Memerhatikan gambar dengan cermat

dalam menuangkan ide cerita.

e. Memerhatikan dengan cermat contoh pengelompokan ide dalam menulis. f. Mendiskusikan bersama-sama guru

langkah-langkah membuat pengelompokan ide (clustering)

g. Siswa memulai membuat pengelompokan

ide (clustering) dengan menuliskan topik atau gagasan utama di tengah-tengah selembar kertas dengan huruf kapital dan tulisan tebal.

h. Mengaitkan atau menuliskan asosiasi hubungan-hubungan yang terkait dari gagasan utama atau kata kunci yang ditengah dalam suatu pengelompokan ide (clustering)

i. Melingkari setiap kata yang telah

(32)

6

j. Mengungkapkan ide ide (brainstorming) yang relevan dengan topik dan

meletakkannya dalam lingkaran yang dihubungkan dengan topik yang berada di pusat

k. Memperhatikan semua gagasan yang

muncul dari satu kata setelah pengelompokan terasa lengkap dan semua asosiasi telah terkumpul. l. Mencoret gagasan-gagasan yang

dianggap tidak berhubungan atau yang tidak ingin ditelusuri

m. Memberi nomor urut yang tampaknya logis pada setiap gagasan dalam pengelompokan tersebut.

n. Menulis karangan narasi berdasarkan clustering (pengelompokan idenya) o. Siswa melakukan penyuntingan terhadap

karangannya

5. Penguasaan materi

a. Mampu menjawab pertanyaan guru

dengan lancar

b. Mampu membuat karangan narasi sesuai dengan arahan metode clustering

(pengelompokan ide)

c. Mampu menulis karangan narasi berdasarkan tema gambar

d. Mampu menyebutkan unsur-unsur

pembentuk karangan narasi

c) Angket

Angket pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon

siswa tentang pembelajaran menulis narasi melalaui metode

(33)

6

Tabel 3.4

Angket Skala Sikap Siswa terhadap Pembelajaran Menulis Menggunakan Metode pengelompokan Ide (Clustering) Berbasis

Media Gambar Fotografi

No. Pernyataan SS S TS STS

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1. Menurut saya mata pelajaran Bahasa Indonesia sangat membosankan.

2. Kesan pertama saya beranggapan pelajaran menulis itu sulit.

3 Saya menganggap kemampuan menulis itu penting

dan perlu.

4. Saya menganggap kemampuan menulis itu penting

bagi saya karena banyak melatih mengemukakan ide, pendapat, pikiran dalam menulis

5. Pembelajaran menulis dengan Penggunaan metode

pengelompokan ide dan media gambar fotografi memudahkan saya mengembangkan ide cerita.

6. Pembelajaran menulis dengan pengelompokan ide

(clustering) membuat saya dapat menjelaskan topik yang rumit menjadi sesuatu yang mudah dimengerti

[image:33.595.116.579.181.736.2]

7. Penggunaan metode pengelompokan ide dan media

gambar fotografi dapat memperkaya ide cerita. 8. Saya merasa terbantu dengan pembuatan

pengelompokan ide sebelum mengembangkan sebuah tulisan.

9. Saya menyenangi pelajaran menulis narasi dengan metode pengelompokan ide dan media gambar fotografi.

10.. Saya lebih menyenangi menulis narasi dengan cara yang biasa dilakukan oleh guru (ceramah).

11. Saya kurang menyenangi cara mengajar menulis narasi dengan menggunakan metode pengelompokan ide dan media gambar fotografi.

12. Menulis narasi dengan metode pengelompokan ide (clustering) dan media gambar fotografi sangat membingungkan.

13. Menulis narasi dengan metode clustering dan media gambar fotografi membuat saya mudah untuk mencari gagasan dalam menulis narasi.

(34)

6

d). Wawancara

Wawanacara dilakukan terhadap guru untuk mengetahui tanggapan guru

terhadap metode clustering dan penggunaan media gambar fotografi, berisi

tentang kelebihan dan kelemahan metode yang digunakan, pengaruh metode dan

media terhadap terhadap peningkatan kemampuan menulis narasi siswa serta

saran guru terhadap penyempurnaan metode pembelajaran yang dikembangkan

ini.

G. Persiapan Pembelajaran

Adapun persiapan mengajar yang telah disusun mencakup beberapa

kegiatan berikut.

