2. IDENTIFIKASI DAN ANALISIS DATA
2.1. Tinjauan Tentang Buku 2.1.1. Pengertian Buku
Secara harafiah, buku merupakan kumpulan dari kertas yang isinya saling berhubungan dan dijilid menjadi satu pada salah satu sisinya dengan menggunakan berbagai cara. Pada tiap lembar kertas umumnya berisi gambar atau tulisan yang saling berhubungan, ada pula buku yang lembaran kertasnya kosong.
Buku yang tiap lembaran kertasnya kosong dinamakan buku tulis yang siap dipakai untuk menulis.
Menurut Ensiklopedia Nasional Indonesia (10), “Buku adalah semua tulisan dan gambar yang dituliskan atau dilukiskan di atas segala macam lembaran papyrus, lontar, perkamen, dan kertas dengan segala macam bentuknya, bisa berupa gulungan, dilubangi, diikat, maupun dijilid muka belakangnya dengan kulit, kain, karton, kayu. Buku sendiri merupakan hasil perekaman dan perbanyakan yang paling populer dan awet. Buku tidak mengenal tanggal seperti majalah dan surat kabar, yang dalam pembacaannya konsumen cenderung mencari yang up to date. Buku bersifat jangka panjang dan dapat di baca kapan saja”.
2.1.2. Sejarah dan Perkembangan Buku di Dunia
Pada jaman dahulu kala, masyarakat berkomunikasi secara lisan.
Penyampaian informasi, cerita-cerita, ilmu pengetahuan, doa-doa maupun syair disampaikan secara lisan dari mulut ke mulut. Semakin hari semakin banyak yang harus dihafalkan sehingga akhirnya masyarakat kuno tidak sanggup menghafalkan semuanya. Akhirnya terpikirkan untuk menuangkan apa yang mereka hafalkan ke dalam tulisan. Maka jadilah apa yang disebut dengan buku kuno.
Buku kuno merupakan tulisan-tulisan yang dituliskan di atas keping batu atau juga yang dinamakan dengan prasasti atau juga di atas kertas yang terbuat dari daun papyrus (sejenis alang-alang yang banyak tumbuh di tepi sungai Nil).
Mesir merupakan bangsa pertama yang mengenal tulisan yang dikenal dengan sebutan hieroglif. Tulisan hieroglif ini pertama kali berbentuk binatang- binatang ataupun gambar-gambar yang dituliskan pada batu maupun kertas papyrus yang berbentuk gulungan.
Selain Mesir bangsa yang menggunakan papyrus adalah bangsa Romawi, panjangnya gulungan papyrus terkadang mencapai puluhan meter. Hal ini tentu merepotkan orang yang menulis ataupun yang membacanya. Karena itu gulungan papyrus akhirnya dipotong-potong untuk memudahkan yang menulis ataupun yang membacanya.
Dalam perkembangannya bangsa Eropa menemukan perkamen yang berarti kertas kulit yang terbuat dari kulit binatang (domba, sapi, keledai) yang dimasak menjadi tipis dan licin. Perkamen yang sudah ditulisi dilipat dan disusun dalam bentuk buku yang seperti sekarang yaitu bertumpuk-tumpuk.
Di Cina penulisan menggunakan sutra, kemudian ditemukan pembuatan kertas dari potongan-potongan kain. Pembuatan kertas dibawa oleh orang Cina ke Eropa pada abad ke-14 pada jaman kebesaran Yunani dan Romawi. Dan pada abad ke-15 Gutenberg menemukan mesin cetak pertama kali dan merupakan tahap perkembangan selanjutnya. Sejak saat itu perkembangan pembuatan buku menjadi sangat pesat (Ensiklopedia Umum 223).
2.1.3. Bentuk dan Jenis Buku
Mizan Publishing membagi buku menurut isinya sebagai berikut komik, cergam, novel, novelet, nomik, antologi (kumpulan), dongeng, biografi, catatan harian (jurnal/diary), ensiklopedia, fotografi, karya ilmiah, tafsir, kamus, panduan (how to), atlas, ilmiah, teks, dan mewarnai (Badio, par. 3). Dan berikut ini definisi satu persatu dari jenis-jenis buku tersebut.
1. Komik
Menurut Will Eisner dalam bukunya Graphic Storytelling, komik adalah tatanan gambar dan balon kata yang berurutan. Scott McCloud mempunyai pendapat lain, katanya dalam buku Understanding Comics, komik didefinisikan sebagai gambar yang menyampaikan informasi atau menghasilkan respons estetik pada yang melihatnya (Sejarah Tentang Komik, par. 2).
2. Cergam
Cergam adalah sebuah buku yang dirancang menggunakan gambar dan ilustrasi untuk menceritakan sebuah cerita. Dalam beberapa kasus, sebuah cergam dapat menyampaikan makna dari cerita sepenuhnya melalui gambar, tanpa teks sama sekali. Dalam kasus lain, teks yang menyertai gambar, dibaca bersama dengan gambar. Cergam dirancang untuk memperkenalkan kepada anak muda mengenai makna buku dan membaca. Dengan aturan umum, setiap pergantian halaman harus disertai dengan pergantian gambar (Diadaptasi dari Smith, par. 1).
3. Novel
Novel adalah sebuah karya fiksi prosa yang tertulis dan naratif, biasanya dalam bentuk cerita. Penulis novel disebut novelis. Kata novel berasal dari bahasa Italia novella yang berarti “sebuah kisah, sepotong berita”. Novel lebih panjang (setidaknya 40.000 kata) dan lebih kompleks dari cerpen, dan tidak dibatasi keterbatasan struktural dan metrikal sandiwara atau sajak. Umumnya sebuah novel bercerita tentang tokoh-tokoh dan kelakuan mereka dalam kehidupan sehari-hari, dengan menitikberatkan pada sisi-sisi yang aneh dari naratif tersebut (Badio, par. 3).
4. Novelet (roman)
Cerita tanggung, untuk dikatakan cerpen terlalu panjang, untuk dikatakan novel terlalu pendek. Jumlah halaman novelet diperkirakan berada di antara 40-50 halaman. Namun, batasan ini sangat relatif, tidak mutlak (Badio, par. 3).
Sebuah novelet (roman) adalah bagian dari fiksi prosa pendek. Perbedaan novelet (roman) dibandingkan dengan bentuk-bentuk sastra lain, seperti novel, biasanya didasarkan pada jumlah kata. Hugo Award dan Nebula Award untuk fiksi ilmiah mendefinisikan novelet (roman) memiliki jumlah kata antara tujuh ribu lima ratus (7.500) kata sampai dengan tujuh belas ribu lima ratus (17.500) kata. Kata yang dihitung adalah kata yang terkandung dalam dokumen. … Hugo Award diberikan setiap tahun untuk fiksi ilmiah atau cerita fantasi dari tahun sebelumnya, dan untuk yang terkait dengan fandom, seni dan presentasi yang dramatis. Nebula adalah penghargaan yang diberikan setiap tahun oleh Science Fiction and Fantasy Writers of America (SFWA) untuk fiksi ilmiah atau fantasi fiksi terbaik yang dipublikasikan di Amerika pada dua tahun sebelumnya. … Fiksi
ilmiah adalah suatu bentuk fiksi spekulatif terutama berhubungan dengan membayangkan dampak sains dan teknologi, atau keduanya, pada masyarakat dan orang-orang sebagai individu (StateMaster-Encyclopedia: Novelette).
5. Nomik
Nomik adalah singkatan dari novel komik (Badio, par. 3). Gabungan antara novel dan komik. Komik bukan sebagai ilustrasi, ataupun sebagai sisipan, melainkan merupakan satu kesatuan dengan cerita. Dalam nomik, adegan yang berbentuk prosa langsung berlanjut dengan adegan yang berbentuk komik (Diadaptasi dari Banyak Nama Menuju Komik, par. 7).
6. Antologi (kumpulan)
Secara harafiah antologi diturunkan dari kata bahasa Yunani yang berarti
“karangan bunga” atau “kumpulan bunga”, adalah sebuah kumpulan dari karya- karya sastra. Awalnya definisi ini hanya mencakup kumpulan puisi (termasuk syair dan pantun) yang dicetak dalam satu volume. Namun, antologi juga dapat berarti kumpulan karya sastra lain seperti cerita pendek, novel pendek, prosa, dan lain-lain. Dalam pengertian modern, kumpulan karya musik oleh seorang artis, kumpulan cerita yang ditayangkan dalam radio dan televisi juga tergolong antologi. Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan antologi sebagai kumpulan karya tulis pilihan dari seorang atau beberapa orang pengarang.
Antologi dapat pula disebut bunga rampai (Badio, par. 3).
