• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MENGENAI STRUKTUR DAN FUNGSI BAGIAN TUMBUHAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MENGENAI STRUKTUR DAN FUNGSI BAGIAN TUMBUHAN."

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN………. ABSTRAK…….………. KATA PENGANTAR..………. UCAPAN TERIMA KASIH……….

DAFTAR ISI………..

DAFTAR TABEL……….. DAFTAR GAMBAR……….

BAB I PENDAHULUAN……….. A.Latar Belakang Penelitian………

B. Rumusan Masalah………..……….

C.Tujuan Penelitian………... D.Manfaat Penelitian……….... E. Definisi Operasional………...

BAB II KAJIAN TEORITIS………..

A. Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)………

B. Hasil Belajar………..

C. Hakikat Pembelajaran IPA di SD……….. D. Konsep Struktur dan Fungsi Bagian Tumbuhan………...

BAB III METODOLOGI PENELITIAN………

A. Metode Penelitian………..

B. Subjek Penelitian……….………..

C. Prosedur Penelitian…………..……….

D. Metode Pengumpulan Data………..

E. Analisis Data………..………...

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………..

A. Hasil Penelitian………..

1. Gambaran Hasil Penelitian Siklus I.………. 2. Gambaran Hasil Penelitian Siklus II………. 3. Gambaran Hasil Penelitian Siklus III………

B. Pembahasan……….…………..………

.

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI………

A. Kesimpulan………..……….

B. Rekomendasi……….

DAFTAR PUSTAKA……….

(2)
(3)
(4)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Seperti kita ketahui bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan

banyak tergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh murid

sebagai anak didik. Sebagaimana yang tercantum dalam PP No. 19 tahun 2005

yang berbunyi:

Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik” (PP No. 19 Tahun 2005 pasal 1 dalam Syarifudin dan Nur’aini. 2006).

Pernyataaan tersebut menunjukkan betapa pentingnya proses pembelajaran

yang dilakukan guru dalam lembaga pendidikan seperti sekolah, bahkan sebagai

komponen yang menentukan terhadap pencapaian tujuan pendidikan di sekolah.

Oleh karena itu Pendidikan dasar adalah pendidikan yang akan banyak

menentukan kualitas pendidikan pada jenjang-jenjang berikutnya. Karena itu perlu

perhatian yang lebih terhadap semua aspek yang berkaitan dengan pendidikan di

SD. Keberhasilan menangani masalah pendidikan dasar merupakan langkah

strategis untuk membenahi sistem pendidikan pada level di atasnya dan pada

gilirannya akan menyentuh sistem pendidikan nasional.

Berdasarkan KTSP 2006, mata pelajaran IPA di sekolah dasar bertujuan

agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut; bertujuan memperoleh

keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan,

keindahan, dan keteraturan alam ciptaannya, mengembangkan pengetahuan dan

pemahaman konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan

sehari-hari, mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dalam kesadaran

tentang adanya hubungan saling mempengaruhi antara IPA, memecahkan masalah

dan membuat keputusan. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan

(5)

pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan

pendidikan ke SMP.

Untuk mencapai kualitas pendidikan tersebut diperlukan guru yang

berkemampuan membuat perencanaan pengajaran, melakukan prosedur

pengajaran dan melakukan interaksi antar pribadi yang terwujud dalam proses

pembelajaran secara efektif.

Berdasarkan pemikiran bagaimana IPA di SD dapat direalisasikan dalam

proses pembelajaran yang sesuai dengan harapan, maka bagi guru harus dapat

mendesain suatu pembelajaran yng efektif dan bermakna. Salah satu kemampuan

dalam desain proses pembelajaran itu adalah kepandaian dalam memilih alternatif

pendekatan atau model pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan yang

berkembang saat ini, yaitu suatu pembelajaran banyak melibatkan siswa secara

aktif.

Memilih dan menentukan suatu pendekatan atau model pembelajaran yang

sesuai bagi anak usia SD harus pula mempertimbangkan berbagai aspek. Salah

satu yang harus menjadi petimbangan adalah aspek psikologis, selain aspek

pedagogis dan didaktis-metodis. Secara psikologis, menurut Piaget (dalam

Budiman, 2010:29) bahwa perkembangan kognitif anak meliputi dua periode

utama dengan empat tahapan, yaitu: tahap sensori motor, tahap pra-operasional,

tahap operasional konkret, dan tahap operasi formal. Sementara itu anak usia SD

antara 7–11 tahun berada pada tahap operasional konkret, yang dalam

kemampuannya sudah mampu berpikir logis, melalui objek konkrit. Aspek

psikologis ini menunjukkan bahwa para siswa memiliki taraf perkembangan yang

berbeda, sehingga menuntut penyajian pembelajaran dan atau materi yang berbeda

pula.

Bagi guru pendidikan IPA di SD dituntut untuk dapat mengembangkan

berpikir siswa secara optimal melalui berpikir reflektif maupun berpikir kritis,

dengan melibatkan ke dalam hal-hal yang mengundang untuk berpikir yang terjadi

lingkungan sekitarnya. Siswa dilibatkan dalam suasana kehidupan nyata, yang

penuh dengan permasalahan yang harus diteliti dan dipikirkan secara kritis, siswa

(6)

dirancang guru, selanjutnya siswa mampu berlaku dan bertindak berdasarkan

pengetahuannya yang telah mereka temukan sendiri.

