• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONTRIBUSI IKLIM ORGANISASI DAN MOTIVASI BERPRESTASI TERHADAP KEPUASAN KERJA GURU : Studi Deskriptif pada Guru SMP Negeri di Kabupaten Tasikmalaya Wilayah Utara - Provinsi Jawa Barat Tahun 2010.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KONTRIBUSI IKLIM ORGANISASI DAN MOTIVASI BERPRESTASI TERHADAP KEPUASAN KERJA GURU : Studi Deskriptif pada Guru SMP Negeri di Kabupaten Tasikmalaya Wilayah Utara - Provinsi Jawa Barat Tahun 2010."

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN ... i

PERNYATAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 10

D. Kegunaan Penelitian ... 11

E. Asumsi ... 12

F. Hipotesis ... 14

G. Kerangka Berpikir ... 14

H. Metode Penelitian ... 16

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Peningkatan Kepuasan Kerja Guru dalam Konteks Administrasi Pendidikan ... 17

(2)

2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja ... 24

3. Variabel-variabel Kepuasan Kerja ... 30

4. Teori-teori Tentang Kepuasan ... 32

C. Konsep Iklim Organisasi 1. Pengertian Iklim Organisasi ... 39

2. Dimensi Iklim Organisasi ... 43

D. Konsep Motivasi Berprestasi 1. Pengertian Motivasi Berprestasi ... 51

2. Karakteristik Orang Bermotivasi Prestasi tinggi ... 56

3. Tujuan Pemberian Motivasi ... 59

4. Tipe-tipe Motivasi ... 60

5. Dimensi Motivasi ... 62

E. Keterkaitan Antar Variabel Penelitian ... 67

F. Hasil Penelitian Terdahulu Yang Relevan ... 73

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian ... 75

B. Populasi dan Sampel ... 76

C. Teknik Pengumpulan Data ... 78

D. Definisi Operasional ... 80

E. Instrumen Penelitian ... 82

F. Analisis Data ... 93

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 102

(3)

a. Deskripsi Data Variabel X1 ... 103

b. Deskripsi Data Variabel X2 ... 105

c. Deskripsi Data Variabel Y ... 107

2. Pengujian Persyaratan Analisis a. Uji Normalitas ... 113

b. Uji Linieritas ... 115

3. Hasil Pengujian Hipotesis a. Kontribusi antara X1 terhadap Y ... 118

b. Kontribusi antara X2 terhadap Y ... 122

c. Kontribusi antara X1 dan X2 terhadap Y ... 126

4. Interpretasi Hasil Analisis ... 131

B. Pembahasan ... 133

1. Gambaran Iklim Organisasi Sekolah ... 133

2. Gambaran Motivasi Berprestasi Guru ... 135

3. Gambaran Kepuasan Kerja Guru ... 139

4. Analisis Kontribusi Iklim Organisasi terhadap Kepuasan Kerja Guru ... 144

5. Analisis Kontribusi Motivasi Berprestasi terhadap Kepuasan Kerja Guru ... 147

6. Analisis Kontribusi Iklim Organisasi dan Motivasi Berprestasi terhadap Kepuasan Kerja Guru ... 149

(4)

A. Kesimpulan ... 153 B. Implikasi ... 154 C. Saran ... 156 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(5)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Undang-Undang 1945 telah mengamanatkan bahwa salah satu tujuan

Negara Republik Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa, dan oleh

sebab itu Warga Negara Indonesia tanpa memandang status sosial, ras, etnis,

agama, dan jender berhak memperoleh pelayanan pendidikan yang bermutu.

Pendidikan yang bermutu yakni pendidikan yang dilakukan sebagai usaha

sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

kecerdasan, akhlak mulia, sehat, cakap, kreatif, mandiri, serta memiliki

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara

sebagaimana termaktub dalam UU Sisdiknas No.20 tahun 2003.

Dalam kenyataannya, ternyata dunia pendidikan nasional Indonesia

menghadapi permasalahan menyangkut rendahnya mutu pendidikan pada

setiap jenjang dan satuan pendidikan. Dari berbagai pengamatan dan analisis

sebagaimana termaktub dalam buku Depdiknas (2007: 1-2), sedikitnya ada

tiga faktor yang menyebabkan mutu pendidikan tidak mengalami peningkatan

secara merata. Faktor pertama, kebijakan dan penyelenggaraan pendidikan

nasional yang menggunakan pendekatan education production function atau

(6)

penyelenggaraan pendidikan nasional dilakukan secara birokratik-sentralistik

sehingga menempatkan sekolah sebagai penyelenggara pendidikan sangat

tergantung pada keputusan birokrasi yang mempunyai jalur yang sangat

panjang dan kadang-kadang kebijakan yang dikeluarkan tidak sesuai dengan

kondisi sekolah setempat.

Faktor ketiga, peran serta warga sekolah khususnya guru dan peran

serta masyarakat khususnya orang tua siswa dalam penyelenggaraan

pendidikan selama ini sangat minim.

Berdasarkan pernyataan di atas, maka kita bisa menetapkan bahwa

salah satu penyebab krisis pendidikan nasional yang kurang bermutu adalah

kurangnya peran serta warga sekolah khususnya guru dalam penyelenggaraan

pendidikan. Sekolah sebagai tempat kegiatan belajar merupakan suatu

organisasi pendidikan yang harus mengutamakan efektivitas dan efisiensi

dalam usaha demi kelangsungan hidupnya. Dalam sistem persekolahan,

lulusan merupakan titik pusat tujuan, lulusan berkualitas tidak mungkin

terwujud tanpa proses pendidikan yang bermutu. Dengan demikian pelayanan

dan mutu lulusan merupakan kompetisi dalam sistem persekolahan yang

berpengaruh terhadap keberlangsungan hidupnya. Dalam hal ini guru adalah

orang yang paling berperan dalam menentukan mutu lulusan dan mutu

pendidikan secara keseluruhan. Tercapai atau tidaknya tujuan pendidikan

sangat tergantung dari kinerja guru dalam menjalankan tugas dan fungsinya di

sekolah. Guru memiliki tugas sebagai pendidik, pengajar, dan pelatih. Sebagai

(7)

nilai-nilai hidup, sedangkan sebagai pengajar maka guru harus meneruskan

dan mengembangkan ilmu, pengetahuan, dan teknologi. Adapun sebagai

pelatih, guru memiliki tugas untuk mengembangkan

keterampilan-keterampilan pada siswa (Usman, 2002:7). Berdasarkan studi di negara-negara

berkembang, guru memberikan sumbangan dalam prestasi belajar siswa

(36%), selanjutnya manajemen (23%), waktu belajar (22%), dan sarana fisik

(19%). Aspek yang berkaitan dengan guru adalah menyangkut citra/ mutu

guru dan kesejahteraan (Sidi, 2000:132).

Menyikapi perkembangan era globalisasi dimana persaingan semakin

tinggi pada semua aspek kehidupan termasuk aspek pendidikan, maka

persaingan dalam dunia pendidikan pun menjadi tidak dapat terelakkan lagi,

banyak lembaga pendidikan yang ditinggalkan oleh pelanggannya karena

kualitas pendidikan sebagai produk jasa tidak memuaskan customers tersebut.

Dalam usaha menciptakan customers satisfaction terutama dalam kegiatan

usaha berbasis pelayanan, sekolah perlu di dukung oleh sumber daya manusia

yang berkualitas.

Guru sebagai input pengolah siswa dan pemegang peran penting dalam

proses belajar mengajar merupakan salah satu sumber daya manusia di dunia

pendidikan yang dituntut untuk bekerja dengan produktif dan memberikan

pelayanan dengan kualitas sebaik-baiknya sehingga dapat mencetak

lulusan-lulusan yang mampu berprestasi dan berpartisipasi dalam pembangunan di

masyarakat. Mutu proses belajar mengajar sangat tergantung pada mutu

(8)

perilakunya di kelas. Perilaku guru di kelas misalnya, kejelasan mengajar,

penggunaan variasi metode mengajar, variasi penggunaan media pendidikan,

keantusiasan mengajar, penggunaan jenis pertanyaan, manajemen kelas,

penggunaan waktu, kedisiplinan, keempatian terhadap siswa, hubungan

interpersonal, ekspetasi, keinovasian pengajaran, dan penggunaan

prinsip-prinsip pengajaran dan pembelajaran yang efektif.

Fenomena yang ada di lapangan, terlepas dari kondisi politik yang

sangat tidak menguntungkan bagi guru pada era otonomi daerah, secara jujur

juga harus diakui, guru masih belum mampu tampil optimal dalam

menjalankan tugas dan tanggung jawab profesinya. Kompetensi pedagogik,

kepribadian, profesional, dan sosial yang harus dimiliki oleh guru sebagai agen

pembelajaran sebagaimana diamanatkan PP Nomor 19/2005 tentang Standar

Nasional Pendidikan (SNP) masih dipertanyakan banyak kalangan.