7. Dongeng
Dongeng merupakan suatu kisah yang diangkat dari pemikiran fiktif dan kisah nyata, menjadi suatu alur perjalanan hidup dengan pesan moral, yang mengandung makna hidup dan cara berinteraksi dengan makhluk lainnya.
Dongeng juga merupakan dunia khayalan dan imajinasi, dari pemikiran seseorang yang kemudian diceritakan secara turun-temurun dari generasi ke generasi. Dalam satu buku, bisa terdiri atas satu atau lebih dongeng. Sekarang, banyak buku-buku dongeng yang merupakan sanduran dan disesuaikan dengan kehidupan masa kini (Badio, par. 3).
8. Biografi
Biografi adalah kisah atau keterangan tentang kehidupan seseorang. Sebuah biografi lebih kompleks daripada sekadar daftar tanggal lahir atau mati dan data
pekerjaan seseorang, biografi juga bercerita tentang perasaan yang terlibat dalam mengalami kejadian-kejadian. Biografi yang ditulis sendiri oleh tokohnya dinamakan autobiografi (Badio, par. 3).
9. Catatan Harian (jurnal/diary)
Catatan harian adalah buku yang isinya berdasarkan catatan harian atau catatan harian itu sendiri, misalnya catatan harian Anne Frank. Buku yang dibuat berdasarkan catatan harian misalnya, “Bersaksi di Tengah Badai” karya Wiranto (Badio, par. 3).
10. Ensiklopedia
Ensiklopedia adalah buku yang berisi penjelasan mengenai setiap cabang ilmu pengetahuan yang tersusun menurut abjad atau menurut kategori secara singkat dan padat. Kenyataannya sering ditemukan istilah ensiklopedi, padahal yang tepat adalah ensiklopedia. Seorang praktisi penerbitan saat ditanya kecenderungan mereka menggunakan kata ensiklopedi karena istilah tersebut dipandang lebih familiar. Pada dasarnya, istilah apapun yang digunakan, hendaknya harus disadari ketepatannya apalagi tentang asal-usul beserta fungsi istilah tersebut (Badio, par.
3).
11. Fotografi
Fotografi berasal dari dua kata yaitu photo yang berarti cahaya dan graph yang berarti tulisan atau lukisan. Dalam seni rupa, fotografi adalah proses melukis atau menulis dengan menggunakan media cahaya. Sebagai istilah umum, fotografi berarti proses atau metode untuk menghasilkan gambar atau foto dari suatu obyek dengan merekam pantulan cahaya yang mengenai obyek tersebut pada media yang peka cahaya. Alat paling populer untuk menangkap cahaya ini adalah kamera.
Karya-karya foto seseorang atau beberapa orang dapat saja dijadikan buku. Buku jenis ini akan lebih menarik jika disertai keterangan mengenai obyeknya. Untuk kepentingan lain, buku fotografi ini bisa juga berisi penjelasan mengenai cara atau strategi untuk menghasilkan foto-foto seperti yang tercetak (Badio, par. 3).
12. Karya Ilmiah
Karya ilmiah (scientific paper) adalah laporan tertulis dan dipublikasi yang memaparkan hasil penelitian atau pengkajian yang telah dilakukan oleh seseorang atau sebuah tim dengan memenuhi kaidah dan etika keilmuan yang dikukuhkan
dan ditaati oleh masyarakat keilmuan. Terdapat berbagai jenis karangan ilmiah, antara lain laporan penelitian, makalah seminar atau simposium, dan artikel jurnal yang pada dasarnya kesemuanya itu merupakan produk dari kegiatan keilmuan.
Data, simpulan dan informasi lain yang terkandung dalam karya ilmiah tersebut dijadikan acuan (referensi) bagi ilmuan lain dalam melaksanakan penelitian atau pengkajian selanjutnya (Firman, par. 1).
13. Tafsir
Tafsir adalah keterangan atau penjelasan tentang ayat-ayat Al-quran agar maksudnya lebih mudah dipahami. Tafsir harafiah berarti tafsir kata demi kata, tafsir mimpi adalah penggunaan ciri-ciri modern untuk menguraikan arti mimpi.
Buku yang berisi materi tentang hal ini dinamakan buku tafsir (Badio, par. 3).
14. Kamus
Kamus adalah buku acuan yang memuat kata dan ungkapan, biasanya disusun menurut abjad berikut keterangan tentang makna, pemakaian, atau terjemahannya.
Kamus dapat pula diartikan sebagai buku yang memuat kumpulan istilah atau nama yang disusun menurut abjad beserta penjelasan tentang makna dan pemakaiannya (Kamus Besar Bahasa Indonesia Daring).
15. Panduan (how to)
Disebut juga buku petunjuk, misalnya buku tentang beternak ayam, berkebun kelapa sawit, kiat memperoleh dan kiat menjalani beasiswa di luar negeri, dan sebagainya (Badio, par. 3).
16. Atlas
Pengertian atlas menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah buku yang berisi peta bumi (Kamus Besar Bahasa Indonesia Daring). Atlas juga dapat diartikan sebagai kumpulan peta yang disatukan dalam bentuk buku. Selain dalam bentuk buku, atlas juga ditemukan dalam bentuk multimedia, misalnya Google Earth.
Atlas dapat memuat informasi geografi, batas negara, statistic geopolitik, sosial, agama, serta ekonomi (Badio, par. 3).
17. Ilmiah
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, ilmiah berarti bersifat ilmu, secara ilmu pengetahuan, memenuhi syarat (kaidah) ilmu pengetahuan (Kamus Besar Bahasa Indonesia Daring). Atau bisa juga diartikan sebagai buku yang disusun
berdasarkan kaidah keilmiahan. Misalnya, buku yang disusun berdasarkan hasil penelitian dan disampaikan dalam bahasa ilmiah (Badio, par. 3).
18. Teks
Pengertian “teks” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah naskah yang berupa kata-kata asli dari pengarang, kutipan dari Kitab Suci untuk pangkal ajaran atau alasan, atau bahan tertulis untuk dasar memberikan pelajaran, berpidato, dan sebagainya. Atau bisa juga diartikan sebagai wacana tertulis (Kamus Besar Bahasa Indonesia Daring). Sederhananya adalah buku pelajaran, diktat, modul (Badio, par. 3).
19. Mewarnai
Pengertian “warna” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah kesan yang diperoleh mata dari cahaya yang dipantulkan oleh benda-benda yang dikenainya. Sedangkan “mewarnai” memiliki arti memberi warna, mengecat, dan sebagainya, atau menandai (dengan warna tertentu), bisa juga berarti mempengaruhi (Kamus Besar Bahasa Indonesia Daring).
Buku jenis ini identik dengan buku anak-anak, isinya biasanya berupa garis- garis yang membentuk gambar. Fungsinya, adalah membantu anak-anak untuk belajar mewarnai objek (Badio, par. 3).
2.1.4. Elemen Buku
Sebuah buku mempunyai 3 (tiga) elemen penting yaitu cover buku, jaket buku dan isi buku. Cover buku merupakan bagian terluar dari buku yang berfungsi melindungi dan memberi identitas. Pada tahun 1883, penerbitan Inggris, Longman’s & Co membuat terobosan dengan menciptakan jaket buku. Pada saat itu, jaket buku hanya berfungsi sebagai pembungkus saja agar buku tidak berdebu.
Para pembaca memiliki kebiasaan untuk membuang pembungkus tersebut sebelum membaca buku (Heller 45). Sejak saat itu, penggunaan jaket buku banyak ditiru dan berkembang hingga saat ini.
2.2. Tinjauan Literatur Tentang Buku Cerita Bergambar 2.2.1. Pengertian Buku Cerita Bergambar
Pengertian buku menurut W.J.S. Poerwadarminta dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia adalah beberapa helai kertas yang terjilid (berisi tulisan untuk dibaca atau halaman-halaman kosong untuk ditulisi) (161).
Pengertian cerita menurut Departemen Pendidikan Nasional dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sebagai berikut:
1. Tuturan yang membentangkan bagaimana terjadinya suatu hal (peristiwa, kejadian, dsb).
2. Karangan yang menuturkan perbuatan, pengalaman, atau penderitaan orang;
kejadian tersebut (baik yang sungguh-sungguh terjadi maupun yang hanya rekaan belaka).
