• Tidak ada hasil yang ditemukan

2. IDENTIFIKASI DAN ANALISIS DATA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "2. IDENTIFIKASI DAN ANALISIS DATA"

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)

2. IDENTIFIKASI DAN ANALISIS DATA

2.1. Tinjauan Literatur tentang Buku Cerita Bergambar

Dalam perancangan ini, teori-teori yang digunakan adalah teori-teori yang berasal dari literatur (buku desain grafis, buku psikologi anak, buku cerita anak, dan lain-lain). Adapun data-data berupa sumber dan artikel diperoleh melalui buku, majalah, Koran, dan website.

2.1.1. Pengertian Buku Cerita Bergambar

Arswendo Atmowiloto (1986) mengungkapkan bahwa cerita bergambar sama dengan komik, gambar yang dinarasikan, kisah ilustrasi, picto-fiksi dan lain-lain (dikutip dalam “Jenis buku”, par. 5). Komik merupakan salah satu bentuk seni yang berupa gambar-gambar yang tidak bergerak dan disusun sedemikian rupa sehingga membentuk suatu jalinan cerita. Biasanya, komik dicetak di atas kertas dan dilengkapi dengan teks. Komik dapat diterbitkan dalam berbagai bentuk, mulai dari strip dalam koran, dimuat dalam majalah, hingga berbentuk buku tersendiri (“Jenis buku”, par. 6).

Cerita bergambar atau komik dilengkapi dengan teks sehingga cerita yang ingin disampaikan dapat lebih mudah untuk dimengerti sepenuhnya oleh pembaca. Cergam karena sifat visualnya menjadi lebih menarik diikuti dari pada novel, cerpen, atau karya-karya seni yang hanya menggunakan kata-kata (“Mengembangkan cergam lokal”, par.1). “Komik menurut anggapan Marcel Bonneff, adalah salah satu alat komunikasi massa yang memberikan pendidikan baik untuk kanak-kanak maupun untuk orang dewasa” (99).

Dibandingkan dengan karya sastra, komik memiliki beberapa kelebihan karena kurang menonjolkan kepribadian penulisnya. Penulis berusaha untuk lebih banyak mengungkapkan orisinalitasnya melalui gambar dan bukan tulisan. Jika dilepaskan dari pertimbangan estetis, yang mempengaruhi karya penulis sejati manakala karya itu diambil sebagai sumber, skenario komik seringkali biasa-biasa saja. Dialog dan penjelasan yang menyertakan action cenderung beku. Akibatnya

(2)

banyak cerita yang mirip sehingga mendorong minat para sosiolog untuk meneliti fakta kuantitatifnya saja (Bonneff 8).

Buku cerita adalah buku yang berisi suatu cerita atau kumpulan cerita. Buku cerita yang diperuntukkan bagi anak biasanya mengandung cerita yang ringan dan mudah dimengerti oleh anak. Terdapat dua macam buku cerita anak yaitu buku cerita bergambar dan buku cerita tidak bergambar. Anak-anak biasanya lebih menyukai buku cerita yang bergambar karena dapat membantu mereka dalam berimajinasi dan membayangkan kejadian-kejadian yang ada di dalam cerita. Berjalan seiring dengan perkembangan zaman, buku cerita anakpun ikut berkembang menjadi semakin kreatif sehingga muncul buku cerita interaktif yang memungkinkan para pembacanya untuk berinteraksi dengan tokoh ataupun cerita yang ada di dalam buku. Dengan buku cerita yang interaktif maka para pembacanya tidak hanya dapat menjadi sekedar pembaca namun juga dapat ikut berperan serta secara langsung dengan cerita sehingga cerita dapat lebih mudah dimengerti dan dipahami terutama oleh anak-anak.

Meskipun seringkali dianggap sepele, sebenarnya cerita memiliki banyak manfaat dan bersifat sangat positif terutama bagi anak. “Menurut sejumlah psikolog anak, mendongengi anak sejak masa usia prasekolah banyak sekali mendatangkan manfaat bagi perkembangan otak serta mental anak. Bahkan aktifitas mendongeng merupakan batu loncatan penting dalam membentuk anak menjadi orang jenius” (Hana 71). Berikut ini adalah beberapa manfaat dari cerita bagi anak (Ndraha 16-26) :

- Membangun disiplin dan karakter anak. - Membangun relasi orang tua dan anak. - Mengajari anak tentang moral dan kebenaran.

- Menyenangkan, merangsang kreatifitas, dan imajinatif. - Melatih kecerdasan anak.

- Menegur anak dengan cerita.

Dengan memiliki kegemaran membaca cerita maka anak akan dapat memetik manfaat dari membaca. Berikut ini adalah manfaat membaca bagi anak (Goodchild 2-8) :

(3)

- Mengembangkan keterampilan komunikasi yang hebat. - Membentuk perbendaharaan Kata.

Anak tidak akan memiliki hobi membaca buku-buku cerita apabila kebiasaan membaca buku cerita tidak dipupuk sejak usia dini. Hobi membaca buku dapat dibangun oleh orang tua dengan kebiasaan membacakan cerita pengantar tidur bagi anak-anak mereka.

Dua dari tiga anak berusia dini menginginkan lebih banyak waktu mendengar dongeng sebelum tidur. Hal ini dikatakan sejumlah peneliti di London, Inggris. Para peneliti di sana mengadakan studi yang menunjukkan anak kecil berusia 3-4tahun haus akan cerita sebelum tidur. Studi itu memperlihatkan lebih dari 75 persen anak ingin orang tua mereka yang membacakannya (Hana 52).

Selain bermanfaat bagi si anak, kebiasaan ini juga memberikan manfaat kepada orang tua yang membacakan cerita. Manfaat bercerita kepada anak bagi orang tua antara lain adalah (Ndraha 16-17) :

- Membuat orang tua menjadi tekun dan kreatif. - Meningkatkan kreatifitas orang tua.

- Mengerti cara berpikir anak dan hal-hal yang sedang mereka pergumulkan. - Membuat orang tua merasa akrab dengan anak.

2.1.2. Fungsi dan Peranan Cerita Bergambar

Cerita bergambar merupakan salah satu karya yang memiliki pengaruh yang cukup kuat bukan hanya bagi anak-anak namun juga bagi para remaja dan bahkan orang dewasa. Cerita bergambar memiliki tiga fungsi atau peranan utama yang sangat penting yaitu sebagai informasi pendidikan, untuk periklanan, dan juga sebagai salah satu bentuk hiburan. Untuk dapat memenuhi ketiga fungsi dan peranan tersebut, cerita bergambar harus memperhatikan kriteria-kriteria tertentu. - Cerita bergambar yang ingin menyampaikan informasi pendidikan baik gambar visualnya, isi ceritanya, maupun teks dalam buku tersebut harus menyampaikan informasi pendidikan. Gambar visual, cerita, maupun teks harus disesuaikan dengan target yang ingin dituju dari pembuatan cerita bergambar tersebut, sehingga informasi pendidikan yang ingin disampaikan dapat diterima dengan mudah dan jelas oleh pembacanya.

(4)

- Cerita bergambar yang bertujuan untuk periklanan harus menarik sehingga produk yang dijual dapat dikenal oleh target marketnya. Dalam cerita bergambar untuk periklanan yang paling ditonjolkan tentunya adalah produk yang akan dijual. Cerita di dalamnya hanyalah sebagai elemen pendukung saja, bukan lagi merupakan elemen utama seperti cerita pada umumnya.

- Cerita bergambar yang bertujuan sebagai hiburan tentunya harus memberikan kesenangan kepada pembacanya. Cerita bergambar ini harus disesuaikan dengan usia pembacanya sehingga tidak akan terjadi adanya salah tangkap dalam mengartikan cerita.

2.1.3. Sejarah Cerita Bergambar di Dunia

Komik atau comic adalah sebutan internasional untuk cerita yang dituturkan lewat gambar di atas kertas. Namun beberapa Negara juga punya sebutan sendiri-sendiri, misalnya Jepang dengan Manga, China dengan Manhua, Korea dengan Manhwa, dan Indonesia dengan Cergam.

2.1.3.1. Buku cerita bergambar di Eropa

Cikal bakal komik Eropa adalah karikatur yang bermunculan sebelum abad 18. Karikatur yang cukup berpengaruh, karya Thomas Rowlandson dan James Gillray. Kemudian terbit buku cerita dengan ilustrasi gambar, Max and Moritz (1865), karangan Wilhelm Busch. Perkembangan terus terjadi hingga awal abad 19, dimana keluar buku cerita bergambar yang ditengarai sebagai komik modern pertama. Histoire de M. Vieux Bois (1837) karya Rodolphe Topffer yang disebut-sebut sebagai Bapak Komik Modern (Rina 8).

Belgia dan Perancis adalah dua Negara di Eropa yang lebih berperan dalam mengembangkan komik Eropa, sehingga muncul istilah Fraco-Belgian

Comic. Berawal di Belgia tahun 1992, Koran mingguan Le Petit Vingtieme

memuat seri The Adventure of Tintin karya Herge, yang saat itu ceritanya masih mengandung unsur politik dan rasis (karya ini menggunakan gaya garis bersih dan halus dimana bayangan objek gambar diminimalkan). Kemudian menyusul komik-komik Eropa lainnya yang turut mencuri perhatian dunia, yaitu : Lucky

(5)

majalah komik Le Journal de Spirou, Les Schtroumpfs/ The Smurfs karya Peyo yang juga dimuat di Le Journal de Spirou (1958). Morris dan Peyo menggunakan gaya dinamis yang mengandalkan beragam ketebalan garis untuk memberi tekanan visual. Asterix (1959) karya Rene Goscinny dan Albert Uderzo yang dimuat di majalah Pilote, serta Arad en Maya (1960-an) karya Lo Hartog van Banda dan Jan Steman (Rina 8).