Era reformasi yang telah berlangsung lebih dari satu dasawarsa

memang telah banyak memberikan berkah bagi guru. Setidak-tidaknya, guru

tidak lagi kena sindrom mobilisasi yang diarahkan untuk berafiliasi pada aliran

politik penguasa. Guru, sebagaimana warga negara yang lain, bebas

menentukan hak politiknya. Dari sisi kesejahteraan, guru juga sudah banyak

menikmati tunjangan profesi, terutama mereka yang sudah mendapatkan

sertifikat pendidik. Tambahan satu kali gaji pokok, setidak-tidaknya bisa

dimanfaatkan untuk meringankan beban ekonomi guru yang selalu dituntut

untuk meng-upgrade diri agar tak tersalip ilmunya oleh siswa didik. Melalui

(9)

makan, biaya kesehatan, dan berbagai persoalan kebutuhan lainnya, sehingga

bisa total dan intens menjalankan tugas-tugas profesinya. Dengan kata lain, di

negeri ini tak akan lagi terdengar guru yang nyambi jadi tukang ojek atau

penjual rokok ketengan yang dinilai bisa mengganggu dan menghambat

kinerjanya.

Fenomena yang terjadi di lapangan, termasuk di SMP Negeri di

Kabupaten Tasikmalaya, adanya kebebasan berpolitik sesuai hati nurani,

program pembinaan profesionalisme untuk peningkatan kompetensi guru dan

program sertifikasi dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan guru

ternyata tak sepenuhnya berimbas pada peningkatan produktivitas kerja. Hal ini

ditandai dengan masih adanya gejala-gejala ketidakdisiplinan guru, rendahnya

semangat kerja, cepat lelah dan bosan, emosinya tidak stabil, sering absen dan

melakukan kesibukan yang tidak ada hubungannya dengan pekerjaan yang

harus dilakukan, serta adanya ketidakpuasan terhadap keadaan di tempat kerja

maupun pada keadaan personil di tempat kerja tersebut. Kesemuanya itu jelas

akan menyebabkan mutu interaksi guru dengan siswa dalam proses belajar

mengajar di kelas menjadi rendah, demikian juga dengan mutu hasil belajar

siswa.

Ada banyak faktor yang mempengaruhi produktivitas guru dalam

bekerja. Menurut Handoko (2001:193) karyawan bekerja dengan produktip

atau tidak tergantung pada motivasi, kepuasan kerja, tingkat stress, kondisi

fisik pekerjaan, sistem kompensasi, desain pekerjaan, dan aspek-aspek

(10)

faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas ini sangat penting untuk dijadikan

resolusi dalam meningkatkan produktivitas sesuai dengan situasi tertentu.

Kondisi utama yang semakin penting dan menentukan tingkat

produktivitas guru dalam bekerja adalah faktor kepuasan kerja. Kepuasan

kerja (job satisfaction) adalah keadaan emosional yang menyenangkan atau

tidak menyenangkan dengan mana para guru memandang pekerjaan

mereka.Kepuasan kerja mencerminkan perasaan seseorang terhadap

pekerjaannya. Ini akan nampak dalam sikap positif guru terhadap pekerjaan

dan segala sesuatu yang dihadapi di lingkungan kerjanya (Handoko,

2001:193). Kepuasan kerja guru ini merupakan sasaran penting dalam

manajemen sumber daya manusia karena mempengaruhi tingkat absensi,

perputaran tenaga kerja, semangat kerja, serta berbagai gejala negatif lainnya

seperti banyaknya keluhan, rendahnya prestasi, rendahnya kualitas pengajaran,

indisipliner dan lain sebagainya.

Melihat berbagai gejala negatif yang ditimbulkan oleh rendahnya

kepuasan kerja guru, maka meningkatkan kepuasan kerja guru yang

berimplikasi pada kinerja produktif mereka adalah hal yang sangat penting.

Peningkatan kepuasan kerja guru pada intinya merupakan kunci keberhasilan

pendidikan, sebab inti dari kegiatan pendidikan adalah bagaimana proses

belajar mengajar bisa dilaksanakan dengan kualitas tinggi dengan kontribusi

guru yang berkualitas tinggi di dalamnya.

Kepuasan kerja guru bisa dicapai dengan berbagai upaya diantaranya

(11)

terbuka, dan menekankan pada prestasi. Hal ini sejalan dengan pendapat

Irianto dan Prihatin (2008:321) yang menyatakan bahwa lingkungan kerja

yang memiliki iklim kondusif merupakan faktor penunjang guru puas terhadap

perlakuan organisasi (sekolah) sehingga mereka akan bekerja penuh semangat

dan bertanggung jawab.

Dalam konteks sekolah Wayne K. Hoy dan Cecil G. Miskel

(2001:189) mendefinisikan iklim organisasi sekolah sebagai kualitas dari

lingkungan sekolah yang terus menerus dialami oleh guru-guru,

mempengaruhi tingkah laku mereka dan berdasar pada persepsi kolektif

tingkah laku mereka. Kepuasan kerja guru dipengaruhi oleh iklim organisasi,

dipengaruhi oleh bagaimana suasana tempat mereka bekerja. Hal ini

didasarkan pada asumsi bahwa para guru bekerja bukan sekedar

mengharapkan imbalan baik material maupun non material, tetapi mereka juga

menginginkan iklim yang sesuai dengan harapan mereka seperti adanya

keterbukaan, perhatian, dukungan, penghargaan, pendapatan yang layak dan

rasa adil dalam organisasi. Penciptaan iklim yang berorientasi pada prestasi

dan memperhatikan pekerja dapat memperlancar pencapaian hasil yang

diinginkan.

Selain menciptakan iklim kondusif maka faktor motivasi terutama

motivasi berprestasi merupakan upaya peningkatan kepuasan guru dalam

bekerja. Hal ini didasarkan atas asumsi bahwa bekerja tanpa motivasi akan

cepat bosan, karena tidak adanya unsur pendorong agar semangat kerja tetap

(12)

salah satu kunci keberhasilan kepemimpinan dalam pendidikan adalah

motivasi kerja personil. Dalam hal ini, menurut pendapatnya, yang paling

menentukan adalah tindakan pimpinan, karena setiap pimpinan memiliki

peluang untuk menciptakan iklim sekolah yang dipimpinnya lebih kondusif

terhadap proses belajar-mengajar yang dapat memotivasi personil. Motivasi

merupakan hal yang sangat diperlukan oleh semua orang termasuk guru.

Motivasi berprestasi merupakan dorongan yang tumbuh dalam diri guru untuk

melakukan pekerjaan dengan baik sehingga tujuan akan tercapai. Motivasi

berprestasi bisa terjadi jika guru mempunyai kebanggaan akan keberhasilan.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka penulis tertarik untuk

mengadakan penelitian pada SMP Negeri di Kabupaten Tasikmalaya wilayah

utara yang berkaitan dengan kepuasan kerja guru yang secara historis sering

dianggap akan dapat memacu guru untuk melaksanakan pekerjaan dengan

baik. Penulis memandang bahwa iklim organisasi dan motivasi berprestasi

berkontribusi terhadap kepuasan kerja guru sehingga judul penelitian ini

diuraikan sebagai berikut: “KONTRIBUSI IKLIM ORGANISASI DAN

MOTIVASI BERPRESTASI TERHADAP KEPUASAN KERJA GURU”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas serta untuk memfokuskan

pembahasan, maka penulis mengidentifikasi permasalahan dalam bentuk

pernyataan masalah dan pertanyaan masalah. Permasalahan pokok dalam

(13)

disebabkan oleh iklim organisasi dan motivasi berprestasi yang belum

optimal.

Adapun yang menjadi pertanyaan masalahnya adalah : Apakah iklim

organisasi dan motivasi berprestasi berkontribusi secara bersama-sama

terhadap kepuasan kerja guru di SMP Negeri se-Kabupaten Tasikmalaya

Wilayah Utara.

Berdasarkan latar belakang masalah maka dapat diidentifikasi rumusan

masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana gambaran umum iklim organisasi pada SMPN di Kabupaten

Tasikmalaya Wilayah Utara?

2. Bagaimana gambaran umum motivasi berprestasi guru pada SMPN di

Kabupaten Tasikmalaya Wilayah Utara?

3. Bagaimana gambaran umum kepuasan kerja guru pada SMPN di

Kabupaten Tasikmalaya Wilayah Utara?

4. Berapa besar kontribusi iklim organisasi terhadap kepuasan kerja guru

pada SMPN di Kabupaten Tasikmalaya Wilayah Utara?

5. Berapa besar kontribusi motivasi berprestasi terhadap kepuasan kerja guru

pada SMPN di Kabupaten Tasikmalaya Wilayah Utara?