Akan tetapi tidak dapat dipungkiri, hasil observasi awal yang peneliti

temukan di SDN Cikitu III, dimana guru masih berperan sebagai pemberi

informasi dan masih cenderung memberikan kemampuan yang bersifat teoritis

saja, dimana konsep-konsep yang diajarkan hanya sekedar pengetahuan,

kurangnya realisasi sebagai sikap hidup dan perilaku yang nyata. Siswa bersifat

pasif dalam aktivitas belajarnya, sebab guru hanya menggunakan metode

ceramah. Kesan pembelajaran yang terjadi bersifat text book sehingga materi

hanya terbatas pada buku sumber semata. Adapun hasil belajar siswa pada mata

pelajaran IPA di kelas IV SDN Cikitu III menunjukkan hasil belajar yang kurang

maksimal, dimana hasil belajar siswa masih dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal

(KKM). Hal ini terbukti dengan perolehan nilai hasil belajar siswa masih dibawah

KKM pada pembelajaran IPA yang nilai belajar siswa rata-rata 57. Dengan kata

lain dari 30 orang siswa kelas IV hanya 40% yang telah mencapai KKM

sedangkan 60% masih dibawah nilai KKM yang harus dicapai yaitu 61.

Oleh karena itu, supaya pembelajaran IPA dapat meningkatkan nilai hasil

belajar siswa untuk mencapai KKM dan untuk lebih bermakna dapat dilakukan

dengan pendekatan CTL, karena pendekatan CTL merupakan konsep belajar yang

membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia

nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan hubungan antara

pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam pendekatan CTL proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk

kegiatan siswa bekerja dan mengalami. Bukan transfer pengetahuan dari guru ke

siswa.

Salah satu metode yang dapat mengubah proses pembelajaran di kelas

yaitu dengan penerapan pendekatan CTL. Beberapa alasan CTL dapat berhasil

dalam pembelajaran karena disesuaikan dengan kehidupan sehari-hari siswa, hal

ini sesuai dengan pendapat dari Johnson dalam Setiawan (2007:34) “Pendekatan

(7)

sesuai dengan kerja alam”. Sehingga dengan penerapan CTL diharapkan pembelajaran yang terjadi dapat lebih efektif dan efisien.

Berdasarkan uraian diatas peneliti bermaksud mengadakan penelitian tindakan kelas tentang “Penerapan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA mengenai

struktur dan fungsi bagian tumbuhan di kelas IV SDN Cikitu III”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan latar belakang permasalahan yang telah

diungkapkan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana

penerapan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) untuk

meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA mengenai struktur dan

fungsi bagian tumbuhan di kelas IV SDN Cikitu III.

Untuk memperjelas rumusan masalah tersebut, maka dimunculkan

pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana perencanaan penerapan pendekatan Contextual Teaching and

Learning (CTL) untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran

IPA mengenai struktur dan fungsi bagian tumbuhan di kelas IV SDN Cikitu

III?

2. Bagaimana pelaksanaan penerapan pendekatan Contextual Teaching and

Learning (CTL) untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran

IPA mengenai struktur dan fungsi bagian tumbuhan di kelas IV SDN Cikitu

III?

3. Bagaimana peningkatan hasil belajar siswa melalui penerapan pendekatan

Contextual Teaching and Learning (CTL) pada pembelajaran IPA mengenai

struktur dan fungsi bagian tumbuhan di kelas IV SDN Cikitu III?

4. Bagaimana hasil pencapaian kinerja siswa setelah pengamatan dengan

menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) pada

pembelajaran IPA mengenai struktur dan fungsi bagian tumbuhan di kelas IV

(8)

C. Tujuan Penelitian

Adapun Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui

bagaimana penerapan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) untuk

meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA mengenai struktur dan

fungsi bagian tumbuhan di kelas IV SDN Cikitu III.

Adapun secara khusus penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengungkap tentang perencanaan penerapan pendekatan Contextual

Teaching and Learning (CTL) pada pembelajaran IPA mengenai struktur dan

fungsi bagian tumbuhan di kelas IV SDN Cikitu III.

2. Mengungkap tentang pelaksanaan penerapan pendekatan Contextual

Teaching and Learning (CTL) pada pembelajaran IPA mengenai struktur dan

fungsi bagian tumbuhan di kelas IV SDN Cikitu III.

3. Mengungkap tentang peningkatan hasil belajar siswa melalui penerapan

pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) pada pembelajaran IPA

mengenai struktur dan fungsi bagian tumbuhan di kelas IV SDN Cikitu III.

4. Mengungkap tentang hasil pencapaian kinerja siswa setelah pengamatan

dengan menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)

untuk pada pembelajaran IPA mengenai struktur dan fungsi bagian tumbuhan

di kelas IV SDN Cikitu III.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi peserta didik atau para siswa

a. Melalui penerapan pendekatan CTL (Contextual Teaching and

Learning) dalam pembelajaran IPA, khususnya topik tentang materi dan

hubungannya dengan situasi dunia nyata. Artinya mereka mendapat

pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata di lingkungan

masyarakat.

b. Melatih keaktifan siswa dalam belajar

2. Bagi guru.

a. Akan menambah pengetahuan dan pengalaman berharga. Sehingga

(9)

teori-teori, atau yang sejenisnya, dapat tergantikan dengan kebiasaan

menggunakan pendekatan pembelajaran yang berpusat kepada keaktifan

siswa (student oriented).

b. Memberikan suatu alternatif solusi bagi guru untuk meningkatkan

motivasi belajar siswa

3. Bagi sekolah

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi input bagi sekolah dalam

melaksanakan pembinaan dan pengembangan para guru untuk meningkatkan

efektifitas dan kreatifitas pembelajaran di dalam kelas.

