• Tidak ada hasil yang ditemukan

MOTIF REMAJA SURABAYA TERHADAP TAYANGAN REALITY SHOW “SCARY JOB” DI TRANS 7. (Studi Deskriptif Motif Remaja Surabaya Terhadap Acara “Scary Job” di Trans 7).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MOTIF REMAJA SURABAYA TERHADAP TAYANGAN REALITY SHOW “SCARY JOB” DI TRANS 7. (Studi Deskriptif Motif Remaja Surabaya Terhadap Acara “Scary Job” di Trans 7)."

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

MOTIF REMAJA SURABAYA DALAM MENONTON TAYANGAN

ACARA SCARY JOB DI TRANS 7

(Studi Deskriptif Tentang Motif Remaja di Surabaya Terhadap

Tayangan Acara Scary Job di Trans7)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana

pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

Oleh :

FAJAR SETYA KURNIAWAN

NPM. 0443010440

YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

(2)

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI

JUDUL PENELITIAN : MOTIF REMAJA SURABAYA DALAM

MENONTON TAYANGAN ACARA SCARY JOB DI TRANS 7

(Studi Deskriptif Tentang Remaja di Surabaya Terhadap Tayangan Acara Scary Job di Trans7)

Nama Mahasiswa : Fajar Setya Kurniawan

NPM : 0443010440

Program Studi : Ilmu Komunikasi

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Telah disetujui untuk mengikuti ujian skripsi

Menyetujui,

Pembimbing Utama

Ir. H. Didiek Tranggono, M.Si NPT. 030 230 679

Mengetahui,

Dekan

Dra. Hj. Suparwati, M.Si NIP. 030 175 349

(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi berjudul “MOTIF REMAJA SURABAYA DALAM MENONTON REALITY SHOW ”SCARY JOB” di TRANS& (Studi Deskriptif Motif Remaja Surabaya Terhadap Acara “ Scary Job” di Trans7 ).

Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi persyaratan akademis bagi mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Keberhasilan penulis dalam menyelesaikan penulisan proposal ini atas bimbingan dan bantuan yang diberikan oleh berbagai pihak.

Pada kesempatan ini, penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat :

1. Bapak H. Ir. Diedik Tranggono Msi. sebagai Dosen Pembimbing Utama yang

senantiasa memberikan waktu pada penulis dalam penyusunan proposal penelitian ini.

2. Ibu Suparwati Msi., Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik UPN “Veteran”

Jawa Timur,

3. Bapak Juwito, S. Sos., MSi., Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu

Sosial dan Politik UPN “Veteran” Jawa Timur.

4. Orang tuaku tercinta, Ayah dan Ibu yang dengan kasih sayangnya yang besar

dan dengan kesabarannya yang begitu besar yang telah memberikan bantuan baik materiil maupun moril dengan tulus ikhlas dan tanpa pamrih.

(4)

iii iv 5.

dorongan agar penelitian ini bisa cepat selesai

Semoga Allah SWT melimpahkan rahmat serta karuniaNya atas

jasa-jasanya yang telah diberikan kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna. Karena apabila terdapat kekurangan didalam menyusun skripsi ini, peneliti dengan senang

hari menerima segala saran dan kritik demi sempurnanya skripsi ini.

Surabaya, Desember 2009

(5)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

ABSTRAKSI ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 12

1.3. Tujuan Penelitian ... 12

1.3.1. Kegunaan Penelitian ... 12

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 13

2.1. Landasan Teori ... 13

2.1.1. Televisi ... 13

2.1.2. Pengaruh Televisi Terhadap Sistem Komunikasi ... 14

2.1.3. Teori Kebutuhan ... 15

2.1.4. Definisi dan Deskripsi Motif ... 16

2.1.5. Remaja Sebagai Pemirsa Televisi ... 19

(6)

2.1.6.

2.1.7. Acara Scary Job di Trans7 ……….. 22

2.1.8. Teori Uses and Gratifications ………. 23

2.2. Kerangka Pikir ... 26

BAB III METODE PENELITIAN ... 27

3.1. Definisi Operasional ... 27

3.2. Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel ... 33

3.2.1. Populasi ... 33

3.2.2. Sampel dan Teknik Penarikan Sampel ... 33

3.3. Teknik Pengumpulan Data ... 38

3.4. Teknik Analisis Data ... 39

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 40

4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 40

4.1.1. Sejarah Singkat Trans 7 …….……….. 40

4.1.2. Tayangan Scary Job ……….………... 42

4.1.3. Masyarakat Surabaya ……….. 43

4.2. Penyajian Data dan Analisa ... ………..45

4.2.1. Identitas Responden ... 46

4.2.2. Motif Responden Menonton Acara “Scary Job” di Trans 7 di Televisi ... 48

4.2.2.1. Motif Kognitif ... 49

4.2.2.2. Motif Identitas Personal ... 55

(7)

4.2.2.3. Motif Integrasi dan Interaksi Sosial

……….61

4.2.2.4. Motif Hiburan (Diversi) ... 66

4.2.3. Kategori Motif Secara Umum……… ... 71

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 74

5.1. Kesimpulan ... 74

5.2. Saran ... 76

DAFTAR PUSTAKA... ... 77

LAMPIRAN... ... 79

(8)

Halaman Tabel 4.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 46

Tabel 4.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 47 Tabel 4.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan ... 47

Tabel 4.4. Motif Kognitif Mencari Informasi Jenis-jenis Pekerjan yang ada di Masyarakat ... 49

Tabel 4.5. Motif Kognitif Mengetahui Teknis dari Pekerjaan yang dilakukan ... 50

Tabel 4.6. Motif Kognitif Mengeahui Cerita Masyarakat yang Menuturkan Suka Duka Melakoni Pekerjaan... 52

Tabel 4.7. Motif Kognitif Mendapatkan Informasi Tentang Kondisi Masyarakat dan Dunia... 53 Tabel 4.8. Motif Kognitif Responden Dalam Menonton ”Scary Job” di

Trans 7 ... 54 Tabel 4.9. Motif Identitas Personal Responden Ingin Meningkatkan

Pemahaman Tentang kepribadian Diri Sendiri... 55 Tabel 4.10. Motif Identitas Personal Responden Dapat Memupuk Rasa

Empati dan Peduli dengan Lingkungan... 56 Tabel 4.11. Motif Identitas Personal Responden Dapat Menemukan Profil

atau Tokoh untuk dijadikan Panutan ... 57 Tabel 4.12. Motif Identitas Personal Responden Meningkatkan

Pemahaman Tentang Kehidupan Bermsyarakat ... 58

(9)

Tabel 4.13. Motif Integrasi dan Interaksi Sosial Responden Sebagai Pertimbangan Dalam Bergaul Dengan Masyarakat ... 60 Tabel 4.14. Motif Integrasi dan Interaksi Sosial Responden Menemukan

Bahan Percakapan dan Interaksi dengan Lingkungan... 61 Tabel 4.15. Motif Integrasi dan Interaksi Sosial Responden Memperoleh

Teman Media Baru dengan Melihat Televisi ... 62 Tabel 4.16. Motif Integrasi dan Interaksi Sosial Responden

Memungkinkan Untuk Berhubungan Baik dengan Keluarga .. 63 Tabel 4.17. Motif Hiburan Responden Melepaskan Sejenak Masalah

yang Dihadapi ... 65

Tabel 4.18. Motif Hiburan Responden Bersantai Setelah Seharian

Beraktifitas... 66

Tabel 4.19. Motif Hiburan Responden Menghilangkan Stress Karena Rutinitas yang Padat... 67

Tabel 4.20. Motif Hiburan Responden Mengisi Waktu Luang… ………… 68 Tabel 4.21. Kategorisasi Motif Secara Umum …...………... 71

(10)

Halaman Gambar 2.1. : Uses dan Gratification Model ... 22

Gambar 2.2. : Kerangka Berpikir ... 24

(11)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1 Kuesioner ... 79

Lampiran 2 Rekapitulasi Jawaban Responden Motif Kognitif ... 83 Lampiran 3 Rekapitulasi Jawaban Responden Motif Integratif Personal .. 86 Lampiran 4 Rekapitulasi Jawaban Responden Motif Integrasi dan

Imterksi Sosial ... 89 Lampiran 5 Rekapitulasi jawaban Responden Motif Diversi ... 92

(12)

FAJAR SETYA KURNIAWAN, MOTIF REMAJA SURABAYA TERHADAP TAYANGAN REALITY SHOW “SCARY JOB” DI TRANS 7. (Studi Deskriptif Motif Remaja Surabaya Terhadap Acara “Scary Job” di Trans 7).

Pertelevisian di Indonesia dewasa ini berkembang sangat pesat. sampai sekarang, Hal ini bisa terlihat dari maraknya acara-acara berbau Reality Show. Sebuah alternatif program Reality show yang berbeda dengan memberikan sebuah tantangan kepada para selebriti untuk melakukan pekerjan yang kadang tidak pernah terlintas di benak masyarakat awam, pekerjaan yang kadang penuh resiko namun upah yang didapat sangat minim. Itulah sekelumit dari program reality show ”Scary Job” di Trans7. Tayang setiap senin pukul 17.30 acara ini mencoba untuk membangun rasa empati para peserta maupun pemirsaya agar tidak memandang sebelah mata orang-orang dengan berbagai jenis yang ada di sekitar kita. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui motif remaja Surabaya dalam menonton program acara ”Scary Job” di Trans 7.

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Teori Uses dan

Gratifications merupakan pergeseran fokus dari tujuan komunikator ke

tujuan komunikan. Model ini menentukan fungsi komunikasi massa dalam melayani khalayak.

Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan tabel frekuensi data dari hasil kuesioner kemudian diolah yang terdiri dari: mengedit, mengkode, dan memasukkan data tersebut dalam tabulasi data untuk selanjutnya dianalisis secara deskriptif setiap pertanyaan yang diajukan. Populasi yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah remaja berusia 13-21 tahun di kota Surabaya yang menonton acara reality show “Scary Job” di Trans7. Teknik penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah multistage cluster random sampling.

Berdasarkan hasil analisis data menunjukkan bahwa responden memiliki motif yang tinggi mengenai suatu program acara “Scary Job” di televisi sebab di dalam program acara tersebut mereka menyukai akan program acara tersebut sehingga mereka dapat mendapatkan semua keinginannya baik itu mengenai Motif Kognitif, Motif Identitas Personal, Motif Integrasi dan Interaksi Sosial, ataupun Motif diversi.

Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah bahwa empat motif yang diamati yakni motif kognitif, identitas personal, integrasi dan interaksi sosial serta motif hiburan berada pada kategori tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa responden memiliki motif yang tinggi mengenai suatu program acara “Scary Job” di Trans7 sebab di dalam program acara tersebut mereka menyukai akan program acara tersebut sehingga mereka dapat mendapatkan semua keinginannya.

(13)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Kemajuan perkembangan ilmu komunikasi dan teknologi informsi begitu pesatnya pada beberapa dasawarsa belakangan ini. Hal ini

memungkinkan kita mengkaji dan mempraktekkan komunikasi dengan lebih efektif dibandingkan dengan usaha kita waktu yang lampau. Juga,

menyebabkan kita lebih banyak menaruh perhatian pada keluasan jangkauan pesan yang dapat dikirimkan kepada sebanyak mungkin khalayak. Selain itu, perhatian lebih besar diarahkan pada aspek-aspek yang sifatnya teknologis,

seperti realitas kecanggihan perangkat komunikasi daripada dampak realitas social dalam kaitan hubungan antar manusia.

Relasi-relasi sosial kini tidak bisa memisahkan diri dari terpaan

media massa yang kian gencar dan tidak terhindarkan. Desingan-desingan pesan menyelinap lalu-lalang di lingkungan kita, bahkan yang amat pribadi.

Televisi, radio, surat kabar, film, buku memproduksi pesan tiap menit yang membentuk pola kita dalam berinteraksi dengan orang lain. (Winarso, 2005:v)

Televisi sebagai bagian dari kebudayaan audio visual merupakan media paling berpengaruh dalam membentuk sikap dan kepribadian

masyarakat secara luas. Hal ini disebabkan oleh satelit dan pesatnya perkembangan jaringan televisi yang menjangkau masyarakat hingga ke

(14)

wilayah terpencil. Kultur yang dibawa oleh televisi dengan sendirinya mulai

tumbuh di masyarakat. (Wibowo, 2007:17)

Kelebihan televisi dari media massa lainnya ialah kemampuan

menyajikan berbagai kebutuhan manusia, baik hiburan, informasi, maupun pendidikan dengan sangat memuaskan. Penonton TV tidak perlu susah-susah pergi ke gedung bioskop atau gedung sandiwara karena pesawat TV

menyajikan ke rumahnya. (Effendy, 2004:60)

Televisi merupakan media massa elektronik yang paling akhir

kehadirannya. Meskipun demikian, televisi dinilai sebagai media massa yang paling efektif saat ini, dan banyak menarik simpati serta perhatian masyarakat luas, ini dikarenakan pada televisi perkembangan teknologinya

sangat cepat. Hal ini disebabkan oleh sifat audio visualnya yang tidak dimiliki oleh media massa lainnya, sedangkan dalam hal penayangannya televisi memiliki jangkauan yang tidak terbatas. Dengan modal visual yang

dimiliki, siaran televisi bersifat sangat komunikatif dalam memberikan pesan-pesannya, karena itulah media televisi sangat bermanfaat sebagai

upaya pembentukan sikap maupun perilaku dan sekaligus perubahan pola berpikir. (Sastro, 1992 : 23).

Pertelevisian di Indonesia dewasa ini berkembang sangat pesat.

Tentu ini merupakan salah satu fakta tumbuhnya perekonomian didalam dan luar negeri sejalan juga dengan semangat mewujudkan demokratisasi.

(15)

3

baik berupa informasi, pendidikan maupun hiburan. Kebutuhan pemirsa

yang demikian besar pun dapat dimengerti oleh satasiun televisi sehingga semua stasiun televisi berlomba-lomba dalam memberikan acara yang

menarik dan menambah acara hiburannya.

Sesuai dengan perkembangan jaman yang selalu maju, banyak stasiun televisi swasta memberikan suguhan hiburan yang menarik untuk

ditonton. Hiburan-hiburan televisi bisa berupa acara musik, Film asing maupun lokal, acara komedi, sinetron, talkshow, reality show maupun kuis.

Dunia pertelevisian di Indonesia berkembang dengan pesat, terbukti dengan hadirnya 12 stasiun televisi, yaitu RCTI, SCTV, AN-TV, INDOSIAR,TRANS TV, TRANS 7, METRO TV, TV ONE, Global Tv,

Lativi, TPI dan TVRI yang mengudara secara nasional dan juga beberapa TV local

Televisi memang tidak pernah kehabisan ide untuk menarik

perhatian pemirsa, setelah televisi berhasil memikat pemirsa dengan tayangan infotaiment dan sinetron, kini para kreator progam menyita para

pengikutnya dengan acara baru, yaitu Reality show dengan format tayangan variety show dan bersaing untuk mendapatkan rating yang tinggi.

Perkembangan yang semakin pesat tersebut dirasakan sejak

lahirnya televisi swasta pertama di Indonesia yaitu RCTI pada tahun 1989 di Jakarta. Saat ini tidak kurang dari 11 stasiun televisi swasta nasional yang

(16)

Memasuki tahun 1999 sampai sekarang, bisa dibilang masa

kebangkitan komedi Indonesia. Hal ini bisa terlihat dari maraknya acara-acara berbau komedi. Seperti, Extravaganza yang dimotori Tora Sudiro dan

kawan-kawan, Extravagansa ABG, Suami-suami takut istri, Ngelenong Nyok, Sketsa Ajah yang ada Trans TV. Ternyata hal itu membuat ‘panas’ televisi-televisi yang lain dan berujung pada bermunculan acara-acara

serupa. Seperti, Cagur Naik Bajaj, Tawa Sutra, Tawa Sutra XL (acara baru) Lajang, Cuplikan Lucu (cucu) dan Numpang Hidup yang berada di ANTV.

Trans 7 pun tak mau kalah akan aksi ini, dengan mengusung [Bukan] empat mata –setelah dibredel empat mata- sebagai ujung tombak, Trans 7 juga menampilkan program acara Komedi Lawak (Kolak), Wara-wiri, -acara

baru- OKB, Opera van Java dan Happy Hour. Yang terakhir Global TV, yang mengusung Abdel Temon dalam Bukan Superstar, berlanjut beberapa program baru yang akandimunculkan. (http://7forum.dudung.net/) diakses

pada 18 desember 2009, 09.50 pm

Disajikan untuk pemirsa keluarga, komedi kini jadi program

unggulan. Setelah sukses dengan program Bukan Empat Mata, Trans 7 makin percaya diri untuk menghadirkan komedi di prime time. Buktinya, beberapa program komedi kini mengisi slot prime time, yaitu Opera Van

Java, OKB, Happy Hour dan Wara-Wiri. Sukses acara Empat Mata dan Bukan Empat Mata membuat makin percaya diri untuk menghadirkan

(17)

5

pemirsa keluarga. Layaknya komedi, maka program komedi yang disajikan

Trans 7 pun kaya dengan improvisasi. Walau begitu, faktor etika tetap diperhatikan.Yang menggembirakan, program-program komedi itu

mendapat sambutan positif dari masyarakat. (http://www.republika.co.id/) diakses pada 22 desember 2009, 08.44 pm

Di bulan Juni, Trans7 menghadirkan enam acara baru lain, yaitu

Dorce, Party (Parodi Reality), Begadang, Scary Jobs, Dunia Binatang, dan Dua Dunia. Sebuah program yang sedikit unik adalah Scary Jobs. Tayangan

yang bakal hadir mulai senin (15/6) pukul 17.30 WIB itu mengajak para selebriti mencoba berani merasakan pekerjaan yang tidak pernah sekalipun terlintas di benak mereka.

Program yang berdurasi sekitar 30 menit tersebut menyuguhkan realitas sehari-hari yang terkadang luput dari perhatian masyarakat. Bagaimana jika seorang selebriti menjadi tukang pembersih kaca gedung

bertingkat di atas gondola yang diupah hanya Rp 900.000/bulan, atau penggali kubur yang hanya diupah Rp 75.000. Tayangan ini tidak hanya

mengajak selebriti bermain-main, tetapi juga membangun rasa empati dan merasakan pekerjaan penuh risiko dan menantang. Semua program tayangan itu sudah direncanakan dengan matang termasuk asuransi, jika terjadi

sesuatu hal yang tidak diinginkan dengan pekerjaan yang penuh resiko itu saat dilakukan oleh para selebriti.