6. Berapa besar iklim organisasi dan motivasi berprestasi berkontribusi

secara bersama-sama terhadap kepuasan kerja guru pada SMPN di

(14)

C. Tujuan Penelitian

Adapun maksud dilakukan penelitian ini, dengan memperhatikan

rumusan masalah di atas, adalah untuk mengetahui gambaran empirik tentang

kontribusi iklim organisasi dan motivasi berprestasi terhadap kepuasan kerja

guru. Sedangkan secara spesifik penelitian ini bertujuan:

1. Untuk mengetahui gambaran umum iklim organisasi di SMPN

se-Kabupaten Tasikmalaya Wilayah Utara.

2. Untuk mengetahui gambaran umum motivasi berprestasi guru di SMPN

se-Kabupaten Tasikmalaya Wilayah Utara.

3. Untuk mengetahui gambaran umum kontribusi iklim organisasi dan

motivasi berprestasi terhadap kepuasan kerja guru di SMPN se-Kabupaten

Tasikmalaya Wilayah Utara.

4. Untuk menganalisis seberapa besar iklim organisasi berkontribusi terhadap

kepuasan kerja guru di SMPN se-Kabupaten Tasikmalaya Wilayah Utara.

5. Untuk menganalisis seberapa besar motivasi berprestasi berkontribusi

terhadap kepuasan kerja guru di SMPN se-Kabupaten Tasikmalaya

Wilayah Utara.

6. Untuk menganalisis seberapa besar iklim organisasi dan motivasi

berprestasi secara bersama-sama berkontribusi terhadap kepuasan kerja

(15)

D. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian yang dicapai diharapkan dapat berguna baik secara

teoritis maupun praktis bagi perkembangan dunia pendidikan mengingat pada

saat ini kita sedang berupaya meningkatkan kualitas pendidikan. Secara lebih

rinci kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Kegunaan Penelitian secara Teoritis :

Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna dalam

pengembangan ilmu administrasi pendidikan, memperkaya kajian ilmu

khususnya ilmu pengembangan manajemen sumber daya pendidikan

terutama yang berhubungan dengan kontribusi iklim organisasi dan motivasi

berprestasi terhadap kepuasan kerja guru. Hasil penelitian ini juga diharapkan

dapat digunakan sebagai bahan referensi bagi para peneliti dan pengamat

masalah pendidikan yang terkait dengan konsep iklim organisasi dan motivasi

berprestasi secara bersama-sama terhadap kepuasan kerja guru.

2. Kegunaan Penelitian secara Praktis :

a. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan masukan kepada

sekolah-sekolah khususnya Sekolah Menengah Pertama terutama bagi

pimpinan (Kepala Sekolah) dan guru-guru sebagai bahan untuk

mengevaluasi kinerjanya baik sebagai individu maupun sebagai kelompok

sehingga secara bersama-sama dapat merencanakan langkah yang konkret

untuk menentukan kepuasan kerjanya di masa yang akan datang. Dengan

adanya hasil penelitian mengenai iklim organisasi dan motivasi berprestasi

(16)

upaya untuk meningkatkan kepuasan kerja guru itu sendiri dapat dilakukan

dengan memperbaiki iklim organisasi dan meningkatkan motivasi

berprestasi.

b. Hasil penelitian ini juga diharapkan berguna sebagai bahan masukan bagi

‘stakeholder’ yaitu pihak dunia industri/dunia kerja sebagai partner

Sekolah Menengah Pertama serta ‘masyarakat’ sebagai pelanggan dan

pengguna sekolah, untuk merancang program-program yang berkaitan

dengan kepuasan kerja, semangat kerja, maupun produktivitas dan kinerja

guru.

c. Sebagai bahan masukan kepada praktisi pendidikan bahwa tujuan

pendidikan nasional akan tercapai bila didukung oleh kualitas kinerja yang

baik dari kepala sekolah, guru dan tenaga kependidikan.

E. Asumsi

Arikunto (2001: 60-61) mengemukakan bahwa asumsi-asumsi atau

anggapan dasar penelitian dipandang sebagai landasan teori atau titik tolak

pemikiran yang digunakan dalam suatu penelitian, yang mana kebenarannya

diterima oleh peneliti. Selanjutnya dikemukakan bahwa peneliti dipandang

perlu merumuskan asumsi-asumsi penelitian dengan maksud: (1) Agar

terdapat landasan berpijak yang kokoh bagi masalah yang sedang diteliti; (2)

Mempertegas variabel-variabel yang menjadi fokus utama penelitian; dan (3)

(17)

Dalam merumuskan asumsi-asumsi penelitian ini ditempuh melalui

telaah berbagai konsep dan teori yang berkaitan dengan kepuasan kerja guru,

motivasi kerja guru dalam sebuah iklim organisasi sekolah yang kondusif.

Dalam kaitannya dengan kepentingan penelitian ini, maka dapat

dirumuskan asumsi-asumsi sebagai berikut:

1. Iklim organisasi sekolah merupakan suasana dalam suatu organisasi yang

diciptakan oleh pola hubungan antar pribadi (interpersonal relationship).

2. Iklim organisasi yang kondusif dapat menyebabkan guru termotivasi

untuk bekerja lebih bersemangat karena puasnya guru terhadap organisasi,

namun sebaliknya jika iklim tidak kondusif maka mengakibatkan guru

kurang bergairah dalam bekerja.

3. Kepuasan kerja guru bisa terjadi jika guru merasa memperoleh perasaan

adil di dalam melakukan pekerjaan. Adanya iklim organisasi yang dirasa

adil akan mendorong guru untuk segera mencapai kepuasan dalam bekerja.

4. Motivasi berprestasi dapat menyebabkan kepuasan kerja karena adanya

kebanggaan terhadap hasil pencapaian kerja. Semakin tinggi prestasi yang

dicapai semakin puas guru dalam bekerja. Sebaliknya tanpa motivasi

berprestasi guru akan cepat bosan bekerja dan dapat menyebabkan tingkat

kepuasan menjadi rendah.

5. Iklim organisasi yang positif dan tingginya motivasi berprestasi guru akan

berdampak pada kepuasan kerja guru. Suatu iklim organisasi yang sehat

(18)

organisasi dan semakin tinggi motivasi berprestasi maka semakin tinggi

tingkat kepuasan kerja yang dimiliki guru.

F. Hipotesis

Berkenaan dengan masalah yang diteliti dan berdasarkan

asumsi-asumsi penelitian sebagaimana diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan

hipotesis penelitian sebagai berikut:

1. Terdapat kontribusi yang signifikan dari iklim organisasi terhadap

kepuasan kerja guru SMPN di Kabupaten Tasikmalaya Wilayah Utara.

2. Terdapat kontribusi yang signifikan dari motivasi berprestasi terhadap

kepuasan kerja SMPN di Kabupaten Tasikmalaya Wilayah Utara.

3. Terdapat kontribusi yang signifikan dari iklim organisasi dan motivasi

berprestasi secara simultan terhadap kepuasan kerja guru SMPN di

Kabupaten Tasikmalaya Wilayah Utara.

G. Kerangka Berpikir

Dengan mengkaji teori dari ketiga variabel penelitian ini, yaitu iklim

organisasi, motivasi berprestasi, dan kepuasan kerja guru maka kerangka

pemikiran yang digunakan dalam penelitian ini dapat digambarkan dalam

(19)
(20)

H. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei

dengan teknik korelasional. Metode survey menurut Sugiyono (2004:3) adalah

penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi dengan menggunakan

kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok. Variabel penelitian

meliputi dua variabel bebas yaitu iklim organisasi (X1), dan motivasi

berprestasi (X2), sedang variabel terikat adalah kepuasan kerja guru (Y).

Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Tasikmalaya Wilayah Utara,

oleh karena itu yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah semua guru

SMPN yang ada di Kabupaten Tasikmalaya Wilayah Utara yang terdiri dari

19 SMP Negeri dengan jumlah 527 orang, dan jumlah sampel 84 responden.

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis korelasi

(21)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Jenis pendekatan ini menggunakan metode penelitian survei dengan

pendekatan kuantitatif. Penelitian survei yang dimaksud adalah bersifat

menjelaskan hubungan kausal dan pengujian hipotesis. Seperti dikemukakan

Masri S. (1995:21) penelitian survey dapat digunakan untuk maksud (1)

penjajagan( eksploratif), (2) deskriptif, (3) penjelasan (eksplanatory atau

confirmatory), yakni menjelaskan hubungan kausal dan pengujian hipotesis,

(4) evaluasi, (5) prediksi atau meramalkan kejadian tertentu di masa yang akan

dating, (6) penelitian operasional, dan (7) pengembangan indicator-indikator

sosial.

Pendekatan kuantitatif menurut Sugiyono (2004:12-13) didasarkan

kepada paradigma positivisme berdasarkan pada asumsi mengenai objek

empiris, asumsi tersebut adalah:

1. Objek/ fenomena dapat diklasifikasikan menurut sifat, jenis, struktur,

bentuk, warna, dan sebagainya. Berdasarkan asumsi ini maka penelitian

dapat memilih variable tertentu sebagai objek penelitian.

