• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI SMM ISO 9001:2000 DALAM PENJAMINAN MUTU KINERJA SATUAN PENDIDIKAN: Studi Penerapan SMM ISO 9001:2000 di SMK N 3 Palangka Raya.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "IMPLEMENTASI SMM ISO 9001:2000 DALAM PENJAMINAN MUTU KINERJA SATUAN PENDIDIKAN: Studi Penerapan SMM ISO 9001:2000 di SMK N 3 Palangka Raya."

Copied!
99
0
0

Teks penuh

(1)

KATA PENGANTAR

Segala Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Kuasa, karena atas berkat dan penyertaan-Nya penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “ Implementasi SMM ISO 9001:2000 dalam Penjaminan Mutu Satuan Pendidikan (Studi Kasus pada SMK N 3 Palangka Raya)”. Penulisan tesis ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan dalam Program Studi Penjaminan Mutu Pendidikan, pada Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung.

Dalam menyelesaikan seluruh kegiatan penelitian hingga penulisan tesis ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, baik bantuan secara moril maupun materil. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. DR. H. Djam’an Satori, M.A selaku pembimbing I yang senantiasa meluangkan waktu untuk membimbing dan memberikan motivasi kepada penulis agar segera menyelesaikan penulisan tesis ini. 2. Bapak DR.H. Danny Meirawan, M.Pd, selaku pembimbing II yang

senantiasa meluangkan waktu untuk membimbing dan memberikan motivasi kepada penulis agar segera menyelesaikan penulisan tesis ini. 3. Bapak Prof. DR. H. Didi suryadi, M.Ed, selaku Direktur Sekolah

Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia (SPS UPI) Bandung

(2)

5. Bapak/ibu Dosen serta staf Tata Usaha di lingkungan SPS UPI –Bandung 6. Bapak Sumarna Surapranata, Ph.D selaku Direktur Bindiklat PMPTK

Kemdiknas, yang telah memprogramkan studi lanjut dan memberikan beasiswa S2.

7. Bapak Drs. Krinayadi Toendan, M.Si selaku Kepala Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Kalimantan Tengah yang memberikan izin/kesempatan, fasilitas, dan dukungan moril.

8. Bapak Drs. Gazali, M.Si selaku Kepala Seksi Program dan Sistem Informasi pada Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Kalimantan Tengah atas segala dukungan yang diberikan.

9. Ibunda tercinta, semua ini ada padaku berkat doa tulus mu Inong naburju! 10.Istriku, Ronawati Aritonang dan my special one Gistra Sinaga buat segala

pengertian, kesabaran, dan doa kalian buat papa.

11.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan dukungan dalam penyelesaian studi ini.

Akhirnya penulis berharap, semoga tesis ini dapat memberikan manfaat dan dapat menambah wawasan bagi saya dan bagi pembaca umumnya.

Bandung, April 2012 Penulis,

Richardon Sinaga

(3)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ... i

PERNYATAAN... ii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang ... 1

II. Fokus Masalah ... 15

III. Pertanyaan Penelitian ... 16

IV. Tujuan Penelitian ... 17

V. Kegunaan Penelitian ... 17

VI. Paradigma Penelitian ... 18

VII. Asumsi ... 21

VIII. Metode Penelitian ... 22

IX. Lokasi dan Sumber Data ... 23

BAB II TINJAUAN PUSTAKA I. Konsep Penjaminan Mutu ... 25

A. Pengertian Mutu ... 25

B. Dimensi Mutu ... 27

C. Persfektif Mutu ... 29

D. Sejarah Perkembangan Mutu ... 31

E. Total Quality Management (TQM) ... 39

F. Penjaminan Mutu dalam Pendidikan ... 64

II. Sistem Manajemen Mutu (SMM) ISO 9000 ... 69

(4)

B. Pengesampingan yang Diperbolehkan ... 72

C. Delapam Prinsip Manajemen Mutu ... 72

D. Dasar-dasar Sistem Manajemen Mutu ... 75

E. Langkah-langkah Implementasi SMM ISO 9001:2000 ... 85

III. Hubungan Antara ISO 9000 dan TQM ……. ... 89

IV. Perencanaan Mutu Strategis ... 91

V. Implementasi Manajemen Mutu ... 97

VI. Mutu Kinerja Sekolah ... 102

A. Fungsi dan Tugas Utama Satuan Pendidikan ... 102

B. Kinerja Sekolah ... 104

C. Faktor-faktor Penentu Kinerja Sekolah ... 106

D. Organisasi Sekolah Efektif ... 113

E. Karakteristik Sekolah Efektif ... 121

BAB III METODE PENELITIAN I. Metode Penelitian ... 131

II. Lokasi dan Tempat Penelitian ... 134

III. Sampel Sumber Data ... 135

IV. Teknik Pengumpulan Data ... 136

V. Teknik Analisis Data ... 141

VI. Langkah-langkah Penelitian ... 143

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN I. Deskripsi Temuan Penelitian ... 146

A. Perencanaan SMM ISO 9001:2000 di SMK N 3 Palangka Raya ... 146

B. Implementasi SMM ISO 9001:2000 di SMK N 3 Palangka Raya ... 171

C. Hasil Implementasi SMM ISO 9001:2000 di SMK N 3 Palangka Raya ... 175

D. Kendala dan Tantangan Implementasi SMM ISO 9001:2000 di SMK N 3 Palangka Raya ... 190

II. Pembahasan Hasil Penelitian ... 191

(5)

B. Implementasi SMM ISO 9001:2000 SMK N 3 Palangka Raya ... 206 C. Hasil Implementasi SMM ISO 9001:2000 SMK N 3 Palangka Raya . 217 D. Kendala dan Tantangan Implementasi SMM ISO 9001:2000

di SMK N 3 Palangka Raya ... 229 E. Penerapan SMM ISO 9001:2000 dan Penjaminan

Mutu Kinerja Sekolah ... 230 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

(6)

DAFTAR TABEL

Tabel : Halaman

1.1. Daftar Negara Menurut Indeks Pembangunan Manusia... ... 2

1.2. Penampilan Pelajar pada Ujian Matematika dan Fisika (Peringkat dibuat Untuk 38 Negara... ... 3

1.3. Beberapa indikator ukuran kinerja kunci Ditjen Mandikdasmen dalam RPJP Pendidikan Nasional 2005-2025... ... 14

2.1. Empat Era Mutu Menurut Gavin... ... 32

2.2. Beberapa Kejadian Penting dalam Gerakan Mutu di USA... ... 39

2.3. Perbandingan Filosofi Mutu Deming, Crosby, dan Jura... ... 64

2.4. Seri ISO 9000... ... 71

2.5. Perbedaan Manajemen Efektif Dan Efisien... ... 119

2.6. Model Organisasi Sekolah yang Efektif... ... 127

2.7. Karakteristik Organisasi Sekolah yang Efektif... ... 129

3.1 Tabel taksonomi teknik pengumpulan data penelitian... ... 136

4.1. Ruang Lingkup Audit Internal Tahun 2007, 2008, 2009... ... 173

4.2. Rekapitulasi Temuan Audit Internal Tahun 2007... ... 176

4.3. Rekapitulasi Temuan Audit Internal Tahun 2008... ... 177

4.4. Rekapitulasi Temuan Audit Internal Tahun 2009... ... 179

4.5. Tindak Lanjut Manajemen Review Tahun 2007... ... 181

4.6. Tindak Lanjut Manajemen Review Tahun 2008... ... 184

4.7. Tindak Lanjut Manajemen Review Tahun 2009... ... 187

(7)

DAFTAR GAMBAR

Gambar : Halaman

1.1. Paradigma Penelitian... 21

2.1. Evolusi Mutu ... 42

2.2. Management Theories and Practices Contributing to TQM ... 51

2.3. Siklus PDCA (Plan-Do-Check-Action) ... 53

2.4. Model Sistem Manajemen Mutu Berbasis Proses ... 78

2.5. Roda Deming ... 79

2.6. Diagram Alir Proses Implementasi SMM ISO 9001:2000 ... 88

2.7. Rangkaian Perencanaan Mutu Strategis….. ... 92

3.1. Teknik Pengumpulan Data Penelitian Kualitatif ... 136

4.1. Peta Proses Bisnis SMK N 3 Palangka Raya ... 152

4.2. Grafik Temuan Audit Internal SMM ISO 9001:2000 SMK N 3 Palangka Raya ... 222

4.3. Grafik Temuan Audit Internal SMM ISO 9001:2000 SMK N 3 Palangka Raya ... 223

4.4. Grafik Angka dan Persentase Kelulusan SMK N 3 Palangka Raya ... 227

4.5. Grafik Rata-rata Nilai UN B. Indonesia, B. Inggris, dan Matematika SMK N 3 Palangka Raya ... 227

(8)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran : Halaman

1. Hasil Triangulasi Data Penelitian ... 244

2. Pedoman Observasi ... 264

3. Pedoman Wawancara Kepala Sekolah/WMM ... 266

4. Pedoman Wawancara Guru/Staf ... 268

5. Pedoman Studi Dokumentasi ... 270

6. Catatan Lapangan 1…… ... 271

7. Catatan Lapangan 2…. ... 273

8. Catatan Lapangan 3….. ... 276

9. Catatan Lapangan 4 ... 278

10. Profile SMK N 3 Palangka Raya …… ... 280

11. Struktur Organisasi SMK N 3 Palangka Raya …. ... 283

12. Foto Dokumentasi Penelitian... ... 284

12. Surat Ijin Penelitian. ... 287

(9)

BAB I PENDAHULUAN

I. LATAR BELAKANG

Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam pembangunan dan pembentukan watak suatu bangsa. Hanushek (2005:1) menggambarkan kecenderungan pemerintahan diberbagai belahan dunia, menjadikan pendidikan sebagai pilar utama dari tujuan pembangunan diera millenium ini. Disamping sebagai faktor pendorong pertumbuhan ekonomi, pendidikan juga berperan dalam meningkatkan partisipasi politik, keadilan sosial, dan yang lebih umum adalah pembangunan masyarakat.