(18)

Reality show “Scary Job” ini sengaja dibuat untuk melihat sejauh

mana seorang selebriti berani untuk melakukan suatu pekerjaan yang tidak pernah sekalipun terlintas di benak masyarakat awam. Pekerjaan yang

terkadang luput dari perhatian kita. Dengan dipandu oleh Fathir, program berdurasi 30 menit ini akan menyuguhkan realita sehari-hari dalam melakukan pekerjaan - pekerjaan yang terkadang luput dari perhatian kita,

seperti juru kunci makam angker, pawang buaya, penunggu kamar mayat, sopir mobil jenazah, asisten dukun hitam, perias mayat, pemain sirkus,

pembersih kaca gedung bertingkat dan lain sebagainya.

(http://www.trans7.co.id/) diakses pada 23 desember 2009, 09.25 pm

Hiburan dan informasi program acara ini menyentuh semua unsur,

dari masyarakat menengah kebawah sampai ke atas dan lainnya. Diprogram acara Scary Job memuat hiburan dan informasi yang dikemas sedemikian rupa sehingga menarik untuk ditonton. Penonton pun akan mengerti

bagaimana pekerjaan-pekerjaan yang oleh sebagian besar orang dianggap tidak umum, dikerjakan oleh selebriti. Terkadang, penonton dibuat

tersenyum melihat reaksi spontan dari bintang tamu yang menjadi kaget, bahkan takut saat mengetahui pekerjaan yang akan dilakukannya. Di reality show “Scary Job” ini bintang tamu baru akan mengetahui pekerjaan apa

yang harus dilakukan ketika mereka telah sampai di lokasi kerja. Ditemani seorang yang telah professional dalam pekerjaan tersebut para selebriti akan

(19)

7

tidak memandang sebelah mata orang dengan profesi yang kadang di anggap

remeh.

Maka dari itu peneliti tertarik untuk meneliti tentang motif remaja

Surabaya dalam menonton tayangan reality show "Scary Job” yang ditayangkan oleh Trans7. Keunikan acara ini adalah para selebriti akan diajak untuk melakukan pekerjaan – pekerjaan yang bahkan tidak terlintas di

benak masyarakat awam sekalipun. Pekerjaan yang bisa jadi memiliki resiko tinggi, namun upah yang didapatkan kadang tidak sebanding dengan

resikonya.

Menurut Thorn Burg, motif merupakan sesuatu yang menggerakkan tingkah laku, selain itu motif memberikan arah bagi tingkah

laku, motif juga dapat menimbulkan intensitas dalam bertindak, serta merupakan kunci pemuas kebutuhan. Motif dapat timbul karena adanya kebutuhan yang harus dipenuhi. Individu merespon kebutuhan tersebut

dengan bertingkah laku, bertindak untuk memenuhi kebutuhan tersebut melalui penggunaan media. (Effendy, 1989 : 34)

Kebutuhan-kebutuhan (needs) inilah yang menyebabkan timbulnya motif yang mendorong aktifitas individu menggunakan media tertentu, artinya individu mencari pemuasan sejumlah kebutuhan dari penggunaan

media karena didorong oleh sejumlah motif yang mempengaruhinya. Motif adalah pengertian yang melingkupi seluruh penggerak, alasan-alasan atau

(20)

kognitif yaitu kebutuhan akan informasi dan kebutuhan untuk mencapai

tingkat tertentu yang diinginkan, Motif Identitas Pribadi yaitu kebutuhan menggunakan isi media untuk memperkuat atau menonjolkan sesuatu yang

penting dalam kehidupan atau situasi khlayak sendiri, Motif Integrasi dan Interaksi Sosial yaitu kebutuhan akan Integrasi dan Interaksi Sosial, dan Motif Hiburan yaitu kebutuhan akan pelepasan dari tekanan dan kebutuhan

akan hiburan. Maka pada dasarnya motif itu timbul karena adanya kebutuhan, dengan kata lain motif merupakan ciri dari kebutuhan atau

identik dengan kebutuhan. Dari berbagai kebutuhan tersebut muncul teori

Uses and gratification mengasumsikan bahwa yang menjadi permasalahan

utama bukanlah bagaimana media mengubah sikap dan perilaku khalayak,

tetapi bagaimana media memenuhi kebutuhan pribadi dan sosial khalayak. Jadi, bobotnya ialah pada khalayak yang aktif, yang sengaja menggunakan media untuk mencapai tujuan khusus (Effendi, 2003:290).

Berkaitan dengan pemilihan dan penggunaan media maka penelitian ini menggunakan teori Uses and Gratifications, dimana

sebenarnya khalayak adalah pihak yang aktif dan menggunakan media tertentu untuk memenuhi kebutuhannya. (Rakhmat, 2001 : 65)

Motif kognitif, adalah motif yang mendasari penonton dalam

membutuhkan informasi mengenai peristiwa dan kondisi yang berkaitan dengan lingkungan terdekat, masyarakat dan dunia. Mendapatkan

(21)

9

umum.keinginan untuk belajar atau bisa juga untuk pendidikan diri sendiri.

Dan juga bisa untuk memperoleh rasa aman dan memupuk empati melalui penambahan pengetahuan penonton melalui tayang “scary job”, mungkin

melalui informasi dari “scary job” penonton akan lebih peduli dengan lingkungan sekitarnya.

Motif identitas personal adalah motif yang mendasari penonton

untuk menemukan penunjang nilai-nilai pribadi , menemukan model perilaku, mengidntifikasikan diri dalam nilai-nilai lain, meningkatkan

pemahaman tentang diri sendiri. Dengan contoh, penonton dapat mengukur seberapa besar kepedulian dan empati dirinya ketika di hadapkan dengan orang – orang yang berpofesi seperti di tayangkan dalam “scary job”

Motif integrasi dan interaksi sosial adalah motif yang mendasari penonton untuk memenuhi kebutuhan tentang bagaimana mereka berhubungan dengan lingkungan sekitar mereka, bagaimana meraka bergaul

dan berinteraksi dengan masyarakat. Mungkin dengan menonton dan menyaksikan bagaimana sulitnya para selebritis melakukan pekerjaan yang

kadang dianggap sebelah mata ternyata tidak mudah, penonton akan lebih bisa lebih peduli dengan lingkungan sekitarnya dan menjadikan interaksi social dengan masyarakat mnjdai lebih baik.

Motif Diversi adalah motif yang mendasari penonton untuk melepaskan diri dari permasalahan, bersantai, memperoleh kenikmatan

(22)

melakukan pekerjaannya dalam “scary job” penonton dapat lepas dari

kepenatan dan mendapatkan semangat baru untuk beraktifitas kembali. . Jadi jelaslah individu menggunakan media massa karena didorong

oleh motif–motif tertentu. Artinya, individu mencari pemuasan sejumlah kebutuhan dari penggunaan media karena didorong oleh sejumlah motif yang mempengaruhinya. Ada berbagai kebutuhan yang dapat dipuaskan oleh

media massa. Kita ingin mencari kesenangan, media massa dapat dapat memberikan hiburan. Kita mengalami goncangan batin, media massa

memberikan kesempatan untuk melarikan diri dari kenyataan. Kita kesepian dan media massa juga dapat berfungsi sebagai sahabat. (Rakhmat, 2004 : 207).

Televisi sebagai bagian dari kebudayaan audio visual merupakan media paling berpengaruh dalam membentuk sikap dan kepribadian masyarakat secara luas. Hal ini disebabkan oleh satelit dan pesatnya

perkembangan jaringan televisi yang menjangkau masyarakat hingga ke wilayah terpencil. Kultur yang dibawa oleh televisi dengan sendirinya mulai

tumbuh di masyarakat. (Wibowo, 2007:17)

Televisi tidak mengenal jarak dan rintangan. Peristiwa di suatu kota di Negara yang satu dapat ditonton dengan baik di Negara lain, tanpa

mengenal rintangan berupa laut maupun jurang. Kehadiran televise dapat menembus ruang dan jarak geografis pemirsa (Effendy, 2000,177)

(23)

11

Job ini adalah para remaja. Selain itu pada fase remaja merupakan masa

dimana mereka perpindahan dari anak menuju ke dewasa serta mempunyai tingkat keingintahuan yang tinggi (selalu ingin tahu) terhadap sesuatu

yang baru.

Masa remaja terjadi pada usia 13 - 15 tahun, masa remaja akhir pada usia 16 – 18 tahun, dan masa dewasa awal pada usia 19 – 21 tahun,

pada periode ini terjadi perubahan yang sangat berarti dalam segi psikologis, emosional, sosial, serta intelektualnya (djamala, 2002 : 107).

Kegiatan khalayak dalam menonton program acara televisi merupakan kegiatan yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan mereka, baik berupa informasi, pendidikan, maupun hiburan. Akan tetapi dalam

masalah kepuasan, khalayak memiliki penafsiran sendiri yang mungkin berbeda-beda, dan tergantung dari motif masing-masing khalayak tersebut dalam menonton program acara di televisi.

Dalam penelitian ini peneliti memilih lokasi di Surabaya, yaitu remaja dengan umur 13 – 21 tahun . Pemilihan kota Surabaya sebagai

lokasi penelitian dikarenakan kota Surabaya adalah kota metropolis kedua setelah Jakarta yang dimana aktivitas malam hari sama dengan siang hari. Juga karena saat ini siaran televisi sudah menjangkau hampir seluruh

(24)

1.1. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka masalah yang diajukan adalah : " Bagaimana motif remaja Surabaya

dalam menonton tayangan reality show “Scary Job di Trans7 ". 1.2. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana

motif remaja Surabaya dalam menonton tayangan reality show Scary Job di Trans7.

1.2.1 Kegunaan Penelitian 1. Kegunaan Teoritis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan

bagi perkembangan ilmu komunikasi tentang penelitian terhadap motif khalayak dalam mengkonsumsi media, khususnya media televisi sebagai referensi yang berguna untuk penelitian selanjutnya.