Menjelang tahun 2000, pasar komik di Eropa digempur manga yang mempengaruhi perkembangan komik disana, dan menghasilkan perpaduan manga dari segi cerita dan gaya visual komik Eropa yang diistilahkan La Nouvelle

Manga, yang diprakarsai oleh Frederic Boilet (Rina 8).

gambar 2.1. Histoire de M. Cieux Bois Karya Rodolpge Topffer Sumber : Rina (2007, 8)

gambar 2.2. Portsmouth Point Karya Thomas Rowlandson Sumber : Rina (2007, 8)

gambar 2.3. Komik Roman Inggris Sumber : Masdiono, Okky (2007, 22)

(6)

2.1.3.2. Buku cerita bergambar di Amerika Serikat

Industri komik Amerika mencoba bertahan dengan meluncurkan beberapa komik yang karakternya cukup dikenal luas seperti Krazy Kat, salah satu tokoh dalam komik strip ‘The Family Upstairs’ (1910) karya George Herriman untuk Koran harian Sunday. Setelah debut Krazy Kat, Chicago American mempromosikan komik Mutt and Jeff dan terjual 45.000 kopi. Angka yang fantastis di era tersebut, dan tidak terkalahkan selama 18 tahun kemudian. Sementara itu, Januari tahun 1929 terbit The Funnies No.1 hingga No.36 karya George Delacorte, komik pertama dengan empat warna. Lalu King Features

Syndicate menerbitkan Mickey Mouse versi komik pada tahun 1930 yang

dikerjakan Walt Disney sebagai writer, Win Smith sebagai inker, dan Ub Iwerks sebagai ilustrator dan colorist (Rina 9).

Pertumbuhan berarti akhirnya menjemput industri komik Amerika di tahun 1930-an dengan keluarnya komik-komik petualangan. Diantaranya Tarzan

of The Apes (1929) karya Harold Rudolf Foster alias Hal Foster yang dijuluki

monster dunia gambar. Dick Tracy (1931) karya Chester Gould, dan Flash

Gordon (1934) karya Alex Raymond. Masa ini disebut sebagai era emas yang

memiliki tiga karakteristik, yaitu : fiksi ilmiah, cerita detektif, dan petualangan. Sebelumnya, Tarzan of The Apes dikarang oleh Edgar Rice Burroughs ditahun 1912 dalam bentuk novel, lalu diadaptasi oleh Hal Foster dan diformat menjadi komik strip. Lain lagi dengan Flash Gordon yang merupakan hasil pengembangan ide Raymond saat hendak menciptakan superhero fiksi ilmiah. Kejayaan komik negri Paman Sam ini disambut dengan membuat mainan karakter Flash Gordon dan menayangkan serialnya, yang zaman itu merupakan serial termahal (Rina 9).

Perkembangan selanjutnya adalah munculnya berbagai genre komik yang beraneka ragam. Masa genre komik yang pertama adalah Superhero. Superman karya Jerry Siegel dan Joe Shuster merupakan landmark komik Superhero. Masa genre perang dunia muncul pada periode 1940-1945 (masa Perang Dunia II). Komik yang terkenal adalah Captain America (1941) karangan Jack Kirby dan Joe Simon. Masa genre Romance muncul pasca Perang Dunia II tahun 1947-1948. Komik roman yang pertama diterbitkan Hillman Periodicals adalah My Date

(7)

mulai digemari setelah tahun 1948. Namun aktifnya geliat industri komik di Amerika justru menimbulkan gelombang aksi unjuk rasa dikalangan akademik dan orangtua, karena isi komik yang sarat dengan adegan kekerasan dan mengandung pornografi, dipandang sangat berpengaruh buruk bagi anak-anak (Rina 9-10).

Masa genre Intelektual yang salah satu contohnya adalah Peanuts (1950) karya Charles M. Schultz dan Pogo (1948) karya Wall Kelly. Genre yang selanjutnya adalah genre remake. Masa genre ini ditengarai sebagai awal era perak di industri komik Amerika. Masa genre Comix (underground) pada akhir tahun 1960-an. Komik-komik ini biasanya dibuat oleh satu artis dan distribusinya yang luas membuat komik underground berkembang baik. Cerita-cerita yang diangkat dalam Comix terkait dengan situasi sosial yang terjadi dan cenderung satire. Masa genre Narkotika pada tahun 1971. Marvel Comics bekerjasama dengan pemerintahan Amerika Serikat untuk membuat komik yang memuat bahaya narkoba, namun CCA tak berkenan untuk menyetujui penerbitan komik tersebut, karena menghadirkan visual narkotika dan sejenisnya. Masa genre era modern ditandai dengan munculnya komik dengan isu sosial yang ditandai dengan munculnya komik The Amazing Spiderman (Rina 10).

gambar 2.4. The Family Upstairs Introducing Krazy Kat Sumber : Rina (2007, 9)

(8)

gambar 2.5. Action Comics No. 1 Sumber : Rina (2007, 9)

gambar 2.6. Young Romance Sumber : Rina (2007, 9) 2.1.3.3. Buku cerita bergambar di Asia

Cerita bergambar di Asia yang paling besar berasal dari Jepang dan China. Di Jepang, Suiho Tagawa mengeluarkan Private Second Class Narakuro (1931) yang mengangkat kisah seekor anjing militer. Lulusan Japan School of Art ini kemudian dikenal sebagai pionir industri manga di Jepang. Pada umumnya visual manga sederhana dan hitam putih. Dalam perkembangannya, industri manga Jepang dipengaruhi oleh dua peristiwa besar, gerakan Meiji dan Perang Dunia II (Rina 11).

Okupasi Amerika atas Jepang ditahun 1945-1952 cukup mempengaruhi peredaran komik dan tayangan asal Amerika seperti Disney di Jepang. Jadi, bisa dikatakan perkembangan manga adalah simbolis antara perkembangan estetika dan kebudayaan Jepang yang berinteraksi dengan pengaruh-pengaruh barat yang menimbulkan adanya inovasi dan transnasionalisasi. Salah satu contoh manga asal Jepang yang terpengaruh oleh kebudayaan Amerika adalah Tetsuwan Atomu

(9)

namun demikian juga sebaliknya. Amerika juga ikut terpengaruh dengan kebudayaan Manga. Salah satu contoh komik Amerika yang terpengaruh dengan gaya manga adalah Ninja High Scholl karya Ben Dunn (Rina 11).

Di Shanghai, Cina pada tahun 1920-an lianhuanhua yaitu buku gambar sebesar telapak tangan sangatlah tersohor. Lianhuanhua disebut-sebut sebagai cikal bakal manhua. Majalah manhua pertama, Shanghai Sketch terbit tahun 1928. Dalam kurun waktu 1934-1937, majalah manhua dipakai sebagai media propaganda berhubungan dengan pecahnya perang antara Cina dan Jepang untuk kedua kalinya. Tahun 1941, Jepang menduduki Hongkong yang berimbas pada berhentinya produksi manhua. Majalah manhua yang paling berpengaruh di kalangan dewasa ini adalah Cartoons World (1956). Di tahun 1970-an perkembangan televisi membawa perubahan tersendiri bagi manhua. Maraknya film-film Kung Fu Bruce Lee di era tersebut, mendorong terbitnya manhua yang menampilkan kung fu seperti Little Rascals (Oriental Heroes) karya Tony Wong. Manhua saat ini terbagi menjadi empat kategori yaitu : manhua politik, manhua komikal, manhua aksi, dan manhua anak-anak. Karakter manhua yang terbit dalam kurun waktu 1800-an hingga 1930-an, menonjolkan grafis yang realistik, detail, dan penuh warna dengan batasan panel yang jelas. Menjelang tahun 1950-an, karakter tokoh Disney seperti Mickey Mouse dan Pinokio asal Amerika, menjadi acuan berbeda pagi pengarang manhua dalam menciptakan suatu karakter (Rina 11).

Selain Jepang dan Cina, beberapa Negara Asia yang industri komiknya dikenal adalah Korea, India, dan Philippina. Manhwa (sebutan komik di Korea) lebih dipengaruhi oleh manga, dan industrinya sendiri saat ini masih belum bisa dikatakan sedewasa industri manga di Jepang. Sedangkan komik asal India dan Philippina, pengaruhnya lebih banyak dari Barat, baik dari segi cerita dan teknik penggambarannya (Rina 11).

gambar 2.7. Oriental Heroes Karya Tony Wong Sumber : Rina (2007, 11)

(10)

gambar 2.8. Komik China Tahun 50-an Sumber : Masdiono, Okky (2007, 22)

2.1.3.4. Tokoh-tokoh yang mempengaruhi cerita bergambar dunia - Wilhelm Busch (1832-1908)

Ilustrasinya dikenal satire dan kebanyakan dimuat di majalah satire Jerman, Fliegende Blaetter. Karyanya antara lain : The Millers Blood Daughter,

The Mole, Finch and Frog, Hans Huckebein, Impending Doom serta sebuah cerita

sajak berilustrasi yang legendaris Max and Moritz (1865) (Rina 12). - Georges Prosper Remi (1907-1983)

Kartun berseri pertamanya, The Adventure of Totor, dimuat di majalah Le

Boy-Scout Belge. Norbert Wallez, pimpinan surat kabar Katolik, Le Petit Vingtime

menantang Remi untuk membuat comik strip mengenai seorang reporter Katolik pembela kebenaran. Oleh sebab itulah maka lahir karakter Tintin yang sebenarnya diadopsi dari karakter abangnya sendiri. Komik lain karya Herge adalah The

Amiable Mr. Mops (1932), Popol Outwest (1934), Jo, Zetta and Jocko (1935), Mr. Bollum (1939), Thompson and Thomson (1943), dan The Explored the Moon

(1969) (Rina 12).

- Robert Kahn (1915-1998)

Ia pertama kali menjadi kartunis sejak usia 16 tahun. Robert Kahn adalah pencipta karakter Batman. Awalnya karakter yang ia ciptakan bernama Bird-man dan menggunakan kostum merah, atas saran Bill Finger akhirnya karakter tersebut diganti menjadi Batman. Tokoh-tokoh lain yang diciptakan oleh Kahn antara lain adalah Robin dan The Joker (Rina 12).

(11)

- Richard Felton Outcault (1863-1928)

Karya-karya yang dihasilkan oleh Outcault antara lain adalah The Yellow

Kid (1895), Poor Lil Mouse (1901), dan Buster Brown (1902). Ia memutuskan

untuk pensiun dari dunia komik tahun 1909 (Rina 12). - Stan Lee (1922)

Awal mula karirnya ia berprofesi sebagai penulis di penerbit komik,

Timely Comics yang kemudian menjadi Marvel Comics dengan debut pertamanya Captain America No. 3 (1941). Belakangan ia diangkat menjadi art director, dan

menghasilkan beberapa komik super laris, diantaranya Spider-man, X-men, Blade,

Punisher, The Hulk, dan Daredevil. Berkat Stan Lee, Marvel Comics yang tadinya

hanya penerbit kecil tumbuh menjadi perusahaan multimedia besar. Meski tak aktif lagi, kini Stan Lee diposisikan sebagai Chairman Emeritus di Marvel

Comics (Rina 12).

