i
Pertama-tama peneliti panjatkan puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT serta sholawat dan salam kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, yang telah melimpahkan berkah, rahmat dan hidayah-Nya sehingga skripsi yang peneliti susun dengan judul “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN INDUSTRI KECIL DI SURABAYA DAN SIDOARJO” ini dapat terselesaikan.
Skripsi ini peneliti susun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ilmu Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Peneliti menyadari bahwa dalam menyusun skripsi ini sering kali menghadapi hambatan dan keterbatasan dalam berbagai hal. Namun, tanpa bantuan bimbingan, motivasi, saran dan dorongan yang telah diberikan berbagai pihak, peneliti tidak akan dapat menyelesaikan skripsi ini sebagaimana mestinya. Untuk itu dalam kesempatan ini peneliti menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
ii ini.
3. Bapak Dr. Dhani Ichsanuddin Nur, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Pembangunan Nasional “VETERAN” Jawa Timur.
4. Bapak Drs. EC. Marseto, DS, Msi, selaku Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
5. Ibu Dra. EC. Titiek Nurhidayati, selaku Dosen Wali yang telah meluangkan waktu dalam membimbing dan mendampingi peneliti selama menempuh pendidikan didalam perkuliahan.
6. Bapak-bapak dan ibu-ibu dosen serta staf karyawan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “VETERAN” Jawa Timur yang telah dengan ikhlas memberikan banyak ilmu pengetahuannya selama masa perkuliahan dan pelayanan akademik bagi peneliti.
7. Ayahanda, Ibunda, beserta keluarga tercinta yang telah memberikan motivasi, do’a, semangat dan dorongan moral serta spiritualnya yang telah tulus kepada peneliti, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya.
iii
Nasional “Veteran” Jawa Timur, serta semua pihak yang tidak bisa peneliti sebutkan satu persatu yang selalu memotivasi, membantu, dan mendukung peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.
Semoga Allah SWT berkenan dan memberikan balasan, limpahan rahmat, serta karunia-Nya, atas segala amal kebaikan serta bantuan yang telah diberikan.
Akhir kata, besar harapan bagi peneliti semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca, baik sebagai bahan kajian maupun sebagai salah satu sumber informasi dan bagi pihak-pihak lain yang membutuhkan.
Wassalamu’ alaikum Wr. Wb
Surabaya, Agustus 2009
iv DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...i
DAFTAR ISI...iv
DAFTAR GAMBAR...viii
DAFTAR TABEL...ix
DAFTAR LAMPIRAN...x
ABSTRAKSI... ...xi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang...1
1.2. Perumusan Masalah...6
1.3. Tujuan Penelitian...…...7
1.4. Manfaat Penelitian...7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu...9
2.2. Landasan Teori...13
2.2.1. Pendapatan...….13
2.2.1.1. Pengertian Pendapatan …...13
2.2.2. Jumlah Kredit Usaha Kecil (KUK) ...14
2.2.2.1. Pengertian kredit ...……...14
v
2.2.2.3. Fungsi Kredit Perbankan ...17
2.2.2.4. Unsur-Unsur Kredit...19
2.2.2.5. Jenis-Jenis Kredit ………...…………20
2.2.2.6. Penilaian Kredit ...22
2.2.2.7. Pengertian Kredit Usaha Kecil (KUK) ...23
2.2.2.8. Ketentuan Kredit Usaha Kecil ...25
2.2.2.9. Hubungan Besarnya Jumlah Kredit Usaha Kecil dengan Pendapatan Industri Kecil ...25
2.2.3. Jumlah Tenaga Kerja Industri Kecil..……...…..26
2.2.3.1. Pengertian Tenaga Kerja..……...….26
2.2.3.2. Pengertian Angkatan Kerja... ....27
2.2.3.3. Pengertian Bukan Angkatan Kerja... ...28
2.2.3.4. Permintaan Tenaga Kerja...31
2.2.3.5. Penawaran Tenaga Kerja...32
2.2.3.6. Hubungan Jumlah Tenaga Kerja Dengan Pendapatan Industri Kecil...35
2.2.4. Pertumbuhan Ekonomi ...35
2.2.4.1. Pengertian Pertumbuhan Ekonomi... .35
2.2.4.2. Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi...36
2.2.4.3. Ukuran Pertumbuhan Ekonomi...41
vi
2.2.4.5. Hubungan Pertumbuhan Ekonomi dengan
Peningkatan Pendapatan Industri Kecil...52
2.2.5. Jumlah Industri Kecil...53
2.2.5.1. Definisi Industri dan Industri Kecil...53
2.2.5.2. Macam-Macam Industri...54
2.2.5.3. Kriteria Industri Kecil..…...…...56
2.2.5.4. Kebijakan Pengembangan Industri...57
2.2.5.5. Hubungan Jumlah Industri Kecil dengan Pendapatan Industri Kecil...58
2.3. Kerangka Pikir...58
2.4. Hipotesis...63
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel...64
3.2. Teknik Penentuan Sampel... ...65
3.3. Jenis dan Sumber Data...65
3.3.1. Jenis Data...66
3.3.2. Sumber Data...66
3.4. Teknik Pengumpulan Data...66
3.5. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis...67
3.5.1. Teknik Analisis... 67
3.5.2. Uji Hipotesis...68
vii
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Obyek Penelitian…………...77
4.1.1. Kondisi Geografis Kota Surabaya...77
4.1.2. Kependudukan………..…...78
4.1.3. Kondisi Geografis Kabupaten Sidoarjo ………….…….79
4.1.4. Kependudukan ……….81
4.2. Deskripsi Hasil Penelitian...82
4.2.1. Perkembangan Pendapatan Industri Kecil Surabaya ...82
4.2.2. Perkembangan Pendapatan Industri Kecil Sidoarjo ..….83
4.2.3. Perkembangan Jumlah Kredit Usaha Kecil …….……..84
4.2.4. Perkembangan Jumlah Tenaga Kerja Industri Kecil…..86
4.2.5. Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi ………….……87
4.2.6. Perkembangan Jumlah Industri Kecil ………....88
4.3. Hasil Analisis Asumsi Regresi Klasik (BLUE / Best Linier Unbiased Estimator).……….……..89
4.3.1. Analisis Dan Pengujian Hipotesis….………..……94
4.3.2. Uji Hipotesis Secara Parsial ………....…...97
4.3.3. Pembahasan ………...…….…...98
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan...105
5.2. Saran...108 DAFTAR PUSTAKA
Hari Sulistiono
ABSTRAKSI
Industrialisasi merupakan alat pokok pembangunan nasional dan
pembangunan daerah terutama kegiatan usaha industri kecil yang penting dalam
rangka mewujudkan masyarakat adil dan makmur. Untuk mewujudkan hal tersebut
maka pemerintah membuat kebijaksanaan untuk meningkatkan pendapatan industri
kecil. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Jumlah kredit usaha
kecil (X
1), Jumlah tenaga kerja industri kecil (X
2), Pertumbuhan ekonomi (X
3), dan
Jumlah industri kecil (X
4), berpengaruh nyata terhadap Pendapatan Industri Kecil di
Kota Surabaya (Y
1) dan Kabupaten Sidoarjo (Y
2).
Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data sekunder yang
diperoleh dari Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur selama 15 tahun mulai dari
tahun 1993-2007. Data yang dianalisis menggunakan model regresi linier berganda
yaitu suatu analisis untuk mengetahui masing-masing dari variabel bebas (X)
terhadap varibel terikat (Y) baik secara silmultan maupun parsial.
Berdasarkan hasil analisis dan pengujian hipotesis diperoleh hasil F
hitungsebesar 18,900 > F
tabel= 3,48 untuk Kota Surabaya dan untuk Kabupaten Sidoarjo
diperoleh hasil F
hitungsebesar 3,616 > F
tabel= 3,48 yang berarti secara simultan
keempat variabel bebas mempunyai penngaruh yang nyata terhadap pendapatan
industri kecil di Kota Surabaya dan Kabupaten Sidoarjo. Pengujian secara parsial
kota Surabaya diperoleh t
hitunguntuk variabel X
1sebesar 7,367 > t
tabelsebesar 2,228
berarti variabel X
1dapat memberikan konstribusi pengaruh yang nyata terhadap
variabel terikat Y
1. Pengujian secara parsial Kabupaten Sidoarjo diperoleh t
hitunguntuk variabel X
2sebesar 3,160 > t
tabelsebesar 2,228 berarti variabel X
2dapat
memberikan konstribusi pengaruh yang nyata terhadap variabel terikat Y
2,untuk
variabel X
4t
hitungsebesar 2,986 > t
tabelsebesar 2,228 berarti variabel X
4dapat
memberikan konstribusi pengaruh yang nyata terhadap variabel terikat Y
2.BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia sebagai salah satu negara yang sedang berkembang dalam mewujudkan tujuan nasional berusaha untuk mempertahankan dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang diharapkan, tidak terlepas dari peran pembangunan yang dilakukan oleh masing-masing daerah. Perkembangan daerah sebagai bagian dari pembangunan nasional diarahkan untuk mengembangkan daerah masing-masing dan menyerasikan laju pertumbuhan antar daerah. Hal ini dapat dilakukan melalui pembangunan yang serasi dan terpadu antar sektor dalam mencapai tujuan.