2. Kegunaan Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi industri

(25)

13 

 

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Televisi

Televisi adalah paduan radio (broadcast) dan film (moving picture).

Para penonton di rumah-rumah tidak mungkin menangkap siarat televisi, kalau tidak ada unsur-unsur radio. Dan tidak mungkin dapat melihat

gambar-gambar yang bergerak pada layar pesawat televisi, jika tida ada unsur-unsur film. (Effendy, 2003:174)

Televisi terdiri dari istilah “tele” yang berarti jauh dan “visi” (vision)

yang berarti penglihatan. Segi “jauh”-nya diusahkan oleh prinsip radio dan segi “penglihatan”-nya oleh gambar. Tanpa gambar tidak mungkin ada apa-apa yang dapa-apat dilihat. Para penonton dapa-apat menikmati siarat televisi, kalau

pemancar televisi tadi memancarkan gambar. Dan gambar-gambar yang dipancarkan itu adalah gambar-gambar yang bergerak. (Effendy, 2003:174)

Televisi dikatakan sebagai “saudara muda” dari radio, karena lahirnya sesudah radio dan karenanya, sebagaimana dikatakan tadi dasarnya adalah radio.

Kelebihan televisi dari media massa lainnya ialah kemampuan menyajikan berbagai kebutuhan manusia, baik hiburan, inforamsi, maupun

(26)

susah-14 

 

susah pergi ke gedung bisokop atau gedung sandiwara karena pesawat

televisi menyajikan ke rumah. (Effendy, 2004:60)

Televisi saat ini telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan

manusia. Banyak orang yang menghabiskan waktunya lebih lama di depan pesawat televisi dibandingkan dengan waktu yang digunakan untuk ngobrol dengan keluarga atau pasangan mereka. Bagi banyak orang televisi adalah

teman, televisi menjadi cermin perilaku masyarakat dan televisi dapat menjadi candu. (Morrisan, 2004:1).

2.1.2. Pengaruh Televisi Terhadap Sistem Komunikasi

Pengaruh televisi terhadap sistem komunikasi tidak terlepas dari pengaruh terhadap aspek-aspek kehidupan pada umumnya. Bahwa televisi

menimbulkan pengaruh terhadap kehidupan masyarakat Indonesia, sudah banyak yang mengetahui dan merasakannya. Tetapi sejauh mana pengaruh yang positif dan sejauh mana pengaruh yang negatif, belum diketahui banyak.

Di Indonesia, meskipun tidak sebanyak di negara-negara yang sudah maju, penelitian telah dilakukan, baik oleh Departemen Penerangan sebagai

lembaga yang paling berkompeten, maupun oleh perguruan-perguruan tinggi. (Effendy, 2003:191)

Acara televisi pada umumnya mempengaruhi sikap, pandangan,

persepsi dan perasaan para penonton, ini adalah hal yang wajar. Jadi, jika ada hal-hal yang mengakibatkan penonton terharu, terpesona, atau latah bukanlah

sesuatu yang istimewa, sebab salah satu pengaruh psikologi dari televisi ialah

(27)

15 

 

seakan-akan menghipnotis penonton, sehingga penonton tersebut dihanyutkan

dalam suasana pertunjukan televisi. (Effendy, 2003:192)

Adalah kelatahan atau barangkali lebih tepat dikatakan peniruan yang

seringkali dipermasalahkan yakni peniruan yang negatif, kenyataan televisi tidak selalu menimbulkan pengaruh peniruan negatif, tidak jarang juga yang positif. Yang menjadi persoalan sekarang bagaimana kita harus

menggalakkan peniruan yang positif dan mencegah peniruan yang negatif. (Effendy, 2003:192)

2.1.3. Teori Kebutuhan

Kebutuhan dapat didefinisikan sebagai suatu kesenjangan atau pertentangan yang dialami antara suatu kenyataan dengan dorongan yang ada dalam diri. Apabila pegawai kebutuhannya tidak terpenuhi maka pegawai tersebut akan menunjukkan perilaku kecewa. Sebaliknya, jika kebutuhannya terpenuhi maka pegawai tersebut akan memperlihatkan perilaku yang gembira sebgaai manifestasi dari rasa puasnya.

Abraham Maslow mengemukakan bahwa hierarki kebutuhan manusia adalah sebagai berikut (Mangkunegara, 2002):

a. Kebutuhan fisiologis, kebutuhan ini merupakan kebutuhan tingkat terendah atau disebut pula sebagai kebutuhan yang paling dasar.

b. Kebutuhan rasa aman, yaitu kebutuhan akan perlindungan dari ancaman, bahaya, pertentangan, dan lingkungan hidup.

c. Kebutuhan untuk merasa memiliki, yaitu kebutuhan untuk diterima oleh kelompok, berafiliasi, berinteraksi, dan kebutuhan untuk mencintai serta dicintai.

(28)

16 

 

d. Kebutuhan akan harga diri, yaitu kebutuhan untuk dihormati, dan

dihargai oleh orang lain.

e. Kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri, yaitu kebutuhan untuk

menggunkaan kemampuan, skill, dan potensi. Kebutuhan untuk berpendapat dengan mengemukakan ide-ide memberi penilaian dab kritik terhadap sesuatu.

2.1.4. Definisi dan Deskripsi Motif

Motif adalah suatu pengertian yang meliputi semua penggerak

alasan-alasan atau dorongan-dorongan dari dalam diri manusia yang menyebabkan ia berbuat sesuatu. Istilah berbuat sesuatu tersebut disebabkan adanya tujuan yang hendak dicapai. Pencapaian tujuan itu merupakan upaya untuk

memenuhi kebutuhan.

Kebutuhan-kebutuhan (needs) inilah yang menyebabkan timbulnya motif yang mendorong aktifitas individu menggunakan media tertentu,

artinya individu mencari pemuasan sejumlah kebutuahn dari penggunaan media karena didorong oleh sejumlah motif yang mempengaruhinya. Motif

adalah pengertian yang melingkupi seluruh penggerak, alasan-alasan atau dorongan-dorongan dalam diri manusia yang menyebabkan individu berbuat sesuatu (Gerungan,2000:140).

Blumer (Rakhmat, 1999 : 66) motif meliputi: motif kognitif yaitu

keinginan untuk menambah pengetahuan baru. Motif identitas personal yaitu

keinginan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan.Dan motif Integratif

Personal yaitu keinginan yang berhubungan dengan usaha-usaha untuk

(29)

17 

 

memperkuat kepercayaan, kesetiaan, dan status pribadi.Maka pada dasarnya

motif itu timbul karena adanya kebutuhan, dengan kata lain motif merupakan

ciri dari kebutuhan atau identik dengan kebutuhan.

Motif itu akan dapat mempengaruhi manusia dalam melakukan

aktifitas tertentu untuk memenuhi kebutuhan kepuasan pada diri individu dan

motif seseorang dapat berbentuk melalui serangkaian pengalaman bersifat

konstan meskipun ada kemungkinan berubah.

Motif merupakan pencerminan motif dan mengaktifkan perilaku. Pada

umumnya peranan motif dalam segala tingkah laku manusia besar sekali. Dan

tampak bahwa motif orang pada umumnya banyak rupanya dan pada

mulanya berasal dari dalam dirinya dan ada yang berasal dari luar dirinya

(Gerungan, 2000 : 144).

Untuk memudahkan pengukuran tentang motif, maka didasarkan pada

pendapat McQuail (2002:72) sebagai berikut:

1. Motif Kognitif

Kebutuhan akan informasi dan kebutuhan untuk mencapai tingkat tertentu

yang diinginkan, yang terdiri dari:

a. Mencari berita tentang peristiwa dan kondisi yang berkaitan dengan

lingkungan terdekat, masyarakat dan dunia

b. Mencari bimbingan menyangkut berbagai masalah praktis, pendapat

dan hal-hal yang berkaitan dengan penentuan pilihan

c. Mengetahui pengalaman-pengalaman orang lain tentang pekerjaan

mereka

(30)

18 

 

d. Mendapatkan informasi tentang kondisi masyarakat dan dunia

2. Motif Identitas Pribadi (Personal Identity)

Kebutuhan menggunakan isi media untuk memperkuat atau menonjolkan

sesuatu yang penting dalam kehidupan atau situasi khlayak sendiri, yang

terdiri dari:

a. Menemukan penunjang nilai-nilai pribadi

b. Meningkatkan rasa empati dan kepedulian terhadap lingkungan

c. Menemukan model perilaku, panutan atau figur untuk dicontoh

d. Meningkatkan pemahaman tentang diri sendiri

3. Motif Integrasi dan Interaksi Sosial (Personal Relationships)

Kebutuhan akan Integrasi dan Interaksi Sosial terdiri dari:

a. Meningkatkan hubungan baik dengan masyarakat sekitar

b. Menemukan bahan percakapan dan interaksi sosial

c. Memperoleh teman selain dari manusia (media)

d. Memungkinkan individu untuk dapat menghubungi sanak-keluarga,

teman, dan masyarakat

4. Motif Hiburan (Diversi)

Kebutuhan akan pelepasan dari tekanan dan kebutuhan akan hiburan,

yang terdiri dari:

a. Melepaskan diri atau terpisah dari permasalahan

b. Bersantai

c. Memperoleh kenikmatan jiwa dan estetis

d. Mengisi waktu

(31)

19 

 

2.1.5. Remaja Sebagai Pemirsa Televisi

Secara psikologis, remaja adalah suatu masa dimana individu mulai

terintegrasi beralih kedalam masyarakat dewasa. Pada masa remaja

perkembangan intelektual juga sedang mengalami perkembangan yang pesat

dalam aspek intelektual. Transformasi intelektual dari cara berpikir remaja ini

memungkinkan mereka tidak hanya mampu mengintegrasikan dirinya

kedalam masyarakat dewasa, tetapi juga merupakan karakteristik yang paling

menonjol dari semua periode perkembangan.