Hanushek (2005) selanjutnya memberi penekanan tentang tantangan yang banyak dihadapi dalam pembangunan pendidikan dewasa ini, yaitu tentang mutu atau kualitas. Banyak negara berhadapan dengan permasalahan pengembangan kebijakan terhadap hal yang berhubungan isu mutu atau kualitas dari sekedar pembangunan bidang pendidikan dengan indikator-indikator kuantitatif.

Indonesia, sebagai bagian dari masyarakat global juga mengalami problematika mutu pendidikan. Kebijakan pendidikan nasional dianggap belum mampu menghasilkan sumber daya manusia yang mampu menghadapi persaingan global. Hal ini didasari hasil berbagai survei dan penelitian yang dilakukan oleh lembaga-lembaga riset, baik nasional maupun internasional, berkaitan dengan pendidikan di Indonesia yang hasilnya menunjukkan posisi atau urutan yang masuk kelompok terbawah.

Sebagaimana dilaporkan dalam artikel tentang Daftar Negara Menurut Indeks

Pembangunan Manusia dalam Wikipedia, Indeks pembangunan manusia Indonesia

(10)

111 dari 180 negara anggota PBB dengan nilai indeks 0,734 (Tabel 1.1). Peringkat ini berada pada kategori menengah pada klasifikasi negara berkembang. Indeks pembangunan manusia ini memberikan gambaran ukuran gabungan tiga dimensi tentang pembangunan manusia yang salah satu dasar penilaiannya adalah dimensi pendidikan. Tabel. 1.1. Daftar negara menurut Indeks Pembangunan Manusia

Peringkat Negara IPM

1 Norway 0.971

2 Australia 0.970

3 Iceland 0.969

4 Canada 0.966

5 Ireland 0.965

6 Netherlands 0.964

7 Sweden 0.963

8 France 0.961

9 Switzerland 0.960

10 Japan 0.960

. . .

105 Philippines 0.751

106 El Salvador 0.747

107 Syria 0.742

108 Fiji 0.741

109 Turkmenistan 0.739

110 Palestine 0.737

111 Indonesia 0.734

112 Honduras 0.732

113 Bolivia 0.729

114 Guyana 0.729

. . .

Sumber : Diadaptasi Laporan Pembangunan Manusia UNDP "Human Development Indices – A statistical update 2008” dalam Wikipedia

Perbandingan dengan salah satu negara serumpun , Malaysia yang pada tahun 70-an b70-anyak belajar dari Indonesia, berada pada peringkat 60 deng70-an nilai indeks 0,829 masuk dalam kategori tinggi. Paparan tersebut memberikan gambaran tentang kualitas dan posisi pendidikan kita di tingkat regional maupun internasional.

(11)

dan perkayuan bagi para pria dan sebagai pembantu rumah tangga, juru masak, bahkan ada yang terjebak menjadi pekerja seks bagi kaum perempuan (Bandiyono,1999).

Sutarto, dalam Tempo Interaktif hari Jum'at tanggal 14 Juli 2006 mencatat bahwa wakil presiden Republik Indonesia (pada masanya), Jusuf Kalla menyatakan bahwa standar nilai kelulusan sekolah saat ini masih rendah dibandingkan dengan negara tetangga Malaysia dan Singapura. Malaysia, standar nilai kelulusannya mencapai enam sedangkan di Singapura delapan. Lebih lanjut Kalla menggambarkan Indonesia sebanding dengan Filipina. “Konsekuensinya Indonesia dan Filipina menjadi pemasok buruh ke Malaysia dan Singapura,” ujarnya. Sedangkan kedua negara tersebut, kata Kalla, mengirim manajer profesional ke Indonesia.

Ekspansi sekolah di negara kita tidak menghasilkan lulusan dengan pengetahuan dan keahlian yang dibutuhkan untuk membangun masyarakat yang kokoh dan ekonomi yang kompetitif di masa depan. Bukti ini ditunjukkan dengan rendahnya kemampuan murid tingkat 8 (SMP kelas 2) dibandingkan dengan negara tetangga Asia pada ujian-ujian internasional di tahun 2001 (lihat Tabel 1.2). Telihat cukup jelas bahwa ekspansi partisipasi sekolah di Indonesia tidak diikuti dengan peningkatan kualitas (World Bank, 2009).

Tabel. 1.2. Penampilan Pelajar pada Ujian Matematika dan Fisika (Peringkat dibuat untuk 38 Negara)

Negara Nilai & Tingkat

Matematika

Nilai & Tingkat Fisika Singapura Korea Selatan Taiwan Hongkong Jepang Malaysia Thailand Indonesia Filipina

604 (1) 587 (2) 585 (3) 582 (4) 579 (5) 519 (16) 467 (27) 403 (34) 348 (36)

568 (2) 549 (5) 569 (1) 530 (15) 550 (4) 492 (22) 482 (24) 435 (32) 345 (36)

(12)

Selama tiga dasawarsa terakhir, dunia pendidikan Indonesia secara kuantitatif telah berkembang sangat cepat. Pada tahun 1965 jumlah sekolah dasar (SD) sebanyak 53.233 dengan jumlah murid dan guru sebesar 11.577.943 dan 274.545 telah meningkat pesat menjadi 150.921 SD dan 25.667.578 murid serta 1.158.004 guru (Pusat Informatika, Balitbang Depdikbud, 1999). Jadi dalam waktu sekitar 30 tahun jumlah SD naik sekitar 300%. Sudah barang tentu perkembangan pendidikan tersebut patut disyukuri. Namun sayangnya, perkembangan pendidikan tersebut tidak diikuti dengan peningkatan kualitas pendidikan yang sepadan (Zamroni, 2003).

Fakta-fakta di atas menunjukkan kinerja institusi pendidikan kita belum mampu melakukan proses pendidikan dan menghasilkan produk pembelajaran yang bermutu yang menciptakan SDM yang memiliki daya saing ditingkat global.

Era sebelum adanya krisis ekonomi pada tahun 1997, mutu pendidikan Indonesia menjadi masalah yang sangat serius dan telah menjadi perhatian kita bersama. Gelombang Krisis ekonomi yang berkepanjangan sejak tahun 1997, mengakibatkan kualitas mutu pendidikan menjadi lebih memprihatinkan lagi. Data lain yang dapat dijadikan acuan rendahnya mutu pendidikan dasar dapat dilihat dari angka kelulusan kohort di tingkat SD. Hasil studi terbatas yang dilaksanakan oleh Pusat Penelitian Balitbang, Depdiknas dan UNICEF tahun 1998 di lima provinsi, ternyata kelulusan kohort SD dalam 6 tahun hanya mencapai 49%. Dalam waktu 7 tahun meningkat menjadi 65% dan untuk 8 tahun naik sampai angka 70%. Ini menunjukkan bahwa pada dasarnya anak tidak belajar dengan benar (Depdiknas, 2005:1).

(13)

Perkembangan sistem pemerintahan kita semenjak masa reformasi mengalami perubahan paradigma dari model pendekatan birokratis sentralistik ke model pendekatan desentralistik. Hal ini ditandai dengan digulirkannya otonomi daerah melalui Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor XV/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Otonomi Daerah, yang diikuti dengan dikeluarkannya UU No.22 tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah (telah diubah dengan dikeluarkannya UU No.32 Tahun 2004) yang salah satu implikasinya adalah otonomi terhadap dunia pendidikan.

Beberapa perubahan paradigma manajemen pemerintahan tersebut antara lain (Thoha, 1999):

• Dari orientasi manajemen yang diatur oleh negara ke orientasi pasar. Aspirasi masyarakat menjadi pertimbangan pertama dalam mengolah dan menetapkan kebijaksanaan untuk mengatasi persoalan yang timbul.

• Dari orientasi manajemen pemerintahan yang otoritarian ke demokrasi. Pendekatan kekuasaan bergeser ke sistem yang mengutamakan peranan rakyat. Kedaulatan rakyat menjadi pertimbangan utama dalam tatanan yang demokratis.

• Dari sentralisasi kekuasaan ke desentralisasi kewenangan. Kekuasaan tidak lagi terpusat di satu tangan melainkan dibagi ke beberapa pusat kekuasaan secara seimbang.

Sistem pemerintahan yang jelas batas dan aturannya seakan-akan menjadi negara yang sudah tidak jelas lagi batasnya akibat pengaruh dari tata-aturan global. Keadaan ini membawa akibat tata-aturan yang hanya menekankan tata-aturan nasional saja dan kurang menguntungkan dalam percaturan global. Fenomena ini berpengaruh terhadap dunia pendidikan sehingga desentralisasi pendidikan adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari. Tentu saja desentralisasi pendidikan bukan berkonotasi negatif, yaitu untuk mengurangi wewenang atau intervensi pejabat atau unit pusat melainkan lebih berwawasan keunggulan.

(14)

kebutuhan masyarakat setempat (lokal), menghambat kreatifitas, dan menciptakan budaya menunggu petunjuk dari atas.

Dengan demikian desentralisasi pendidikan bertujuan untuk memberdayakan peranan unit bawah atau masyarakat dalam menangani persoalan pendidikan di lapangan. Banyak persoalan pendidikan yang sepatutnya bisa diputuskan dan dilaksanakan oleh unit tataran di bawah atau masyarakat. Hal ini sejalan dengan apa yang terjadi di kebanyakan negara. Faktor-faktor pendorong penerapan desentralisasi (NCREL (1995)) terinci sbb:

• Tuntutan orangtua, kelompok masyarakat, para legislator, pebisnis, dan perhimpunan guru untuk turut serta mengontrol sekolah dan menilai kualitas pendidikan.