- Alfonso Wong (1924)

Alfonso Wong adalah artis manhua paling popular di Hongkong dan China. Tahun 1960 ia dipercaya sebagai penanggung jawab gambar untuk Alkitab yang diterbitkan misionaris Katolik asal Perancis sekaligus menjadi editor seni untuk majalah Katolik Le Feng. Tahun 1962, seniman yang mahir menggambar dengan kedua tangannya ini merilis komik berjudul Old Master Q. komik ini sarat akan nilai-nilai keluarga dan mampu menembus segala golongan masyarakat, dan bertahan hingga 40 tahun kemudian bahkan sudah dibuat animasinya. Tahun 1974 beliau bermigrasi ke Amerika Serikat dan tahun 1980 pensiun dari dunia gambar (Rina 13).

- Osamu Tezuka (1928-1989)

Komik pertama yang dibuat adalah Bin Bin Namachan tentang seorang anak berkepala botak yang adalah dirinya sendiri, dibuat saat kelas 3 SD. Komik komersial pertamanya adalah Machan no Nikkicho (Machan’s Diary) di tahun 1946 yang dimuat di majalah anak-anak Jepang, Mainichi Shogakusei Shinbun. Karyanya yang lain antara lain adalah : Lost World (1948), Jungle Emperor atau biasa dikenal sebagai Kimba the White Lion (1950). Manga pertama Tezuka yang diperkirakan dicontek oleh Disney untuk film antara lain adalah The Lion King,

(12)

Phoenix (1956), Twin Knight (1958), Cleopatra (1970), dan Buddha (1974) (Rina

13).

gambar 2.9. Cergam Bergaya Ozamu Tesuka Sumber : Masdiono, Okky (2007, 22) - Albert Ulderzo (1927)

Di usia 13 tahun ia sudah bekerja di Paris Publishing Society. Kemudian ia mengikuti lomba dan menghasilkan karya Les aventures de Clopinard yang diterbitkan setahun kemudian. Pada 1951 ia bertemu dengan Ren Goscinny dan bekerjasama. Karena merasa cocok, mereka akhirnya bekerjasama lagi dan menghasilkan komik Asterix yang dipublikasikan di jurnal Pilote tahun 1959. Tahun 1974 mereka mendirikan studio Indefix bersama. Pada 1977 Goscinny meninggal sehingga Ulderzo melanjutkan komik Asterix seorang diri. Episode

Asterix akhirnya usai dijudul Asterix and the Falling Sky (2005) (Rina 13).

- Tony Wong Yuk-Long (1950)

Tahun 1971, ia mendirikan perusahaan penerbitan, Yuk-long Picture Book

Company, yang mengeluarkan komik-komik laris, diantaranya Little Vagabond, The Son of Ultraman, dan Solar Lord. Karyanya yang paling terkenal adalah Little Rascals yang diciptakan sekitar tahun 1972. Disaat yang sama Wong juga

menerbitkan 2 majalah, Sang Po dan Golden Bo Daily. Tahun 1991 ia masuk penjara karena kasus penipuan (Rina 13).

- Frederic Boiled (1960)

Debut komik kartunis asal Perancis ini adalah Le Rayon Vert (1987). Tahun 1993, Boilet menjadi komikus non Jepang pertama yang menerima penghargaan di ajang Morning Manga Fellowship dari perusahaan penerbit terbesar di Jepang. Ia tergila-gila dengan komik ala Jepang sehingga sering berkolaborasi dengan mangaka. Ia mengkombinasikan manga dan komik ala Eropa yang disebut Nouvelle Manga di tahun 2001. Nouvelle Manga yang ia buat adalah Yukiko Spinach (2003) dan Mariko Parade (2003) (Rina 13).

(13)

2.1.4. Sejarah Cerita Bergambar di Indonesia

2.1.4.1. Cerita Bergambar Indonesia dari masa ke masa - Masa prasejarah

Marcel Bonneff dalam disertasinya tentang cergam yang ditulis tahun 1972 (Komik Indonesia Kepustakaan Popular Gramedia, 1998) menjabarkan bahwa cikal bakal dan sejarah cergam jika diruntut lebih jauh ternyata sudah ada sejak jaman prasejarah, yaitu dari relief candi Prambanan dan Borobudur (Masdiono, Okky 20).

- Era 1930-an

Tahun 1930-an bisa disebut sebagai tonggak cergam modern Indonesia, yaitu dengan munculnya cergam strip Put On karya Kho Wang Gie dalam surat kabar Sin Po. Karya-karya yang muncul selanjutnya antara lain adalah Si Tolol (Star Magazine, 1939-1942), Oh Koen, dan Mentjari Poetri Hidjaoe (Masdiono, Okky 20).

gambar 2.10. Put On Cerita Bergambar Tahun 1930-an Sumber : Masdiono, Okky (2007, 20)

gambar 2.11. Rip Kirby Karya Alex Raymond Sumber : Mardiono, Okky (2007, 20) - Tahun 1940-an sampai dengan 1950-an

Cergam yang muncul pada masa ini antara lain adalah Pak Leloer (1942) dan legenda Roro Mendoet yang digambar oleh B. Margono. Sekitar tahun 1947, komik-komik Amerika mulai berdatangan seperti Rip Kirby, Phantom, Johny

(14)

Hazard, Mandrake, Flash Gordon, dan lain sebagainya. Setelah komik Amerika

masuk, banyak cergam-cergam yang terpengaruh oleh gaya komik Amerika. Salah satunya adalah Sie Djien Koei karya Siauw Tik Kwie dan Wiro karya Kwik Ing Hoo. Tapi ada juga cergam yang merakyat seperti Dagelan Petruk karya Indri Doedono (Mardiono, Okky 20-21).

Di tahun 1953, cergam mulai menapaki masa awal keemasannya dengan lahirnya sosok Sri Asih karya R.A. Kosasih dan Nina Putri Rimba karya Djony Lukman (Djonlo). Djonlo mengahsilkan beberapa karya cergam lain seperti Puteri Bintang, Garuda Putih, Popo, dan Kapten Komit. Tahun 1954 muncul protes keras agar komik-komik Barat harus dimusnahkan karena dianggap memberi pengaruh buruk terhadap kaum muda. Setelah itu, mulai muncul cergam-cergam wayang, diantaranya adalah Lahirnya Gatotkaca (1954-1955), Raden Palasara, dan Mahabharata. Cergam wayang cukup sukses menggempur pasaran lokal dan mampu menggeser dominasi komik Barat. Selain cergam wayang, muncul juga cergam legenda antara lain adalah Lutung Kasarung, Sangkuriang, Lara Djonggrang, Bawang Merah, Djoko Tingkir, dan lain sebagainya (Mardiono, Okky 21).

gambar 2.12. Komik Flash Gordon Versi Mac Raboy Sumber : Mardiono, Okky (2007, 20)

gambar 2.13. Popo, Parodi Mickey Mouse Sumber : Mardiono, Okky (2007, 21)

(15)

gambar 2.14. Prabu Udrayana Karya R.A. Kosasih Sumber : Mardiono, Okky (2007, 21) - Tahun 1960-1963

Periode tahun 1960-1963 konon dikenal sebagai periode Medan. Beberapa cergam yang popular antara lain Bunda Karung, Tambun Tulang, Mirah Tjaga dan Mirah Silu atau Hang Djebat Durhaka. Pada periode ini cergamis yang popular adalah Djas, Zam Nuldyn, dan Taguan Hardjo. Karya-karya mereka antara lain adalah Telandjang Udjung Karang, Kapten Yani dengan perompak Lautan Hindia, Batas Firdaus, dan lain sebagainya (Mardiono, Okky 21).

gambar 2.15. Cerita Bergambar Karya Taguan Hardjo Sumber : Mardiono, Okky (2007, 21)

- Tahun 1963-1965

Cergam dan nasionalisme menjadi ide utama pada cergam-cergam yang terbit antara tahun 1963-1965. Tahun 1965, cergam-cergam bertema perjungan disukai dan populer di Jakarta dan Surabaya. Cergam pada masa ini antara lain adalah Trunodjojo atau Pattimura, Pembebasan dan Srikandi Tanah, Perdjuang Tak Kenal Mundur, Toha Pahlawan Bandung, Puteri Tjendrawasih, Pahlawan Jang Kembali, Bentjah Menggolak, Kadir dan Konfrontasi, Hantjurlah Kubu

(16)

Nekolim, Srikandi Tanah Minang, Srikandi Kemerdekaan, dan Tuti Pahlawan Puteri (Mardiono, Okky 22).

- Tahun 1966-1967

Pada masa ini, tak ada lagi cergamis yang professional sejati, dan lagi kalangan cergamis kala itu tak memiliki kelompok yang terorganisir. Keadaan kian memburuk lantara muncul cergam-cergam yang dipolitisasi tanpa nama cergamis. Para cergamis mulai khawatir karena mereka mulai dicurigai dan diinterogasi. Akhirnya, dibentuklah Ikasti (Ikatan Seniman Tjergamis Indonesia) (Mardiono, Okky 22).

- Tahun 1968-1980-an

Pada masa ini banyak bermunculan cergam-cergam yang murahan dengan kualitas yang buruk. Banyak karya-karya cergam Amerika yang ditiru ataupun dipalsu dan diperjualbelikan (Mardiono, Okky 22).

gambar 2.16. Flash Gordon Palsu Sumber : Mardiono, Okky (2007, 23) 2.1.4.2. Cetakan Cerita Bergambar pada masa lalu - Teknik letter press

Cerita bergambar pertama kali dicetak dengan teknik letter press. Teknik ini menggunakan acuan timah. Gambar di reproduksi ke dalam bentuk acuan plat timah, dimana bagian gambar akan lebih menonjol. Di dalam mesin, timah ini akan mendapatkan tinta di bagian gambar, yang kemudian menekan kertas hingga gambar-gambar tersebut tercetak. Prinsipnya hampir sama dengan teknik stempel cap. Letter press menggunaka teknik cetak yang disebut cetak tinggi, karena acuan gambarnya lebih menonjol. Dalam industri cerita bergambar, teknik ini digunakan di tahun 1950-an. Teknik letter press masih bertahan hingga kini (Gunawan 23).