Seperti yang dikatakan Monks et.al. (2002 : 260) dalam bukunya

psikologi perkembangan, bahwa remaja dibagi menjadi tiga fase yaitu : masa

remaja awal (12-15 tahun), masa remaja pertengahan (16-18 tahun) dan masa

remaja akhir (19-21 tahun). Istilah remaja masih digunakan bagi mereka

bahkan sampai usia 21 tahun, menunjukkan bahwa mereka masih pada tahap

peralihan dari dunia remaja ke dunia dewasa.

Masa remaja merupakan fase perkembangan manusia yang sangat

potensial, baik dilihat dari aspek kognitif. Emosi maupun fisik.

Perkembangan intelekyual yang terus menerus menyebabkan remaja

mencapai tahap berfikir operasional formal. Tahap ini memungkinkan remaja

mampu berfikir secara lebih abstrak, menguji hipotesis dan

mempertimbangkan apa saja peluang yang ada padanyadaripada sekadar

melihata apa adanya. Kemampuan intelektal ini yang membedaka fase remaja

dengan fae-fase sebelumya (Ali, 2005:9). Karena itulah pada fase ini remaja

yang sedang mengalami perkembangan intelektual menjadi haus akan

(32)

20 

 

informasi, dan informasi bisa di dapat dari berbagai sumber yang termasuk di

antaranya adalah media massa.

Di dalam kamus bahasa indonesia, remaja didefinisikan sebagai suatu

fase dalam kehidupan mulai dewasa, sudah sampai umur untuk kawin. Zakiyah darajat (1974) mengkategorikan bahwa masa remaja sebagai anak

yang ada pada masa peralihan dari masa anak anak menuju usia dewasa. Pada masa peralihan ini biasanya terjadi percepatan pertumbuhan dalam segi fisik maupun psikis. Baik ditinjau dalam bentuk badan, sikap,cara berpikir, dan

bertindak, mereka bukan lagi anak-anak. Mereka juga belum dikatakan manusia dewasa yang memiliki kematangan pikiran.

Secara universal dan sederhana khalayak media dapat diartikan

sebagai sekumpulan orang yang menjadi pembaca, pendengar, penonton dan

pemirsa sebagai media massa atau komponen isinya. Dalam arti yang lebih

ditekankan, khalayak media ini memiliki beberapa karakteristik yaitu

memiliki jumlah yang besar, bersifat heterogen, menyebar dan anonym, serta

mempunyai kelemahan dalam ikatan organisasi sosial sehingga tidak

konsisten dan komposisinya dapat berubah dengan cepat (Mc.Quail,

1994:201).

Pemirsa merupakan sasaran komunikasi massa melalui media televisi.

Komunikasi dapat efektif, apabila pemirsa terpikat perhatiannya, tertarik minatnya, mengerti, dan melakukan kegiatan yang diinginkan komunikator. Pada dasarnya pemirsa televisi dapat dibedakan dalam 4 hal yaitu: pertama,

heterogen (aneka ragam) yakni pemirsa televisi adalah massa, sejumlah orang

(33)

21 

 

sangat banyak, yang sifatnya heterogen terpencar-pencar diberbagai tempat.

Selain itu pemirsa televisi dapat dibedakan pula menurut jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, dan taraf kehidupan, dan kebudayaan. Kedua, pribadi

yakni untuk dapat diterima dan dimengerti oleh pemirsa, maka isi pesan yang disampaikan melalui televisi bersifat pribadi dalam arti sesuai dengan situasi pemirsa saat itu. Ketiga, aktif yakni pemirsa sifatnya aktif. Mereka aktif,

seperti apabila mereka menjumpai sesuatu yang menarik dari sebuah stasiun televisi mereka berpikir aktif, aktif melakukan interprestasi. Mereka

bertanya-tanya pada pada dirinya, apakah yang diucapkan oleh seorang penyiar televisi, benar atau tidak. Keempat, selektif yakni pemirsa sifatnya selektif. Ia memilih program televisi yang disukainya (Effendy, 1990:84).

2.1.6. Tayangan Reality Show

Sebuah tayangan reality show merupakan suatu bentuk tayangan yang menyajikan kisah kehidupan nyata ( realitas ) yang dikemas dalam drama atau

hiburan. Tayangan reality show yang ada dan pernah ditayangkan oleh beberapa stasiun televisi swasta diantaranya adalah termehek-mehek, curhat,

minta tolong, bedah rumah, orang ketiga, jejak petualang dan lainnya. Acara-acara tersebut sangat diminati oleh khalayak karena mampu menyajikan tampilan lain daripada yang lainnya, menghibur dan nyata.

Acara-acara reality show yang ditayangkan tersebut dalam kenyataanya membawa dampak atau efek terhadap tingkat emosional

khalayak. Masing-masing khalayak mempunyai tingkat emosi yang berbeda.

(34)

22 

 

Ada yang sangat senang dengan tayangan tersebut ada yang biasa saja dan

sebagainya.

Dari beberapa acara reality show tersebut dalam penelitian ini yang

akan di teliti adalah reality show scary job. Hal ini disebabkan acara reality show scary job merupakan acara reality show yang akan mencoba membangun rasa empati para selebriti maupun pamirsanya dengan menantang

meraka melakukan dan merasakan pekerjaa yang penuh resiko, menantang namun dengan upah yang kadang tidak sesuai. Acara relity show ini

menyampaikan pesan moral yang sangat baik bagi pemirsanya. Dengan demikian diharapkan pesan tersebut akan diikuti oleh masyarakat pemirsanya.

2.1.7. Acara Scary Job di Trans 7

Scary Job sengaja dibuat untuk melihat sejauh mana seorang selebriti berani untuk melakukan suatu pekerjaan yang tidak pernah sekalipun terlintas

di benak masyarakat awam. Dengan dipandu oleh Fathir, program berdurasi 30 menit ini akan menyuguhkan realita sehari-hari dalam melakukan

pekerjaan yang terkadang luput dari perhatian kita seperti juru kunci makam angker, pawing buaya, penunggu kamar mayat, perawat orang gila, perias mayat, pemain sirkus, pembersih kaca gedung bertingkat dan lain sebagainya.

Program ini akan menyajikan bagaimana jika seorang selebriti menjadi tukang pembersih kaca gedung bertingkat di atas gondola yang diupah hanya

Rp 900.000/bulan, atau penggali kubur yang hanya diupah Rp 75.000.

(35)

23 

 

Tayangan ini tidak hanya mengajak selebriti untuk bermain-main, tetapi juga

membangun rasa empati dan merasakan pekerjaan penuh risiko dan menantang. Scary Job tayang setiap hari Senin pukul 17.30 WIB di Trans7

2.1.8 Teori Uses dan Gratifications

Teori Uses dan Gratifications merupakan pergeseran fokus dari tujuan

komunikator ke tujuan komunikan. Model ini menentukan fungsi komunikasi massa dalam melayani khalayak. (Effendy, 2003:289)

Pendekatan Uses dan Gratifications menunjukkan bahwa yang menjadi permasalahan utama bukanlah bagaimana media mengubah sikap dan perilaku khalayak, tetapi bagaimana media memenuhi kebutuhan pribadi

dan sosial khalayak. Jadi, bobot ialah pada khalayak yang aktif, yang sengaja menggunakan media untuk mencapai tujuan khusus.

Mengenai kebutuhan biasannya orang merujuk kepada hirarki

kebutuhan yang ditampilkan oleh Abraham Maslow. Ia membedakan lima perangkat kebutuhan dasar:

1. Psysiological needs (kebutuhan fisiologi) adalah kebutuhan primer yang

menyangkut fungsi biologis bagi organisme manusia seperti kebutuhan pangan, sandang, papan dan kesehatan fisik.

2. Safety needs (kebutuhan keamanan) adalah kebutuhan mengenai

perlindungan dari bahaya, perlakuan tidak adil, dan terjaminnya

keamanan diri.

(36)

24 

 

3. Love needs (kebutuhan cinta) adalah kebutuhan akan dicintai,

diperhitungkan secara pribadi.

4. Esteem needs (kebutuhan penghargaan) adalah kebutuhan dihargai secara

prestasi, kemampuan, kedudukan atau status.

5. Self-actualization needs (kebutuhan aktualisasi diri) adalah kebutuhan

mempertinggi potensi-potensi yang dimiliki, pengembangan diri secara

maksimal, kreativitas dan ekspresi diri.

Model ini memulai dengan lingkungan social (social environment)

yang menentukan kebutuhan kita. Lingkungan social tersebut meliputi cirri-ciri afiliasi kelompok dan cirri-ciri-cirri-ciri kepribadian. Kebutuhan individual (individual’s needs) dikategorisasikan sebagai cognitive needs, effective

needs, personal integrative, social integrative needs, dan escapist needs.

1. Cognitive needs (kebutuhan kognitif) adalah kebutuhan yang berkaitan

dengan peneguhan informasi, pengetahuan dan pemahaman mengenai

lingkungannya.

2. Affective needs (kebutuhan Afekjtif) adalah kebutuhan yang berkaitan

dengan peneguhan pengalaman-pengalaman estetis, menyenangkan dan emosional.

