• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN INDUSTRI KECIL DI KOTA SURABAYA DAN KABUPATEN SIDOARJO.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN INDUSTRI KECIL DI KOTA SURABAYA DAN KABUPATEN SIDOARJO."

Copied!
121
0
0

Teks penuh

(1)

i

Pertama-tama peneliti panjatkan puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT serta sholawat dan salam kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, yang telah melimpahkan berkah, rahmat dan hidayah-Nya sehingga skripsi yang peneliti susun dengan judul “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN INDUSTRI KECIL DI SURABAYA DAN SIDOARJO” ini dapat terselesaikan.

Skripsi ini peneliti susun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ilmu Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Peneliti menyadari bahwa dalam menyusun skripsi ini sering kali menghadapi hambatan dan keterbatasan dalam berbagai hal. Namun, tanpa bantuan bimbingan, motivasi, saran dan dorongan yang telah diberikan berbagai pihak, peneliti tidak akan dapat menyelesaikan skripsi ini sebagaimana mestinya. Untuk itu dalam kesempatan ini peneliti menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

(2)

ii ini.

3. Bapak Dr. Dhani Ichsanuddin Nur, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Pembangunan Nasional “VETERAN” Jawa Timur.

4. Bapak Drs. EC. Marseto, DS, Msi, selaku Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

5. Ibu Dra. EC. Titiek Nurhidayati, selaku Dosen Wali yang telah meluangkan waktu dalam membimbing dan mendampingi peneliti selama menempuh pendidikan didalam perkuliahan.

6. Bapak-bapak dan ibu-ibu dosen serta staf karyawan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “VETERAN” Jawa Timur yang telah dengan ikhlas memberikan banyak ilmu pengetahuannya selama masa perkuliahan dan pelayanan akademik bagi peneliti.

7. Ayahanda, Ibunda, beserta keluarga tercinta yang telah memberikan motivasi, do’a, semangat dan dorongan moral serta spiritualnya yang telah tulus kepada peneliti, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya.

(3)

iii

Nasional “Veteran” Jawa Timur, serta semua pihak yang tidak bisa peneliti sebutkan satu persatu yang selalu memotivasi, membantu, dan mendukung peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.

Semoga Allah SWT berkenan dan memberikan balasan, limpahan rahmat, serta karunia-Nya, atas segala amal kebaikan serta bantuan yang telah diberikan.

Akhir kata, besar harapan bagi peneliti semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca, baik sebagai bahan kajian maupun sebagai salah satu sumber informasi dan bagi pihak-pihak lain yang membutuhkan.

Wassalamu’ alaikum Wr. Wb

Surabaya, Agustus 2009

(4)

iv DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...i

DAFTAR ISI...iv

DAFTAR GAMBAR...viii

DAFTAR TABEL...ix

DAFTAR LAMPIRAN...x

ABSTRAKSI... ...xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang...1

1.2. Perumusan Masalah...6

1.3. Tujuan Penelitian...…...7

1.4. Manfaat Penelitian...7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu...9

2.2. Landasan Teori...13

2.2.1. Pendapatan...….13

2.2.1.1. Pengertian Pendapatan …...13

2.2.2. Jumlah Kredit Usaha Kecil (KUK) ...14

2.2.2.1. Pengertian kredit ...……...14

(5)

v

2.2.2.3. Fungsi Kredit Perbankan ...17

2.2.2.4. Unsur-Unsur Kredit...19

2.2.2.5. Jenis-Jenis Kredit ………...…………20

2.2.2.6. Penilaian Kredit ...22

2.2.2.7. Pengertian Kredit Usaha Kecil (KUK) ...23

2.2.2.8. Ketentuan Kredit Usaha Kecil ...25

2.2.2.9. Hubungan Besarnya Jumlah Kredit Usaha Kecil dengan Pendapatan Industri Kecil ...25

2.2.3. Jumlah Tenaga Kerja Industri Kecil..……...…..26

2.2.3.1. Pengertian Tenaga Kerja..……...….26

2.2.3.2. Pengertian Angkatan Kerja... ....27

2.2.3.3. Pengertian Bukan Angkatan Kerja... ...28

2.2.3.4. Permintaan Tenaga Kerja...31

2.2.3.5. Penawaran Tenaga Kerja...32

2.2.3.6. Hubungan Jumlah Tenaga Kerja Dengan Pendapatan Industri Kecil...35

2.2.4. Pertumbuhan Ekonomi ...35

2.2.4.1. Pengertian Pertumbuhan Ekonomi... .35

2.2.4.2. Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi...36

2.2.4.3. Ukuran Pertumbuhan Ekonomi...41

(6)

vi

2.2.4.5. Hubungan Pertumbuhan Ekonomi dengan

Peningkatan Pendapatan Industri Kecil...52

2.2.5. Jumlah Industri Kecil...53

2.2.5.1. Definisi Industri dan Industri Kecil...53

2.2.5.2. Macam-Macam Industri...54

2.2.5.3. Kriteria Industri Kecil..…...…...56

2.2.5.4. Kebijakan Pengembangan Industri...57

2.2.5.5. Hubungan Jumlah Industri Kecil dengan Pendapatan Industri Kecil...58

2.3. Kerangka Pikir...58

2.4. Hipotesis...63

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel...64

3.2. Teknik Penentuan Sampel... ...65

3.3. Jenis dan Sumber Data...65

3.3.1. Jenis Data...66

3.3.2. Sumber Data...66

3.4. Teknik Pengumpulan Data...66

3.5. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis...67

3.5.1. Teknik Analisis... 67

3.5.2. Uji Hipotesis...68

(7)

vii

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Obyek Penelitian…………...77

4.1.1. Kondisi Geografis Kota Surabaya...77

4.1.2. Kependudukan………..…...78

4.1.3. Kondisi Geografis Kabupaten Sidoarjo ………….…….79

4.1.4. Kependudukan ……….81

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian...82

4.2.1. Perkembangan Pendapatan Industri Kecil Surabaya ...82

4.2.2. Perkembangan Pendapatan Industri Kecil Sidoarjo ..….83

4.2.3. Perkembangan Jumlah Kredit Usaha Kecil …….……..84

4.2.4. Perkembangan Jumlah Tenaga Kerja Industri Kecil…..86

4.2.5. Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi ………….……87

4.2.6. Perkembangan Jumlah Industri Kecil ………....88

4.3. Hasil Analisis Asumsi Regresi Klasik (BLUE / Best Linier Unbiased Estimator).……….……..89

4.3.1. Analisis Dan Pengujian Hipotesis….………..……94

4.3.2. Uji Hipotesis Secara Parsial ………....…...97

4.3.3. Pembahasan ………...…….…...98

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan...105

5.2. Saran...108 DAFTAR PUSTAKA

(8)

Hari Sulistiono

ABSTRAKSI

Industrialisasi merupakan alat pokok pembangunan nasional dan

pembangunan daerah terutama kegiatan usaha industri kecil yang penting dalam

rangka mewujudkan masyarakat adil dan makmur. Untuk mewujudkan hal tersebut

maka pemerintah membuat kebijaksanaan untuk meningkatkan pendapatan industri

kecil. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Jumlah kredit usaha

kecil (X

1

), Jumlah tenaga kerja industri kecil (X

2

), Pertumbuhan ekonomi (X

3

), dan

Jumlah industri kecil (X

4

), berpengaruh nyata terhadap Pendapatan Industri Kecil di

Kota Surabaya (Y

1

) dan Kabupaten Sidoarjo (Y

2

).

Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data sekunder yang

diperoleh dari Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur selama 15 tahun mulai dari

tahun 1993-2007. Data yang dianalisis menggunakan model regresi linier berganda

yaitu suatu analisis untuk mengetahui masing-masing dari variabel bebas (X)

terhadap varibel terikat (Y) baik secara silmultan maupun parsial.

Berdasarkan hasil analisis dan pengujian hipotesis diperoleh hasil F

hitung

sebesar 18,900 > F

tabel

= 3,48 untuk Kota Surabaya dan untuk Kabupaten Sidoarjo

diperoleh hasil F

hitung

sebesar 3,616 > F

tabel

= 3,48 yang berarti secara simultan

keempat variabel bebas mempunyai penngaruh yang nyata terhadap pendapatan

industri kecil di Kota Surabaya dan Kabupaten Sidoarjo. Pengujian secara parsial

kota Surabaya diperoleh t

hitung

untuk variabel X

1

sebesar 7,367 > t

tabel

sebesar 2,228

berarti variabel X

1

dapat memberikan konstribusi pengaruh yang nyata terhadap

variabel terikat Y

1

. Pengujian secara parsial Kabupaten Sidoarjo diperoleh t

hitung

untuk variabel X

2

sebesar 3,160 > t

tabel

sebesar 2,228 berarti variabel X

2

dapat

memberikan konstribusi pengaruh yang nyata terhadap variabel terikat Y

2,

untuk

variabel X

4

t

hitung

sebesar 2,986 > t

tabel

sebesar 2,228 berarti variabel X

4

dapat

memberikan konstribusi pengaruh yang nyata terhadap variabel terikat Y

2.
(9)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia sebagai salah satu negara yang sedang berkembang dalam mewujudkan tujuan nasional berusaha untuk mempertahankan dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang diharapkan, tidak terlepas dari peran pembangunan yang dilakukan oleh masing-masing daerah. Perkembangan daerah sebagai bagian dari pembangunan nasional diarahkan untuk mengembangkan daerah masing-masing dan menyerasikan laju pertumbuhan antar daerah. Hal ini dapat dilakukan melalui pembangunan yang serasi dan terpadu antar sektor dalam mencapai tujuan.