Industrialisasi merupakan alat pokok pembangunan nasional dan pembangunan daerah yang bertujuan mewujudkan masyarakat yang maju dan mandiri serta sejahtera lahir dan batin. Selain berperan strategis untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi secara berkelanjutan dan meningkatkan produktivitas masyarakat, juga berperan menciptakan lapangan usaha serta memperluas lapangan kerja, meningkatkan serta meratakan dan mengentaskan kemiskinan.
untuk menjamin adanya pemerataan pendapatan industri kecil dan untuk menjamin adanya pemerataan pendapatan bagi seluruh rakyat dengan rasa keadilan dalam ruang mewujudkan asas keadilan sosial. Dengan demikian pembangunan tidak hanya ditujukan untuk meningkatkan pendapatan tetapi juga untuk mencegah melebarnya jurang pemisah antara yang kaya dan yang miskin.
Perkembangan industri kecil dari waktu ke waktu secara rutin harus dilakukan pengkajian, penyempurna dan peningkatan. Hal ini disebabkan kondisi industri kecil pada umumnya lemah dalam kredit modal kerja. Dalam pembinaan dan pemanfaatan modal akan membawa dampak yang lebih baik terhadap perkembangan pendapatan industri kecil itu sendiri, karena secara langsung kredit merupakan salah satu yang paling penting sebagai faktor penunjang dan pendukung terhadap aktivitas pengusaha dalam meningkatkan pendapatan industri kecil dan memperluas usaha yang dimilikinya. Oleh sebab itu pihak bank memberikan kemudahan dan syarat-syarat yang ringan yaitu tingkat suku bunga yang rendah dan jangka waktu pengambilan yang relatif panjang. (Anonim, 1999 : 197).
permodalan, serta (4) besar kecilnya modal yang dimiliki. Sedangkan beberapa faktor eksternal termaksud, antara lain : (1) dukungan berupa bantuan teknis dan keuangan dari pihak pemerintah atau swasta, (2) kondisi perekonomian yang dicerminkan dari permintaan pasar domestic maupun dunia, dan (3) kemajuan teknologi dalam produksi. (Soeroso, 2007 : 2).
Salah satu usaha pemerintah dalam mengembangkan industri kecil Antara lain: Pada tahun 1995 pemerintah telah mengesahkan Undang-Undang No.9 Tahun 1995 tentang Industri Kecil. Dikeluarkannya undang-undang ini dengan pertimbangan bahwa dalam pembangunan nasional ,industri kecil sebagai integral dunia usaha yang merupakan kegiatan ekonomi rakyat yang mempunyai kedudukan, potensi dan peran strategis dalam mewujudkan struktur yang semakin seimbang berdasarkan demokrasi ekonomi. Selanjutnya adalah usaha untuk memberikan perhatian bahwa untuk membina dan mengembangkan indutri kecil. Upaya tersebut berusaha untuk menjadikan dunia usaha nasional mampu menjadi kekuatan nasional yang tangguh. Disamping itu juga diperlukan struktur dunia usaha nasional yang andal dan kukuh antara lain ditunjukkan dengan semakin menguatnya peranan industri kecil dan industri besar yang tangguh dan saling menyangga antara industri kecil dan industri besar.
pengembangannya sektor industri kecil ini memerlukan pembangunan di berbagai sektor untuk mendorong memperbaiki kualitas produk industri kecil di sekitarnya guna meningkatkan taraf hidup rakyat. Upaya peningkatan kemampuan dan ketrampilan para pengusaha dalam pengolahan industri kecil disekitarnya merupakan kebutuhan yang sangat mendesak. Hal ini mengingat pesatnya pertumbuhan dan perkembangan usaha dan industri sehingga menimbulkan pesaing yang tajam baik dari segi pemasaran maupun kualitas produk. Industri kecil pada umumnya dikelola oleh golongan ekonomi lemah dengan modal relatif kecil dan sistem pengolahannya hanya masih tradisional. Untuk meningkatkan peranan usaha kecil tidak saja dilihat dari aspek pengusaha akan tetapi sangat penting ditinjau dari aspek ekonomi, karena pada umumnya industri bersifat padat karya yang maksudnya menyerap banyak tenaga kerja. (Anonim, 2001 : 2).
Dalam usaha mengembangkan industri kecil perlu adanya peningkatan investasi yang selanjutnya akan berdampak pada peningkatan produksi, maka perlu adanya tambahan tenaga kerja yang ikut menangani terhadap proses produksi. Akibat penambahan tenaga kerja berarti memperbesar pengeluaran upah untuk tenaga kerja tersebut.
Sejalan dengan hal tersebut, Kota Surabaya mempunyai perkembangan industri kecil pada tahun 1993 sebesar 3,86 %. Perkembangan terbesar terjadi pada tahun 2003 sebesar 10,94 %. Sedangkan penurunan terbesar terjadi pada tahun 2000 sebesar -75,39 %. (Anonim, 2008 : 263).
Dalam proses pengembangannya sektor industri kecil ini memerlukan pembangunan diberbagai sektor untuk mendorong memperbaiki kualitas produk industri kecil di sekitar guna meningkatkan pendapatan industri kecil tersebut. Sedangkan peningkatan pendapatan industri kecil di kabupaten Sidoarjo setiap tahun mengalami kenaikan, Perkembangan terbesar terjadi pada tahun 1996 sebesar 14,45 %. Sedangkan penurunan terbesar terjadi pada tahun 1998 sebesar -10,00 %.. Hal ini menunjukkan bahwa pendapatan industri kecil di kabupaten Sidoarjo mempunyai potensi yang cukup besar untuk terus ditingkatkan. (Anonim, 2008 : 90).
kesempatan kerja sehingga dapat menambah pendapatan khususnya masyarakat kecil. Bila sektor ini tumbuh dan berkembang serta diiringi dengan pembinaan yang baik maka usahanya akan menjadi mantap, sehat, dan dinamis. Tentu saja hal ini tidak lepas dari dorongan usaha dan bantuan dari Pemerintah daerah kota Surabaya dan kabupaten Sidoarjo melalui dinas perindustrian dan perdagangan masing-masing daerah.
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka peneliti tertarik untuk mengamati masalah pendapatan industri kecil di Kota Surabaya dan Kabupaten Sidoarjo dan mengkaji lebih dalam lagi tentang ”Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Industri Kecil Di Kota Surabaya Dan Kabupaten Sidoarjo”.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut:
a. Apakah Jumlah kredit usaha kecil, jumlah tenaga kerja industri kecil, pertumbuhan ekonomi, dan jumlah industri kecil berpengaruh terhadap pendapatan industri kecil di Kota Surabaya dan Kabupaten Sidoarjo ?
paling dominan terhadap variabel terikat yaitu pendapatan industri kecil di Kota Surabaya dan Kabupaten Sidoarjo ?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah di kemukakan sebelumnya, maka perlu diketahui tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui apakah variabel Jumlah kredit usaha kecil, jumlah tenaga kerja industri kecil, pertumbuhan ekonomi, dan jumlah industri kecil berpengaruh nyata terhadap pendapatan industri kecil di Kota Surabaya dan Kabupaten Sidoarjo.
b. Untuk mengetahui diantara keempat variabel bebas tersebut yaitu Jumlah kredit usaha kecil, jumlah tenaga kerja industri kecil, pertumbuhan ekonomi, dan jumlah industri kecil manakah yang mempunyai pengaruh paling dominan terhadap variabel terikat yaitu pendapatan industri kecil di Kota Surabaya dan Kabupaten Sidoarjo.
1.4. Manfaat Penelitian
a. Bagi Universitas
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menyumbangkan sesuatu yang berharga bagi pihak universitas khususnya Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur sekaligus sebagai koleksi pembendaharaan referensi dan tambahan wacana pengetahuan untuk perpustakaan Universitas Pembangunan Nasional “VETERAN” Jawa Timur.
b. Bagi Industri
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi atau masukan terhadap pendapatan industri kecil di Surabaya dan Sidoarjo serta sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan pembangunan ekonomi industri yang berhubungan dengan masalah pendapatan industri kecil.
c. Bagi Peneliti
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Hasil Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh pihak lain yang dapat
dipakai sebagai bahan masukan serta bahan pengkajian yang berkaitan
dengan analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan industri kecil
di Kota Surabaya dan Kabupaten Sidoarjo, antara lain :
1. Hermawati (2000), dengan judul penelitian ”Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan di Lingkungan Industri Kecil
Kerajinan Tas Kulit di Kota Gresik”, Menyatakan bahwa hasil analisis
penggunaan Uji F menunjukkan bahwa secara simultan variabel Proporsi
Modal (X1), Tingkat Pendidikan (X2), Tenaga Kerja secara keseluruhan
berpengaruh nyata terhadap tingkat pendapatan (Y) dengan F hitung
(146,508) > F tabel (2,81). Hasil analisis penggunaan Uji t menunjukkan
secara individu antara variabel bebas Proporsi Modal berpengaruh secara
positif terhadap tingkat pendapatan (Y) dengan t hitung (7,709) > t tabel
(2,2010). Variabel tingkat pendidikan berpengaruh positif terhadap
tingkat pendapatan (Y) dengan t hitung (5,255) > t tabel (2,010). Variabel
Tenaga Kerja berpengaruh positif terhadap tingkat pendapatan (Y)
dengan t hitung (2,010).