3. Personal integrative needs (kebutuhan pribadi secara integratif) adalah

kebutuhan yang terkait dengan kreatifitas.

4. Social integrative needs (kebutuhan sosial secara integratif) adalah

kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan kontak dengan keluarga, teman dan dunia.

(37)

25 

 

5. Escapist needs (kebutuhan pelepasan) adalah berkaitan dengan upaya

menghindar dari tekanan, ketegangan dan hasrat akan keanekaragaman. Untuk memperoleh kejelasan mengenai Model Uses and Gratification

maka Katz, Gurevitch dan Haas mengemukakan gambar model Uses and

Gratification dalam Effendy (2003 : 293) adalah sebagai berikut :

Mass Media Use 

Uses dan Gratification Model

(38)

26 

 

Pada perilaku penggunaan media, teori Uses and Gratification

menyatakan bahwa pemilihan dan penggunaan media massa ditentukan oleh khalayak berdasarkan kebutuhan yang ingin dipenuhi, sehingga terfokus pada

apa yang dilakukan khalayak pada media massa yang diteliti disini adalah motif mengkonsumsi media untuk mencari kepuasan.

2.2 Kerangka Pikir

Dari semua media komunikasi yang ada, televisilah yang paling berpengaruh pada kehidupan manusia. Televisi merupakan media yang dapat mendominasi komunikasi massa, karena sifatnya yang dapat memenuhi kebutuhan dan kainginan khalayak. Televisi mempunyai kelebihan dari media massa lainnya yaitu bersifat audio visual (didengar dan dilihat). Dapat menggambarkan kenyataan dan langsung dapat menyajikan peristiwa yang sedang terjadi kesetiap rumah para pemirsa dimanapun dan dimanapun mereka berada. Melalui media massa televisi, masyarakat dapat menyaksikan banyak program acara mulai dari hiburan sampai berita (news), apalagi semakin banyak stasiun televisi yang bermunculan dan menyuguhkan banyak sekali program acara yang dikemas dengan semenarik mungkin, sehingga membuat masyarakat untuk lebih aktif memilih program acara yang sesuai dengan kebutuhan untuk menggunakan media massa.

Dalam penelitian ini, peneliti berusaha mengetahui motif remaja Surabaya tentang program acara reality show “ Scary Job” di Trans 7. Peneliti berusaha mengetahui hal tersebut diatas melalui motif seseorang terhadap objek yang disebabkan karena kondisi yang mempengaruhi pandangan seseorang, latar belakang pengetahuan (frame of reference) yang berbeda,

(39)

27 

 

   

budaya dan psikologis individu yang berbeda. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan dibawah ini:

Program Acara

“Scary Job” Analisis Deskriptif Kesimpulan Motif Pemirsa Dalam

Menonton :

- Motif Informasi

- Motif Indentitas Pribadi - Motif Integrasi Dan

Interaksi Sosial - Motif Diversi

Gambar 2.2.

Bagan Kerangka Berpikir penelitian dalam menonton motif remaja Surabaya tentang Program acara reality show “Scary Job”

(40)

27 

 

METODE PENELITIAN

3.1. Definisi Operasional

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif yang tidak perlu mencari atau

menerangkan saling berhubungan dan menguji hipotesis, tetapi akan

menggambarkan secara sistematis tentang bagaimana motif remaja Surabaya

terhadap tayangan reality show “Scary Job” di Trans7

A. Motif

Dalam hal ini motif dapat dioperasionalisasikan sebagai penggerak

alasan-alasan atau dorongan-dorongan dari dalam diri manusia yang menyebabkan ia

berbuat sesuatu motif timbul karena adanya kebutuhan dengan kata lain motif

merupakan ciri dari kebutuhan.

Untuk memudahkan pengukuran, maka dalam penelitian ini digunakan

kategori motif menurut McQuail (2002:72), dimana motif tersebut meliputi:

1. Motif Kognitif

Kebutuhan akan informasi dan kebutuhan untuk mencapai tingkat tertentu

yang diinginkan, yang terdiri dari:

a. Ingin mengetahui kondisi dan jenis- jenis pekerjaan yang ada di

(41)

28 

 

b. Mencari tahu bagaimana teknis dari pekerjaan – pekerjaan yang

kadang luput dari perhatian.

c. Ingin mengetahui pengalaman masyarakat yang menuturkan kisah

tentang suka duka mereka dalam melakukan pekerjaan yang ber

resiko.

d. Ingin mendapatkan informasi tentang kondisi masyarakat dan dunia

2. Motif Identitas Pribadi (Personal Identity)

Kebutuhan menggunakan isi media untuk memperkuat atau menonjolkan

sesuatu yang penting dalam kehidupan atau situasi khalayak sendiri, yang

terdiri dari:

a. Menemukan penunjang nilai – nilai pribadi

b. Memupuk rasa empati dan kepedulian terhadap lingkungan sekitar

c. Menemukan model perilaku dan figure untuk dicontoh

d. Meningkatkan pemahaman tentang diri sendiri

3. Motif Integrasi dan Interaksi Sosial (Personal Relationships)

Kebutuhan akan Integrasi dan Interaksi Sosial terdiri dari:

a. Sebagai pertimbangan dalam beruhubungan dan bergaul dengan

masyarakat

b. Menemukan bahan percakapan dan interaksi sosial dengan

lingkuangan sekitar

c. Memperoleh teman media baru dengan melihat acara televisi

d. Memungkinkan seseorang untuk berhubungan dengan masyarakat

sekitar

(42)

29 

 

4. Motif Hiburan (Diversi)

Kebutuhan akan pelepasan dari tekanan dan kebutuhan akan hiburan,

yang terdiri dari:

a. Mencari hiburan.

b. Untuk bersantai.

c. Melepas diri dari kejenuhan.

d. Mengisi waktu luang.

Indikator untuk motif masyarakat di wilayah Surabaya dapat ditunjukkan

melalui total skor dari seluruh jawaban responden atas pernyataan-pernyataan yang

diajukan dalam kuisioner, sehingga untuk mempermudah dapat diuraikan sebagai

berikut:

STS (Sangat Tidak Setuju) diberi skor 1

TS (Tidak Setuju) diberi skor 2

S (Setuju) diberi skor 3

SS (Sangat Setuju) diberi skor 4

Dalam penelitian ini tidak digunakan alternative jawaban ragu-ragu

(undecided), alasannya menurut Hadi (1981:20) adalah sebagai berikut:

a. Kategori undecided memiliki arti ganda, bisa diartikan belum dapat memberikan

jawaban netral dan ragu-ragu. Kategori jawaban yang memiliki arti ganda (multi

interpretable) ini tidak diharapkan dalam instrument.

(43)

30 

 

b. Tersedianya jawaban ditengah menimbulkan kecenderungan menjawab ketengah

(central tendency effect), terutama bagi mereka yang ragu-ragu akan

kecenderungan jawabannya.

c. Disediakan jawaban ditengah akan menghilangkan banyaknya data penelitian

sehingga mengurangi banyaknya informasi yang dapat dijaring oleh responden.

Motif remaja Surabaya terhadap tayangan reality show “Scary Job” di Trans7

digolongkan menjadi tiga yaitu rendah, sedang, tinggi yang ditentukan berdasarkan

jumlah skor jawaban masing-masing responden. Jumlah skor yang menjadi batasan

skor untuk lebar interval tingkat rendah, sedang, dan tinggi menggunakan rumus:

Range (R): Skor tertinggi – Skor terendah

Jenjang yang diinginkan

Keterangan:

Range (R) : Batasan dari setiap tingkatan

Skor Tertinggi : Pertanyaan antara nilai tertinggi dengan

Jumlah item pertanyaan

Skor Terendah : Perkalian antara nilai terendah dengan

Jumlah item pertanyaan

Jenjang : 3  

Melalui rumus diatas maka diperoleh tingkat interval untuk mengetahui motif

masyarakat Surabaya terhadap tayangan reality show “Scary Job” di Trans7, untuk lebih

jelasnya dapat digambarkan sebagai berikut :

(44)

31 

 

1. Pada motif kognitif terdapat 4 pertanyaan tentang responden terhadap tayangan

reality show “Scary Job” yang ingin mengetahui kondisi dan jenis – jenis pekerjaan

yang ada di masyarakat, responden ingin mengetahui teknis dari pekerjaan –

pekerjaan tersebut. Selain itu responden juga Ingin mengetahui pengalaman

masyarakat yang menuturkan kisah suka dukanya melakoni pekerjaannya.

Responden Ingin mendapatkan informasi tentang makna kondisi masyarakat. Semua

hal tersebut dilakukan responden.

Motif Informasi = (4 x 4) – (1 x 4) = (16 – 4) = 4

3 3

Rendah = 4 – 7

Sedang = 8 – 11

Tinggi = 12 – 16

2. Pada motif identitas personal terdapat 4 pertanyaan mengenai responden terhadap

tayangan reality show “Scary Job” yang ingin menemukan penunjang dalam

nilai-nilai pribadinya, responden dapat memupuk rasa peduli terhadap lingkungannya.

Selain itu responden dapat menemukan tokoh atau profil untuk dijadikan panutan di

kehidupan sehari-hari. Responden dapat mengidentifikasi diri dengan orang-orang

yang ada dalam acara “Scary Job” di Trans7.