4. Bagi penulis sebagai peneliti,

Selain merupakan salah satu syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan

pada Program Pendidikan Guru SD, dengan penelitian ini sangatlah bermanfaat

dalam memperkaya pengetahuan dan menambah wawasan. Pada gilirannya

langkah-langkah PTK dalam Skripsi ini menjembatani untuk menulis karya ilmiah

yang lain demi kemajuan dan peningkatan kompetensi profesi guru

E. Definisi Operasional

1. Pendekatan CTL

Merupakan proses pembelajaran yang holistik dan bertujuan membantu

siswa untuk memahami makna materi ajar dengan mengaitkannya terhadap

konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial dan cultural),

sehingga siswa memiliki pengetahuan/keterampilan yang dinamis dan fleksibel

untuk mengkonstruksi sendiri secara aktif pemahamannya.

2. Hasil Belajar

Menurut Nana Sudjana (2011:22) Hasil belajar yaitu “kemampuan -kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajar”. Dalam penelitian ini, hasil belajar diperoleh setelah dilaksanakannya suatu program

pengajaran. Penilaian atau evaluasi pencapaian hasil belajar merupakan langkah

untuk mengetahui seberapa jauh hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA

(10)

3. Pembelajaran IPA

Secara umum dapat dikatakan bahwa IPA adalah pengetahuan manusia

yang rasional dan objektif tentang alam beserta isinya yang diperoleh dengan

serangkaian proses percobaan, observasi dan eksperimen yang sistematik dan

terkontrol. Oleh karena itu pembelajaran IPA di SD/MI menekankan pada

pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan

pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah.

4. Struktur dan fungsi bagian tumbuhan

Bagian dari tumbuhan yaitu terdiri dari akar, batang, daun dan bunga.

Disini menjelaskan tentang struktur dari bagian tumbuhan yaitu akar, batang, daun

(11)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan “Cara utama yang dipergunakan untuk

mencapai sesuatu tujuan, menjawab sejumlah problematika penelitian dengan

menggunakan teknik serta alat-alat tertentu”. (Azwar, 2001:7-11). Metode

penelitian merupakan kegiatan tentang cara berpikir dan teknik untuk

melaksanakan penelitian secara baik dan benar. Tujuan penelitian yaitu untuk

memperbaiki dan meningkatkan kinerja guru sehingga pemahaman dan hasil

belajar siswa meningkat.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

tindakan kelas (Classroom Action Research).

Penelitian tindakan kelas (PTK) adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sehingga hasil belajar siswa meningkat (IGAK Wardhani dan Wihardit, 2007:14).

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah suatu bentuk penelitian yang

bersifat reflektif dengan melakukan tindakan agar memperbaiki mutu

pembelajaran di kelas. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Kasbullah

(1989:14-15) “Penelitian tindakan kelas adalah penelitian dalam bidang

pendidikan yang dilaksanakan dalam kawasan kelas dengan tujuan untuk memperbaiki kualitas pembelajaran”.

Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto (2008:58) “Penelitian tindakan

kelas adalah penelitian tindakan (action research) yang dilakukan oleh guru dengan tujuan memperbaiki mutu praktik di dalam kelas”.

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) sangat stategis dilakukan guru sebagai

karya tulis yang berfungsi dan aplikatif. Menurut Stephen Kemmis dan Mc

Taggart yang dikutip oleh Happins (Dalam UPI, 2007:375-376) dikatakan “Action

Research adalah suatu penelitian dengan renungan pemikiran (self-reflective)

secara inquiry tentang para peserta dalam situasi sosial (termasuk situasi

(12)

Berdasarkan uraian di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa

penelitian tindakan kelas merupakan suatu penelitian yang dilakukan oleh guru

dengan tujuan memperbaiki pembelajaran di kelas.

Penelitian tindakan kelas memiliki peranan yang sangat penting dan

strategis untuk meningkatkan mutu pembelajaran apabila dilaksanakan dengan

baik dan benar, artinya pihak yang terlibat dalam PTK (guru) mencoba dengan

sadar mengembangkan kemampuan dengan mendeteksi dan memecahkan

masalah-masalah yang terjadi dalam pembelajaran di kelas melalui tindakan

bermakna yang dapat memecahkan masalah atau memperbaiki situasi dan

kemudian secara cermat, mengamati pelaksanaan untuk mengukur tingkat

keberhasilannya.

Tujuan dari penelitian kelas adalah untuk memecahkan masalah yang

terjadi ketika pembelajaran dengan cara memperbaiki dan meningkatkan kinerja

guru sehingga pemahaman dan hasil belajar siswa meningkat. Sedangkan manfaat

PTK bagi dunia pendidikan yaitu sebagai:

1. Inovasi pembelajaran.

2. Pengembang kurikulum di tingkat sekolah dan tingkat kelas.

3. Peningkatan profesionalisme guru.

Melalui PTK, guru berupaya memperbaiki pembelajaran yang

dilakukannya. Hal tersebut dikarenakan PTK dilakukan atas dasar refleksi

pembelajaran yang telah dilakukan sebelumnya. Dengan demikian guru

merupakan orang yang paling tepat untuk melakukan PTK karena:

1. Mempunyai otonomi untuk menilai kinerjanya.

2. Temuan penelitian biasa sering sukar diterapkan untuk memperbaiki

pembelajaran.