Lingkungan Industri Kecil Kabupaten Magetan”, Menyatakan bahwa : F
hitung sebesar (14,65) dan F tabel (2,81) dengana = 0,05 berarti pengaruh
Modal (X1), Pendidikan Pengusaha (X2) dan Jumlah Tenaga Kerja (X3)
secara keseluruhan berpengaruh terhadap Pertumbuhan Pendapatan
Pengusaha (Y). t hitung untuk Modal sebesar (7,709) dan t tabel sebesar
(2,201) maka Modal (X1) berpengaruh terhadap Pertumbuhan Pendapatan
Pengusaha (Y). T hitung untuk Pendidikan Pengusaha sebesar (5,255) dan
t tabel sebesar (2,201) maka Pendidikan Pengusaha berpengaruh terhadap
Pertumbuhan Pendapatan Pengusaha (Y). t hitung untuk jumlah Tenaga
Kerja sebesar (3,137) dan t tabel sebesar (2,201) maka jumlah Tenaga
Kerja berpengaruh terhadap Pertumbuhan Pendapatan Pengusaha (Y).
3. Prakoso (2003), dengan judul penelitian “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Kecil Di
Surabaya,” Dari analisa uji F disimpulkan bahwa variabel investasi (X1),
jumlah industri kecil (X2), nilai produksi (X3), tingkat upah (X4),
berpengaruh secara nyata terhadap penyerapan tenaga kerja (Y). dengan F
hitung = 31,915 > F tabel =3,59. Sedangkan dari analisa uji t menunjukkan
bahwa variabel bebas berpengaruh secara nyata terhadap variabel terikat
dengan t hitung (X1) = 1,472, t hitung (X2) = 2,810, t hitung (X3) = 4,134, t hitung
(X4) = 3,407 > t tabel = 2,228.
4. Parwanti (2004), dengan judul penelitian “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Industri Kecil Di Jawa Timur”.
nyata antara variabel bebas nilai investasi (PMDN) (X1), jumlah tenga
kerja (X2), dan jumlah industri kecil (X3) terhadap variabel terikat
pendapatan industri kecil di Jawa Timur (Y). Hal ini diketahui oleh uji F
yaitu diperoleh F hitung = 7,401 > F tabel = 3,59. sedangkan secara parsial
nilai investasi (PMDN) (X1) berpengaruh secara nyata terhadap
pendapatan industri kecil di Jawa Timur (Y), dengan menggunakan uji t
dimana t hitung = 2,231 > Ttabel = 2,201. variabel parsial jumlah tenga
kerja (X2) tidak berpengaruh secara nyata terhadap pendapatan industri
kecil di Jawa Timur (Y), dimana t hitung = 0,960 < t tabel = 2,201. dan
variabel jumlah industri kecil (X3) berpengaruh secara nyata terhadap
pendapatan industri kecil di Jawa Timur (Y) dimana t hitung = - 2,225 < t
tabel = - 2,201.
5. Basuki (2007), dengan judul penelitian “Analisis Beberapa faktor Yang
Mempengaruhi Investasi Pada Industri Kecil Di Kabupaten Gresik”.
Berdasarkan hasil dari penelitian ini secara simultan menunjukkan adanya
pengaruh yang nyata antara variabel bebas jumlah industri kecil (X1),
tingkat suku bunga (X2), kredit modal kerja (X3), produk domestik
regional bruto(X24), dan investasi terhadap investasi industri kecil di
kabupaten Gresik (Y). hal ini diketahui dari uji F yaitu diperoleh F hitung
= 4,687 > F tabel = 4,12. sedangkan secara parsial tingkat suku bunga
(X2), kredit modal kerja (X3), dan produk domestik regional bruto (X4)
berpengaruh nyata terhadap investasi industri kecil di kabupaten Gresik
industri kecil di kabupaten Gresik (Y). Hal tersebut dikarenakan
perkembangan industri kecil pada masa mendatang tidak menentu,
sehingga para investor ragu untuk melakukan investasi pada industri kecil
yang prospek kedepannya tidak menentu. Inflasi tidak berpengaruh secara
nyata terhadap investasi industri kecil di kabupaten Gresik, hal ini
dikarenakan inflasi mempengaruhi daya beli masyarakat. Jika inflasi naik
akan berpengaruh terhadap daya beli masyarakat meskipun pendapatan
naik sehingga kecenderungan untuk melakukan investasi kecil karena
digunakan untuk konsumsi.
Jadi penelitian yang dilakukan oleh peneliti pada kesempatan kali
ini berbeda dengan penelitian–penelitian sebelumnya. Perbedaan
penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu dengan penelitian yang
dilakukan sekarang terletak pada kurun waktu, tempat penelitian dan
ruang lingkup yang di gunakan oleh penelitian. Berdasarkan penelitian
terdahulu seperti yang telah disebutkan diatas, yang juga merupakan
dasar acuan untuk penelitian kali ini dengan judul “Analisis Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Pendapatan Industri Kecil di Kota Surabaya dan
Kabupaten Sidoarjo”, dengan variabel bebas yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Jumlah Kredit Usaha Kecil (X1), Jumlah Tenaga
Kerja Industri Kecil (X2), Pertumbuhan Ekonomi (X3), dan Jumlah
Industri Kecil (X4). Sedangkan variabel terikat yang digunakan dalam
2.2. Landasan Teori 2.2.1. Pendapatan
2.2.1.1. Pengertian Pendapatan
Pendapatan adalah hasil dari terjemahan bahasa Inggris “Income”
yang di artikan sebagai pendapatan. Menurut pengertian yang sempit
pendapatan meliputi operasional yaitu pendapatan yang timbul atau yang
di hasilkan dari aktifitas produksi. Pendapatan operasional yang timbul
dari laba atau rugi penjualan aktiva tetap atau investasi tidak termasuk
pendapatan. Sedangkan pendapatan pada industri kecil merupakan
pendapatan bruto yaitu pendapatan diperoleh dari nilai produksi industri
kecil pertahun, yang merupakan harga dari produksi industri kecil yang
sudah dikelola menjadi barang jadi siap dipasarkan pada konsumen.
Pendapatan tersebut dapat diperoleh dengan menghitung jumlah produksi
industri kecil dikalikan dengan harga produk industri kecil.
Pendapatan adalah barang atau jasa yang dapat dikonsumsi selama
periode tertentu. Dengan demikian dapat terlihat pendapatan mempunyai
pengaruh terhadap konsumsi dan tabungan. Dengan adanya peningkatan
pendapatan maka konsumsi meningkat dan tabungan akan meningkat
pula. (Nisjar dan Winardi, 1997 : 28).
Pendapatan menunjukkan jumlah seluruh uang yang diterima
oleh seseorang atau rumah tangga selama jangka waktu tertentu
(biasanya satu tahun) sedangkan pendapatan itu sendiri terdiri dari:
sewa, bunga, deviden serta pembayaran transfer atau penerimaan dari
pemerintah seperti : tunjangan sosial atau asuransi. (Samuelson dan
Nordhaus, 1992 : 258).
Dari kedua pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa
pendapatan merupakan jumlah seluruh uang yang diterima oleh
seseorang atau faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses
poduksi dalam jangka waktu tertentu (satu tahun).
2.2.2. Jumlah Kredit Usaha Kecil (KUK) 2.2.2.1. Pengertian kredit
Pengertian kredit dalam arti sesungguhnya adalah berasal dari
bahasa Yunani, yaitu “credere“ yang berarti kepercayaan yang harus
dipakai sebagai pedoman atau perumusan perkreditan dan sebagaimana
bentuk juga macam ragamnya dari kredit serta dari mana asalnya,
kemudian dari siapa kredit itu diberikan. (Kasmir, 2003 : 101)
Pengertian kredit Menurut Undang-Undang Perbankan No 10
Tahun 1998 adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat
dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan
pinjam-meminjam antara bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak
peminjam melunasi hutangnya setelah jangka waktu dengan pemberian
bunga.
Sedangkan pengertian pembiayaan adalah penyediaan uang atau
atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan yang
dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka
waktu dengan imbalan atau bagi hasil. (Harijanto, 1996 : 8).