• Anggapan bahwa struktur pendidikan yang terpusat tidak dapat bekerja dengan baik dalam meningkatkan partisipasi siswa bersekolah.

• Ketidakmampuan birokrasi yang ada untuk merespon secara efektif kebutuhan sekolah setempat dan masyarakat yang beragam.

• Penampilan kinerja sekolah dinilai tidak memenuhi tuntutan baru dari masyarakat.

• Tumbuhnya persaingan dalam memperoleh bantuan dan pendanaan. Selanjutnya dijelaskan bahwa desentralisasi pendidikan mencakup tiga hal, yaitu: 1. Manajemen berbasis lokasi

2. Pendelegasian wewenang 3. Inovasi kurikulum

Pada dasarnya manajemen berbasis lokasi dilaksanakan dengan meletakkan semua urusan penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Pengurangan administrasi pusat adalah konsekuensi dari yang pertama dengan diikuti pendelegasian wewenang dan urusan pada sekolah. Inovasi kurikulum menekankan pada pembaharuan kurikulum sebesar-besarnya untuk meningkatkan kualitas dan persamaan hak bagi semua peserta didik.

(15)

Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) pada hakikatnya adalah penyerasian sumber daya yang dilakukan secara mandiri oleh sekolah dengan melibatkan semua pemangku kepentingan yang terkait dengan sekolah secara langsung dalam proses pengambilan keputusan untuk memenuhi kebutuhan peningkatan mutu sekolah atau untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.

Berdasar fenomena yang dipaparkan di atas, Sejak tahun 2003 (dalam MBE

Project Online) pemerintah Indonesia dalam hal ini Departemen Pendidikan Nasional

bekerjasama dengan badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) ,UNESCO dan UNICEF, telah melaksanakan satu Kegiatan Rintisan yang disebut “Menuju Masyarakat Peduli Pendidikan Anak - Dengan Meningkatkan Mutu Pendidikan Dasar Melalui Manajamen Berbasis Sekolah (MBS) dan Peran Serta Masyarakat”. Kegiatan ini berlandaskan asumsi bahwa sekolah akan meningkat mutunya jika kepala sekolah, guru, dan masyarakat termasuk orang tua siswa diberikan kewenangan yang cukup besar untuk mengelola urusannya sendiri, termasuk perencanaan dan pengelolaan keuangan sekolah, proses belajar mengajar menjadi aktif dan menarik, para pendidiknya lebih ditingkatkan kemampuannya dan masyarakat sekitar sekolah ikut aktif dalam urusan persekolahan secara umum.

(16)

Asal mula gerakan mutu berasal dari dunia industri. Mutu menjadi isu yang sangat penting bersamaan dengan dimulainya era industrialisasi. Metode industri baru yang dicirikan dengan pengkhususan dan pengulangan tugas-tugas kerja yang disertai produksi massal dengan melibatkan banyak tenaga kerja melahirkan pendekatan baru terhadap tanggung jawab terhadap mutu sebuah produk. Kondisi tersebut menuntut dikembangkan sebuah sistem pemeriksaan yang dikenal dengan kontrol mutu (quality control) yang dipercayakan kesebuah divisi tenaga kerja yang baru.

Kontrol mutu adalah proses deteksi pasca produksi yang menjamin bahwa hanya produk yang memenuhi spesifikasi yang boleh keluar dari pabrik dan dilempar ke pasar. Dalam perkembangannya dalam industri yang bersifat massal, kontrol mutu dengan sendirinya menjadi semakin tidak ekonomis. Beberapa perusahaan mengganti atau bahkan menambahnya dengan metode jaminan mutu (quality assurance) dan perbaikan mutu (continuous improvement) dengan cara mengembalikan tanggung jawab mutu kepada para tenaga pembuatnya (Sallis, 2007:35).

Gagasan tentang jaminan mutu dan mutu terpadu awalnya muncul di barat melalui ide-ide yang dicetuskan ahli mutu seperti Edwards Deming, Shewhart, dan Juran. Meskipun demikikan perusahaan-perusahaan di Inggris dan Amerika baru tertarik terhadap isu mutu ditahun 1980-an, saat mereka mempertanyakan keunggulan Jepang dalam merebut pasar dunia.

(17)

telah mendeskripsikan pendekatan Jepang terhadap TQC sebagai “suatu revolusi pemikiran terhadap manajemen” .

Sejak Perang Dunia Kedua, penekanan industri Amerika dan sebagian besar dunia Barat adalah memaksimalkan produksi dan keuntungan, namun diakhir tahun 1970-an ketika mereka mulai kehilangan pasar, karena pasar mulai condong ke Jepang, maka beberapa perusahaan Amerika mulai memperhatikan pesan mutu secara serius.

Di Amerika, titik balik tersebut terjadi pada tahun 1980 dengan ditayangkannya sebuah film dokumenter NBC secara nasional dengan judul “Jika Jepang Bisa, Kenapa Kita Tidak?” Program tersebut menyoroti dominasi industri Jepang dibeberapa pasar Amerika. Bagian akhir dari program tersebut menonjolkan Deming dan kontribusinya terhadap kesuksesan ekonomi Jepang. Sejak saat itu pesan Deming dan Juran, bersama dengan pakar mutu lainnya termasuk Philip B. Crosby, dan Armand V Feigenbaum mulai menguasai imajinasi bisnis di Amerika dan Eropa Barat dengan mulai menerapkan Total

Qality Management (TQM) (Sallis, 2007:40).

Gerakan mutu terpadu dalam pendidikan masih tergolong baru. Hanya ada sedikit literatur yang memuat tentang hal ini sebelum tahun 1980-an. Beberapa upaya reorganisasi terhadap praktek kerja dengan konsep TQM telah dilaksanakan oleh beberapa universitas di Amerika dan beberapa perguruan tinggi lainnya di Inggris. Inisiatif untuk mengembangkan konsep TQM dalam berkembang terlebih dahulu di Amerika baru kemudian di Inggris, namun baru di awal tahun 1990-an kedua negara tersebut betul-betul dilanda gelombang metode TQM.

(18)

para profesional disekolah atau daerah dilengkapi dengan sumber-sumber yang dibutuhkan dalam pengembangan program mutu.

Lebih lanjut Sukmadinata, et al (2006:11) menyatakan bahwa TQM merupakan metodologi yang mempermudah mengelola perubahan, membentuk fokus perubahan, membentuk infrastruktur yang lebih fleksibel, cepat merespon terhadap perubahan masyarakat, serta membantu pendidikan dalam mengatasi segala hambatan yang muncul.

Dalam implementasinya, TQM tidak memaksakan suatu solusi tertentu. Setiap lembaga pendidikan memiliki kultur unik, kebutuhan, dan memiliki cara tersendiri untuk mewujudkannya dalam lingkungan tertentu. Bagaimanapun juga standar mutu dapat memiliki peranan dalam TQM. Standar tersebut dapat memberi pesan aktual dan potensial kepada pelanggan, bahwa institusi menggunakan mutu secara serius, dan bahwa kebijakan-kebijakan dan praktek-prakteknya sesuai dengan standar mutu nasional dan internasional.

Konsep MBS diangkat dari teori-teori manajemen korporat (corporate

management theories), seperti filosopi yang dikemukakan W. Edward Deming yang

dikenal dengan Konsep TQM. Konsep ini juga telah dipengaruhi oleh pendekatan manajemen dengan pelibatan tingkat tinggi (high involvement management approach), yang bermakna bahwa tampilan terbaik karyawan atau pekerja adalah pada lingkungan tempat mereka terlibat dalam perbaikan yang terus menerus (ongoing improvement) dari organisasi dan komitmen bagi keberhasilannya (Danim 2006:156).

MBS pada intinya adalah upaya terus-menerus untuk memperbaiki kinerja sekolah dengan memposisikan sekolah sebagai institusi yang relatif otonom, hal ini sejalan dengan filosopi kaizen yang berarti selalu tersedia ruang gerak,waktu, dan tenaga untuk melakukan perbaikan (Danim (2006:19)). Kaizen yang memiliki terjemahan bebas step by

(19)

Perkembangan tuntutan terhadap mutu telah melahirkan inisiatif untuk mengembangkan sejumlah standar mutu yang dapat memberikan gambaran kemampuan sebuah organisasi memperagakan manajemen mutu, seperti: The Deming Prize,The

Malcom Baldridge Award, The European Quality Award, The Citizen’s Charter, BS5750,

dan ISO 9000. Standar manajemen mutu yang banyak mendapat perhatian didunia pendidikan kita dan telah banyak diadopsi satuan pendidikan adalah ISO 9001:2000.

Sistem Manajemen Mutu (SMM) ISO 9001:2000 didefinisikan sebagai standar sistem manajemen mutu yang diakui secara internasional , dalam mengelola proses pencapaian kualitas. SMM ISO 9001:2000 mengatur hubungan antara suplier, organisasi dan konsumen (pelanggan). SMM ISO 9001:2000 sama sekali tidak berbicara tentang kualitas suatu produk, tetapi berbicara tentang proses pencapaian suatu tingkat kualitas tertentu. Hal ini mengisyaratkan bahwa organisasi yang akan mengadopsi SMM ISO 9001:2000 perlu menetapkan spesifikasi atau persyaratan atau karakteristik kualitas produk/jasa dan prosesnya.