Motif Identitas Personal = (4 x 5) – (1 x 4) = (16– 4) = 12

3 3

Rendah = 4 – 7

Sedang = 8 – 11

Tinggi = 12 – 16

(45)

32 

 

3. Pada motif integrasi dan interaksi social terdapat 4 pertanyaan terhadap responden

tentang tayangan reality show “Scary Job”, responden ingin sebagai pertimbangan

dalam bergaul di masyarakat dan menemukan bahan percakapan saat berinteraksi

dengan lingkungan sekitar. Selain itu responden juga ingin mencari teman media

baru, serta memungkinkan berhubungan lebih baik dengan masyarakat sekitar.

Motif integrasi social =(4 x 4) – (1 x 4) = (16 – 4) = 12

3 3

Rendah = 4 – 7

Sedang = 8 – 11

Tinggi = 12 – 16

4. Pada motif hiburan terdapat 4 pertanyaan tentang responden terhadap

tayangan reality show “Scary Job” responden ingin mencari hiburan, dan

bersantai. Responden Ingin menghilangkan stres karena rutinitas yang padat,

atau responden karena anda ingin mengisi waktu luang.Responden ingin

ingin bersantai setelah seharian beraktivitas.

Motif Hiburan = (4 x 4) – (1 x 4) = (16 – 4) = 12

3 3

Rendah = 4 – 7

Sedang = 8– 11

Tinggi = 12– 16

(46)

33 

 

3.2 Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel

3.2.1. Populasi

Populasi dari penelitian ini adalah seluruh remaja di Surabaya, sebagai

batasan dari usia penelitian ini peneliti memilih usia 13 – 21 tahun. Penempatan usia

ini didasarkan pada massa remaja pertengahan rata-rata berusia 13 – 21 tahun, maka

sebagian besar remaja memiliki usia yang masuk dalam kategori pemirsa acara

reality show scary job. Jenis kelamin dan tingkat pendidikan juga sangat

mempengaruhi pola berfikir dan cara penilaian terhadap suatu fenomena atau

kejadian yang ada di sekeliling mereka. Remaja yang berusia 13 – 21 tahun di

wilayah surabaya berjumlah 2.013.045 jiwa (Badan Pusat Statistik 2009) yang

tersebar di lima wilayah yaitu surabaya pusat, surabaya utara, surabaya selatan,

surabaya timur, dan surabaya barat.

3.2.2. Sampel dan Teknik Penarikan Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari keseluruhan remaja berusia

13 -21 tahun di Surabaya yang menonton acara scary job. Jumlah sampel yang akan

diambil dari populasi tersebut, dihitung dengan menggunakan rumus Yamane :

(Rakhmat, 1995:82).

Keterangan :

n : Jumlah sample

N   : Jumlah populasi

d : Presisi 10% derajat ketelitian (0,01)

Teknik penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

multistage cluster random sampling, maka secara sistematis tekhnik penarikan

sampel dapat digambarkan sebagai berikut

(47)

34 

Gambar 3.1. Bagan Multistage Cluster Random Sampling

Dalam penelitian ini menggunakan teknik penarikan sampel yang digunakan

dalam penelitian ini adalah multistage cluster random sampling dapat dilakukan

melalui 3 tahap yang digambarkan sebagai berikut :

a. Tahap pertama, dilakukan pemilihan terhadap wilayah penelitian di kota

Surabaya, di mana kota Surabaya terbagi dalam 5 bagian wilayah. Setelah

dilakukan pengundian secara random atau acak maka terpilih dua wilayah

penelitian, yaitu wilayah Surabaya Pusat dan Surabaya Selatan

b. Tahap kedua, dilakukan pengundian secara acak pada wilayah kecamatan,

dimana wilayah Surabaya pusat memiliki 4 (empat) kecamatan dan Surabaya

selatan memiliki 8 (delapan) kecamatan. Setelah dilakukan pengundian secara

random maka terpilihlah kecamatan tegalsari dan simokerto untuk wilayah

Surabaya pusat dan kecamatan wonokromo dan wonocolo untuk wilayah

Surabaya selatan

(48)

35 

 

c. Tahap ketiga dilakukan pengundian secara acak pada tingkat kelurahan yang

mana setelah dilakukan pemilihan secara random terpilih kelurahan Tegalsari

dan Kedungdoro (untuk kecamatan Tegalsari), kelurahan Simokerto dan

Simolawang (untuk kecamatan Simokerto), kelurahan Ngagel dan Darmo

(untuk kecamatan Wonokromo), kelurahan Margorejo dan Sidosermo (untuk

kecamatan wonocolo)

Tabel 3.2

Jumlah Populasi yang berusia 12 tahun hingga 21 tahun

NO Kelurahan Jumlah

1 Tegalsari 6173

2 Kedungdoro 5115

3 Simokerto 6325

4 Simolawang 7771

5 Ngagel 5095

6 Darmo 8324

7 Margorejo 5883

8 Sidosermo 6388

Jumlah 51.027

Sumber : Data BPS 2009

Jumlah populasi yang terdapat pada masyarakat yang berusia 13-21 tahun bertempat

tinggal di Surabaya yang berjumlah 2.013.045, berdasarkan data tersebut untuk

mengetahui jumlah sampel maka akan dihitung sebagai berikut :

(49)

36 

 

N = 100

Setelah menentukan jumlah sampel dalam penelitian ini kemudian menentukan

jumlah sampel yang proporsional pada masing-masing kelurahan yang terpilih

secara random. Jumlah sampel pada masing-masing kelurahan disesuaikan dengan

banyaknya jumlah populasi pada kelurahan tersebut dengan rumus :

 

  

Keterangan :

n1 = Jumlah penduduk di suatu kelurahan.

N1 = Ukuran strata ke-1

N = Jumlah seluruh penduduk

n = Jumlah sampel minimum yang telah ditetapkan (Nazir, 2003:361).

Jumlah sampel untuk masing-masing kelurahan adalah sebagai berikut :

 

1. Kelurahan Tegalsari =

(50)

37 

 

12,09 dibulatkan menjadi 12

2. Kelurahan Kedungdoro =

10,02 dibulatkan menjadi 10

3. Kelurahan Simokerto =

12,39 dibulatkan menjadi 12

4. Kelurahan Simolawang =

15,22 dibulatkan menjadi 15

5. Kelurahan Ngagel =

9,98 dibulatkan menjadi 10

6. Kelurahan Darmo =

16,31 dibulatkan menjadi 16

7. Kelurahan Margorejo =

11,53 dibulatkan menjadi 12

8. Kelurahan Sidosermo =

12,51 dibulatkan menjadi 13

(51)

38 

 

Sehingga dari jumlah populasi tersebut diperoleh sampel dari tiap kelurahan

sebagai berikut :

Tabel 3.3

Jumlah Sampel

NO Kelurahan Jumlah

1 Tegalsari 12

2 Kedungdoro 10

3 Simokerto 15

4 Simolawang 12

5 Ngagel 10

6 Darmo 16

7 Margorejo 12

8 Sidosermo 13

Jumlah 100

3.3. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan sumber-sumber, yaitu:

1. Data Primer

Data primer adalah data yang dikumpulkan langsung langsung dari

responden. Data primer dalam penelitian ini diperoleh dari penyebaran

kuisioner.

2. Data Sekunder

(52)

39 

 

Data sekunder adalah data yang tidak dapat langsung diperoleh dari

lapangan. Data sekunder dikumpulkan melalui sumber-sumber informasi

kedua, seperti perpustakaan, pusat pengelolahan data, pusat penelitian, dan

lain sebagainya. Data sekunder ini akan digunakan sebagai data penunjang

untuk melakukan analisis.

3.4 Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dari hasil kuesioner selanjutnya akan diolah untuk

mendiskripsikan. Pengolahan data yang diperoleh dari hasil kuesioner terdiri dari:

mengedit, mengkode, dan memasukkan data tersebut dalam tabulasi data untuk

selanjutnya dianalisis secara deskriptif setiap pertanyaan yang diajukan.

Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan tabel frekuensi yang

digunakan untuk menggambarkan data yang diperoleh dari hasil wawancara

berdasarkan penyebaran kuesioner yang diisi oleh responden.

Data yang didapat dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan rumus :

%

P : Persentase Responden

F : Frekuensi Responden

N : Jumlah Responden

(53)

40 

 

   

Dengan menggunakan rumus tersebut maka diperoleh apa yang diinginkan

peneliti dengan kategori tertentu. Hasil perhitungan selanjutnya dilampirkan dalam

tabel yang disebut tabulasi agar mudah diinterpretasikan.

NO Motif Frekuensi Prosentase

1 Motif Kognitif A (A/ΣU)100%=F

2 Motif Identitas Pribadi B (B/ΣU)100%= F

3 Motif Integrasi dan Interaksi Sosial C (C/ΣU)100%= F

4 Motif Hiburan D (D/ΣU)100%= F

(54)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Obyek Penelitian 4.1.1. Sejarah Singkat Trans7

TRANS7 dengan komitmen menyajikan tayangan berupa informasi dan hiburan, menghiasi layar kaca di ruang keluarga pemirsa Indonesia. Berawal dari kerjasama strategis antara Para Group dan Kelompok

Kompas Gramedia (KKG) pada tanggal 4 Agustus 2006, TRANS7 lahir sebagai sebuah stasiun swasta yang menyajikan tayangan yang

mengutamakan kecerdasan, ketajaman, kehangatan penuh hiburan serta kepribadian yang aktif.