(17)

- Teknik offset

Teknik cetak offset menampilkan raster yang lebih halus dan menggunakan acuan plat datar. Untuk foto atau ilustrasi dengan gradasi yang halus, hasilnya akan lebih mirip dengan artwork aslinya. Di samping itu untuk memindahkan gambar dari plat ke atas kertas, tak dibutuhkan tekanan seperti pada letter press, sehingga tak akan terlihat bekas tekanan timah pada kertas. Warna yang dihasilkan juga lebih cemerlang. Cetak offset biasa disebut juga dengan cetak datar, karena acuan gambarnya relatif tidak menonjol (Gunawan 23).

- Cetak rotogravure

Cetak rotogravure menggunakan teknologi cetak dalam. Bagian gambar dari acuan cetak rotogravure menjadi lubang-lubang kecil yang menampung tinta. Bagian yang menampung tinta inilah yang menjadi gambar (Gunawan 23).

2.1.4.3. Tokoh-tokoh cergamis Indonesia - Djair Warni

Lahir di Cirebon, 13 Mei 1949. Karyanya yang paling popular adalah Jaka Sembung, seorang pria berdarah biru yang berhasil menumpas musuh di gunung Sembung. Karya-karyanya yang lain diantaranya Jaka Geledek, Malaikat Bayangan, Si Tolol, Agen Rahasia, Toang Anak Jin, Generasi Masa Depan, Tiqa Perkasa, dan lain sebagainya (Okky 24).

- Gerdik WK

Lahir 13 April 1953. Ia menciptakan tokoh Gina yang Berjaya pada 1972-1985. Trilogi dari tokoh ini antara lain : Gurun Gobi (1975), Teratai Merah (1976), Vampir-vampir Laut Kuning (1976). Karya- karyanya yang lain diantaranya adalah buku serial Wali Songo (1993), buku cerita rakyat Grasindo (1997) dengan kisah Sangkuriang, Si Kabayn, dan Iteung Tersayang (1998-1999) (Okky 24).

- Hasmi

Lahir di Yogyakarta, 25 Desember 1955. Ia membuat tokoh Gundala Putera Petir yang berlanjut hingga 23 judul. Selain Gundala, ia juga membuat tokoh superhero Bara yang terilhami komikus Amerika (Okky 24).

(18)

- Hans Jaladara

Lahir di Yogyakarta tahun 1947. Karya-karyanya antara lain adalah Panji Tengkorak (1968), Walet Merah (1973), Si Rase Terbang, Dian dan Boma, Intan Permata Rimba, dan lain sebagainya (Okky 24).

- Ganes TH

Lahir di Banten, 5 Mei 1935. Nama Ganes sangat identik dengan karakter rekaannya, Si Buta dari Gua Hantu. Karya-karyanya antara lain adalah Tuan Tanah Kedawung, Misteri di Borobudur, Tjisadane, Siluman Srigala Putih, Si Djambang, dan Beranak dalam Kubur (Okky 24).

- Jan Mintaraga

Lahir di Yogyakarta, 8 November 1942. Karya-karyanya antara lain adalah Sebuah Noda Hitam, Tunggu Aku di Pintu Eden, Kelelawar, Teror Macan Putih, Indra Bayu, Imperium Majapahit, Api di Rimba Mentaok, dan lain sebagainya (Okky 24).

- Mansyur Daman

Lahir di Jakarta pada 3 Juli 1946. Karya-karyanya antara lain adalah Istana Hantu, Mentjari Djejak Setan Tjulik, Si Tompel, Golok Setan, Mandala, Siluman Sungai Ular, Pekikan Histeris, Perawan Buronan, Petjah Kulit, Dewi Kenanga, Macan Kuku Seribu, Monyet Putih, dan Raksasa (Okky 25).

- Wid NS

Lahir di Yogyakarta pada 22 November 1938. Ia membuat tokoh Godam dan Aquanus. Karya-karyanya antara lain adalah Anjing Setan de La Rosa dan Pengantin Rumah Kubur. Ia bersama dengan beberapa cergamis lain membuat cergam bertemakan serangan umum 1 Maret dengan judul Merebut Kota Perjuangan (Okky 25).

- Zaldy

karya-karyanya antara lain adalah Setitik Air Mata yang dibuat menjadi film berjudul Air Mata Kekasih (September 1971) dan Fadjar di Tengah Kabut menjadi film Ratna (Desember 1971) (Okky 25).

(19)

- R.A Kosasih

Lahir di Bogor pada 4 April 1919. Beliau dikenal sebagai Bapak Komik Indonesia. Karya-karyanya antara lain adalah Sri Asih (1954), Mahabharata dan Ramayana, Lutung Kasarung, Sangkuriang, dan lain sebagainya (Okky 25). - Teguh Santosa

Lahir di Malang pada 1 Februari 1942. Karya-karyanya antara lain adalah Sandhora (1969), Mat Romeo (1971), Mencari Mayat Mat Pelor (1970), Sebuah Tebusan Dosa (1967). Ia pernah digaet untuk menjadi inkman di Marvel Comic, Newyork. Karya-karya yang pernah ikut ia garap antara lain adalah Conan,

Alibaba, dan Piranha (Okky 25).

2.1.5. Bentuk dan Jenis Cerita Bergambar 2.1.5.1. Bentuk komik menurut Steve Bolhafner

Dalam bukunya Alternative Comics, Steve Bolhafner membagi bentuk komik menjadi :

a. Strip komik atau Comic-strips (strip)

Comic-strips adalah jenis cerita bergambar yang sangat pendek dan

biasanya hanya terdiri dari beberapa susunan panel saja. Komik ini bersambung dan sangat langka di Indonesia.

Di Negara maju, comic-strips diberi tempat yang menguntungkan.

Comic-strips dimuat dalam surat kabar, dikoleksi orang, dan didepositkan, sehingga

penerbitnya pun lestari. Faktor itu telah membuat sebagaian besar produksi komik dilestarikan (Bonneff 10).

Di Indonesia, jenis komik ini banyak dijumpai di koran-koran ataupun majalah-majalah sebagai salah satu bentuk hiburan singkat di sela-sela kegiatan membaca berita atau artikel yang cenderung menjemukan. Komik strip biasanya muncul atau terbit secara harian, mingguan atau bulanan.

b. Buku komik atau Comic Books

Buku komik adalah sebuah buku cerita bergambar dimana didalamnya terdapat sebuah cerita dan beberapa tokoh utama. Buku komik biasanya berseri dan ceritanya terus sambung menyambung menjadi sebuah cerita besar. Buku komik seperti ini biasanya dibuat oleh satu orang pengarang ataupun seorang

(20)

ilustrator. Biasanya selalu terbit secara berkala dan jumlah edisinya tidak tentu. Ada buku komik yang edisinya hanya sedikit yaitu antara 3 hingga 5 seri saja. Namun ada juga buku komik yang jumlah edisinya mencapai ratusan.

c. Buku komik kompilasi atau Graphic Novels

Sebenarnya isitilah buku komik kompilasi atau graphic novel bukanlah istilah yang populer di Indonesia. Jarang sekali terdapat jenis buku cerita bergambar buatan para pengarang komik Indonesia yang merupakan graphic

novel. Buku komik kompilasi adalah sebuah buku cerita bergambar yang

didalamnya terdapat banyak cerita. Cerita-cerita tersebut dipisahkan dengan judul-judul dan bab-bab yang berbeda. Jenis buku cerita bergambar seperti ini dapat dibuat oleh seorang pengarang. Namun ada juga buku komik kompilasi yang dibuat oleh beberapa pengarang yaitu beberapa pengarang yang saling bekerja sama untuk membuat sebuah komik kompilasi ataupun cerita-cerita komik yang digabungkan menjadi satu buku dan kemudian baru diterbitkan dan diperjual-belikan. Pada buku komik kompilasi antara cerita satu dengan cerita yang lain tidak saling berhubungan. Jenis buku komik ini memiliki ketebalan halaman buku yang lebih banyak apabila dibandingkan dengan buku komik biasa. Buku komik kompilasi biasanya terdiri dari ratusan halaman sehingga ketebalan bukunya menyerupai ketebalan buku-buku novel.

2.1.5.2. Jenis Komik

Marcell Bonneff dalam bukunya “Komik Indonesia”, membagi komik ke dalam empat jenis. Keempat jenis tersebut antara lain adalah :

a. Komik wayang

Bagi orang asing, komik wayang merupakan jenis komik asli. Apalagi komik ini dimaksudkan untuk menyaingi komik import di pasar dan membatasi pengaruh negatifnya (Bonneff 104).

Lakon pokok yang mengilhami komik wayang adalah hasil tradisi lama yang lahir dari sumber Hindu. Kemudian tradisi itu diolah kembali secara besar-besaran dan diperkaya dengan unsur lokal, yang beberapa diantaranya berasal dari kesusastraan Jawa kuno, seperti Bharata Yuda atau Arjuna Wiwaha yang dianggap sebagai karya Mpu Kanwa (sekitar 1030). Generasi demi generasi

(21)

dalang telah memberikan sumbangan kepada wayang yaitu bentuknya sekarang. Garis besar lakon pokok direkam kedalam bentuk tertulis dan menjadi buku pegangan dalang (pakem) (Bonneff 105).

Dari lakon pokok itu muncul turunannya, lakon tjaragan. Dalam lakon ini, dalang membayangkan fragmen-fragmen berdasarkan cerita dasar yang ditetapkan oleh tradisi. Para tokohnya dimunculkan dengan petualangan baru. Komik sangat sering memanfaatkan cerita caragan yang paling terkenal (Kangsa Adu Jago,

Prabu Bomantara, Pergiwa-Pergiwati, dan sebagainya (Bonneff 105-106).