Industrialisasi merupakan alat pokok pembangunan nasional dan pembangunan daerah yang bertujuan mewujudkan masyarakat yang maju dan mandiri serta sejahtera lahir dan batin. Selain berperan strategis untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi secara berkelanjutan dan meningkatkan produktivitas masyarakat, juga berperan menciptakan lapangan usaha serta memperluas lapangan kerja, meningkatkan serta meratakan dan mengentaskan kemiskinan.

(10)

untuk menjamin adanya pemerataan pendapatan industri kecil dan untuk menjamin adanya pemerataan pendapatan bagi seluruh rakyat dengan rasa keadilan dalam ruang mewujudkan asas keadilan sosial. Dengan demikian pembangunan tidak hanya ditujukan untuk meningkatkan pendapatan tetapi juga untuk mencegah melebarnya jurang pemisah antara yang kaya dan yang miskin.

Perkembangan industri kecil dari waktu ke waktu secara rutin harus dilakukan pengkajian, penyempurna dan peningkatan. Hal ini disebabkan kondisi industri kecil pada umumnya lemah dalam kredit modal kerja. Dalam pembinaan dan pemanfaatan modal akan membawa dampak yang lebih baik terhadap perkembangan pendapatan industri kecil itu sendiri, karena secara langsung kredit merupakan salah satu yang paling penting sebagai faktor penunjang dan pendukung terhadap aktivitas pengusaha dalam meningkatkan pendapatan industri kecil dan memperluas usaha yang dimilikinya. Oleh sebab itu pihak bank memberikan kemudahan dan syarat-syarat yang ringan yaitu tingkat suku bunga yang rendah dan jangka waktu pengambilan yang relatif panjang. (Anonim, 1999 : 197).

(11)

permodalan, serta (4) besar kecilnya modal yang dimiliki. Sedangkan beberapa faktor eksternal termaksud, antara lain : (1) dukungan berupa bantuan teknis dan keuangan dari pihak pemerintah atau swasta, (2) kondisi perekonomian yang dicerminkan dari permintaan pasar domestic maupun dunia, dan (3) kemajuan teknologi dalam produksi. (Soeroso, 2007 : 2).

Salah satu usaha pemerintah dalam mengembangkan industri kecil Antara lain: Pada tahun 1995 pemerintah telah mengesahkan Undang-Undang No.9 Tahun 1995 tentang Industri Kecil. Dikeluarkannya undang-undang ini dengan pertimbangan bahwa dalam pembangunan nasional ,industri kecil sebagai integral dunia usaha yang merupakan kegiatan ekonomi rakyat yang mempunyai kedudukan, potensi dan peran strategis dalam mewujudkan struktur yang semakin seimbang berdasarkan demokrasi ekonomi. Selanjutnya adalah usaha untuk memberikan perhatian bahwa untuk membina dan mengembangkan indutri kecil. Upaya tersebut berusaha untuk menjadikan dunia usaha nasional mampu menjadi kekuatan nasional yang tangguh. Disamping itu juga diperlukan struktur dunia usaha nasional yang andal dan kukuh antara lain ditunjukkan dengan semakin menguatnya peranan industri kecil dan industri besar yang tangguh dan saling menyangga antara industri kecil dan industri besar.

(12)

pengembangannya sektor industri kecil ini memerlukan pembangunan di berbagai sektor untuk mendorong memperbaiki kualitas produk industri kecil di sekitarnya guna meningkatkan taraf hidup rakyat. Upaya peningkatan kemampuan dan ketrampilan para pengusaha dalam pengolahan industri kecil disekitarnya merupakan kebutuhan yang sangat mendesak. Hal ini mengingat pesatnya pertumbuhan dan perkembangan usaha dan industri sehingga menimbulkan pesaing yang tajam baik dari segi pemasaran maupun kualitas produk. Industri kecil pada umumnya dikelola oleh golongan ekonomi lemah dengan modal relatif kecil dan sistem pengolahannya hanya masih tradisional. Untuk meningkatkan peranan usaha kecil tidak saja dilihat dari aspek pengusaha akan tetapi sangat penting ditinjau dari aspek ekonomi, karena pada umumnya industri bersifat padat karya yang maksudnya menyerap banyak tenaga kerja. (Anonim, 2001 : 2).

(13)

Dalam usaha mengembangkan industri kecil perlu adanya peningkatan investasi yang selanjutnya akan berdampak pada peningkatan produksi, maka perlu adanya tambahan tenaga kerja yang ikut menangani terhadap proses produksi. Akibat penambahan tenaga kerja berarti memperbesar pengeluaran upah untuk tenaga kerja tersebut.

Sejalan dengan hal tersebut, Kota Surabaya mempunyai perkembangan industri kecil pada tahun 1993 sebesar 3,86 %. Perkembangan terbesar terjadi pada tahun 2003 sebesar 10,94 %. Sedangkan penurunan terbesar terjadi pada tahun 2000 sebesar -75,39 %. (Anonim, 2008 : 263).

Dalam proses pengembangannya sektor industri kecil ini memerlukan pembangunan diberbagai sektor untuk mendorong memperbaiki kualitas produk industri kecil di sekitar guna meningkatkan pendapatan industri kecil tersebut. Sedangkan peningkatan pendapatan industri kecil di kabupaten Sidoarjo setiap tahun mengalami kenaikan, Perkembangan terbesar terjadi pada tahun 1996 sebesar 14,45 %. Sedangkan penurunan terbesar terjadi pada tahun 1998 sebesar -10,00 %.. Hal ini menunjukkan bahwa pendapatan industri kecil di kabupaten Sidoarjo mempunyai potensi yang cukup besar untuk terus ditingkatkan. (Anonim, 2008 : 90).

(14)

kesempatan kerja sehingga dapat menambah pendapatan khususnya masyarakat kecil. Bila sektor ini tumbuh dan berkembang serta diiringi dengan pembinaan yang baik maka usahanya akan menjadi mantap, sehat, dan dinamis. Tentu saja hal ini tidak lepas dari dorongan usaha dan bantuan dari Pemerintah daerah kota Surabaya dan kabupaten Sidoarjo melalui dinas perindustrian dan perdagangan masing-masing daerah.

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka peneliti tertarik untuk mengamati masalah pendapatan industri kecil di Kota Surabaya dan Kabupaten Sidoarjo dan mengkaji lebih dalam lagi tentang ”Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Industri Kecil Di Kota Surabaya Dan Kabupaten Sidoarjo”.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut:

a. Apakah Jumlah kredit usaha kecil, jumlah tenaga kerja industri kecil, pertumbuhan ekonomi, dan jumlah industri kecil berpengaruh terhadap pendapatan industri kecil di Kota Surabaya dan Kabupaten Sidoarjo ?

(15)

paling dominan terhadap variabel terikat yaitu pendapatan industri kecil di Kota Surabaya dan Kabupaten Sidoarjo ?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah di kemukakan sebelumnya, maka perlu diketahui tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui apakah variabel Jumlah kredit usaha kecil, jumlah tenaga kerja industri kecil, pertumbuhan ekonomi, dan jumlah industri kecil berpengaruh nyata terhadap pendapatan industri kecil di Kota Surabaya dan Kabupaten Sidoarjo.

b. Untuk mengetahui diantara keempat variabel bebas tersebut yaitu Jumlah kredit usaha kecil, jumlah tenaga kerja industri kecil, pertumbuhan ekonomi, dan jumlah industri kecil manakah yang mempunyai pengaruh paling dominan terhadap variabel terikat yaitu pendapatan industri kecil di Kota Surabaya dan Kabupaten Sidoarjo.

1.4. Manfaat Penelitian

(16)

a. Bagi Universitas

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menyumbangkan sesuatu yang berharga bagi pihak universitas khususnya Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur sekaligus sebagai koleksi pembendaharaan referensi dan tambahan wacana pengetahuan untuk perpustakaan Universitas Pembangunan Nasional “VETERAN” Jawa Timur.

b. Bagi Industri

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi atau masukan terhadap pendapatan industri kecil di Surabaya dan Sidoarjo serta sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan pembangunan ekonomi industri yang berhubungan dengan masalah pendapatan industri kecil.

c. Bagi Peneliti

(17)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Hasil Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh pihak lain yang dapat

dipakai sebagai bahan masukan serta bahan pengkajian yang berkaitan

dengan analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan industri kecil

di Kota Surabaya dan Kabupaten Sidoarjo, antara lain :

1. Hermawati (2000), dengan judul penelitian ”Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan di Lingkungan Industri Kecil

Kerajinan Tas Kulit di Kota Gresik”, Menyatakan bahwa hasil analisis

penggunaan Uji F menunjukkan bahwa secara simultan variabel Proporsi

Modal (X1), Tingkat Pendidikan (X2), Tenaga Kerja secara keseluruhan

berpengaruh nyata terhadap tingkat pendapatan (Y) dengan F hitung

(146,508) > F tabel (2,81). Hasil analisis penggunaan Uji t menunjukkan

secara individu antara variabel bebas Proporsi Modal berpengaruh secara

positif terhadap tingkat pendapatan (Y) dengan t hitung (7,709) > t tabel

(2,2010). Variabel tingkat pendidikan berpengaruh positif terhadap

tingkat pendapatan (Y) dengan t hitung (5,255) > t tabel (2,010). Variabel

Tenaga Kerja berpengaruh positif terhadap tingkat pendapatan (Y)

dengan t hitung (2,010).