TRANS7 yang semula bernama TV7 berdiri dengan izin dari

Departemen Perdagangan dan Perindustrian Jakarta Pusat dengan Nomor 809/BH.09.05/III/2000. Pada 22 Maret 2000, keberadaan TV7 telah

diumumkan dalam Berita Negara Nomor 8687 sebagai PT. Duta Visual Nusantara Tivi Tujuh. Dengan kerjasama strategis antara Para Group dan KKG, TV7 melakukan re-launching pada 15 Desember 2006 sebagai

TRANS7 dan menetapkan tanggal tersebut sebagai hari lahirnya TRANS7. Di bawah naungan PT Trans Corpora yang merupakan bagian dari

manajemen Para Group, TRANS7 diharapkan dapat menjadi televisi yang maju, dengan program-program in-house productions yang bersifat informatif, kreatif, dan inovatif

(55)

41

Logo TRANS7 membentuk empat sisi persegi panjang yang

merefleksikan ketegasan, karakter yang kuat, serta kepribadian bersahaja yang akrab dan mudah beradaptasi. Birunya yang hangat tetapi bersinar

kuat melambangkan keindahan batu safir yang tak lekang oleh waktu, serta menempatkannya pada posisi terhormat di antara batu-batu berlian lainnya. Perpaduan nama yang apik dan mudah diingat, diharapkan

membawa TRANS7 ke tengah masyarakat Indonesia dan pemirsa setianya. TRANS7 berkomitmen untuk menyajikan yang terbaik bagi

pemirsanya, dengan menyajikan program informasi seperti Redaksi yang hadir setiap pagi, siang, sore, dan malam yang dikemas secara apik dan dinamis, update dan informatif. TRANS7 juga menghadirkan program

berita dan dokumenter lainnya seperti Selamat Pagi, TKP, Asal Usul, dan Jejak Petualang yang memberikan wawasan unik dan berbeda bagi pemirsa.

Tidak kalah informatif, program hiburan seperti Gosip Pagi, I-Gosip Siang, dan I-I-Gosip News, dan Wara Wiri, semakin lengkap

menambah cakrawala di ruang keluarga. Program variety show seperti Full Color dan Komedi Lawak (Kolak) juga selalu dinantikan. TRANS7 juga pernah hadir dengan Empat Mata yang pernah menjadi program fenomenal

di Indonesia. Kini Tukul dan Vega ’Ngatini’ hadir kembali di TRANS7 lewat program Bukan Empat Mata.

(56)

untuk memacu adrenalin di lintasan balap kelas dunia. TRANS7 juga

menyajikan tayangan informasi olahraga setiap hari di layar pemirsa, di antaranya Sport7, One Stop Football, dan Galeri Sepakbola Indonesia.

TRANS7 juga tidak melupakan pemirsa cilik dengan memberikan pengetahuan dan hiburan bagi mereka. Bocah Petualang dan Si Bolang Jalan-jalan menghadirkan keunikan kehidupan anak-anak di seluruh

penjuru Indonesia. Laptop Si Unyil dan Buku Harian Si Unyil memberikan ilmu pengetahuan yang mendasar bagi para pemirsa cilik. Jalan Sesama

yang merupakan adaptasi dari Sesame Street juga dipercayakan untuk ditayangkan di TRANS7. Melalui Cita-citaku, TRANS7 berusaha menghadirkan keseharian profesi yang dicita-citakan anak-anak

Dilengkapi dengan sajian film-film berkualitas, Theater7 hadir pada momen-momen spesial, mengisi layar kaca anda. Serial-serial unggulan juga kerap kami hadirkan seperti Smalville, Supernatural, dan

Heroes. Jangan lupakan pula program-program musik yang menyuguhkan persembahan para pemusik Indonesia lewat sajian Musik Spesial, 60

Minutes dan On The Spot.

4.1.2. Tayangan Scary Job

Scary Job sengaja dibuat untuk melihat sejauh mana seorang selebriti berani untuk melakukan suatu pekerjaan yang tidak pernah

(57)

sehari-43

hari dalam melakukan pekerjaan yang terkadang luput dari perhatian kita

seperti juru kunci makam angker, pawing buaya, penunggu kamar mayat, perawat orang gila, perias mayat, pemain sirkus, pembersih kaca gedung

bertingkat dan lain sebagainya. Program ini akan menyajikan bagaimana jika seorang selebriti menjadi tukang pembersih kaca gedung bertingkat di atas gondola yang diupah hanya Rp 900.000/bulan, atau penggali kubur

yang hanya diupah Rp 75.000. Tayangan ini tidak hanya mengajak selebriti untuk bermain-main, tetapi juga membangun rasa empati dan

merasakan pekerjaan penuh risiko dan menantang. Scary Job tayang setiap hari Senin pukul 17.30 WIB di Trans7

4.1.3. Masyarakat Surabaya

Kota Surabaya secara geografis berada di 7° 9’ – 7° 21’ Lintang Selatan dan 112° 36’ – 112° 57’ Bujur Timur, sebagian besar wilayah Kota

Surabaya merupakan dataran rendah dengan ketinggian 3 – 6 meter diatas permukaan laut, sebagian lagi pada sebelah Selatan merupakan kondisi

berbukit-bukit dengan ketinggian 25 - 50 meter diatas permukaan laut. Luas wilayah Kota Surabaya + 52.087 Ha, dengan 63,45 persen atau 33.048 Ha dari luas total wilayah merupakan daratan dan selebihnya

sekitar 36,55 persen atau 19.039 Ha merupakan wilayah laut yang dikelola oleh Pemerintah Kota Surabaya. Secara administratif wilayah Kota

(58)

Jumlah penduduk Kota Surabaya yang terdaftar di Kartu Keluarga

adalah 2.861.928 jiwa atau sebanyak 755.914 Kepala Keluarga. Komposisi penduduk kota Surabaya berdasarkan jenis kelamin adalah sebanyak

1.437.682 jiwa penduduk laki-laki (50,23 persen) dan 1.424.246 (49,77 persen) jiwa penduduk perempuan. Komposisi penduduk Kota Surabaya berdasarkan kelompok umur atau struktur usia dapat dijelaskan sebagai

berikut, proporsi terbanyak adalah pada kelompok usia 26-35 Tahun (557.865 jiwa), selanjutnya adalah pada kelompok usia 36-45 Tahun

(524.829 jiwa) dan 46-59 Tahun (464.205 jiwa). Komposisi penduduk kota Surabaya berdasarkan profesi dapat dijelaskan bahwa terbanyak adalah pegawai swasta sejumlah 684.581 jiwa, selanjutnya adalah sebagai ibu

rumah tangga sejumlah 527.343 jiwa dan sebagai pelajar sebanyak

448.511 jiwa (http://72.14.235.132/custom?q=cache:8i_uHKjFUO4J:www.surabaya.go.i

d/pdf/ILPPD/ILPPD%25202007.pdf+tingkat+pendidikan+rata+-

+rata+penduduk+surabaya&cd=2&hl=en&ct=clnk&gl=id&client=pub-5519045392680622/21.40PM)

Kotamadya Surabaya memiliki batas wilayah sebagai berikut : Sebelah Utara : Selat Madura

Sebelah Timur : Selat Madura Sebelah Selatan : Kabupaten Sidoarjo

(59)

45

Kotamadya Surabaya terbagi dalam lima wilayah, dengan luas

wilayah sebagai berikut :

Surabaya Pusat : 14,78 km

Surabaya Utara : 38,32 km Surabaya Timur : 91,19 km Surabaya Selatan : 64,07 km

Surabaya Barat : 118,01 km Sedangkan jumlah penduduknya meliputi :

Surabaya Pusat : 352.522 Orang Surabaya Utara : 480.245 Orang Surabaya Timur : 783.438 Orang

Surabaya Selatan : 676.902 Orang Surabaya Barat : 394.839 Orang

Karakteristik masyarakat Surabaya yang menjadi responden pada

penelitian ini adalah para remaja yang berusia antara 13 – 21 tahuni yang pernah menonton tayangan acara Scary Job di Trans7.

4.2. Penyajian Data dan Analisis Data

Pada bagian ini akan disajikan data hasil penyebaran kuesioner yang

telah dibagikan kepada 100 responden, dimana responden tersebut adalah para remaja Surabaya yang berusia antara 13 – 21 tahun yang pernah

Gambar

Gambar 2.1  Uses dan Gratification Model
Gambar 2.2.
Gambar 3.1. Bagan Multistage Cluster Random Sampling
Tabel 3.2
+7

Referensi

Dokumen terkait

(Studi Kasus Pada Pt Telkomsel Cabang Pangkalpinang) menunjukkan bahwa berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai Pengaruh Gaji, Insentif, Dan Jaminan

& LAYANAN PEND... ASTRA

Middle Range Theory tersebut tidak lain merupakan induk keilmuan dari teori aplikasi ( Applied Theory ) yang digunakan dalam penelitian ini yaitu : Gaya

Tanpa adanya sarana atau fasilitas tersebut, tidak akan mungkin penegak.. hukum menyerasikan peranan yang seharusnya dengan peranan yang aktual.. Khususnya

Laporan Akhir ini berjudul “ Aplikasi sensor Passive Infrared Receiver (PIR) pada smart room system berbasis Mikrokontroler ATmega 8535 ”.. Tujuan utama dari Laporan

Untuk mengetahui pengaruh Current Ratio, Cash Ratio, dan Working Capital Turnover secara parsial terhadap Return on Assets pada perusahaan dagang yang terdaftar di Bursa

AIR LAUT MENJADI AIR MINUM Dengan Pretreatment Variasi Multimedia Filter Pada Proses Desalinasi Dengan Analisa (Konduktivitas, TDS, Salinitas dan pH) ”.. Pembuatan laporan

Oleh karena itu, tujuan penelitian ini adalah untuk melihat budaya organisasi pada salah satu perusahaan Network marketing yaitu Amway dengan sistem Network 21