Dewasa ini, komik wayang tidak diproduksi lagi, sehingga sulit ditemukan di taman bacaan. Walaupun demikian, Wayang Purwa atau Mahabharata dianggap sebagai komik klasik. Banyak orang yang membacanya dan mengoleksinya. Komik wayang versi baru jarang ada, karena selain Kosasih, tidak ada lagi komikus yang cukup pengetahuannya tentang wayang (Bonneff 112).

gambar 2.17. Komik Wayang Indonesia

Sumber : http-//vindocomic.files.wordpress.com/2007/09/arjuna-sasrabahu-bisi3

gambar 2.18. Komik Wayang Karya R.A. Kosasih Sumber : http://t0.gstatic.com/images?

(22)

gambar 2.19. Komik Wayang Karya R.A. Kosasih 2 Sumber : http-//vindocomic.files.wordpress.com/2007/06/nwa004 b. Komik Silat

Kata silat atau pencak berarti teknik bela diri, dengan variasi disejumlah daerah di Nusantara (Bonneff 113). Namun demikian, sulit untuk menyatakan bahwa pencak-silat adalah murni warisan budaya Nusantara, karena tidak ditemukan bukti sejarah (114). Kisah yang mengangkat seni bela diri ini disebut cerita silat. Namun, kisah-kisah yang diilhami seni bela diri Cina juga dinamai cerita silat.

Cerita silat dapat digolongkan menjadi dua kelompok : cerita silat Tiong Hoa dan cerita silat sejarah Indonesia. Kelompok pertama kebanyakan diisi oleh terjemahan buku yang diterbitkan di Hongkong dan Taiwan. Kelompok kedua merupakan kreasi asli. Pengarang utamanya adalah Kho Ping Hoo (kemudian berganti nama menjadi Asmaraman). Ia mengambil lokasi cerita di zaman Cina kuno pada suatu masa yang tidak ditentukan. Para tokoh dan tempat menggunakan nama Cina (Bonneff 115).

Kategori cerita silat sangat besar, meliputi berbagai karya yang temanya berasal dari mana-mana. Sejarah didampingkan dengan legenda dan fiksi murni. Di dalam kisah-kisah itu, sebagian penulis menekankan teknik silat, mengembangkan cerita kepahlawanan para pendekar, sebagian lagi lebih mirip sejarawan atau ahli filsafat, sedangkan yang lain lagi berpuas diri dengan cerita sentimental, bahkan dengan adegan erotis dan sadis. Mutu susastra dan tujuan mendidik dalam komik silat sangat beragam. Satu-satunya unsur yang sama didalam kategori ini dan sekaligus memberinya nama adalah kehadiran seorang pendekar yang menggunakan ilmu silat untuk mencapai tujuannya (Bonneff 117).

(23)

Komik telah mempengaruhi sinema Indonesia. Untuk menyaingi film silat impor, para produsen seringkali menggunakan komik sebagai naskahnya. Dengan demikian, film memberikan sumbangan dalam mempopulerkan citra para pendekar komik (Si Buta, Pendekar Bambu Kuning, Pandji Tengkorak) (Bonneff 120).

Dengan meletakkan petualangan para pendekar ciptaannya dalam realitas sejarah dan budaya negeri, para komikus memberi nilai tambah pada komik silat. Mereka merangkum berbagai kondisi yang mempermudah para pembaca untuk mengidentifikasi dirinya dengan tokoh cerita (Bonneff 121).

gambar 2.20. Komik Silat Karya Kho Ping Hoo Sumber : http-//cdn-u.kaskus.us/49/dia9aihn

gambar 2.21. Komik Silat Indonesia Sumber :

http-//3.bp.blogspot.com/_wOhCwI8jhIA/Sw9kIKQRC6I/AAAAAAAAAOg/kGuGK Bp2ovM/s1600/MISTERI+LEMBAH+TENGKORAK

c. Komik humor

Berdasarkan tokoh yang diadegankan, komik humor digolongkan menjadi dua kategori : seri Punakawan dan cerita yang menampilkan tokoh-tokoh orisinal (Bonneff 121).

Di dalam mitologi Jawa, Semar sama dengan dewa. Ia telah ditunjuk oleh Sang Hyang Tunggal untuk mengawasi manusia. Ia menjadi penasihat dan

(24)

pembantu Pandawa didalam pertempuran simbolis melawan kejahatan yang diwakili oleh Kurawa. Di dalam Wayang Purwa, di Jawa Tengah, Ki Lurah Semar mempunyai dua orang anak : Gareng yang sulung, dan Petruk. Dalam versi lain Bagong, yang dianggap sebagai anak ketiga dari Semar diciptakan dari bayangan Semar. Keempat tokoh ini membentuk kelompok Punakawan yang menyertai para pahlawan dan berperan serta dalam berbagai peristiwa yang sering kali mereka ubah jalannya. Sebagai dewa, Semar sangat disegani para protagonis yang sering kali meminta nasihatnya. Anak-anaknya tidak bijaksana. Mereka lebih menonjol dalam hal dagelan, kata-katanya yang ngawur terkadang mengandung pikiran genius. Kehadiran Punakawan yang tidak dikenal dalam tradisi India, merupakan bukti peninggalan kepercayaan sebelum masuknya agama Hindu. Mereka tampil sebagai juru bicara rakyat atau symbol jatidiri Jawa (Bonneff 123).

Dalam sandiwara rakyat diberbagai daerah yang sangat bervariasi itu, selain para pangeran, para pelayan yang disebut abdi juga selalu hadir. Para abdi itu bekerja penuh pengabdin tetapi sekaligus suka mengkritik, mirip dengan valet dalam komedi Perancis. Pada tataran drama, kehadiran mereka memudahkan perangkaian adegan-adegan atau fragmen-fragmen. Komentar-komentar mereka yang masuk akal membuat kisah berdimensi nyata. Mereka mengendurkan suasana tegang dengan memanfaatkan kebebasan berimprovisasi. Mereka memisahkan diri dari lakon, komentar-komentar mereka menyentuh keadaan aktual, yang sering kali aspek-aspek yang paling luas. Dalam wayang kulit, dalang memanfaatkan mereka untuk melontarkan kritik atau, sebaliknya, untuk membantu penyebarluasan berbagai aturan pemerintah, seperti yang berkaitan dengan rencana pembangunan atau keluarga berencana. Pendek kata, dalang selalu mengharapkan untuk mengeluarkan humornya (Bonneff 123).

Komik humor tidak pernah benar-benar menjurus ke satire. Aparat pemerintah dihormati seperti orang tua. Moral yang diamanatkan konvensional. Dengan memanfaatkan banyak segi anekdotis, komik humor langsung menyentuh kehidupan sehari-hari sehingga memudahkan orang untuk memahaminya. Dalam perkomikan Indonesia, komik humor adalah genre utama yang mengadegankan lingkungan rakyat, budaya panjang akal yang memungkinkan rakyat menghadapi kesulitan ekonomi dan pengangguran. Pedagang keliling, supir becak, pembantu,

(25)

pegawai negeri rendahan yang berbicara dialek Jakarta itu membentuk lukisan yang kaya dan hidup dari masyarakat masa kini (Bonneff 127-128).

gambar 2.22. Komik Humor Indonesia Sumber :

http-//sphotos.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-snc3/hs017.snc3/12439_1052494089125_1728973538_106181_8204617n d. Roman Remaja

Dalam bahasa Indonesia, kata roman jika digunakan sendirian selalu berarti kisah cinta. Kata remaja digunakan untuk menunjukkan bahwa komik ini ditujukan untuk kaum muda (Bonneff 128).

Ceritanya tentu saja harus romantis. Menurut Zaldy dan Sim, dua komikus yang menjadi terkenal karena roman remaja, pembaca menuntut dapat turut serta dalam suatu semesta perasaan yang murni, agung, dalam kehadiran yang selaras. Tidak perlu ada alur yang rumit, konflik psikologis. Tokoh-tokohnya harus tampan, kaya, dan jujur. Itulah resep mimpi yang mereka ciptakan. Tentu saja kebahagiaan bukan untuk semua orang, bahkan dalam komik, dan dalam kisah sering terjadi musibah. Pembaca ingin dibuat terharu. Para penerbit sering mengantarkan karya baru dengan kata-kata seperti berikut : “Sebuah kisah drama yang pasti meneteskan air mata anda” (Bonneff 128).

gambar 2.23. Komik Roman Remaja Sumber :

http-//www.jakarta.go.id/web/system/jakarta2011/public/images/encyclopedia/ce7aac3 695854df176abfd5f0ffcddad

(26)

gambar 2.24. Komik Roman Remaja 2 Sumber :

http-//1.bp.blogspot.com/-OGf22Q3FWdw/TWPx74OQi8I/AAAAAAAAJG4/y5TZZp3fQ_w/s1600/Kisah %2BRoman%2BRemaja%2BJefry

2.1.6. Basis Media Cerita Bergambar

Basis media dari cerita bergambar pada umumnya adalah kertas. Namun dengan fungsinya sebagai salah satu bentuk Advertising atau periklanan, basis media cerita bergambarpun menjadi beraneka ragam. Advertising itu sendiri terus berkembang seiring dengan perkembangan jaman sehingga media yang digunakan juga ikut berkembang. Hingga saat ini, basis media cerita bergambar adalah sebagai berikut :

- Media Cetak

Media cetak berkembang sangat pesat setelah ditemukannya sistem cetak dan mesin cetak. Penemu sistem cetak yang sesungguhnya adalah bangsa Cina. Pada abad ke sembilan (enam abad sebelum bangsa Eropa) mereka telah memahat setiap halaman teks secara lengkap pada sebuah papan kayu dan membuat salinan dari situ. Di kemudian hari, mereka mengukir setiap huruf Cina pada balok-balok terpisah yang dapat dipakai berulang-ulang (Pollard 11).

Penemu teknologi cetak tekan yang menggunakan huruf-huruf lepas adalah Johann Gutenberg pada 1450-an. Penemuannya ini mengguncangkan dunia dan memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap dunia percetakan. Namun demikian, Gutenberg adalah orang yang sangat misterius. Ia tidak pernah mencantumkan namanya pada barang cetakan yang dihasilkannya. Ini sebabnya orang sering berbeda pendapat tentang dirinya (Pollard 50).

Media cetak yang banyak digunakan dalam cerita bergambar adalah buku. Selain buku, cerita bergambar biasanya juga dapat ditemukan di surat kabar

(27)

ataupun majalah. Cerita bergambar yang biasanya ditemukan di surat kabar adalah komik strip yang sangat singkat dengan cerita-cerita humor yang menghibur. Cerita bergambar dalam fungsi dan peranannya sebagai iklan juga dapat ditemukan di brosur-brosur, pamflet, banner, poster, dan lain sebagainya. Dalam media tersebut, jenis cerita bergambar yang biasanya digunakan adalah jenis komik strip yang singkat.