3. Lakon yang diwujudkan atau dipertunjukkan dalam gambar hidup (sandiwara, wayang, dsb).
4. Omong kosong; dongengan (yang tidak benar); omongan (202).
Pengertian gambar menurut Departemen Pendidikan Nasional dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah tiruan barang (orang, binatang, tumbuhan, dsb) yang dibuat dengan coretan pensil dsb pada kertas dsb; lukisan. Sedangkan pengertian bergambar menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah:
1. Dihiasi dengan gambar; ada gambarnya.
2. Berpotret (diambil gambarnya dengan alat potret) (292).
Arti kata cergam menurut Arswendo Atmowiloto adalah merujuk pada singkatan cerita bergambar. Istilah cergam diperkenalkan pertama kali oleh Zam Nuldyn, komikus Medan sekitar tahun 1970. Sedangkan arti kata cergam menurut Marcell Boneff ialah memiliki kesamaan arti dengan cerpen atau cerita pendek yang sudah digunakan dan dianggap lebih bagus, sebenarnya istilah itu digunakan untuk memperhalus istilah komik yang dinilai kurang etis pada saat itu. Pada tahun 1971, Francis Laccasin mengungkapkan bahwa teks dan gambar merupakan cara penyampaian pesan yang benar dan sesuai dengan keasliannya, di mana kehadiran teks bukan lagi suatu keharusan karena ada unsur motion yang bisa dipertimbangkan sebagai identitas asli komik.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa cerita bergambar adalah sebuah karangan pendek baik berupa fiksi maupun nonfiksi yang dalam penyajiannya
dihiasi dengan gambar-gambar yang mampu memberikan gambaran dan cerita dari karangan tersebut lebih baik.
Antara cergam dengan buku yang lain berbentuk komik terdapat persamaan dalam hal sama-sama merupakan kisah atau cerita yang didukung oleh gambar.
Namun memiliki perbedaan dalam hal jumlah ilustrasi yang ditampilkan dan bentuk penulisan isi cerita atau komposisi antara gambar dan tulisan.
a. Komik umumnya dilengkapi dengan bingkai-bingkai secara berjajar-jajar, dialog dalam balon serta narasi yang saling merajut sebuah cerita, dengan gambar yang ditampilkan secara berurutan dan gambar yang dibuat seekspresif mungkin untuk menimbulkan emosi yang terdapat dalam cerita.
Hal tersebut berbeda dengan cergam yang memadukan antara dua elemen penting aspek visual dan aspek verbal, dimana penyusunannya dapat berjajar- jajar antara gambar dan tulisan ataupun memisahkan masing-masing pada halaman tersendiri. Dalam satu halaman yang sama, ilustrasi yang ditampilkan mewakili satu adegan yang paling menarik dan menggambarkan inti cerita yang terdapat dalam halaman tersebut. Penggambaran ilustrasi juga dibuat seekspresif mungkin untuk mendukung emosi dan menunjang inti cerita yang disampaikan.
b. Dalam komik isi cerita dibagi-bagi dalam panel dan diharuskan melihat secara berurutan keseluruhan panel tersebut (tersusun dalam rangkaian gambar dan tulisan) untuk mengerti isi cerita didalamnya.
Isi cerita cergam ditulis satu kesatuan seperti cuplikan dalam satu halaman dan disertai satu ilustrasi sebagai pendukung, umumnya didukung tampilan ilustrasi yang berwarna.
Cergam dan komik di Indonesia telah mengalami posisi naik turun, bahkan seringkali mendapat asosiasi yang kurang baik. Cergam dianggap dangkal, pemimpi, dan tidak mendidik walaupun sesungguhnya cergam mampu menyajikan cerita-cerita yang tidak hanya mendidik dan mudah dicerna, namun juga menambah intelektualitas, imajinatif, dan juga kreatifitas pembacanya.
Buku cergam sekarang semakin berkembang dan memiliki banyak macam dan jenisnya. Macam-macamnya adalah (The Illustrated Book, par. 1):
a. Cergam yang mengandalkan gambar, dimana teks hanya berfungsi sebagai penjelasan gambar.
b. Cergam dimana ilustrasinya dibuat khusus untuk menampilkan teks. Ini berarti teks dibuat terlebih dahulu, sementara ilustrasi hanya berfungsi sebagai tambahan atau penjelasan.
c. Cergam dimana ilustrasinya murni merupakan dekorasi, memiliki sedikit hubungan atau tidak sama sekali dengan isi teks.
Dewasa ini, contoh-contoh dari ketiga kategori di atas dapat dilihat, meskipun kategori terakhir tergolong langka. Salah satu contohnya kemungkinan diterapkan pada buku-buku yang menggunakan desain abstrak untuk heading setiap bab-nya. Sebuah buku bergambar, tentu saja, merupakan buku dengan gambar yang saling berhubungan, kecuali buku yang tidak memakai teks.
Menurut Perry Nodelman, buku bergambar mengandung tiga cerita, yaitu cerita dari teks, cerita dari gambar, dan cerita dari kombinasi keduanya. Kombinasi sukses antara gambar dan teks berhasil dengan baik bila gambar terlihat sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari teks (The Illustrated Book, par. 2).
Buku merupakan frame, dengan kualitas fisik yang menciptakan pengekangan pada illustrator. Seseorang memiliki respon yang berbeda pada buku yang memiliki batasan daripada buku yang tidak memiliki batasan, pada ukuran dan tipe yang berbeda, ada penempatan dan hubungan antara gambar dan kata.
Cergam juga berkomunikasi melalui gaya, kartun, atau karikatur lucu.
Kecenderungan memfokuskan pada detil spesifik pada gambar, menurut konteks yang diketahui atau konteks yang mengalami perkembangan dari buku tersebut (The Illustrated Book, par. 3).
2.2.2. Fungsi dan Peranan Buku Cerita Bergambar Sifat dan fungsi buku cerita bergambar:
a. Cerita bergambar yang bertujuan menjelaskan keadaan yang dilihat, hal fakta.
b. Cerita bergambar yang memvisualisasikan apa yang diimajinasikan.
c. Cerita bergambar yang memvisualisasikan ide atau konsep, biasanya dalam bentuk simbolisasi.
d. Cerita bergambar yang berfungsi untuk menghias, biasa disebut dekoratif, tujuannya untuk memperindah, menambah nilai estetis karya sehingga memberikan daya tarik besar dan memenuhi kepuasan estetis pengamatnya.
e. Cerita bergambar yang menjadi jembatan untuk memahami bahasa verbal.
2.2.3. Sejarah Buku Cerita Bergambar di Dunia
Book of Death yang berasal dari Mesir adalah buku dengan hiasan ilustrasi yang tertua di dunia yang berhasil ditemukan. Gulungan yang tak utuh ini berhasil ditemukan terkubur di dalam sebuah pemakaman. Sedangkan cetakan cerita bergambar yang tertua berhasil ditemukan di Cina, yaitu Vajracchedikãprajñãpãramitã-sutrayang diterjemahkan dalam Bahasa Inggris Diamond Cutter Perfection of Wisdom Sutra atau lebih dikenal dengan nama Diamond Sutra. Buku ini diperkirakan dicetak pada tahun kesembilan Era Xiantong pada masa pemerintahan Dinasti Tang pada tahun 868 sebelum Masehi.
Buku dengan sampul woodcut ini hingga kini masih ada di British Museum. Pada saat itu, teknik dan peralatan cetaknya masih belum sempurna, sehingga kualitas cergam masih kalah apabila dibandingkan dengan manuskrip dan hasil tampilannya tidak bisa berwarna (Wibisono 18).
Pada abad ke-16 dan ke-17, ilustrasi dari Cina dan Jepang mulai terkenal di benua Asia. Ise Monogatari (Cerita tentang Ise) yang dikarang oleh Koetsu adalah salah satu judul cergam yang terkenal pada era Edo (1600-1867) di Jepang,dan merupakan buku cerita bergambar yang pertama pada abad itu. Juga terdapat cetakan woodcut yang terkenal yaitu Ukiyo-e (Dunia yang Mengapung) yang menceritakan tentang dunia yang penuh ketidakpastian (Angkawijaya 10).
Pada abad ke-18, giliran Perancis yang maju dengan buku bergambarnya.
Kemajuan Perancis menyebabkan perkembangan dalam dunia seni dan ilustrasi.
Cetakan woodcut mulai digantikan dengan cetakan etsa yang memberi kesan garis ukiran. Gaya Barok dan Rococoo yang digunakan pun membuat ilustrasi menjadi lebih intim dan ukuran halaman dapat pula disesuaikan. Kebanyakan buku-buku berisi puisi dan roman (Wibisono 19).
Dapat kita lihat dari kutipan-kutipan di atas bahwa buku cerita bergambar berkembang terus menerus dari waktu ke waktu. Dan perkembangannya juga
tidak hanya terjadi di satu tempat saja, namun terjadi di banyak tempat yang berbeda di seluruh dunia, baik di belahan dunia Timur maupun Barat, dan saling mempengaruhi antara satu dengan yang lain hingga sekarang ini.
2.2.4. Sejarah Cerita Bergambar di Indonesia
Pada awal munculnya cergam di Indonesia, cergam memiliki konotasi yang sama dengan komik, istilah cergam dan komik menjadi rancu. Namun dalam perkembangannya istilah cergam memiliki konotasi sendiri lepas dari komik, hal tersebut nampak pada karya-karya cergam dan komik yang menunjukan perbedaan yang eksplisit.