1) Perumusan tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam

menulis narasi sebelum dan sesudah diberi perlakuan pembelajaran melalui

metode pengelompokan ide (clustering) berbasis media gambar fotografi dan

mengetahui perbedaan menulis narasi siswa sebelum dan sesudah diberi

perlakuan pembelajaran melalui metode pengelompokan ide (clustering)

berbasis media gambar fotografi.

2) Penentuan Alat Evaluasi

Dalam penelitian ini ditentukan alat evaluasinya berupa tes tertulis. Cara

mengevaluasi yaitu dilaksanakan dua tes. Tes dilaksanakan di awal (pretes)

(35)

6

3) Perumusan Proses Belajar Mengajar

Proses belajar mengajar menulis narasi dengan menggunakan metode

pengelompokan ide (clustering) berbasis media gambar fotografi pada siswa

kelas VII di SMP Ghanesa Kota Bandung tahun pelajaran 2010/2011, dengan

melakukan langkah-langkah sebagai berikut.

a. Melakukan pretes

Pretes dilakukan sebelum siswa mendapatkan perlakuan menulis narasi

melalui metode pengelompokan ide (clustering) berbasis media gambar

fotografi. Tes ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam

menulis narasi sebelum mengikuti pembelajaran menulis narasi melalui

metode pengelompokan ide (clustering) berbasis media gambar fotografi.

b. Penyajian bahan pelajaran

Bahan yang disajikan dalam pembelajaran yaitu pembelajaran menulis

karangan narasi melalui metode pengelompokan ide (clustering) berbasis

media gambar fotografi.

c. Melakukan postes

Setelah siswa mendapatkan perlakuan, siswa melakukan postes. Tes ini

untuk mengetahui keberhasilan pembelajaran yang dilakukan di kelas, yaitu

menulis narasi dengan menggunakan metode pengelompokan ide (clustering)

berbasis media gambar fotografi.

(36)

6

Dalam mengadakan penelitian ini acuan dalam proses belajar mengajar

adalah menyusun silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

Adapun silabus dan RPP dapat dilihat dalam lampiran.

H. Teknik Analisis Data

Langkah- langkah pengolahan data dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut.

1. Menganalisis hasil tulisan siswa berupa karangan narasi siswa dari setiap

aspek yang dinilai. Kegiatan menganalisis karangan dilakukan untuk

memberikan gambaran keberhasilan siswa dalam menulis karangan

narasi. Analisis karangan meliputi aspek kebahasaan yang terdiri aspek

isi, struktur narasi, organisasi, kosa kata, dan penulisan.

2. Menentukan jumlah hasil skor siswa dari tes awal dan tes akhir pada kelas

kontrol dan kelas eksperimen.

3. Uji hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji-t. Pengujian

statistik dengan uji-t diawali dengan serangkaian pengujian yang lain,

yaitu uji normalitas dan uji homogenitas. Langkah-langkahnya adalah :

a. Uji normalitas data kedua kelompok menggunakan

2 = 2

Keterangan:

k = banyaknya kelas interval dari daftar distribusi frekuensi

(37)

6

Ei = frekuensi teoretis yang diharapkan

2 = kuadrat chi yang dicari

Hipotesis yang diujinya adalah :

Ho: data berasal dari distribusi normal.

Ha: data tidak berasal dari distribusi normal.

Kriteria pengujianya yaitu :

- Jika, 2hitung < 2 (1- α)(k-3) maka Ho diterima

- Jika, 2hitung ≥ 2(1- α)(k-3) maka Ho ditolak (Sudjana, 1996: 293)

b. Data diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji F,untuk

menguji homogenitas varians dengan menggunakan uji F, rumus

yang digunakan yaitu:

F =

Hipotesis yang diuji adalah

Ho = 1 2 = 2 2 ( varians populasi adalah identik (varians kelas kontrol

dan eksperimen sama)

H1 = 1 2 ( varians populasi adalah identik (varians kelas kontrol

dan eksperimen berbeda).

Kriteria pengujianya yaitu:

- Jika Fhitung < F (1/2 α) (dk1, dk2) maka Ho diterima

- Jika Fhitung≥ F (1/2 α) (dk1, dk2) maka Ho ditolak (Sudjana, 1996: 250)

c. Uji kesamaan dua rata-rata melalui uji t-test. Jika data berdistribusi

normal dengan jumlah anggota sampel n1= n2 dan variansnya

(38)

6

t = !