(18)

Lingkungan Industri Kecil Kabupaten Magetan”, Menyatakan bahwa : F

hitung sebesar (14,65) dan F tabel (2,81) dengana = 0,05 berarti pengaruh

Modal (X1), Pendidikan Pengusaha (X2) dan Jumlah Tenaga Kerja (X3)

secara keseluruhan berpengaruh terhadap Pertumbuhan Pendapatan

Pengusaha (Y). t hitung untuk Modal sebesar (7,709) dan t tabel sebesar

(2,201) maka Modal (X1) berpengaruh terhadap Pertumbuhan Pendapatan

Pengusaha (Y). T hitung untuk Pendidikan Pengusaha sebesar (5,255) dan

t tabel sebesar (2,201) maka Pendidikan Pengusaha berpengaruh terhadap

Pertumbuhan Pendapatan Pengusaha (Y). t hitung untuk jumlah Tenaga

Kerja sebesar (3,137) dan t tabel sebesar (2,201) maka jumlah Tenaga

Kerja berpengaruh terhadap Pertumbuhan Pendapatan Pengusaha (Y).

3. Prakoso (2003), dengan judul penelitian “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Kecil Di

Surabaya,” Dari analisa uji F disimpulkan bahwa variabel investasi (X1),

jumlah industri kecil (X2), nilai produksi (X3), tingkat upah (X4),

berpengaruh secara nyata terhadap penyerapan tenaga kerja (Y). dengan F

hitung = 31,915 > F tabel =3,59. Sedangkan dari analisa uji t menunjukkan

bahwa variabel bebas berpengaruh secara nyata terhadap variabel terikat

dengan t hitung (X1) = 1,472, t hitung (X2) = 2,810, t hitung (X3) = 4,134, t hitung

(X4) = 3,407 > t tabel = 2,228.

4. Parwanti (2004), dengan judul penelitian “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Industri Kecil Di Jawa Timur”.

(19)

nyata antara variabel bebas nilai investasi (PMDN) (X1), jumlah tenga

kerja (X2), dan jumlah industri kecil (X3) terhadap variabel terikat

pendapatan industri kecil di Jawa Timur (Y). Hal ini diketahui oleh uji F

yaitu diperoleh F hitung = 7,401 > F tabel = 3,59. sedangkan secara parsial

nilai investasi (PMDN) (X1) berpengaruh secara nyata terhadap

pendapatan industri kecil di Jawa Timur (Y), dengan menggunakan uji t

dimana t hitung = 2,231 > Ttabel = 2,201. variabel parsial jumlah tenga

kerja (X2) tidak berpengaruh secara nyata terhadap pendapatan industri

kecil di Jawa Timur (Y), dimana t hitung = 0,960 < t tabel = 2,201. dan

variabel jumlah industri kecil (X3) berpengaruh secara nyata terhadap

pendapatan industri kecil di Jawa Timur (Y) dimana t hitung = - 2,225 < t

tabel = - 2,201.

5. Basuki (2007), dengan judul penelitian “Analisis Beberapa faktor Yang

Mempengaruhi Investasi Pada Industri Kecil Di Kabupaten Gresik”.

Berdasarkan hasil dari penelitian ini secara simultan menunjukkan adanya

pengaruh yang nyata antara variabel bebas jumlah industri kecil (X1),

tingkat suku bunga (X2), kredit modal kerja (X3), produk domestik

regional bruto(X24), dan investasi terhadap investasi industri kecil di

kabupaten Gresik (Y). hal ini diketahui dari uji F yaitu diperoleh F hitung

= 4,687 > F tabel = 4,12. sedangkan secara parsial tingkat suku bunga

(X2), kredit modal kerja (X3), dan produk domestik regional bruto (X4)

berpengaruh nyata terhadap investasi industri kecil di kabupaten Gresik

(20)

industri kecil di kabupaten Gresik (Y). Hal tersebut dikarenakan

perkembangan industri kecil pada masa mendatang tidak menentu,

sehingga para investor ragu untuk melakukan investasi pada industri kecil

yang prospek kedepannya tidak menentu. Inflasi tidak berpengaruh secara

nyata terhadap investasi industri kecil di kabupaten Gresik, hal ini

dikarenakan inflasi mempengaruhi daya beli masyarakat. Jika inflasi naik

akan berpengaruh terhadap daya beli masyarakat meskipun pendapatan

naik sehingga kecenderungan untuk melakukan investasi kecil karena

digunakan untuk konsumsi.

Jadi penelitian yang dilakukan oleh peneliti pada kesempatan kali

ini berbeda dengan penelitian–penelitian sebelumnya. Perbedaan

penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu dengan penelitian yang

dilakukan sekarang terletak pada kurun waktu, tempat penelitian dan

ruang lingkup yang di gunakan oleh penelitian. Berdasarkan penelitian

terdahulu seperti yang telah disebutkan diatas, yang juga merupakan

dasar acuan untuk penelitian kali ini dengan judul “Analisis Faktor-Faktor

Yang Mempengaruhi Pendapatan Industri Kecil di Kota Surabaya dan

Kabupaten Sidoarjo”, dengan variabel bebas yang digunakan dalam

penelitian ini adalah Jumlah Kredit Usaha Kecil (X1), Jumlah Tenaga

Kerja Industri Kecil (X2), Pertumbuhan Ekonomi (X3), dan Jumlah

Industri Kecil (X4). Sedangkan variabel terikat yang digunakan dalam

(21)

2.2. Landasan Teori 2.2.1. Pendapatan

2.2.1.1. Pengertian Pendapatan

Pendapatan adalah hasil dari terjemahan bahasa Inggris “Income”

yang di artikan sebagai pendapatan. Menurut pengertian yang sempit

pendapatan meliputi operasional yaitu pendapatan yang timbul atau yang

di hasilkan dari aktifitas produksi. Pendapatan operasional yang timbul

dari laba atau rugi penjualan aktiva tetap atau investasi tidak termasuk

pendapatan. Sedangkan pendapatan pada industri kecil merupakan

pendapatan bruto yaitu pendapatan diperoleh dari nilai produksi industri

kecil pertahun, yang merupakan harga dari produksi industri kecil yang

sudah dikelola menjadi barang jadi siap dipasarkan pada konsumen.

Pendapatan tersebut dapat diperoleh dengan menghitung jumlah produksi

industri kecil dikalikan dengan harga produk industri kecil.

Pendapatan adalah barang atau jasa yang dapat dikonsumsi selama

periode tertentu. Dengan demikian dapat terlihat pendapatan mempunyai

pengaruh terhadap konsumsi dan tabungan. Dengan adanya peningkatan

pendapatan maka konsumsi meningkat dan tabungan akan meningkat

pula. (Nisjar dan Winardi, 1997 : 28).

Pendapatan menunjukkan jumlah seluruh uang yang diterima

oleh seseorang atau rumah tangga selama jangka waktu tertentu

(biasanya satu tahun) sedangkan pendapatan itu sendiri terdiri dari:

(22)

sewa, bunga, deviden serta pembayaran transfer atau penerimaan dari

pemerintah seperti : tunjangan sosial atau asuransi. (Samuelson dan

Nordhaus, 1992 : 258).

Dari kedua pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa

pendapatan merupakan jumlah seluruh uang yang diterima oleh

seseorang atau faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses

poduksi dalam jangka waktu tertentu (satu tahun).

2.2.2. Jumlah Kredit Usaha Kecil (KUK) 2.2.2.1. Pengertian kredit

Pengertian kredit dalam arti sesungguhnya adalah berasal dari

bahasa Yunani, yaitu “credere“ yang berarti kepercayaan yang harus

dipakai sebagai pedoman atau perumusan perkreditan dan sebagaimana

bentuk juga macam ragamnya dari kredit serta dari mana asalnya,

kemudian dari siapa kredit itu diberikan. (Kasmir, 2003 : 101)

Pengertian kredit Menurut Undang-Undang Perbankan No 10

Tahun 1998 adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat

dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan

pinjam-meminjam antara bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak

peminjam melunasi hutangnya setelah jangka waktu dengan pemberian

bunga.

Sedangkan pengertian pembiayaan adalah penyediaan uang atau

(23)

atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan yang

dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka

waktu dengan imbalan atau bagi hasil. (Harijanto, 1996 : 8).

Dari pengertian di atas dapatlah disimpulkan bahwa kredit atau

pembiayaan dapat berupa uang atau tagihan yang nilainya diukur dengan

uang. Contoh berbentuk tagihan (kredit barang), misalnya bank

membiayai kredit untuk pembelian rumah atau mobil. Kredit ini berarti

nasabah tidak memperoleh uang tetapi rumah, karena bank membayar

langsung ke developer dan nasabah hanya membayar cicilan rumah

tersebut tiap bulan. Kemudian adanya kesepakatan antara bank (kreditur)

dengan nasabah penerima kredit (debitur), bahwa mereka sepakat sesuai

dengan perjanjian yang telah dibuatnya. Dalam perjanjian kredit tercakup

hak dan kewajiban masing-masing pihak, termasuk jangka waktu serta

bunga yang ditetapkan bersama. Demikian pula dengan masalah sanksi,

apabila si debitur ingkar janji terhadap perjanjian yang telah disepakati

dan dibuat bersama. Dan yang menjadi perbedaan antara kredit yang

diberikan oleh bank berdasarkan konvensional dan berdasarkan prinsip

syariah adalah terletak pada keuntungan yang diharapkan. Bagi bank

prinsip konvensional keuntungannya diperoleh melalui bunga, sedangkan

(24)

2.2.2.2. Tujuan Kredit

Dalam membahas tujuan kredit, kita tidak dapat melepaskan diri

dari falsafah yang dianut oleh suatu negara. Keuntungan atau profitability

merupakan tujuan dari pemberian kredit yang terjelma dalam bentuk

bunga yang diterima dan karena Pancasila adalah sebagai dasar falsafah

negara kita, maka tujuan dari pemberian kredit tidak semata-mata

mencari keuntungan semata, melainkan disesuaikan dengan tujuan

negara kita yaitu untuk mencapai masyarakat yang adil dan makmur

berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Dengan demikian maka tujuan

kredit yang diberikan oleh suatu bank, khususnya bank pemerintah yang

akan mengembangkan tugas sebagai agent of development adalah untuk :

a. Turut menyukseskan pemerintahan.

b. Meningkatkan aktivitas perusahaan agar dapat menjalankan

fungsinya guna menjamin terpenuhinya hubungan masyarakat.

c. Memperoleh laba agar kelangsungan hidup perusahaan terjamin

dan dapat memperluas usahanya.

