• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. orang yang melembagakan dan ditujukan kepada sejumlah besar orang yang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. orang yang melembagakan dan ditujukan kepada sejumlah besar orang yang"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. KOMUNIKASI MASSA

Menurut Mulyana (dalam Setiawati 2008:47) komunikasi massa merupakan komunikasi yang menggunakan media yang dikelola oleh suatu Lembaga atau orang yang melembagakan dan ditujukan kepada sejumlah besar orang yang tersebar dibanyak tempat, anonim dan heterogen. (Ira Setiawati, 2008)

Media massa merupakan alat dalam komunikasi yang bias menyebarkan pesan secara serempak, cepat kepada komunikan yang luas dan heterogen.

Kelebihan media massa dibanding dengan jenis komunikasi lain adalah bias mengatasi hambatan ruang dan waktu, bahkan media massa mampu menyebarkan pesan hamper seketika pada waktu yang tak terbatas. (Nurudin, 2007:9).

Komunikasi massa dapat dijelaskan dengan dua sudut pandang, yaitu bagaimana orang memproduksi pesan dan menyebarkannya melalui media di satu pihak, dan bagaimana masyarakat mencari dan menggunakan pesan tersebut kepada pihak lainnya. Secara garis besar, komunikasi media massa adalah proses komunikasi melalui media massa. Perkembangan media massa sendiri seringkali dikatikan dengan beberapa faktor seperti, perkembangan dalam bidang ekonomi, teknologi informasi yang berkembang pesat, dan faktor iklan.(Abdul Halik, 2013)

Wright mengatakan, komunikasi massa memiliki beberapa ciri, diantaranya

(2)

- Diarahkan pada khalayak yang relatif lebih besar, heterogen, dan anonim.

- Pesannya mewakili usaha banyak orang yang berbeda dan disampaikan secara terbuka

- Sering dapat mencapai kebanyakan khalayak secara serentak, bersifat sekaligus.

- Komunikatornya cenderung berada atau bergerak dalam organisasi yang kompleks, yang melibatkan biaya besar dan bekerja lewat suatu organisasi yang rumit.

Menurut Dominic (Nora et al., 2016) komunikasi massa memiliki beberapa fungsi diantaranya adalah :

a. Pengawasan

Fungsi pengawasan komunikasi massa dibagi dalam dua bentuk utama yaitu :

- Pengawasan peringatan , fungsi ini terjadi ketika media massa menginformasikan tentang adanya ancaman seperti bencana alam, serangan militer, dan kondisi yang memprihatinkan.

- Pengawasan instrumental, fungsi komunikasi massa ini adalah untuk menyampaikan informasi yang memiliki keuntungan atau dapat membantu kehidupan khalayak.

b. Penafsiran

(3)

Fungsi ini hampir sama dengan fungsi pengawasan, media tidak hanya memasok fakta dan data tapi juga memberikan penafsiran terhadap kejadian kejadian penting. Tujuan dari media ini adalah untuk mengajak audience untuk memperluas wawasan dan membahasnya lebih lanjut dalam komunikasi antarpersona maupun kelompok

c. Keterkaitan

Media massa dapat menyatukan anggota masyarakat sehingga membentuk pertalian berdasarkan kepentingan dan minat yang sama tentang sesuatu.

d. Penyebaran nilai

Fungsi ini mengacu pada cara, di mana tiap individu mengadopsi perilaku dan nilai kelompok.

e. Hiburan

Hampir seluruh media selalu menyajikan hiburan bagi khalayak, baik media apapun itu, tujuannya ialah untuk mengurangi ketegangan dari pembaca, penonton, ataupun pendengar. Karena dengan hiburan dapat meringankan beban pikiran dan membuat pikiran lebih segar.

Fungsi Komunikasi Massa Secara Umum, yaitu : a. Fungsi Informasi

(4)

Fungsi ini berarti media menjadi penyebar informasi bagi audience. Informasi ini dibutuhkan oleh audience yang bersangkutan sesuai dengan kepentingannya.

b. Fungsi Pendidikan

Media massa menjadi sarana Pendidikan karena seharusnya media massa menyajikan banyak hal yang bersifat mendidik. Media massa dapat melakukan fungsi ini melalui drama, diskusi, cerita, maupun artikel.

c. Fungsi Mempengaruhi

Media massa dapat mempengaruhi masyarakat secara implisit melalui editorial, features, iklan, artikel, dan sebagainya. Sehigga masyarakat yang bersentuhan langsung denga konten dari media massa tanpa sadar terpengaruh oleh iklan atau apapun yang diberikan oleh media massa.

2.2. VIDEO KLIP

Video merupakan rekaman gambar hidup yang didukung dengan adanya suara, video juga dapat digunakan dalam dunia musik, yaitu digunakan sebagai video klip. (Tridika, 2015)

Video klip memiliki peran yang sangat luar biasa sebagai alat komunikasi media massa dalam menyampaikan pesan. Awalnya, video musik berbeda

(5)

dengan video klip. Video musik alur ceritanya dibuat sesuai dengan musik yang melatarinya, sehingga konsep cerita divisualisasikan sesuai dengan musik yang ada. Sedangkan video klip nerupakan kumpulan potongan gambar yang dimasukkan kedalam cerita sepanjang musik (Sari, 2016)

Namun di Indonesia, musik video atau video musik lebih dikenal dengan video klip. Video musik merupakan sebuah video atau film pendek yang menemani atau mendampingi sebuah lagu atau musik, dan berfungsi untuk mempromosikan sebuah album dari sebuah band atau musisi, dan istilah video musik ini mulai populer pada tahun 1980’an di MTV (Himawan & Al Fatta, 2012)

Menurut Januar, video klip atau video musik merupakan sebuah representasi dari musik atau lagu yang populer, dimana video klip atau video musik seringkali disebut dengan video promo karena fungsi pemasarannya. (Budi &

Wahyuningsih, 2018) .