Dari pengertian di atas dapatlah disimpulkan bahwa kredit atau
pembiayaan dapat berupa uang atau tagihan yang nilainya diukur dengan
uang. Contoh berbentuk tagihan (kredit barang), misalnya bank
membiayai kredit untuk pembelian rumah atau mobil. Kredit ini berarti
nasabah tidak memperoleh uang tetapi rumah, karena bank membayar
langsung ke developer dan nasabah hanya membayar cicilan rumah
tersebut tiap bulan. Kemudian adanya kesepakatan antara bank (kreditur)
dengan nasabah penerima kredit (debitur), bahwa mereka sepakat sesuai
dengan perjanjian yang telah dibuatnya. Dalam perjanjian kredit tercakup
hak dan kewajiban masing-masing pihak, termasuk jangka waktu serta
bunga yang ditetapkan bersama. Demikian pula dengan masalah sanksi,
apabila si debitur ingkar janji terhadap perjanjian yang telah disepakati
dan dibuat bersama. Dan yang menjadi perbedaan antara kredit yang
diberikan oleh bank berdasarkan konvensional dan berdasarkan prinsip
syariah adalah terletak pada keuntungan yang diharapkan. Bagi bank
prinsip konvensional keuntungannya diperoleh melalui bunga, sedangkan
2.2.2.2. Tujuan Kredit
Dalam membahas tujuan kredit, kita tidak dapat melepaskan diri
dari falsafah yang dianut oleh suatu negara. Keuntungan atau profitability
merupakan tujuan dari pemberian kredit yang terjelma dalam bentuk
bunga yang diterima dan karena Pancasila adalah sebagai dasar falsafah
negara kita, maka tujuan dari pemberian kredit tidak semata-mata
mencari keuntungan semata, melainkan disesuaikan dengan tujuan
negara kita yaitu untuk mencapai masyarakat yang adil dan makmur
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Dengan demikian maka tujuan
kredit yang diberikan oleh suatu bank, khususnya bank pemerintah yang
akan mengembangkan tugas sebagai agent of development adalah untuk :
a. Turut menyukseskan pemerintahan.
b. Meningkatkan aktivitas perusahaan agar dapat menjalankan
fungsinya guna menjamin terpenuhinya hubungan masyarakat.
c. Memperoleh laba agar kelangsungan hidup perusahaan terjamin
dan dapat memperluas usahanya.
Dari tujuan tersebut tersimpul adanya kepentingan yang seimbang
antara :
a. Kepentingan pemerintah.
b. Kepentingan masyarakat .
2.2.2.3. Fungsi Kredit Perbankan
Dalam kehidupan perekonomian yang modern, bank memegang
peranan yang sangat penting. Oleh karena itu organisasi-organisasi
bank selalu diikutsertakan dalam menentukan kebijakan di bidang
moneter, pengawasan devisa, pencatatan efek-efek dan lain–lain. Hal
ini antara lain disebabkan usaha pokok bank adalah memberikan kredit
dan kredit yang diberikan oleh bank berpengaruh sangat luas dalam
segala hal bidang kehidupan, khususnya bidang ekonomi.
Fungsi kredit perbankan dalam kehidupan perekonomian dan
perdagangan antara lain sebagai berikut :
a. Kredit dapat meningkatkan daya guna uang.
Para pemilik modal dapat secara langsung meminjamkan uangnya
kepada perusahaan atau industri yang memerlukan untuk
meningkatkan usahanya. Kredit dapat meningkatkan peredaran dan
lalu lintas uang.
Kredit uang yang disalurkan melalui rekening giro dapat
menciptakan pembayaran baru sehingga apabila dilakukan
pembayaran melalui cek, giro, wesel maka akan dapat
meningkatkan peredaran uang giral dan kredit perbankan yang
ditarik secara tunai akan dapat meningkatkan peredaran uang
b. Kredit dapat meningkatkan peredaran barang
Kredit dapat meningkatkan peredaran barang baik melalui
penjualan secara kredit maupun dengan membeli barang dari suatu
tempat dan menjualnya ke tempat lain, sehingga dapat
meningkatkan manfaat dari suatu barang.
c. Kredit sebagai salah satu alat stabilitas ekonomi
Kredit harus diarahkan pada sektor yang produktif dengan
pembatasan kwalitatif dan kwantitatif. Tujuannya adalah untuk
meningkatkan produksi dan memenuhi kebutuhan dalam negeri
agar bisa diekspor.
d. Dapat meningkatkan kegairahan berusaha
Dengan adanya kredit yang diberikan oleh bank kepada pengusaha
maka akan mengatasi kekurangmampuan pengusaha tersebut di
bidang permodalan. Sehingga dengan adanya bantuan tersebut
maka pengusaha akan dapat meningkatkan usahanya.
e. Kredit dapat meningkatkan pemerataan pendapatan.
Dengan bantuan kredit, maka pengusaha akan dapat memperluas
sasarannya dan membutuhkan tenaga-tenaga kerja tersebut, maka
pemerataan pendapatan akan meningkat pula.
f. Kredit sebagai alat untuk meningkatkan hubungan internasional.
Bantuan-bantuan yang diberikan secara kredit tidak saja dapat
tapi juga dapat meningkatkan hubungan internasional.
(Kasmir, 2003 : 107-108).
Unsur-Unsur Kredit
Kredit yang diberikan oleh suatu lembaga kredit didasarkan
atas kepercayaan (trust), sehingga dengan demikian pemberian kredit
merupakan pemberian kepercayaan. Ini berarti suatu lembaga kredit
baru akan memberikan kredit kalau dia betul-betul yakin bahwa si
penerima kredit akan mengembalikan pinjaman yang diterimanya
dengan jangka waktu dan syarat-syarat yang telah disetujui oleh kedua
belah pihak. Tanpa keyakinan tersebut, suatu lembaga kredit tidak akan
meneruskan simpanan masyarakat yang diterimanya. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa unsur yang terdapat dalam kredit adalah :
a. Kepercayaan
Kepercayaan merupakan suatu keyakinan bagi si pemberi kredit
bahwa kredit yang diberikan (baik berupa uang, barang atau jasa)
benar-benar diterima kembali di masa yang akan datang sesuai
jangka waktu kredit.
b. Kesepakatan
Disamping unsur percaya didalam kredit juga mengandung unsur
kesepakatan antara si pemberi kredit dengan si penerima kredit.
masing pihak menandatangani hak dan kewajibannya
masing-masing.
c. Jangka waktu
Setiap kredit yang diberikan memiliki jangka waktu tertentu,
jangka waktu ini mencakup masa pengembalian kredit yang telah
disepakati. Jangka waktu tersebut bisa berbentuk jangka waktu
pendek (dibawah 1 tahun), jangka waktu menengah (1 sampai 3
tahun) atau jangka waktu panjang (diatas 3 tahun). Jangka waktu
merupakan batas waktu pengembalian angsuran kredit yang sudah
disepakati oleh kedua belah pihak.
d. Resiko
Akibat adanya tenggang waktu, maka pengembalian kredit akan
memungkinkan suatu resiko tidak tertagihnya atau macetnya suatu
pemberian kredit. Semakin panjang suatu jangka waktu kredit,
maka semakin besar resikonya, demikian pula sebaliknya.
e. Balas jasa
Bagi bank balas jasa merupakan suatu keuntungan atau pendapatan
atas pemberian suatu kredit. Dalam bank jenis konvesional balas
jasa kita kenal dengan bunga. (Kasmir, 2003 : 103-104)
2.2.2.5. Jenis-Jenis Kredit
Beragamnya jenis usaha, menyebabkan beragam pula kebutuhan
juga menjadi beragam. Hal ini disesuaikan dengan kebutuhan dana yang
diinginkan nasabah.
Dalam praktiknya kredit yang diberikan bank umum dan bank
perkreditan rakyat untuk masyarakat terdiri dari berbagai jenis. Secara
umum jenis kredit dapat dilihat dari berbagai segi antara lain :
1. Di lihat dari segi kegunaan
a. Kredit investasi
Kredit investasi merupakan kredit jangka panjang yang
biasanya digunakan untuk keperluan perluasan usaha atau
membangun proyek untuk keperluan rehabilitasi.
b. Kredit modal kerja
Kredit modal kerja merupakan kredit yang digunakan untuk
keperluan meningkatkan produksi dalam operasionalnya.
2. Dilihat dari segi tujuan kredit
a. Kredit produktif
Kredit yang digunakan untuk peningkatan usaha atau produksi
atau investasi.
b. Kredit konsumtif
Kredit yang digunakan untuk dikonsumsi secara pribadi.
c. Kredit perdagangan
Merupakan kredit yang diberikan kepada pedagang dan
digunakan untuk membiayai aktifitas perdagangannya.
2.2.2.6. Penilaian Kredit
Karena kredit sangat dibutuhkan oleh masyarakat maka kredit
merupakan suatu nilai untuk menentukan nilai kredit, dikenal beberapa
prinsip dalam melakukan penilaian atas permohonan kredit. Prinsip
yang sudah lazim digunakan adalah 5C atau 6C, yaitu :
a. Character
Kepribadian, moral, kejujuran dari calon nasabah perlu
diperhatikan sehubungan untuk mengetahui apakah dapat
memenuhi kewajibannya dengan baik yang timbul dari persetujuan
kredit yang diadakan. Hal ini perlu diperhatikan sehubungan
dengan character adalah sifat pribadi dan lain-lain. b. Capacity
Yang dimaksud dengan capacity di sini adalah, kemampuan calon
nasabah dalam mengembangkan dan mengendalikan usahanya
serta kesanggupannya dalam menggunakan fasilitas kredit.
Kemampuan calon nasabah dapat dilihat, antara lain :
1. Pengetahuannya tentang usaha yang dihubungkan dengan
pendidikan maupun kejujuran.
2. Pengalaman-pengalaman usahanya dalam menyesuaikan diri
dengan kondisi perekonomian serta mengikuti perkembangan
kemajuan teknologi.