Media cetak tentunya memiliki kelebihan dan kekurangan. Berikut ini adalah kelebihan media cetak (“Nasip Media Cetak di Tengah Era Global”, par. 11) :

- Harganya dapat dijangkau oleh semua kalangan.

- Berita yang disampaikan banyak dan mampu menjelaskan secara lengkap. - Dapat dibaca berkali-kali dengan cara menyimpannya.

- Mudah dibawa kemana–mana.

Sedangkan kekurangan dari media cetak antara lain adalah (“Nasip Media Cetak di Tengah Era Global,” par. 12) :

- Berita yang tampil bukan merupakan berita terbaru (berita hari sebelumnya). - Biaya untuk memproduksi media cetak lebih besar dibandingkan media digital. - Waktu yang dibutuhkan untuk mendistribusikan media cetak cenderung lebih lama.

- Media Digital

Media digital akhir-akhir ini berkembang dengan sangat pesat. Pengertian media digital pada umumnya adalah media yang diakses menggunakan komputer. Pada media digital, penyebaran suatu cerita bergambar dapat dilakukan secara cepat dan luas karena adanya internet yang dapat menjangkau seluruh dunia. Sekarang ini banyak sekali cerita bergambar yang dapat diunduh ataupun dibaca langsung di internet. Media digital memungkinkan seseorang untuk membaca cerita bergambar tanpa mengeluarkan banyak biaya karena bukunya tidak perlu dibeli sehingga cerita bergambar dapat menjangkau lebih banyak kalangan masyarakat.

Cerita bergambar dalam fungsi dan peranannya sebagai salah satu sarana periklanan juga dapat berbasis media digital televisi. Apabila cerita bergambar digital tersebut dimasukkan ke dalam iklan televisi maka cerita bergambar

(28)

tersebut akan dapat dinikmati dalam siaran televisi. Namun dalam iklan televisi biasanya cerita bergambar dilengkapi dengan elemen suara sehingga para penontonnya dapat menjadi lebih tertarik terhadap iklan yang ditampilkan.

Media digital memiliki kekurangan dan juga kelebihan. Berikut ini adalah kelebihan dari media digital (“Nasip Media Cetak di Tengah Era Global,” par. 13):

- Informasi (berita) dapat disampaikan secara cepat. - Biaya produksi cenderung lebih murah.

- Kejadian suatu berita dapat diberitakan secara langsung.

Sedangkan kekurangan dari media digital adalah (“Nasip Media Cetak di Tengah Era Global,” par. 14) :

- Hanya bisa di baca di tempat tertentu, karena membutuhkan perangkat pendukung seperti komputer, gadget dan PDA, yang sebagian memerlukan koneksi internet untuk dapat mengakses sebuah situs berita.

- Tidak semua masyarakat mengerti menggunakan media komputer.

2.1.7. Elemen Cerita Bergambar

Terdapat beberapa unsur yang penting dalam cerita bergambar, diantaranya (McCloud 94-137) :

- Panel

Sebuah bidang yang berisi gambar yang mewakili suatu adegan tertentu. Ukuran dari panel bervariasi. Bentuk dari panel ada yang terlihat jelas dan juga ada yang abstrak.

- Icon

Gambar yang mewakili seseorang, tempat, barang / gagasan tertentu. - Balon kata (Ballons)

Balon kata adalah kotak dialog yang berisi teks ucapan seorang karakter di dalam cerita.

- Thought ballons

Thought ballons adalah kotak dialog yang berisi tentang sesuatu yang

(29)

- Border

Border merupakan outline atau garis tepi dari suatu halaman.

- Frame

Frame merupakan garis batas panel-panel pada adegan didalam cerita

komik.

- Sound lettering

Sound lettering adalah huruf bunyi-bunyian dan setiap komikus memiliki

gaya sendiri untuk menampilkannya.

- Parit

Parit merupakan jeda antar panel, memiliki momen abstrak, dan tercipta secara imajiner oleh pembaca.

- Warna

Warna dalam suatu komik atau cerita bergambar dapat mengungkapkan subjek secara objektif. Pembaca dapat lebih menyadari bentuk fisik suatu objek yang berwarna dibandingkan dengan objek yang hitam putih.

- Efek visual

Efek visual merupakan kesan yang digambarkan untuk menekankan gambaran emosi, karakter, suasana, dan gerak dari tokoh dalam komik.

- Closture

Closture adalah suatu fenomena yang menganggap bahwa bagian-bagian

yang dilihat merupakan suatu alur menyeluruh. Bagian yang tidak digambarkan, digambarkan melalui pengalaman pembaca dalam pikirannya. Dalam batin kita, kita melengkapi sesuatu yang belum lengkap berdasarkan pengalaman masa lalu. Beberapa bentuk closure merupakan tindakan yang disengaja oleh pencerita atau pengarang untuk menciptakan keterangan kepada pembaca.

- Bingkai waktu

Bingkai waktu menunjukkan suatu momen tertentu serta menghubungkan momen-momen tersebut sehingga dapat menciptakan ilusi waktu dan gerak. - Peralihan panel

Peralihan panel terbagi menjadi waktu ke waktu dengan closure sedikit, aksi ke aksi dengan waktu yang sangat rapat, subjek ke subjek yang membutuhkan penyertaan pembaca, adegan ke adegan yang melintasi ruang dan

(30)

waktu, aspek ke aspek yang menuntut pengembaraan gagasan, tempat, dan suasana hati. Terdapat pula non sequitur yang merupakan hubungan tidak logis antar panel dan melompat-lompat.

- Narasi

Narasi biasanya digunakan untuk menerangkan tentang waktu, tempat, dan situasi cerita.

2.1.8. Kriteria Buku Cerita Bergambar yang Baik

Meskipun membaca cerita sangat bermanfaat bagi anak, namun tidak semua buku cerita memberikan dampak yang positif kepada anak. Oleh sebab itulah maka diperlukan seleksi buku bacaan yang baik untuk anak. Seleksi ini wajib dilakukan oleh para orangtua agar hal-hal yang diterima dan diikuti oleh anak mereka adalah hal-hal yang positif dan berguna. Selain itu, perlu dibuat buku-buku cerita untuk anak yang dapat mengajarkan hal-hal yang positif namun tetap menarik untuk dibaca. Berikut ini adalah cirri buku cerita bergambar yang baik (Goodchild 55) :

a. Kata-kata yang sigunakan dalam buku itu sudah dipilih dengan hati-hati.

b. Memperkenalkan penggunaan bahasa yang menarik atau cara-cara baru untuk mengungkapkan kata-kata.

c. Menggunakan aspek-aspek puisi seperti adanya kesamaan vokal pada dua kata, kata-kata yang dimulai dengan huruf yang sama, dan kiasan. Buku yang memuat aspek-aspek ini membuat anak mampu meluncurkan kata-kata dari lidah pada saat membaca, membantu dengan prediksi, dan pada saat yang sama menyampaikan cerita yang bagus.

d. Memuat area subjek yang dapat dipahami dan diterima oleh anak.

e. Memuat ilustrasi yang berkaitan dengan teksnya. Hal ini meningkatkan kegiatan membaca untuk menangkap arti, dan mendorong anak untuk berinteraksi dengan buku, mengajukan pertanyaan dan menambah pemahaman mereka. Selain itu juga dapat menerangkan bahasa yang mungkin asing bagi anak.

f. Memuat nilai-nilai dan pandangan dunia yang berkaitan erat dengan nilai-nilai dan pandangan orang tua.

(31)

2.1.9. Prosedur Proses Perancangan Cerita Bergambar

Prosedur proses perancangan cerita begambar atau komik menurut McCloud terdiri atas 6 jalur atau 6 langkah. Keenam langkah tersebut antara lain adalah (169-171) :

a. Gagasan/ tujuan

Gagasan atau tujuan terdiri atas dorongan hati, gagasan, emosi, filsafat, tujuan karya, dan isi dari karya.

b. Bentuk

Hal kedua yang perlu dipikirkan dalam perancangan adalah bentuk apa yang akan diambil.

c. Gaya

Yang dimaksud dengan gaya adalah aliran seni, perbendaharaan gaya atau gerak-gerik atau subjek, aliran yang digunakan karya tersebut, atau mungkin alirannya sendiri.

d. Struktur

Langkah keempat adalah mengumpulkan semuanya, apa yang akan dimasukkan, apa yang akan dibuang, bagaimana mengaturnya, dan bagaimana mengubah karya tersebut.

e.Keterampilan

Langkah kelima adalah menyusun karya tersebut, menerapkan kemampuan, pengetahuan-pengetahuan praktis, penemuan, dan pemecahan masalahnya, mewujudkannya.

f. Permukaan

Langkah keenam adalah nilai-nilai produksi dan penyelesaian akhir. Aspek yang paling jelas terlihat pada tampilan permukaan pertama karya itu.

(32)

2.2. Tinjauan Buku Interaktif untuk Anak 2.2.1. Pengertian Media / Buku Interaktif

- Bersifat saling melakukan aksi; antar-hubungan; saling aktif. - Responsif terhadap pengguna.

Interaktif berarti saling mempengaruhi atau saling bertindak (feedback). Interaktif merupakan salah satu kelebihan yang dapat diberikan oleh media modern saat ini. Media interaktif memungkinkan penggunanya untuk berinteraksi secara nyata sehingga dapat merasakan langsung akan apa yang akan disampaikan menggunakan media tersebut.

Buku interaktif adalah buku yang dapat berinteraksi secara langsung. Terdapat berbagai macam gaya interaktif yang dapat diterapkan didalam pembuatan buku, antara lain dengan menggunakan pop up, games, ataupun dengan menggunakan boneka. Boneka dapat menunjang cerita yang ada didalam buku sehingga menjadi lebih mudah dipahami oleh anak. Berbagai macam boneka yang dapat digunakan sebagai media penunjang cerita dalam buku adalah boneka kayu yang digerakkan dengan tali, boneka tangan, boneka jari, toy paper, dan lain sebagainya. Dalam perancangan ini buku interaktif dibuat dengan menggunakan boneka jari sebagai media interaktifnya. Dengan menambahkan boneka jari maka diharapkan cerita didalam buku dapat lebih mudah dimengerti dan semakin menarik bagi anak.