Dari tujuan tersebut tersimpul adanya kepentingan yang seimbang

antara :

a. Kepentingan pemerintah.

b. Kepentingan masyarakat .

(25)

2.2.2.3. Fungsi Kredit Perbankan

Dalam kehidupan perekonomian yang modern, bank memegang

peranan yang sangat penting. Oleh karena itu organisasi-organisasi

bank selalu diikutsertakan dalam menentukan kebijakan di bidang

moneter, pengawasan devisa, pencatatan efek-efek dan lain–lain. Hal

ini antara lain disebabkan usaha pokok bank adalah memberikan kredit

dan kredit yang diberikan oleh bank berpengaruh sangat luas dalam

segala hal bidang kehidupan, khususnya bidang ekonomi.

Fungsi kredit perbankan dalam kehidupan perekonomian dan

perdagangan antara lain sebagai berikut :

a. Kredit dapat meningkatkan daya guna uang.

Para pemilik modal dapat secara langsung meminjamkan uangnya

kepada perusahaan atau industri yang memerlukan untuk

meningkatkan usahanya. Kredit dapat meningkatkan peredaran dan

lalu lintas uang.

Kredit uang yang disalurkan melalui rekening giro dapat

menciptakan pembayaran baru sehingga apabila dilakukan

pembayaran melalui cek, giro, wesel maka akan dapat

meningkatkan peredaran uang giral dan kredit perbankan yang

ditarik secara tunai akan dapat meningkatkan peredaran uang

(26)

b. Kredit dapat meningkatkan peredaran barang

Kredit dapat meningkatkan peredaran barang baik melalui

penjualan secara kredit maupun dengan membeli barang dari suatu

tempat dan menjualnya ke tempat lain, sehingga dapat

meningkatkan manfaat dari suatu barang.

c. Kredit sebagai salah satu alat stabilitas ekonomi

Kredit harus diarahkan pada sektor yang produktif dengan

pembatasan kwalitatif dan kwantitatif. Tujuannya adalah untuk

meningkatkan produksi dan memenuhi kebutuhan dalam negeri

agar bisa diekspor.

d. Dapat meningkatkan kegairahan berusaha

Dengan adanya kredit yang diberikan oleh bank kepada pengusaha

maka akan mengatasi kekurangmampuan pengusaha tersebut di

bidang permodalan. Sehingga dengan adanya bantuan tersebut

maka pengusaha akan dapat meningkatkan usahanya.

e. Kredit dapat meningkatkan pemerataan pendapatan.

Dengan bantuan kredit, maka pengusaha akan dapat memperluas

sasarannya dan membutuhkan tenaga-tenaga kerja tersebut, maka

pemerataan pendapatan akan meningkat pula.

f. Kredit sebagai alat untuk meningkatkan hubungan internasional.

Bantuan-bantuan yang diberikan secara kredit tidak saja dapat

(27)

tapi juga dapat meningkatkan hubungan internasional.

(Kasmir, 2003 : 107-108).

Unsur-Unsur Kredit

Kredit yang diberikan oleh suatu lembaga kredit didasarkan

atas kepercayaan (trust), sehingga dengan demikian pemberian kredit

merupakan pemberian kepercayaan. Ini berarti suatu lembaga kredit

baru akan memberikan kredit kalau dia betul-betul yakin bahwa si

penerima kredit akan mengembalikan pinjaman yang diterimanya

dengan jangka waktu dan syarat-syarat yang telah disetujui oleh kedua

belah pihak. Tanpa keyakinan tersebut, suatu lembaga kredit tidak akan

meneruskan simpanan masyarakat yang diterimanya. Dengan demikian

dapat disimpulkan bahwa unsur yang terdapat dalam kredit adalah :

a. Kepercayaan

Kepercayaan merupakan suatu keyakinan bagi si pemberi kredit

bahwa kredit yang diberikan (baik berupa uang, barang atau jasa)

benar-benar diterima kembali di masa yang akan datang sesuai

jangka waktu kredit.

b. Kesepakatan

Disamping unsur percaya didalam kredit juga mengandung unsur

kesepakatan antara si pemberi kredit dengan si penerima kredit.

(28)

masing pihak menandatangani hak dan kewajibannya

masing-masing.

c. Jangka waktu

Setiap kredit yang diberikan memiliki jangka waktu tertentu,

jangka waktu ini mencakup masa pengembalian kredit yang telah

disepakati. Jangka waktu tersebut bisa berbentuk jangka waktu

pendek (dibawah 1 tahun), jangka waktu menengah (1 sampai 3

tahun) atau jangka waktu panjang (diatas 3 tahun). Jangka waktu

merupakan batas waktu pengembalian angsuran kredit yang sudah

disepakati oleh kedua belah pihak.

d. Resiko

Akibat adanya tenggang waktu, maka pengembalian kredit akan

memungkinkan suatu resiko tidak tertagihnya atau macetnya suatu

pemberian kredit. Semakin panjang suatu jangka waktu kredit,

maka semakin besar resikonya, demikian pula sebaliknya.

e. Balas jasa

Bagi bank balas jasa merupakan suatu keuntungan atau pendapatan

atas pemberian suatu kredit. Dalam bank jenis konvesional balas

jasa kita kenal dengan bunga. (Kasmir, 2003 : 103-104)

2.2.2.5. Jenis-Jenis Kredit

Beragamnya jenis usaha, menyebabkan beragam pula kebutuhan

(29)

juga menjadi beragam. Hal ini disesuaikan dengan kebutuhan dana yang

diinginkan nasabah.

Dalam praktiknya kredit yang diberikan bank umum dan bank

perkreditan rakyat untuk masyarakat terdiri dari berbagai jenis. Secara

umum jenis kredit dapat dilihat dari berbagai segi antara lain :

1. Di lihat dari segi kegunaan

a. Kredit investasi

Kredit investasi merupakan kredit jangka panjang yang

biasanya digunakan untuk keperluan perluasan usaha atau

membangun proyek untuk keperluan rehabilitasi.

b. Kredit modal kerja

Kredit modal kerja merupakan kredit yang digunakan untuk

keperluan meningkatkan produksi dalam operasionalnya.

2. Dilihat dari segi tujuan kredit

a. Kredit produktif

Kredit yang digunakan untuk peningkatan usaha atau produksi

atau investasi.

b. Kredit konsumtif

Kredit yang digunakan untuk dikonsumsi secara pribadi.

c. Kredit perdagangan

Merupakan kredit yang diberikan kepada pedagang dan

digunakan untuk membiayai aktifitas perdagangannya.

(30)

2.2.2.6. Penilaian Kredit

Karena kredit sangat dibutuhkan oleh masyarakat maka kredit

merupakan suatu nilai untuk menentukan nilai kredit, dikenal beberapa

prinsip dalam melakukan penilaian atas permohonan kredit. Prinsip

yang sudah lazim digunakan adalah 5C atau 6C, yaitu :

a. Character

Kepribadian, moral, kejujuran dari calon nasabah perlu

diperhatikan sehubungan untuk mengetahui apakah dapat

memenuhi kewajibannya dengan baik yang timbul dari persetujuan

kredit yang diadakan. Hal ini perlu diperhatikan sehubungan

dengan character adalah sifat pribadi dan lain-lain. b. Capacity

Yang dimaksud dengan capacity di sini adalah, kemampuan calon

nasabah dalam mengembangkan dan mengendalikan usahanya

serta kesanggupannya dalam menggunakan fasilitas kredit.

Kemampuan calon nasabah dapat dilihat, antara lain :

1. Pengetahuannya tentang usaha yang dihubungkan dengan

pendidikan maupun kejujuran.

2. Pengalaman-pengalaman usahanya dalam menyesuaikan diri

dengan kondisi perekonomian serta mengikuti perkembangan

kemajuan teknologi.

3. Kekuatan perusahaan sekitar dalam sektor usaha yang

(31)

c. Capital

Adalah modal usaha dari calon nasabah yang telah tersedia atau

telah ada sebelum mendapatkan fasilitas kredit. Keadaan struktur

dan sifat permodalan tersebut akan menentukan seberapa besar

fasilitas kredit bank yang akan diberikan sebagai tambahan modal.

d. Collateral

Yaitu menjamin yang diberikan oleh calon nasabah. Jaminan ini

bersifat sebagai jaminan tambahan karena jaminan utama kredit

adalah pribadi bagi calon nasabah.

e. Condition of economy

Kondisi ekonomi yang perlu diperhatikan yang sehubungan dengan

permohonan kredit tidak saja kondisi ekonomi secara umum di

mana perusahaan calon nasabah itu berada, misalnya kondisi

perdagangan serta persaingan di lingkungan usaha calon nasabah.

(Harijanto, 1996 : 9).