3. Kekuatan perusahaan sekitar dalam sektor usaha yang
c. Capital
Adalah modal usaha dari calon nasabah yang telah tersedia atau
telah ada sebelum mendapatkan fasilitas kredit. Keadaan struktur
dan sifat permodalan tersebut akan menentukan seberapa besar
fasilitas kredit bank yang akan diberikan sebagai tambahan modal.
d. Collateral
Yaitu menjamin yang diberikan oleh calon nasabah. Jaminan ini
bersifat sebagai jaminan tambahan karena jaminan utama kredit
adalah pribadi bagi calon nasabah.
e. Condition of economy
Kondisi ekonomi yang perlu diperhatikan yang sehubungan dengan
permohonan kredit tidak saja kondisi ekonomi secara umum di
mana perusahaan calon nasabah itu berada, misalnya kondisi
perdagangan serta persaingan di lingkungan usaha calon nasabah.
(Harijanto, 1996 : 9).
2.2.2.7. Pengertian Kredit Usaha Kecil (KUK)
Kredit Usaha Kecil (KUK) adalah kredit yang diberikan kepada
nasabah kecil dengan plafon kredit maksimum Rp.250.000.000,- untuk
membiayai usaha yang produktif. Kredit tersebut dapat berupa kredit
investasi maupun kredit modal kerja. (Susilo, dkk, 2000 : 82-83).
Kredit Usaha Kecil (KUK) adalah kredit atau pembiayaan dari
dan atau valuta asing kepada nasabah usaha kecil dengan platfond kredit keseluruhan maksimum Rp 500.000.000,- untuk membiayai usaha yang
produktif, yaitu usaha yang dapat memberikan nilai tambah dalam
menghasilkan barang dan jasa. (Suhardjono, 2005:53).
Kredit Usaha Kecil adalah yang diberikan kepada nasabah usaha
kecil yang memiliki kekayaan bersih maksimal Rp 200.000.000,- diluar
tanah dan bangunan tempat usaha atau yang memiliki hasil penjualan
maksimal Rp1.000.000.000,- per tahun dengan plafond kredit maksimum
sebesar Rp 500.000.000,- untuk membiayai usaha yang produktif.
(Suhardjono, 2005:54).
Jadi kesimpulanya Kredit Usaha Kecil (KUK) adalah kredit atau
pembiayaan dari bank untuk modal kerja yang diberikan kepada nasabah
usaha kecil untuk membiayai usaha yang produktif yaitu usaha yang
memberikan nilai tambah dalam menghasilkan barang atau jasa.
Dalam menumbuh kembangkan industri kecil setidaknya dilandasi
beberapa alasan:
a. Menyerap tenaga kerja.
b. Pemerataan dalam distribusi pendapatan dan pembangunan
ekonomi.
c. Memberikaan tambahan pendapatan untuk mempertahankan hidup
2.2.2.8. Ketentuan Kredit Usaha Kecil (KUK)
Sejak tanggal 4 januari 2001, Bank Indonesia telah
menyempurnakan ketentuan tentang kredit usaha kecil yang melalui
Peraturan Bank Indanesia (PBI) No. 3/2/PBI/2001 tentang pemberian
kredit usaha kecil yang pokok-pokoknya meliputi:
a. Bank dianjurkan menyalurkan dananya melalui pemberian kredit
usaha kecil.
b. Bank wajib mencantumkan recana pemberian kredit usaha kecil
dalam Rencana Kerja Anggaran Tahunan (RKAT).
c. Bank wajib mengumumkan pencapaian pembinaan kredit usaha
kecil kepada masyarakat melalui laporan keuangan publikasi.
d. Plafon kredit usaha kecil diisesuaikan menjadi Rp. 500.000,-
pernasabah.
e. Bank yang menyalurkan kredit usaha kecil dapat meminta bantuan
teknis dari Bank Indonesia.
f. Penggenaan sanksi dan intensif dalam rangka pencapaian
kewajiban kredit usaha kecil dihapusakan.
(Partomo, dkk, 2002 : 33).
2.2.2.9. Hubungan Besarnya Jumlah Kredit Usaha Kecil dengan Pendapatan Industri Kecil
Tujuan kredit yang diberikan oleh suatu bank adalah meningkatkan
terpenuhinya kebutuhan masyarakat dan memperoleh laba agar
kelangsungan hidup suatu perusahaan terjamin dan dapat
memperluas usahanya yang dapat meningkatkan pendapatan industri
kecil. (Suyatno, 1995 : 15).
2.2.3. Jumlah Tenaga Kerja Industri Kecil 2.2.3.1. Pengertian Tenaga Kerja
Tenaga kerja adalah penduduk yang berumur di dalam batas usia
kerja. Batasan usia kerja berbeda-beda antara negara satu dengan negara
lain. Batas usia yang di anut oleh Indonesia adalah minimum 10 tahun
tergolong sebagai tenaga kerja. (Dumairy, 1997 : 74).
Tenaga kerja (man power) adalah kemampuan manusia untuk
mengeluarkan usaha tiap satuan waktu guna menghasilkan barang dan
jasa, baik untuk dirinya sendiri maupun orang lain. (Suroto, 1992 : 17).
Tenaga kerja yaitu penduduk pada usia kerja yaitu antara 15 sampai
64 tahun. Penduduk pada usia kerja ini digolongkan menjadi dua yaitu
angkatan kerja (labour force) dan bukan angkatan kerja.
(Suparmoko, 1992 : 114).
Tenaga kerja adalah semua orang yang bersedia untuk sanggup
bekerja. Pengertian tenaga kerja ini meliputi mereka yang bekerja untuk
diri sendiri ataupun untuk anggota keluarga yang tidak menerima bayaran
dalam arti mereka menganggur dengan terpaksa karena tidak ada
kesempatan kerja. (Sumarsono, 2003 : 5).
Tenaga kerja adalah mencakup penduduk yang sudah atau sedang
bekerja, sedang mencari pekerjaan dan melakukan kegiatan lain seperti
bersekolah dan mengurus rumah tangga. Tiga golongan yang disebut
terakhir (pencari kerja, bersekolah dan mengurus rumah tangga)
walaupun sedang tidak bekerja, mereka dianggap fisik mampu dan
sewaktu-waktu dapat ikut bekerja. (Simanjuntak, 1995 : 2).
2.2.3.2. Pengertian Angkatan Kerja
Angkatan kerja adalah bagian penduduk yang mampu dan bersedia
melakukan pekerjaan. Kata “mampu” disini menunjukkan kepada tiga
hal, yaitu :
a. Mampu fisik, yaitu sudah cukup umur, jasmani, sudah cukup kuat
dan tidak mempunyai cacat mental.
b. Mampu mental, yaitu mempunyai mental yang sehat dan tidak
memiliki kelainan untuk melakukan pekerjaan normal.
c. Mampu yuridis, yaitu tidak kehilangan kebebasan dan bersedia
untuk memiliki dan melakukan pekerjaan. Kata “bersedia” berarti
orang yang bersangkutan dapat secara aktif mampu dan pasif atas
kemauannya sendiri mencari pekerjaan. (Dumairy, 1997 : 75).
Angkatan kerja adalah penduduk yang bekerja dan penduduk yang
pada tingkat upah yang berlaku. Sedangkan penduduk yang bekerja
adalah mereka yang melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan
jasa untuk memperoleh penghasilan, baik bekerja penuh maupun tidak
bekerja penuh. (Suparmoko, 1992 : 67).
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa angkatan
kerja adalah tenaga kerja atau penduduk dalam usia kerja yang bekerja
atau mempunyai pekerjaan, namun untuk sementara sedang tidak mencari
pekerjaan.
2.2.3.3. Pengertian Bukan Angkatan Kerja
Bukan Angkatan kerja adalah bagian dari tenaga kerja yang tidak
bekerja atau sedang mencari pekerjaan. (Sumarsono, 2003 : 116).
Bukan Angkatan kerja adalah tenaga kerja atau penduduk dalam
usia yang tidak bekerja, tidak mempunyai pekerjaan dan sedang tidak
mencari pekerjaan. Mereka ini adalah bagian dari tenaga yang
sesungguhnya tidak terlihat dalam kegiatan produktif yaitu memproduksi
barang dan jasa. Yang bukan angkatan kerja disini dapat di golongkan
menjadi 3 golongan, yaitu:
a. Golongan yang bersekolah, yaitu mereka yang kegiatannya hanya
sekolah.
b. Golongan yang mengurus rumah tangga, yaitu mereka yang
c. Golongan lain-lain, yaitu :
1. Penerima pendapatan yaitu mereka yang tidak melakukan
sesuatu kegiatan ekonomi, tetapi memperoleh pendapatan,
seperti: tunjangan pensiun, bunga atas pinjaman atau sewa atas
hak milik.
2. Mereka yang hidupnya tergantung dari orang lain.
Konsep memilah-memilah tenaga kerja seperti ini disebut
pendekatan angkatan kerja (labour force approach), yang
diperkenalkan oleh International Labour Organization (ILO).
(Dumairy, 1997 : 74).
Gambar 1 : Komposisi Penduduk dan Tenaga Kerja
Sumber : Simanjuntak J. Payaman, 1995, Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia, Penerbit LPFE UI, Jakarta, Halaman 19.