Di Indonesia asal mula cerita bergambar, yang pada awal mulanya dikategorikan sebagai ilustrasi naratif, banyak dipengaruhi oleh agama Budha, Hindu, dan Islam.
Indikasi pertama ditemukannya gambar babi hutan di Gua Leang-leng, Sulawesi Selatan. Gambaran terdekat lainnya terdapat pada relief candi Borobudur dan Prambanan yang menceritakan kehidupan spiritual dan kebudayaan pada abad pertengahan.
Di Bali terdapat Prasi, ilustrasi dan lukisan yang dibuat di atas daun lontar, bercerita tentang Ramayana dalam aksara Bali berbahasa Jawa kuno, tema ceritanya Dampati lelagon atau Darma Lelagon. Indonesia juga mempunyai Wayang Beber di Jawa yang menggunakan teknik bercerita dengan gambar adegan per adegan, dalanglah yang menarasikan satu persatu gulungan, wayang beber dan menjalin kisah di dalamnya.
Di Indonesia jaman keemasan cergam dimulai tahun 1950, jaman di mana komik lokal di Indonesia mendominasi daya tarik pembaca komik di Indonesia, yaitu ketika sebuah buku yang mengadaptasi legenda kung fu China, yang sering kali kita kenal dengan Kho Ping Hoo atau Asmaraman Sukowati yang berasal dari Solo, di mana karya tersebut telah memadukan 2 kebudayaan yang berbeda yaitu antara kebudayaan Tionghoa dengan kebudayaan Jawa.
Kemudian pada tahun 1970-1980 munculah komik-komik yang mengangkat kisah seorang super hero yang diadaptasi dari kebudayaan barat. Beberapa judul yang ada seperti serial Gundala Putra Petir yang merupakan adaptasi dari jagoan
Amerika yaitu Flash karena memiliki gambaran yang hampir sama, kemudian Godam oleh Wid NS yang terinspirasi oleh Superman, Kus Br dengan serial Laba-Laba Merah yang mirip dengan tokoh Spiderman dan sebagainya di mana komik-komik ini cukup populer.
Pada tahun 1900 hingga sekarang ini, para komikus dan ilustrator mulai resah dengan situasi cergam di Indonesia. Tidak lagi dilirik oleh para pembaca komik di Indonesia, ide-ide orisinil dari mereka kurang dihargai. Hal tersebut disebabkan karena banyaknya komik dan cergam impor yang lebih banyak digemari oleh pembaca komik di Indonesia, komik-komik dari Jepang maupun Barat mulai mendominasi pasaran di Indonesia, dimana semuanya juga ditunjang oleh berbagai media pendukungnya memanfaatkan kesuksesan tersebut, mulai dari anime, merchandise, industri pakaian, dan sebagainya yang membuat komik impor beserta tokoh-tokohnya menjadi lebih populer dan lebih dekat dengan para pembaca di Indonesia.
2.2.5. Bentuk dan Jenis Buku Cerita Bergambar
Cergam memiliki beberapa genre sebagai berikut (Putri, par. 5):
a. Baby books
Untuk bayi dan balita (bawah tiga tahun). Kebanyakan materinya berupa pantun dan nyanyian sederhana (lullabies and nursery rhymes), permainan dengan jari, atau sekedar ilustrasi cerita tanpa kata-kata sama sekali (sepenuhnya mengandalkan ilustrasi serta kreativitas orang tua dan anak untuk berimajinasi).
Panjang dan ceritanya beragam, disesuaikan dengan isi materi. Buku-buku untuk balita biasanya berupa cerita sederhana berisi kurang dari 300 kata. Ceritanya terkait erat dengan keseharian anak, atau bermuatan edukatif tentang pengenalan warna, angka, bentuk, dan lain-lain. Jumlah halaman sekitar 12 dan banyak yang berbentuk board books (buku yang kertasnya sangat tebal, seperti karton), pop- ups (buku yang halamannya berbentuk tiga dimensi), lift-the flaps atau buku-buku khusus (buku-buku yang dapat bersuara, memiliki format unik atau dengan tekstur tertentu). Belum ada penerbit Indonesia yang menggarap serius buku anak genre ini.
b. Picture Books
Pada umumnya berbentuk buku setebal 32 halaman untuk anak usia 4-8 tahun.
Naskahnya bisa mencapai 1.500 kata, namun rata-rata 1.000 kata saja. Plotnya masih sederhana, dengan satu karakter utama yang seutuhnya menjadi pusat perhatian dan menjadi alat penyentuh emosi dan pola pikir anak. Ilustrasi memainkan peran yang sama besar dengan teks dalam penyampaian cerita. Buku anak genre ini bisa menggunakan lebih dari 1.500 kata, biasanya sebagai persiapan bagi pembaca yang memasuki masa-masa puncak di spektrum usianya.
Buku genre ini sudah membicarakan topik serta menggunakan gaya penulisan yang luas dan beragam. Cerita nonfiksi dalam format ini dapat menjangkau sampai usia 10 tahun, dengan tebal sampai 48 halaman, dan berisi hingga 2.000 kata dalam teksnya.
c. Early Picture Books
Sebentuk dengan Picture Books, namun dilengkapi sedemikan rupa untuk usia- usia akhir dibatas usia 4 hingga 8 tahun. Ceritanya sederhana dan berisi kurang dari 1.000 kata. Banyak buku genre ini yang dicetak ulang dalam format board book untuk melebarkan jangkauan pembacanya. The Very Hungry Caterpiliar (Philomel Publishing) karya Eric Carle salah satu contohnya.
d. Easy Readers
Juga dikenal dengan sebutan easy-to-read, buku-buku genre ini biasanya untuk anak-anak yang baru mulai membaca sendiri (usia 6-8 tahun). Masih tetap ada ilustrasi berwarna di setiap halamannya, tapi dengan format yang sedikit lebih
‘dewasa’. Ukuran trim per halaman bukunya lebih kecil dan ceritanya dibagi dalam bab-bab pendek. Tebal buku biasanya 32-64 halaman dan panjang teksnya beragam antara 200-1.500 kata, atau paling banyak 2.000 kata. Cerita disampaikan dalam bentuk aksi dan percakapan interaktif, menggunakan kalimat- kalimat sederhana (satu gagasan per kalimat). Biasanya ada 2-5 kalimat ditiap halaman. Seri I Can Read yang diterbitkan Harper Trophy merupakan contoh terbaik buku genre ini.
e. Transition Books
Kadang disebut juga sebagai “chapter books tahap awal”, untuk anak usia 6-9 tahun. Merupakan jembatan penghubung antara genre easy readers dan chapter books. Gaya penulisannya persis dengan easy readers, namun lebih panjang
(naskah biasanya sebanyak 30 halaman, dipecah menjadi 2-3 halaman per bab), ukuran trim per halamannya lebih kecil lagi, serta dilengkapi dengan ilustrasi hitam-putih di beberapa halaman. Serial The Kids of The Polk Street School karya Patricia Reilly Giff (Dell Young Yearly Publishing) dan seri Stepping Stone Books yang diterbitkan Random House masuk dalam kelompok genre ini.
f. Chapter Books
Buku ini dikhususkan untuk anak usia 7-10 tahun. Biasanya terdiri dari 48 lembar yang terbagi menjadi bab-bab yang pendek sehingga pembaca dapat menyelesaikan seluruh bab dalam waktu yang lebih singkat. Walaupun terbagi menjadi beberapa bab pendek tetapi kisahnya tidak jauh dari segi emosional.
Kisahnya lebih padat dibandingkan genre transition books, walaupun tetap memakai banyak ramuan aksi petualangan. Kalimat-kalimat sudah menjadi lebih kompleks tapi paragraf yang dipakai masih pendek (rata-rata 2-4 kalimat).
Karakteristik umum dari genre ini adalah cerita di setiap akhir bab dibuat menggantung di tengah-tengah sebuah kejadian untuk membuat pembaca merasa penasaran untuk membaca kelanjutannya, Serial Herbie Jones Karangan Suzy Kline (Puffin Publishing) dan Ramona karya Beverly Cleary (Morrow Publishing) dikatakan masuk dalam genre buku anak ini.
g. Middle Grade
Untuk usia 8-12 tahun, merupakan usia emas anak dalam membaca. Naskahnya lebih panjang (100-150 halaman), ceritanya mulai kompleks (bagian-bagian sub- plot menampilkan banyak karakter tambahan yang berperan penting dalam jalinan cerita), dan tema-temanya cukup modern. Anak-anak di usia ini mulai tertarik dan mengidolakan karakter dalam cerita. Hal ini menjelaskan keberhasilan beberapa seri petualangan yang terdiri dari 20 atau lebih buku dengan tokoh yang sama.