2.2.2.7. Pengertian Kredit Usaha Kecil (KUK)

Kredit Usaha Kecil (KUK) adalah kredit yang diberikan kepada

nasabah kecil dengan plafon kredit maksimum Rp.250.000.000,- untuk

membiayai usaha yang produktif. Kredit tersebut dapat berupa kredit

investasi maupun kredit modal kerja. (Susilo, dkk, 2000 : 82-83).

Kredit Usaha Kecil (KUK) adalah kredit atau pembiayaan dari

(32)

dan atau valuta asing kepada nasabah usaha kecil dengan platfond kredit keseluruhan maksimum Rp 500.000.000,- untuk membiayai usaha yang

produktif, yaitu usaha yang dapat memberikan nilai tambah dalam

menghasilkan barang dan jasa. (Suhardjono, 2005:53).

Kredit Usaha Kecil adalah yang diberikan kepada nasabah usaha

kecil yang memiliki kekayaan bersih maksimal Rp 200.000.000,- diluar

tanah dan bangunan tempat usaha atau yang memiliki hasil penjualan

maksimal Rp1.000.000.000,- per tahun dengan plafond kredit maksimum

sebesar Rp 500.000.000,- untuk membiayai usaha yang produktif.

(Suhardjono, 2005:54).

Jadi kesimpulanya Kredit Usaha Kecil (KUK) adalah kredit atau

pembiayaan dari bank untuk modal kerja yang diberikan kepada nasabah

usaha kecil untuk membiayai usaha yang produktif yaitu usaha yang

memberikan nilai tambah dalam menghasilkan barang atau jasa.

Dalam menumbuh kembangkan industri kecil setidaknya dilandasi

beberapa alasan:

a. Menyerap tenaga kerja.

b. Pemerataan dalam distribusi pendapatan dan pembangunan

ekonomi.

c. Memberikaan tambahan pendapatan untuk mempertahankan hidup

(33)

2.2.2.8. Ketentuan Kredit Usaha Kecil (KUK)

Sejak tanggal 4 januari 2001, Bank Indonesia telah

menyempurnakan ketentuan tentang kredit usaha kecil yang melalui

Peraturan Bank Indanesia (PBI) No. 3/2/PBI/2001 tentang pemberian

kredit usaha kecil yang pokok-pokoknya meliputi:

a. Bank dianjurkan menyalurkan dananya melalui pemberian kredit

usaha kecil.

b. Bank wajib mencantumkan recana pemberian kredit usaha kecil

dalam Rencana Kerja Anggaran Tahunan (RKAT).

c. Bank wajib mengumumkan pencapaian pembinaan kredit usaha

kecil kepada masyarakat melalui laporan keuangan publikasi.

d. Plafon kredit usaha kecil diisesuaikan menjadi Rp. 500.000,-

pernasabah.

e. Bank yang menyalurkan kredit usaha kecil dapat meminta bantuan

teknis dari Bank Indonesia.

f. Penggenaan sanksi dan intensif dalam rangka pencapaian

kewajiban kredit usaha kecil dihapusakan.

(Partomo, dkk, 2002 : 33).

2.2.2.9. Hubungan Besarnya Jumlah Kredit Usaha Kecil dengan Pendapatan Industri Kecil

Tujuan kredit yang diberikan oleh suatu bank adalah meningkatkan

(34)

terpenuhinya kebutuhan masyarakat dan memperoleh laba agar

kelangsungan hidup suatu perusahaan terjamin dan dapat

memperluas usahanya yang dapat meningkatkan pendapatan industri

kecil. (Suyatno, 1995 : 15).

2.2.3. Jumlah Tenaga Kerja Industri Kecil 2.2.3.1. Pengertian Tenaga Kerja

Tenaga kerja adalah penduduk yang berumur di dalam batas usia

kerja. Batasan usia kerja berbeda-beda antara negara satu dengan negara

lain. Batas usia yang di anut oleh Indonesia adalah minimum 10 tahun

tergolong sebagai tenaga kerja. (Dumairy, 1997 : 74).

Tenaga kerja (man power) adalah kemampuan manusia untuk

mengeluarkan usaha tiap satuan waktu guna menghasilkan barang dan

jasa, baik untuk dirinya sendiri maupun orang lain. (Suroto, 1992 : 17).

Tenaga kerja yaitu penduduk pada usia kerja yaitu antara 15 sampai

64 tahun. Penduduk pada usia kerja ini digolongkan menjadi dua yaitu

angkatan kerja (labour force) dan bukan angkatan kerja.

(Suparmoko, 1992 : 114).

Tenaga kerja adalah semua orang yang bersedia untuk sanggup

bekerja. Pengertian tenaga kerja ini meliputi mereka yang bekerja untuk

diri sendiri ataupun untuk anggota keluarga yang tidak menerima bayaran

(35)

dalam arti mereka menganggur dengan terpaksa karena tidak ada

kesempatan kerja. (Sumarsono, 2003 : 5).

Tenaga kerja adalah mencakup penduduk yang sudah atau sedang

bekerja, sedang mencari pekerjaan dan melakukan kegiatan lain seperti

bersekolah dan mengurus rumah tangga. Tiga golongan yang disebut

terakhir (pencari kerja, bersekolah dan mengurus rumah tangga)

walaupun sedang tidak bekerja, mereka dianggap fisik mampu dan

sewaktu-waktu dapat ikut bekerja. (Simanjuntak, 1995 : 2).

2.2.3.2. Pengertian Angkatan Kerja

Angkatan kerja adalah bagian penduduk yang mampu dan bersedia

melakukan pekerjaan. Kata “mampu” disini menunjukkan kepada tiga

hal, yaitu :

a. Mampu fisik, yaitu sudah cukup umur, jasmani, sudah cukup kuat

dan tidak mempunyai cacat mental.

b. Mampu mental, yaitu mempunyai mental yang sehat dan tidak

memiliki kelainan untuk melakukan pekerjaan normal.

c. Mampu yuridis, yaitu tidak kehilangan kebebasan dan bersedia

untuk memiliki dan melakukan pekerjaan. Kata “bersedia” berarti

orang yang bersangkutan dapat secara aktif mampu dan pasif atas

kemauannya sendiri mencari pekerjaan. (Dumairy, 1997 : 75).

Angkatan kerja adalah penduduk yang bekerja dan penduduk yang

(36)

pada tingkat upah yang berlaku. Sedangkan penduduk yang bekerja

adalah mereka yang melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan

jasa untuk memperoleh penghasilan, baik bekerja penuh maupun tidak

bekerja penuh. (Suparmoko, 1992 : 67).

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa angkatan

kerja adalah tenaga kerja atau penduduk dalam usia kerja yang bekerja

atau mempunyai pekerjaan, namun untuk sementara sedang tidak mencari

pekerjaan.

2.2.3.3. Pengertian Bukan Angkatan Kerja

Bukan Angkatan kerja adalah bagian dari tenaga kerja yang tidak

bekerja atau sedang mencari pekerjaan. (Sumarsono, 2003 : 116).

Bukan Angkatan kerja adalah tenaga kerja atau penduduk dalam

usia yang tidak bekerja, tidak mempunyai pekerjaan dan sedang tidak

mencari pekerjaan. Mereka ini adalah bagian dari tenaga yang

sesungguhnya tidak terlihat dalam kegiatan produktif yaitu memproduksi

barang dan jasa. Yang bukan angkatan kerja disini dapat di golongkan

menjadi 3 golongan, yaitu:

a. Golongan yang bersekolah, yaitu mereka yang kegiatannya hanya

sekolah.

b. Golongan yang mengurus rumah tangga, yaitu mereka yang

(37)

c. Golongan lain-lain, yaitu :

1. Penerima pendapatan yaitu mereka yang tidak melakukan

sesuatu kegiatan ekonomi, tetapi memperoleh pendapatan,

seperti: tunjangan pensiun, bunga atas pinjaman atau sewa atas

hak milik.

2. Mereka yang hidupnya tergantung dari orang lain.

Konsep memilah-memilah tenaga kerja seperti ini disebut

pendekatan angkatan kerja (labour force approach), yang

diperkenalkan oleh International Labour Organization (ILO).

(Dumairy, 1997 : 74).

Gambar 1 : Komposisi Penduduk dan Tenaga Kerja

Sumber : Simanjuntak J. Payaman, 1995, Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia, Penerbit LPFE UI, Jakarta, Halaman 19.

Penduduk

Tenaga Kerja Bukan Tenaga Kerja

Bukan Angkatan Angkatan Kerja

Penerima Pendapatan Mengurus Rumah

Tangga

Sekolah

Setengah Pengangguran Bekerja Penuh

Bekerja Pengangguran

Penghasilan Rendah Produktifitas Rendah

(38)

Keterangan :

Jumlah penduduk dan angkatan kerja, serta laju pertumbuhan

penduduk yang tinggi sebenarnya tidak perlu menjadi masalah bila daya

dukung yang efektif di negara itu cukup kuat untuk memenuhi berbagai

macam kebutuhan masyarakat termasuk penyediaan kesempatan kerja.

Penduduk disuatu negara bisa menjadi tenaga kerja atau bukan

tenaga kerja. Tenaga kerja dapat dibagi menjadi angkatan kerja dan

bukan angkatan kerja, sekalipun mereka adalah angkatan kerja tidak

semua angkatan kerja akan bekerja, ada juga yang menganggur.

Penduduk yang telah bekerja juga tidak selalu bekerja penuh, ada

penduduk yang bekerja setengah menganggur, dapat dilihat dan setengah

pengangguran kentara karena jam kerja yang sedikit dan pengangguran

tidak kentara karena produktivitas rendah ataupun penghasilan yang

rendah.