Penduduk
Tenaga Kerja Bukan Tenaga Kerja
Bukan Angkatan Angkatan Kerja
Penerima Pendapatan Mengurus Rumah
Tangga
Sekolah
Setengah Pengangguran Bekerja Penuh
Bekerja Pengangguran
Penghasilan Rendah Produktifitas Rendah
Keterangan :
Jumlah penduduk dan angkatan kerja, serta laju pertumbuhan
penduduk yang tinggi sebenarnya tidak perlu menjadi masalah bila daya
dukung yang efektif di negara itu cukup kuat untuk memenuhi berbagai
macam kebutuhan masyarakat termasuk penyediaan kesempatan kerja.
Penduduk disuatu negara bisa menjadi tenaga kerja atau bukan
tenaga kerja. Tenaga kerja dapat dibagi menjadi angkatan kerja dan
bukan angkatan kerja, sekalipun mereka adalah angkatan kerja tidak
semua angkatan kerja akan bekerja, ada juga yang menganggur.
Penduduk yang telah bekerja juga tidak selalu bekerja penuh, ada
penduduk yang bekerja setengah menganggur, dapat dilihat dan setengah
pengangguran kentara karena jam kerja yang sedikit dan pengangguran
tidak kentara karena produktivitas rendah ataupun penghasilan yang
rendah.
Bukan angkatan kerja dalam hal ini disebabkan oleh beberapa hal
karena masih duduk dibangku sekolah, mengurus rumah tangga bagi
mereka yang telah berkeluarga, penerima pendapatan atau orang yang
tidak produktif tetapi mendapatkan imbalan seperti, pensiunan
pendapatan dari jasa sewa, bunga simpanan dan lain sebagainya.
2.2.3.4. Permintaan Tenaga Kerja
Permintaan tenaga kerja adalah kebutuhan yang sudah didasarkan
atas kesediaan membayarkan upah tertentu sebagai imbalan pemberian
kerja bermaksud menggunakan atau meminta sekian orang karyawan
dengan kesediaan membayar upah sekian rupiah setiap waktu. Jadi, dalam
permintaan ini sudah ikut dipertimbangkan tinggi rendahnya upah yang
berlaku dalam masyarakat atau yang dibayarkan kepada tenaga kerja yang
[image:39.612.151.502.351.650.2]bersangkutan. (Suroto, 1992 : 21).
Gambar 2 : Kurva Permintaan Tenaga Kerja
Upah
VMPPL
D
w1
w
w2
D = MPPL X P
0
A N B Penempatan
Keterangan :
Garis DD melukiskan nilai hasil marginal karyawan (Value
marginal physical pruduct of VMPPL) untuk setiap tingkat penempatan. Bila misalnya jumlah karyawan yang dipekerjakan sebanyak OA = 100
orang, maka nilai hasil kerja orang yang ke 100 dinamakan VMPPL nya
dan besarnya sama dengan : MPPL X P = W1. Nilai ini lebih besar dari
tingkat upah yang sedang berlaku (W). Oleh karena itu laba perusahaan
akan bertambah dengan menambah tenaga kerja baru. Pengusaha dapat
terus menambah laba perusahaan dengan mempekerjakan orang hingga
ON. Dititik N pengusaha mencapai laba maksimum dan nilai MPPL X P
sama dengan upah yang dibayarkan kepada karyawan.
2.2.3.5. Penawaran Tenaga Kerja
Persediaan tenaga kerja adalah istilah yang biasanya juga belum
dihubungkan dengan faktor upah. Sedangkan dalam istilah penawaran
tenaga kerja sudah ikut dipertimbangkan faktor upahnya. Dalam hal ini
pencari kerja bersedia menerima pekerjaan itu atau menawarkan
tenaganya apabila kepadanya diberikan upah sekian rupiah setiap waktu.
Gambar 3 : Kurva Penawaran Tenaga kerja
Upah Ns (Pe = 2.0)
W2
Ns (Pe = 1.0)
W1
0
N1 Tenaga kerja
Sumber : Nopirin, 1992, Ekonomi Moneter,Penerbit BPFE UGM,
Yogyakarta, Halaman 16.
Keterangan :
Pada harga harapan Pe = 1.0. Upah nominal adalah W1 maka
jumlah tenaga kerja yang ditawarkan adalah N1. Apabila harga harapan
naik menjadi Pe = 2.0; tingkat upah w2 akan memberikan upah riil yang
sama, sehingga jumlah tenaga kerja yang ditawarkan tetap pada N1.
Jumlah tenaga kerja yang ditawarkan akan naik apabila upah riilnya naik,
yakni apabila upah nominal naik menjadi W2 sedang yang diharapkan
Gambar 4 : Keseimbangan dalam Pasar Tenaga Kerja
Upah Nominal
WL NS (P1)
W1
W2 N D
(P1)
N2 N1 N3 L Tenaga Kerja Sumber : Nopirin, 1992, Ekonomi Moneter, Penerbit BPFE UGM,
Yogyakarta, Halaman 16.
Keterangan :
Keseimbangan dalam pasar tenaga kerja akan terjadi pada tingkat
upah riil dimana jumlah tenaga kerja yang diminta sama dengan yang
ditawarkan. Pada gambar 3 keseimbangan terjadi pada tingkat upah
(nominal) W1 dengan jumlah tenaga kerja N1 pada harga P1. Jika upah
nominal turun menjadi W2, dengan harga tetap P1 berarti upah riil turun,
jumlah tenaga kerja yang diminta (N3) melebihi yang ditawarkan (N2).
Kelebihan jumlah tenaga kerja yang diminta ini akan mendorong tingkat
upah naik sampai ke W1 kembali dimana tingkat upah riil juga kembali
2.2.3.6. Hubungan Jumlah Tenaga Kerja Industri Kecil dengan Peningkatan Pendapatan Industri Kecil
Tenaga merupakan faktor produksi yang sangat penting dalam
peningkatan pendapatan industri kecil karena semakin banyak jumlah
tenaga kerja dipakai maka produktivitas untuk setiap proses produksi atau
dalam menciptakan serta memperbesar nilai suatu barang akan meningkat
dan hasil produksinya juga semakin besar sehingga nantinya akan
menambah pendapatan yang akan diterima oleh industri kecil.
2.2.4. Pertumbuhan Ekonomi
2.2.4.1. Pengertian Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi yaitu perkembangan kegiatan dalam
perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksikan
dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat.
(Sukirno, 2004 : 9).
Pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan kapasitas dalam jangka
panjang dari negara yang bersangkutan untuk menyediakan berbagai
barang ekonomi kepada penduduknya. (Todaro, 1993 : 99).
Pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan pendapatan nasional secara
berarti (dengan meningkatnya pendapatan perkapita) dalam suatu periode
perhitungan tertentu. (Putong, 2003 : 252).
Melalui penjelasan tentang pengertian pertumbuhan ekonomi
a. Pertumbuhan suatu bangsa terlihat dari meningkatnya secara terus
menerus persediaan barang.
b. Teknologi maju merupakan faktor-faktor dalam pertumbuhan
ekonomi yang menentukan derajat pertumbuhan kemampuan dalam
penyediaan aneka macam barang kepada penduduk.
c. Penggunaan teknologi secara luas dan efisien memerlukan adanya
penyesuaian di bidang kelembagaan dan ideologi dengan inovasi
yang dihasilkan oleh ilmu pengetahuan umat manusia dapat
dimanfaatkan secara tepat. (Jhingan, 1991 : 72).
2.2.4.2. Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi,
yaitu :
a. Tanah dan Kekayaan Alam Lainnya
Kekayaan alam sesuatu negara meliputi luas dan kesuburan
tanah, keadaan iklim dan cuaca, jumlah dan jenis hasil hutan dan
hasil laut yang dapat diperoleh, jumlah dan jenis kekayaan barang
tambang yang terdapat. Kekayaan alam akan dapat mempermudah
usaha untuk mengembangkan perekonomian sesuatu negara,
terutama pada masa-masa permulaan dari proses pertumbuhan
ekonomi. Didalam setiap negara di mana pertumbuhan ekonomi
baru bermula terdapat banyak hambatan untuk mengembangkan
pertambangan) yaitu sektor di mana kekayaan alam terdapat
kekurangan modal, kekuangan tenaga ahli dan kekurangan
pengetahuan para pengusaha untuk mengembangkan kegiatan
ekonomi modern di satu pihak.
Terbatasnya pasar bagi berbagai jenis kegiatan ekonomi
(sebagai akibat dari pendapatan masyarakat yang sangat rendah) di
lain pihak, membatasi kemungkinan untuk mengembangkan
berbagai jenis kegiatan ekonomi. Apabila negara tersebut
mempunyai kekayaan alam yang dapat diusahakan dengan
menguntungkan, hambatan yang baru saja dijelaskan akan dapat
diatasi dan pertumbuhan ekonomi dipercepat.
b. Jumlah dan Mutu dari Penduduk dan Tenaga Kerja
Penduduk yang bertambah akan memperbesar jumlah
tenaga kerja, dan penambahan tersebut memungkinkan negara itu
menambah produksi. Disamping itu sebagai akibat pendidikan,
latihan dan pengalaman kerja, keterampilan penduduk akan selalu
bertambah tinggi. Hal ini akan menyebabkan produktivitas
bertambah dan ini selanjutnya menimbulkan pertambahan produksi
yang lebih cepat daripada pertambahan tenaga kerja. Selanjutnya
perlu diingat pula bahwa pengusaha adalah sebagian dari
penduduk. Maka luasnya kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh
sejumlah penduduk tertentu adalah lebih banyak, lebih banyak
kegiatan ekonomi yang dijalankan.