Kelompok fiksinya beragam mulai dari fiksi kontemporer, sejarah, hingga science-fiction atau petualangan fantasi. Sementara yang masuk kelompok non- fiksi antara lain biografi, iptek, dan topik-topik multibudaya.
h. Young Adult
Genre ini untuk usia 12 tahun keatas. Buku ini memiliki jumlah halaman antara 130-200 halaman, plot cerita semakin kompleks dan banyak karakter utama, meskipun tetap ada satu karakter utama. Tema-tema yang diangkat sering relevan
dengan kehidupan para remaja saat itu. Buku The Outsider karya S.E. Hinton menjadi tonggak sejarah buku cerita bergambar di genre ini yang menceritakan permasalahan remaja saat itu ketika pertama kali diterbitkan pada tahun 1967.
Kategori new-age perlu diperhatikan, terutama untuk buku-buku kelompok nonfiksi remaja (10-14 tahun). Buku-buku di kelompok ini sedikit lebih pendek dibanding untuk kelompok usia 12 tahun ke atas, serta topiknya (fiksi dan nonfiksi) lebih cocok untuk anak-anak yang telah melewati buku genre middle grade, tetapi belum siap membaca buku-buku fiksi atau belum mempelajari subjek nonfiksi yang materinya ditujukan untuk pembaca di sekolah menengah.
2.2.6. Unsur-Unsur Visual Cerita Bergambar 1. Warna (colour)
Warna dalam cergam dapat mengungkapkan subyek secara obyektif, pembaca dapat lebih menyadari bentuk fisik suatu obyek yang berwarna daripada hitam putih.
2. Efek Visual
Merupakan kesan yang digambarkan untuk menekankan penggambaran emosi, karakter, suasana, dan gerak dari tokoh dalam cergam.
3. Narasi
Biasanya digunakan untuk menerangkan tentang waktu, tempat, dan situasi.
4. Tokoh
Tokoh adalah para pemeran yang terdapat di dalam suatu cerita. Dalam cergam, tokoh akan menjadi pusat perhatian pembaca karena cerita akan bergulir di seputar tokoh. Ada beberapa macam tokoh:
Protagonis
Tokoh yang menjadi sentral cerita. Ada dua macam protagonis, yaitu protagonis- pemeran utama dan protagonis-pemeran pembantu. Hal ini disebabkan karena seperti layaknya manusia dalam kehidupan nyata, seorang tokoh komik digambarkan memiliki interaksi dengan orang-orang lain. Protagonis-pemeran pembantu biasanya adalah teman-teman dari si pemeran utama.
Antagonis
Merupakan tokoh yang menjadi rival atau tandingan dari pemeran utama. Tokoh antagonis biasanya menimbulkan konflik bagi pemeran utama dan atau pemeran pembantu, yang kadang kala menjadi sumber cerita.
Figuran
Digunakan untuk menyebut tokoh-tokoh yang tidak berperan besar. Misalnya orang-orang di sekitar tokoh utama ketika ada di tengah kota. Figuran tidak memberikan sumbangan besar pada cerita, namun tetap ada untuk mendukung suasana atau jalan cerita.
5. Efek
Ada dua macam efek, yaitu efek tulisan dan efek gambar.
Efek Tulisan
Ditampilkan dalam bentuk tulisan, menyatakan bunyi-bunyi tertentu.
Menggunakan berbagai macam font untuk menyesuaikan tulisan dengan bunyi yang diwakili.
Efek Gambar
Efek yang diaplikasikan dalam gambar untuk penyampaian adegan dalam cerita komik. Efek ini dapat dikenakan pada tokoh atau pada latar belakang. Walaupun gambar sama, efek yang berbeda dapat menghasilkan suasana yang berbeda.
6. Latar Belakang
Latar belakang berkaitan erat dengan tema cerita. Latar belakang harus mampu menggambarkan suasana atau keadaan di sekitar tokoh sekaligus mendukung cerita.
2.2.7. Elemen Visual Buku Cerita Bergambar
Secara garis besar, elemen-elemen yang umumnya terdapat dalam sebuah cergam menurut Sibley dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Garis
Garis menciptakan arah, gerak, dan energi. Garis tegas umumnya digunakan untuk menggambarkan fenomena alam, sedangkan garis lembut dapat menciptakan kesan feminin, melankolis, ataupun kelunakan.
2. Bentuk
Bentuk mampu menghadirkan suasana yang berbeda layaknya bentuk imajinatif, geometrik, dan sebagainya.
3. Warna
Warna adalah kualitas dari mutu cahaya yang dipantulkan oleh suatu obyek ke mata manusia sehingga dapat membangkitkan perasaan manusia. Warna umumnya digunakan untuk menghidupkan emosi dan suasana yang terdapat di dalam satu kesatuan ilustrasi (4-5).
Warna menurut Dwi Kristianto dapat digunakan untuk:
Menegaskan elemen yang dianggap penting
Menarik perhatian
Membimbing pembaca daerah mana yang lebih dahulu dibaca
Menghubungkan antara satu elemen dengan yang lain (penggunaan warna background halaman yang sama dengan background foto)
Mengatur informasi yang ditampilkan (kode warna)
Menentukan bagian-bagian yang berbeda dari sebuah grafik
Mengelompokkan atau memisahkan antara elemen yang satu dengan yang lain
Membangkitkan respon yang emosional (misalnya, penggunaan warna-warna pastel memberikan kesan tenang dan romantis).
4. Layout
Layout atau dalam bahasa Indonesia dikenal dengan tata letak adalah pengaturan tulisan-tulisan dan gambar-gambar (Kristianto, par. 1).
Dengan mengkombinasikan elemen-elemen tersebut dengan proporsi berbeda-beda akan didapatkan cerita bergambar sesuai keinginan ilustrator.
2.2.8. Teknik Pembuatan Cerita Bergambar
Dalam membuat suatu cerita bergambar, seorang ilustrator menggunakan beberapa cara yang dapat dibagi sebagai berikut:
1. Full manual
Keseluruhan cerita bergambar dibuat secara manual, baik ilustrasinya, pewarnaan maupun tulisan dibuat tanpa menggunakan bantuan komputer.
2. Semi manual
Cerita bergambar dibuat dengan menggunakan bantuan komputer, namun tidak secara keseluruhan. Misalnya, ilustrasi dibuat secara manual, kemudian pewarnaan dapat dikerjakan secara manual juga atau dikerjakan dengan bantuan software, selanjutnya ditambah dengan font dari komputer.
3. Full Computerize
Keseluruhan cerita bergambar dibuat dengan menggunakan bantuan komputer, baik dalam pembuatan ilustrasi, pewarnaan, maupun penulisan teks.
2.2.9. Prosedur Proses Perancangan Buku Cerita Bergambar
Prosedur perancangan dimulai dari perumusan tujuan komunikasi visual.
Pada tahap ini penulis mencari dan menyimpulkan latar belakang masalah, batasan masalah, hingga menemukan tujuan perancangan desain komunikasi visual tersebut.
Setelah mengetahui rumusan tujuan komunikasi visual, tahapan selanjutnya adalah menganalisis target audience. Target audience dari buku cerita bergambar Legenda Asal-Usul Danau Toba ini adalah anak usia 6-10 tahun yang memiliki status ekonomi menengah ke atas. Analisis target audience terbagi menjadi dua bagian yaitu, menganalisis tugas maupun konsep dari perancangan sehingga ditemukan karakteristik dan spesifikasi produk yang mencakup perencanaan isi pesan dan analisis visual.
Perencanaan isi pesan dilakukan dengan membuat skenario isi pesan terlebih dahulu, kemudian dilanjutkan dengan penyusunan storyline. Sedangkan analisis visualisasi terdiri dari dua bagian yaitu perencanaan layout dan perencanaan perwajahan, yang kemudian dilanjutkan dengan penyusunan storyboard. Penyusunan storyboard dengan penyusunan storyline saling berkaitan, tidak dapat dilepaskan. Apabila penyusunan tersebut telah selesai dikerjakan dapat langsung masuk ke tahap perancangan produk. Perancangan produk memiliki beberapa langkah, dimulai dengan membuat thumbnail terlebih dahulu, kemudian dipersempit menjadi rough dan selanjutnya menjadi comp, setelah itu dilakukan pengolahan dengan menambahkan pewarnaan sehingga menjadi desain final, dan kemudian dibuatlah prototype dari desain final tersebut.
2.3. Tinjauan Legenda Asal-Usul Danau Toba 2.3.1. Tinjauan Dari Segi Ide dan Tema Cerita
Jaman dahulu kala di bagian utara pulau Sumatra hiduplah seorang pemuda yang tinggal seorang diri di rumahnya yang sederhana. Syahdan, pemuda itu hidup dari bertani dan memancing ikan.