2. Determinisme (hubungan sebab akibat), asumsi ini menyatakan bahwa

setiap gejala ada penyebabnya, seperti orang malas bekerja tentu ada

penyebabnya.

Berdasarkan asumsi pertama dan kedua di atas, maka penelitian dapat

(22)

yang lainnya. Suatu gejala tidak akan mengalami perubahan dalam waktu

tertentu. Kalau gejala yang diteliti itu berubah terus maka akan sulit untuk

dipelajari.

B. Populasi dan Sampel

Populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin baik hasil

menghitung ataupun pengukuran, kuantitatif maupun kualitatif dari

karakteristik tertentu mengenai sekumpulan objek yang lengkap dan jelas yang

ingin dipelajari sifat-sifatnya (Sudjana, 1992:26). Sedangkan sampel adalah

sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono,

2004:57). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru SMP Negeri di

Kabupaten Tasikmalaya yang ada di wilayah utara yang telah berstatus PNS

berjumlah 527 orang.

Arikunto (2001:117) mengatakan bahwa “Sampel adalah bagian dari

populasi”. Sampel penelitian adalah sebagian dari populasi yang diambil

sebagai sumber data dan dapat mewakili seluruh populasi. Berkaitan dengan

teknik pengambilan sampel Sugiyono (2004:135) mengatakan bahwa “…mutu

penelitian tidak selalu ditentukan oleh besarnya sampel, akan tetapi oleh

kokohnya dasar-dasar teorinya, oleh desain penelitiannya (asumsi-asumsi

statistik), serta mutu pelaksanaan dan pengolahannya.” Berkaitan dengan

teknik pengambilan sampel, Arikunto (2001:120) mengemukakan bahwa “

Untuk sekedar ancer-ancer maka apabila subjek kurang dari 100, maka lebih

(23)

Selanjutnya jika subjeknya besar, dapat diambil antara 10%-15% atau

20%-25%.

Memperhatikan hal di atas, karena jumlah populasi lebih dari 100

orang, maka penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan sampel

secara acak (simple random sampling). Sedang teknik pengambilan sampel

menggunakan rumus dari Taro Yamane atau Slovin (dalam Riduwan,

2008:65) sebagai berikut:

=

² + 1

Dimana:

n = Jumlah sampel

N = Jumlah populasi = 527 responden

d² = presisi (ditetapkan 10% dengan tingkat kepercayaan 95%)

Berdasarkan rumus tersebut diperoleh jumlah sampel sebagai berikut:

= ² = . , ² = 84 responden

Untuk langkah selanjutnya adalah besarnya sampel 84 (Delapan puluh

empat orang), maka ditentukan besarnya secara berimbang dari setiap

subpopulasi, maka untuk langkah selanjutnya dari n1, n2, sampai n19,

pengambilan sampel dilakukan dengan cara stratified random sampling

dengan rumus.

n1 = ukuran sampel tiap stratum Ni

(24)

Ni = ukuran populasi tiap stratum

N = ukuran populasi

n = ukuran sampel

Mengenai jumlah populasi dan sampel pada masing-masing

sekolah dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 3.1 : Jumlah Populasi dan Sampel Guru SMP Negeri se-Kabupaten Tasikmalaya di Wilayah Utara, Tahun 2010

NO SMP POPULASI SAMPEL

Nasir (2003: 328) mengatakan bahwa teknik pengumpulan data

merupakan alat-alat ukur yang diperlukan dalam melaksanakan suatu

(25)

tertulis, informasi lisan, dan beragam fakta yang berhubungan dengan fokus

penelitian yang diteliti. Sehubungan dengan pengertian teknik pengumpulan

data dan wujud data yang akan kumpulkan, maka dalam penelitian ini

digunakan dua teknik utama pengumpulan data, yaitu studi dokumentasi dan

teknik angket.

1. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi dalam pengumpulan data penelitian ini

dimaksudkan sebagai cara mengumpulkan data dengan mempelajari dan

mencatat bagian-bagian yang dianggap penting dari berbagai risalah resmi

yang terdapat baik di lokasi penelitian maupun di instansi yang lain yang ada

hubungannya dengan lokasi penelitian. Studi dokumentasi ditujukan untuk

memperoleh data langsung dari sekolah dan guru yang meliputi buku-buku,

laporan kegiatan sekoah, data yang relevan dengan fokus penelitian.

2. Teknik angket

Angket disebarkan pada responden dalam hal ini sebanyak 84

responden. Pemilihan dengan model angket ini, didasarkan atas alasan bahwa:

(a) responden memiliki waktu untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan atau

pernyataan-pernyataan, (b) setiap responden menghadapi susunan dan cara

pengisian yang sama atas pertanyaan yang diajukan, (c) responden memiliki

kebebasan memberikan jawaban, dan (d) dapat digunakan untuk

mengumpulkan data atau keterangan dari banyak responden dan dalam waktu

yang tepat. Melalui teknik model angket ini akan dikumpulkan data yang

(26)

diajukan di dalam angket tersebut. Indikator-indikator yang merupakan

penjabaran dari variabel iklim organisasi (X1) dan motivasi berprestasi (X2)

terhadap kepuasan kerja guru (Y) merupakan materi pokok yang diramu

menjadi sejumlah pernyataan di dalam angket.

D. Definisi Operasional

Variabel penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu, variabel bebas

(independent variable) dan variabel terkait (dependent variable). Yang

termasuk variabel bebas adalah iklim organisasi dan motivasi berprestasi,

sedangkan variabel terikat adalah kepuasan kerja guru.

Definisi operasional variabel bertujuan untuk menjelaskan makna

variabel yang diteliti. Masri S (2003:46-47) memberikan pengertian tentang

definisi operasional adalah dengan kata lain adalah semacam petunjuk

pelaksanaan bagaimana mengukur suatu variabel. Definisi operasional adalah

suatu informasi ilmiah yang amat membantu penelitian lain yang ingin

menggunakan variabel yang sama. Lebih lanjut beliau mengatakan dari

informasi tersebut akan mengetahui bagaimana caranya pengukuran atas

variabel itu dilakukan. Dengan demikian peneliti dapat menentukan apakah

prosedur pengukuran yang sama akan dilakukan (diperlakukan) prosedur

pengukuran baru. Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan

bahwa definisi operasional itu harus bias diukur dan spesifik serta bisa

(27)

1. Hoy dan Miskel (1991: 221) mengemukakan bahwa iklim organisasi

merujuk pada persepsi terhadap lingkungan sekolah secara umum yang

dipengaruhi oleh organisasi formal, organisasi informal, kepribadian

anggota, dan kepemimpinan dalam organisasi. Dengan demikian iklim

organisasi dipengaruhi antara lain: (a) kerjasama, (b) gairah kerja, (c)

keterbukaan, (d) toleransi, dan (e) keakraban.

2. Motivasi berprestasi adalah sesuatu yang menimbulkan semangat atau

dorongan dimana kuat lemahnya motivasi tersebut ikut menentukan tinggi

rendahnya prestasi kerja dan kepuasan kerjanya (Yukl, G. 1992:83).

Motivasi kerja merupakan kondisi yang menggerakkan guru agar mampu

mencapai tujuan atau kondisi yang mampu membangkitkan dan

memelihara perilaku guru tertentu. Dengan demikian dapat dikatakan

bahwa semakin baik motivasi guru untuk berprestasi maka semakin tinggi

pula kepuasan kerja guru.

3. Kepuasan kerja guru menurut Hoppoc (dalam Hoy dan Miskel, 2001:303)

adalah suatu kombinasi dari kondisi psikologis, fisik dan lingkungan yang

menyebabkan seseorang berkata” saya puas dengan pekerjaan saya”.

Seorang guru akan memiliki kepuasan kerja yang tinggi jika memiliki

motivasi berprestasi yang tinggi. Seorang guru akan memiliki kepuasan

kerja yang tinggi apabila iklim organisasi tersebut nyaman. Dengan

demikian makin nyaman iklim organisasi makin tinggi pula kepuasan kerja

guru dan makin tinggi motivasi berprestasi guru makin tinggi pula

(28)

organisasi makin rendah kepuasan kerja guru, dan makin rendah motivasi

berprestasi guru makin rendah pula kepuasan kerjanya.

E. Instrumen Penelitian

Pengembangan instrumen ditempuh melalui beberapa cara , yaitu: (a)

menyusun indikator variabel penelitian, (b) menyususn kisi-kisi instrumen,

(c) melakukan uji coba instrumen dan melakukan pengujian validitas dan

reliabilitas instrumen.

