• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNISI SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MATERI GERAK DAN PENGARUH BENDA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNISI SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MATERI GERAK DAN PENGARUH BENDA."

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

Kusmayanti, Siska. 2014

PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNISI SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MATERI GERAK DAN PENGARUH BENDA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNISI SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA

MATERI GERAK DAN PENGARUH BENDA

(Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas III A Semester II di SDN Ciburial Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat Tahun Ajaran 2013/2014)

SKRIPSI

diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh Siska Kusmayanti

1003470

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PEDAGOGIK

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

Kusmayanti, Siska. 2014

PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNISI SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MATERI GERAK DAN PENGARUH BENDA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNISI SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA

MATERI GERAK DAN PENGARUH BENDA

Oleh

Siska Kusmayanti

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Siska Kusmayanti 2014

Universitas Pendidikan Indonesia

Juli 2014

(3)

Kusmayanti, Siska. 2014

PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNISI SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MATERI GERAK DAN PENGARUH BENDA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,

(4)

Kusmayanti, Siska. 2014

PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNISI SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MATERI GERAK DAN PENGARUH BENDA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNISI SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA

MATERI GERAK DAN PENGARUH BENDA

(Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas III A Semester II di SDN Ciburial Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat Tahun Ajaran 2013/2014)

Oleh

Siska Kusmayanti 1003470

(5)

Kusmayanti, Siska. 2014

PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNISI SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MATERI GERAK DAN PENGARUH BENDA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

agar menerapkan pendekatan CTL dalam pembelajaran sebagai pendekatan pembelajaran yang mampu meningkatkan kemampuan kognisi siswa.

(6)

ABSTRACT

APPLICATION OF CONTEXTUAL TEACHING

AND LEARNING (CTL) APPROACH TO IMPROVE STUDENTS' COGNOTIVE ABILITY IN NATURAL SCIENCE CLASS OF MATERIAL

MOTION AND EFFECT OF AN OBJECT

(Classroom Action Research of third-year third-semester students of a 3A-classroom of elementary school SDN Cibural, Lembang Subdistrict, West

Bandung Regency in Academic Year 2013-2014)

By

Siska Kusmayanti 1003470

Background of this study was lower cognitive ability of the students. It is indicated by student score, which is below Minimum Mastery Criteria (MMC) for Natural Science that has been set in a school that is 75. This is resulted from lack of relationship teacher made between student experiences and subject matter and tendency of teacher-centered learning. One attempt to address this challenge is to conduct Classroom Action Research and to apply CTL approach to improve cognitive ability of the students. The problem formulation of this study is: (1) How does the application of the CTL approach in learning process? (2)To what extent does the improvement of cognitive ability following the application of CTL approach?The purposes of this study are to find out (1) the application of CTL approach in learning process and (2) improvement of cognitive ability of the students following the application of CTL approach. This study applied Classroom Action Research and Kemmis and Mc. Taggart adjusted model, which consists of planning, actuating, observation and reflection stages, in double cycles. The result showed that average class score was 78.37 amd 91.1 in the first and second cycles, respectively. CTL approach showed improving cognitive ability of the students, because of student-centered learning and having principles of learning that helps teachers achieve the learning objectives. In conclusion, application of CTL approach in learning process ran smoothly, the students were active and cognitive abilities of students improved at each cycle. These findings suggest that the teacher of natural science should apply CTL approach in learning process to improve cognitive ability of the students.

(7)

Kusmayanti, Siska. 2014

PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNISI SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MATERI GERAK DAN PENGARUH BENDA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

A. Latar Belakang Masalah ...

B. Rumusan Masalah ...

2. Hakikat Pembelajaran IPA ...

3. Tujuan IPA ...

4. Konsep Gerak dan Pengaruh Benda dalam Pembelajaran IPA di Kelas

(8)

b. Macam-macam Gerak Benda ...

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Gerak Benda ...

1) Bobot Benda ...

2) Luas Permukaan Benda ...

3) Bentuk Permukaan Benda ...

4) Bentuk Permukaan Lintasan ...

B. Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam Pembelajaran ...

1. Pengertian Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and

Learning) ...

2. Karakteristik Contextual Teaching and learning (CTL) ...

3. Prinsip Dasar Contextual Teaching and Learning (CTL) ...

4. Langkah – langkah Pendekatan Contextual Teachiang and Learning

(CTL) ...

5. Kelebihan dan Kelemahan Pendekatan Contextual Teaching and

Learning (CTL) ...

a. Kelebihan Contextual Teaching and Learning (CTL)...

b. Kelemahan Contextual Teaching and Learning (CTL) ...

6. Hands On Activity Bagian dari CTL ...

C. Kemampuan Kognisi dalam Tujuan Pembelajaran ...

1. Pengertian Kognisi/ Kognitif ...

2. Proses Perkembangan Kognitif ...

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Kognitif ...

4. Ruang Lingkup Kemampuan Kognitif dalam Pembelajaran ...

a. Taksonomi Bloom dalam Pembelajaran ...

b. Pengertian ICK (Indikator Capaian Kompetensi) dalam

(9)

1) Mengingat (C1) ...

2) Memahami (C2) ...

3) Mengaplikasikan / Menerapkan (C3) ...

4) Menganalisis (C4) ...

5) Mengevaluasi (C5) ...

6) Mengekreasi (C6) ...

D. Penerapan CTL dalam Pembelajaran IPA Materi Gerak dan Pengaruh

Benda ...

E. Penelitian Terdahulu yang Relevan ...

F. Kerangka Berpikir ...

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ...

A. Metode Penelitian ...

G. Tekhnik Pengumpulan Data ...

1. Instrumen Penelitian ...

2. Instrumen Pengumpulan Data ...

H. Pengolahan Data dan Analisis Data ...

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...

A. Hasil Penelitian ...

1. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian Siklus I ………...

a. Perencanaan Pembelajaran Siklus I ………...

b. Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ………

c. Observasi Siklus I ………..

d. Refleksi Siklus I ……….

(10)

a. Perencanaan Pembelajaran Siklus II ………..

b. Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ………..

c. Observasi Siklus II ……….

d. Refleksi Siklus II ………

B. Pembahasan ...

1. Pelaksanaan Pembelajaran IPA dengan Menggunakan Pendekatan

Contextual Teaching and Learning (CTL)...

a. Pelaksanaan Siklus I ...

b. Pelaksanaan Siklus II ...

2. Peningkatan Kemampuan Kognisi Siswa pada Materi Gerak dan

Pengaruh Benda dengan Menerapkan pendekatan Contextual Teaching

and Learning (CTL) ...

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI ...

A. Simpulan ...

B. Rekomendasi ...

DAFTAR PUSTAKA ...

LAMPIRAN ...

RIWAYAT HIDUP ...

81

82

87

90

91

91

91

97

102

109

109

110

111

115

(11)

Kusmayanti, Siska. 2014

PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNISI SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MATERI GERAK DAN PENGARUH BENDA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu bagian yang tidak dapat dipisahkan dari

kehidupan manusia. Pendidikan menurut Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 ayat 1 tentang Sistem Pendidikan Nasional (dalam

Supriatna dkk, 2009, hlm.5) mengatakan bahwa:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Pendidikan dilaksanakan oleh manusia sepanjang hayatnya. Pendidikan

yang dilaksanakan di Indonesia ini bisa didapatkan pada tiga lembaga pendidikan,

yaitu infomal (keluarga), formal (sekolah), dan non formal (masyarakat). Ketiga

lembaga tersebut bahu membahu saling bekerja sama dan saling melengkapi agar

manusia sebagai makluk Tuhan bisa menjadi manusia sebagai pribadi, anggota

masyarakat, dan bagian dari kehidupan alam.

Telah disebutkan sebelumnya bahwa lembaga pendidikan formal adalah

sekolah. Dalam lembaga formal di Indonesia, salah satu jenjang pendidikan di

sekolah adalah Sekolah Dasar. Banyak sekali mata pelajaran yang dipelajari di

Sekolah Dasar. Salah satu mata pelajaran yang dipelajari di Sekolah Dasar adalah

bidang studi ilmu pengetahuan alam (IPA).