"#12

$1% &'2 2

(Sugiyono, 2009: 197)

#2 = $1 1 #1 2% $

2 1 #2 2 $1%$2 2

Keterangan:

= rata-rata kelas eksperimen

= rata-rata kelas kontrol

#2 = variansi total

#1 2 = variansi kelas eksperimen

#2 2 = variansi kelas kontrol

$1 = banyak data kelas eksperimen

$2 = banyak data kelas kontrol.

Uji kesamaan dua rata-rata itu dilanjutkan dengan uji dua sisi dan

uji satu sisi. Uji dua sisi dilakukan untuk melihat apakah ada

perbedaan hasil antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Adapun uji

kesamaan satu sisi dilakukan untuk mengetahui apakah hasil yang

didapat kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol. Kedua uji

kesamaan tersebut dilakukan untuk menganalisis data nilai hasil tes

menulis narasi siswa sebagai berikut.

1) Uji kesamaan dua rata-rata dengan uji dua pihak. Uji dua pihak ini

dilakukan untuk melihat perbedaan hasil yang didapat anatara kelas

(39)

6

H0 = (μ1)μ2) kedua rata-rata populasi adalah identik (rata-rata kelas

eksperimen dan kelas kontrol adalah sama)

Ha = (μ1 μ2) kedua rata-rata populasi adalah tidak identik (rata-rata

kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah berbeda)

Kriteria pengujiannya yaitu:

- H0 diterima jika -t 1- 1/2 α < t < 1- 1/2 α

- H0 ditolak jika t ≤ -t1- 1/2 α atau t t 1- 1/2 α

Dimana t tabel didapat dari daftar distribusi t dengan dk = ($1%

$2 2) dan peluang 1-1/2α (Sudjana, 1996:239).

2) Uji kesamaan rata-rata dengan uji satu pihak. Hasil uji kesamaan

dua rata-rata di atas adalah uji kesamaan rata-rata yang menguji

perbedaan hasil nilai yag didapat antara kelas eksperimen dengan

kelas kontrol, tetapi belum diketahui secara pasti apakah kelas

eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol. Untuk mengetahui

lebih lanjut apakah hasil yang didapat kelas eksperimen lebih baik

daripada kelas kontrol, maka dilakukan uji lanjutan yaitu uji

kesamaan dua rata-rata satu pihak. Untuk keperluan uji satu pihak

yang dipergunakan masih sama dengan uji rata-rata dua pihak,

yang membedakan hanya dalam hipotesis yang diuji dan kiteria

pengujiannya saja.

Hipotesis yang diuji adalah:

H0 = (μ1)μ2). Kedua rata-rata populasi adalah identik (rata-rata

(40)

6

H0 = (μ1 μ2). Kedua rata-rata populasi adalah tidak identik

(rata-rata kelas kelas kontrol dan kelas eksperimen berbeda)

Kriteria pengujianya, yaitu:

Berdasarkan perbandingan nilai t hitung dan t tabel:

- H0 ditolak jika statistik hitung > statistik tabel atau (t>t1– α)

- H0 diterima jika statistik hitung < statistik tabel atau (t<t1– α)

Dimana t1– α didapat dari daftar distribusi t dengan dk = ( $1%

$2 2) dan peluang 1- α (Sudjana, 1996: 242).

Pengujian rata-rata dengan mengujikan uji t di atas dilakukan

jika data diasumsikan berdistribusi normal maka memiliki varians

yang homogen. Jika data tidak berdistribusi normal maka maka

pengujian kesamaan dua rata-rata untuk dua sampel bebas

menggunakan uji U Mann – Whitney. Menurut Ruseffendi (1998:

308) menyatakan bahwa uji U Mann – Whitney adalah uji

nonparametrik yang cukup kuat sebagai pengganti uji-t, dalam hal

ini asumsi distribusi t tidak terpenuhi. Rumus yang digunakan

dalam uji U Mann – Whitney, yaitu:

Ua = $*$+% ½ $* $*% 1 – Σp a

Ub = $*$+% ½ $+ $+% 1 – Σp b

Keterangan:

$* = jumlah sampel a

$+ = jumlah sampel b

(41)

6

pb = peringkat sampel b

Hipotesis yang diuji adalah

H0 = (μ1)μ2). Kedua rata-rata populasi adalah identik (rata-rata

kelas kontrol dan kelas eksperimen sama)

Ha = (μ1 μ2). Kedua rata-rata populasi adalah tidak identik

(rata-rata kelas kontrol dan eksperimen berbeda).