3. Pendidik merupakan orang yang paling akrab dengan kelasnya.

4. Interaksi guru dan siswa berlangsung secara unik.

5. Keterlibatan guru dalam berbagai kegiatan inovatif yang bersifat

pengembangan memprasyaratkan guru melakukan penelitian di kelasnya.

(13)

Ada empat metode penelitian tindakan kelas yang dikembangkan oleh

beberapa ahli, yatu metode Ebbut (1985), Kemmis Mc Taggart (1988), Elliot

(1991), dan metode Mc Kernan (1991). Namun dalam penelitian ini, peneliti

menggunakan metode Kemmis dan Mc Taggart.

Di dalam satu siklus atau putaran terdiri dari empat komponen, yaitu:

1. Perencanaan (planning)

2. Aksi/Tindakan (acting)

3. Observasi (observing)

4. Refleksi (reflecting)

Setelah satu siklus selesai di implementasikan, khususnya setelah

dilakukan refleksi, kemudian diadakan perencanaan ulang (replanning) atau revisi

terhadap implementasi sebelumnya. Selanjutnya, berdasarkan perencanaan ulang

tersebut dilaksanakan dalam bentuk siklus berikutnya sehingga PTK dapat

dilakukan dengan beberapa kali siklus hingga mencapai hasil yang maksimal atau

proses pembelajaran menjadi lebih baik.

B. Subjek Penelitian

Subjek penelitian atau sumber informasi (data) adalah elemen-elemen,

objek-objek dan siapa-siapa yang merupakan sumber data kelompok subjek

penelitian.

Penelitian ini dilaksanakan di kelas IV SDN Cikitu III Kecamatan Pacet

Kabupaten Bandung. Jumlah siswa kelas IV secara keseluruhan berjumlah 30

orang siswa terdiri dari 12 siswa laki-laki dan 18 siswa perempuan. Adapun mata

pencaharian orang tua siswa sangat heterogen, ada yang berprofesi sebagai petani

(12 orang), ada yang berprofesi sebagai buruh tani (12) dan berprofesi pedagang

(6 orang).

C. Prosedur Penelitian

Desain penelitian yang dilakukan diadaptasi dari model penelitian

tindakan (action research) menurut Kemmis dan Mc Taggart dalam (Kasihani

(14)
[image:14.595.131.511.119.535.2]

Gambar 3.1 Alur PTK Menurut Kemmis dan McTaggart

Pelaksanaan PTK dilakukan dalam tiga siklus atau lebih. Apabila tiga

siklus yang dilaksanakan belum dapat mengatasi masalah maka akan dilakukan

tindakan perbaikan pada siklus selanjutnya. Sebelum dilaksanakan tindakan

dalam penelitian ini diawali dengan mengidentifikasi dan perumusan masalah

melalui observasi awal kemudian melakukan refleksi untuk menentukan cara dan

tindakan pemecahan masalah yang akan ditempuh pada siklus pertama. Hasil dari

pelaksanaan pada siklus pertama akan direfleksikan untuk melakukan perbaikan

pelaksanaan tindakan pada siklus kedua, dan begitu pula dengan siklus-siklus

selanjutnya. Secara keseluruhan dalam setiap siklus terdapat empat tahap yang

harus ditempuh yaitu:

Observasi Awal Perencanaan

Tindakan SIKLUS I

Refleksi

Observasi

Perencanaan

Tindakan SIKLUS II

Refleksi

Observasi

Perencanaan

Tindakan SIKLUS III

Refleksi

Observasi

(15)

1. Tahap Perencanaan Tindakan

Dengan memperhatikan hasil analisis terhadap kemampuan awal siswa,

peneliti menyusun rencana tindakan pembelajaran. Masing-masing rencana

tindakan pembelajaran dilengkapi dengan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) dan

alat-alat IPA yang diperlukan. Kegiatan selanjutnya yaitu mengelompokkan siswa

untuk kegiatan pembelajaran. Secara lebih rinci, rencana tindakan untuk setiap

siklus dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Siklus I

Kegiatan yang dilakukan meliputi:

1) Peneliti melaksanakan tindakan pembelajaran siklus I. Peneliti

melaksanakan observasi selama kegiatan berlangsung.

2) Peneliti menganalisis dan merefleksi pelaksanaan pelaksanaan dan hasil

tindakan pembelajaran siklus I. Untuk keperluan analisis ini dilakukan

kegiatan antara lain: memeriksa catatan lapangan (field notes),

mengkaji hasil eksplorasi siswa,. Hasil analisis dan refleksi terhadap

tindakan I ini menjadi bahan bagi rekomendasi dan revisi rencana

tindakan siklus II.

b. Siklus II

Kegiatan yang dilakukan meliputi:

1) Peneliti melaksanakan tindakan pembelajaran siklus II. Peneliti

melaksanakan observasi selama kegiatan berlangsung.