SMM ISO 9001:2000 yang berorientasi pada pengelolaan sistem manajemen mutu, adalah salah satu dari sekian banyak alternatif yang dapat digunakan sebagai pendekatan bagi upaya mendekatkan manajemen dan sistem internal suatu institusi. Pada dasarnya SMM ISO 9001:2000 tidak akan merubah sistem internal yang sudah ada dalam organisasi, melainkan justru memperkuat sistem itu sendiri dengan beberapa penguatan melalui penerapan klausul-klausul yang disyaratkan.

(20)

berbagai lembaga jasa dan produk untuk menghasilkan mutu produk yang sesuai janji, (2). Bersifat fleksibel, dapat diimplementasikan pada berbagai jenis organisasi. Tidak saja pada perusahaan yang bergerak pada industri manufaktur, tetapi pada sekolahpun dapat diterapkan; (3). Bukan merupakan standar suatu produk, melainkan lebih menekankan standar sistem dan standar proses; (4). Pengakuan, dengan perolehan sertifikat SMM ISO 9001:2000 akan memberikan pengakuan khusus terhadap sekolah sehingga pengakuan masyarakat dan pemerintah terhadap sekolah semakin tinggi, demikian juga pengakuan atau rasa memiliki oleh semua warga sekolah terhadap sekolahnya (Mulyonokismo (2009)).

(21)

orang tua, industri, masyarakat, pemerintah) dalam bentuk identifikasi harapan pelanggan dalam suatu proses yang bersifat peningkatan dan perbaikan terus menerus (continuous

process improvement) (Mulyonokismo (2009)).

Tujuan implementasi SMM ISO 9001:2000 adalah menjamin kinerja organisasi dalam upaya peningkatan daya saing, efisiensi dan efektifitas organisasi. Untuk mencapai tujuan tersebut, SMM ISO lebih menekankan konsep pengendalian sejak dini, lebih menekankan pencegahan ketidaksesuaian dari pada tindakan koreksi setelah terjadi ketidaksesuaian. oleh karena itu, semua fungsi dalam organisasi yang berdampak terhadap mutu dan kepuasan pelanggan dikendalikan dengan sistematika pengendalian yang dirancang dan distandarkan sedemikian rupa, sehingga bila diterapkan dengan benar, maka jaminan mutu dan konsistensi mutu yang merupakan faktor signifikan untuk memberikan kepuasan kepada pelanggan akan dapat dicapai.

Berdasarkan latar belakang diatas, kita bisa melihat gambaran kualitas pendidikan kita yang rendah mengakibatkan daya saing SDM Indonesia tertinggal jauh dari negara lain. Tuntutan desentralisasi mengubah pola kebijakan yang dilakukan pemerintah dalam upaya peningkatan mutu pendidikan melalui reformasi pendidikan dengan otonomi yang lebih luas kepada satuan pendidikan dengan pola pendekatan penerapan MBS. Melalui otonomi ini satuan pendidikan tidak lagi berperan sebagai unit pelaksana teknis kantor pendidikan, tetapi sebagai lembaga profesional yang memiliki fleksibilitas dan kebebasan yang luas dalam mengelola dirinya dengan mengacu kepada aturan, standar, kebijakan, dan prioritas yang telah ditetapkan oleh pemerintah.

(22)

sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada semua jenjang pendidikan untuk dikembangkan menjadi satuan pendidikan yang bertaraf internasional.

Untuk melaksanakan amanat UU tersebut pemerintah dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang dibidang pendidikan 2005-2025 telah menetapkan salah satu indikator pencapaian kunci adalah : 2005-2009, Jumlah sekolah yang meraih ISO 9001 mencapai 5%; 2010-1015, Jumlah sekolah yang meraih ISO 9001 mencapai 20%; 2016-2020, Jumlah sekolah yang meraih ISO 9001 mencapai 40%; 2021-2025 , Jumlah sekolah yang meraih ISO 9001 mencapai 70 % (lihat Tabel 1.3).

Tabel. 1.3. Beberapa indikator ukuran kinerja kunci Ditjen Mandikdasmen dalam RPJP Pendidikan Nasional 2005-2025.

Sumber: Lampiran Renstra Depdiknas 2005-2009 hal. 103.

(23)

mulai dari tingkat SD hingga SLTA telah mengadopsi dan telah memperoleh sertifikasi Sistem Manajemen Mutu ISO 9000:2000.

II. FOKUS MASALAH

Penerapan sistem manajemen mutu berbasis ISO 9001:2000 akan menimbulkan pengaruh bagi suatu organisasi, baik yang bersifat internal (praktik manajemen mutu) maupun pihak eksternal. Perubahan yang bersifat internal seperti standardisasi proses bisnis atau prosedur kerja, dokumentasi yang lebih baik, meningkatnya pemahaman personil terhadap mutu yang pada akhirnya akan berdampak pada peningkatan mutu produk atau jasa. Sedangkan efek eksternal diantaranya adalah meningkatnya persepsi konsumen terhadap mutu produk sebagai salah satu atribut mutu, yang selanjutnya berdampak pada meningkatnya daya saing produk/organisasi di masyarakat.

Perubahan-perubahan yang terjadi dengan di adopsinya persyaratan elemen-elemen klausal ISO 9001:2000 ke dalam sistem manajemen internal lembaga diharapkan akan memberi dampak positif, seperti pengurangan biaya produksi, peningkatan produktifitas, peningkatan efektifitas pelaksanaan pekerjaan. Hal ini adalah komponen-komponen yang mempengaruhi peningkatan kinerja organisasi. Secara teoritis penerapan sistem manajemem mutu ISO 9001:2000 akan mempengaruhi praktik manajemen organisasi, yang selanjutnya akan meningkatkan mutu poduk atau layanan dan kinerja sebuah lembaga.

(24)

satu pihak mengatakan bahwa sertifikasi dan implementasi ISO 9001:2000 terlalu mengada-ada, sulit dan nyaris tidak mungkin dilaksanakan di sekolah umum ( SD, SMP dan SMA ) sebab disamping jumlah biaya yang dibutuhkan tidaklah sedikit, sekolah menghasilkan produk berupa layanan jasa di bidang pendidikan kepada masyarakat dan bukannya berupa barang. Di pihak lain mengatakan sangat mungkin dilakukan, sebab walaupun sekolah umum produknya bukan barang, melainkan jasa, tetapi tetap menggunakan sistem manajemen, sehingga ISO digunakan untuk menilai sejauh mana kinerja sistem manajemen pendidikan diukur berdasarkan standardisasi internasional.

Berdasarkan uraian diatas, untuk memperoleh gambaran mengenai fenomena adopsi SMM ISO 9001:2000 disekolah sebagai salah satu strategi peningkatan mutu, penulis bermaksud mengadakan penelitian di SMK Negeri 3 Palangka Raya, Provinsi Kalimantan Tengah dengan fokus masalah “ Implementasi Sistem Manajemen Mutu (SMM) ISO 9000 dalam Penjaminan Mutu Kinerja Satuan Pendidikan”

III. PERTANYAAN PENELITIAN

Berdasarkan uraian pada latar belakang maka fokus dari penelitian ini adalah untuk mengumpulkan, mendeskripsikan, dan menganalisis tentang hal-hal yang berhubungan dengan implementasi ISO 9000:2000 dalam penjaminan mutu kinerja SMK Negeri 3 Palangka Raya, bedasarkan fokus masalah tersebut dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana perencanaan dan desain SMM ISO SMM ISO 9001:2000 dalam penjaminan mutu kinerja SMK Negeri 3 Palangka Raya.

(25)

3. Bagaimana hasil yang dicapai dari implementasi SMM ISO 9001:2000 dalam penjaminan mutu kinerja SMK Negeri 3 Palangka Raya.

4. Bagaimana kendala dan tantangan yang ditemui dalam implementasi SMM ISO 9001:2000 dalam penjaminan mutu kinerja SMK Negeri 3 Palangka Raya.

IV. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah :

1. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis perencanaan dan desain SMM ISO SMM ISO 9001:2000 dalam penjaminan mutu kinerja SMK Negeri 3 Palangka Raya.

2. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis impelementasi SMM ISO SMM ISO 9001:2000 dalam penjaminan mutu kinerja SMK Negeri 3 Palangka Raya.

3. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis hasil yang dicapai dari implementasi SMM ISO 9001:2000 dalam penjaminan mutu kinerja SMK Negeri 3 Palangka Raya.

4. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis kendala dan tantangan yang ditemui dalam implementasi SMM ISO 9001:2000 dalam penjaminan mutu kinerja SMK Negeri 3 Palangka Raya.

V. KEGUNAAN PENELITIAN

Penelitian ini dapat diharapkan berguna secara teoritis dan praktis: a. Kegunaan Teoritis

Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah sebagai bahan pengembangan ilmu dalam merencanakan, mendesain, mengembangkan, dan implementasi SMM ISO 9001:2000 di dunia pendidikan.

b. Kegunaan Praktis

(26)

penerapan SMM ISO 9001:2000 dalam dunia pendidikan khususnya satuan pendidikan

• Sebagai sumbangan pemikiran dalam memberikan masukan terhadap pengembangan kemampuan pengelolaan satuan pendidikan dengan standar yang diterapkan secara internasional.

• Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan kontribusi berupa saran dan sumbangan pemikiran yang bermanfaat bagi pengembangan kualitas pendidikan khususnya SMK Negeri 3 Palangkaraya.

VI. PARADIGMA PENELITIAN

Tuntutan terhadap pendidikan yang bermutu semakin tinggi seiring dengan meningkat dan ketatnya daya saing global. Institusi pendidikan dalam hal ini satuan pendidikan memerlukan peranan manajemen untuk memberikan jaminan mutu terhadap lulusan yang dihasilkan, sehingga mampu bersaing dalam era persaingan bebas yang telah kita hadapi.