1. Iklim Organisasi (X1)

Data yang dihasilkan dari penyebaran angket berskala pengukuran

interval mengingat angket yang disebarkan menggunakan skala Likert dengan

kisaran secara kontinus 1-5 dengan alternatif jawaban sebagai berikut:

5 = Selalu

4 = Sering

3 = Kadang-kadang

2 = Jarang

1 = Tidak Pernah

Tabel 3.2

Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Variabel Iklim Organisasi (X1)

Variabel Sub Variabel Indikator Item

1 2 3 4

Iklim Organisasi

(X1)

1. Kerjasama a. Saling membantu

b. Mematuhi tata tertib dan peraturan

(29)

2. Gairah kerja a. Semangat kerja b. Umpan balik

c. Menghargai karya orang lain d. Menghormati kompetensi

5 6 7 8 3. Keterbukaan a. Menerima saran orang lain

b. Mengetahui kesulitan diri c. Masukan dari berbagai pihak d. Menghargai pendapat

9 10 11 12 4. Toleransi a. Berbicara dengan orang lain

b. Perlakuan kemitraan 5. Keakraban a. Merasa Akrab sesama rekan

b. Memberikan sapaan

Data yang dihasilkan dari penyebaran angket berskala pengukuran

interval mengingat angket yang disebarkan menggunakan skala Likert dengan

kisaran 1-5 dengan alternative jawaban sebagai berikut:

5 = Sangat Setuju

4 = Setuju

3 = Tidak Tahu

2 = Kurang Setuju

1 = Sangat Tidak Setuju

Tabel 3.3

Kisi-kisi Instrumen Penelitian Variabel Motivasi Berprestasi (X2)

Variabel Sub Variabel Indikator Item

(30)

c. Berpikir dan berorientasi ke masa depan

d. Lebih mementingkan prestasi daripada upah

e. Realistic menilai diri f. Tidak boros dan konsumtif g. produktif

h. menghargai reward yang diterima

4 b. Konasi a. Bersemangat dan penuh pitalitas

b. Bekerja keras

c. Tidak mudah menyerah

d. Tidak cepat lupa diri jika dipuji e. Dengan senang hati menerima

c. Afeksi a. Gembira secara wajar ketika sukses b. Umpan balik

c. Segan bekerja dalam suasana bersaing

d. Prinsip upah sepadan kualitas

16 17 18 19 20 Catatan: Motivasi berprestasi (X2) dari

http://rajapresentasi.com/2009/03/apa-itu-motivasi-berprestasi-achievement-motivation/

3. Kepuasan Kerja Guru (Y)

Data yang dihasilkan dari penyebaran angket berskala pengukuran

interval mengingat angket yang disebarkan akan menggunakan skala Likert

dengan kisaran 1-5 dengan alternatif jawaban sebagai berikut:

5 = Sangat Setuju

4 = Setuju

3 = Kurang Setuju

2 = Tidak Setuju

(31)

Tabel 3.4

Kisi-kisi Instrumen Penelitian Kepuasan Kerja Guru (Y)

Variabel Sub Variabel Indikator Item

1 2 3 4 2. Prestasi kerja a. Program pengembangan

b. Peluang kreasi 3. Gairah kerja a. Peduli pekerjaan rekan

b. Menghargai hasil kerja Catatan: Konsep Kepuasan Kerja Guru dikembangkan dari Hasibuan

(2007:202-203)

4. Menguji Validitas

Uji validitas dilakukan berkenaan dengan ketepatan alat ukur

terhadap konsep yang diukur sehingga benar-benar mengukur apa yang

seharusnya diukur. Berkaitan dengan pengujian validitas instrumen Arikunto

(Akdon, 2008:143) menjelaskan bahwa validitas adalah suatu ukuran yang

menunjukkan tingkat keandalan atau kesahihan suatu alat ukur. Alat ukur

yang kurang valid berarti memiliki validitas yang rendah. Untuk menguji

(32)

dari alat ukur secara keseluruhan dengan cara mengorelasikan setiap butir alat

ukur dengan skor total yang merupakan jumlah tiap skor butir. Untuk

menghitung validitas alat ukur digunakan rumus Pearson Product Moment

(Sugiono dalam Akdon, 2008:144), yakni:

r hitung n( ∑Xi Yi ) – ( ∑Xi ).(∑ Yi )

√ {n.∑ Xi² − ( Xi )² }.{n.Yi² − (Yi )²

Dalam penelitian ini, uji validitas dilakukan melalui bantuan Dimana:

r hitung = Koefisien korelasi

∑Xi = Jumlah skor item

Yi = Jumlah skor total (seluruh item)

n = Jumlah responden

Selanjutnya dihitung dengan Uji-t dengan rumus : thitung = r n –2

1 – r²

Dimana:

t = Nilai t hitung

r = Koefisien korelasi hasil r hitung

n = Jumlah responden

Distribusi (table t) untuk ά = 0,05 dan derajad kebebasan (dk = n – 2)

Kaidah keputusan : Jika t hitung > t table berarti valid sebaliknya

(33)

Jika instrument itu valid, maka dilihat kriteria penafsiran mengenai

indeks koelasinya ( r ) sebagai berikut:

Antara 0,800 – 1,000 : sangat tinggi

Antara 0,600 – 0,799 : tinggi

Antara 0,400 – 0, 599 : cukup tinggi

Antara 0,200 – 0,399 : rendah

Antara 0,000 – 0,199 : sangat rendah (tidak valid).

computer dengan program SPSS versi 12 for Windows. Dalam analisis

ini apabila item dikatakan valid maka harus dibuktikan dengan perhitungan.

Untuk mengetahui tingkat validitas perhatikan angka pada Corrected

item-total Correlation yang merupakan korelasi antara skor item dengan skor item-total

item (nilai r hitung ) dibandingkan dengan nilai r table. Jika r hitung > r table maka

item tersebut valid, sebaliknya jika r hitung < r table maka item tidak valid.

Berdasarkan hasil perhitungan (terlampir), validitas dari ketiga

variabel penelitian adalah sebagai berikut:

a. Validitas Variabel X1 (Iklim Organisasi)

Hasil perhitungan (terlampir) dengan menggunakan rumus tersebut

di atas untuk variabel X1 tentang Iklim Organisasi yang terdiri 40 item

pernyataan, terdapat 24 item pernyataan yang dinyatakan valid yaitu

nomor 1, 3, 4, 5, 8, 9, 10 , 12, 14, 15, 19, 20, 22, 23, 24, 25, 28, 30, 31, 32,

33, 34, 38, 39 dan 16 item yang tidak valid yaitu nomor 2, 6, 7, 11, 13, 16,

(34)

Selanjutnya untuk item yang tidak valid kesemuanya tidak

digunakan atau dihilangkan. Secara lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel

berikut:

Tabel 3.5 : Hasil Uji Validitas Variabel X1 (Iklim Organisasi Sekolah)

(35)

36 .254 0,361 Tidak valid Ditolak

37 -.029 0,361 Tidak valid Ditolak

38 .414 0,361 Valid Digunakan

39 .656 0,361 Valid Digunakan

40 .330 0,361 Tidak valid Ditolak

b. Validitas Variabel X2 (Motivasi Berprestasi)

Hasil perhitungan (terlampir) dengan menggunakan rumus tersebut

di atas untuk variabel X2 tentang Motivasi Berprestasi yang terdiri dari 40

item pernyataan, terdapat 37 item yang dinyatakan valid dan 4 item yang

tidak valid yaitu item nomor 13, 15, 18 dan 20 untuk selanjutnya item

yang tidak valid tidak digunakan atau dihilangkan. Secara lebih jelasnya

dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.6 : Hasil Uji Validitas Variabel X2 (Motivasi Berprestasi)

(36)

21 .629 0,361 Valid Digunakan

c. Validitas Variabel Y (Kepuasan Kerja Guru)

Hasil perhitungan (terlampir) dengan menggunakan rumus tersebut

di atas untuk variabel Y tentang Kepuasan Kerja Guru yang terdiri dari 30

item pernyataan, terdapat 26 item yang dinyatakan valid dan 4 item yang

tidak valid yaitu item nomor 4, 15, 16 dan 26 untuk selanjutnya item yang

tidak valid tidak digunakan atau dihilangkan. Secara lebih jelasnya dapat

dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.7 : Hasil Uji Validitas Variabel Y (Kepuasan Kerja Guru)

(37)

6 .764 0,361 Valid Digunakan

Uji reliabilitas dilakukan untuk mendapatkan tingkat ketepatan

(keterandalan atau keajegan) alat pengumpul data (instrumen) yang

digunakan. Langkah-langkah pengujian reliabilitas angket dalam

penelitian ini mengikuti pendapat Akdon (2008: 148-151) sebagai berikut:

a) Menghitung total skor

b) Menghitung korelasi Product Moment dengan rumus:

r

hitung= ∑ ∑ ∑

(38)

Keterangan:

n = Jumlah responden

∑ XY = Jumlah perkalian X dan Y

∑X = Jumlah skor tiap butir

∑Y = Jumlah skor total

∑X² = Jumlah skor X dikuadratkan

∑Y² = Jumlah skor Y dikuadratkan

c) Menghitung reliabilitas seluruh item dengan rumus Spearman Brown

berikut:

r

11=

!

d) Mencari r table apabila dengan ά = 0,05 dan derajat kebebasan (dk=n-2)

e) Membuat keputusan dengan membandingkan

r

11 dengan

r

tabel dengan

kaidah pengambilan keputusan sebagai berikut: Jika

r

11 >

r

tabel berarti

item angket reliabel, sebaliknya jika

r

11 <

r

tabel berarti item angket

tidak reliabel.