Pada suatu hari pemuda itu memancing seekor ikan yang sangat indah berwarna kuning keperakan. Begitu dipegangnya, ikan tersebut berubah menjadi seorang putri yang cantik jelita. Putri itu adalah wanita yang dikutuk oleh Dewa karena melanggar suatu larangan. Terpesona oleh kecantikannya, pemuda tersebut meminta sang putri untuk menjadi istrinya. Lamaran tersebut diterima dengan sebuah syarat bahwa pemuda itu tidak akan menceritakan asal-usulnya yang berasal dari ikan. Pemuda itu menyanggupi syarat tersebut.
Setelah setahun menikah, pasangan tersebut dikarunia seorang anak laki- laki. Ia mempunyai kebiasaan buruk yaitu tidak pernah kenyang. Suatu hari anak itu memakan habis makanan siang untuk ayahnya. Ayahnya sangat marah dan dengan jengkelnya berkata: "dasar anak keturunan ikan!" Pernyataan itu dengan sendirinya membuka rahasia istrinya. Dengan demikian janji mereka telah dilanggar.
Alam seolah mendengar tangis istri petani itu. Tiba-tiba hujan lebat turun.
Air matanya dan air hujan mengenangi di sekitar tempat ia berdiri. Genangan itu membentuk sebuah danau. Danau itu disebut Danau Toba. Tempat istri petani itu berdiri menjadi sebuah pulau, yaitu Pulau Samosir. Sejak saat itu istri petani dan anaknya menghilang.
2.3.2. Tinjauan Dari Aspek Dasar Filosofis
Perancangan buku cerita bergambar Legenda Asal-Usul Danau Toba ini dibuat untuk memberikan pendidikan terhadap anak-anak usia 6-10 tahun mengenai nilai-nilai filosofis yang terdapat pada tokoh-tokoh didalam cerita yang kelak nantinya akan berguna bagi kehidupan mereka. Selain itu, dengan adanya cergam ini budaya Indonesia juga akan tertanam pada anak-anak dan mereka akan dengan bangga menjaga dan melestarikannya.
2.3.3. Tinjauan Faktor Eksternal atau Faktor Sosial
Cerita rakyat biasanya berhubungan erat dengan kepercayaan dan keyakinan masyarakat. Itulah sebabnya banyak cerita rakyat menceritakan kehidupan manusia yang sakti, dipengaruhi dewa-dewi atau kekuatan yang maha kuasa, kekuatan alam dan takhayul. Selain isinya yang demikian, cerita rakyat biasanya diyakini oleh masyarakat pemiliknya sebagai peristiwa yang benar-benar terjadi di masa lampau. Berdasarkan kepercayaan inilah masyarakat seringkali menjadikan cerita rakyat sebagai dasar dari hukum adat, sebagian cerita juga mendasari dilaksanakannya ritual tertentu dan pesta adat.
Walau terkesan sederhana, cerita rakyat banyak memberikan nilai-nilai positif yang selama ratusan tahun telah mempengaruhi pola sikap dan membentuk nilai-nilai yang berkembang di masyarakat. Begitulah cerita rakyat telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat, memberikan banyak inspirasi, moral dan menjadi tradisi yang diteruskan secara turun temurun.
Sesuai dengan tujuan dibuatnya buku ini adalah untuk memberikan pendidikan moral mengenai pentingnya menepati janji kepada orang lain.
Kepercayaan merupakan hal yang sangat penting di dalam kehidupan manusia, baik dalam keseharian maupun organisasi. Untuk membangun sebuah kepercayaan, seseorang harus dapat menepati janjinya sendiri. Jika tidak, rasa percaya tersebut akan pudar dan kerjasama akan sulit terwujud. Menepati janji merupakan penghargaan kita terhadap orang lain.
2.3.4. Tinjauan Fungsi dan Peranan Buku Cerita Bergambar Sebagai Media untuk Menyampaikan Pesan
Gambar merupakan suatu bentuk ekspresi komunikasi yang universal dan dikenal oleh khalayak luas. Dimana melalui gambar, seseorang dapat dengan mudah menerima informasi dan deskripsi cerita yang hendak disampaikan melalui gambar tersebut.
Berikut ini adalah pendapat seorang praktisi Sosiologi yang berpengalaman Imansyah Lubis, S. Sos. mengenai peranan gambar dalam media komunikasi :
Gambar mengalami pertumbuhan dan perkembangan sesuai dengan dinamika masyarakat dan perkembangan teknologi. Selain terbuka
kesempatan untuk mengembangkan dunia gambar sebagai media estetika yang ekspresif, gambar tidak pernah kehilangan peranan sebagai media komunikasi (4).
Berdasarkan alasan tersebut di atas, cergam dipilih sebagai media penyampaian cerita. Selain memiliki format yang lebih sederhana dibanding komik (komik umumnya tersusun atas banyak panel sedangkan cergam umumnya hanya menampilkan 1 gambar yang dianggap paling menggambarkan inti cerita pada halaman tersebut), cergam juga tampil lebih maksimal dalam memberikan ilustrasi full colour dan tidak dibatasi oleh panel-panel tetapi lebih pada kesatuan halaman. Format yang lebih sederhana dibanding komik dan tampilan full colour membuat cergam lebih menarik dan lebih mudah dicerna oleh anak-anak usia 6- 10 tahun yang menjadi target audience perancangan ini.
2.4. Tinjauan Buku Cerita Bergambar Pesaing
Tabel 2.1. Analisa Data Buku Cerita Bergambar Pesaing
Judul Buku Banjir di Tanah Toba Asal Mula Danau Toba Asal Usul Danau Toba
Penerbit KANISIUS AKSARA PRESS Citra Budaya –
Bandung Strength 1. Tampilan visual dari
cover buku menarik.
2. Ilustrasi dalam buku berwarna.
3. Bahasa verbalnya mudah dimengerti.
4. Adanya pesan moral dalam buku cerita.
1. Dari segi cerita tergolong lengkap sehingga segmennya cocok untuk usia sekolah.
2. Ilustrasi dalam buku berwarna.
3. Bahasa verbalnya mudah dimengerti.
4. Adanya pesan moral dalam buku cerita.
5. Memakai kertas CD (buram) sehingga
1. Dari segi cerita tergolong lengkap sehingga segmennya cocok untuk usia sekolah.
2. Bahasa verbalnya mudah dimengerti.
3. Memakai kertas CD (buram)
biaya percetakan dan harga jualnya tidak mahal.
sehingga biaya percetakan dan harga jualnya tidak mahal.
Weakness 1. Cerita kurang lengkap.
2. Kurangnya promosi.
1. Tampilan covernya kurang menarik.
2. Kurangnya promosi.
1. Tampilan covernya
kurang menarik.
2. Gambar ilustrasi didalam buku tidak berwarna (hitam putih) sehingga kurang menarik secara visual saat membaca.
3. Kurangnya promosi.
4. Pesan moralnya tidak
dicantumkan.
5. Teksnya terlalu panjang
sehingga menimbulkan kebosanan saat membaca.
Opportunities Harga yang terjangkau sehingga semua golongan dapat membelinya.
Threats 1. Banyaknya buku impor dan lokal yang sudah beredar di pasaran dengan tampilan visual maupun verbal yang lebih menarik untuk dibaca.
2. Banyak pesaing yang mengangkat cerita rakyat yang lebih menarik dalam segi visual dan verbal.
Data Visual
Gambar 2.1. Banjir di Tanah Toba Sumber : Jesselyn
Maya
Gambar 2.2. Asal Mula Danau Toba Sumber : Jesselyn Maya
Gambar 2.3. Asal Usul Danau Toba Sumber : Jesselyn
Maya
2.4.1. Kesimpulan Analisa Data
Kesimpulan umum dari semua buku cerita yang telah diamati dan diteliti dapat diketahui bahwa kelebihan suatu buku cerita dapat dilihat dari tampilan visual dan verbal untuk menarik minat pembaca. Sebaiknya tampilan visual dan verbal sesuai dengan pendekatan target audience yang dituju. Karena tampilan visual dan verbal yang menarik adalah salah satu faktor untuk mencapai sasaran target market.
Kesempatan dalam perancangan bertemakan buku cerita rakyat memiliki banyak peluang, meski sudah banyak buku cerita rakyat yang sudah beredar di pasaran tetapi belum memiliki tujuan dan target audience yang jelas. Sedangkan ancaman pada perancangan buku cerita bergambar Legenda Asal-Usul Danau Toba adalah banyaknya pesaing buku bacaan anak baik lokal maupun impor yang sudah beredar di toko buku, pandangan negatif masyarakat pada buku cerita rakyat Indonesia adalah sesuatu yang membosankan dan kuno. Pada sisi ilustrasi, buku-buku lokal lebih mengutamakan gambar sampulnya saja, tanpa memperhatikan gambar dalam buku.