2) Peneliti menganalisis dan merefleksi pelaksanaan pelaksanaan dan hasil

tindakan pembelajaran siklus II. Untuk keperluan analisis ini dilakukan

kegiatan antara lain: memeriksa catatan lapangan (field notes),

mengkaji hasil eksplorasi siswa. Hasil analisis dan refleksi terhadap

tindakan II ini menjadi bahan bagi rekomendasi dan revisi rencana

tindakan siklus III.

c. Siklus III

Kegiatan yang dilakukan meliputi:

1) Peneliti melaksanakan tindakan pembelajaran siklus III. Peneliti

(16)

2) Peneliti menganalisis dan merefleksi pelaksanaan pelaksanaan dan hasil

tindakan pembelajaran siklus III. Untuk keperluan analisis ini dilakukan

kegiatan antara lain: memeriksa catatan lapangan (field notes),

mengkaji hasil eksplorasi siswa, kemudian akan diketahui hasil

akhirnya.

2. Pelaksanaan Tindakan

Pada tahap ini peneliti melaksanakan kegiatan tindakan sesuai dengan

langkah–langkah yang telah direncanakan. Pelaksanaan tindakan berorientasi

untuk mengupayakan perubahan pembelajaran ke arah perbaikan dan peningkatan

kualitas pendidikan.

3. Observasi

Kegiatan observasi dilakukan peneliti secara langsung dalam proses

pembelajaran. Observasi digunakan untuk mengetahui pengaruh tindakan yang

dikaitkan dengan hasil belajar siswa. Hasil observasi dijadikan bahan kajian untuk

melakukan refleksi kemudian dijadikan acuan untuk pelaksanaan siklus

selanjutnya.

Sumarno dalam Kasbullah (1998:93-94) mengemukakan sasaran dalam

observasi yaitu sebagai berikut:

a. Seberapa banyak pelaksanaan tindakan telah sesuai dengan rencana tindakan

yang ditetapkan sebelumnya.

b. Seberapa banyak pelaksanaan tindakan yang telah menunjukkan tanda-tanda

akan tercapainya tujuan tindakan.

c. Apakah terjadi dampak tambahan atau lanjutan positif meskipun tidak

direncanakan.

d. Apakah terjadi dampak sampingan yang negatif sehingga merugikan atau

cenderung mengganggu kegiatan lainnya.

Jadi observasi adalah semua kegiatan aktivitas siswa dan guru (peneliti)

selama pembelajaran berlangsung yang ditujukan untuk mengenali, merekam, dan

mendokumentasikan setiap indikator dari hasil yang dicapai (perubahan yang

terjadi) baik yang ditimbulkan oleh tindakan terencana maupun akibat

(17)

4. Refleksi

Reflkesi dilakukan melalui analisis dan sintesis, serta induksi dan deduksi.

Analisis dilakukan dengan merenungkan kembali secara intensif tentang

kejadian-kejadian atau peristiwa-peristiwa yang menyebabkan munculnya sesuatu yang

diharapkan atau tidak diharapkan.

Tahap refleksi bagian yang sangat penting dalam melakukan suatu

tindakan. Hal itu sejalan dengan pendapat Kasbullah (1998:78) bahwa “refleksi

merupakan kegiatan analisis sintesis, interpretasi dan eksplansi (penjelasan)

terhadap semua informasi yang diperoleh dari pelaksanaan tindakan. Refleksi

dilakukan setelah menganalisis data-data yang terkumpul, dari analisa data

peneliti mendeskripsikan hasil pelaksanaan tindakan kelas yang dijadikan dasar

untuk membuat rencana pembelajaran pada tindakan selanjutnya. Dalam refleksi

ada beberapa kegiatan penting yaitu:

a. Merenungkan kembali mengenai kekuatan dan kelemahan dari tindakan yang

telah dilaksanakan.

b. Menjawab tentang penyebab situasi dan kondisi yang terjadi selama

pelaksanaan tindakan berlangsung.

c. Memperkirakan solusi atas keluhan yang muncul.

d. Mengidentifikasi kendala atau ancaman yang mungkin dihadapi.

e. Memperkirakan akibat dan implikasi atas tindakan yang direncanakan.

D. Metode Pengumpulan Data

Instrumen penelitian diperlukan untuk pengumpulan data tentang proses

pelaksanaan tindakan, pengaruh dan hasil pelaksanaan tindakan. Untuk dapat

mengetahui perkembangan pembelajaran siswa dengan menerapkan pendekatan

konstruktivis, dirancang beberapa instrument penelitian sebagai berikut:

1. Lembar Observasi

Yaitu dilakukan dengan meninjau dan melakukan pengamatan terhadap

objek yang diteliti. Lembar observasi adalah alat penilaian yang banyak

(18)

kejadian yang diamati, baik dalam situasi sebenarnya maupun dalam situasi

buatan.

2. Lembar Tes

Alat pengumpul data bersifat mengukur, karena berisi pertanyaan atau

pernyataan yang alternatif jawabannya memiliki standar jawaban tertentu.

instrumen yang berisi skala jawaban benar-salah, pilihan jamak, menjodohkan,

jawaban singkat dan tes isian. Tes dipakai untuk mengukur kemampuan siswa,

baik kemampuan awal, perkembangan atau peningkatan kemampuan selama

dikenai tindakan, dan kemampuan pada akhir siklus tindakan.

3. Catatan Lapangan (Field Notes)

Adalah pengumpul data untuk mencatat informasi kualitatif yang terjadi

terkait dengan tindakan. Hal-hal yang dicatat banyak macamnya, misalnya

perilaku spesifik yang dapat menjadi penunjuk adanya permasalahan atau

penunjuk langkah selanjutnya. Catatan lapangan ini dapat berupa proses gambaran

pembelajaran maupun aktifitas siswa selama pembelajaran berlangsung.