Dalam penelitian ini, uji reliabilitas dilakukan melalui bantuan

computer dengan program SPSS versi 12 for Windows. Dalam analisis ini

apabila data dikatakan reliabel harus dibuktikan dengan perhitungan. Untuk

mengetahui tingkat reliabilitas perhatikan angka pada Guttman Split-Half

Coefficient yang merupakan nilai r hitung dibandingkan dengan nilai r tabel. Jika

(39)

item tersebut tidak reliabel. Secara lebih jelasnya dapat dilihat dari table

berikut:

Tabel 3.8 : Reliability Statistics

Iklim

Correlation Between Forms 678 852 926

Spearman-Brown Coefficient

Equal Length

808 920 962

Unequal Length 808 920 962

Guttman Split-Half Coefficient .808 .919 .958

Hasil analisis reliabilitas diperoleh

r

11 untuk iklim organisasi

mencapai 0,808, untuk variabel motivasi berprestasi 0,919 dan untuk variabel

kepuasan kerja guru 0,958. Ketiga koefisien reliabilitas tersebut melebihi

R

tabel = 0,370 yang berarti bahwa ketiga instrumen dalam kategori reliabel.

Setelah angket diujicobakan dan hasil uji coba angket menunjukkan

bahwa instrumen tersebut telah memenuhi kriteria validitas dan reliabilitas,

selanjutnya adalah melaksanakan penyebaran angket untuk memperoleh data

yang diinginkan. Angket yang disebar terdiri dari masing-masing 20 item

yang dipergunakan untuk mengumpulkan data tentang iklim organisasi,

motivasi berprestasi dan kepuasan kerja guru.

F. Analisis data

Apabila data telah terkumpul maka data kuantitatif itu akan dianalisis

(40)

korelasi dan regresi sederhana dan korelasi dan regresi ganda serta uji

hipotesis.

Mengolah data dan menganalisa data adalah suatu langkah yang

sangat penting dalam kegiatan penelitian. Langkah ini dilakukan agar data

yang telah terkumpul mempunyai arti dan dapat ditarik kesimpulan sebagai

jawaban dari permasalahan yang diteliti.

Langkah-langkah pengolahan data yang digunakan dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut:

1. Analisis Data Deskriptif

Analisis data deskriptif dimaksudkan untuk melihat kecenderungan

distribusi frekuensi variabel dan menentukan tingkat ketercapaian

responden pada masing-masing variabel. Gambaran umum setiap variabel

digambarkan leh skor rata-rata yang diperoleh dengan menggunakan

teknik Weighted Means Scored (WMS), dengan rumus:

" =

Keterangan:

X = skor rata-rata yang dicari

X = Jumlah skor gabungan (hasil kali frekuensi dengan bobot nilai

untuk setiap alternative jawaban

N = Jumlah responden

Hasil perhitungan dikonsultasikan dengan tabel kriteria dan

(41)

Tabel 3.9 : Kriteria Skor Rata- rata Variabel

Rentangan Nilai Pilihan Jawaban Kriteria

4,01-5,00 Selalu Sangat tinggi

3,01-4,00 Sering Tinggi

2,01-3,00 Kadang-kadang Cukup

1,01-2,00 Jarang Rendah

0,01-1,00 Tidak Pernah Sangat rendah

2. Pengujian Persyaratan Analisis

Terdapat dua syarat yang harus dipenuhi sebelum melakukan analisis

regresi linear sederhana maupun regresi ganda. Persyaratan tersebut adalah

(a) syarat normalitas, dan (b) syarat kelinieran regresi Y atas X.

a. Uji Normalitas Distribusi Data

Uji normalitas data dimaksudkan untuk mengetahui dan

menentukan analisis dan menentukan apakah pengolahan data

menggunakan analisis parametric atau non parametrik.untuk pengolahan

data parametric, data yang dianalisis harus berdistribusi normal, sedangkan

untuk pengolahan data non parametrik, data yang dianalisis berdistribusi

tidak normal. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ketiga

variabel penelitian memiliki penyebaran data yang normal atau tidak.

Uji normalitas distribusi data dapat dilakukan dengan

menggunakan program computer SPSS Versi 12 atau dapat juga

menggunakan rumus Chi Kuadrat:

(42)

Keterangan:

X² = Chi kuadrat yang dicari

O1 = Frekuensi hasil penelitian

E1 = Frekuensi yang diharapkan

b. Uji linieritas Data

Uji linieritas data dapat dilihat dari nilai signifikansi dari deviation

of linierity untuk X1 terhadap Y serta X2 terhadap Y. Apabila nilai

signifikansi < 0,05 dapat disimpulkan bahwa hubungannya bersifat linier.

3. Menguji Hipotesis Penelitian

Teknik yang digunakan dalam melakukan pengujian hipotesis adalah:

1. Hipotesis 1 dan 2 diuji dengan menggunakan teknik korelasi dan

regresi sederhana.

2. Hipotesis 3 diuji dengan menggunakan teknik korelasi dan regresi

ganda.

a. Analisis Korelasi Sederhana

Analisis korelasi dimaksudkan untuk mengetahui derajat

hubungan antara variabel X dan Y. Ukuran yang digunakan untuk

mengetahui derajat hubungan dalam penelitian ini adalah koefisien

(43)

'

()*+ ,

=

∑ " − ∑ " ∑

-. ∑ " − ∑ " /-. ∑ - − ∑ - /

Keterangan :

N = Jumlah responden

∑ XY = Jumlah perkalian X dan Y

∑X = Jumlah skor tiap butir

∑Y = Jumlah skor total

∑X² = Jumlah skor X dikuadratkan

∑Y² = Jumlah skor Y dikuadratkan

Dari rumus diatas dapat dijelaskan bahwa

r

xy merupakan

koefisien korelasi dari variabel X dan variabel Y dapat dilihat dengan

membandingkan '()*+ , dengan r table pada tingkat kepercayaan 95%.

Bila '()*+ , > r table dan bernilai positif, maka terdapat pengaruh yang

positif. Untuk lebih memudahkan dalam menafsirkan harga koefisien

korelasi menurut Akdon (2008:188) sebagai berikut :

Tabel 3.10

Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r

Nilai Koefisien Kriteria

0,80 – 1,000

0.60 – 0,799

0,40 – 0,599

0,20 – 0,399

0,00 – 0,199

Sangat Kuat

Kuat

Sedang

Rendah

(44)

Uji Signifikan

Selanjutnya uji signifikan adalah untuk menentukan apakah variabel X

tersebut signifikan terhadap variabel Y. uji signifikan ini dengan

menggunakan rumus yang digunakan oleh Akdon (2008:188), yaitu :

0

()*+ ,

=

1√ 1

Keterangan:

r = Koefisien Korelasi

n = Banyak Sampel

Menguji taraf signifikansi yaitu dengan membandingkan harga

0()*+ , dengan

t

tabel dengan tingkat kepercayaan tertentu dan dengan dk = n-2.

Koefisien dikatakan signifikan atau memiliki arti apabila harga 0()*+ , >

t

tabel.

Uji Koefisien Determinasi

Mencari derajat hubungan berdasarkan koefisien determinasi (KD)

dengan maksud mengetahui sejauhmana pengaruh yang diberikan variabel X

terhadap variabel Y, dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

KD = r² x 100% Keterangan:

KD = Koefisien determinasi yang dicari

(45)

b. Analisis Regresi Sederhana

Analisis regresi dimaksudkan untuk mengetahui hubungan

fungsional antara variabel penelitian. Dalam penelitian ini digunakan

rumusan sebagai berikut:

Ŷ = a + bX

Keterangan:

Ŷ = Nilai taksir Y (variabel terikat) dari persamaan regresi

a = Konstanta, apabila harga X = 0

b = Koefisien regresi, yaitu besarnya perubahan yang terjadi pada Y

jika suatu unit perubahan terjadi pada X

X = Harga variabel X

Langkah-langkah pengujiannya adalah sebagai berikut:

1) Mencari harga-harga yang akan digunakan dalam menghitung

koefisien a dan b dengan menggunakan rumus yang dikemukakan

oleh Akdon (2008:197), yaitu:

4 = ∑ -5 ∑ "5 − ∑ "5 ∑ "5-5 ∑ "5 − ∑ "5 ²

6 = ∑ "5-5 − ∑ "5 ∑ -5∑ "5² − ∑ "5 ²

2) Menyusun pasangan data untuk variabel X dan variabel Y.