2.5. Analisis Data Lapangan 2.5.1. Analisis Profil Pembaca
2.5.1.1. Analisis Target Perancangan
Target perancangan dari buku cerita bergambar Legenda Asal-Usul Danau Toba ini adalah anak-anak dengan rentang usia 6-10 tahun dengan tingkat ekonomi menengah ke atas. Anak-anak pada rentang usia tersebut mengalami perkembangan dalam hal bahasa, mereka mulai bisa mengucapkan kalimat yang agak panjang, sehingga sesuai dengan buku cerita yang ceritanya agak panjang, meskipun begitu dalam membaca buku tersebut mereka masih memerlukan dampingan dari orang tua.
Dari pengamatan yang dilakukan, anak usia 6-10 tahun memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. Sangat aktif dan ribut.
b. Suka bermain.
c. Suka mendengarkan cerita sebelum tidur.
d. Suka dengan warna-warna yang terang dan ceria.
e. Suka membanggakan mainan mereka kepada teman-teman.
f. Membentuk kelompok bermain secara acak.
g. Masih tidak bisa berpisah dengan ibunya.
h. Sudah bisa menguasai kata-kata sederhana dalam bahasa asing, seperti Bahasa Inggris dan Mandarin.
i. Memiliki imajinasi yang tinggi.
2.5.1.2. Analisis Target Market
Yang dimaksud target market disini adalah orang tua dari target perancangan, karena anak-anak pada rentang usia 6-10 tahun masih memerlukan bimbingan dari orang tua, selain itu segala sesuatu yang menyangkut kehidupan anak tersebut masih diputuskan oleh orang tuanya. Termasuk dalam urusan memilih buku yang baik bagi anak, jadi perancangan buku cerita bergambar ini membidik orang tua dari target perancangan sebagai target market untuk membeli buku cerita tersebut.
Dari pengamatan yang dilakukan, orang tua memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. Memiliki tingkat kesibukan yang tinggi.
b. Suka dengan hal yang instan dan praktis.
c. Memiliki rasa persaingan yang tinggi antar orang tua bahwa anaknya harus menjadi yang terbaik.
d. Suka membanggakan anaknya pada orang tua lain.
e. Menyukai barang yang berkualitas.
f. Sangat mendukung pendidikan anaknya.
g. Tidak sempat mendampingi anak-anak di rumah.
2.5.1.3. Analisis Kebutuhan Target Market
Penyebaran kuesioner dilakukan terhadap 50 (lima puluh) responden secara acak di wilayah kota Surabaya. Responden memiliki range usia antara 25 hingga 40 tahun dengan variasi jenis pekerjaan yang berbeda-beda pula. Berikut merupakan hasil dari penyebaran kuesioner tersebut.
Gambar 2.4. Usia anak dari target market Dari hasil kuesioner diperoleh hasil, bahwa:
Responden yang memiliki anak berusia 6 tahun sebanyak 4 orang (8%)
Responden yang memiliki anak berusia 7 tahun sebanyak 21 orang (42%)
Responden yang memiliki anak berusia 8 tahun sebanyak 9 orang (18%)
Responden yang memiliki anak berusia 9 tahun sebanyak 14 orang (28%)
Responden yang memiliki anak berusia 10 tahun sebanyak 2 orang (4%) Berapa usia anak Bapak/Ibu?
9 tahun 28%
10 tahun 4%
6 tahun 8%
7 tahun 8 tahun 42%
18%
Berapa jumlah pengeluaran Bapak/Ibu dalam satu bulan?
≥3.000.00 0 18%
1.500.000- 3.000.000
56%
≤1.500.0 00 26%
Gambar 2.5. Pengeluaran target market dalam satu bulan Dari hasil kuesioner diperoleh hasil, bahwa:
Jumlah responden yang menyatakan jumlah pengeluaran ≤Rp. 1.500.000 sebanyak 13 orang (26%)
Jumlah responden yang menyatakan jumlah pengeluaran Rp.1.500.000 – Rp.3.000.000 sebanyak 28 orang (56%)
Jumlah responden yang menyatakan jumlah pengeluaran≥Rp.3.000.000 sebanyak 9 orang (18%)
Gambar 2.6. Perlunya pendidikan moral untuk anak usia dini Dari hasil kuesioner diperoleh hasil, bahwa:
Responden yang memilih perlu diberikan pendidikan moral untuk anak usia dini sebanyak 50 orang (100%)
Tidak ada responden yang memilih tidak perlu diberikan pendidikan moral untuk anak usia dini (0%)
Menurut Bapak/Ibu, apakah perlu diberikan pendidikan mengenai nilai-
nilai moral pada anak usia dini?
200 4060
Ya Tidak
banyak
Media pendidikan apa yang efektif untuk mendidik
anak (di luar jam sekolah)?Lainnya (VCD)
2%
Komputer 22%
Televisi 8%
Buku 68%
Gambar 2.7. Media yang efektif untuk mendidik anak Dari hasil kuesioner diperoleh hasil, bahwa:
Responden yang memilih buku sebagai media pembelajaran yang efektif di luar jam sekolah sebanyak 34 orang (68%)
Responden yang memilih televisi sebagai media pembelajaran yang efektif di luar jam sekolah sebanyak 4 orang (8%)
Responden yang memilih komputer sebagai media pembelajaran yang efektif di luar jam sekolah sebanyak 11 orang (22%)
Responden yang memilih VCD sebagai media pembelajaran yang efektif di luar jam sekolah sebanyak 1 orang (2%)
Gambar 2.8. Buku sebagai media yang efektif Dari hasil kuesioner diperoleh hasil, bahwa:
Responden yang menilai bahwa buku adalah media yang efektif untuk perkembangan pengetahuan anak sebanyak 48 orang (96%)
Responden yang menilai bahwa buku bukan media yang efektif untuk perkembangan pengetahuan anak sebanyak 2 orang (4%)
Apakah buku sebagai media pembelajaran dapat efektif
untuk perkembangan pengetahuan anak?
0 20 40 60
Ya Tidak
banyak
Apakah Bapak/Ibu sering membacakan cerita untuk
anak?
0 10 20 30 40
Ya Tidak
banyak
Banyak dari responden yang masih menggangap buku adalah media yang efektif untuk perkembangan pengetahuan anak karena buku paling mudah didapat, mudah digunakan dan kegiatan membaca memang sudah menjadi bagian yang sangat terbiasa dari kehidupan mereka selama ini.
Gambar 2.9. Target market membacakan cerita untuk anak Dari hasil kuesioner diperoleh hasil, bahwa:
Jumlah responden yang sering membacakan cerita untuk anak sebanyak 38 orang (76%)
Jumlah responden yang tidak sering membacakan cerita untuk anak sebanyak 12 orang (24%)
Gambar 2.10. Alasan target market membacakan cerita untuk anak Dari hasil kuesioner diperoleh hasil, bahwa:
Responden yang menjawab membacakan cerita untuk meningkatkan minat baca anak sebanyak 29 orang (58%)
Responden yang menjawab membacakan cerita untuk meningkatkan imajinasi anak sebanyak 8 orang (16%)
Untuk apa Bapak/Ibu membacakan cerita untuk anak?
Meningkatk an minat baca anak
58%
Menghabis kan waktu bersama
14%
Meningkatk an imajinasi
anak
16% Pengantar tidur 12%
Responden yang menjawab membacakan cerita untuk menghabiskan waktu bersama anak sebanyak 7 orang (14%)
Responden yang menjawab membacakan cerita untuk pengantar tidur sebanyak 6 orang (12%)
Gambar 2.11. Jenis cerita yang dibacakan untuk anak Dari hasil kuesioner diperoleh hasil, bahwa:
Jumlah responden yang membacakan cerita modern untuk anak sebanyak 44 orang (88%)
Jumlah responden yang membacakan cerita rakyat untuk anak sebanyak 6 orang (12%)
Gambar 2.12. Kondisi buku cerita bergambar saat ini Dari hasil kuesioner diperoleh hasil, bahwa:
Responden yang berpendapat buku cerita bergambar yang beredar saat ini kurang menarik sebanyak 27 orang (54%)
Responden yang berpendapat buku cerita bergambar yang beredar saat ini tidak bermanfaat sebanyak 8 orang (16%)
Bagaimana menurut Bapak/Ibu tentang buku cerita bergambar yang beredar di
pasaran saat ini?