Suatu realita bahwa struktur dan mekanisme kerja organisasi satuan pendidikan di Indonesia akan berubah sejalan dengan kebijakan desentralisasi. Mengubah struktur dan desain uraian tugas personel yang akan ditempatkan dalam struktur organisasi fungsi dalam merupakan hal yang tidak sulit dilakukan karena sifat struktur organisasi yang statis. Persoalannya adalah sejauh mana perubahan pola manajemen tersebut memiliki dampak terhadap mutu yang dihasilkan.

(27)

Konsep MBS diangkat dari teori-teori manajemen korporat (corporate

management theories), seperti filosopi yang dikemukakan W. Edward Deming yang

dikenal dengan Konsep TQM. Konsep ini juga telah dipengaruhi oleh pendekatan manajemen dengan pelibatan tingkat tinggi (high involvement management approach), yang bermakna bahwa tampilan terbaik karyawan atau pekerja adalah pada lingkungan tempat mereka terlibat dalam perbaikan yang terus menerus (ongoing improvement) dari organisasi dan komitmen bagi keberhasilannya.

Conway dan Calz (dalam Danim (2006:156)) menyatakan “school based

management was founded on an industrial model that showed the benefits of involving

factori workers in changing their work roles”. Setidaknya pada tataran umum, diilhami

dan dibangun berdasarkan pengalaman keberhasilan praktek manajemen pada dunia industri, yang dewasa ini dikenal dengan Total Quality Management (TQM).

Definisi TQM adalah sistem manajemen yang berorientasi pada kepuasan pelanggan (customer satisfaction) dengan kegiatan yang diupayakan sekali benar (right

first time), melalui perbaikan berkesinambungan (continous improvement) dan memotivasi

karyawan (Kit Sadgrove (dalam Yamit (2005:181)).

Gasperz (2006:16) menyatakan pada dasarnya total quality management (TQM) terdiri dari dua aspek pokok, yaitu: (l) sistem manajemen mutu (quality management

system(QMS)), dan (2) peningkatan mutu terus-menerus (continuous quality

(28)

Salah satu kunci sukses agar dapat bersaing di pasar global adalah kemampuan untuk memenuhi standar-standar internasional yang berlaku. SMM ISO 9000 merupakan suatu sistem terpadu untuk mengoptimalkan efektifitas mutu suatu organisasi dengan rekomendasi desain kerangka kerja untuk peningkatan mutu secara berkesinambungan (continual quality improvement).

SMM ISO 9001:2000 adalah suatu standar internasional untuk sistem manajemem mutu. SMM ISO 9001:2000 menetapkan persyaratan-persyaratan dan rekomendasi untuk desain dan penilaian dari suatu sistem manajemen mutu yang bertujuan untuk menjamin bahwa organisasi akan memberikan produk (barang/jasa) yang memenuhi persyaratan yang ditentukan. Dengan melaksanakan kendali mutu, organisasi dapat menelusuri dan menanggulangi faktor-faktor yang menyebabkan penyimpangan-penyimpangan yang terjadi. ISO 9000 merekomendasikan organisasi untuk merumuskan kebijakan dalam hal mutu melalui pendekatan proses, yang dikenal dengan tahap PDCA (plan, check, do, act).

Bertitik tolak dari pemikiran pendidikan sebagai suatu sistem, maka faktor-faktor yang mempengaruhi mutu kinerja sekolah mencakup komponen input, proses, dan output. Masalah mutu sekolah 85% disebabkan oleh manajemennya yang belum efektif. Manajemen sekolah efektif yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan sekolah yang memuaskan stakeholder( Husaini (2007)).

(29)

Washins (dalam Saksono (2002:112)) juga mengemukakan bahwa produktifitas mengandung dua konsep utama yaitu efisiensi dan efektifitas. Efisiensi mengukur tingkat sumber daya, baik manusia, keuangan, maupun lingkungan; Efektifitas menyangkut hasil dan mutu pelayanan yang dicapai.

Sejalan dengan ide-ide diatas kita dapat merumuskan bahwa kinerja sekolah dapat kita kaji melalui faktor produktifitas, dimana produktifitas itu sendiri mengandung dimensi efektifitas dan efisiensi. Untuk mengetahui kinerja sekolah kita dapat melihat efektifitas maupun efisiensi sekolah tersebut.

Secara singkat paradigma penelitian diatas dapat digambarkan seperti pada diagram berikut ini:

Gambar 1.1. Paradigma Penelitian

VII. ASUMSI

(30)

• Sebagai landasan pijakan yang kokoh bagi masalah yang sedang di teliti.

• Untuk mempertegas variabel-variabel yang menjadi fokus penelitian.

• Berguna dalam merumuskan dan menentukan pertanyaan penelitian maupun hipotesis.

Dalam upaya untuk menjelaskan implementasi SMM ISO 9001:2000 dalam upaya penjaminan mutu kinerja sekolah yang menjadi fokus dalam penelitian ini, maka dikemukakan beberapa asumsi yaitu:

1. Standar SMM ISO 9001:2000 adalah suatu standar internasional untuk sistem manajemen mutu. ISO 9001:2000 menetapkan persyaratan-persyaratan dan rekomendasi untuk desain dan penilaian dari suatu sistem manajemen mutu, yang bertujuan untuk menjamin bahwa organisasi akan memberikan produk (barang dan/atau jasa) yang memenuhi persyaratan yang ditetapkan.

2. Jaminan mutu (quality assurance) adalah semua tindakan terencana dan sistematik yang diimplementasikan dan didemonstrasikan guna memberikan kepercayaan yang cukup bahwa produk yang dihasilkan akan memuaskan kebutuhan pelanggan untuk tingkat kualitas tertentu.

3. Mutu Kinerja Sekolah itu sendiri adalah Kualitas sebagai unjuk kerja yang dicapai, berupa prestasi yang diperlihatkan dalam bentuk kemampuan kerja guna melaksanakan kewajiban atau tugas pekerjaan yang menjadi wewenang dan tanggung jawab sekolah dalam kurun waktu tertentu berdasarkan prosedur dan aturan yang berlaku untuk pencapaian tujuan yang ditetapkan.

VIII. METODE PENELITIAN

(31)

pengertian yang luas terhadap penelitian yang menghasilkan data deskriptif, yang berupa uraian kata-kata dan perilaku orang yang dapat diobservasi secara lisan maupun tulisan.

Pemilihan studi kasus didasari pada tujuan penelitian untuk mengidentifikasi, mendeskripsikan, menganalisa Implementasi Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2000 dalam Upaya Penjaminan Mutu Kinerja SMK Negeri 3 Palangka Raya. Untuk mengkaji sistem manajemen mutu dalam suatu organisasi, diperlukan kedalaman analisis yang didasarkan pada pendalaman terhadap informasi yang ada dan fakta yang terjadi. Karena itu, diperlukan studi kasus tertentu yang secara rasional dapat dikaji secara mendalam.

Studi kasus adalah uraian dan penjelasan komprehensif mengenai berbagai aspek seorang individu, suatu kelompok, suatu organisasi (komunitas), suatu program, atau suatu situasi sosial yang bertujuan untuk memberikan pandangan yang lengkap dan mendalam mengenai subjek yang diteliti. Setiap analisis kasus mengandung data berdasarkan pengamatan, data dokumenter, kesan dan pernyataan orang lain mengenai kasus tersebut (Mulyana (2003:201,202).

IX. LOKASI DAN SUMBER DATA

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan juli s.d nopember 2010 di kota Palangka Raya ibu kota Provinsi Kalimantan Tengah, dan yang menjadi tempat atau objek penelitian adalah SMK Negeri 3 Palangkaraya. SMK Negeri 3 Palangkaraya adalah sekolah yang pertama mengimplementasikan Sistem Manajemen Mutu (SMM) ISO 9000 di Provinsi Kalimantan Tengah dan telah memperoleh sertifikat ISO 9001: 2000 sejak Desember 2007.

(32)

Sampel sumber data pada tahap awal memasuki lapangan dipilih orang yang memiliki pengaruh dan otoritas pada situasi sosial atau obyek yang diteliti, sehingga mampu membuka jalan bagi peneliti dalam melakukan pengumpulan data lanjutan.

Sebagai permulaan, manajemen puncak dalam hal ini kepala sekolah dan ketua dewan mutu SMK Negeri 3 Palangka Raya akan menjadi sasaran awal penelusuran dan pengambilan data.

(33)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

I. METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif, yaitu metode yang digunakan untuk mencari informasi mengenai suatu kejadian pada saat penelitian berlangsung. Penelitian ini dilakukan dengan cara mendeskripsikan secara jelas terarah tentang temuan lapangan berdasarkan analisa yang dilakukakan terhadap fenomena alamiah yang terjadi. Tujuan dari penelitian deskriptif adalah untuk melukiskan variable atau kondisi yang sebenarnya terjadi dalam suatu kondisi. Penelitian deskriptif tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu, tetapi menggambarkan apa adanya tentang suatu variable (Arikunto (2003:310)).

Penelitian ini berfokus pada upaya menganalisis dan mendeskripsikan fenomena implementasi Sistem Manajemen Mutu ISO 9000:2000 dalam upaya menjamin kinerja sekolah mencapai atau melampaui standar yang telah ditetapkan. Dalam upaya melakukan analisis terhadap mutu kinerja sekolah melalui implementasi Sistem Manajemen Mutu ISO 9000:2000, penulis berpandangan bahwa masalah ini lebih tepat didekati dengan menggunakan pendekatan kualitatif, sehingga nantinya akan ditemukan masalah-masalah yang terjadi secara riil untuk kemudian dideskripsikan dan dianilisis, serta mengidentifikasi kendala-kendala yang dihadapi dengan mangacu teori dan fakta yang ada.