(46)

c. Analisis Korelasi Ganda

Analisis korelasi ganda berfungsi untuk mencari besarnya

pengaruh atau hubungan antara dua variabel bebas X atau lebih secara

simultan (bersama-sama) dengan variabel terikat Y. Analisis korelasi

ganda menggunakan rumus: RX1X2

у

,

sedangkan untuk mencari

signifikansi digunakan rumus Fhitung yang kemudian dibandingkan

dengan Ftabel. Untuk menarik kesimpulan, jika Fhitung ≥ Ftabel maka

Ho ditolak artinya signifikan, sebaliknya jika Fhitung ≤ Ftabel maka Ho

diterima artinya tidak signifikan.

d. Analisis Regresi Ganda

Analisis regresi ganda adalah alat peramal nilai pengaruh dua

variabel bebas atau lebih terhadap veriabel terikat untuk membuktikan

ada atau tidaknya hubungan fungsi kausal antara dua variabel bebas atau

lebih dengan variabel terikat.

Untuk mengetahui pengaruh antara variabel bebas terhadap

variabel terikat yang dikontrol oleh variabel bebas lainnya, atau secara

bersama-sama digunakan rumus analisis regresi ganda sebagai berikut:

Ŷ = a + b1x1 + b2x2 + E

Keterangan:

Ŷ = Nilai taksir Y (variabel terikat) dari persamaan regresi

a = Nilai konstanta

(47)

= Nilai koefisien regresi "

7

! = Variabel bebas

x

# = Variabel bebas X

(48)

1

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan

Merujuk pada rumusan masalah, tujuan penelitian, hasil penelitian,

dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Dari semua skor rata-rata sub variabel tentang iklim organisasi yang

berada pada interval 4,00-5,00 dapat diketahui bahwa penilaian guru -

guru SMP Negeri di Kabupaten Tasikmalaya Wilayah Utara tentang

hubungan yang dijalin antara atasan dengan bawahan, atau sebaliknya

bawahan dengan atasan dan bawahan dengan sesamanya tergolong sangat

baik. Artinya iklim organisasi di SMP Negeri Kabupaten Tasikmalaya

Wilayah Utara tersebut berada pada kondisi sangat kondusif.

2. Dari semua skor rata-rata sub variabel tentang motivasi berprestasi yang

berada pada interval 4,00-5,00 dapat diketahui bahwa motivasi guru -

guru SMP Negeri di Kabupaten Tasikmalaya Wilayah Utara untuk

berprestasi, sebagai suatu dorongan dalam dirinya untuk melakukan atau

mengerjakan suatu kegiatan atau tugas dengan sebaik-baiknya agar

mencapai prestasi dengan predikat terpuji, berada pada kategori sangat

tinggi.

3. Walaupun tidak semua skor rata-rata sub variabel tentang kepuasan kerja

berada pada interval 4,00-5,00 tetapi dapat diketahui bahwa kepuasan

kerja guru - guru SMP Negeri di Kabupaten Tasikmalaya Wilayah Utara

(49)

2

4. Terdapat kontribusi yang signifikan antara iklim organisasi dengan

kepuasan kerja guru di SMP Negeri Kabupaten Tasikmalaya Wilayah

Utara sebesar 18,5%. Ini berarti tingkat kepuasan kerja guru dapat

dijelaskan 18,5 % melalui iklim organisasi.

5. Terdapat kontribusi yang signifikan antara motivasi berprestasi dengan

kepuasan kerja guru di SMP Negeri Kabupaten Tasikmalaya Wilayah

Utara sebesar 40,4%. Ini berarti tingkat kepuasan kerja guru dapat

dijelaskan 40,4% melalui motivasi berprestasi.

6. Terdapat kontribusi yang signifikan antara iklim organisasi dan motivasi

berprestasi secara bersama-sama dengan kepuasan kerja guru di SMP

Negeri Kabupaten Tasikmalaya Wilayah Utara sebesar 70,7%. Ini berarti

tingkat kepuasan kerja guru dapat dijelaskan 70,7% melalui penciptaan

iklim organisasi yang baik dan motivasi berprestasi yang dimiliki guru

secara bersama-sama. Sisanya 29,3% dijelaskan oleh faktor lain yang

tidak dikaji dalam penelitian ini.

B. Implikasi

Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan di atas, berikut ini akan

dikemukakan beberapa implikasi yang dianggap relevan dengan penelitian

ini, yakni:

1. Berdasarkan hasil penelitian kecenderungan umum menunjukkan bahwa

iklim organisasi berada pada kategori sangat baik. Kecenderungan

tersebut membawa implikasi hasil penelitian bahwa apabila kepala

(50)

3

iklim organisasi sebagai salah satu faktor penentu kepuasan kerja guru

harus selalu diciptakan dan dipelihara sehingga selalu kondusif. Iklim

organisasi sekolah yang kondusif atau yang berlangsung baik akan

mengarahkan guru untuk memperoleh kepuasan dalam bekerja. Kepala

Sekolah dan guru saling bekerjasama dalam memecahkan masalah,

kepala sekolah dalam memberikan pembinaan selalu menggunakan

pendekatan kekeluargaan, guru dapat memandang bahwa penciptaan

iklim sekolah yang dilakukan untuk memecahkan masalah bersama

bukan untuk mencari kesalahan, akan membuat guru menjadi merasa

diperhatikan, guru merasa dihargai sehingga guru dapat bekerja dengan

semangat karena merasa puas atas pelaksanaan iklim organisasi sekolah.

Iklim yang kondusif juga membuat gairah kerja guru meningkat,

keterbukaan tercipta, munculnya sikap toleransi dan keakraban terjalin

dengan baik juga. Kondisi dan sikap kerja guru yang disebutkan di atas

merupakan ciri dari guru yang puas dan dengan kepuasan tersebut

mereka bisa bekerja dengan produktif. Produktivitas kerja guru tentu

pada akhirnya berdampak pada kualitas pendidikan.

2. Berdasarkan hasil penelitian kecenderungan umum menunjukkan bahwa

motivasi berprestasi berada pada kategori sangat baik. Kecenderungan

tersebut membawa implikasi hasil penelitian bahwa apabila kepala

sekolah selaku pimpinan ingin mempertahankan dan lebih meningkatkan

kepuasan kerja guru maka harus selalu dijaga motivasi berprestasi

(51)

4

kepuasan kerja. Guru mengajar karena memiliki motivasi. Motivasi bisa

terjadi jika kebutuhan guru tercukupi, Motivasi dapat ditingkatkan seperti

dengan cara mendorong guru untuk meningkatkan kariernya,

meningkatkan kesejahteraannya, memberikan reward/penghargaan

kepada mereka yang berhasil.

3. Kecenderungan umum yang ditemukan pada variabel kepuasan kerja

guru menunjukkan kategori sangat tinggi. Hasil ini berimplikasi bahwa

jika kepala sekolah atau pimpinan sekolah menginginkan para guru dapat

bekerja lebih bergairah, bersemangat tinggi, berdisiplin, siap bekerja

dengan produktif maka faktor iklim organisasi yang meliputi aspek kerja

sama, gairah kerja, keterbukaan, toleransi, dan keakraban mutlak harus

menjadi perhatian. Demikian juga penjagaan dan peningkatan motivasi

berprestasi para guru yang tinggi harus dipelihara sedemikian rupa

dengan memberikan penghargaan.

C. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, kesimpulan dan implikasinya maka

penulis mengajukan saran-saran sebagai berikut :

1. Berdasarkan hasil penelitian, iklim organisasi sekolah yang kondusif dan

motivasi berprestasi yang dimiliki oleh para guru merupakan faktor yang

dapat dijadikan alat untuk meningkatkan kepuasan kerja guru. Robbins

(1991:172) menyatakan beberapa faktor yang dapat mendorong kepuasan

kerja ,antara lain: (1) kerja yang secara mental menantang, (2)

(52)

5

mendukung. Karyawan cenderung lebih menyukai pekerjaan yang

memberi kesempatan untuk menggunakan keterampilan dan

kemampuannya, menawarkan beragam tugas, kebebasan, dan umpan

balik mengenai hasilnya. Karakteristik pada poin pertama yang

dikemukakan Robbins di atas merupakan salah satu karakteristik yang

dimiliki oleh orang yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi sehingga

secara tak langsung menjelaskan bahwa bagi orang yang memiliki

motivasi berprestasi tinggi maka pemerolehan tingkat kepuasan kerja

dapat dicapai. Demikian juga dengan poin keempat tentang dukungan

dari rekan sekerja, menjelaskan bahwa iklim organisasi berkontribusi

pada pemerolehan tingkat kepuasan kerja. Karena kepuasan kerja ini

berdampak pada produktifitas kerja, maka hendaknya bagi para pimpinan

(kepala sekolah) berupaya menciptakan iklim organisasi yang kondusif

dan mendorong karyawan dengan penghargaan agar terus memiliki

motivasi berprestasi guna pencapaian tujuan organisasi secara efektif.