2.2.2. Kelebihan Buku Interaktif dengan boneka jari untuk Anak

Buku cerita interaktif yang akan dibuat disini adalah buku cerita yang dapat berinteraksi dengan menggunakan boneka jari. Berikut ini adalah beberapa kelebihan dari buku cerita dengan boneka jari (Goodchild, 44) :

- Penyimpanan informasi karena boneka tangan menggunakan lebih dari satu metode pengajaran.

- Pemahaman bertambah dan praktik sajak dan irama.

- Partisipasi aktif : anak-anak perlu merespon dan terlibat dalam cerita. - Kepercayaan diri dalam memahami struktur sajak popular yang akan

(33)

- Prediksi karena penyampaian dari permainan boneka jari yang di ulang-ulang akan membantu mereka untuk mengetahui apa yang akan terjadi berikutnya.

- Penambahan dan pengurangan sederhana. Banyak permainan boneka jari berupa cerita matematika sederhana, misalnya seekor monyet atau seorang astronot atau seekor bebek hilang sehingga jumlahnya berkurang satu setiap kali lagunya diulang.

2.2.3. Tinjauan Buku Cerita Interaktif Pesaing 2.2.3.1. Tinjauan Aspek Bentuk

Dewasa ini buku cerita interaktif untuk anak mulai popular dan mulai diminati oleh anak-anak Indonesia. Terdapat beberapa buku cerita interaktif yang sudah beredar di pasaran dengan khalayak sasaran anak-anak. Buku-buku tersebut memungkinkan anak untuk berinteraksi dengan cerita dan tokoh yang ada di dalam buku. Bentuk dari buku interaktif yang banyak beredar di toko-toko buku sebagian besar masih berupa persegi ataupun persegi panjang seperti buku-buku pada umumnya.

Secara garis besar terdapat tiga macam jenis buku cerita interaktif untuk yang saat ini sudah ada di toko-toko buku. Buku interaktif yang pertama bentuknya pop ups. Buku cerita interaktif ini halamannya berbentuk tiga dimensi sehingga anak-anak dapat melihat gambaran visualisasi di dalam cerita secara lebih nyata. Bentuk yang kedua adalah bentuk board book. Buku ini kertas halamannya sangat tebal seperti karton dan biasanya di dalamnya terdapat berbagai permainan yang disukai anak, misalnya saja puzzle. Buku yang ketiga adalah lift the flaps. Lift the flaps merupakan buku-buku khusus yang dapat bersuara atau memiliki format-format unik atau tekstur tertentu.

Buku cerita interaktif yang paling banyak beredar di toko-toko buku adalah buku cerita yang dapat dibuka-buka di dalam halaman-halamannya sehingga anak-anak yang membaca buku tersebut dapat mencari informasi-informasi yang tersembunyi di dalam lipatan-lipatan gambar yang ada. Buku cerita ini termasuk jenis lift the flaps. Buku cerita seperti ini dapat menimbulkan keinginan untuk terus membaca bagi anak karena timbulnya rasa penasaran anak

(34)

terhadap hal-hal yang tersembunyi di berbagai tempat di dalam buku. Buku cerita interaktif yang seperti ini dapat menghilangkan kesan monoton buku sehingga akan menimbulkan keasyikan tersendiri bagi anak.

Terdapat pula buku interaktif dengan tokoh-tokoh yang dapat digerakkan sendiri. Tokoh-tokoh tersebut dibuat dari kertas dan di belakangnya diberi magnet sehingga dapat menempel pada buku. Buku yang digunakan biasanya berukuran sangat besar seperti papan (kurang lebih seukuran A3). Ada juga beberapa buku cerita interaktif yang memberikan berbagai permainan yang masih berkaitan dengan cerita di dalam buku. Permainan-permainan ini juga ditujukan untuk menghindari adanya kejenuhan dalam membaca cerita.

2.2.3.2. Tinjauan Aspek ide cerita

Ide cerita pada buku cerita anak-anak sangatlah beragam dan banyak sekali macamnya. Namun, ide cerita buku cerita interaktif anak-anak yang banyak beredar saat ini dapat digolongkan menjadi tiga macam. Yang pertama adalah ide cerita dongeng Barat. Kemudian terdapat pula ide cerita pembelajaran sederhana. Dan yang terakhir adalah ide cerita kehidupan sehari-hari.

Ide cerita dongeng barat memang banyak disukai oleh anak-anak. Dongeng barat biasanya memiliki tokoh utama seorang putri yang cantik. Pada mulanya putri tersebut hidup menderita dengan berbagai kesulitan yang harus dihadapi. Sampai pada akhirnya datanglah seorang pangeran tampan yang jatuh cinta pada sang putri. Akhir dari cerita-cerita tersebut biasanya adalah bahagia selamanya. Cerita-cerita seperti ini memiliki pesan moral yang sama yaitu kesabaran dan baik hati. Dengan kesabaran dan baik hati maka semua masalah pasti dapat dilalui dan pada akhirnya akan mendapatkan kebahagiaan. Kisah-kisah seperti ini diantaranya adalah Cinderela, Snow White, Beauty and The Beast,

Yasmin, Ariel the Little Mermaid, dan lain sebagainya.

Buku interaktif dengan ide cerita pembelajaran sederhana biasanya cerita yang disampaikan hanya singkat, padat, dan jelas. Pembelajarannya juga beraneka ragam, mulai dari pembelajaran bahasa asing seperti bahasa Inggris, Mandarin, bahasa Jepang, pembelajaran tentang pekerjaan, seperti pilot, masinis, dokter, ataupun pembelajaran tentang hewan-hewan umum seperti gajah, kuda, kucing

(35)

dan lain sebagainya. Buku interaktif yang seperti ini bertujuan untuk memperkenalkan hal-hal yang belum dimengerti oleh anak dan diharapkan dapat menjadi panduan awal untuk belajar.

Buku interaktif dengan ide cerita kehidupan sehari-hari dimaksudkan untuk mendorong anak untuk melakukan kegiatan dan bersosialisasi dengan teman-temannya. Buku cerita seperti ini biasanya menceritakan tentang kegiatan anak bermain ataupun berpetualang bersama teman-temannya. Serunya permainan ataupun petualangan yang diceritakan di dalam cerita tentunya akan mendorong anak-anak untuk ikut berpetualangan. Nilai-nilai moral yang biasanya terkandung dalam cerita seperti ini antara lain adalah nilai gotong royong, kesetia kawanan, saling tolong menolong, dan lain sebagainya.

2.2.3.3. Tinjauan aspek visual

Buku cerita interaktif untuk anak hampir semuanya menggunakan penggambaran kartun. Secara umum, kartun didefinisikan sebagai gambar lucu. Tapi tidak seua gambar lucu disebut kartun (Yustiniadi 43). Pengertian kartun itu sendiri adalah sebuah ide yang utuh total, penuh siasat untuk menampilkan suatu materi (Yustiniadi 89). Salah satu cara yang dianggap cukup efektif dan luwes dalam penyampaian pesan dalam kartun adalah pendekatan humor (Yustiniadi 43-44). Kartun dapat menjadi penghibur namun juga dapat dijadikan sebagai alat persuasif dan mengkritik. Dalam buku cerita anak tentunya kartun memiliki peran sebagai alat penghibur.

Menurut Erich Kaestner, salah seorang sastrawan Jerman yang mashur, kartun memiliki daya ekspresi yang luar biasa. Kaetsner juga melihat bahwa dalam kartun terselip unsur bentuk cerpen. Bahkan ia menjuluki kartun sebagai cerita yang sangat pendek yang memanfaatkan sarana non-aksara (Yustiniadi 17). 2.2.3.4. Tinjauan aspek content massage

Kebanyakan buku cerita interaktif yang ada mengajarkan berbagai pengetahuan dasar bagi anak usia dini. Pengetahuan dasar tersebut antara lain seperti profesi, kegiatan sehari-hari, dan lain sebagainya, terdapat pula buku cerita interaktif yang mengajarkan berbagai bahasa seperti bahasa Inggris, Mandarin,

(36)

Jepang, dan lain sebagainya. Terdapat beberapa buku interaktif yang mengajak anak-anak untuk bermain dengan logika sederhana yang ringan dan menyenangkan. Tidak semua buku cerita interaktif memiliki content massage didalamnya. Adapula buku yang hanya bertujuan sebagai penghibur dan mengajak anak-anak untuk ikut bermain.

2.2.3.5. Data Visual

gambar 2.25. Buku Interaktif Sederhana Sumber : Koleksi Pribadi

gambar 2.26. Buku Interaktif Sederhana untuk Anak Perempuan Sumber : Koleksi Pribadi

gambar 2.27. Buku Interaktif Anak dengan Tokoh yang Dapat Digerakkan Sumber : Koleksi Pribadi

(37)

2.3. Tinjauan Karakter Tokoh Punakawan Gagrag Yogyakarta 2.3.1. Pengertian Punakawan Gagrag Yogyakarta

gambar 2.28. Punakawan Wayang Purwa Gagrag Yogyakarta Sumber : Ensiklopedi Wayang Indonesia 3 (1999, 972)

Panakawan, yang dalam pewayangan juga disebut punakawan, adalah pamong. Kata panakawan berarti teman yang multifungsi, yang mumpuni, yang bukan saja mengawani tetapi juga mengarahkan, menghibur, memberi semangat, dan memotivasi. Hampir pada setiap jenis wayang memiliki panakawan, namun yang paling terkenal adalah para panakawan pada Wayang Purwa (Ensiklopedi

Wayang Indonesia 971).

Kata panakawan artinya adalah teman yang tahu, yang faham. Kata pana artinya yang tahu atau faham, sedangkan kawan artinya teman (Ensiklopedi

Wayang Indonesia 971).

Tokoh panakawan sama sekali tidak tersapat dalam Kitab Mahabarata maupun Ramayana. Tokoh-tokoh ini asli Indonesia. Kehadiran mereka dalam dunia pewayangan, juga dalam alur ceritanya, bukan hanya sebagai bumbu penyedap namun justru penting karena panakawan merupakan tokoh pembawa konsep religi dan konsep filsafat dalam cerita wayang itu (Ensiklopedi Wayang

Indonesia 971).