Bukan angkatan kerja dalam hal ini disebabkan oleh beberapa hal

karena masih duduk dibangku sekolah, mengurus rumah tangga bagi

mereka yang telah berkeluarga, penerima pendapatan atau orang yang

tidak produktif tetapi mendapatkan imbalan seperti, pensiunan

pendapatan dari jasa sewa, bunga simpanan dan lain sebagainya.

(39)

2.2.3.4. Permintaan Tenaga Kerja

Permintaan tenaga kerja adalah kebutuhan yang sudah didasarkan

atas kesediaan membayarkan upah tertentu sebagai imbalan pemberian

kerja bermaksud menggunakan atau meminta sekian orang karyawan

dengan kesediaan membayar upah sekian rupiah setiap waktu. Jadi, dalam

permintaan ini sudah ikut dipertimbangkan tinggi rendahnya upah yang

berlaku dalam masyarakat atau yang dibayarkan kepada tenaga kerja yang

[image:39.612.151.502.351.650.2]

bersangkutan. (Suroto, 1992 : 21).

Gambar 2 : Kurva Permintaan Tenaga Kerja

Upah

VMPPL

D

w1

w

w2

D = MPPL X P

0

A N B Penempatan

(40)

Keterangan :

Garis DD melukiskan nilai hasil marginal karyawan (Value

marginal physical pruduct of VMPPL) untuk setiap tingkat penempatan. Bila misalnya jumlah karyawan yang dipekerjakan sebanyak OA = 100

orang, maka nilai hasil kerja orang yang ke 100 dinamakan VMPPL nya

dan besarnya sama dengan : MPPL X P = W1. Nilai ini lebih besar dari

tingkat upah yang sedang berlaku (W). Oleh karena itu laba perusahaan

akan bertambah dengan menambah tenaga kerja baru. Pengusaha dapat

terus menambah laba perusahaan dengan mempekerjakan orang hingga

ON. Dititik N pengusaha mencapai laba maksimum dan nilai MPPL X P

sama dengan upah yang dibayarkan kepada karyawan.

2.2.3.5. Penawaran Tenaga Kerja

Persediaan tenaga kerja adalah istilah yang biasanya juga belum

dihubungkan dengan faktor upah. Sedangkan dalam istilah penawaran

tenaga kerja sudah ikut dipertimbangkan faktor upahnya. Dalam hal ini

pencari kerja bersedia menerima pekerjaan itu atau menawarkan

tenaganya apabila kepadanya diberikan upah sekian rupiah setiap waktu.

(41)
[image:41.612.152.484.108.298.2]

Gambar 3 : Kurva Penawaran Tenaga kerja

Upah Ns (Pe = 2.0)

W2

Ns (Pe = 1.0)

W1

0

N1 Tenaga kerja

Sumber : Nopirin, 1992, Ekonomi Moneter,Penerbit BPFE UGM,

Yogyakarta, Halaman 16.

Keterangan :

Pada harga harapan Pe = 1.0. Upah nominal adalah W1 maka

jumlah tenaga kerja yang ditawarkan adalah N1. Apabila harga harapan

naik menjadi Pe = 2.0; tingkat upah w2 akan memberikan upah riil yang

sama, sehingga jumlah tenaga kerja yang ditawarkan tetap pada N1.

Jumlah tenaga kerja yang ditawarkan akan naik apabila upah riilnya naik,

yakni apabila upah nominal naik menjadi W2 sedang yang diharapkan

(42)
[image:42.612.130.505.127.303.2]

Gambar 4 : Keseimbangan dalam Pasar Tenaga Kerja

Upah Nominal

WL NS (P1)

W1

W2 N D

(P1)

N2 N1 N3 L Tenaga Kerja Sumber : Nopirin, 1992, Ekonomi Moneter, Penerbit BPFE UGM,

Yogyakarta, Halaman 16.

Keterangan :

Keseimbangan dalam pasar tenaga kerja akan terjadi pada tingkat

upah riil dimana jumlah tenaga kerja yang diminta sama dengan yang

ditawarkan. Pada gambar 3 keseimbangan terjadi pada tingkat upah

(nominal) W1 dengan jumlah tenaga kerja N1 pada harga P1. Jika upah

nominal turun menjadi W2, dengan harga tetap P1 berarti upah riil turun,

jumlah tenaga kerja yang diminta (N3) melebihi yang ditawarkan (N2).

Kelebihan jumlah tenaga kerja yang diminta ini akan mendorong tingkat

upah naik sampai ke W1 kembali dimana tingkat upah riil juga kembali

(43)

2.2.3.6. Hubungan Jumlah Tenaga Kerja Industri Kecil dengan Peningkatan Pendapatan Industri Kecil

Tenaga merupakan faktor produksi yang sangat penting dalam

peningkatan pendapatan industri kecil karena semakin banyak jumlah

tenaga kerja dipakai maka produktivitas untuk setiap proses produksi atau

dalam menciptakan serta memperbesar nilai suatu barang akan meningkat

dan hasil produksinya juga semakin besar sehingga nantinya akan

menambah pendapatan yang akan diterima oleh industri kecil.

2.2.4. Pertumbuhan Ekonomi

2.2.4.1. Pengertian Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi yaitu perkembangan kegiatan dalam

perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksikan

dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat.

(Sukirno, 2004 : 9).

Pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan kapasitas dalam jangka

panjang dari negara yang bersangkutan untuk menyediakan berbagai

barang ekonomi kepada penduduknya. (Todaro, 1993 : 99).

Pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan pendapatan nasional secara

berarti (dengan meningkatnya pendapatan perkapita) dalam suatu periode

perhitungan tertentu. (Putong, 2003 : 252).

Melalui penjelasan tentang pengertian pertumbuhan ekonomi

(44)

a. Pertumbuhan suatu bangsa terlihat dari meningkatnya secara terus

menerus persediaan barang.

b. Teknologi maju merupakan faktor-faktor dalam pertumbuhan

ekonomi yang menentukan derajat pertumbuhan kemampuan dalam

penyediaan aneka macam barang kepada penduduk.

c. Penggunaan teknologi secara luas dan efisien memerlukan adanya

penyesuaian di bidang kelembagaan dan ideologi dengan inovasi

yang dihasilkan oleh ilmu pengetahuan umat manusia dapat

dimanfaatkan secara tepat. (Jhingan, 1991 : 72).

2.2.4.2. Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi,

yaitu :

a. Tanah dan Kekayaan Alam Lainnya

Kekayaan alam sesuatu negara meliputi luas dan kesuburan

tanah, keadaan iklim dan cuaca, jumlah dan jenis hasil hutan dan

hasil laut yang dapat diperoleh, jumlah dan jenis kekayaan barang

tambang yang terdapat. Kekayaan alam akan dapat mempermudah

usaha untuk mengembangkan perekonomian sesuatu negara,

terutama pada masa-masa permulaan dari proses pertumbuhan

ekonomi. Didalam setiap negara di mana pertumbuhan ekonomi

baru bermula terdapat banyak hambatan untuk mengembangkan

(45)

pertambangan) yaitu sektor di mana kekayaan alam terdapat

kekurangan modal, kekuangan tenaga ahli dan kekurangan

pengetahuan para pengusaha untuk mengembangkan kegiatan

ekonomi modern di satu pihak.

Terbatasnya pasar bagi berbagai jenis kegiatan ekonomi

(sebagai akibat dari pendapatan masyarakat yang sangat rendah) di

lain pihak, membatasi kemungkinan untuk mengembangkan

berbagai jenis kegiatan ekonomi. Apabila negara tersebut

mempunyai kekayaan alam yang dapat diusahakan dengan

menguntungkan, hambatan yang baru saja dijelaskan akan dapat

diatasi dan pertumbuhan ekonomi dipercepat.

b. Jumlah dan Mutu dari Penduduk dan Tenaga Kerja

Penduduk yang bertambah akan memperbesar jumlah

tenaga kerja, dan penambahan tersebut memungkinkan negara itu

menambah produksi. Disamping itu sebagai akibat pendidikan,

latihan dan pengalaman kerja, keterampilan penduduk akan selalu

bertambah tinggi. Hal ini akan menyebabkan produktivitas

bertambah dan ini selanjutnya menimbulkan pertambahan produksi

yang lebih cepat daripada pertambahan tenaga kerja. Selanjutnya

perlu diingat pula bahwa pengusaha adalah sebagian dari

penduduk. Maka luasnya kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh

(46)

sejumlah penduduk tertentu adalah lebih banyak, lebih banyak

kegiatan ekonomi yang dijalankan.

Dorongan lain yang timbul dari perkembangan penduduk

terhadap pertumbuhan ekonomi bersumber dari akibat

pertambahan itu kepada luas pasar. Perkembangan penduduk

menyebabkan besarnya luas pasar dari barang-barang yang

dihasilkan sektor perusahaan akan bertambah pula. Karena

peranannya ini maka perkembangan penduduk akan menimbulkan

dorongan kepada pertambahan dalam produksi nasional dan tingkat

kegiatan ekonomi.

c. Barang-Barang Modal dan Tingkat Teknologi

Barang-barang modal penting artinya dalam mempertinggi

keefisienan pertumbuhan ekonomi. Didalam masyarakat yang

sangat kurang maju sekalipun barang-barang modal sangat besar

perannya dalam kegiatan ekonomi. Tanpa adanya alat-alat untuk

menangkap ikan dan berburu, alat-alat untuk bercocok tanam dan

mengambil hasil hutan, masyarakat yang kurang maju akan

mengalami kesusahan yang lebih banyak lagi dalam mencari

makanannya sehari-hari.