Ilmu Pengetahuan Alam (science studies) merupakan salah satu mata

pelajaran yang wajib dipelajari oleh seluruh siswa Sekolah Dasar (SD). IPA

dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia

melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan. Peranan mata

(12)

memahami diri sendiri dan alam secara ilmiah, sehingga kumpulan pengetahuan

yang diperoleh siswa dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Berkaitan dengan IPA, salah seorang ahli mengemukakan pengertian dari

IPA. Menurut Powler (Samatowa, 2010, hlm.3) mengatakan bahwa:

IPA merupakan ilmu yang berhubungan dengan gejala alam dan kebendaan yang sistematis yang tersusun secara teratur, berlaku umum yang berupa kumpulan dari hasil observasi dan eksperimen/ sistematis/ (teratur) artinya pengetahuan itu tersusun dalam suatu sistem, tidak berdiri sendiri, satu dengan lainnya saling berkaitan, saling menjelaskan sehingga seluruhnya merupakan satu kesatuan yang utuh, sedangkan berlaku umum artinya pengetahuan itu tidak hanya berlaku atau oleh seseorang atau beberapa orang dengan cara eksperimentasi yang sama akan memperoleh hasil yang sama atau konsisten.

Pembelajaran IPA salah satu idealnya adalah pembelajaran yang mampu

menghubungkan materi yang disampaikan oleh guru dengan kehidupan nyata

siswa. Dengan demikian siswa akan lebih memahami konsep yang dipelajarinya

karena dikaitkan dengan kehidupan nyata siswa sehari-hari. Hal itu sebagaimana

termaktub dalam taksonomi Bloom yang dikemukakan oleh Prihantro Laksmi

(dalam Trianto, 2010, hlm.142) bahwa ‘IPA diharapkan dapat memberikan

pengetahuan (kognitif), yang merupakan tujuan utama dari pembelajaran’. Oleh

karena itu kognitif merupakan salah satu yang penting dikembangkan secara

optimal. Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh J. Nurikhsan (2011,

hlm.49) bahwa “kemampuan kognitif anak harus dikembangkan secara optimal karena menyangkut dengan kemampuan memecahkan masalah dalam kehidupan

sehari-hari”.

Tetapi fakta di lapangan berbeda. Hal ini bisa terlihat dari observasi yang

dilakukan peneliti terhadap siswa kelas III A semester II di SDN Ciburial

Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat pada pembelajaran IPA materi

gerak dan pengaruh benda. Dari hasil observasi tersebut, penulis menemukan

beberapa permasalahan diantaranya, pada saat berlangsungnya pembelajaran IPA,

siswa terlihat tidak memperhatikan penjelasan dari guru, siswa bosan dan sering

(13)

seperti mengobrol dengan teman sebangkunya, ataupun melakukan aktivitas yang

lainnya.

Hal ini berdampak pada kemampuan kognisi siswa kelas III A pada mata

pelajaran IPA, terutama pada materi gerak dan pengaruh benda ini masih

tergolong rendah. Gejala-gejala permasalahan tersebut bisa terlihat salah satunya

dari hasil belajar yang diperoleh siswa pada pembelajaran IPA materi pokok

gerak dan pengaruh benda di kelas III A SDN Ciburial, menunjukkan nilai yang

relatif rendah. Hal ini dibuktikan dengan masih banyak siswa yang tidak mencapai

nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). KKM IPA yang ditetapkan oleh pihak

sekolah 75. Dari jumlah 30 siswa, hanya 2 siswa memperoleh nilai ≥ 75 atau

6,67% yang tuntas belajar, dan 28 siswa mendapatkan nilai di bawah KKM atau

sebanyak 93,3% belum tuntas, akibatnya mereka harus belajar remedial. Hal ini

membuktikan bahwa tingkat kemampuan kognisi siswa pada materi gerak dan

pengaruh masih tergolong rendah.

Faktor yang menyebabkan munculnya permasalahan tersebut yaitu karena

guru kurang mampu untuk menghubungkan materi yang dibelajarkan dengan

pengalaman siswa. Akibatnya kemampuan siswa hanya menghapal fakta-fakta

saja, dan siswa tampak kesulitan untuk menghubungkan antara konsep materi

dengan pengalaman yang pernah dialaminya.

Guru lebih banyak aktif dalam memberikan materi kepada siswa, atau dalam

kata lain guru cenderung menggunakan metode ceramah, sehingga kegiatan

pembelajaran terbatas hanya mendengarkan dan menyalin materi tulisan yang

disampaikan guru melalui papan tulis. Akibatnya keterlibatan siswa dalam

pembelajaran IPA masih kurang. Hal ini terlihat pada kegiatan pembelajaran

yang dilaksanakan menunjukkan peran siswa sangatlah sedikit, siswa hanya

menjawab pertanyaan-pertanyaan dari guru saja, guru kurang memberikan

kesempatan siswa hasil dari pengalaman siswa. Padahal, keterlibatan siswa secara

aktif dalam pembelajaran mampu menimbulkan rasa senang terhadap

pembelajaran.

Adanya keterbatasan penggunaan media dalam pembelajaran. Hal ini

(14)

gerak benda menggunakan buku dan LKS. Padahal media adalah salah satu

penunjang keberhasilan di dalam menyampaikan materi pelajaran dan

ketercapaian tujuan dari materi pelajaran.

Kurangnya pelaksanaan praktikum/ kegiatan ilmiah. Akibatnya siswa

kurang terampil dalam keterampilan proses sains, seperti kegiatan ilmiah yang

berhubungan dengan eksperimen atau praktikum. Siswa kurang terlatih dalam

kegiatan ilmiah, misalnya dalam eksperimen, mengamati gejala alam,

menganalisis dan menyimpulkan.

Berdasarkan penjabaran di atas, dapat diketahui bahwa faktor utama

penyebab rendahnya kognisi siswa adalah pembelajaran yang bersifat teacher

centered. Dalam hal inilah diperlukan upaya untuk menciptakan pembelajaran

yang dapat melibatkan siswa secara aktif untuk membangun konsepnya sendiri

melalui aktivitas ilmiah mengaitkan konsep pembelajaran dengan pengalaman

nyata siswa, dengan pemanfaatan lingkungan sekitar. Salah satu upayanya yaitu

dengan menggunakan pendekatan pembelajaran.

Salah satu pendekatan pembelajaran yang bisa meningkatkan kognisi siswa,

aktivitas belajar siswa dan pengaitan konsep pembelajaran dengan pengalaman

nyata siswa tersebut adalah dengan penerapan pendekatan Contextual Teaching

and Learning (CTL). Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)

merupakan pendekatan pembelajaran yang berusaha mengaitkan konten mata

pelajaran dengan situasi dunia nyata dan memotivasi siswa menghubungkan

pengetahuan yang dimiliki dengan kehidupan mereka sehari-hari. Hal ini sejalan

dengan yang diungkapkan oleh Nurhadi (dalam Rusman, 2011, hlm.189)

menyatakan :

Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) merupakan konsep belajar yang dapat membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.

Pemilihan pendekatan tersebut juga didasarkan pada pemikiran dari teori

(15)

berada pada tahapan berfikir operasional konkret (anak usia 7-11 tahun). Anak

pada tahap operasional konkret masih sangat membutuhkan benda-benda konkret

untuk membantu pengembangan kemampuan intelektualnya. Oleh karena itu,

guru harus selalu mengaitkan konsep-konsep yang dipelajari siswa dengan

benda-benda konkret yang ada di lingkungan sekitar.

Kegiatan siswa dalam pembelajaran tersebut diharapkan dapat berlangsung

optimal apabila dilengkapi hands on activity siswa. Hands on activity merupakan

bagian dari pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) yang dirancang

untuk melibatkan siswa secara langsung dalam pembelajaran dengan kegiatan

percobaan dengan mengutamakan aktivitas tangan, sehingga siswa mampu

menggali informasi, menemukan, mengumpulkan data dan menganalisis serta

membuat kesimpulan sendiri.