Creswell (1998:15) mendefenisikan penelitian kualitatif sebagai berikut: ”

Qualitative research is an inquiry process of understanding based on distinc

methodological tradision of inquiry that explore a social human problem”. Dapat

(34)

pendekatan penelitian yang melihat kondisi nyata pada objek yang diteliti tanpa melakukan intervensi apapun.

Sukmadinata (2006:94) menyatakan bahwa penelitian kualitatif bertolak dari filsafat konstruktivisme yang berasumsi bahwa kenyataan itu berdimensi jamak, interaktif, dan suatu pertukaran pengalaman social (a share social experience) yang dinterpretasikan oleh individu-individu. Para peneliti kualitatif yakin bahwa kenyataan merupakan suatu konstruksi sosial, bahwa individu-individu maupun kelompok-kelompok memperoleh dan memberikan makna terhadap kesatuan-kesatuan tertentu apakah itu peristiwa, proses, orang atau objek. Orang membuat konstruksi tersebut untuk memahaminya dan menyusunnya kembali menjadi suatu sudut pandang, persepsi, dan sistem kepercayaan.

Penelitian kualitatif ditujukan untuk memahami fenomena-fenomena sosial dari sudut pandang atau persfektif partisipan. Partisipan adalah orang yang diwawancara, diobservasi, diminta memberikan data, pendapat, pemikiran dan persepsinya. Pemahaman diperoleh melalui analisis berbagai keterkaitan dari partisipan, dan melalui penguraian pemaknaan partisipan tentang situasi-situasi dan peristiwa-peristiwa yang terjadi.

Penelitian kualitatif mengkaji persfektif partisipan dengan multi strategi, strategi-strategi yang bersifat interaktif dan fleksibel. strategi-strategi-strategi-strategi yang bersifat interaktif, seperti observasi langsung, observasi partisipatif, wawancara mendalam, dokumen-dokumen, teknik-teknik pelengkap seperti foto, rekaman. Strategi penelitian bersifat fleksibel, menggunakan aneka kombinasi dari teknik-teknik untuk mendapatkan data yang valid. Kenyataan yang berdimensi jamak merupakan sesuatu yang kompleks tidak dapat dilihat secara apriori dengan satu metode saja.

(35)

1. Kajian naturalistik: melihat situasi nyata yang berubah secara alamiah, terbuka, tidak ada rekayasa pengontrolan variabel.

2. Analisis induktif: mengungkap data khusus, detil, untuk menemukan kategori, dimensi, hubungan penting dan asli, dengan pertanyaan terbuka.

3. Holistik: totalitas fenomena dipahami sebagai sistem yang kompleks, keterkaitan menyeluruh tak dipotong padahal terpisah, sebab-akibat. .

4. Data kualitatif: deskripsi rinci-dalam, persepsi-pengalaman orang.

5. Hubungan dan persepsi pribadi: hubungan akrab peneliti-informan, persepsi dan pengalaman pribadi peneliti penting untuk pemahaman fenomena-fenomena.

6. Dinamis: perubahan terjadi terus.

7. Orientasi keunikan: tiap situasi khas, pahami sifat khusus dan dalam konteks sosial-historis, analisis silang kasus, hubungan waktu-tempat.

8. Empati netral: subjektif murni, tidak dibuat-buat.

Penelitian kualitatif tidak hanya sekedar membahas teknik pengumpulan data, tetapi juga pendekatan terhadap dunia empiris. Taylor dan Bogdan (dalam Meleong (1998:5)) mengemukakan bahwa pendekatan kualitatif merujuk kepada pengertian yang luas terhadap penelitian yang menghasilkan data deskriptif, yang berupa uraian kata-kata dan perilaku orang yang dapat diobservasi secara lisan maupun tulisan.

Melihat beragamnya jenis penelitian kualitatif, peneliti menentukan jenis penelitian yang akan dilakukan dengan studi kasus. Hal ini didasari pada tujuan penelitian untuk mengidentifikasi, mendeskripsikan, menganalisa implementasi Sistem Manajemen Mutu ISO 9000:2000 dalam Upaya Penjaminan Mutu Kinerja SMK Negeri 3 Palangka Raya. Untuk mengkaji sistem manajemen mutu dalam suatu organisasi, diperlukan kedalaman analisis yang didasarkan pada pendalaman terhadap informasi yang terjadi. Karena itu, diperlukan studi kasus tertentu yang secara rasional dapat dikaji secara mendalam.

(36)

Sebagai suatu metode kualitatif, studi kasus mempunyai beberapa keuntungan. Lincoln dan Guba (dalam Mulyana (2003:201)) mengemukakan bahwa keistimewaan studi kasus meliputi hal-hal berikut:

• Studi kasus merupakan sarana utama bagi penelitian emik, yakni menyajikan pandagan subjek yang diteliti.

• Studi kasus menyajikan uraian yang menyeluruh yang mirip dengan apa yang dialami pembaca dalam kehidupan sehari-hari.

• Studi kasus merupakan sarana efektif untuk menunjukkan hubungan antara peneliti dan responden.

• Studi kasus memungkinkan pembaca untuk menemukan konsistensi internal yang tidak hanya merupakan konsistensi gaya dan konsistensi faktual tetapi juga keterpercayaan ( trust worthiness)

• Studi kasus memberikan “uraian tebal” yang diperlukan bagi penilaian atas transferabilitas.

• Studi kasus terbuka bagi penilaian atas konteks yang turut berperan bagi pemaknaan atas fenomena dalam konteks tersebut.

Lebih lanjut, Sukmadinata (2006:99) menjelaskan bahwa penelitian kualitatif menggunakan desain studi kasus dalam arti penelitian difokuskan pada satu fenomena saja yang dipilih dan ingin dipahami secara mendalam, dengan mengabaikan fenomena-fenomena lainnya.

II. LOKASI DAN TEMPAT PENELITIAN

(37)

III. SAMPEL SUMBER DATA

Sugiyono (2006:328) menyatakan dalam penelitian kualitatif, sampel sumber data dipilih secara purposive dan bersifat snowball sampling. Penentuan sampel sumber data pada proposal masih bersifat sementara, dan akan berkembang kemudian Sampel sumber data pada tahap awal memasuki lapangan dipilih orang yang memiliki power dan otoritas pada situasi sosial atau obyek yang diteliti, sehingga mampu membuka jalan bagi peneliti dalam melakukan pengumpulan data lanjutan.

Sebagai permulaan, top manajemen dalam hal ini kepala dan ketua dewan mutu SMK Negeri 3 Palangka Raya akan menjadi sasaran awal penelusuran dan pengambilan data. Dewan mutu adalah sekelompok orang yang terdiri dari unsur pimpinan dan karyawan yang dibentuk dengan fokus yang untuk merencanakan, mengembangkan, implementasi serta bertanggung jawab untuk memelihara Sistem Manajemen Mutu ISO 9000:2000. Selanjutnya akan dikembangkan pencarian dan penelusuran data keseluruhan elemen sekolah yang lain yang meliputi karyawan, guru, dan siswa sesuai dengan kebutuhan penelitian termasuk juga dokumen-dokumen yang berhubungan dengan kegiatan manajemen mutu sekolah.

Sanafiah Faisal (dalam Sugiyono (2006:328)) mengutip pendapat Spradley yang mengemukakan bahwa situasi sosial untuk sampel awal sangat disarankan suatu situasi sosial yang didalamnya menjadi semacam muara dari banyak domain lainnya. Selanjutnya dinyatakan bahwa, sampel sebagai sumber data atau sebagai informan sebaiknya memenuhi kriteria berikut :

1. Menguasai atau memahami sesuatu melalui proses enkulturasi, sehingga sesuai itu bukan hanya sekedar diketahui, tetapi juga dihayati.

2. Masih berkecimpung atau terlibat dalam kegiatan yang sedang diteliti. 3. Memiliki waktu yang memadai untuk diminta informasi.

4. Mereka yang tidak cenderung menyampaikan informasi hasil ‘kemasannya’ sendiri. 5. Mereka yang pada mulanya tergolong ‘cukup asing’ dengan peneliti sehingga lebih

(38)

IV. TEHNIK PENGUMPULAN DATA

[image:38.595.89.527.170.759.2]

Bermacam-macam teknik pengumpulan data penelitan kualitatif ditunjukkan pada gambar 3.1.

Gambar 3.1. Teknik Pengumpulan Data Penelitian Kualitatif (Sumber Sugiyono (2006:254))

Berdasarkan gambar tersebut secara umum terdapat empat macam teknik pengumpulan data yaitu : observasi, wawancara, dokumentasi, gabungan ketiganya yang sering kita kenal dengan istilah triangulasi.

Peneliti menyusun tabel 3.1, yang memuat teknik pengambilan data terhadap aspek-aspek yang akan diteliti, sebagai berikut:

Tabel 3.1 Taklonomi teknik pengumpulan data penelitian

No Kompenen Sub Komponen Alpek Yang diteliti Metode Relponden/ Objek 1 Perencanaan

dan

pengembangan SMM ISO SMM ISO 9000:2000 di SMK N 3 Palangka Raya

a. Perencanaan • Dasar hukum/dasar kebijakan (review arah strategi kebijakan dan agenda perbaikan mutu pendidikan)

• Telaah statement visi, misi, tujuan dan sasaran sekolah

• Evaluasi diri (Self Assesment) dan analisis SWOT

• Identifikasi kebutuhan dan peluang perbaikan dan peningkatan mutu

(39)

b. Pengembangan sistem

manajemen mutu

• Komitmen dari manajemen puncak.

• Komite Pengarah (Steering Commitee) atau Koordinator ISO.

• Pelatihan (training) terhadap semua anggota organisasi.

• Identifikasi kebijakan mutu, prosedur-prosedur, dan instruksi-instruksi yang

dibutuhkan yang dituangkan dalam dokumen-dokumen tertulis.