4. Lembar Kerja Siswa (LKS)

Lembar Kerja Siswa (LKS) dalam penelitian ini berupa permasalahan/soal

yang harus dikerjakan siswa secara berkelompok dalam kegiatan pembelajaran.

Adapun isi LKS harus disesuaikan dengan pokok bahasan/sub pokok bahasan

dalam pembelajaran. Lembar Kerja Siswa (LKS) digunakan sebagai alat bantu

siswa dalam menemukan konsep yang hendak dicari dalam pembelajaran,

melaksanakan tindakan pembelajaran, dan untuk melihat adanya perubahan

konsepsi siswa. Selain sebagai alat bantu, LKS juga digunakan sebagai alai

penilaian sikap, seperti kerjasama dan tanggung jawab.

E. Analisis Data

Kegiatan menganalisis data dilaksanakan setelah kegiatan pengumpulan

data. Teknik analisis data yang dipergunakan adalah teknik analisis data deskriptif

kualitatif. Analisis data kualitatif menurut Bogdan dan Biklen dalam Budiman

(2010:48) adalah “Upaya yang dilakukan dengan data, mengorganisasikan data,

(19)

mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting, dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain”.

Dalam penganalisaan data secara garis besar dapat dilakukan dengan

beberapa tahapan sebagai berikut:

1. Pengolahan Hasil Tes

Data mentah yang diperoleh dari hasil tes kemudian diolah melalui

penskoran, menilai setiap siswa, menghitung nilai rata-rata kemampuan siswa dan

mencari Indeks Prestasi Kelompok (IPK) untuk mengetahui gambaran yang jelas

mengenai prestasi kelompok dalam memahami pelajaran IPA.

Gambaran penskoran soal dari setiap siklus ada dalam lampiran pedoman

penskoran soal. Sedangkan untuk menghitung nilai rata-rata nilai siswa rumus

yang digunakan sebagai berikut:

Rumus menghitung nilai siswa:

N = Skor Perolehan Siswa Skor Maksimum x 100

Keterangan

N = Nilai

Rumus menghitung rata-rata nilai siswa:

x= x N

Keterangan:

x = rata-rata hitung

x = nilai

N = Banyaknya data

Diadaptasi dari Nana Sudjana (2011:56).

Setelah menghitung nilai rata-rata siswa tersebut kemudian dikonversikan

(20)
[image:20.595.139.489.154.306.2]

Tabel 3.1

Kategorisasi rata-rata kemampuan siswa

NO Kategorisasi prestasi kelas (%) Kriteria

1 0,00-30,00 Sangat rendah

2 31,00-54,00 Rendah

3 55,00-74,00 Sedang

4 75,00-89,00 Tinggi

5 90,00-100,00 Sangat tinggi

Seorang siswa dapat dikatakan tuntas belajarnya apabila daya serap siswa

tersebut minimal 61, ini sesuai dengan KKM mata pelajaran IPA kelas IV yang

telah ditetapkan Sekolah Dasar Negeri Cikitu III. Jadi, seorang siswa dikatakan

tuntas dalam penelitian ini, jika siswa tersebut minimal berhasil mencapai daya

serap 61.

Sedangkan menurut kurikulum 2004 siswa dikatakan telah belajar tuntas

jika sekurang-kurangnya dapat mengerjakan soal dengan benar sebesar 65% dan

untuk belajar klasikal dikatakan baik apabila sekurang-kurangnya 85% siswa telah

mencapai ketuntasan belajar.

Sedangkan untuk menghitung nilai rata-rata kelompok rumus yang

digunakan sebagai berikut:

N = Jumlah Nilai Kelompok

Banyak Kelompok

Keterangan:

N = Nilai rata-rata Kelompok

2. Pengolahan data hasil observasi

Data observasi menggunakan skala penilaian dengan rentang nilai dalam

bentuk angka (4,3,2,1) untuk aktifitas siswa yang berarti angka 1 = sangat kurang,

2 = Kurang baik, 3 = Cukup baik, 4 = baik, 5 = Sangat baik (Usman, 1993:82-85).

N = Nilai Perolehan

Nilai Maksimum X 100%

Dan di konversikan pada skala nilai dengan rentang seratus mengenai

(21)

dipahami siswa setelah pengamatan. Konversi nilai dapat dilihat pada tabel di

[image:21.595.115.504.168.663.2]

bawah ini.

Tabel 3.2

Konversi nilai pencapaian kinerja siswa

NO Kategorisasi (%) Kriteria

1 0,00-30,00 Sangat kurang baik

2 31,00-54,00 Kurang baik

3 55,00-74,00 Cukup baik

4 75,00-89,00 Baik

5 90,00-100,00 Sangat baik

Data observasi menggunakan skala penilaian dengan rentang nilai dalam

bentuk angka (4,3,2,1) untuk aktifitas siswa yang berarti angka 1 = sangat kurang,

2 = Kurang baik, 3 = Cukup baik, 4 = baik (Sudjana, 2011:77).