Dengan siswa terlibat secara langsung dalam praktek atau percobaan

(beraktivitas secara fisik) yang dilakukan oleh siswa (hands on activity), maka

siswa akan lebih memahami dan percaya atas kebenaran konsep atau kesimpulan

setelah melakukan percobaan yang dilakukannya sendiri. Alasan lain peneliti

memilih pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) :

1.Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) terdiri dari banyak

prinsip-prinsip yang dapat menanggulangi berbagai macam masalah yang

terjadi dalam proses pembelajaran dan masalah-masalah yang menyebabkan

kognisi siswa rendah.

2.Selain itu, pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat

membuat siswa aktif dan terlibat secara langsung dalam pembelajaran. Hal ini

karena dilengkapi dengan Hands on activity. Hands on activity ini merupakan

bagian dari Contextual Teaching and Learning (CTL). Selain itu siswa dapat

memecahkan masalah secara sistematis dan memperoleh informasi dan

pengetahuan dengan cara menemukan sendiri yang difasilitasi oleh guru juga

pengetahuan yang didapat oleh siswa lebih bermakna.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti melakukan upaya untuk

mengatasi hal tersebut melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan judul

(16)

LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNISI

SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MATERI GERAK DAN PENGARUH

BENDA (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas III A Semester II di SDN

Ciburial Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat Tahun Ajaran

2013/2014)”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka peneliti merumuskan

permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran IPA materi gerak dan pengaruh

benda dengan penerapan pendekatan Contextual Teaching and Learning

(CTL) pada siswa di kelas III A SDN Ciburial?

2. Bagaimanakah peningkatan kemampuan kognisi pada pembelajaran IPA

materi gerak dan pengaruh benda setelah menerapkan pendekatan Contextual

Teaching and Learning (CTL) pada siswa di kelas III A SDN Ciburial ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan permasalahan yang telah dikemukakan di atas, tujuan

yang ingin dicapai dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mendapatkan deskripsi mengenai pelaksanaan pembelajaran IPA

materi gerak dan pengaruh benda dengan penerapan pendekatan Contextual

Teaching and Learning (CTL) pada siswa di kelas III A SDN Ciburial.

2. Untuk mendapatkan deskripsi mengenai peningkatan kemampuan kognisi

siswa pada pembelajaran IPA materi gerak dan pengaruh benda setelah

menerapkan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) pada siswa

(17)

D. Manfaat Penelitian

Dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, diantaranya :

1. Manfaat Teoritik

Memberikan sumbangan pada perkembangan ilmu pendidikan tentang cara

membelajarkan gerak dan pengaruh benda dengan menerapkan pendekatan

Contextual Teaching and Learning (CTL). Selain itu, dari hasil penelitian ini

diharapkan bisa menjadi acuan untuk meningkatkan kemampuan kognisi siswa

pada materi gerak dan pengaruh benda melalui pendekatan Contextual Teaching

and Learning (CTL).

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Siswa :

1) Meningkatkan daya tarik siswa dalam mempelajari IPA dengan menerapkan

pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL).

2) Meningkatkan perhatian dan antusiasme siswa dalam proses pembelajaran

IPA mengenai materi gerak benda.

3) Memperoleh pengalaman belajar pada mata pelajaran IPA mengenai materi

gerak dan pengaruh benda melalui pendekatan Contextual Teaching and

Learning (CTL).

4) Meningkatkan kemampuan kognisi siswa dan aktivitas belajar pada mata

pelajaran IPA mengenai materi gerak dan pengaruh benda melalui pendekatan

Contextual Teaching and Learning (CTL).

5) Meningkatkan kegiatan ilmiah siswa dalam proses belajar IPA dengan

bereksperimen (beraktivitas secara fisik) dengan hands on activity, mengamati

gejala-gejala alam, menganalisis, menyimpulkan suatu kosep dengan

memanfaatkan lingkungan sekitar.

b. Bagi Guru

1) Guru sebagai peneliti:

a) Memberikan ilmu dan pengalaman baru dalam keterampilan belajar mengajar

(18)

pengaruh benda pada mata pelajaran IPA dengan menerapkan pendekatan

Contextual Teaching and Learning (CTL).

b) Dapat terampil dalam membelajarkan materi gerak dan pengaruh benda pada

mata pelajaran IPA dengan menerapkan pendekatan Contextual Teaching and

Learning (CTL).

c) Sebagai wahana untuk mengetahui sejauhmana penerapan pendekatan

Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam meningkatkan kemampuan

kognisi siswa terhadap mata pelajaran IPA tentang materi gerak benda.

d) Sebagai wahana dalam menguasai konsep, prosedur, dan teknik yang terdapat

dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

2) Guru secara umum :

a) Memberikan informasi dan wawasan mengenai cara membelajarkan materi

gerak dan pengaruh benda pada mata pelajaran IPA dengan menerapkan

pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL), agar kualitas serta

kinerja guru dalam mengajar dapat meningkat.

b) Sebagai bahan rujukan/ referensi bagi guru dalam rangka meningkatkan

kualitas proses dan kognisi siswa dalam materi gerak dan pengaruh benda

pada mata pelajaran IPA dengan menerapkan pendekatan Contextual

Teaching and Learning (CTL) ,

c) Memberikan sumbangan dalam rangkaian perbaikan mengajar sehingga

dapat meningkatkan kualitas serta profesinalisme guru dalam mengajar.

c. Bagi Peneliti Lain

Memperoleh ilmu pengetahuan dan wawasan dalam keterampilan belajar

mengajar di sekolah, dan sebagai bahan perbandingan untuk mengadakan

penelitian lebih lanjut khususya pada pembelajaran IPA materi gerak benda dan

pengaruhnya melalui penerapan pendekatan Contextual Teaching and Learning

(CTL).

E. Hipotesis Tindakan

Salah satu upaya untuk meningkatkan kemampuan kognisi siswa kelas III

(19)

menerapkan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL). Hal ini

dikarenakan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan

pendekatan yang memiliki tahapan yang jelas serta prinsip-prinsip yang

membantu ketercapaian tujuan pembelajaran IPA dengan mengaitkan materi yang

dibelajarkan dengan pengalaman siswa melalui pemanfaatan lingkungan sekitar

dan benda-benda konkret, sehingga memudahkan siswa dalam meningkatkan

kemampuan kognisi khususnya pada materi gerak dan pengaruh benda.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis tindakan,

“apabila guru menerapkan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam pembelajaran IPA materi gerak dan pengaruh benda, maka kemampuan

kognisi siswa kelas III A SDN Cibruial meningkat.”

F. Definisi Operasional

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu pendekatan Contextual

Teaching and Learning (CTL) sebagai variabel bebas dan kemampuan kognisi

siswa sebagai variabel terikat. Untuk mengarahkan peneliti dalam pengambilan

data, maka diperlukan adanya batasan operasional dalam penelitian yang

meliputi:

1. Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)

Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan

pendekatan pembelajaran yang menghubungkan materi pembelajaran dengan

konteks dunia nyata yang dihadapi siswa sehari-hari baik dalam lingkungan

keluarga, sekolah, alam sekitar, sehingga siswa mampu membuat hubungan

antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan

sehari-hari, dengan melibatkan prinsip-prinsip pembelajaran CTL yakni :

konstruktivisme (constructivism), bertanya (questioning), menyelidiki (inquiry),

modelling, masyarakat belajar (learning community), penilaian autentik

(authentic assessment) dan refleksi (reflection). Dalam penelitian ini, peneliti

menggunakan ke tujuh prinsip tersebut. Pelaksanaan CTL ini dapat dilihat dari

lembar observasi kegiatan siswa dan guru dengan berpedoman kepada tujuh

(20)

2. Kemampuan Kognisi

Kemampuan kognisi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah ranah

berfikir siswa yang berekenaan dengan hasil belajar intelektual siswa yang terdiri

dari enam aspek ranah kogniitif, yaitu mengingat, memahami, menerapkan,

menganalisis, dan mengevaluasi.