Pada masa kini pertumbuhan ekonomi dunia telah mencapai

tingkat yang tinggi, yaitu jauh lebih modern daripada kemajuan

yang dicapai oleh suatu masyarakat yang masih belum

(47)

jumlahnya, dan teknologi yang telah menjadi bertambah modern

memegang peranan yang penting sekali dalam mewujudkan

kemajuan ekonomi yang tinggi. Apabila barang-barang modal saja

yang bertambah, sedangkan tingkat teknologi tidak mengalami

perkembangan, kemajuan yang akan dicapai adalah jauh lebih

rendah daripada yang dicapai pada masa kini. Tanpa adanya

perkembangan teknologi, produktivitas barang-barang modal tidak

akan mengalami perubahan dan tetap berada pada tingkat yang

sangat rendah. Oleh karena itu pendapatan perkapita hanya

mengalami perkembangan yang sangat kecil. Kemajuan ekonomi

yang berlaku di berbagai negara terutama ditimbulkan oleh

kemajuan teknologi. Kemajuan teknologi menimbulkan beberapa

efek yang positif dalam pertumbuhan ekonomi, dan oleh karenanya

pertumbuhan ekonomi menjadi lebih pesat.

d. Sistem Sosial dan Sikap Masyarakat

Sistem sosial dan sikap masyarakat penting peranannya

dalam mewujudkan pertumbuhan ekonomi. Di dalam menganalisis

mengenai masalah-masalah pembangunan di negara-negara

berkembang ahli-ahli ekonomi telah menunjukkan bahwa sistem

sosial dan sikap masyarakat dapat menjadi penghambat yang serius

kepada pembangunan.

Adat istiadat yang tradisional dapat menghambat

(48)

dan produktivitas yang tinggi. Oleh karenanya pertumbuhan

ekonomi tidak dapat dipercepat. Juga di dalam sistem sosial

dimana sebagian besar tanah dimiliki oleh tuan tanah, atau dimana

luas tanah yang dimiliki adalah sangat kecil dan tidak ekonomis,

pembangunan ekonomi tidak akan mencapai tingkat yang

diharapakan. Sikap masyarakat juga dapat menentukan sampai

dimana pertumbuhan ekonomi dapat dicapai. Di sebagian

masyarakat terdapat sikap masyarakat yang dapat memberikan

dorongan yang besar kepada pertumbuhan ekonomi. Sikap yang

sedemikian itu antara lain adalah sikap berhemat yang bertujuan

untuk mengumpulkan lebih banyak uang untuk investasi, sikap

yang sangat menghargai kerja keras dan kegiatan-kegiatan untuk

mengembangkan usaha, dan sikap yang selalu berusaha untuk

menambah pendapatan dan keuntungan. Apabila di dalam

masyarakat terdapat beberapa keadaan dalam sistem sosial dan

sikap masyarakat yang sangat menghambat pertumbuhan ekonomi,

pemerintah haruslah berusaha untuk menghapuskan

hambatan-hambatan tersebut. Perombakan dalam sistem sosial, seperti

misalnya menghapuskan kekuasaan tuan tanah dan memberikan

tanah kepada para petani yang tidak memiliki tanah, adalah suatu

langkah yang perlu dilakukan.

Perubahan dalam sikap masyarakat perlu diciptakan.

(49)

atau

bekerja lebih keras untuk mendapatkan pendapatan dan keuntungan

yang lebih banyak. Salah satu langkah penting yang dapat

dilakukan untuk mencapai tujuan ini adalah dengan memperluas

fasilitas pendidikan dan meningkatkan taraf pendidikan

masyarakat. (Sukirno, 2004 : 430-432).

2.2.4.3. Ukuran Pertumbuhan Ekonomi

Untuk menentukan tingkat pertumbuhan ekonomi yang dicapai

oleh suatu negara perlulah dihitung pendapatan nasional riil, yaitu

Produk Nasional Bruto Riil atau Produk Domestik Riil. Dalam

perhitungan pendapatan nasional dan komponen-komponennya menurut

harga tetap yaitu pada harga-harga barang yang berlaku ditahun dasar

yang dipilih. Formula yang digunakan untuk menentukan tingkat

pertumbuhan ekonomi adalah: (cara I)

Dimana:

G = Tingkat pertumbuhan ekonomi

PN Riil 1 = Pendapatan nasional tahun pertahun pertumbuhan

ekonomi dihitung

% 100 0 0 1 X Riil PN Riil PN Riil PN    % 100 0 0 1 X Riil PN Riil PN Riil PN

(50)

PN Riil =

PN Riil 0 = Pendapatan nasional pada tahun sebelumnya.

Sedangkan suatu negara yang tidak melakukan pendapatan nasional

menurut harga tetap, untuk menentukan tingkat pertumbuhan ekonomi

perhitungan harga dilakukan secara dua tahap: (1) menghitung

pendapatan nasional riil dengan mendeflasikan pendapatan nasional pada

harga masa kini dilakukan dengan menggunakan formula sebagai

berikut: (cara II)

Dimana:

PN Riil = Pendapatan nasional riil tahun I

Hii = Indeks harga atau pendeflasi pendapatan

nasional

PN Masa kini i = Pendapatan nasional pada masa kini pada

tahun I.

Apabila menggunakan (cara II) perhitungan diatas telah didapat

data pendapatan nasional riil untuk berbagai tahun, (2) tingkat

pertumbuhan ekonomi telah dapat dihitung, yaitu dengan menggunakan

persamaan perhitungan tingkat pertumbuhan ekonomi (cara I).

Alat pengukur pertumbuhan ekonomi antara lain :

a. Produk Domestik Bruto (PDB)

Produk Domestik Bruto (PDB) merupakan jumlah barang dan jasa

akhir yang dihasilkan oleh suatu perekonomian dalam satu tahun

1

100

HI

(51)

dan dinyatakan dalam harga pasar. Produk Domestik Bruto ini

merupakan acuan yang sifatnya global dan bukan merupakan alat

pengukuran yang tepat, karena belum dapat mencerminkan

kesejahteraan masyarakat yang sesungguhnya.

b. Produk Domestik Bruto Perkapita

Produk Domestik Bruto Perkapita dapat dipakai mengukur

pendapatan perkapita dan lebih tepat mencerminkan kesejahteraan

penduduk suatu negara dari pada Produk Domestik Bruto (PDB)

saja. Produk Domestik Bruto Perkapita adalah jumlah produk

domestik bruto nasional dibagi dengan jumlah penduduk.

c. Pendapatan Perjam Kerja

Pendapatan Perjam Kerja sebenarnya paling baik sebagai alat

untuk mengukur maju tidaknya perekonomian. Biasanya suatu

negara yang mempunyai pendapatan atau upah jam kerja lebih

tinggi dari upah jam kerja negara lain untuk jenis pekerjaan yang

sama. Pasti boleh dikaitkan bahwa negara yang bersangkutan lebih

maju dari negara lain. (Suparmoko, 2000 : 205).

2.2.4.4. Teori-Teori Pertumbuhan Ekonomi

a. Teori Pertumbuhan Ekonomi W.W. Rostow

Profesor Walt Whitman Rostow mengajukan teorinya

pertama kali dalam Economic Journal dan kemudian

(52)

Proses pertumbuhan ekonomi dapat dibedakan dalam lima tahap

dan semua negara di dunia ini akan melalui salah satu dari tahap

tersebut. Kelima tahap pertumbuhan ekonomi itu adalah :

1. Masyarakat tradisional (the traditional society)

2. Prasyarat untuk lepas landas (the precondition for take-off)

3. Lepas landas (the take-off)

4. Gerakan ke arah kedewasaan (the drive to maturity)

5. Masa konsumsi tinggi (the age of high mass consumption).

Adapun penjelasan kelima tahap pertumbuhan ekonomi tersebut

diatas sebagai berikut.

1. Masyarakat tradisional (the traditional society)

Masyarakat tradisional merupakan masyarakat yang dalam

kehidupannya masih menggunakan cara-cara yang sangat

sederhana dan telah berlaku secara turun-temurun, baik dalam

berproduksi maupun dalam tata cara/adat istiadat. Tingkat

produktivitas mereka masih sangat terbatas karena sebagian besar

sumber daya masyarakat hanya digunakan untuk kegiatan dalam

sektor pertanian. Struktur sosial bersifat hierarkis, maksudnya

kedudukan seseorang dalam masyarakat tidak akan berbeda dengan

ayahnya, kakeknya, dan kakek moyangnya. Dalam masyarakat ini

kecil sekali kemungkinan misalnya, bagi anak seorang petani biasa

untuk menjadi tuan tanah atau kelas masyarakat lainnya yang lebih

(53)

2. Prasyarat untuk lepas landas (the precondition for take-off)

Masa selanjutnya adalah masa ketika masyarakat telah mulai sadar

terhadap pentingnya pembangunan ekonomi. Ide-ide baru telah

mulai diterima untuk mencapai kemajuan hidup mereka. Masa ini

disebut sebagai masa peralihan atau prasyarat untuk landas.

Ciri-ciri penting dalam masyarakat ini adalah adanya perubahan sistem

politik, struktur sosial, nilai-nilai masyarakat, dan struktur kegiatan

ekonominya mulai bergerak dinamis, industri-industri

bermunculan, perkembangan teknologi yang pesat dan lembaga

keuangan resmi sabagai penggerak dana masyarakat mulai

bermunculan, serta terjadi investasi besar-besaran terutama pada

industri kecil. Bila perubahan-perubahan seperti itu timbul, yang

menyebabkan pertumbuhan selalu terjadi, maka proses

pertumbuhan ekonomi dapat dikatakan sudah mulai berlangsung.