Banyak lakon wayang yang memberi pelajaran kepada penontonnya, bahwa Semar, yang dianggap mewakili rakyat kebanyakan, tidak boleh dan tidak dapat diperlakukan sewenang-wenang oleh pihak yang berkuasa, apakah itu ksatria ataukah itu dewa sekalipun. Ksatria yang tidak mau mendengar saran dan nasihat Semar, bisa ditebak ia akan mengalami musibah yang tidak terduga (Ensiklopedi Wayang Indonesia 972).

Hubungan antara panakawan dengan ksatria berbudi luhur, khususnya Pandawa adalah bagaikan hubungan rakyat dengan golongan yang memerintah. Yang memerintah dapat berjalan dengan baik kalau mendapat restu dari rakyat,

(38)

dalam hal ini diwakili oleh para panakawan (Ensiklopedi Wayang Indonesia 972-974).

Komik wayang, selalu memberikan tempat penting bagi Punakawan. Karena itu, segera muncul gagasan untuk memisahkan petualangan mereka dari petualangan majikannya. Penampilan fisik Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong yang jenaka menjadikan mereka tokoh badut; namun kecuali fisionomi mereka yang khas; komik humor dengan tokoh Punakawan pada umumnya tidak berkaitan dengan dunia pewayangan (Bonneff 123-124).

Kisah-kisah para Punakawan di dalam komik sebagian besar merupakan parodi: parodi dari kepahlawanan Tarzan, James Bond (Bandit dari Langit), atau dari pahlawan lain (Gara-gara Buntut); cerita detektif yang diplesetkan (Malin Terdampar) atau parodi dari cerita silat (Mpek dan Mpok) (Bonneff 125).

2.3.2. Karakter dan ciri khas tokoh Punakawan Gagrag Yogyakarta

Dalam pewayangan Yogyakarta terdapat karakter panakawan yang terdiri dari 4 karakter yaitu Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong. Tiap-tiap karakter memiliki cirri khas dan keunikannya masing-masing.

2.3.2.1. Semar

Semar yang sering disebut Ki Lurah Semar adalah punakawan utama dalam dunia pewayangan. Dalam pendalangan ia sering disebut dewa

ngejawantah. Artinya, dewa yang mengubah wujud dirinya sebagai manusia di

alam dunia. Sebenarnya, Semar adalah wujud Batara Ismaya. Dalam keadaan biasa, Semar hanya seorang panakawan, manusia hamba sahaya. Namu adakalanya, dalam situasi tertentu ia disusupi Sang Hyang Ismaya, sehingga jangankan kepada manusia, kepada dewa manapun ia akan berani (Ensiklopedi

Wayang Indonesia 1169).

Menurut buku Pakem Pendalangan Lampahan Wayang Purwa karangan S. Probohardjono alias K.R.T Muloyodipuro, ketika dunia telah tercipta, Hyang Mahakawasa (Yang Maha Kuasa) menciptakan empat sosok makhluk yang berwujud manusia. Sang Hyang Narada tercipta dari cahaya. Sang Hyang Antaga tercipta dari teja, Sang Hyang Guru tercipta dari manik, sedangkan Sang Hyang

(39)

Ismaya tercipta dari maya. Jadi, menurut versi ini, Narada, Antaga, Guru, dan Ismaya langsung diciptakan Sang Hyang Mahakawasa tanpa bapak tanpa ibu, sebagai makhluk pertama di alam semesta (pewayangan) (Ensiklopedi Wayang

Indonesia 1169).

Menurut Serat Paramayoga, Sang Hyang Ismaya adalah salah seorang dari tiga putra Hyang Tunggal. Ibunya adalah Dewi Rakti. Tetapi dalam pewayangan umumnya, terutama Wayang Purwa, ibu Sang Hyang Ismaya adalah Dewi Rekatawati. Istri Sang Hyang Ismaya menurut Paramayoga ialah Dewi Senggani, sedangkan dalam pendalangan adalah Dewi Kanastri atau Kanastren. Sang Hyang Ismaya lahir bersamaan dengan kedua saudaranya, Sang Hyang Manikmaya, dan Sang Hyang Antaga. Mulanya mereka lahir dalam wujud cahaya yang kemudian berubah wujud menjadi sebutir telur. Oleh Sang Hyang Tunggal, telur itu dipuja menjadi tiga orang putra. Kulit telurnya menjadi Sang Hyang Antaga, putih telurnya menjadi Sang Hyang Ismaya, sedangkan kuning telurnya menjadi Sang Hyang Manikmaya. Ketiga anak ini semua merasa dirinya paling sakti dan paling pantas menjadi pewaris kedudukan ayahnya sebagai penguasa alam kahyangan. Karena tidak satupun diantara mereka yang mau mengalah, Sang Hyang Tunggal memberi persyaratan : “Siapa di antara yang sanggup menelan Gunung Mahameru dan memuntahkannya kembali, dialah yang berhak atas singgasana kahyangan.” Akhirnya Sang Hyang Ismaya dapat menelan gunung tersebut namun tidak dapat mengeluarkannya lagi. Tahta kahyanganpun jatuh ke tangan Sang Htang Manikmaya (Ensiklopedi Wayang Indonesia 1169-1170).

Sang Hyang Ismaya kemudian diperintahkan oleh ayahnya untuk turun ke dunia dan bertindak sebagai pamong bagi manusia yang berbudi baik. Sebagai

pamong, Ismaya menggunakan nama Semar. Bambang Manumasa adalah

manusia pertama yang menjadi momongan Semar (Ensiklopedi Wayang Indonesia 1170).

Adapun sebagai panakawan, Semar dalam pengembaraannya selaku pamong manusia di Marcapada, dia mempunyai tiga anak angkat yaitu Gareng, Petruk, dan Bagong (Ensiklopedi Wayang Indonesia 1171).

Dalam berbagai lakon wayang, Semar muncul sebagai pemeran utama. Namun fungsi utama Semar pada seluruh lakon wayang adalah sebagai pengisi

(40)

dan pengarah utama nilai falsafah kehidupan. Setiap tindakan dan kata-kata Semar hampir selalu berisi nasihan dan mengandung bobot sebagai tuntunan (Ensiklopedi Wayang Indonesia 1173).

Semar, walaupun memiliki sifat amat sabar, sesekali pernah juga marah. Jika sedang marah, tidak seorangpun di dunia ini yang sanggup melawannya. Bahkan para dewa akan takut kepadanya. Senjata sakti Semar yang paling ditakuti oleh semua ‘makhluk’ pewayangan adalah kentutnya. Bau busuk (sampah nuklir) itu mampu memporak porandakan sepasukan raksasa (Ensiklopedi Wayang

Indonesia 1173).

Dalam falsafah Jawa, tokoh Semar menduduki tempat yang sangat terhormat. Dalam pengertian filosofi Jawa, Semar bukan lelaki, bukan pula perempuan, dan juga bukan banci. Dia juga melambangkan kebenaran yang hakiki, dan dengan demikian merupakan jaminan kemenangan serta keselamatan. Kata-kata Semar dianggap sebagai suara rakyat kecil, suara hati nurani manusia yang asasi (Ensiklopedi Wayang Indonesia 1173-1174).

gambar 2.29. Semar, Punakawan Gagrag Yogyakarta Sumber : Ensiklopedi Wayang Indonesia 4 (1999, 1171) 2.3.2.2. Gareng

Sering disebut sebagai Nala Gareng. Nala artnya hari, Gareng atau garing artinya bersih. Hatinya bersih dan tidak suka pada yang bukan haknya. Tangannya

ceko, kakinya pincang, Gareng merupakan simbol bahwa manusia mesti hati-hati

dalam melangkah dan bertindak. Matanya juling ke kiri dan ke kanan, mempunyai makna bahwa semua hal harus ditilik dari berbagai sudut pandang. Gareng adalah anak sulung Semar (Ensiklopedi Wayang Indonesia 558).

Nama asli Greng adalah Bambang Sukskati. Bertahun-tahun ia bertapa di bukit Candala untuk mendapatkan kesaktian. Setelah selesai tapanya, ia meminta ijin kepada ayahnya untuk menaklukan raja-raja. Di tengah jalan ia bertemu

Gambar

gambar 2.1. Histoire de M. Cieux Bois Karya Rodolpge Topffer  Sumber : Rina (2007, 8)
gambar 2.4. The Family Upstairs Introducing Krazy Kat  Sumber : Rina (2007, 9)
gambar 2.8. Komik China Tahun 50-an  Sumber : Masdiono, Okky (2007, 22)
gambar 2.10. Put On Cerita Bergambar Tahun 1930-an  Sumber : Masdiono, Okky (2007, 20)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kompetensi Dasar (KD) 13.1 Menjelaskan hal-hal yang menarik tentang tokoh cerita yang disampaikan secara langsung dan atau melalui rekaman. Cerita rakyat yang digunakan

3) Siswa dalam kelompok mengidentifikasi tokoh-tokoh dan latar dalam cerita rakyat. Menyebutkan tokoh-tokoh yang terdapat di dalam cerita rakyat yang disampaikan

Menurut buku Cerita Batik yang ditulis oleh Ramadhan, 2013, p.61 mengatakan bahwa, pada zaman dahulu pewarna batik hanya menggunakan warna alami, untuk mendapatkan

Aplikasi tersebut berkonsep seperti buku cerita bergambar dengan efek animasi pada beberapa halaman ceritanya dengan ilustrasi yang menarik dan penuh dengan warna, serta

Komik-komik Jepang ini dianggap lebih mudah diterima dibandingkan dengan komik Amerika karena kondisi kebudayaan yang hampir sama (Asia). Tema cerita yang diangkat

Fungsi buku cerita bergambar ini untuk membangkitkan kreatifitas anak-anak dalam memproduksi atau melakukan sesuatu yang berguna untuk mereka dengan menggunakan

Kesimpulan penelitian yaitu: 1 guru mampu merancang kegiatan mendongeng dengan membuat dan menggunakan APE dari bahan flannel, buku cerita buatan sendiri, boneka jari, dan boneka

Bercerita dengan bantuan media boneka jari dapat menarik minat anak dalam mendengarkan cerita, boneka sebagai media dalam kegiatan pembelajaran bahasa memiliki peranan yang sangat