Kemampuan kognisi yang diteliti dalam penelitian ini yaitu dua ranah

kemampuan kognitif, yaitu kemampuan mengingat (C1) dan kemampuan

memahami (C2). Hal ini didasarkan atas indikator dalam Kompetensi Dasar (KD)

4.1 Menyimpulkan hasil pengamatan bahwa gerak benda dipengaruhi oleh bentuk

dan ukuran. Dalam penelitian ini hanya akan dibatasi pengukuran kemampuan

kognisi pada tiga indikator, yaitu mengidentifikasi, menyimpulkan, dan

menjelaskan. Ketiga indikator tersebut bisa diukur melalui hasil tes tertulis dalam

(21)
(22)

Kusmayanti, Siska. 2014

PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNISI SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MATERI GERAK DAN PENGARUH BENDA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian ini dimaksudkan sebagai kajian, refleksi diri, dan tindakan

terhadap proses pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan kognisi siswa

kelas III A SDN Ciburial pada materi gerak dan pengaruh benda. Oleh karena itu,

pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kuantitatif dan kualitatif dengan metode Penelitian Tindakan Kelas (Classroom

Action Research). Penelitian Tindakan Kelas (PTK) menurut Arikunto (2007,

hlm.3) bahwa :

Penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Penelitian tindakan kelas dilakukan dalam usaha memperbaiki proses pembelajaran.

Menurut Burn (dalam Sanjaya, 2010, hlm.25) penelitian tindakan adalah

penerapan berbagai fakta yang ditemukan untuk memecahkan masalah dalam

situasi sosial untuk meningkatkan kualitas tindakan yang dilakukan dengan

melibatkan kolaborasi dan kerjasama para peneliti dan praktisi.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat ditarik kesimpulan

bahwa penelitian tindakan merupakan suatu penelitian seorang guru atau peneliti

terjun langsung untuk menemukan fakta atau mengidentifikasi masalah yang akar

permasalahannya muncul di kelas, dan dirasakan oleh guru yang bersangkutan,

untuk selanjutnya mencari solusi untuk permasalahan tersebut dan diaplikasikan

dalam pembelajaran, dengan tujuan agar dapat memperbaiki atau mengatasi

permasalahan yang bersangkutan dengan pembelajaran.

B. Model Penelitian

Didalam penelitian tindakan, ada beberapa model penelitian tindakan yang

(23)

tindakan. Beberapa model tersebut yaitu model Kemmis dan Mc. Taggart, model

Kurt Lewin, model Ebbut, model Elliot, model Hopkins.

Model penelitian tindakan yang dikembangkan dalam penelitian ini yaitu

model Kemmis dan Mc. Taggart. Hal ini karena model Kemmis dan Mc. Taggart

berorientasi pada siklus spiral refleksi yang memiliki beberapa komponen

diantaranya perencanaan, tindakan, pengamatan refleksi serta perencanaan

kembali untuk memperbaiki proses pembelajaran selanjutnya.

Langkah-langkah penelitian yang ditempuh pada setiap siklus menurut

model Kemmis dan Mc. Taggart adalah sebagai berikut:

1. Perencanaan (Planning)

Dalam pelaksanaan tindakan kelas yang dilakukan pertama kali yaitu

membuat perencanaan tindakan. Rencana tindakan dilaksanakan untuk

menentukan langkah-langkah yang akan dilakukan. Perencanaan dalam hal ini

hampir sama dengan perencanaan operasional dalam pembelajaran yang dikenal

dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

2. Pelaksanaan (Acting)

Dalam tahap ini, rencana yang telah disusun dilaksanakan sesuai dengan

langkah yang telah dibuat. Begitu pula dalam penelitian ini rencana yang telah

disusun kemudian dilaksanakan dengan langkah-langkah pembelajaran dengan

menerapkan pendekatan Contextual teaching and Learning.

3. Observasi (Observing)

Dalam tahap ini, penelitian melakukan observasi atau mengamati apa yang

akan dilaksanakan oleh peneliti sebagai upaya perbaikan, peningkatan atau

perubahan yang diinginkan terhadap tindakan yang sedang dan telah dilakukan.

Observasi dapat dilakukan oleh peneliti sendiri atau pihak lain yang telah diberi

tugas untuk hal itu. Observasi ini dilakukan untuk mengetahui kesesuaian

pelaksanaan tindakan yang telah disusun sebelumnya dengan pelaksanaan

tindakan yang dilakukan sebenarnya.

4. Refleksi (Reflecting)

Refleksi mencakup mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau

(24)

dan evaluasi yang diperoleh saat melakukan kegiatan observasi. Data yang

terkumpul saat observasi dianalisis dan diinterpretasi untuk mencari penyelesaian

yang efektif. Hasil dari refleksi kemudian dibuat perencanaan tindakan

selanjutnya.

Langkah-langkah penelitian tersebut, dapat digambarkan sebagai berikut.

Observasi Awal

Rumusan Masalah

Gambar 3.1 Alur Penelitian Tindakan Kelas Adaptasi Model Kemmis dan Taggart (2009)

Keempat tahapan dalam penelitian ini merupakan unsur untuk membentuk

sebuah siklus, yaitu satu putaran kegiatan berurutan yang kembali ke langkah Perencanaan

Observasi

Pelaksanaan

Pelaksanaan Refleksi III

Kesimpulan Observasi Perencanaan

Observasi

Refleksi I Pelaksanaan

Refleksi II

Perencanaan Siklus I

Siklus II

(25)

semula. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dengan perubahan ke arah

peningkatan dan perbaikan proses pembelajaran.

C. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SDN Ciburial, yang beralamatkan di Jalan

Tangkuban Parahu RT 02/ RW 04 Desa/ Kelurahan Cibogo Kecamatan Lembang

Kabupaten Bandung Barat Provinsi Jawa Barat, Kode Pos 40391.

D. Waktu Penelitian

Waktu yang diperlukan peneliti untuk melakukan penelitian ini adalah dua

bulan terhitung dari bulan April-Mei 2014.

E.Subjek Penelitian

Subjek penelitian dari kegiatan penelitian ini adalah siswa kelas III A SDN

Ciburial Desa/ Kelurahan Cibogo Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat

dengan jumlah siswa 30 orang, terdiri dari 16 siswa perempuan dan 14 siswa

laki-laki. Siswa kebanyakan berasal dari lingkungan sekitar sekolah.

F. Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui kemampuan kognisi

siswa kelas III A SDN Ciburial pada materi gerak dan pengaruh benda dengan

menggunakan model siklus belajar. Menurut Kemmis dan McTaggart (Arikunto,

2011, hlm.97) tahap penelitian tindakan kelas terdiri atas perencanaan,

pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi dalam setiap tindakan, dengan berpatokan

pada referensi awal.

Penelitian Tindakan Kelas ini dirancang untuk dilaksanakan dalam 2 siklus.

Siklus I dirancang untuk dilaksanakan dalam 1 tindakan dengan alokasi waktu

5x35 menit. Begitupun untuk siklus II dirancang untuk dilaksanakan dalam 1

tindakan dengan alokasi waktu 5x35 menit. Setiap siklus dijalankan dalam 4

tahap, yaitu perencanaan (Plan), tindakan (Action), pengamatan (Observation),

(26)

Sebelum melakukan tindakan penelitian, peneliti melakukan tahap persiapan

penelitian dengan melakukan kegiatan pendahuluan setelah itu peneliti melakukan

tahap tindakan penelitian.

a. Tahap Pendahuluan (Pra Penelitian)

Kegiatan pada pra tindakan adalah kegiatan yang dilakukan sebelum

pelaksanaan tindakan. Kegiatan ini dimaksudkan untuk menentukan pelaksanaan

tindakan yang harus dilakukan oleh penulis. Adapun tahapan pra penelitian yang

dilakukan adalah sebagai berikut:

1) Menentukan lokasi yang akan dijadikan tempat dan subjek penelitian, dan

memilih subjek penelitian yang akan diteliti.

2) Meminta izin dan melakukan pendekatan dengan Kepala Sekolah dan guru

kelas III A serta rekan sejawat untuk diajak sebagai tim pelaksanaan penelitian.

3) Melakukan observasi dan wawancara kepada guru dan siswa yang akan

dijadikan subjek penelitian.