D, W,O -Kep. Sekolah -Tim ISO -Guru -Dok. Renstra ( Analisis lingkungan eksternal dan internal) Dokumen/ sumber lain yang relevan

2 Implementasi SMM ISO SMM ISO 9000:2000 di SMK Negeri 3 Palangka Raya

a. Sistem Manajemen Mutu

• Persyaratan umum

• Persyaratan Dokumentasi

D, W,O -Kep. Sekolah -Tim ISO -Guru -Dok. Renstra ( Analisis lingkungan eksternal dan internal) Dokumen/ sumber lain yang relevan -Dokumen Mutu (Manual mutu, Prosedur, Formulir, Rekaman, Instruksi kerja, Uraian jabatan, matriks kompetensi) -Dokumen/ sumber lain yang relevan b. Tanggung Jawab

Manajemen

• Komitmen Manajemen

• Fokus Pelanggan

• Kebijakan Mutu

• Sasaran Mutu

• Tanggung Jawab, Wewenang

• Perwakilan Manajemen

• Komunikasi Internal

• Tinjauan Manajemen

D, W,O

c. Manajemen Sumberdaya

• Penyediaan Sumber Daya

• Sumber Daya Manusia

• Infrastruktur

• Lingkungan Kerja

D, W,O

d. Realisasi Produk • Perencanaan realisasi produk

• Proses yang terkait dengan pelanggan

• Desain dan Pengembangan

• Pembelian

• Ketentuan Produksi dan Pelayanan

• Pengendalian peralatan pengukuran dan pemantauan

D, W,O

e. Pengukuran, Analisis dan Peningkatan

• Kebijakan pemantauan dan pengukuran

• Pengukuran dan pemantauan

(40)

• Pengendalian produk tidak sesuai

• Analisis data

• Peningkatan (improvement) 3 Hasil

implementasi SMM ISO 9000:2000 dalam penjaminan mutu kinerja SMK Negeri 3 Palangka Raya.

a. Perencanaan dan pelaksanaan sistem manajemen mutu

• Hasil Pengukuran, pemantauan, pengendalian mutu

• Pencapaian sasaran mutu

• Hasil-hasil tinjauan Manajemen

• Kepuasan pelanggan

D, W, O -Kep.Sekolah -Tim Audit Internal -Dokumen audit internal -Dokumen audit esternal -Dokumen Review Manajemen b. Pemenuhan

terhadap pesyaratan standar ISO 9001:2000

• Temuan-temuan Audit Eksternal

• Rekomendasi untuk peningkatan

• Sertifikasi

D,W

D,W

D,W

4 Kendala dan tantangan yang ditemui dalam implementasi SMM ISO 9001:2000

Kendala dan tantangan yang dihadapi dalam implementasi SMM ISO 9001:2000

D, W, O -Kep. Sekolah -Tim ISO -Guru -Hasil Audit -Sumber lain yang relevan

Ket: D= Dokumentasi , W = Wawancara, O=Observasi

Dalam penelitian kualitatif pengumpulan data dilakukan pada natural setting (kondisi yang alamiah), sumber data primer, dan teknik pengumpulan data yang lebih banyak pada obervasi (participant observation), wawancara mendalam (depth interview), dan dokumentasi. Marshal dan Rossman (dalam Sugiyono (2006:253)) menyatakan bahwa

”the fundamental methods relied on by qualitative researchers for gathering information

are, participation in the setting, direct observation, in-depth interviewing, document

review”.

A. Wawancara

(41)

Adakalanya juga wawancara dilakukan secara kelompok, kalau memang tujuannya untuk menghimpun data dari kelompok.

Sebelum melaksanakan wawancara para peneliti menyiapkan intrumen wawancara yang disebut pedoman wawancara (interview guide). Pedoman ini berisi sejumlah pertanyaan atau pernyataan yang meminta untuk dijawab atau direspon oleh responden. Isi pertanyaan atau pernyataan bisa mencakup fakta, data, pengetahuan, konsep, pendapat, persepsi atau evaluasi responden berkenaan dengan fokus masalah atau variabel-variabel yang dikaji dalam penelitian. Bentuk pertanyaan atau pernyataan bisa sangat terbuka, sehingga responden mempunyai keleluasaan untuk memberikan jawaban atau penjelasan. Pertanyaan atau pernyataan dalam pedoman wawancara juga bisa berstruktur, suatu pertanyaan atau pernyataan umum diikuti dengan pertanyaan atau pernyataan yang lebih khusus atau lebih terurai, sehingga jawaban atau penjelasan dari responden menjadi lebih dibatasi dan diarahkan. Untuk tujuan-tujuan tertentu sub pertanyaan atau pernyataan-pernyataan tersebut bisa sangat berstruktur, sehingga jawabannya menjadi singkat-singkat atau pendek-pendek, bahkan membentuk instrumen berbentuk check list.

(42)

mendapatkan data seperti yang diharapkan, baik objektivitas maupun kelengkapannya. Dalam pembuatan catatan hasil wawancara, selain dicatat jawaban atau respon-respon dari respon-responden yang langsung berhubungan dengan pertanyaan, juga dicatat reaksi-reaksi lainnya baik yang dinyatakan secara verbal maupun nonverbal. Juga perlu dibuat catatan-catatan khusus atau interpretasi langsung dari pewawancara terhadap jawaban, respon atapun reaksi tertentu yang penting atau perlu mendapat perhatian dari peneliti.

B. Observasi

Observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain, yaitu wawancara dan kuesioner. Kalau wawancara dan kuesioner selalu berkomunikasi dengan orang, maka observasi tidak terbatas pada orang, tetapi juga obyek-obyek alam yang lain.

Sutrisno Hadi (dalam Sugiyono(2006:162)) mengemukakan bahwa, observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari pelbagai proses biologis dan psikologis. Dua di antara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan.

Teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan bila, penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar.

Dari segi proses pelaksanaan pengumpulan data, observasi dapat dibedakan menjadi participant observation (observasi berperan serta) dan non participant

observation, selanjutnya dari segi instrumentasi yang digunakan, maka observasi dapat

(43)

C. Studi Dokumenter

Studi dokumenter (documentary Study) merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar maupun elektronik. Dokumen-dokumen yang dihimpun dipilih yang sesuai dengan tujuan dan fokus masalah.

Dokumen-dokumen tersebut diurutkan sesuai dengan sejarah kelahiran,kekuatan dan kesesuaian isinya dengan tujuan pengkajian. Isinya dianalisis (diurai), dibandingkan, dan dipadukan (sintesis) membentuk satu hasil kajian yang sistematis, padu dan utuh. Jadi studi dokumenter tidak sekadar mengumpulkan dan menuliskan atau melaporkan dalam bentuk kutipan-kutipan tentang sejumlah dokumen. Yang dilaporkan dalam penelitian adalah hasil analisis terhadap dokumen-dokumen tersebut, bukan dokumen-dokumen-dokumen-dokumen mentah (dilaporkan tanpa analisis). Untuk bagian-bagian tertentu yang dipandang kunci dapat disajikan dalam bentuk kutipan utuh, tetapi yang lainnya disajikan pokok-pokoknya dalam rangkaian uraian hasil analisis kritis dari peneliti.

V. TEKNIK ANALISIS DATA

(44)

Nasution (1988) menyarankan tiga tahapan dalam proses analisis data yaitu: pertama reduksi data, dilakukan dengan menelaah kembali seluruh catatan dan rekaman lapangan yang diperoleh melalui wawancara, observasi, dan studi dokumenter. Tahap kedua adalah display data berdasarkan tema dan polanya. Pola yang Nampak akan ditarik suatu kesimpulan sehingga data dan informasi yang dikumpulkan akan bermakna. Tahap ketiga adalah membuat kesimpulan dan proses verifikasi atas rangkuman data dan infomasi yang Nampak dalam display sehingga menjadi bermakna. Kesimpulan awal biasanya bersifat tentative, agar kesimpulan menjadi mantap, perlu dilakukan verifikasi selama penelitian berlangsung sehingga kesimpulan akan lebih ‘grounded’.

Metode verifikasi atau validasi keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi uji : credibility (validitas internal), transferability (validitas eksternal), dependability (reliabilitas), dan confirmability (obyektivitas).

A. Kredibilitas

Kredibilitas atau derajat kepercayaan merupakan salah satu ukuran tentang kebenaran data yang dikumpulkan, dalam penelitian ini bermaksud untuk menggambarkan kecocokan konsep penelitian dengan konsep yang ada pada responden. Untu mencapai hal tersebut perlu dilakukan beberapa hal, antara lain: a. Triangulasi, yakni mengecek kebenaran data dengan membandingkan dengan data

dari sumber lain.

(45)

c. Mengadakan member check, setiap akhir wawancara atau pembahasan suatu topic diusahakan untuk menyimpulkan secara bersama, sehingga perbedaan persepsi dalam suatu masalah dapat dihindarkan, juga dilakukan konfimasi dengan nara sumber terhadap laporan hasil wawancara, sehingga apabila ada kekeliruan dapat diperbaiki, atau apabila ada kekurangan dapat ditambah dengan informasi baru, dengan demikian data yang diperoleh sesuai dengan yang dimaksud oleh nara sumber.

B. Transferabilitas

Transferabilitas atau keteralihan merupakan validitas eksternal hasil penelitian, yaitu sejauh manakah hasil penelitian dapat diterapkan atau diaplikasikan dalam konteks atau situasi lain.

Transferabilitas hasil penelitian baru ada, jika pemakai melihat dari situasi yang identik dan memiliki keserasian antara hasil penelitian dengan permasalahan ditempatnya, meskipun diakui bahwa tidak ada situasi yang sama pada tempat dan kondisi yang lain. Transferabilitas merupakan suatu kemungkinan, sehingga peneliti tidak memiliki keyakinan akan dapat menjamin validitas eksternal ini (Nasution (1988)).