Kriteria pengujianya yaitu:

- H0 terima jika harga U hitung > U tabel

- H0 ditolak jika harga U hitung < U tabel (Ruseffendi, 1998: 400-401).

4. Mengolah data hasil pengamatan observer dalam bentuk persentase dan

menafsirkanya. Berikut penafsiran skor total aktivitas guru dan siswa:

4,50-5,00 = sangat baik

4,00-4,49 = baik

3,00-3,99 = cukup

2,00-2,99 = kurang

0,00-1,99 = sangat kurang

5. Menganalisis dan mengolah data angket siswa kelas dengan rumus f/ N x

100 dan menafsirkanya. Berikut penafsiran skor total respon siswa.

100% =seluruhnya

96% - 99% = hampir seluruhnya

76%-95% = sebagian besar

51%-75% =lebih dari setengahnya

50% = setengahnya

26%-49% = hampir setengahnya

6%-25% =sebagian kecil

1%-5% =hampir tidak ada

0% = tidak ada

(42)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis terhadap data prates, pascates, angket, observasi

serta wawancara terhadap pelaksanaan pembelajaran menulis karangan narasi

melalui metode pengelompokan ide (clustering) berbasis media gambar fotografi

dapat disimpulkan sebagai berikut.

1. Penerapan metode pengelompokan ide (clustering ) berbasis media gambar

fotografi dalam pembelajaran menulis narasi lebih efektif dibandingkan

dengan pembelajaran dengan menggunakan metode konvensional (metode

yang biasa digunakan oleh guru pada kelas kontrol) karena dapat

meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis narasi. Hal ini terlihat dari

nilai rata-rata tes awal kelas eksperimen adalah 70,63 dan kelas kontrol

memiliki nilai rata-rata 70,43. Hasil tes akhir siswa kelas eksperimen

mengalami peningkatan dengan nilai rata-rata 78,17 lebih tinggi daripada

nilai rata-rata tes akhir siswa kelas kontrol dengan rata-rata 74,20.

2. Setiap pertemuan dalam kegiatan pembelajaran menunjukkan keaktifan siswa

dalam mengikuti pembelajaran menulis karangan narasi melalui metode

pengelompokan ide (clustering) dengan menggunakan media gambar

fotografi. Siswa mengikuti setiap tahap pembelajaran dengan baik. Hal ini

dapat diketahui dari hasil analisis terhadap observasi pelaksanaan

pembelajaran yang dilakukan terhadap kegiatan guru dan siswa yang

(43)

membuktikan bahwa nilai rata-rata yang diperoleh guru dari pertemuan satu

sampai pertemuan tiga saat perlakuan metode pengelompokan ide (clustering)

berbasis media gambar fotografi adalah 4,42 dengan kategori baik. Adapun

nilai rata-rata yang diperoleh siswa selama perlakuan tiga kali pertemuan

adalah 4,6 dengan kategori sangat baik. Pembelajaran menulis karangan

narasi melalui metode pengelompokan ide (clustering) berbasis media

gambar fotografi sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, yaitu

siswa dapat mencari gagasan atau ide, mengembangkan, dan menyusun

gagasan atau ide tersebut menjadi sebuah tulisan (karangan) yang sistematis,

utuh, dan padu. Hal ini terlihat dari peningkatan kemampuan menulis

(karangan) mereka. Pada tahap awal penerapan metode pengelompokan ide

(clustering) guru menyajikan contoh langkah- langkah membuat

pengelompokan ide (clustering) secara konkret di papan tulis. Guru

menentukan topik yang menarik berdasarkan gambar, kemudian guru

menuliskan topik tersebut di papan tulis, kemudian melingkari topik dan

menarik garis dari lingkaran tersebut. Selanjutnya guru meminta siswa untuk

memikirkan dengan imajinasinya dan dihubungkan dengan pengalaman

mereka masing-masing ide-ide yang berkaitan dengan topik berdasarkan

gambar. Guru memberikan arahan kepada siswa untuk mengembangkan

pengelompokan idenya. Kemudian berdasarkan pengelompokan ide tersebut

guru memberikan contoh cara mengorganisasikan ide-ide tersebut yang telah

dibuat menjadi sebuah karangan narasi berdasarkan ide-ide yang terdapat

[image:43.595.119.516.240.620.2]
(44)

dengan cermat. Guru dan siswa bertanya jawab mengenai langkah-langkah

membuat pengelompokan ide (clustering).