N = Nilai Perolehan

Nilai Maksimum X 100%

Dan di konversikan pada skala nilai dengan rentang seratus untuk menilai

keterlaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Untuk konversi nilai

[image:21.595.122.500.187.389.2]

dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 3.3

Konversi nilai Observasi Guru

NO Kategorisasi (%) Kriteria

1 0,00-30,00 Sangat kurang

2 31,00-54,00 Kurang

3 55,00-74,00 Cukup baik

4 75,00-89,00 Baik

5 90,00-100,00 Sangat baik

Adapun langkah-langkah analisis data kualitatif adalah sebagai berikut:

1. Data aktivitas siswa pada proses belajar mengajar yang dicatat melalui

lembar observasi kemudian dianalisis berdasarkan kategori yang dominan

(22)

2. Data hasil evaluasi siswa dapat dianalisis melalui:

a. Mengumpulkan hasil tes

b. Merata-ratakan hasil tes siswa

c. Membandingkan hasil evaluasi antara jumlah yang diharapkan dan yang

diperoleh dengan hasil KKM siswa kemudian mempresentasikannya.

(23)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai penerapan

pendekatan CTL pada mata pelajaran IPA mengenai struktur dan fungsi bagian

tumbuhan di kelas IV SDN Cikitu III, maka diperoleh kesimpulan bahwa:

1. Perencanaan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan CTL

mengenai struktur dan fungsi bagian tumbuhan direncanakan melalui tiga

siklus dan dituangkan dalam bentuk Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

(RPP) dan skenario pembelajaran yang dilengkapi dengan Lembar Kerja

Siswa (LKS) yang dimaksudkan untuk membantu siswa pada tahap

pengamatan. Selain itu, dalam rangka pengumpulan data, maka disusun

soal postes, pedoman observasi aktivitas siswa dan guru. Adapun penilaian

terhadap rencana pembelajaran, penelitian telah menyiapkan instrumen

penilaian terhadap rencana pembelajaran yang dibuat. Penilaian

difokuskan pada enam aspek penilaian yaitu a). Rumusan tujuan

pembelajaran b). Penjabaran indikator, c). Materi pembelajaran, d).

Langkah-langkah-pembelajaran, e).Media pembelajaran, f). Evaluasi.

2. Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan CTL

mengenai struktur dan fungsi bagian tumbuhan mulai dari siklus I sampai

dengan siklus III menunjukkan adanya peningkatan pelaksanaan

pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru. Hal tersebut dapat dilihat dari

hasil observasi guru dan siswa yang mengalami peningkatan secara

signifikan. Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan

CTL ini dilakukan dengan memperhatikan tahap-tahap pembelajaran mulai

dari kegiatan inti sampai kegiatan akhir. Kegiatan pembelajaran sesuai

dengan langkah-langkah menggunakan pendekatan contextual teaching

and learning yang terdiri dari empat tahap yaitu tahap invitasi, eksplorasi,

penjelasan dan solusi, dan pengambilan tindakan. Selanjutnya dalam

(24)

yang telah dilakukan yang harus diperhatikan yaitu sebelum pengisian

LKS, terlebih dahulu guru harus memberikan pengarahan yang sangat

jelas supaya tidak terjadi siswa berulang-ulang kali bertanya,

mengalokasikan waktu secara efektif harus digunakan secara optimal,

pengkondisian siswa pada saat melakukan pembelajaran diluar kelas harus

diperhatikan.

3. Penerapan pendekatan contextual teaching and learning dalam

pembelajaran IPA mengenai struktur dan fungsi bagian tumbuhan dapat

meningkatkan hasil belajar hal ini terlihat pada setiap siklus yang harus

mencapai KKM 61. Rata-rata perolehan nilai pada setiap siklus

pembelajaran yaitu pada siklus I sebesar 67,66 dengan kata lain bahwa

dari 30 orang siswa, 9 orang siswa (30% siswa) masih berada di bawah

nilai KKM, sedangkan 21 orang siswa (70%) siswa nilainya di atas KKM.

Sedangkan pada siklus II yaitu nilai rata-rata menjadi 69,66, hal ini

membuktikan bahwa 24 orang siswa (80% siswa) mendapat nilai di atas

KKM dan 6 orang siswa (20% siswa) kemampuannya masih di bawah

KKM. Dan pada siklus selanjutnya yaitu siklus III nilai rata-rata

mengalami peningkatan yaitu menjadi 74,00 artinya bahwa dari 30 orang

siswa, 27 orang (90%) siswa telah mencapai KKM, sedangkan 3 orang

lainnya (10% siswa) kemampuannya masih di bawah KKM.

4. Pengamatan pencapaian kinerja siswa pun setelah diobservasi

menunjukkan suatu peningkatan. Hal tersebut dapat dilihat dari

keseluruhan hasil observasi siswa pada tiap siklus sebagai berikut pada

siklus I nilai observasi yaitu 48% dengan kata lain pencapaian kinerja

siswa ketika melakukan pengamatan masih kurang baik, sedangkan pada

siklus II mengalami peningkatan menjadi 61% atau dengan kata lain cukup

baik dan pada siklus ke III mengalami peningkatan menjadi 80% dengan

(25)

B. REKOMENDASI

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dalam upaya

meningkatkan kualitas pendidikan IPA di SD khususnya dalam menerapkan

pendekatan Contextual Teaching And Learning (CTL) terdapat beberapa

rekomendasi yang dapat dilakukan yaitu:

1. Bagi Guru:

a. Menggunakan pendekatan Contextual Teaching And Learning (CTL)

sebagai salah satu alternatif pembelajaran untuk meningkatkan hasil

pembelajaran.

b. Bagi guru sendiri sebelum melakukan penelitian mengenai struktur

dan fungsi bagian tumbuhan dengan pendekatan CTL terlebih dahulu

harus memperhatikan tahapan kegiatan dalam CTL kemudian

mengalokasikan waktu secara efektif, dan memperhatikan

pengkondisian siswa ketika akan melakukan pengamatan di luar kelas

serta media yang akan digunakan.