Dorongan lain yang timbul dari perkembangan penduduk
terhadap pertumbuhan ekonomi bersumber dari akibat
pertambahan itu kepada luas pasar. Perkembangan penduduk
menyebabkan besarnya luas pasar dari barang-barang yang
dihasilkan sektor perusahaan akan bertambah pula. Karena
peranannya ini maka perkembangan penduduk akan menimbulkan
dorongan kepada pertambahan dalam produksi nasional dan tingkat
kegiatan ekonomi.
c. Barang-Barang Modal dan Tingkat Teknologi
Barang-barang modal penting artinya dalam mempertinggi
keefisienan pertumbuhan ekonomi. Didalam masyarakat yang
sangat kurang maju sekalipun barang-barang modal sangat besar
perannya dalam kegiatan ekonomi. Tanpa adanya alat-alat untuk
menangkap ikan dan berburu, alat-alat untuk bercocok tanam dan
mengambil hasil hutan, masyarakat yang kurang maju akan
mengalami kesusahan yang lebih banyak lagi dalam mencari
makanannya sehari-hari.
Pada masa kini pertumbuhan ekonomi dunia telah mencapai
tingkat yang tinggi, yaitu jauh lebih modern daripada kemajuan
yang dicapai oleh suatu masyarakat yang masih belum
jumlahnya, dan teknologi yang telah menjadi bertambah modern
memegang peranan yang penting sekali dalam mewujudkan
kemajuan ekonomi yang tinggi. Apabila barang-barang modal saja
yang bertambah, sedangkan tingkat teknologi tidak mengalami
perkembangan, kemajuan yang akan dicapai adalah jauh lebih
rendah daripada yang dicapai pada masa kini. Tanpa adanya
perkembangan teknologi, produktivitas barang-barang modal tidak
akan mengalami perubahan dan tetap berada pada tingkat yang
sangat rendah. Oleh karena itu pendapatan perkapita hanya
mengalami perkembangan yang sangat kecil. Kemajuan ekonomi
yang berlaku di berbagai negara terutama ditimbulkan oleh
kemajuan teknologi. Kemajuan teknologi menimbulkan beberapa
efek yang positif dalam pertumbuhan ekonomi, dan oleh karenanya
pertumbuhan ekonomi menjadi lebih pesat.
d. Sistem Sosial dan Sikap Masyarakat
Sistem sosial dan sikap masyarakat penting peranannya
dalam mewujudkan pertumbuhan ekonomi. Di dalam menganalisis
mengenai masalah-masalah pembangunan di negara-negara
berkembang ahli-ahli ekonomi telah menunjukkan bahwa sistem
sosial dan sikap masyarakat dapat menjadi penghambat yang serius
kepada pembangunan.
Adat istiadat yang tradisional dapat menghambat
dan produktivitas yang tinggi. Oleh karenanya pertumbuhan
ekonomi tidak dapat dipercepat. Juga di dalam sistem sosial
dimana sebagian besar tanah dimiliki oleh tuan tanah, atau dimana
luas tanah yang dimiliki adalah sangat kecil dan tidak ekonomis,
pembangunan ekonomi tidak akan mencapai tingkat yang
diharapakan. Sikap masyarakat juga dapat menentukan sampai
dimana pertumbuhan ekonomi dapat dicapai. Di sebagian
masyarakat terdapat sikap masyarakat yang dapat memberikan
dorongan yang besar kepada pertumbuhan ekonomi. Sikap yang
sedemikian itu antara lain adalah sikap berhemat yang bertujuan
untuk mengumpulkan lebih banyak uang untuk investasi, sikap
yang sangat menghargai kerja keras dan kegiatan-kegiatan untuk
mengembangkan usaha, dan sikap yang selalu berusaha untuk
menambah pendapatan dan keuntungan. Apabila di dalam
masyarakat terdapat beberapa keadaan dalam sistem sosial dan
sikap masyarakat yang sangat menghambat pertumbuhan ekonomi,
pemerintah haruslah berusaha untuk menghapuskan
hambatan-hambatan tersebut. Perombakan dalam sistem sosial, seperti
misalnya menghapuskan kekuasaan tuan tanah dan memberikan
tanah kepada para petani yang tidak memiliki tanah, adalah suatu
langkah yang perlu dilakukan.
Perubahan dalam sikap masyarakat perlu diciptakan.
atau
bekerja lebih keras untuk mendapatkan pendapatan dan keuntungan
yang lebih banyak. Salah satu langkah penting yang dapat
dilakukan untuk mencapai tujuan ini adalah dengan memperluas
fasilitas pendidikan dan meningkatkan taraf pendidikan
masyarakat. (Sukirno, 2004 : 430-432).
2.2.4.3. Ukuran Pertumbuhan Ekonomi
Untuk menentukan tingkat pertumbuhan ekonomi yang dicapai
oleh suatu negara perlulah dihitung pendapatan nasional riil, yaitu
Produk Nasional Bruto Riil atau Produk Domestik Riil. Dalam
perhitungan pendapatan nasional dan komponen-komponennya menurut
harga tetap yaitu pada harga-harga barang yang berlaku ditahun dasar
yang dipilih. Formula yang digunakan untuk menentukan tingkat
pertumbuhan ekonomi adalah: (cara I)
Dimana:
G = Tingkat pertumbuhan ekonomi
PN Riil 1 = Pendapatan nasional tahun pertahun pertumbuhan
ekonomi dihitung
% 100 0 0 1 X Riil PN Riil PN Riil PN % 100 0 0 1 X Riil PN Riil PN Riil PN
PN Riil =
PN Riil 0 = Pendapatan nasional pada tahun sebelumnya.
Sedangkan suatu negara yang tidak melakukan pendapatan nasional
menurut harga tetap, untuk menentukan tingkat pertumbuhan ekonomi
perhitungan harga dilakukan secara dua tahap: (1) menghitung
pendapatan nasional riil dengan mendeflasikan pendapatan nasional pada
harga masa kini dilakukan dengan menggunakan formula sebagai
berikut: (cara II)
Dimana:
PN Riil = Pendapatan nasional riil tahun I
Hii = Indeks harga atau pendeflasi pendapatan
nasional
PN Masa kini i = Pendapatan nasional pada masa kini pada
tahun I.
Apabila menggunakan (cara II) perhitungan diatas telah didapat
data pendapatan nasional riil untuk berbagai tahun, (2) tingkat
pertumbuhan ekonomi telah dapat dihitung, yaitu dengan menggunakan
persamaan perhitungan tingkat pertumbuhan ekonomi (cara I).
Alat pengukur pertumbuhan ekonomi antara lain :
a. Produk Domestik Bruto (PDB)
Produk Domestik Bruto (PDB) merupakan jumlah barang dan jasa
akhir yang dihasilkan oleh suatu perekonomian dalam satu tahun
1
100
HI
dan dinyatakan dalam harga pasar. Produk Domestik Bruto ini
merupakan acuan yang sifatnya global dan bukan merupakan alat
pengukuran yang tepat, karena belum dapat mencerminkan
kesejahteraan masyarakat yang sesungguhnya.
b. Produk Domestik Bruto Perkapita
Produk Domestik Bruto Perkapita dapat dipakai mengukur
pendapatan perkapita dan lebih tepat mencerminkan kesejahteraan
penduduk suatu negara dari pada Produk Domestik Bruto (PDB)
saja. Produk Domestik Bruto Perkapita adalah jumlah produk
domestik bruto nasional dibagi dengan jumlah penduduk.
c. Pendapatan Perjam Kerja
Pendapatan Perjam Kerja sebenarnya paling baik sebagai alat
untuk mengukur maju tidaknya perekonomian. Biasanya suatu
negara yang mempunyai pendapatan atau upah jam kerja lebih
tinggi dari upah jam kerja negara lain untuk jenis pekerjaan yang
sama. Pasti boleh dikaitkan bahwa negara yang bersangkutan lebih
maju dari negara lain. (Suparmoko, 2000 : 205).
2.2.4.4. Teori-Teori Pertumbuhan Ekonomi
a. Teori Pertumbuhan Ekonomi W.W. Rostow
Profesor Walt Whitman Rostow mengajukan teorinya
pertama kali dalam Economic Journal dan kemudian
Proses pertumbuhan ekonomi dapat dibedakan dalam lima tahap
dan semua negara di dunia ini akan melalui salah satu dari tahap
tersebut. Kelima tahap pertumbuhan ekonomi itu adalah :
1. Masyarakat tradisional (the traditional society)
2. Prasyarat untuk lepas landas (the precondition for take-off)
3. Lepas landas (the take-off)
4. Gerakan ke arah kedewasaan (the drive to maturity)
5. Masa konsumsi tinggi (the age of high mass consumption).
Adapun penjelasan kelima tahap pertumbuhan ekonomi tersebut
diatas sebagai berikut.