3. Secara keseluruhan proses pembelajaran menulis karangan narasi melalui

metode pengelompokan ide (clustering) berbasis media gambar fotografi

dapat meningkatkan aspek keterampilan menulis. Hal ini terbukti di kelas

eksperimen kemampuan siswa secara umum mengalami kenaikan dari nilai

rata-rata prates 70,63 menjadi nilai rata-rata pascates 78, 17. Metode

pengelompokan ide (clustering) berbasis media gambar fotografi memiliki

keunggulan secara komparatif terhadap pelajaran yang biasa digunakan guru

dengan menggunakan metode konvensional sehingga metode pengelompokan

ide (clustering) berbasis media gambar fotografi mempunyai perbedaan yang

signifikan terhadap peningkatan kemampuan kelas eksperimen. Dari

perhitungan statistik di dapat t hitung yaitu 4,895 dari t tabel di dapat 1,667 karena

t hitung > t tabel maka H0 ditolak atau dengan kata lain rata-rata nilai postes kelas

eksperimen lebih baik bila dibandingkan dengan rata-rata kelas kontrol,

sehingga dapat dikatakan bahwa perlakuan yang diberikan kepada kelas

eksperimen memberikan hasil yang lebih baik bila dibandingkan dengan hasil

kelas kontrol yang tidak mendapat perlakuan pembelajaran dengan metode

(45)

B. Saran

Berdasarkan simpulan tersebut ada beberapa saran yang perlu disampaikan

dalam upaya meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis narasi.

1. Metode pengelompokan ide (clustering) berbasis media gambar fotografi

dapat menjadi masukan, khususnya bagi Guru bahasa Indonesia untuk

meningkatkan kemampuan profesinya. Metode ini mampu

mengembangkan kreativitas dan imajinasi siswa, terutama dalam mencari

ide, mengembangkan, dan menyusun tulisan yang sistematis, utuh dan

padu sehingga cocok digunakan dalam berbagai jenis keterampilan

menulis, misalnya menulis puisi. Keaktifan siswa dalam proses

pembelajaran perlu terus dikembangkan, karena siswa belajar dengan aktif

dapat memperoleh pengetahuan dan pengalaman yang dilakukan sendiri,

berpikir kreatif dan inovatif, sehingga siswa dapat belajar lebih baik dan

optimal.

2. Untuk mengoptimalkan pengetahuan dan kemampuan siswa hendaknya

sekolah menyediakan sarana belajar yang memadai. Guru perlu

mengupayakan peningkatan sarana-sarana, baik berupa media

pembelajaran maupun sarana lingkungan agar minat dan kebiasaan

menulis siswa berkembang. Misalnya melengkapi perpustakaan, kemudian

madding (majalah dinding) sebagai wadah untuk menampilkan tulisan

(46)

3. Para peneliti yang berminat mengembangkan metode pembelajaran,

hendaknya mengembangkan penelitian ini sebagai upaya memecahkan

(47)

Daftar Pustaka

Akadiah, Sabarti. 2003. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.

Alwasilah, A. Chaedar dan Senny Suzanna Alwasilah. 2007. Pokoknya Menulis: cara Baru Menulis dengan Metode Kolaborasi. Bandung: kiblat.

Andriani, rani. 2004. Penggunaan Gambar Fotografi dalam Pembelajaran Menulis Siswa Kelas 1 SMUN 6 Bandung Tahun 2003/2004. Skripsi FPBS UPI. Bandung: Tidak diterbitkan.

Arfiyanti, Riskha. 2010. Peningkatan Kemampuan Kreativitas Menulis Paragraf Melelui Penggunaan Model Jejaring Ide Berorientasi Imajinasi Pada Siswa Kelas X SMA 24 Bandung:. Tesis UPI. Bandung: Tidak diterbitkan

AM, Sardiman. 2010. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: RajaGrafindo Persada.

Arsyad, Azhar. 2010. Media Pembelajaran. Jakarta: RajaGrafindo Persada.

Badudu, JS. 1985. Pelajaran Mengarang Dianaktirikan. Jakarta

Brown, H. Douglas. 1994. Teaching by Principles: An Interactive Approach to Languange. New York: Prentice-Hall.

Clearly, L.M., & Lin, M. D. 1993. Linguistics for Teacher. New York: Mc Graw-Hill

Dewi, Rise 2007. Pemanfaatan Model Peta Pikiran (Mind Mapping) dalam Pembelajaran Menulis. Universitas Sanata Dharma. Tersedia di www. Usd.ac.id/06/publ_dosen/gatra/jan05/rishe.htm

DePorter, Bobbi, dkk. 2000. Quantum Teaching Mempraktikan Quantum Teaching di Ruang-ruang kelas. Bandung. Mizan Media Utama.