Kegiatan observasi dan wawancara dilakukan untuk mendapatkan gambaran

awal mengenai kondisi dan situasi SDN Ciburial secara keseluruhan, terutama

siswa kelas III A yang akan dijadikan sebagai subjek penelitian. Dalam hal ini

peneliti melakukan pengamatan langsung di dalam kelas dengan menggunakan

alat pengumpul data untuk melihat kemampuan siswa dalam pembelajaran,

keadaan lingkungan siswa mengenai ketersediaan sumber belajar, media/ alat

peraga yang mendukung proses pembelajaran, sarana pendukung lainnya yang

tersedia di sekolah.

4) Identifikasi permasalahan

Kegiatan ini dimulai dari:

a) Setelah melakukan observasi dan wawancara di dalam kelas. Peneliti

melakukan analisis untuk menelaah kesulitan-kesulitan yang dialami oleh

siswa pada saat kegiatan pembelajaran, serta menelaah kesulitan yang dialami

oleh guru, sehingga peneliti harus merencanakan untuk melakukan tindakan

(27)

b) Melakukan kajian terhadap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

tahun 2006, SK-KD IPA, buku sumber kelas III A, pembelajaran IPA, dan

model-model pembelajaran IPA, agar penelitian yang dilakukan tidak

menyimpang dan tujuan pendidikan yang sudah ditentukan.

c) Menetapkan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD)

pembelajaran IPA yang akan disampaikan pada waktu melakukan penelitian.

d) Menentukan metode atau pendekatan yang relevan dengan karakteristik siswa,

bahan ajar dan proses belajar mengajar yang sedang berlangsung pada

pembelajaran IPA.

e) Menyususun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pada pembelajaran

IPA dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL).

f) Menyusun atau menetapkan teknik pemantauan pada setiap tahap penelitian.

b. Tahap Tindakan

Tahapan tindakan pada penelitian tindakan kelas akan diuraikan sebagai

berikut :  Siklus I

1) Tahap Perencanaan (Planning)

Pada tahap perencanaan ini kegiatan yang dilakukan berupa

persiapan-persiapan yang terdiri dari

a) Pembuatan skenario pembelajaran Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

b) Membuat lembar observasi untuk melihat bagaimana kondisi belajar

mengajar di kelas ketika penerapan metode eksperimen.

c) Menyiapkan lembar kerja siswa (LKS).

d) Menyiapkan alat bantu mengajar (media pembelajaran) yang diperlukan

dalam rangka membantu siswa memahami konsep-konsep IPA khususnya

pada materi gerak dan pengaruhnya dengan baik.

e) Menyusun alat evaluasi berupa hasil pembelajaran untuk mengetahui

kemampuan kognisi siswa kelas III A SDN Ciburial.

(28)

Pelaksanaan penelitian dilakukan berdasarkan dengan rencana yang telah

dibuat sebelumnya. Pelaksanaan tindakan terdiri dari proses atau kegiatan belajar

mengajar.

Tindakan Awal

a) Membuka pelajaran dengan memberi salam

b) Mengajak siswa berdoa

c) Mengecek kehadiran siswa

d) Mempersiapkan mental siswa agar siap mengikuti pembelajaran, misalkan

melalui permainan, cerita ataupun bernyanyi.

e) Mengaitkan pembelajaran yang akan dipelajari dengan pembelajaran

sebelumnya (Peneliti melakukan apersepsi dengan menyebutkan gerak benda

dalam kehidupan sehari-hari)

f) Menyampaikan cakupan, tema dan tujuan materi pelajaran

Tindakan Inti

a. Siswa dan guru melakukan tanya jawab mengenai pengalaman yang pernah

dialami, dilihat atau didengarnya tentang benda bergerak

b. Perwakilan siswa diminta untuk medemonstrasikan gerak suatu benda (meja)

dengan melakukan perpindahan tempat (meja), misalnya dari titik A ke titik

B.

c. Siswa diarahkan untuk melakukan inkuiri mengenai demonstrasi yang telah

dilakukan dengan melakukan tanya jawab mengenai pengertian gerak benda

d. Siswa dan guru melakukan tanya jawab mengenai pengalaman tentang

peritiwa gerak benda.

e. Siswa diberi kesempatan untuk menjelaskan pengertian gerak benda dalam

bahasanya sendiri berdasarkan pengetahuan yang telah dimilikinya

sebelumnya.

f. Siswa menyimak konfirmasi dari guru mengenai pengertian gerak benda

g. Siswa menyimak contoh gerak benda dalam kehidupan sehari-hari yang

(29)

h. Siswa diberi kesempatan untuk memberikan contoh gerak benda di

lingkungan sekitarnya

i. Berdasarkan pengalaman siswa, siswa menceritakan pengalamannya tentang

gerak benda yang permah dilihat, didengar atau dialaminya.ke dalam bentuk

tulisan

j. Siswa dikondisikan oleh guru untuk belajar secara berkelompok untuk

berdiskusi mengamati berbagai peristiwa mengenai macam-macam gerak

benda (jatuh, memantul, menggelinding, berputar, dan mengalir). Adapun 1

kelompok terdiri dari 6 orang.

k. Perwakilan siswa membantu guru untuk membagikan LKS kepada setiap

kelompok.

l. Siswa menyimak petunjuk pengerjaan LKS yang disampaikan oleh guru.

m. Siswa dibantu guru menyiapkan peralatan yang akan dipakai dalam

pengamatan tentang macam-macam gerak benda yang ada di linkungan

sekitar siswa .

n. Sebelum melakukan pengamatan, siswa dipancing oleh guru untuk

melakukan hipotesis mengenai macam-macam gerak benda , dengan cara

mengidentifikasi gerak suatu benda.

o. Siswa bersama kelompoknya berdiskusi dan melakukan pengamatan terhadap

gerak benda (jatuh, memantul, menggelinding, dan berputar, mengalir)

selama 30 menit. Sementara untuk hasil pengamatan siswa tersebut dituliskan

dalam LKS. Pengerjaan LKS ini dilakukan secara individu. tetapi dengan

tetap berdiskusi dengan teman kelompoknya

p. Perwakilan kelompok mempresentasikan hasil pengamatan dan diskusi

kelompoknya di depan kelas.

q. Siswa mengumpulkan LKS yang telah diisinya kepada guru.

r. Siswa membereskan peralatan yang dipakai saat percobaan.

s. Siswa dan guru melakukan tanya jawab mengenai hasil pengamatan

mengenai gerak dan pengaruh benda yang telah dilakukan..

(30)

a) Guru (peneliti) memberikan apresiasi untuk semua siswa selama KBM

berlangsung, serta memberikan reward kepada kelompok dan siswa aktif.

b) Guru memberikan penguatan atas jawaban siswa dan materi yang telah

dipelajari.

c) Guru meluruskan kesalah pahaman dan memberi penguatan siswa mengenai

materi yang telah disampaikan.

d) Guru dan siswa bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa .

e) Guru memberikan motivasi kepada siswa yang kurang atau belum

berpartisipasi aktif

f) Guru membagikan soal evaluasi individu.

g) Guru melakukan penilaian terhadap evaluasi yang sudah dikerjakan siswa.

h) Guru dan siswa secara bersama-sama menyimpulkan materi yang telah

disampaikan

i) Guru bersama-sama siswa melakukan refleksi terhadap kegiatan yang sudah

dilaksanakan

j) Guru memberikan penugasan (PR) kepada siswa.

k) Guru mengajak semua siswa berdoa untuk mengakhiri pelajaran.

l) Guru menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.

m)Guru menutup pembelajaran dengan memberikan salam

3) Tahap Pengamatan dan Evaluasi (Observation and Evaluation)

Tahap pengamatan (observasi) adalah mengamati seluruh proses tindakan

terhadap semua aktifitas guru dan siswa. Pada tahap ini peneliti akan melakukan

pengamatan terhadap proses pembelajaran berlangsung. Aktivitas guru dan siswa

dapat diamati mulai pada tahap awal pembelajaran, saat pembelajaran, dan akhir

pembelajaranakan dicatat oleh peneliti. Secara lebih rinci pengamatan dilakukan

pada saat pembelajaran berlangsung (aktivitas siswa) :

a) Situasi belajar mengajar yang terjadi di dalam kelas.

b) Keaktifan siswa.

c) Sikap siswa saat berdiskusi, tanya jawab, dan sebagainya.

d) Kemampuan siswa saat menjawab pertanyaan-pertanyaan dari guru.

(31)

f) Kemampuan siswa pada saat mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru.

Sedangkan aktivitas guru bisa dilakukan dengan pengamatan:

a) Kesesuai RPP dengan pelaksanaan pembelajaran.

b) Penguasaan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL).

4) Tahap Analisis dan Refleksi (Analysis and Reflecting)

Kegiatan refleksi ini dilakukan dengan cara menganalisis, memahami,

menjelaskan, dan menyimpulkan hasil dari pengamatan adalah merupakan

rangkaian kegiatan peneliti pada tahap refleksi. Peneliti bersama pengamat

menganalisis dan merenungkan hasil tindakan pada siklus tindakan sebagai bahan

pertimbangan apakah pemberian tindakan yang dilakukan perlu diulangi atau

tidak.

Peneliti melakukan analisis terhadap semua data yang dikumpulkan dari

penelitian tindakan pada siklus I. Setelah kognisi dan pengamatan observer telah

dikaji, selanjutnya pada siklus II, peneliti mengulang kegiatan yang dilaksanakan

pada siklus I. Temuan pada tahap refleksi pada siklus I digunakan untuk

memperbaiki RPP dan pembelajaran pada siklus II.  Siklus II

Seperti halnya pada siklus pertama, siklus kedua ini juga terdiri dari empat

tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.

1) Perencanaan (Planning)

Tim peneliti membuat perencanaan pembelajaran berdasarkan hasil refleksi

pada siklus pertama, dengan langkah:

a) Menetapkan, merumuskan kenggulan dan kelemahan yang ditemukan pada

siklus I.

b) Meninjau kembali skenario pembelajaran berupa RPP yang akan

dilaksanakan pada siklus II.

c) Menyiapkan lembar kerja siswa (LKS) untuk siklus II.

d) Menyusun alat evaluasi berupa tes hasil belajar, lembar observasi aktivitas

(32)

pengelolaan pengajaran guru dalam menerapkan pendekatan Contextual

Teaching and Learning (CTL) .

2) Pelaksanaan (Acting)

Guru melaksanakan pembelajaran dengan pendekatan Contextual Teaching

and Learning (CTL) sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat berdasarkan

hasil refleksi siklus pertama.

Tindakan Awal

a) Membuka pelajaran dengan memberi salam

b) Mengajak siswa berdoa

c) Mengecek kehadiran siswa

d) Mempersiapkan mental siswa agar siap mengikuti pembelajaran, misalkan

melalui permainan, cerita ataupun bernyanyi.

e) Mengaitkan pembelajaran yang akan dipelajari dengan pembelajaran

sebelumnya (siswa menyebutkan pembelajaran yang sebelumnya mengenai

gerak dan pengaruh benda)

f) Menyampaikan cakupan, tema dan tujuan materi pelajaran

Tindakan Inti

a. Siswa dan guru melakukan tanya jawab mengenai pengalaman yang pernah

dialami, dilihat atau didengarnya tentang gerak benda.

b. Perwakilan siswa diminta ke depan untuk mendemonstrasikan untuk

membandingkan gerak jatuh antara batu dan selembar kertas, serta

membandingkan sedangkan siswa yang lain memperhatikannya.

c. Siswa diarahkan untuk melakukan inkuiri mengenai demonstrasi yang telah

dilakukan dengan melakukan tanya jawab mengenai hal-hal yang

mempengaruhi gerak benda.

d. Siswa dan guru melakukan tanya jawab mengenai pengalaman tentang

peritiwa hal-hal yang mempengaruhi gerak benda

e. Berdasarkan pengalaman siswa, siswa menceritakan pengalamannya tentang

gerak benda yang permah dilihat, didengar atau dialaminya ke dalam bentuk

(33)

f. Siswa dikondisikan oleh guru untuk belajar secara berkelompok untuk

berdiskusi mengenai hal-hal yang mempengaruhi benda bergerak dengan

melakukan pengamatan. Adapun 1 kelompok terdiri dari 6 orang.

g. Perwakilan siswa membantu guru untuk membagikan LKS kepada setiap

kelompok.

h. Siswa menyimak petunjuk pengerjaan LKS yang disampaikan oleh guru.

i. Siswa dibantu guru menyiapkan peralatan yang akan dipakai dalam

pengamatan tentang hal-hal yang mempengaruhi gerak benda .

j. Sebelum melakukan pengamatan, siswa dipancing oleh guru untuk

melakukan hipotesis mengenai hal-hal yang mempengaruhi gerak benda,

dengan cara mengidentifikasi contoh yang diberikan guru .

k. Siswa bersama kelompoknya berdiskusi dan melakukan pengamatan terhadap

hal-hal yang mempengaruhi gerak benda selama 30 menit. Sementara untuk

hasil pengamatan siswa tersebut dituliskan dalam LKS. Pengerjaan LKS ini

dilakukan secara individu. tetapi dengan tetap berdiskusi dengan teman

kelompoknya

l. Siswa dibantu guru untuk membereskan peralatan yang dipakai saat

percobaan.

m. Perwakilan kelompok mempresentasikan hasil pengamatan dan diskusi

kelompoknya di depan kelas.

n. Siswa mengumpulkan LKS yang telah diisinya kepada guru.

o. Siswa dan guru melakukan tanya jawab dan membahas hasil pengamatan

yang telah dilakukan mengenai hal-hal yang mempengaruhi gerak benda.

p. Siswa menyimak contoh yang diberikan guru mengenai hal-hal yang

mempengaruhi gerak benda dengan membandingkan suatu benda.

q. Siswa diberi kesempatan untuk menyebutkan contoh yang lain yang

berhubungan dengan hal-hal yang mempengaruhi gerak benda

Tindakan Akhir

a. Guru meluruskan kesalah pahaman dan memberi penguatan atas jawaban

siswa dan materi yang telah disampaikan.

(34)

c. Guru memberikan motivasi kepada siswa yang kurang atau belum

berpartisipasi aktif

d. Guru membagikan soal evaluasi individu.

e. Siswa membantu guru untuk melakukan penilaian terhadap evaluasi yang

sudah dikerjakan siswa.

f. Guru dan siswa secara bersama-sama menyimpulkan materi yang telah

disampaikan

g. Guru bersama-sama siswa melakukan refleksi terhadap kegiatan yang sudah

dilaksanakan

h. Guru memberikan penugasan (PR) kepada siswa.

i. Guru mengajak semua siswa berdoa untuk mengakhiri pelajaran.

j. Guru menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.

k. Guru menutup pembelajaran dengan memberikan salam.

3) Pengamatan (Observation)

Tim peneliti melakuakan pengamatan terhadap aktivitas pembelajaran

keseluruhan, baik aktivitas guru maupun aktivitas siswa dalam proses

pembelajaran dengan penerapan pendekatan Contextual Teaching and Learning

(CTL) .

4) Refleksi (Reflecting)

Data yang diperoleh pada tahap pengamatan dikumpulkan kemudian

dianalisis oleh peneliti untuk mendapatkan suatu simpulan. Diharapkan setelah

akhir siklus II ini, kemampuan kognisi siswa kelas III A SDN Ciburial Kec.

Lembang Kab. Bandung Barat pada mata pelajaran IPA materi gerak dan

pengaruh benda melalui pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)

dapat meningkat. Apabila data yang diharapkan belum sesuai maka akan

dilanjutkan pada siklus selanjutnya.

5) Kesimpulan

Setelah melakukan penelitian tindakan kelas dengan dua siklus maka

peneliti membuat kesimpulan atas pelaksanaan pembelajaran dengan

(35)

meningkatkan kemampuan kognisi siswa pada mata pelajaran IPA materi gerak

dan pengaruh benda.

G. Tekhnik Pengumpulan Data

Tekhnik yang digunakan untuk mengumpulkan data pada penelitian ini ada

dua jenis instrumen yang digunakan, yaitu

1. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Instrumen Pembelajaran

1) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Dalam penelitian ini akan digunakan dua RPP yang disesuaikan dengan

Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD). Indikator-indikator yang

tertera pada setiap RPP merupakan hasil Analisis Materi Pelajaran (AMP).