2. Motivasi berprestasi merupakan faktor untuk memperoleh kepuasan

kerja. Hal ini sejalan dengan pendapat Wexley dan Yulk (1992:83) yang

menyatakan bahwa” Motivasi kerja adalah sesuatu yang menimbulkan

semangat atau dorongan kerja, dimana kuat lemahnya motivasi tersebut

ikut menentukan tinggi rendahnya prestasi dan kepuasan kerja”. Para

guru hendaknya dapat meningkatkan motivasi kerjanya, tidak hanya

(53)

6

penekanan motivasi berprestasi yang berasal dari diri sendiri (motivasi

intrinsik) yakni guru merasa puas dan bangga terhadap profesinya.

3. Kepuasan kerja yang diperoleh oleh guru walau dalam penelitian ini

sudah termasuk dalam kategori yang sangat tinggi, tetap harus tetap

dijaga dan ditingkatkan karena kepuasan kerja merupakan hal yang tidak

mutlak. Fraser (1992:43) menyatakan bahwa perasaan puas bukan

keadaan yang tetap, karena dapat dipengaruhi dan diubah oleh

kekuatan-kekuatan dari dalam atau luar lingkungan kerja. Oleh karena itu penting

bagi para pimpinan atau manajer untuk menciptakan keadaan agar

kepuasan kerja pekerjanya dapat terus berada pada tingkat yang tinggi,

dengan cara mengenali faktor-faktor yang dapat memberikan kepuasan

kerja. Kepuasan kerja guru dalam konteks pendidikan sangat penting

karena menyangkut pada produktifitas kerja.

4. Penelitian ini masih dapat dikembangkan dan diperluas dengan

memperdalam variabel-variabel yang diteliti maupun ditambahkan

dengan variabel lain sehingga dapat mengetahui besarnya pengaruh baik

positif maupun negatif pada kepuasan kerja, Hal ini dapat digunakan

untuk memberikan informasi yang positif bagi dunia pendidikan pada

umumnya dan pada SMP Negeri di Kabupaten Tasikmalaya pada

(54)

DAFTAR PUSTAKA

Akdon. 2008. Aplikasi Statistika Dan Metode PenelitianUntuk Administrasi

&Manajemen. Bandung: Dewa Ruchi.

Arikunto, S. 2001. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Ayers, D.F. 2005. Organizational Climate In Its Semiotic: A Post Modern

Community College Undergoes Renewal. Internet:

www.findarticles.com

Baharuddin , H. 1983. Supervisi Pendidikan yang dilaksanakan oleh Guru,

Kepala Sekolah, Penilik dan Pengawas Sekolah. Jakarta: Damai Jaya

Berg, G, dkk, 1993, Behavior and organization, 4 th ed, Allyn and Bacon, Inc.,USA.

Boyan, N.J. Ed. 1998. Handbook of Research on Educational Administration. New York: Longman

Byars, dkk, 1984, Human resources and personnel management, Richard D.Iriwin, Inc., Illinois.

Cushway, B. dan Lodge .1995. Organizational Behaviorand Design. Terjemahan Sularno.Jakarta: Alex Media Komputindo.

Danim, S. 2002. Inovasi Pendidikan dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme

Tenaga Kependidikan. Bandung: Pustaka Setia.

Danim, S. 2008. Kinerja Staf dan Organisasi. Cetakan ke-10. Bandung: Pustaka Setia.

Davis, K. 1982. Human Behavior at work: Organizational Behavior.5th Edition. Metro Manila: McGraw-Hill Publishing Co.Ltd

Davis, K & Newstrom, J.W. 2000. Perilaku Dalam Organisasi, Jakarta : Erlangga

Depdiknas. 2007. Manajemen Berbasis Sekolah. Jakarta:Departemen Pendidikan Nasional

(55)

Fathurrohman, P. & Sutikno M S. 2007. Strategi Belajar Mengajar. Cetakan Kedua. Bandung : Refika Aditama

Fraser,T.M. 1992. Stress dan Kepuasan Kerja. Jakarta: PT, Binaman Presindo.

Gibson, J. L., John M. I.dan Donelly, Jr. 1991. Organizations: Behaviour,

Structure, Processes.Homewood, III: Richard D. Irwin.

Handoko, T. H. 2001. Manajemen Personalia & Sumberdaya Manusia. Edisi kedua, Yogyakarta: BpFe.

Hasibuan, S.P.M. 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara.

Hasibuan, S.P.M. 2007. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi Revisi. Jakarta: Bumi Aksara.

Hoy, W.K. Dan Cecil G. Miskel. 2001. Educational Administration: Theory,

Research and Practice. 6th edition. New York : McGraw-Hill. Inc.

Irianto, B.Y dan Prihatin, E. 2008. Pemasaran Pendidikan, dalam buku Pengelolaan Pendidikan. Bandung: Tim Dosen Jurusan Administrasi Pendidikan

Jhonson, H. 1984. Security manual (Pedoman Tindakan Pengamanan). Jakarta : Cipta Manunggal.

Lila R. 2002. Iklim Organisasi dan Budaya Perusahaan. Bandung PT. Remaja Rosdakarya

Mangkunagara, P.A. 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. Cetakan ke-3. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

Mangkunagara, P.A. 2007. Evaluasi Kinerja. Bandung: PT Remaja Rosda Karya. Bandung.

Masri. 1995. Metodologi Research Jilid 1-4. Yogyakarta: Andi Offset

Mondy, R.W, Robert E. Holmes dan Edwin B Flippo. 1980. Management :

Concept and Practice. Boston: Allyn and Bacon.

(56)

Mulyono, MA. 2008. Manajemen Administrasi & Organisasi Pendidikan. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Ochiwata, O.P. A Study of Organizational Climate of high and Low Adopter

Elementary School in The Province of Saskatchewan. Internet:

www.ssta.sk.ca

Nasir, M. 2003. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia.

Riduwan. 2008. Metode & Teknik Menyusun Tesis. Bandung : Alfabeta.

Robbins, S.P. 1991. Organizationa Behaviour : Concepts, Controversies,

Apllications, New Jersey : Prentice Hall, Inc.

Sedarmayanti. 2001. Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja. Bandung : Mandar Maju.

Siagian .S.P. 2002. Sistem Informasi Untuk Pengambilan Keputusan. Jakarta: Gunung Agung.

Sidi I.J.. Pendidikan dan Peran Guru dalam Era Globalisasi, dalam majalah Komunika No. 25 /tahun VIII/2000.

Simamora, Henry . 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi III. Yogyakarta: STIE YKPN.

Sofyandi, H. 2008. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sudjana. 1992. Statistika untuk Ekonomi dan Niaga. Bandung: Tarsito.

Stinger, R. 2002. Leadership and Organizational Climate- the Cloud Chamber Effect. New Jersey: Pearson Education, Inc.

Strees, R. M., 1985, Efektivitas Organisasi, Erlangga, Jakarta.

Sugiyono. 2004. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta.

Usman, Moh. Uzer. 2002. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Undang-Undang RI No.20 Tahun 2003. 2006. Sistem Pendidikan Nasional. Bandung: Nuansa Mulia.

Wexley, K.N dan Yukl, G.I 1992. Organizational Behaviour and Personnel

Gambar

Gambar 1.1 : Kerangka Pemikiran antar variabel
Tabel 3.1 : Jumlah Populasi dan Sampel Guru SMP Negeri se-
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Variabel Iklim Organisasi (X1)
Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Penelitian Variabel Motivasi Berprestasi (X2)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Terdapat hubungan antara perilaku merokok orang tua dan anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah dengan kejadian ISPA pada BALITA di wilayah kerja

Seorang auditor yang memiliki pengetahuan juga harus melakukan proses audit dengan baik yaitu: harus melaksanakan standar pekerjaan lapangan yang pertama yaitu

Dengan ini diumumkan bahwa setelah dilakukan evaluasi penawaran, klarifikasi dan negosiasi teknis dan harga oleh ULP/Pejabat Pengadaan Barang/Jasa Badan Pelaksana

Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Perbandingan Densitas Latihan Kecepatan 3x, 4x dan 5x dalam Satu Minggu Terhadap

Masyarakat Batak Toba yang ada di kota Binjai pada awalnya berasal dari orang-.. orang yang merantau untuk mencari pekerjaan, Kemajuan di berbagai aspek

Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Kementerian Agama R.I, menyatakan bahwa lembaga di bawah ini telah melakukan updating data Pendidikan Islam (EMIS) Periode Semester GENAP

Aplikasi “Akuntansi UKM” ini dipilih sebagai alternatif solusi bagi permasalahan mengenai laporan keuangan yang ada di BUMDes Kemudo Makmur dengan berbagai

Bencana dikelompokkan ke dalam tiga kategori, yaitu (1) bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan