SKRIPSI
Oleh : RUDYANSAH 0511010187 / FE / IE
Kepada
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR
Assalamu’ alaikum Wr. Wb.
Pertama-tama peneliti panjatkan puja dan puji syukur kehadirat Allah
SWT serta sholawat dan salam kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW,
yang telah melimpahkan berkah, rahmat dan hidayah-Nya sehingga skripsi yang
peneliti susun dengan judul “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI PENDAPATAN INDUSTRI KECIL DI KABUPATEN GRESIK DAN KABUPATEN JOMBANG” ini dapat terselesaikan.
Skripsi ini peneliti susun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi Jurusan Ilmu Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran” Jawa Timur.
Peneliti menyadari bahwa dalam menyusun skripsi ini sering kali
menghadapi hambatan dan keterbatasan dalam berbagai hal. Oleh karena itu
dalam kesempatan ini peneliti ucapkan terima kasih tak terhingga kepada Ibu Dra.
Hj. Ec. Titiek Nurhidayati, selaku dosen pembimbing utama telah banyak
meluangkan waktunya dalam memberikan suatu bimbingan, pengarahan,
dorongan, masukan-masukan, dan saran dengan tidak bosan-bosannya kepada
peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini. Selain itu peneliti juga menyampaikan
rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur yang telah memberikan
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
4. Ayahanda, Ibunda, beserta keluarga tercinta yang telah memberikan
motivasi, do’a, semangat dan dorongan moral serta spiritualnya yang telah
tulus kepada peneliti, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan sebaik-baiknya.
5. Bapak-bapak dan ibu-ibu dosen serta staf karyawan Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “VETERAN” Jawa Timur yang telah
dengan ikhlas memberikan banyak ilmu pengetahuannya selama masa
perkuliahan dan pelayanan akademik bagi peneliti.
6. Bapak-bapak dan ibu-ibu staf instansi Badan Pusat Statistik (BPS) cabang
Kota Surabaya, Departemen Perindustrian dan Perdagangan
(DISPERINDAG) cabang Kota Surabaya, dan Bank Indonesia (BI) cabang
Kota Surabaya yang telah memberikan banyak informasi dan data-data
yang dibutuhkan untuk mengadakan penelitian dalam penyusunan skripsi
ini.
7. Seluruh mahasiswa dari Jurusan Ilmu Ekonomi Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran” Jawa Timur, serta semua pihak yang tidak bisa peneliti
iii
bermanfaat bagi pembaca, baik sebagai bahan kajian maupun sebagai salah satu
sumber informasi dan bagi pihak-pihak lain yang membutuhkan.
Wassalamu’ alaikum Wr. Wb
Surabaya, Juli 2010
xiv Oleh : Rudyansah
ABSTRAKSI
Pembangunan industri, sebagai motor penggerak perekonomian, akan terus didorong perannya karena telah terbukti memberi kontribusi yang berarti terhadap pembangunan nasional. Mengingat perannya yang strategis, sektor industri khususnya industri kecil, perlu ditingkatkan kinerjanya. Berbagai upaya perbaikan untuk mengatasi dampak krisis ekonomi terhadap kemerosotan kinerja sektor industri telah dilakukan, namun kinerja itu tampaknya belum sepenuhnya pulih. Hal ini disebabkan adanya permasalahan yang membutuhkan perhatian dan perlu segera diatasi.
Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari Departemen Perindustrian dan Perdagangan (DISPERINDAG) cabang Kota Surabaya, dan Badan Pusat Statistik (BPS) cabang Kota Surabaya yang diambil selama kurun waktu 15 tahun mulai dari tahun 1994-2008. Untuk analisis data menggunakan alat bantu komputer dengan program SPSS (Statistic Program For Social Science) versi 15.0. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda dan uji hipotesis yang digunakan adalah uji F dan uji t statistik.
Berdasarkan hasil analisis dan pengujian hipotesis secara simultan variabel bebas, yaitu Investasi Industri Kecil (X1), Jumlah Tenaga Kerja Industri Kecil (X2) Pertumbuhan Ekonomi (X3), dan Jumlah Industri Kecil (X4) berpengaruh secara signifikan terhadap variabel terikat, yaitu Pendapatan Industri Kecil di Kabupaten Gresik (Y1), dan Pendapatan Industri Kecil di Kabupaten Jombang (Y2) .
Sedangkan pengujian secara parsial variabel variabel bebas, yaitu Jumlah Tenaga Kerja Industri Kecil (X2) dan Jumlah Industri Kecil (X4) berpengaruh secara signifikan terhadap variabel terikat, yaitu Pendapatan Industri Kecil di Kabupaten Gresik (Y1), Investasi Industri Kecil (X1) dan Pertumbuhan Ekonomi (X3) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel terikat, yaitu Pendapatan Industri Kecil di Kabupaten Gresik (Y1).
Sedangkan pengujian secara parsial variabel bebas, yaitu Investasi Industri Kecil (X1) dan Pertumbuhan Ekonomi (X3) berpengaruh secara signifikan terhadap variabel terikat, yaitu Pendapatan Industri Kecil di Kabupaten Jombang (Y2), Jumlah Tenaga Kerja Industri Kecil (X2) dan Jumlah Industri Kecil (X4) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel terikat, yaitu Pendapatan Industri Kecil di Kabupaten Jombang (Y2).
Variabel yang mempunyai pengaruh paling dominan terhadap Pendapatan Industri Kecil di Kabupaten Gresik (Y1) adalah variabel Jumlah Tenaga Kerja Industri Kecil (X2) dan Jumlah Industri Kecil (X4), Sedangkan variabel yang mempunyai pengaruh paling dominan terhadap Pendapatan Industri Kecil di Kabupaten Jombang (Y2) adalah variabel Investasi Industri Kecil (X1) dan Pertumbuhan Ekonomi (X3).
1
1.1. Latar Belakang
Perkembangan perekonomian Indonesia sampai saat ini
mewujudkan suatu tingkat kemajuan yang cukup baik. Pertumbuhan
ekonomi yang tinggi tersebut merupakan langkah untuk menuju
masyarakat adil dan makmur sesuai dengan yang ditetapkan dalam
Garis-Garis Besar Haluan Negara. Dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN)
pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan masyarakat adil dan
makmur, merata materiil dan sprituil berdasarkan pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945. Dan pembangunan ekonomi diharapkan pada
terwujudnya perekonomian nasional yang mandiri untuk meningkatkan
kemakmuran seluruh rakyat secara selaras adil dan merata. Sehubungan
dengan itu dalam mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi, sektor
industri memegang paranan yang sangat penting.
Industrialisasi merupakan alat pokok pembangunan nasional dan
pembangunan daerah yang bertujuan mewujudkan masyarakat yang maju
dan mandiri serta sejahtera lahir dan batin. Selain berperan strategis untuk
mendukung pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi secara
berkelanjutan dan meningkatkan produktivitas masyarakat, juga berperan
menciptakan lapangan usaha serta memperluas lapangan kerja,
Didalam pelaksanaan pembangunan nasional modal dan potensi
yang harus dimanfaatkan seefisien mungkin. Pelaksanaan pembangunan
disamping bertujuan untuk meningkatkan pendapatan industri kecil juga
untuk menjamin adanya pemerataan pendapatan industri kecil dan untuk
menjamin adanya pemerataan pendapatan bagi seluruh rakyat dengan rasa
keadilan dalam ruang mewujudkan asas keadilan sosial. Dengan demikian
pembangunan tidak hanya ditujukan untuk meningkatkan pendapatan
tetapi juga untuk mencegah melebarnya jurang pemisah antara yang kaya
dan yang miskin.
Perkembangan industri kecil dari waktu ke waktu secara rutin
harus dilakukan pengkajian, penyempurna dan peningkatan. Hal ini
disebabkan kondisi industri kecil pada umumnya lemah dalam kredit
modal kerja. Dalam pembinaan dan pemanfaatan modal akan membawa
dampak yang lebih baik terhadap perkembangan pendapatan industri
kecil itu sendiri, karena secara langsung kredit merupakan salah satu yang
paling penting sebagai faktor penunjang dan pendukung terhadap
aktivitas pengusaha dalam meningkatkan pendapatan industri kecil dan
memperluas usaha yang dimilikinya. Oleh sebab itu pihak bank
memberikan kemudahan dan syarat-syarat yang ringan yaitu tingkat
suku bunga yang rendah dan jangka waktu pengambilan yang relatif
panjang. (Anonim, 1999 : 197).
Perkembangan industri kecil dipengaruhi oleh variabel atau faktor
Faktor dari dalam termaksud antara lain : (1) kemampuan manajerial, (2)
pengalaman pemilik atau pengelola, (3) kemampuan untuk mengakses
pasar input dan output, teknologi produksi, dan sumber-sumber
permodalan, serta (4) besar kecilnya modal yang dimiliki. Sedangkan
beberapa faktor eksternal termaksud, antara lain : (1) dukungan berupa
bantuan teknis dan keuangan dari pihak pemerintah atau swasta, (2)
kondisi perekonomian yang dicerminkan dari permintaan pasar
domestic maupun dunia, dan (3) kemajuan teknologi dalam produksi.
(Soeroso, 2007 : 2).
Salah satuusaha pemerintah dalam mengembangkan industri kecil
Antara lain: Pada tahun 1995 pemerintah telah mengesahkan
Undang-Undang No.9 Tahun 1995 tentang Industri Kecil. Dikeluarkannya
undang-undang ini dengan pertimbangan bahwa dalam pembangunan
nasional ,industri kecil sebagai integral dunia usaha yang merupakan
kegiatan ekonomi rakyat yang mempunyai kedudukan, potensi dan peran
strategis dalam mewujudkan struktur yang semakin seimbang
berdasarkan demokrasi ekonomi. Selanjutnya adalah usaha untuk
memberikan perhatian bahwa untuk membina dan mengembangkan
indutri kecil. Upaya tersebut berusaha untuk menjadikan dunia usaha
nasional mampu menjadi kekuatan nasional yang tangguh. Disamping itu
juga diperlukan struktur dunia usaha nasional yang andal dan kukuh
kecil dan industri besar yang tangguh dan saling menyangga antara
industri kecil dan industri besar.
Sejalan dengan hal tersebut, Dalam proses pengembangannya
sektor industri kecil ini memerlukan pembangunan di berbagai sektor
untuk mendorong memperbaiki kualitas produk industri kecil di
sekitarnya guna meningkatkan taraf hidup rakyat. Upaya peningkatan
kemampuan dan ketrampilan para pengusaha dalam pengolahan industri
kecil disekitarnya merupakan kebutuhan yang sangat mendesak. Hal ini
mengingat pesatnya pertumbuhan dan perkembangan usaha dan industri
sehingga menimbulkan pesaing yang tajam baik dari segi pemasaran
maupun kualitas produk. Industri kecil pada umumnya dikelola oleh
golongan ekonomi lemah dengan modal relatif kecil dan sistem
pengolahannya hanya masih tradisional. Untuk meningkatkan peranan
usaha kecil tidak saja dilihat dari aspek pengusaha akan tetapi sangat
penting ditinjau dari aspek ekonomi, karena pada umumnya industri
bersifat padat karya yang maksudnya menyerap banyak tenaga kerja.
(Anonim, 2001 : 2).
Untuk mengatasi masalah pengangguran di Kabupaten Gresik dan
Kabupaten Jombang, tampaknya industri kecil mampu memberikan
lapangan kerja baru kepada masyarakat, karena industri kecil bersifat
karya sehingga dapat menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang sangat
besar sehingga dapat mengurangi pengangguran dan kemiskinan. Dalam
Gresik dan Kabupaten Jombang tidak terlepas dari berbagai pembinaan
dan kebijaksanaan yang dilakukan oleh pemerintah, terutama pemerintah
Kabupaten Gresik dan Jombang.
Dalam usaha mengembangkan industri kecil perlu adanya
peningkatan investasi yang selanjutnya akan berdampak pada
peningkatan produksi, maka perlu adanya tambahan tenaga kerja yang
ikut menangani terhadap proses produksi. Akibat penambahan tenaga
kerja berarti memperbesar pengeluaran upah untuk tenaga kerja tersebut.
Perkembangan pendapatan industri kecil di Kabupaten Gresik
selama 5 tahun terakhir (2004-2008) cenderung mengalami fluktuasi. Pada
tahun 2004 mengalami peningkatan sebesar Rp.44.307.820. Pada tahun
2005 mengalami peningkatan sebesar Rp.46.181.151. Pada tahun 2006
mengalami peningkatan sebesar Rp.48.794.980. Pada tahun 2007
mengalami penurunan sebesar Rp.41.663.716. Pada tahun 2008
mengalami penurunan sebesar Rp.39.241.145. (Anonim, 2008 : 112).
Perkembangan pendapatan industri kecil di Kabupaten Jombang
selama 5 tahun terakhir (2004-2008) cenderung mengalami fluktuasi. Pada
tahun 2004 mengalami peningkatan sebesar Rp.32.061.000. Pada tahun
2005 mengalami peningkatan sebesar Rp.18.820.500. Pada tahun 2006
mengalami peningkatan sebesar Rp.10.752.200. Pada tahun 2007
mengalami penurunan sebesar Rp.15.221.500. Pada tahun 2008
Dalam proses pengembangannya sektor industri kecil ini
memerlukan pembangunan diberbagai sektor untuk mendorong
memperbaiki kualitas produk industri kecil di sekitar guna meningkatkan
pendapatan industri kecil itu sendiri serta bisa memperluas lapangan
pekerjaan dan kesempatan kerja sehingga dapat menambah pendapatan
khususnya masyarakat kecil. Bila sektor ini tumbuh dan berkembang
serta diiringi dengan pembinaan yang baik maka usahanya akan menjadi
mantap, sehat, dan dinamis. Tentu saja hal ini tidak lepas dari dorongan
usaha dan bantuan dari pemerintah Kabupaten Gresik dan pemerintah
Kabupaten Jombang melalui dinas perindustrian dan perdagangan
masing-masing daerah.
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka peneliti tertarik
untuk mengamati masalah pendapatan industri kecil di Kabupaten Gresik
dan Kabupaten Jombang dan mengkaji lebih dalam lagi tentang ”Analisis
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Industri Kecil Di
Kabupaten Gresik Dan Kabupaten Jombang”.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas maka dapat dirumuskan
permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut:
a. Apakah investasi industri kecil, jumlah tenaga kerja industri kecil,
terhadap pendapatan industri kecil di Kabupaten Gresik dan
Kabupaten Jombang ?
b. Diantara keempat variabel bebas tersebut yaitu investasi industri
kecil, jumlah tenaga kerja industri kecil, pertumbuhan ekonomi,
dan jumlah industri kecil manakah yang mempunyai pengaruh
paling dominan terhadap variabel terikat yaitu pendapatan industri
kecil di Kabupaten Gresik dan Kabupaten Jombang ?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah di
kemukakan sebelumnya, maka perlu diketahui tujuan penelitian ini adalah
sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui apakah variabel investasi industri kecil, jumlah
tenaga kerja industri kecil, pertumbuhan ekonomi, dan jumlah
industri kecil berpengaruh nyata terhadap pendapatan industri kecil
di Kabupaten Gresik.
b. Untuk mengetahui apakah variabel investasi industri kecil, jumlah
tenaga kerja industri kecil, pertumbuhan ekonomi, dan jumlah
industri kecil berpengaruh nyata terhadap pendapatan industri kecil
Kabupaten Jombang.
c. Untuk mengetahui diantara keempat variabel bebas tersebut yaitu
investasi industri kecil, jumlah tenaga kerja industri kecil,
mempunyai pengaruh paling dominan terhadap variabel terikat
yaitu pendapatan industri kecil di Kabupaten Gresik.
d. Untuk mengetahui diantara keempat variabel bebas tersebut yaitu
investasi industri kecil, jumlah tenaga kerja industri kecil,
pertumbuhan ekonomi, dan jumlah industri kecil manakah yang
mempunyai pengaruh paling dominan terhadap variabel terikat
yaitu pendapatan industri kecil di Kabupaten Jombang.
1.4. Manfaat Penelitian
Melalui penelitian ini, maka hasilnya diharapkan dapat diambil
manfaat sebagai berikut:
a. Bagi Pengembangan Keilmuan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menyumbangkan
sesuatu yang berharga bagi pihak universitas khususnya
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
sekaligus sebagai koleksi pembendaharaan referensi dan tambahan
wacana pengetahuan untuk perpustakaan Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran” Jawa Timur.
b. Bagi Sektor Industri
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi
atau masukan terhadap pendapatan industri kecil di Kabupaten
Gresik maupun Kabupaten Jombang serta sebagai bahan
industri yang berhubungan dengan masalah pendapatan industri
kecil.
c. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
tambahan pengalaman dan pengetahuan tentang cara penulisan
karya ilmiah yang baik khususnya peneliti dan dapat dipakai
10 2.1. Hasil Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh pihak lain yang
dapat dipakai sebagai bahan masukan serta bahan pengkajian yang
berkaitan dengan analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan
industri kecil di Kabupaten Gresik dan Kabupaten Jombang, antara lain :
1. Hermawati (2000), dengan judul penelitian ”Beberapa Faktor
Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan di Lingkungan Industri
Kecil Kerajinan Tas Kulit di Kabupaten Gresik”. Dari analisa uji F
disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang nyata antara variabel
Proporsi Modal (X1), Tingkat Pendidikan (X2), Tenaga Kerja
secara keseluruhan berpengaruh nyata terhadap tingkat pendapatan
(Y) dengan F hitung (146,508) > F tabel (2,81). Sedangkan dari analisa
uji t, menunjukkan bahwa variabel Proporsi Modal berpengaruh
secara positif terhadap tingkat pendapatan (Y) dengan t hitung
(7,709) > t tabel (2,2010). Variabel tingkat pendidikan berpengaruh
positif terhadap tingkat pendapatan (Y) dengan t hitung (5,255) > t
tabel (2,010). Variabel Tenaga Kerja berpengaruh positif terhadap
tingkat pendapatan (Y) dengan t hitung (2,010).
2. Parwanti (2004), dengan judul penelitian “Faktor-Faktor Yang
analisa uji F disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang nyata
antara variabel nilai Investasi (X1), jumlah tenaga kerja (X2) dan
jumlah industri kecil (X3) terhadap variabel terikat pendapatan
industri kecil di Jawa Timur (Y), dimana diketahui bahwa F hitung =
7,401 > F tabel = 3,59. Sedangkan dari analisa uji t, menunjukkan
bahwa variabel nilai investasi (X1) dan variabel Jumlah Industri
Kecil (X3) berpengaruh nyata terhadap pendapatan industri kecil di
Jawa Timur, dimana t hitung variabel Investasi (X1) = 2,231 > t tabel
= 2,201 dan variabel Jumlah Industri Kecil (X3) t hitung = -2,225
> -t tabel = -2,201. Sedangkan variabel Jumlah Tenaga Kerja (X2)
tidak berpengaruh nyata terhadap Pendapatan Industri Kecil di
Jawa Timur (Y) dimana t hitung = 0,960 < t tabel = 2,201.
3. Hermojo (2005), dengan judul penelitian “Beberapa Faktor Yang
Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Industri Kecil Di Kabupaten
Jombang”. Dari analisa uji F disimpulkan bahwa terdapat pengaruh
yang nyata antara variabel nilai Investasi (X1), jumlah tenaga kerja
(X2), jumlah industri kecil (X3), dan pendapatan perkapita (X4)
terhadap pendapatan industri kecil di Kabupaten Jombang, dimana
diketahui bahwa F hitung (1920,248) > F tabel (3,48). Sedangkan dari
analisa uji t, menunjukkan bahwa variabel nilai investasi (X1),
jumlah tenaga kerja (X2), dan jumlah industri kecil (X3)
berpengaruh nyata terhadap pendapatan industri kecil di kabupaten
t hitung (X3) = 2,657 > t tabel= 2,228. Sedangkan variabel
pendapatan perkapita (X4) tidak mempengaruhi pendapatan
industri kecil di Kabupaten Jombang, dimana t hitung (X4) = -0,204
< t tabel = 2,228. Hal tersebut diakibatkan karena mutu secara
kuantitas maupun kualitas produk yang dihasilkan masih rendah
sehingga pendapatan industri kecil masih rendah.
4. Setiawan (2003), dengan judul penelitian “Beberapa Yang
Mempengaruhi Peningkatan Pendapatan Pengusaha Industri Kecil
Kerajinan Tas, Koper dan Sepatu Di Kabupaten Sidoarjo”.
Permasalahan yang dibahas adalah : Apakah faktor modal sendiri
(X1), Pendidikan Pengusaha (X2), Tenaga Kerja (X3), Pengalaman
Kerja (X4), berpengaruh secara nyata terhadap Pendapatan
Pengusaha (Y), dimana variabel bebas berpengaruh secara positif
terhadap terikat dan variabel tingkat Pendidikan Pengusaha
merupakan variabel yang paling berpengaruh terhadap tingkat
Pendapatan.
5. Basuki (2007), dengan judul penelitian “Analisis Beberapa Faktor
Yang Mempengaruhi Investasi Pada Industri Kecil Di Kabupaten
Gresik”. Dari analisa uji F disimpulkan bahwa terdapat pengaruh
yang nyata antara variabel bebas jumlah industri kecil (X1), tingkat
suku bunga (X2), kredit modal kerja (X3), produk domestik regional
bruto (X4), dan investasi terhadap investasi industri kecil di
Sedangkan dari analisa uji t, menunjukkan bahwa variabel tingkat
suku bunga (X2), kredit modal kerja (X3), dan produk domestik
regional bruto (X4) berpengaruh nyata terhadap investasi industri
kecil di Kabupaten Gresik (Y). Jumlah industri kecil (X1) tidak
berpengaruh nyata terhadap investasi industri kecil di Kabupaten
Gresik (Y). Hal tersebut dikarenakan perkembangan industri kecil
pada masa mendatang tidak menentu, sehingga para investor ragu
untuk melakukan investasi pada industri kecil yang prospek
kedepannya tidak menentu. Inflasi tidak berpengaruh secara nyata
terhadap investasi industri kecil di Kabupaten Gresik, hal ini
dikarenakan inflasi mempengaruhi daya beli masyarakat. Jika
inflasi naik akan berpengaruh terhadap daya beli masyarakat
meskipun pendapatan naik sehingga kecenderungan untuk
melakukan investasi kecil karena digunakan untuk konsumsi.
6. Mashudi (2002),dengan judul jurnal penelitian “Pengaruh Modal,
Pendidikan Dan Tenaga kerja Terhadap Pendapatan Pengusaha
Sepatu Sandal Kulit di Kabupaten Magetan”. Dari analisa uji F
disimpulkan bahwa variabel bebas yang terdiri dari proporsi modal
(X1), tingkat pendidikan (X2), dan jumlah tenaga kerja (X3)
berpengaruh secara nyata terhadap variabel terikat yaitu
pendapatan pengusaha sepatu sandal kulit (Y) dengan F hitung =
11,077 > F tabel = 3,69. Sedangkan dari analisa uji t, menunjukkan
berpengaruh secara nyata terhadap variabel terikat yaitu
pendapatan pengusaha sepatu sandal kulit (Y) dimana t hitung (X1) =
7,709 > t tabel = 0,05. Variabel tingkat pendidikan (X2)
berpengaruh secara nyata terhadap variabel terikat yaitu
pendapatan pengusaha sepatu sandal kulit (Y) dimana t hitung (X2) =
5,225 > t tabel = 0,05. Sedangkan variabel jumlah tenaga kerja (X3)
tidak berpengaruh secara nyata terhadap variabel terikat yaitu
pendapatan pengusaha sepatu sandal kulit (Y) dimana t hitung (X3) =
3,137 > t tabel = 0,05.
2.1.1. Perbed
p, tempat penelitian dan
jumlah
aan Dengan Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan oleh peneliti pada kesempatan kali ini
berbeda dengan penelitian–penelitian sebelumnya. Perbedaan penelitian
yang dilakukan oleh peneliti terdahulu dengan penelitian yang dilakukan
sekarang terletak pada kurun waktu, ruang lingku
variabel yang digunakan untuk penelitian.
Berdasarkan penelitian terdahulu seperti yang telah disebutkan
diatas, yang juga merupakan dasar acuan untuk penelitian kali ini dengan
judul “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Industri
Kecil Di Kabupaten Gresik dan Kabupaten Jombang”, dengan variabel
terikat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pendapatan Industri
Kecil di Kabupaten Gresik (Y1) dan Pendapatan Industri Kecil di
dalam penelitian ini terdiri dari Investasi Industri Kecil (X1), Jumlah
Tenaga Kerja Industri Kecil (X2), Pertumbuhan Ekonomi (X3), dan Jumlah
Industri Kecil (X4).
ri
2.2.1.1. Penge
lah produksi
indus
dan tabungan akan meningkat
pula. (Nisjar dan Winardi, 1997 : 28). 2.2. Landasan Teo
2.2.1. Pendapatan
rtian Pendapatan
Pendapatan adalah hasil dari terjemahan bahasa Inggris “Income” yang di artikan sebagai pendapatan. Menurut pengertian yang sempit
pendapatan meliputi operasional yaitu pendapatan yang timbul atau yang
di hasilkan dari aktifitas produksi. Pendapatan operasional yang timbul
dari laba atau rugi penjualan aktiva tetap atau investasi tidak termasuk
pendapatan. Sedangkan pendapatan pada industri kecil merupakan
pendapatan bruto yaitu pendapatan diperoleh dari nilai produksi industri
kecil pertahun, yang merupakan harga dari produksi industri kecil yang
sudah dikelola menjadi barang jadi siap dipasarkan pada konsumen.
Pendapatan tersebut dapat diperoleh dengan menghitung jum
tri kecil dikalikan dengan harga produk industri kecil.
Pendapatan adalah barang atau jasa yang dapat dikonsumsi selama
periode tertentu. Dengan demikian dapat terlihat pendapatan mempunyai
pengaruh terhadap konsumsi dan tabungan. Dengan adanya peningkatan
Pendapatan menunjukkan jumlah seluruh uang yang diterima
oleh seseorang atau rumah tangga selama jangka waktu tertentu
(biasanya satu tahun) sedangkan pendapatan itu sendiri terdiri dari:
upah, atau penerimaan tenaga kerja, pendapatan dari kekayaan seperti:
sewa, bunga, deviden serta pembayaran transfer atau penerimaan dari
pemerintah seperti : tunjangan sosial atau asuransi. (Samuelson dan
Nordhaus, 1992 : 258).
Dari kedua pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa
pendapatan merupakan jumlah seluruh uang yang diterima oleh
seseorang atau faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses
poduksi dalam jangka waktu tertentu (satu tahun).
2.2.2. Investasi Industri Kecil
2.2.2.1. Pengertian Investasi
Kata investasi berasal dari bahasa Inggris, yaitu “Investment”, apabila dalam bahasa Indonesia investasi adalah “penanaman modal”
investasi adalah suatu kegiatan yang sangat penting bagi kelangsungan
hidup suatu kegiatan usaha, karena ini sangat dibutuhkan sebagai faktor
penunjang di dalam memperlancar proses produksi.
Menurut pendapat Prof. Robinson yang dikutip oleh Suherman
Rosyidi dalam bukunya yang berjudul Pengantar Teori Ekonomi
sedangkan membeli selembar kertas saham bukanlah investasi. (Rosyidi,
1994: 158).
Investasi adalah pengeluaran yang ditunjukkan untuk
meningkatkan atau mempertahankan stok barang modal. Stok barang
modal terdiri dari pabrik mesin dan produk-produk tahan lama yang
digunakan dalam proses produksi. (Dornbusch dan Fischer, 1995: 46).
Menurut Sukirno, investasi diartikan sebagai pengeluaran atau
pembelanjaan penanaman modal atau perusahaan untuk membeli
barang-barang modal dan perlengkapan-perlengkapan produksi untuk menambah
kemampuan memproduksi barang-barang dan jasa-jasa yang tersedia
dalam perekonomian. Dalam prakteknya, suatu usaha untuk mencatat
nilai penanaman modal yang dilakukan dalam suatu tahun tertentu, yang
digolongkan sebagai investor (atau pembentukan modal atau penanaman
modal), meliputi pengeluaran atau pembelanjaan sebagai berikut:
a. Pembelian berbagai jenis barang modal, yaitu mesin-mesin dan
peralatan produksi lainnya untuk mendirikan berbagai jenis
industri dan perusahaan.
b. Pembelanjaan untuk membangun rumah tempat tinggal, bangunan
kantor, bangunan pabrik, dan bangunan-bangunan lainnya.
c. Pertambahan nilai stok barang-barang yang belum terjual, bahan
mentah dan barang yang masih dalam proses produksi pada akhir
Dari berbagai penjelasan diatas tentang definisi investasi tersebut
maka dapat disimpulkan bahwa investasi adalah pengeluaran yang
disediakan untuk meningkatkan atau mempertahankan barang-barang
modal, selain itu bisa diartikan sebagai uasaha membina industri supaya
dapat lebih maju dan merupakan hal yang sangat penting bagi
kelangsungan hidup usaha sebagai faktor penunjang di dalam
memperlancar proses produksi.
2.2.2.2. Teori Investasi
Menurut suparmoko, masalah investasi adalah suatu masalah yang
langsung berkaitan dengan besarnya pengharapan akan pendapatan dari
barang modal dimasa depan. Pengharapan dimasa depan inilah yang
menjadi faktor terpenting untuk penentu besarnya investasi dan terdapat 2
teori, yaitu:
a. Teori Klasik
Teori klasik tentang investasi didasarkan atas teori
produktivitas batas (marginal productivity) dari faktor produksi modal. Menurut teori ini besarnya modal yang akan diinvestasikan
dalam proses produksi ditentukan oleh produktivitas batasnya
dibandingkan dengan tingkat bunga-bunganya. Sehingga investasi
ini akan terus dilakukan bilamana produktivitas batas dari investasi
itu masih lebih tinggi daripada tingkat bunga yang akan diterimanya
Dengan teori produktivitas batas, maka masalah investasi
oleh para-para ahli ekonomi klasik dipecahkan atas dasar prinsip
maksimalisasi laba dari perusahaan-perusahaan industri. Sebab
suatu perusahaan akan memaksimalisasi labanya dalam suatu
persaingan sempurna. Bila perusahaan itu menggunakan modalnya
sampai pada jumlah produksi marginal kapitalnya sama dengan
harga capital yaitu suku bunga, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa :
1. Suatu investasi akan dijalankan apabila pendapatan dari
investasi lebih besar dari tingkat bunga. Pendapatan dari
investasi merupakan jumlah pendapatan yang akan diterima
setiap akhir tahun selama barang modal digunakan dalam
produksi.
2. Investasi dalam modal adalah menguntungkan bila biaya
ditambah bunga lebih kecil dari pendapatan yang
diharapkan dari investasi itu.
b. Teori Keynes
Masalah investasi baik penentu jumlah maupun kesempatan
untuk melakukan investasi oleh Keynes didasarkan atas konsep
Marginal Efficiency of Investment (MEI), yaitu bahwa investasi itu akan dijalankan apabila MEI lebih tinggi daripada tingkat suku
Menurut garis MEI ini antara lain disebabkan oleh 2 hal, yaitu :
1. Bahwa semakin banyak investasi yang terlaksana dalam
masyarakat, maka semakin rendah efisiensi marginal investasi
itu, semakin banyak investasi yang terlaksana dalam lapangan
ekonomi maka semakin sengitlah persaingan para investor
sehingga MEI menurun.
2. Semakin banyak investasi dilakukan, maka biaya dari barang
modal menjadi lebih tinggi. (Suparmoko, 1992 : 84).
2.2.2.3. Macam-Macam Investasi
Macam-macam investasi dibagi menjadi 4 kelompok, yang
pembagiannya sebagai berikut:
1. Autonomous Invesment dan Induced Investment
Autonomous Investment (Investasi Otonomi) adalah investasi yang besar kecilnya tidak dipengaruhi oleh pendapatan, tetapi dapat
berubah oleh karena adanya perubahan faktor-faktor di luar
pendapatan. Faktor-faktor lain diluar selain pendapatan yang
mempengaruhi tingkat investasi seperti itu, misalnya tingkat
teknologi, kebijaksanaan pemerintah, harapan para pengusaha dan
2. Public Investment dan Private Investment
Public Investment adalah Investasi atau penanaman modal yang dilakukan oleh pemerintah (baik pusat maupun daerah). Public investment tidak dilakukan oleh pihak-pihak yang bersifat personal, investasi ini bersifat impersonal atau resmi. Sedangkan Private Investment adalah investasi yang dilakukan oleh pihak swasta. Di dalam private investment, unsur-unsur seperti keuntungan yang akan diperoleh dimasa depan penjualan dan sebagainya merupakan
peranan yang sangat penting dalam menentukan volume investasi.
Sementara dalam penentuan volume investasi, pertimbangan itu
lebih diarahkan kepada melayani atau menciptakan kesejahteraan
bagi rakyat banyak.
3. Domestik Investment dan Foreign Investment
Domestik investment adalah penanaman modal di dalam negeri, sedangkan Foreign Investment adalah penanaman modal asing. Sebuah negara yang memiliki banyak sekali faktor produksi alam
atau faktor produksi tenaga manusia namun tidak memiliki faktor
produksi modal (capital) yang cukup untuk mengelolah sumber- sumber yang dimiliki, maka mengundang modal asing agar
sumber-sumber yang ada termanfaatkan.
4. GrossInvestment dan Net Investment
demikian investasi bruto dapat benilai positif ataupun nol (yaitu ada
atau tidak ada investasi sama sekali) tetapi tidak akan bernilai
negatif. Sedangkan Net Investment (Investasi Netto) adalah selisih antara investasi bruto dengan penyusutan. Apabila misalnya
investasi bruto tahun ini adalah Rp.25 juta sedangkan penyusutan
yang terjadi selama tahun yang lalu adalah sebesar Rp.10 juta, maka
itu berarti bahwa investasi netto tahun ini adalah sebesar Rp.15 juta.
(Rosyidi, 1994 : 161).
2.2.2.4. Faktor – Faktor Yang Menentukan Investasi
a. Ramalan Mengenai Keadaan Dimasa Yang Akan Datang
Kegiatan perusahaan untuk mendirikan industri dan memasang
barang-barang modal dinamakan kegiatan memakan waktu. Dan
apabila investasi tersebut telah selesai dilaksanakan, yaitu pada
waktu industri atau perusahaan itu sudah mulai menghasilkan
barang dan jasa yang menjadi produksinya, maka para pemilik
modal biasanya akan melakukan kegiatan terus selama beberapa
tahun. Oleh karena itu dalam menentukan apakah semua kegiatan
yang akan dan dikembangkan itu dapat memperoleh atau
menimbulkan kerugian, maka para pemilik modal harus membuat
b. Tingkat Bunga
Bagi perusahaan yang bijaksana hendaknya selalu mengikuti dan
memperhatikan perkembangan pasar, terutama tentang
perkembangan tingkat bunga yang dapat mempengaruhi
beroperasinya setiap perusahaan oleh karena itu tingkat bunga dapat
digolongkan sebagai salah satu faktor penting yang akan
menentukan besarnya investasi yang akan dilakukan oleh para
pengusaha.
c. Perubahan Dan Perkembangan Teknologi
Kegiatan yang dikembangkan dalam kegiatan produksi atau usaha
lain, maka hal demikian itu ditanamkan mengadakan pembaharuan.
Pada umumnya semakin banyak perkembangan ilmu dan teknologi,
maka semakin banyak pula jumlah kegiatan pembaharuan yang
dilakukan oleh para pengusaha.
d. Tingkat Pendapatan Nasional Dan Perubahan-Perubahannya
Sejarah perkembangan ekonomi dunia menunjukkan bahwa
akhir-akhir ini berbagai penemuan dan pembaharuan sangat besar
peranannya. Kenyataan yang ada menggambarkan bahwa hubungan
antara pendapatan nasional dan investasi merupakan cenderung
untuk mencapai tingkat yang lebih besar apabila pendapatan
nasional semakin besar jumlahnya. Demikian pula sebaliknya,
apabila pendapatan nasional rendah biasanya nilai investasinya juga
e. Keuntungan Yang Dicapai Perusahaan
Setiap perusahaan yang sangat berkembang salah satu faktor
penting yang dapat menentukan untuk kegiatan atau pengembangan
investasi adalah keuntungan yang diperolehnya. Apabila
perusahaan-perusahaan itu melakukan investasi dengan
menggunakan tabungannya atau modal kas, maka perusahaan yang
harus dibayar untuk jangka waktu berikutnya. Ini berarti disamping
mengurangi biaya investasi yang akan dilakukan secara otomatis
akan menambah modal atau keuntungan perusahaan-perusahaan
yang bersangkutan. (Rosyidi, 1994: 165).
2.2.2.5. Hubungan Antara MEC (Marginal Efficiency of Capital) Dan
Investasi
Di dalam waktu tertentu misalnya dalam tempo satu tahun, dalam
perekonomian akan banyak individu dan perusahaan yang
mempertimbangkan untuk melakukan investasi. Hal ini dijelaskan dalam
hubungan Marginal Efficiency of Capital dengan Investasi. Berbagai proyek investasi ini memiliki tingkat pengembalian modal yang berbeda,
yaitu sebagian dari proyek investasi itu akan menghasilkan keuntungan
yang tinggi dan ada pula proyek yang keuntungannya rendah.
Berdasarkan atas jumlah modal yang akan ditanam dan tingkat
pengembalian modal yang diramalkan akan diperoleh keuntungan
analisis makro ekonomi membentuk suatu kurva yang dinamakan
Gambar 1 : Hubungan antara MEC dan Investasi
Tingkat Pengembalian Modal
Sumber : Sukirno, 2004, Pengantar Teori Makro Ekonomi, Raja
Grafindo Persada Jakarta, Halaman : 125.
Keterangan :
Berdasarkan hal-hal yang diajukan efisiensi modal marginal dapat
didefinisikan suatu kurva yang menunjukan suatu hubungan diantara
tingkat pengembalian modal dan jumlah modal yang akan di
investasikannya. Untuk memperjelas arti konsep marginal dapat
dijelaskan berikut, sumbu tegak menunjukan nilai investasi yang akan
dilakukan. Pada kurva Marginal Efficiency of Capital atau MEC ditunjukkan dengan tiga buah titik A,B,C, Titik A menggambarkan
bahwa tingkat pengembalian modal adalah sebesar R0 dan investasi
adalah I0. Ini berarti titik A menggambarkan bahwa dalam perekonomian
sebanyak R0 atau lebih tinggi, dan untuk mewujudkan investasi tersebut
modal yang diperlukan adalah sebanyak I0. Titik B dan C juga
memberikan gambaran yang sama. Titik A menggambarkan wujudnya
kesempatan untuk menginvestasikan dengan tingkat pengembalian modal
R1 atau lebih dan model yang diperlukan adalah I1 dan titik C
menggambarkan untuk mewujudkan usaha yang dapat menghasilkan
tingkat pengembalian modal sebanyak R2 atau lebih, diperlukan modal
sebanyak I2. (Sukirno, 2004 : 124-125).
2.2.2.6. Hubungan Investasi Industri Kecil Dengan Pendapatan Industri
Kecil
Jika investasi yang tertanam pada industri kecil meningkat, maka
akan dapat memperluas usaha/lapangan kerja industri kecil sehingga
dapat menambah jumlah barang/jumlah poduksi yang dihasilkan maka
secara langsung akan mengakibatkan pendapatan meningkat dan
keuntungan yang maksimal bisa dicapai. (Sukirno, 2001 : 107).
2.2.3. Jumlah Tenaga Kerja Industri Kecil
2.2.3.1. Pengertian Tenaga Kerja
Tenaga kerja adalah penduduk yang berumur di dalam batas usia
kerja. Batasan usia kerja berbeda-beda antara negara satu dengan negara
lain. Batas usia yang di anut oleh Indonesia adalah minimum 10 tahun
Tenaga kerja (man power) adalah kemampuan manusia untuk mengeluarkan usaha tiap satuan waktu guna menghasilkan barang dan
jasa, baik untuk dirinya sendiri maupun orang lain. (Suroto, 1992 : 17).
Tenaga kerja yaitu penduduk pada usia kerja yaitu antara 15 sampai
64 tahun. Penduduk pada usia kerja ini digolongkan menjadi dua yaitu
angkatan kerja (labour force) dan bukan angkatan kerja. (Suparmoko, 1992 : 114).
Tenaga kerja adalah semua orang yang bersedia untuk sanggup
bekerja. Pengertian tenaga kerja ini meliputi mereka yang bekerja untuk
diri sendiri ataupun untuk anggota keluarga yang tidak menerima bayaran
berupa upah ataupun mereka yang bersedia dan mampu untuk bekerja,
dalam arti mereka menganggur dengan terpaksa karena tidak ada
kesempatan kerja. (Sumarsono, 2003 : 5).
Tenaga kerja adalah mencakup penduduk yang sudah atau sedang
bekerja, sedang mencari pekerjaan dan melakukan kegiatan lain seperti
bersekolah dan mengurus rumah tangga. Tiga golongan yang disebut
terakhir (pencari kerja, bersekolah dan mengurus rumah tangga)
walaupun sedang tidak bekerja, mereka dianggap fisik mampu dan
2.2.3.2. Pengertian Angkatan Kerja
Angkatan kerja adalah bagian penduduk yang mampu dan bersedia
melakukan pekerjaan. Kata “mampu” disini menunjukkan kepada tiga
hal, yaitu :
a. Mampu fisik, yaitu sudah cukup umur, jasmani, sudah cukup kuat
dan tidak mempunyai cacat mental.
b. Mampu mental, yaitu mempunyai mental yang sehat dan tidak
memiliki kelainan untuk melakukan pekerjaan normal.
c. Mampu yuridis, yaitu tidak kehilangan kebebasan dan bersedia
untuk memiliki dan melakukan pekerjaan. Kata “bersedia” berarti
orang yang bersangkutan dapat secara aktif mampu dan pasif atas
kemauannya sendiri mencari pekerjaan. (Dumairy, 1997 : 75).
Angkatan kerja adalah penduduk yang bekerja dan penduduk yang
belum bekerja, namun siap untuk bekerja atau sedang mencari pekerjaan
pada tingkat upah yang berlaku. Sedangkan penduduk yang bekerja
adalah mereka yang melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan
jasa untuk memperoleh penghasilan, baik bekerja penuh maupun tidak
bekerja penuh. (Suparmoko, 1992 : 67).
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa angkatan
kerja adalah tenaga kerja atau penduduk dalam usia kerja yang bekerja
atau mempunyai pekerjaan, namun untuk sementara sedang tidak mencari
2.2.3.3. Pengertian Bukan Angkatan Kerja
Bukan Angkatan kerja adalah bagian dari tenaga kerja yang tidak
bekerja atau sedang mencari pekerjaan. (Sumarsono, 2003 : 116).
Bukan Angkatan kerja adalah tenaga kerja atau penduduk dalam
usia yang tidak bekerja, tidak mempunyai pekerjaan dan sedang tidak
mencari pekerjaan. Mereka ini adalah bagian dari tenaga yang
sesungguhnya tidak terlihat dalam kegiatan produktif yaitu memproduksi
barang dan jasa. Yang bukan angkatan kerja disini dapat di golongkan
menjadi 3 golongan, yaitu:
a. Golongan yang bersekolah, yaitu mereka yang kegiatannya hanya
sekolah.
b. Golongan yang mengurus rumah tangga, yaitu mereka yang
mengurus rumah tangga tanpa memperoleh upah.
c. Golongan lain-lain, yaitu :
1. Penerima pendapatan yaitu mereka yang tidak melakukan
sesuatu kegiatan ekonomi, tetapi memperoleh pendapatan,
seperti: tunjangan pensiun, bunga atas pinjaman atau sewa atas
hak milik.
2. Mereka yang hidupnya tergantung dari orang lain.
Konsep memilah-memilah tenaga kerja seperti ini disebut
Jumlah penduduk dan angkatan kerja, serta laju pertumbuhan
penduduk yang tinggi sebenarnya tidak perlu menjadi masalah bila daya
dukung yang efektif di negara itu cukup kuat untuk memenuhi berbagai
macam kebutuhan masyarakat termasuk penyediaan kesempatan kerja.
Penduduk disuatu negara bisa menjadi tenaga kerja atau bukan
tenaga kerja. Tenaga kerja dapat dibagi menjadi angkatan kerja dan
bukan angkatan kerja, sekalipun mereka adalah angkatan kerja tidak
semua angkatan kerja akan bekerja, ada juga yang menganggur.
Penduduk yang telah bekerja juga tidak selalu bekerja penuh, ada
penduduk yang bekerja setengah menganggur, pengangguran kentara
karena jam kerja yang sedikit serta penghasilan yang tidak tetap dan
pengangguran tidak kentara karena produktivitas rendah ataupun
penghasilan yang rendah.
Bukan angkatan kerja dalam hal ini disebabkan oleh beberapa hal
karena masih duduk dibangku sekolah, mengurus rumah tangga bagi
mereka yang telah berkeluarga, penerima pendapatan atau orang yang
tidak produktif tetapi mendapatkan imbalan seperti, pensiunan
pendapatan dari jasa sewa, bunga simpanan dan lain sebagainya.
Gambar 2 : Komposisi Penduduk Dan Tenaga Kerja
Bukan Angkatan Kerja Angkatan Kerja
Penerima Pendapatan Mengurus
Rumah Tangga Bekerja
Pengangguran Sekolah
Tenaga Kerja Bukan Tenaga Kerja
Penduduk
Setengah Pengangguran Bekerja Penuh
Tidak Kentara Kentara (yang kerja sedikit)
Produktifitas Rendah Penghasilan Rendah
Sumber : Simanjuntak J. Payaman, 1995, Pengantar Ekonomi
Sumber Daya Manusia, Penerbit LPFE UI, Jakarta,
Halaman 19.
2.2.3.4. Permintaan Tenaga Kerja
Permintaan tenaga kerja adalah kebutuhan yang sudah didasarkan
atas kesediaan membayarkan upah tertentu sebagai imbalan pemberian
kerja bermaksud menggunakan atau meminta sekian orang karyawan
dengan kesediaan membayar upah sekian rupiah setiap waktu. Jadi, dalam
berlaku dalam masyarakat atau yang dibayarkan kepada tenaga kerja yang
bersangkutan. (Suroto, 1992 : 21).
Gambar 3 : Kurva Permintaan Tenaga Kerja
Upah
VMPPL
D
w1
w
w2
D = MPPL X P
0
A N B Penempatan
Sumber : Simanjuntak J. Payaman, 1995, Pengantar Ekonomi
Sumber Daya Manusia, Penerbit LPFE UI, Jakarta,
Halaman 75.
Keterangan :
Garis DD melukiskan nilai hasil marginal karyawan (Value marginal physical pruduct of VMPPL) untuk setiap tingkat penempatan. Bila misalnya jumlah karyawan yang dipekerjakan sebanyak OA = 100
orang, maka nilai hasil kerja orang yang ke 100 dinamakan VMPPL nya
dan besarnya sama dengan : MPPL X P = W1. Nilai ini lebih besar dari
tingkat upah yang sedang berlaku (W). Oleh karena itu laba perusahaan
akan bertambah dengan menambah tenaga kerja baru. Pengusaha dapat
ON. Dititik N pengusaha mencapai laba maksimum dan nilai MPPL X P
sama dengan upah yang dibayarkan kepada karyawan.
2.2.3.5. Penawaran Tenaga Kerja
Persediaan tenaga kerja adalah istilah yang biasanya juga belum
dihubungkan dengan faktor upah. Sedangkan dalam istilah penawaran
tenaga kerja sudah ikut dipertimbangkan faktor upahnya. Dalam hal ini
pencari kerja bersedia menerima pekerjaan itu atau menawarkan
tenaganya apabila kepadanya diberikan upah sekian rupiah setiap waktu.
(Suroto, 1992 : 22).
Gambar 4 : Kurva Penawaran Tenaga kerja
Upah Ns (Pe = 2.0)
W2
Ns (Pe = 1.0)
W1
0
N1 Tenaga kerja
Sumber : Nopirin, 1992, Ekonomi Moneter,Penerbit BPFE UGM,
Yogyakarta, Halaman 16.
Keterangan :
Pada harga harapan Pe = 1.0. Upah nominal adalah W1 maka
naik menjadi Pe = 2.0; tingkat upah w2 akan memberikan upah riil yang
sama, sehingga jumlah tenaga kerja yang ditawarkan tetap pada N1.
Jumlah tenaga kerja yang ditawarkan akan naik apabila upah riilnya naik,
yakni apabila upah nominal naik menjadi W2 sedang yang diharapkan
tetap tidak berubah pada Pe = 1.0.
Gambar 5 : Keseimbangan dalam Pasar Tenaga Kerja
Upah
Nopirin, 1992, Ekonomi M
angan :
1 1 1
2 1
Keseimbangan dalam pasar tenaga kerja akan terjadi pada tingkat
upah riil dimana jumlah tenaga kerja yang diminta sama dengan yang
ditawarkan. Pada gambar 3 keseimbangan terjadi pada tingkat upah
(nominal) W dengan jumlah tenaga kerja N pada harga P . Jika upah
nominal turun menjadi W , dengan harga tetap P berarti upah riil turun,
jumlah tenaga kerja yang diminta (N ) melebihi yang ditawarkan (N ).
Kelebihan jumlah tenaga kerja yang diminta ini akan mendorong tingkat
upah naik sampai ke W kembali dimana tingkat upah riil juga kembali
sama seperti semula. 1
2.2.3.7. Hubungan Jumlah Tenaga Kerja Industri Kecil Dengan Pendapatan
Industri Kecil
Tenaga merupakan faktor produksi yang sangat penting dalam
peningkatan pendapatan industri kecil karena semakin banyak jumlah
tenaga kerja dipakai maka produktivitas untuk setiap proses produksi atau
dalam menciptakan serta memperbesar nilai suatu barang akan meningkat
dan hasil produksinya juga semakin besar sehingga nantinya akan
menambah pendapatan yang akan diterima oleh industri kecil.
2.2.4. Pertumbuhan Ekonomi
2.2.4.1. Pengertian Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi yaitu perkembangan kegiatan dalam
perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksikan
dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat.
(Sukirno, 2004 : 9).
Pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan kapasitas dalam jangka
panjang dari negara yang bersangkutan untuk menyediakan berbagai
barang ekonomi kepada penduduknya. (Todaro, 1993 : 99).
Pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan Produk Domestik Regional
Domestik Regional Bruto adalah jumlah total nilai produksi barang dan
jasa yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi dari suatu wilayah dalam
jangka waktu tertentu. Unit-unit produksi tersebut dalam penyajian Badan
Pusat Statistik ditetapkan menjadi sembilan sektor lapisan usaha, yaitu :
a. Pertanian
b. Pertambangan dan penggalian
c. Industri pengolahan
d. Listrik, gas dan air bersih
e. Bangunan
f. Angkutan dan komunikasi
g. Perdagangan, hotel dan restoran
h. Pengangkutan, persewaan dan jasa perusahaan
i. Jasa-jasa. (Putong, 2003 : 252).
Melalui penjelasan tentang pengertian pertumbuhan ekonomi
diatas, pertumbuhan ekonomi mempunyai tiga komponen yaitu :
a. Pertumbuhan suatu bangsa terlihat dari meningkatnya secara terus
menerus persediaan barang.
b. Teknologi maju merupakan faktor-faktor dalam pertumbuhan
ekonomi yang menentukan derajat pertumbuhan kemampuan dalam
penyediaan aneka macam barang kepada penduduk.
c. Penggunaan teknologi secara luas dan efisien memerlukan adanya
yang dihasilkan oleh ilmu pengetahuan umat manusia dapat
dimanfaatkan secara tepat. (Jhingan, 1991 : 72).
2.2.4.2. Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi,
yaitu :
a. Tanah dan Kekayaan Alam Lainnya
Kekayaan alam sesuatu negara meliputi luas dan kesuburan
tanah, keadaan iklim dan cuaca, jumlah dan jenis hasil hutan dan
hasil laut yang dapat diperoleh, jumlah dan jenis kekayaan barang
tambang yang terdapat. Kekayaan alam akan dapat mempermudah
usaha untuk mengembangkan perekonomian sesuatu negara,
terutama pada masa-masa permulaan dari proses pertumbuhan
ekonomi. Didalam setiap negara di mana pertumbuhan ekonomi
baru bermula terdapat banyak hambatan untuk mengembangkan
berbagai kegiatan ekonomi di luar sektor utama (pertanian dan
pertambangan) yaitu sektor di mana kekayaan alam terdapat
kekurangan modal, kekuangan tenaga ahli dan kekurangan
pengetahuan para pengusaha untuk mengembangkan kegiatan
ekonomi modern di satu pihak.
Terbatasnya pasar bagi berbagai jenis kegiatan ekonomi
(sebagai akibat dari pendapatan masyarakat yang sangat rendah) di
berbagai jenis kegiatan ekonomi. Apabila negara tersebut
mempunyai kekayaan alam yang dapat diusahakan dengan
menguntungkan, hambatan yang baru saja dijelaskan akan dapat
diatasi dan pertumbuhan ekonomi dipercepat.
b. Jumlah Dan Mutu Dari Penduduk Dan Tenaga Kerja
Penduduk yang bertambah akan memperbesar jumlah
tenaga kerja, dan penambahan tersebut memungkinkan negara itu
menambah produksi. Disamping itu sebagai akibat pendidikan,
latihan dan pengalaman kerja, keterampilan penduduk akan selalu
bertambah tinggi. Hal ini akan menyebabkan produktivitas
bertambah dan ini selanjutnya menimbulkan pertambahan produksi
yang lebih cepat daripada pertambahan tenaga kerja. Selanjutnya
perlu diingat pula bahwa pengusaha adalah sebagian dari
penduduk. Maka luasnya kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh
sesuatu negara juga bergantung kepada jumlah pengusaha dalam
sejumlah penduduk tertentu adalah lebih banyak, lebih banyak
kegiatan ekonomi yang dijalankan.
Dorongan lain yang timbul dari perkembangan penduduk
terhadap pertumbuhan ekonomi bersumber dari akibat
pertambahan itu kepada luas pasar. Perkembangan penduduk
menyebabkan besarnya luas pasar dari barang-barang yang
dihasilkan sektor perusahaan akan bertambah pula. Karena
dorongan kepada pertambahan dalam produksi nasional dan tingkat
kegiatan ekonomi.
c. Barang-Barang Modal Dan Tingkat Teknologi
Barang-barang modal penting artinya dalam mempertinggi
keefisienan pertumbuhan ekonomi. Didalam masyarakat yang
sangat kurang maju sekalipun barang-barang modal sangat besar
perannya dalam kegiatan ekonomi. Tanpa adanya alat-alat untuk
menangkap ikan dan berburu, alat-alat untuk bercocok tanam dan
mengambil hasil hutan, masyarakat yang kurang maju akan
mengalami kesusahan yang lebih banyak lagi dalam mencari
makanannya sehari-hari.
Pada masa kini pertumbuhan ekonomi dunia telah mencapai
tingkat yang tinggi, yaitu jauh lebih modern daripada kemajuan
yang dicapai oleh suatu masyarakat yang masih belum
berkembang. Barang-barang modal yang sangat bertambah
jumlahnya, dan teknologi yang telah menjadi bertambah modern
memegang peranan yang penting sekali dalam mewujudkan
kemajuan ekonomi yang tinggi. Apabila barang-barang modal saja
yang bertambah, sedangkan tingkat teknologi tidak mengalami
perkembangan, kemajuan yang akan dicapai adalah jauh lebih
rendah daripada yang dicapai pada masa kini. Tanpa adanya
perkembangan teknologi, produktivitas barang-barang modal tidak
sangat rendah. Oleh karena itu pendapatan perkapita hanya
mengalami perkembangan yang sangat kecil. Kemajuan ekonomi
yang berlaku di berbagai negara terutama ditimbulkan oleh
kemajuan teknologi. Kemajuan teknologi menimbulkan beberapa
efek yang positif dalam pertumbuhan ekonomi, dan oleh karenanya
pertumbuhan ekonomi menjadi lebih pesat.
d. Sistem Sosial Dan Sikap Masyarakat
Sistem sosial dan sikap masyarakat penting peranannya
dalam mewujudkan pertumbuhan ekonomi. Di dalam menganalisis
mengenai masalah-masalah pembangunan di negara-negara
berkembang ahli-ahli ekonomi telah menunjukkan bahwa sistem
sosial dan sikap masyarakat dapat menjadi penghambat yang serius
kepada pembangunan.
Adat istiadat yang tradisional dapat menghambat
masyarakat untuk menggunakan cara memproduksi yang modern
dan produktivitas yang tinggi. Oleh karenanya pertumbuhan
ekonomi tidak dapat dipercepat. Juga di dalam sistem sosial
dimana sebagian besar tanah dimiliki oleh tuan tanah, atau dimana
luas tanah yang dimiliki adalah sangat kecil dan tidak ekonomis,
pembangunan ekonomi tidak akan mencapai tingkat yang
diharapakan. Sikap masyarakat juga dapat menentukan sampai
dimana pertumbuhan ekonomi dapat dicapai. Di sebagian
dorongan yang besar kepada pertumbuhan ekonomi. Sikap yang
sedemikian itu antara lain adalah sikap berhemat yang bertujuan
untuk mengumpulkan lebih banyak uang untuk investasi, sikap
yang sangat menghargai kerja keras dan kegiatan-kegiatan untuk
mengembangkan usaha, dan sikap yang selalu berusaha untuk
menambah pendapatan dan keuntungan. Apabila di dalam
masyarakat terdapat beberapa keadaan dalam sistem sosial dan
sikap masyarakat yang sangat menghambat pertumbuhan ekonomi,
pemerintah haruslah berusaha untuk menghapuskan
hambatan-hambatan tersebut. Perombakan dalam sistem sosial, seperti
misalnya menghapuskan kekuasaan tuan tanah dan memberikan
tanah kepada para petani yang tidak memiliki tanah, adalah suatu
langkah yang perlu dilakukan.
Perubahan dalam sikap masyarakat perlu diciptakan.
Perubahan itu terutama harus ditujukan agar masyarakat bersedia
bekerja lebih keras untuk mendapatkan pendapatan dan keuntungan
yang lebih banyak. Salah satu langkah penting yang dapat
dilakukan untuk mencapai tujuan ini adalah dengan memperluas
fasilitas pendidikan dan meningkatkan taraf pendidikan
2.2.4.3. Ukuran Pertumbuhan Ekonomi
Untuk menentukan tingkat pertumbuhan ekonomi yang dicapai
oleh suatu negara perlu dihitung pendapatan nasional riil, yaitu Produk
Nasional Bruto Riil atau Produk Domestik Riil. Untuk menentukan
Pertumbuhan ekonomi yang dicapai suatu negara, dihitung berdasarkan
laju perubahan Pendapatan Nasional riil per tahun dalam persentase
atau besarnya pertambahan riil Pendapatan Nasional riil tahun t
(sekarang) dikurangi tahun t-1 (sebelumnya) kemudian dikalikan 100 %
atau dengan rumus persamaan sebagai berikut :
Gt = PNB rt - PNB rt-1 X 100 % ...(Ritonga, 2003 : 159). PNB rt-1
Dimana:
Gt = Pertumbuhan Ekonomi pada tahun t
PNB rt = Pendapatan Nasional riil pada tahun t
PNB rt-1 = Pendapatan Nasional riil pada tahun t-1
Alat pengukur pertumbuhan ekonomi antara lain :
a. Produk Domestik Bruto (PDB)
Produk Domestik Bruto (PDB) merupakan jumlah barang dan
jasa akhir yang dihasilkan oleh suatu perekonomian dalam satu
tahun dan dinyatakan dalam harga pasar. Produk Domestik Bruto
ini merupakan acuan yang sifatnya global dan bukan merupakan
alat pengukuran yang tepat, karena belum dapat mencerminkan
b. Produk Domestik Bruto Perkapita
Produk Domestik Bruto Perkapita dapat dipakai mengukur
pendapatan perkapita dan lebih tepat mencerminkan kesejahteraan
penduduk suatu negara dari pada Produk Domestik Bruto (PDB)
saja. Produk Domestik Bruto Perkapita adalah jumlah produk
domestik bruto nasional dibagi dengan jumlah penduduk.
c. Pendapatan Perjam Kerja
Pendapatan Perjam Kerja sebenarnya paling baik sebagai alat
untuk mengukur maju tidaknya perekonomian. Biasanya suatu
negara yang mempunyai pendapatan atau upah jam kerja lebih
tinggi dari upah jam kerja negara lain untuk jenis pekerjaan yang
sama. Pasti boleh dikaitkan bahwa negara yang bersangkutan
lebih maju dari negara lain. (Suparmoko, 2000 : 205).
2.2.4.4. Teori-Teori Pertumbuhan Ekonomi
a. Teori Pertumbuhan Ekonomi W.W. Rostow
Profesor Walt Whitman Rostow mengajukan teorinya
pertama kali dalam Economic Journal dan kemudian dikembangkan dalam bukunya The Stages of Economic Growth”. Proses pertumbuhan ekonomi dapat dibedakan dalam lima tahap
dan semua negara di dunia ini akan melalui salah satu dari tahap
1. Masyarakat tradisional (the traditional society)
2. Prasyarat untuk lepas landas (the precondition for take-off) 3. Lepas landas (the take-off)
4. Gerakan ke arah kedewasaan (the drive to maturity)
5. Masa konsumsi tinggi (the age of high mass consumption). Adapun penjelasan kelima tahap pertumbuhan ekonomi tersebut
diatas sebagai berikut.
1. Masyarakat Tradisional (the traditional society)
Masyarakat tradisional merupakan masyarakat yang dalam
kehidupannya masih menggunakan cara-cara yang sangat
sederhana dan telah berlaku secara turun-temurun, baik dalam
berproduksi maupun dalam tata cara/adat istiadat. Tingkat
produktivitas mereka masih sangat terbatas karena sebagian besar
sumber daya masyarakat hanya digunakan untuk kegiatan dalam
sektor pertanian. Struktur sosial bersifat hierarkis, maksudnya
kedudukan seseorang dalam masyarakat tidak akan berbeda dengan
ayahnya, kakeknya, dan kakek moyangnya. Dalam masyarakat ini
kecil sekali kemungkinan misalnya, bagi anak seorang petani biasa
untuk menjadi tuan tanah atau kelas masyarakat lainnya yang lebih
tinggi dari petani.
2. Prasyarat Untuk Lepas Landas (the precondition for take-off)
Masa selanjutnya adalah masa ketika masyarakat telah mulai sadar
mulai diterima untuk mencapai kemajuan hidup mereka. Masa ini
disebut sebagai masa peralihan atau prasyarat untuk landas.
Ciri-ciri penting dalam masyarakat ini adalah adanya perubahan sistem
politik, struktur sosial, nilai-nilai masyarakat, dan struktur kegiatan
ekonominya mulai bergerak dinamis, industri-industri
bermunculan, perkembangan teknologi yang pesat dan lembaga
keuangan resmi sabagai penggerak dana masyarakat mulai
bermunculan, serta terjadi investasi besar-besaran terutama pada
industri kecil. Bila perubahan-perubahan seperti itu timbul, yang
menyebabkan pertumbuhan selalu terjadi, maka proses
pertumbuhan ekonomi dapat dikatakan sudah mulai berlangsung.
Jika pertumbuhan ekonomi sudah lebih sering terjadi, suatu negara
sudah dapat dianggap berada pada tahap prasyarat untuk lepas
landas.
3. Lepas Landas (the take-off)
Dalam tahap ini pertumbuhan ekonomi merupakan peristiwa yang
selalu berlangsung. Pada permulaannya terjadi perubahan yang
sangat drastis dalam masyarakat seperti revolusi politik,
terciptanya kemajuan yang pesat dalam inovasi, dan terbukanya
pasar-pasar baru. Akibat dari perubahan ini akan tercipta
pembaruan-pembaruan secara teratur dan terjadi peningkatan
penanaman modal. Penanaman modal yang tinggi akan
pertambahan penduduk. Dengan demikian, pendapatan perkapita
semakin lama akan semakin bertambah besar. Terdapat tiga ciri
untuk mengetahui apakah suatu negara sudah mencapai tahap lepas
landas atau belum, yakni :
a. Kenaikan penanaman modal yang produktif
meningkat dari 5% atau kurang menjadi 10% dari Produk
Nasional Netto.
b. Terjadi perkembangan satu atau beberapa sektor industri
dengan tingkat laju perkembangan yang tinggi.
c. Segera tercipta suatu kerangka dasar politik, sosial,
ekonomi dan institusional yang akan mewujudkan segala
kegiatan yang merupakan perluasan dari sektor modern dan
potensi ekonomi ekstern yang ditimbulkan oleh kegiatan
lepas landas, sehingga menyebabkan pertumbuhan yang
akan terus berlanjut.
4. Tahap Gerakan Ke Arah Kedewasaan (the drive to maturity)
Dalam tahap ini, masyarakat sudah secara efektif menggunakan
teknologi modern untuk memanfaatkan faktor-faktor produksi dan
kekayaan alamnya. Sektor-sektor ekonomi berkembang lebih lanjut
dan sektor-sektor andalan baru akan muncul untuk menggantikan
sektor andalan lama, yang mengalami kemunduran. Ciri-ciri non
kedewasaan dan yang hampir memasuki tahap berikutnya adalah
sebagai berikut :
a. Struktur dan keahlian tenaga kerja mengalami perubahan
dimana peranan sektor industri semakin penting, sementara
sektor pertanian semakin menurun karena berpindahnya
tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor industri.
Kemahiran dan kepandaian para pekerja bertambah tinggi.
b. Sifat kepemimpinan dalam perusahaan mengalami
perubahan, dimana manajer profesional lebih berperan
penting dari pada pengusaha yang merangkap jadi pemilik.
c. Masyarakat merasa bosan dengan dampak negatif yang
diciptakan oleh industrialisasi (polusi, permintaan dari buruh,
suara mesin) sehingga mulai memunculkan kritik-kritik
terhadapnya dan menginginkan perubahan lebih jauh.
5. Tahap Konsumsi Tinggi (the age of high mass consumption)
Pada tahap ini perhatian masyarakat lebih tertuju kepada
masalah-masalah yang berkaitan dengan konsumsi dan kesejahteraan
masyarakat, bukan lagi pada masalah produksi. Ada tiga tujuan
masyarakat yang saling bersaing untuk mendapatkan sumber daya
yang tersedia serta dukungan politik dari pemerintah agar produksi
a. Memperbesar kekuasaan dan pengaruh ke negara-negara lain
untuk perluasan pasar yang berakhir pada penaklukan atas
negara-negara tersebut.
b. Menciptakan kemakmuran yang lebih merata dengan
mengusahakan terciptanya pembagian pendapatan yang lebih
merata melalui sistem perpajakan progresif, yakni semakin
tinggi pendapatan semakin besar pula tarif pajak.
c. Mempertinggi tingkat konsumsi masyarakat di atas konsumsi
kebutuhan utama yang sederhana atas makanan, pakaian, dan
perumahan. Peningkatan konsumsi itu meliputi
barang-barang tahan lama dan barang-barang-barang-barang mewah.
b. Teori Pertumbuhan Ekonomi Adam Smith
Adam Smith menyatakan bahwa mekanisme pasar akan
menciptakan suatu suasana yang mengakibatkan perekonomian
akan berfungsi secara efisien. Adam Smith terkenal sebagai
pelopor perkembangan ilmu ekonomi dan ahli ekonomi yang
pertama mengemukakan mengenai pentingnya kebijakan laissez faire dan juga ahli pertama yang banyak menumpahkan perhatian kepada masalah pembangunan. Menurut Adam Smith, kebijakan
Pertumbuhan ekonomi berkaitan dengan dua unsur, yaitu
pertumbuhan output total dan pertumbuhan penduduk. Pertumbuhan output total dipengaruhi oleh tiga komponen, yaitu :
1. Sumber-sumber alam
2. Perkembangan penduduk
3. Jumlah persediaan barang modal.
Sumber–sumber alam yang tersedia sangat menentukan
pertumbuhan ekonomi dan merupakan batas maksimum dari
pertumbuhan ekonomi tersebut. Agar tercapai pertumbuhan output, sumber-sumber alam harus dimanfaatkan oleh tenaga kerja dan
modal yang ada. Perkembangan penduduk akan mendorong
pembangunan ekonomi serta memperluas pasar yang pada
gilirannya akan mempertinggi tingkat spesialisasi dalam
perekonomian tersebut sehingga menyebabkan tingkat kegiatan
ekonomi bertambah tinggi. Perkembangan spesialisasi dan
pembagian pekerjaan di antara tenaga kerja akan mempercepat
proses pembangunan ekonomi, karena spesialisasi akan
mempertinggi tingkat produktivitas tenaga kerja dan mendorong
perkembangan teknologi. Apabila pembangunan telah terjadi,
maka proses tersebut akan terus-menerus berlangsung secara
kumulatif sehingga pasar berkembang dan spesialisasi terjadi, dan
Sejalan dengan perkembangan penduduk dari masa ke
masa, yang diikuti dengan kenaikan produktivitas yang
mengakibatkan kenaikan pendapatan nasional, akan memperluas
pasar dan menciptakan tabungan yang cukup tinggi. Kedua hal itu
akan memberikan dorongan yang lebih besar kepada para
pengusaha untuk mengadakan inovasi dan mengembangkan
teknologi. Dengan demikian, perkembangan ekonomi akan terus
berlangsung dan pertumbuhan ekonomi akan semakin tinggi.
c. Teori Pertumbuhan Ekonomi Ricardo Dan Malthus
Menurut pandangan Ricardo dan Malthus, dalam jangka
panjang perekonomian akan mencapai stationary state atau suatu keadaan ketika perkembangan ekonomi tidak terjadi sama sekali
(mandek). Perbedaan pandangan kedua ahli ini dengan Smith
terletak pada peranan penduduk dalam pembangunan ekonomi.
Menurut Ricardo dan Malthus, perkembangan penduduk yang
cepat akan memperbesar jumlah penduduk hingga menjadi dua kali
lipat dalam waktu satu generasi. Pada tingkat ini tenaga kerja akan
menerima upah yang sangat minim yang hanya cukup untuk hidup
(subsistence level). Teori Ricardo ini banyak dipengaruhi oleh teori perkembangan penduduk yang dikemukakan oleh Malthus dan
teori hasil lebih yang semakin berkurang.
Pola pertumbuhan ekonomi menurut Ricardo adalah
kekayaan alam relatif cukup banyak sehingga pengusaha
mendapatkan keuntungan yang besar. Laba yang tinggi akan
menciptakan tingkat pembentukan modal yang tinggi juga. Hal itu
akan meningkatkan produksi sehingga mengakibatkan pula
bertambahnya permintaan terhadap tenaga kerja, yang pada
akhirnya pendapatan tenaga kerja juga akan naik.
Akan tetapi, karena pekerja yang digunakan lebih banyak
sedangkan luas tanah tetap, maka tambahan hasil yang diciptakan
oleh seorang pekerja akan menjadi semakin kecil. Pertambahan
penduduk secara terus-menerus akan mengakibatkan sewa tanah
semakin lama makin menjadi bagian yang cukup besar dari seluruh
pendapatan nasional dan mengurangi tingkat keuntungan para
pengusaha. Akibatnya, dorongan untuk pembentukan modal
menurun dan akhirnya akan menurun pula permintaan terhadap
tenaga kerja. Tingkat upah akan menurun mencapai tingkat yang
rendah sekali, yaitu sekedar cukup untuk hidup. Pada tingkat ini
perekonomian akan mencapai titik stationary state. Pembentukan modal baru tidak akan berlaku lagi karena pengusaha tidak
memperoleh keuntungan yang cukup. Sedangkan yang
memperoleh keuntungan tersebar adalah para tuan tanah yang
menerima sewa tanah yang tinggi.
Kemajuan teknologi akan dapat mempertinggi tingkat upah