2) Lembar Kerja Siswa (LKS)

LKS dalam penelitian ini yaitu LKS pada mata pelajaran IPA dengan

menerapkan pendekatan Contextual teaching and Learnng (CTL). LKS ini

berfungsi sebagai penunjang siswa dalam menemukan konsep dan memfasilitasi

siswa dalam mengerjakan soal-soal yang berhubungan dengan materi gerak dan

pengaruh benda.

2. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi

tekhnik:

a. Lembar Observasi

Lembar observasi dalam penelitian ini digunakan untuk melihat aktivitas

belajar guru dan siswa yang dilakukan oleh pengamat tentang aktivitas

pembelajaran IPA dalam menerapkan pendekatan Contextual Teaching and

Learning (CTL). Lembar obeservasi yang digunakan berbentuk lembar observasi

terbuka yang harus diisi oleh pengamat secara naratif pada kolom deskripsi yang

sesuai dengan item pertanyaan/ pernyataan. Teknik observasi yang dilakukan

adalah observasi langsung, yakni pengamat mengamati dan mencatat objek yang

(36)

b. Tes Tertulis

Tes yang digunakan dalam penelitian ini yaitu post test. Digunakan untuk

mengetahui kemampuan kognisi siswa tentang gerak dan pengaruh benda pada

mata pelajaran IPA melalui pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL).

Pelaksanaannya yaitu pada setiap awal dan akhir siklus untuk selanjutnya

dibandingkan sehingga diketahui peningkatan kemampuan kognisi siswa. Adapun

bentuk tes yang digunakan yaitu tes tertulis berbentuk uraian.

c. Dokumentasi

Dokumentasi ini dilakukan ketika proses pembelajaran dengan

menggunakan kamera dan bertujuan untuk mendapatkan bukti penelitian. Adapun

data yang dapat diambil dalam proses pembelajaran yaitu foto atau gambar

interaksi guru dan siswa pada saat melakukan tindakan kelas.

H. Pengolahan Data dan Analisis Data

1. Pengolahan Data

Menurut Arikunto (2009, hlm.54) mengatakan bahwa “pengolahan data

adalah mengubah data mentah menjadi data yang lebih bermakna”. Pengolahan

data dilakukan setelah data terkumpul dengan harapan dapat memberikan

kesimpulan mengenai pelaksanaan tindakan yang telah dilakukan dan sesuai

dengan hipotesis tindakan yang diharapkan. Pengolahan data di sini terbagi ke

dalam dua jenis pendekatan penelitian yaitu kuntitatif dan kualitatif. Secara lebih

rinci akan dijelaskan sebagai berikut:

a. Data Kuantitatif

Data kuantitatif diperoleh dari data penyekoran hasil tes siswa pada

pembelajaran IPA materi gerak dan pengaruh benda, pengolahan nilai rata-rata

kelas, dan pengolahan persentase ketuntasan belajar.

1) Penyekoran Hasil Tes

Dalam penelitian ini bentuk tes yang digunakan untuk mengetahui tingkat

keberhasilan atau kemajuan siswa dalam pembelajaran dan mengukur

kemampuan kognisi siswa yaitu dengan memberikan tes Pilihan Ganda (PG) dan

(37)

disesuaikan dengan indikator pembelajaran, skor maksimal yang diperoleh siswa

yaitu 17. Maka, untuk menghitung nilai siswa digunakan rumus sebagai berikut:

Sumber: Sukardi (dalam Gumilar, 2013, hlm.37)

2) Pengolahan Nilai Rata-rata Kelas

Pengolahan nilai rata-rata dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

kriteria rata-rata kelas yang didapatkan dengan menerapkan pendekatan

Contextual Teaching and Learning pada materi gerak dan pengaruh benda.

Pengolahan nilai rata-rata kelas yang diperoleh siswa yaitu dengan menggunakan

rumus sebagai berikut:

Sumber: Aqib (dalam Gumilar, 2013, hlm.38)

Keterangan

R : nilai rata-rata

∑ � : jumlah semua nilai siswa

∑ � : jumlah siswa

Tabel 3.1

Kriteria Penilaian Rata-Rata Kelas

Kriteria Nilai

Baik Sekali 85-100

Baik 70-84

Cukup 60-69

Kurang 50-59

Kurang Sekali >50

Sumber : Depdiknas (dalam Gumilar, 2013, hlm.38)

3) Pengolahan Persentase ketuntasan Belajar

Persentase ketuntasan dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

banyaknya siswa yang tuntas berdasarkan Kriteria Ketuntasan Maksimal (KKM)

yang telah ditetapkan.

Nilai =� � � ℎ�

R =

∑ �

(38)

Persentase ketuntasan belajar siswa secara klasikal dapat ditentukan dengan

rumus :

� =∑ ≥ 75 × %

Keterangan :∑ ≥ 75: Jumlah siswa yang mendapat nilai lebih besar

dariatau sama dengan 75

n : Banyak siswa

100% : Bilangan tetap

TB : Ketuntasan belajar

Menurut Depdiknas, (dalam Gumilar, 2013, hlm.38) menyatakan bahwa “kelas dikatakan sudah tuntas secara klasikal jika telah mencapai 85% dari seluruh siswa memperoleh nilai kriteria ketuntasan minimal (KKM)”. Oleh karena itu berdasarkan pernyataan di atas untuk mengetahui tingkat keberhasilan

pembelajaran secara klasikal di kelas dapat menggunakan perhitungan dengan

rumus sebagai berikut.

Tabel 3.2

Kriteria Tingkat Keberhasilan Belajar Siswa (%)

Tingkat Keberhasilan (%) Klasifikasi

>80 % Sangat Tinggi

60-79 % Tinggi

40-59 % Sedang

20-39 % Rendah

>20 % Sangat Rendah

Sumber: Aqib (dalam Gumilar, 2013, hlm.39) P = ∑ � � �

(39)

b. Data Kualitatif

Data kualitatif diperoleh dari hasil lembar pengamatan aktivitas siswa dan

guru dalam pembelajaran di kelas dengan menerapkan pendekatan Contextual

Teaching and Learning (CTL), berupa lembar pengamatan terbuka. Sehingga

pengamat harus mengisi kolom deskripsi jawaban berbentuk narasi pada kolom

yang sesuai dengan item pertanyaan/ pernyataan pada lembar observasi. Dalam

penelitian ini dilibatkan tiga pengamat, dengan tujuan untuk mengurangi bias data

hasil pengamatan. Pengolahan data kualitatif ini dilakukan dengan cara

menerjemahkan dan mendiskusikan dengan pengamat jika terdapat jawaban

pengamat yang perlu diklarifikasi dari setiap item pertanyaan. Kemudian peneliti

mengelompokkan jawaban pengamat yang positif dan negatif dari setiap item

pertanyaan/ pernyataan. Jika banyaknya observer yang menjawab positif lebih

banyak dari yang menjawab negatif, maka aktivitas guru atau siswa dalam

pembelajaran sudah sesuai dengan harapan penelitian. Jika terjadi sebaliknya,

maka aktivitas guru atau siswa dalam pembelajaran tidak sesuai dengan harapan

penelitian.

2. Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis

kualitatif yang digunakan untuk menganalisis data yang menunjukkan aktivitas

guru dan siswa selama proses pembelajaran dengan menerapkan pendekatan

Contextual Teaching and Learning (CTL) untuk meningkatkan kemampuan

kognisi siswa. Analisis data tersebut diperoleh dari hasil observasi aktivitas guru

dan siswa selanjutnya setelah data dianalisis kemudian diolah dan hasilnya

dideskripsikan.