Jika pertumbuhan ekonomi sudah lebih sering terjadi, suatu negara

sudah dapat dianggap berada pada tahap prasyarat untuk lepas

landas.

3. Lepas landas (the take-off)

Dalam tahap ini pertumbuhan ekonomi merupakan peristiwa yang

selalu berlangsung. Pada permulaannya terjadi perubahan yang

sangat drastis dalam masyarakat seperti revolusi politik,

terciptanya kemajuan yang pesat dalam inovasi, dan terbukanya

(54)

pembaruan-pembaruan secara teratur dan terjadi peningkatan

penanaman modal. Penanaman modal yang tinggi akan

meningkatkan pendapatan nasional yang melebihi tingkat

pertambahan penduduk. Dengan demikian, pendapatan perkapita

semakin lama akan semakin bertambah besar. Terdapat tiga ciri

untuk mengetahui apakah suatu negara sudah mencapai tahap lepas

landas atau belum, yakni :

a. Kenaikan penanaman modal yang produktif

meningkat dari 5% atau kurang menjadi 10% dari Produk

Nasional Netto.

b. Terjadi perkembangan satu atau beberapa sektor industri

dengan tingkat laju perkembangan yang tinggi.

c. Segera tercipta suatu kerangka dasar politik, sosial,

ekonomi dan institusional yang akan mewujudkan segala

kegiatan yang merupakan perluasan dari sektor modern dan

potensi ekonomi ekstern yang ditimbulkan oleh kegiatan

lepas landas, sehingga menyebabkan pertumbuhan yang

akan terus berlanjut.

4. Tahap gerakan ke arah kedewasaan (the drive to maturity)

Dalam tahap ini, masyarakat sudah secara efektif menggunakan

teknologi modern untuk memanfaatkan faktor-faktor produksi dan

kekayaan alamnya. Sektor-sektor ekonomi berkembang lebih lanjut

(55)

sektor andalan lama, yang mengalami kemunduran. Ciri-ciri non

ekonomi dari masyarakat yang telah mencapai tahap ke arah

kedewasaan dan yang hampir memasuki tahap berikutnya adalah

sebagai berikut :

a. Struktur dan keahlian tenaga kerja mengalami perubahan

dimana peranan sektor industri semakin penting, sementara

sektor pertanian semakin menurun karena berpindahnya

tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor industri.

Kemahiran dan kepandaian para pekerja bertambah tinggi.

b. Sifat kepemimpinan dalam perusahaan mengalami

perubahan, dimana manajer profesional lebih berperan

penting dari pada pengusaha yang merangkap jadi pemilik.

c. Masyarakat merasa bosan dengan dampak negatif yang

diciptakan oleh industrialisasi (polusi, permintaan dari buruh,

suara mesin) sehingga mulai memunculkan kritik-kritik

terhadapnya dan menginginkan perubahan lebih jauh.

5. Tahap konsumsi tinggi (the age of high mass consumption)

Pada tahap ini perhatian masyarakat lebih tertuju kepada

masalah-masalah yang berkaitan dengan konsumsi dan kesejahteraan

masyarakat, bukan lagi pada masalah produksi. Ada tiga tujuan

masyarakat yang saling bersaing untuk mendapatkan sumber daya

yang tersedia serta dukungan politik dari pemerintah agar produksi

(56)

a. Memperbesar kekuasaan dan pengaruh ke negara-negara lain

untuk perluasan pasar yang berakhir pada penaklukan atas

negara-negara tersebut.

b. Menciptakan kemakmuran yang lebih merata dengan

mengusahakan terciptanya pembagian pendapatan yang lebih

merata melalui sistem perpajakan progresif, yakni semakin

tinggi pendapatan semakin besar pula tarif pajak.

c. Mempertinggi tingkat konsumsi masyarakat di atas konsumsi

kebutuhan utama yang sederhana atas makanan, pakaian, dan

perumahan. Peningkatan konsumsi itu meliputi

barang-barang tahan lama dan barang-barang-barang-barang mewah.

b. Teori Pertumbuhan Ekonomi Adam Smith

Adam Smith menyatakan bahwa mekanisme pasar akan

menciptakan suatu suasana yang mengakibatkan perekonomian

akan berfungsi secara efisien. Adam Smith terkenal sebagai

pelopor perkembangan ilmu ekonomi dan ahli ekonomi yang

pertama mengemukakan mengenai pentingnya kebijakan laissez

faire dan juga ahli pertama yang banyak menumpahkan perhatian kepada masalah pembangunan. Menurut Adam Smith, kebijakan

(57)

Pertumbuhan ekonomi berkaitan dengan dua unsur, yaitu

pertumbuhan output total dan pertumbuhan penduduk.

Pertumbuhan output total dipengaruhi oleh tiga komponen, yaitu :

1. Sumber-sumber alam

2. Perkembangan penduduk

3. Jumlah persediaan barang modal.

Sumber–sumber alam yang tersedia sangat menentukan

pertumbuhan ekonomi dan merupakan batas maksimum dari

pertumbuhan ekonomi tersebut. Agar tercapai pertumbuhan output, sumber-sumber alam harus dimanfaatkan oleh tenaga kerja dan

modal yang ada. Perkembangan penduduk akan mendorong

pembangunan ekonomi serta memperluas pasar yang pada

gilirannya akan mempertinggi tingkat spesialisasi dalam

perekonomian tersebut sehingga menyebabkan tingkat kegiatan

ekonomi bertambah tinggi. Perkembangan spesialisasi dan

pembagian pekerjaan di antara tenaga kerja akan mempercepat

proses pembangunan ekonomi, karena spesialisasi akan

mempertinggi tingkat produktivitas tenaga kerja dan mendorong

perkembangan teknologi. Apabila pembangunan telah terjadi,

maka proses tersebut akan terus-menerus berlangsung secara

kumulatif sehingga pasar berkembang dan spesialisasi terjadi, dan

(58)

Sejalan dengan perkembangan penduduk dari masa ke

masa, yang diikuti dengan kenaikan produktivitas yang

mengakibatkan kenaikan pendapatan nasional, akan memperluas

pasar dan menciptakan tabungan yang cukup tinggi. Kedua hal itu

akan memberikan dorongan yang lebih besar kepada para

pengusaha untuk mengadakan inovasi dan mengembangkan

teknologi. Dengan demikian, perkembangan ekonomi akan terus

berlangsung dan pertumbuhan ekonomi akan semakin tinggi.

c. Teori Pertumbuhan Ekonomi Ricardo dan Malthus

Menurut pandangan Ricardo dan Malthus, dalam jangka

panjang perekonomian akan mencapai stationary state atau suatu

keadaan ketika perkembangan ekonomi tidak terjadi sama sekali

(mandek). Perbedaan pandangan kedua ahli ini dengan Smith

terletak pada peranan penduduk dalam pembangunan ekonomi.

Menurut Ricardo dan Malthus, perkembangan penduduk yang

cepat akan memperbesar jumlah penduduk hingga menjadi dua kali

lipat dalam waktu satu generasi. Pada tingkat ini tenaga kerja akan

menerima upah yang sangat minim yang hanya cukup untuk hidup

(subsistence level). Teori Ricardo ini banyak dipengaruhi oleh teori perkembangan penduduk yang dikemukakan oleh Malthus dan

teori hasil lebih yang semakin berkurang.

Pola pertumbuhan ekonomi menurut Ricardo adalah

(59)

kekayaan alam relatif cukup banyak sehingga pengusaha

mendapatkan keuntungan yang besar. Laba yang tinggi akan

menciptakan tingkat pembentukan modal yang tinggi juga. Hal itu

akan meningkatkan produksi sehingga mengakibatkan pula

bertambahnya permintaan t

Gambar

Gambar 2 : Kurva Permintaan Tenaga Kerja
Gambar 3 : Kurva Penawaran Tenaga kerja
Gambar 4 : Keseimbangan dalam Pasar Tenaga Kerja
Gambar 5 : Kerangka Pikir Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Industri Kecil Di Kota Surabaya
+7

Referensi

Dokumen terkait

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b serta untuk melaksanakan ketentuan Pasal 21 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001

TABEL 21 JUMLAH TUTOR KEAKSARAAN YANG MEMILIKI NUPTK MENURUT KUALIFIKASI PENDIDIKAN TAHUN 2013

Praj abat an hingga ke Masa Pur nabak t i: Mem bangun dan Mem per t ahank an Angk at an Kerj a yang Berkualit as Tinggi, Efisien, dan Term ot ivasi).. Jakart a: Bank

M.. total angsuran, jangka waktu pembayaran pembiayaan oleh anggota, jaminan dan hal-hal yang terkait dengan suatu perjanjian yang telah dibuat antara BMT

Pandangan ini bertalian dengan perhatian terhadap penyelidikan, karena penyelidikan adalah suatu bagian besar dari ilmu sebagai suatu proses. Dalam konteks seperti itulah ilmu

skizofrenia, gangguan bipolar, demensia, dan cacat intelektual juga memiliki kualitas hidup yang lebih rendah daripada orang yang tidak terkena (Patel, et al.,

Makna yang timbul dari idiom bahasa Jepang dengan menggunakan unsur binatang. Analisis idiom bahasa Jepang yang menggunakan unsur binatang pada

Selanjutnya harapan sekaligus tekad dari Jurusan Manajemen Perbankan Syariah- Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Imam Bonjol dalam menyusun Jurnal ilmiah Jurnal ilmiah Al-Masraf