Dapat mengajarkan
dengan baik Kurang 30%
menarik (monoton)
54%
Tidak bermanfaat
16%
Responden yang berpendapat buku cerita bergambar yang beredar saat ini dapat mengajarkan dengan baik sebanyak 15 orang (30%)
Gambar 2.13. Prioritas (alasan utama) membeli buku untuk anak Dari hasil kuesioner diperoleh hasil, bahwa:
Responden yang memilih kualitas buku (mencakup isi, gambar, dan hasil akhir buku) menjadi alasan utama dalam membeli buku sebanyak 33 orang (66%)
Responden yang memilih harga buku menjadi alasan utama dalam membeli buku sebanyak 17 orang (34%)
Gambar 2.14. Budget membeli buku cerita anak Dari hasil kuesioner diperoleh hasil, bahwa:
Responden yang memilih budget ≤ Rp. 50.000/buku untuk membelikan buku cerita anak sebanyak 43 orang (86%)
Responden yang memilih budget Rp. 50.000 – Rp. 100.000/buku untuk membelikan buku cerita anak sebanyak 7 orang (14%)
Tidak ada responden yang memilih budget ≥ Rp. 100.000/buku untuk membelikan buku cerita anak (0%)
Budget untuk membelikan buku cerita anak?
50.000- 100.000/
buku 14%
≥100.00 0/buku
0%
≤50.000/
buku 86%
Apa prioritas (alasan utama) Bapak/Ibu membelikan buku
untuk anak?
Harga buku
34% Kualit
as buku 66%
Gambar 2.15. Gaya ilustrasi yang disukai Dari hasil kuesioner diperoleh hasil, bahwa:
Responden yang memilih gaya ilustrasi vektor sebanyak 22 orang (44%)
Responden yang memilih gaya realis sebanyak 19 orang (38%)
Responden yang memilih gaya ilustrasi Jepang (Manga) sebanyak 9 orang (18%)
Gambar 2.16. Gaya pewarnaan yang disukai Dari hasil kuesioner diperoleh hasil, bahwa:
Responden yang memilih gaya pewarnaan vektor sebanyak 33 orang (66%)
Responden yang memilih gaya pewarnaanmanual sebanyak 4 orang (8%)
Responden yang memilih gaya pewarnaan digital brush sebanyak 13 orang (26%)
Ilustrasi seperti apakah yang lebih disukai anak Bapak/Ibu?
Ilustrasi Jepang (Manga) 18%
Ilustrasi vektor
44%
Realis 38%
Gaya pewarnaan seperti apa yang lebih diminati anak Bapak/Ibu?
Manual 8%
Digital Brush
26%
Vektor 66%
Apakah Bapak/Ibu pernah melihat/membeli buku
cerita anak yang mengandung unsur pop-
up?
0 20 40 60
Ya Tidak
banyak
Gambar 2.17. Target market mengetahui tentang buku pop-up Dari hasil kuesioner diperoleh hasil, bahwa:
Jumlah responden yang pernah melihat/membeli buku cerita anak yang mengandung unsur pop-up sebanyak 39 orang (78%)
Jumlah responden yang tidak pernah melihat/membeli buku cerita anak yang mengandung unsur pop-up sebanyak 11 orang (22%)
Gambar 2.18. Pendapat target market mengenai buku pop-up Dari hasil kuesioner diperoleh hasil, bahwa:
Responden yang berpendapat buku pop-up tersebut unik sebanyak 8 orang (16%)
Responden yang berpendapat buku pop-up tersebut menarik sebanyak 7 orang (14%)
Responden yang berpendapat buku pop-up tersebut kreatif sebanyak 9 orang (18%)
Responden yang berpendapat buku pop-up tersebut mahal sebanyak 19 orang (38%)
Responden yang berpendapat buku pop-up tersebut ribet sebanyak 7 orang (14%)
Pendapat Bapak/Ibu mengenai buku pop-up?
Menarik 14%
Mahal 38%
Kreatif 18%
Ribet
14% Unik
16%
Gambar 2.19. Keinginan target market membelikan buku pop-up untuk anak Dari hasil kuesioner diperoleh hasil, bahwa:
Jumlah responden yang ingin membelikan buku pop-up untuk anak sebanyak 19 orang (38%)
Jumlah responden yang tidak ingin membelikan buku pop-up untuk anak sebanyak 31 orang (62%)
2.5.2. Analisis Kelemahan dan Kelebihan
Kelebihan buku cerita bergambar yang akan dibuat jika dibandingkan dengan buku cergam yang sudah ada di pasaran adalah menggunakan dwi bahasa yaitu Indonesia dan Inggris sehingga dapat membantu meningkatkan kemampuan berbahasa Indonesia sekaligus bahasa Inggris anak. Dilihat dari tampilan visual dan verbal menggunakan warna terang dan mencolok, menggunakan ilustrasi yang menarik dan dapat mempresentasikan obyek sebenarnya, serta menggunakan tipografi yang sederhana dan mudah dibaca.
Adapun kelemahan perancangan buku cerita bergambar Legenda Asal-Usul Danau Toba ini yaitu pandangan negatif masyarakat pada buku cerita rakyat Indonesia adalah sesuatu yang membosankan dan kuno.
2.6. Kesimpulan Hasil Survey
Kesimpulan hasil survey akan dituangkan dalam bentuk SWOT. Hasil analisa ini dapat digunakan sebagai data pendukung dalam proses perancangan ilustrasi buku cerita bergambar nantinya. Berikut hasil analisa SWOT dari penelitian yang telah dilakukan:
Adakah keinginan Bapak/Ibu membeli buku pop-up untuk
anak?
0 10 20 30 40
Ya Tidak
banyak
Strength
1. Membaca atau mendengarkan cerita merupakan cara belajar yang efektif untuk mengajarkan sesuatu pada anak-anak. Sehingga buku ini sangat tepat sebagai sarana pengajaran. Hal ini akan sangat berguna, karena secara tidak langsung anak-anak akan menerima materi pembelajaran melalui cara yang mereka sukai.
2. Buku cerita merupakan salah satu media yang cukup banyak diminati oleh orang tua sebagai bahan bacaan anak-anaknya.
3. Banyak orang tua menginginkan media yang dapat diperoleh dengan mudah dan sudah umum digunakan oleh anak mereka, yaitu media buku.
Weakness
1. Minimnya informasi dalam masyarakat bahwa belajar dapat dilakukan melalui buku cerita, tidak hanya dengan cara formal.
2. Kurangnya kesadaran orang tua tentang perlunya menemukan cara belajar yang efektif bagi anak-anak mereka.
Opportunities
1. Sebuah buku cerita bergambar untuk anak-anak memiliki jangka edar yang lama, sehingga tidak akan pernah ketinggalan jaman.
2. Cukup banyak orang tua saat ini yang menyadari buku cerita memiliki peranan yang besar bagi perkembangan anak-anak mereka.
3. Besarnya ketertarikan orang tua terhadap media buku sebagai alat untuk pengajaran nilai-nilai moral.
Threats
Sulitnya mengubah pola pikir masyarakat mengenai pola belajar yang ada saat ini.
Masyarakat cenderung mengikuti apa yang sudah ada dan berlaku saat ini, meskipun hal tersebut tidak selalu berdampak baik dan maksimal bagi semua anak.
2.7. Sintesa
Melalui data pustaka dan hasil survey didapatkan kesimpulan sebagai berikut:
Desain ilustrasi buku cerita bergambar bagi anak usia dini menggunakan warna terang dan mencolok, menggunakan ilustrasi yang menarik dan dapat
mempresentasikan obyek sebenarnya, serta menggunakan tipografi yang sederhana dan mudah dibaca. Untuk buku cerita sebaiknya menggunakan kata- kata sederhana dan mudah untuk dipahami. Ukuran panel gambar mendominasi satu halaman kertas, ukuran buku tidak terlalu tebal dan berukuran tidak terlalu besar sehingga dapat dibuka oleh anak-anak dengan mudah.
Anak usia 6-10 tahun sudah bisa untuk ditanamkan nilai-nilai moral, oleh karena itu dipilih Legenda Asal-Usul Danau Toba untuk memberikan pesan moral agar seseorang tetap menepati janjinya dalam kondisi apapun. Banyak pesan moral yang bisa didapatkan dari Legenda Asal-Usul Danau Toba. Selain menjadi cerita rakyat yang sarat dengan makna kehidupan, pelajaran hidup dapat disampaikan dengan mudah melalui contoh konkrit yang terjadi dalam masyarakat. Dari Legenda ini pun seseorang juga dapat belajar menepati janji tidak hanya untuk orang lain, tetapi juga untuk orang-orang terdekat.
Sebagai kewajiban dalam membuat poster dan katalog untuk pameran, bentuk dan karakternya disesuaikan dengan isi buku cerita bergambar yang akan dirancang secara terintegrasi satu dengan yang lain. Poster dan katalog ini bertujuan sebagai media pendukung promosi perancangan buku cerita bergambar Legenda Asal-Usul Danau Toba tersebut.