Sedangkan untuk analisis data kuantitatif, digunakan untuk mengetahui

tingkat keberhasilan atau kemajuan pembelajaran. Analisis data kuantitatif

diperoleh dari hasil post test siswa selanjutnya setelah dianalisis data diolah dan

(40)
(41)

Kusmayanti, Siska. 2014

PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNISI SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MATERI GERAK DAN PENGARUH BENDA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Simpulan

Berdasarkan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang telah dilaksanakan

dengan menerapkan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) untuk

meningkatkan kemampuan kognisi siswa Kelas III A SDN Ciburial Kecamatan

Lembang Kabupaten Bandung Barat dalam pembelajaran IPA pada materi gerak

dan pengaruh benda, peneliti dapat menyimpulkan hasil penelitiannya sebagai

berikut:

1. Pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan pendekatan Contextual Teaching

and Learning (CTL) pada setiap siklusnya cenderung berjalan lancar. Pelaksanaan

pembelajaran terdiri dari tiga kegiatan pembelajaran, yaitu kegiatan awal, kegiatan

inti, dan kegiatan akhir. Kegiatan awal dimulai dari berdoa, mengkondisikan

siswa pada pembelajaran yang kondusif, memotivasi siswa melalui kegiatan ice

breaking, melakukan kegiatan apersepsi, menyampaikan tema pembelajaran,

cakupan materi dan tujuan pembelajaran. Pada kegiatan inti, pembelajaran lebih

menekankarun pada pembelajaran dengan menerapkan prinsip-prinsip pada

pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL), seperti prinsip

kontruktivisme, inquiri, questioning, modelling, learning community, reflection,

assesment authentic. Kemudian pada kegiatan akhir pembelajaran terdiri dari

kegiatan memberikan penguatan atas materi yang telah dipelajari, meluruskan

kesalahpahaman siswa, siswa mengerjakan soal evaluasi pembelajaran yang telah

dilaksanakan, guru dan siswa menyimpulkan pembelajaran, memberikan

penugasan, menyampaiakan rencana pembelajaran pada pertemuan selanjutnya,

(42)

2. Setelah melakukan penelitian dengan menggunakan pendekatan Contextual

Teaching and Learning (CTL) kemampuan kognisi siswa kelas III A SDN

Ciburial Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat dengan menerapkan

pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) hasilnya meningkat.

Peningkatan tersebut dapat dilihat dari siklus I ke siklus II. Rata-rata kemampuan

kognisi siswa siklus I pada indikator mengidentifikasi sebesar 84 dan pada siklus

II sebesar 99. Rata-rata kemampuan kognisi siswa siklus I pada indikator

menyimpulkan sebesar 74,8 dan pada siklus II sebesar 92. Rata-rata kemampuan

kognisi siswa siklus I pada indikator menjelaskan sebesar 80 dan pada siklus II

sebesar 96. Sedangkan untuk persentase ketuntasan belajar juga sebanding dengan

peningkatan kemampuan kognisi siswa yaitu siklus I sebesar 77% dan pada siklus

II sebesar 92%. Jadi dapat disimpulkan bahwa kemampuan kognisi siswa kelas III

A SDN Ciburial pada mata pelajaran IPA pada materi pokok gerak dan pengaruh

benda dapat ditingkatkan melalui pembelajaran dengan menerapkan pendekatan

Contextual Teaching and Learning (CTL).

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan oleh peneliti, berikut

ini dikemukakan rekomendasi yang diharapkan dapat memberikan sumbangan

pemikiran dalam upaya peningkatkan kualitas pembelajaran IPA di SD,

khususnya dalam menerapkan dan mengembangkan pendekatan Contextual

Teaching and Learning (CTL).

1. Bagi guru SD, penerapan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)

dapat dijadikan salah satu alternatif pendekatan pembelajaran yang digunakan

untuk meningkatkan kemampuan kognisi siswa, pada pembelajaran IPA materi

gerak dan pengaruh benda. Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)

memiliki prinsip-prinsip yang menunjang siswa dalam mengembangkan dan

meningkatkan kemampuan kognisinya. Tidak hanya berdampak pada peningkatan

kemampuan kognisi siswa saja, dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam

pembelajaran, menumbuhkan minat dan motivasi belajar siswa.

2. Bagi peneliti lain selanjutnya, diharapkan pendekatan Contextual Teaching and

(43)

pelajaran yang berbeda, agar dapat membandingkan keefktifan dari pendekatan

pembelajaran ini. Selain itu direkomendasikan prinsip CTL dalam pembelajaran

khususnya pada prinsisp questioning agar lebih dikembangkan lagi dengan

(44)

Kusmayanti, Siska. 2014

PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNISI SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MATERI GERAK DAN PENGARUH BENDA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Alwasilah, C. (2011). CTL Contextual Teaching & Learning. Bandung: kaifa Learning.

Amin, M. (2007). Apa itu Hands On Activity? [Online]. Tersedia di: http://lubisgrafura.wordpress.com/2007/09/08/apa-itu-hands-on-activity/ [23 Desember 2013].

Anonim. (2011). Kelebihan dan Kelemahan Pendekatan CTL [Online]. Tersedia di: http://s1-pgsd.blogspot.com/2011/12/makalah-pendekatan-kontekstual-learning.html [24 Desember 2013).

Anonim. (2012). Kelebihan dan Kelemahan Pendekatan CTL [Online]. Tersedia di:

http://www.sekolahdasar.net/2012/05/kelebihan-dan-kelemahan-pembelajaran.html#ixzz2oZspQB89 [24 Desember 2013).

Anonim. (2012). Pembelajaran Kontekstual berbasis Hands On Activity [Online]. Tersedia di: http://d34209019pmt.wordpress.com/2012/11/ [22 Desember 2013].

Anonim. Pembelajaran Hands On Activity [Online]. Tersedia di: http://eprints.uny.ac.id/9358/3/BAB%202%20-%2008312244009.pdf [14 Maret 2014].

Arikunto, S, dkk.(2010). Penelitian Tindakan Kelas.Jakarta: Bumi Aksara.

Arikunto. 2011. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.

(45)

Kusmayanti, Siska. 2014

PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNISI SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MATERI GERAK DAN PENGARUH BENDA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Bloom B.S. (1956) . Taxonomy of Educational Objectives, Hanbook I: The Cognitive Domain. New York: David McKay Co Inc.

Departemen Pendidikan Nasional. (2003). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 TentangSistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas.

Departemen Pendidikan Nasional. (2003). Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Sekolah Dasar. Jakarta : Depdiknas.

Gumilar, K. (2013) PenerapanMetode Survey, Question, Read, Recite, Review (SQ3R) untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia. Skripsi pada FIP UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Haryanto. (2012). Sains SD Kelas III. Jakarta: Erlangga.

Hilman (2012). Pengertian Kognitif [Onlie]. Tersedia di http://hilmanshodri.blogspot.com/2012/06/perkembangan-kognitif.html [18 Maret 2014].

Imam. Meningkatkan Kemampuan Kognitif Siswa [Online]. Tersedia di: http://www.ikippgrimadiun.ac.id/ejournal/sites/default/files/2_Imamgun%20 &%20Anggarini_Taksonomi%20Bloom%20%E2%80%93%20Revisi%20R anah%20Kognitif%20Kerangka%20Landasan%20untuk%20Pembelajaran, %20Pengajaran,%20&%20Penilaian.pdf [18 Maret 2014].

Gambar

Gambar 3.1 Alur Penelitian Tindakan Kelas Adaptasi Model Kemmis dan Taggart (2009)
Tabel 3.1
Tabel 3.2

Referensi

Dokumen terkait

PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) MELALUI METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN SIKAP ILMIAH DAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA KELAS XI

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY INTELLECTUALLY REPETITION (AIR) DENGAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) DALAM MENINGKATKAN.. KEMAMPUAN KOMUNIKASI DAN

Kontribusi Penerapan Pendekatan Contextual Teaching And Learning (CTL) Berorientasi Learning Community dilengkapi Media Cd interaktif Terhadap Hasil Belajar Kimia

Berdasarkan uraian diatas peneliti bermaksud mengadakan penelitian tindakan kelas tentang “Penerapan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) untuk

Atas kehendak-Nya peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “ PENERAPAN PEN- DEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) DENGAN MEDIA BENDA KONKRET DALAM

Berdasarkan analisis data dan pembahasan dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran melalui pendekatan Contextual Teaching And Learning

Melalui penggunaan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) pada reaksi reduksi oksidasi mata pelajaran kimia siswa kelas X IPA 2 pada SMA Negeri 1 Calang

Kata-kata kunci: Contextual Teaching and Learning (CTL), Hasil Belajar, IPA Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: 1) mendeskripsikan penerapan pendekatan CTL dalam