1. Masyarakat tradisional (the traditional society)
Masyarakat tradisional merupakan masyarakat yang dalam
kehidupannya masih menggunakan cara-cara yang sangat
sederhana dan telah berlaku secara turun-temurun, baik dalam
berproduksi maupun dalam tata cara/adat istiadat. Tingkat
produktivitas mereka masih sangat terbatas karena sebagian besar
sumber daya masyarakat hanya digunakan untuk kegiatan dalam
sektor pertanian. Struktur sosial bersifat hierarkis, maksudnya
kedudukan seseorang dalam masyarakat tidak akan berbeda dengan
ayahnya, kakeknya, dan kakek moyangnya. Dalam masyarakat ini
kecil sekali kemungkinan misalnya, bagi anak seorang petani biasa
untuk menjadi tuan tanah atau kelas masyarakat lainnya yang lebih
2. Prasyarat untuk lepas landas (the precondition for take-off)
Masa selanjutnya adalah masa ketika masyarakat telah mulai sadar
terhadap pentingnya pembangunan ekonomi. Ide-ide baru telah
mulai diterima untuk mencapai kemajuan hidup mereka. Masa ini
disebut sebagai masa peralihan atau prasyarat untuk landas.
Ciri-ciri penting dalam masyarakat ini adalah adanya perubahan sistem
politik, struktur sosial, nilai-nilai masyarakat, dan struktur kegiatan
ekonominya mulai bergerak dinamis, industri-industri
bermunculan, perkembangan teknologi yang pesat dan lembaga
keuangan resmi sabagai penggerak dana masyarakat mulai
bermunculan, serta terjadi investasi besar-besaran terutama pada
industri kecil. Bila perubahan-perubahan seperti itu timbul, yang
menyebabkan pertumbuhan selalu terjadi, maka proses
pertumbuhan ekonomi dapat dikatakan sudah mulai berlangsung.
Jika pertumbuhan ekonomi sudah lebih sering terjadi, suatu negara
sudah dapat dianggap berada pada tahap prasyarat untuk lepas
landas.
3. Lepas landas (the take-off)
Dalam tahap ini pertumbuhan ekonomi merupakan peristiwa yang
selalu berlangsung. Pada permulaannya terjadi perubahan yang
sangat drastis dalam masyarakat seperti revolusi politik,
terciptanya kemajuan yang pesat dalam inovasi, dan terbukanya
pembaruan-pembaruan secara teratur dan terjadi peningkatan
penanaman modal. Penanaman modal yang tinggi akan
meningkatkan pendapatan nasional yang melebihi tingkat
pertambahan penduduk. Dengan demikian, pendapatan perkapita
semakin lama akan semakin bertambah besar. Terdapat tiga ciri
untuk mengetahui apakah suatu negara sudah mencapai tahap lepas
landas atau belum, yakni :
a. Kenaikan penanaman modal yang produktif
meningkat dari 5% atau kurang menjadi 10% dari Produk
Nasional Netto.
b. Terjadi perkembangan satu atau beberapa sektor industri
dengan tingkat laju perkembangan yang tinggi.
c. Segera tercipta suatu kerangka dasar politik, sosial,
ekonomi dan institusional yang akan mewujudkan segala
kegiatan yang merupakan perluasan dari sektor modern dan
potensi ekonomi ekstern yang ditimbulkan oleh kegiatan
lepas landas, sehingga menyebabkan pertumbuhan yang
akan terus berlanjut.
4. Tahap gerakan ke arah kedewasaan (the drive to maturity)
Dalam tahap ini, masyarakat sudah secara efektif menggunakan
teknologi modern untuk memanfaatkan faktor-faktor produksi dan
kekayaan alamnya. Sektor-sektor ekonomi berkembang lebih lanjut
sektor andalan lama, yang mengalami kemunduran. Ciri-ciri non
ekonomi dari masyarakat yang telah mencapai tahap ke arah
kedewasaan dan yang hampir memasuki tahap berikutnya adalah
sebagai berikut :
a. Struktur dan keahlian tenaga kerja mengalami perubahan
dimana peranan sektor industri semakin penting, sementara
sektor pertanian semakin menurun karena berpindahnya
tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor industri.
Kemahiran dan kepandaian para pekerja bertambah tinggi.
b. Sifat kepemimpinan dalam perusahaan mengalami
perubahan, dimana manajer profesional lebih berperan
penting dari pada pengusaha yang merangkap jadi pemilik.
c. Masyarakat merasa bosan dengan dampak negatif yang
diciptakan oleh industrialisasi (polusi, permintaan dari buruh,
suara mesin) sehingga mulai memunculkan kritik-kritik
terhadapnya dan menginginkan perubahan lebih jauh.
5. Tahap konsumsi tinggi (the age of high mass consumption)
Pada tahap ini perhatian masyarakat lebih tertuju kepada
masalah-masalah yang berkaitan dengan konsumsi dan kesejahteraan
masyarakat, bukan lagi pada masalah produksi. Ada tiga tujuan
masyarakat yang saling bersaing untuk mendapatkan sumber daya
yang tersedia serta dukungan politik dari pemerintah agar produksi
a. Memperbesar kekuasaan dan pengaruh ke negara-negara lain
untuk perluasan pasar yang berakhir pada penaklukan atas
negara-negara tersebut.
b. Menciptakan kemakmuran yang lebih merata dengan
mengusahakan terciptanya pembagian pendapatan yang lebih
merata melalui sistem perpajakan progresif, yakni semakin
tinggi pendapatan semakin besar pula tarif pajak.
c. Mempertinggi tingkat konsumsi masyarakat di atas konsumsi
kebutuhan utama yang sederhana atas makanan, pakaian, dan
perumahan. Peningkatan konsumsi itu meliputi
barang-barang tahan lama dan barang-barang-barang-barang mewah.
b. Teori Pertumbuhan Ekonomi Adam Smith
Adam Smith menyatakan bahwa mekanisme pasar akan
menciptakan suatu suasana yang mengakibatkan perekonomian
akan berfungsi secara efisien. Adam Smith terkenal sebagai
pelopor perkembangan ilmu ekonomi dan ahli ekonomi yang
pertama mengemukakan mengenai pentingnya kebijakan laissez
faire dan juga ahli pertama yang banyak menumpahkan perhatian kepada masalah pembangunan. Menurut Adam Smith, kebijakan
Pertumbuhan ekonomi berkaitan dengan dua unsur, yaitu
pertumbuhan output total dan pertumbuhan penduduk.
Pertumbuhan output total dipengaruhi oleh tiga komponen, yaitu :
1. Sumber-sumber alam
2. Perkembangan penduduk
3. Jumlah persediaan barang modal.
Sumber–sumber alam yang tersedia sangat menentukan
pertumbuhan ekonomi dan merupakan batas maksimum dari
pertumbuhan ekonomi tersebut. Agar tercapai pertumbuhan output, sumber-sumber alam harus dimanfaatkan oleh tenaga kerja dan
modal yang ada. Perkembangan penduduk akan mendorong
pembangunan ekonomi serta memperluas pasar yang pada
gilirannya akan mempertinggi tingkat spesialisasi dalam
perekonomian tersebut sehingga menyebabkan tingkat kegiatan
ekonomi bertambah tinggi. Perkembangan spesialisasi dan
pembagian pekerjaan di antara tenaga kerja akan mempercepat
proses pembangunan ekonomi, karena spesialisasi akan
mempertinggi tingkat produktivitas tenaga kerja dan mendorong
perkembangan teknologi. Apabila pembangunan telah terjadi,
maka proses tersebut akan terus-menerus berlangsung secara
kumulatif sehingga pasar berkembang dan spesialisasi terjadi, dan
Sejalan dengan perkembangan penduduk dari masa ke
masa, yang diikuti dengan kenaikan produktivitas yang
mengakibatkan kenaikan pendapatan nasional, akan memperluas
pasar dan menciptakan tabungan yang cukup tinggi. Kedua hal itu
akan memberikan dorongan yang lebih besar kepada para
pengusaha untuk mengadakan inovasi dan mengembangkan
teknologi. Dengan demikian, perkembangan ekonomi akan terus
berlangsung dan pertumbuhan ekonomi akan semakin tinggi.
c. Teori Pertumbuhan Ekonomi Ricardo dan Malthus
Menurut pandangan Ricardo dan Malthus, dalam jangka
panjang perekonomian akan mencapai stationary state atau suatu
keadaan ketika perkembangan ekonomi tidak terjadi sama sekali
(mandek). Perbedaan pandangan kedua ahli ini dengan Smith
terletak pada peranan penduduk dalam pembangunan ekonomi.
Menurut Ricardo dan Malthus, perkembangan penduduk yang
cepat akan memperbesar jumlah penduduk hingga menjadi dua kali
lipat dalam waktu satu generasi. Pada tingkat ini tenaga kerja akan
menerima upah yang sangat minim yang hanya cukup untuk hidup
(subsistence level). Teori Ricardo ini banyak dipengaruhi oleh teori perkembangan penduduk yang dikemukakan oleh Malthus dan
teori hasil lebih yang semakin berkurang.
Pola pertumbuhan ekonomi menurut Ricardo adalah
kekayaan alam relatif cukup banyak sehingga pengusaha
mendapatkan keuntungan yang besar. Laba yang tinggi akan
menciptakan tingkat pembentukan modal yang tinggi juga. Hal itu
akan meningkatkan produksi sehingga mengakibatkan pula
bertambahnya permintaan t