2. Bagi Siswa

Untuk siswa yang masih belum mencapai ketuntasan belajar, maka

diberikan bimbingan belajar secara intensif mengenai kesulitan dari materi

struktur dan fungsi bagian tumbuhan agar mereka dapat melakukan

remedial kembali.

3. Bagi Sekolah

a. Untuk menunjang keberhasilan proses pembelajaran, pihak sekolah

harus menyediakan media pembelajaran yang lebih lengkap.

b. Dinas pendidikan dalam hal ini Unit Pelaksana Teknis Kurikulum

(UPTK) agar lebih banyak memberikan pelatihan-pelatihan kepada

(26)

Alwasilah C.A (2005), Contextual Teaching and Learning Menjadi Kegiatan

Belajar Mengajar Mengasyikan dan Bermakna. Bandung: MMC

Azwar, Saifuddin. (2001). Metode Penelitian. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Offset.

Budiman, Adi.(2010). Penerapan Pendekatan Kontekstual Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Penggolongan Makhluk Hidup Di Kelas III. Tidak Dipublikasikan.

Dimyati dan Mudjiono (1999). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta

Dahar, Wilis, Ratna. (1998). Teori-Teori Belajar. Bandung: PT.Erlangga

Depdiknas, (2006). Model Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

(KTSP) SD/MI. Jakarta : Dirjen Dikdasmen.

Hernawan,HA., Asra., Dewi.(2007). Belajar dan Pembelajaran Sekolah Dasar. Bandung : UPI Press.

IGAK. Wardani, Kuswaya Wihardit . (2009). Penelitian Tindakan Kelas Jakarta:UT.

Kasbollah.K (1998). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bukti Proyek Pendidikan Guru Sekolah Dasar Depdikbud.

Nurhadi. (2003). Pembelajaran Kontekstual (CTL) dan penerapannya dalam

KBK. Malang: (UM) Press.

Rusyan, A. Tabrani & E. Juhana Wijaya. (2003). Konsep dan Strategi

Pelaksanaan kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung : Intimedia

Ciptanusantara.

Samatowa, Usman. (2006). Bagaimana Membelajarkan IPA di Sekolah Dasar. Jakarta: Dirjen Dikti.

Setiawan, Ibnu. (2007). Contextual Teaching And Learning: Menjadikan kegiatan

belajar mengasikan dan bermakna. Bandung: Mizan Learning Centre.

(27)

Iva Sucianti, 2013

Sudirjo, Encep. & Sutardi, Didi. (2007). Pembaharuan Dalam PBM di SD. Bahan

Belajar Mandiri. Bandung : UPI Press.

Surya, Moh. (1992). Psikologi Pendidikan. Publikasi Jurusan Psikologi dan Bimbingan FIP IKIP Bandung.

Soekamto, Toeti (1993) Perancangan dan Pengembangan Sistem Instruksional.Jakarta Intermedia.

Syarifudin, T & Nur’aini. (2006). Landasan Pendidikan. Bahan Belajar Mandiri. Bandung : UPI Press.

Usman, Moh. Uzer. (1996).Menjadi Guru Profesional.Edisi Kedua, Cetakan Ketujuh. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

UPI. (2007). Bahan Ajar Pendidikan dan Latihan Profesi Guru. Dalam Diklat Sertifikasi Guru Th 2007. UPI Press.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI Press.

Gambar

Gambar 3.1 Alur PTK Menurut Kemmis dan McTaggart
Tabel 3.1 Kategorisasi rata-rata kemampuan siswa
Tabel 3.2 Konversi nilai pencapaian kinerja siswa

Referensi

Dokumen terkait

Pengajuan/Usulan dari Kopertais untuk Dosen Swasta, sedangkan Dosen Negeri diusulkan oleh Lembaga PTKIN terkait. • Data Dosen (yang mengajukan KP) dapat diinput sendiri oleh Dosen

Blok Barat, Kecamatan Adiankoting, Kabupaten Tapanuli Utara.Kawasan penelitian ini merupakan kawasan yang memiliki potensi kemenyan terbesar pada kawasan Batang Toru.Adiankoting

Permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut : Model pembelajaran bahasa Indonesia yang bagaimanakah yang dapat meningkatkan kemampuan berbicara

Dengan asumsi setiap TKI yang ditempatkan membuka usaha, tingkat pengangguran di Sumatera Utara tahun 2008 berkurang sebesar 20,53%; usaha TKI Puma berperan

menyelesaikan studi Pascasarjana S2 di Program Magister Ilmu Lingkungan di. Universitas Diponegoro

PERPUSTAKAAN KOTA YOGYAKARTA PADA TAHUN 2010 INI / MEMPUNYAI PROGRAM KERJA. PEMBINAAN

DAFTAR PUSTAKA

News reader : Program kerja perpustakaan kota Yogyakarta Tahun 2010 Perpustakaan kota Yogyakarta Pada tahun 2010 ini mempunyai program kerja Pembinaan dan penggembangan