C. Dependabilitas

Dependabilitas atau ketergantungan adalah suatu kriteria kebenaran dalam penelitia kualitatif, yang pengertiannya sejajar dengan reliabilitas dalam penelitian kuantitatif. Dalam penelitian kualitatif, uji dependabilitas dilakukan dengan melakukan audit terhadap keseluruhan proses penelitian.

D. Konfirmabilitas

(46)

banyak orang. Uji konfirmabilitas mirip dengan uji dependabilitas, sehingga pengujiannya dapat dilakukan secara bersamaan. Menguji konfirmabilitas berarti menguji hasil penelitian, dikaitkan dengan proses yang dilakukan. Bila hasil penelitian fungsi dari proses penelitian yang dilakukan, maka suatu penelitian telah memenuhi standar konfirmabilitas.

VI. LANGKAH-LANGKAH PENELITIAN

Langkah-langkah yang dilakukan oleh penulis dalam melaksanakan penelitian ini mengikuti pola tahapan orientasi, tahapan eksplorasi, dan tahapan member check yang diusulkan oleh Nasution (1988:33-34) :

A. Tahapan orientasi

Tahapan orientasi bertujuan untuk memperoleh gambaran yang lengkap dan jelas mengenai masalah yang akan diteliti, sekaligus untuk memantapkan desain dan menentukan fokus penelitian. Pada tahap ini peneliti melakukan : (1) observasi awal atau penjajakan lapangan untuk memperoleh gambaran permasalahan dan upaya untuk menentukan subjek sejak dini, (2) melakukan pendalaman masalah, (3) memilih dan menetapkan lokasi yang relevan. Pada tahap ini pula peneliti menggunakan kesempatan untuk memperoleh pengarahan dan bimbingan dalam proses penyusunan dan memantapkan desain penelitian.

B. Tahapan Eksplorasi

(47)

terhadap pelaksanaan, pengendalian, dan pengembangan sistem manajemen, serta faktor-faktor yang berkaitan dengan kinerja sekolah, (c) melaksanakan studi dokumentasi terhadap dokumen mutu dan pencapaian kinerja lembaga selama ini.

Pada tahap ini juga dilakukan analisis data dengan cara mereduksi data atau infomrmasi, yaitu dengan cara menyeleksi catatan-catatan lapangan yang ada dan merangkum hal-hal yang penting secara lebih sistematis agar ditemukan pola yang tepat, dalam hal ini peneliti langsung membuat deskripsi hasil wawancara setiap selesai suatu wawancara berdasarkan pandangan responden. Peneliti juga membuat catatan lain berdasarkan deskripsi tersebut dan mencoba melihat permasalahan dari sudut pandang dan pemahaman penulis sendiri. Melalui cara ini dapat mempermudah peneliti dalam mempertajam fokus masalah penelitian.

C. Tahapan Member Check

Tahap member check merupakan tahapan yang dilakukan untuk mengecek kebenaran dari informasi-informasi yang telah dikumpulkan agar hasil penelitian dapat dipercaya. Proses pengecekan dilakukan setiap kali peneliti selesai melakukan wawancara, yakni dengan mengkonfirmasi kembali catatan-catatan hasil wawancara. Dalam wawancara juga sedapat mungkin membuat kesimpulan bersama-sama responden, hal ini dimaksudkan untuk mengurangi kesalahan dalam menafsirkan informasi. Selain itu peneliti juga meminta sumber informasi untuk mengoreksi catatan hasil observasi dan triangulasi kepada responden atau informan yang lainyang berkompeten serta pada dokumen-dokumen tertulis guna memantapkan data yang dihasilkan.

(48)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

I. KESIMPULAN

Berdasarkan deskripsi hasil penelitian dan pembahasan mengenai implementasi SMM ISO 9001:2000 terhadap penjaminan mutu kinerja sekolah yang dilaksanakan di SMK N 3 Palangka Raya penulis mengambil kesimpulan seperti yang diuraikan pada bahasan berikut ini:

A. Perencanaan dan desain SMM ISO SMM ISO 9000:2000 dalam penjaminan mutu kinerja SMK Negeri 3 Palangka Raya.

Dasar penerapan SMM ISO 9001:2000 di SMK N 3 Palangka Raya adalah dipilihnya SMK N 3 Palangka Raya menjadi salah model RSBI oleh Direktorat Pembinaan SMK pada tahun 2007, yang diharapkan mampu menjadi acuan sekolah lain khususnya SMK yang ada di Provinsi Kalimantan Tengah. SMK Model dalam pengembangannya ditekankan kepada peningkatan pengelolaan manajemen yang dapat diacu/dicontoh oleh sekolah lain baik input, proses dan output yang mampu memenangi persaingan serta mampu menciptakan lapangan atau peluang kerja yang kualitatif baik di dalam maupun luar negeri atau dengan kata lain mampu bersaing secara internasional.

Tahapan pengembangan dan perencanaan langkah yang ditempuh oleh SMK N 3 Palangka Raya dalam perencanaan dan pengembangan SMM IS0 9001:2000.

1. Komitmen dari manajemen puncak.

Komitmen pimpinan puncak yaitu kepala sekolah mejadi hal yang utama dalam melakukan berbagai upaya untuk membantu pelaksanaan kegiatan penyediaan sumber daya demi mewujudkan keberhasilan dalam pecapaian tujuan mutu.

2. Melakukan pelatihan (training) terhadap semua anggota organisasi.

(49)

dokumentasi yang teruji sebagai dasar penerapan dan evaluasi, serta strategi penerapan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2000

3. Membentuk Komite Pengarah (Steering Commitee) atau Koordinator ISO.

Tim ini dibekali lebih lanjut untuk melakukan pengembangan dokumen SMM ISO yang meliputi kebijakan mutu, prosedur-prosedur, instruksi kerja, dan dokumen pendukung yang dibutuhkan sebagai dasar penerapan sistem mutu.

4. Implementasi sistem manajemen mutu ISO 9001: 2000

Perangkat dokumen yang dikembangkan sesuai persyaratan SMM ISO 9001:2000 mulai diimplementasikan kedalam aktivitas sekolah, yang didahului proses sosialisasi terhadap seluruh personil sekolah.

5. Audit Internal dan Tinjauan Manjemen

Audit mutu internal dan tinjauan manajemen merupakan persyaratan yang harus dipenuhi oleh Sekolah untuk meninjau kesesuaian dan efektifitas penerapan SMM. 6. Proses Sertifikasi

Sistem akreditasi dan sertifikasi ISO 9001 merupakan pengakuan atas konsistensi standar sistem manajemen mutu ISO 9001:2000. Tanggung jawab dan wewenang pemberian akreditasi dan sertifikasi secara internasional dilakukan oleh suatu badan dunia, yaitu International Accreditation Forum (IAF).

B. Impelementasi SMM ISO SMM ISO 9000:2000 dalam penjaminan mutu kinerja SMK Negeri 3 Palangka Raya.

(50)

Sistem Pendidikan Nasional, serta mengacu kepada standar lain yang diakui secara nasional dan internasional yang berdasarkan kepada profesionalisme. Perbaikan terus menerus akan dilaksanakan untuk mencapai pelayanan jasa pendidikan dan pelatihan yang bermutu tinggi, tepat waktu, dan tepat guna. Manajemen SMK N 3 Palangka Raya bertekad untuk mencapai tujuan tersebut dengan melibatkan seluruh jajaran dan tingkatan organisasi sekolah melalui penerapan sistem manajemen mutu ISO 9001:2000.

Upaya menindak lanjuti kebijakan mutu yang telah ditetapkan, SMK N 3 Palangka Raya telah menetapkan visi menjadi lembaga pendidikan dan pelatihan kejuruan unggulan yang berstandar nasional dan internasional dengan berpijak pada s

Gambar

Tabel :                                                                                                              Halaman
Gambar :                                                                                                         Halaman
Tabel. 1.1. Daftar negara menurut Indeks Pembangunan Manusia
Tabel. 1.2. Penampilan Pelajar pada Ujian Matematika dan Fisika (Peringkat dibuat untuk 38 Negara)
+4

Referensi

Dokumen terkait

Kegiatan Usaha Pertanian, Perdagangan Umum, Pengangkutan, Perindustrian dan Jasa Atau Pelayanan Jumlah Saham yang ditawarkan 240.000.000 Saham Biasa Atas Nama dengan Nilai

Hasil analisis SWOT kualitatif terhadap faktor internal dan eksternal untuk menganalisis kesiapan Usaha Mikro Kecil dan Menengah dalam implementasiMasyarakat Eekonomi Asean (MEA)

Sistem komputerisasi diperlukan untuk membantu sistem pencetakan invoice agar pelayanan kepada klien dapat dilakukan dengan baik dan cepat. Dengan sistem yang

Pengetahuan siswa kelas eksperimen, replikasi 1, dan replikasi 2 pada materi fluida statis mengalami peningkatan yang signifikan dengan kategori tinggi setelah

Tujuan utama kajian ini adalah untuk mengenal pasti keseimbangan jangka panjang antara pulangan Amanah Pelaburan Hartanah Islam (I-REIT) dengan pemboleh

Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa perlakuan pelapisan telur menggunakan Aloe vera, larutan kulit manggis, dan tepung beras tidak berpengaruh

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Konsumsi Suplemen Makanan pada Anak Pra-sekolah (Studi Kasus pada 3 TK di Kota Depok tahun 2005).. FKM

 Pemupukan dasar dilakukan pada saat persiapan kolam, setelah Pemupukan dasar dilakukan pada saat persiapan kolam, setelah. kolam dilakukan pengeringan, pembajakan, pengapuran