DePorter, Bobbi & Hernacki. (2007). Quantum Learning. Abdurahman, A. Bandung: Kaifa.

Ellis, A., Pumau, J., Standal T. 1989. Elementary Language Arts Instructions. New Jersey: Prentice Hall.

Finoza, L. (2006). Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Diksi Insan Mulia.

(48)

Hernowo. (2005). Quantum Writing. Bandung: MCL

Joce, B. Weil., M., & Calhoun, E. 2000. Model of Teaching. New York: Allyn and Bacon a Pearson Education Company.

Kartanegara, M. (2005). Seni Mengukir Kata (Kiat-Kiat Menulis Efektif- Kreatif). Bandung: MCL.

Kadir, Abd. 2010. Misteri Otak Kiri Manusia. Jogjakarta. Diva Press .

Keraf, Gorys. 2007. Argumentasi dan Narasi. Jakarta. Gramedia Pustaka Utama.

Laksana, A.S. (2007). Creative Writing. Jakarta: Mediakita.

Leonhardt, Mary. 2001. 99 Cara Menjadikan Anak Anda Bergairah Menulis. Bandung: Mizan Media Utama.

Munadi, Yudhi. 2008. Media Pembelajaran: Sebuah Pendekatan Baru. Jakarta: Gaung Persada.

Nurgiantoro, Burhan. 2010. Penilaian Pembelajaran Bahasa Berbasis Kompetensi. BPFE- Yogyakarta.

Nurudin. 2010. Dasar-dasar Penulisan. Malang: UMM Press.

Rusyana, Y. 1988. Bahasa dan Sastra dalam Gamitan Pendidikan. Bandung: cv. Diponegoro.

Sadiman, S. Arief. dkk. 2009. Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya. Jakarta: RajaGrafindo Persada.

Semi, M. Atar. 2007. Dasar-dasar Keterampilan Menulis. Bandung: Angkasa.

Sudjana. 1996. Metode Statistika. Bandung: Tarsito.

Sudjana, Nana dkk. 2005. Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Suyatno. 2004. Teknik Pembelajaran Sastra. Surabaya. SIC

(49)

Tarigan, Henry Guntur. 1994. Menulis sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

Trianto. 2007. Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Wardhana, A.S. (2007). Menyingkap Rahasia Jadi Penulis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Wycoff, Joyce. 2004. Menjadi Super Kreatif Melalui Metode Pemetaan Pikiran, Penerjemah: Rina S. Marzuki. Bandung: Kaifa.

Gambar

gambar fotografi untuk meningkatkan kemampuan menulis. Bagi guru dapat
gambar fotografi.
Tabel 3.1 Pedoman Penilaian Menulis Karangan narasi
Tabel 3.2 Format Observasi Aktivitas Guru dalam Mengelola Pembelajaran
+5

Referensi

Dokumen terkait

(1) Kementerian Dalam Negeri dan Pemerintahan Daerah wajib menyediakan, memberikan dan/atau menerbitkan Informasi Publik yang berada di bawah kewenangannya kepada Pemohon Informasi

(https://id.wikipedia.org/ diakses tanggal 04/02/2016) Takalar salah satu daerah yang termasuk ke dalam Kawasan Maminasata memiliki banyak potensi untuk dikembangkan baik

Dengan demikian, penting untuk mengkaji bagaimana pengaruh karakteristik sosial ekonomi konsumen terhadap preferensi konsumen beras.. Penelitian ini akan membahas karakteristik

“Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi,

Pengelolaan usahatani ini pada spesifik lokasi lahan sawah tadah hujan di musim kemarau dapat dilakukan dengan memanfaatkan embung sebagai suplesi air untuk pengairan

Inflasi year-on-year bulan Juli 2015, dari 6 ibukota provinsi di Pulau Jawa, inflasi tertinggi terjadi di Kota Serang sebesar 9,09 persen, diikuti oleh Kota Bandung sebesar

Tujuan umum dari penelitian ini adalah mendapatkan tata letak fasilitas usulan yang meminimalkan jarak, kerusakan produk dan biaya material handling.. Tujuan khusus

Namun bagaimanapun pesatnya asuransi syariah perlu dilakukan sosialisasi khususnya dikalangan masyarakat bawah yang berada didaerah daerah untuk lebih mengetahui secara jelas