Media video klip merupakan media kumpulan potongan gambar yang disusun secara berurutan menjadi sebuah tayangan yang padu diiringi dengan ragam suara musik yang disesuaikan dengan tampilan gambar (Hartanti et al., 2017)

Berdasarkan dari beberapa pengertian video klip di atas, video klip adalah kumpulan potongan gambar yang disesuaikan mengiringi musik yang gambarnya atau konsep atau alur cerita dari video tersebut disesuaikan dengan musik.

(6)

Video klip memiliki beberapa macam kemungkinan bentuk yang disebut dengan Formal Possibilities yang mengacu pada 2 bentuk, yaitu Performance Oriented dan Conceptual Oriented. Tergantung pada bentuk video klip itu

sendiri, Jika dalam video klip tersebut lebih banyak menampilkan gambar atau aksi dari musisi, band atau pemilik musik tersebut maka dapat digolongkan menjadi performance clip. Namun, jika dalam video klip tidak terlalu banyak memasukkan gambar dari musisi, atau band, atau pemilik lagu tersebut dan lebih mementingkan ambisi artistiknya maka dapat digolongkan menjadi conceptual clip. (F et al., 2012)

2.1.1 Performance Oriented

Performance Oriented merupakan video klip atau video musik yang berorientasi pada penampilan, performance oriented dibagi menjadi 6 formula, yaitu :

1. The Anti-Performance Piece

Dalam formula ini, yang paling penting adalah bukan apa yang ditampilkan melainkan apa yang tidak ditampilkan dalam video ini. The Anti-Performance Piece tidak menggunakan penampilan atau music performance, bukan berarti penyanyi tidak terlihat dalam video, hanya saja tidak ada penampilan memainkan alat musik atau sedang lip-sync.

2. The Pseudo-Reflexive Performance

Pada formula ini, isi video akan menampilkan seluruh kegiatan produksi musik atau kegiatan yang berhubungan dengan

(7)

seluruh produksi dari merekam, editing dan lainnya. Penyanyi atau band akan terlihat sedang bernyanyi atau memainkan alat musik. Semua hal dilakukan dengan sengaja dengan tujuan untuk direkam.

3. The Performance Documentary

Pada formula ini, video menampilkan gambar konser dan di studio rekaman bergaya dokumenter yeng bertujuan untuk membuat penonton percaya bahwa video ini adalah nyata dan tanpa sengaja direkam. Formula ini membuat seolah olah penonton melihat dan merasakan secara langsung dan tidak menganggap itu adalah fiksi atau buatan.

4. The Special Effect Extravaganza

Yang menjadi unsur paling penting dalam formula ini adalah teknik visualnya. Video ini menampilkan penyanyi atau band dalam kostum, latar dan properti yang sangat luar biasa dengan memanipulasi gambar. Memberikan kesan seakan akan apa yang dilihat hanya dapat dibuat dengan kemampuan khusus teknologi multimedia atau visual elektronik.

5. The Song and Dance Number

Pada formula ini, tidak hanya menampilkan lip-sync dari pernyanyi saja tetapi penyanyi juga menunjukan tarian yang mengikuti irama dari musik karena yang menjadi hal utama dalam

(8)

formula ini adalah adalah menyanyi dan menari. Membuat fokus penonton menyusut dan lebih terfokus kepada tarian.

6. The Enhanced Performance

Formula ini menampilkan aksi dari penyanyi atau band sedang lip-sync atau memainkan alat musik, namun diberikan tambahan gambar yang memiliki hubungan dengan lagu itu sendiri.

2.1.2 Conceptual Oriented

Menurut Bodwell and Thompson, Conceptual Oriented atau Conceptual Clip dibagi menjadi 5, yaitu :

1. Narative Form

Narative Form ini menampilkan rangkaian gambar yang

memiliki hubungan sebab akibat. Cerita dalam Narative Form menggunakan cerita dari sudut pandang orang pertama atau sudut pandang orang ketiga.

2. Categorical form

Categorical Form biasanya menggunakan pola yang

sederhana diawali dengan mengidentifikasi subjek lalu kemudian menyampaikan informasi berdasarkan kategori dan subkategori.

Tantangannya adalah mengenalkan variasi dan bagaimana mengatur ekspektasi penonton.

3. Argumentative Form

(9)

Argumentative form dapat ditetapkan menggunakan 4 atribut

dasar. Pertama, film mencoba menggerakkan seseorang ke pengertian yang baru. Kedua, subjek yang dibahas bukan soal kebenaran ilmiah tetapi soal pengarahan opini. Ketiga, jika kesimpulan tidak dapat dibuktikan dengan bukti nyata, emosilah yang dimainkan. Keempat, mempengaruhi penonton mengambil keputusan yang akan mempengaruhi kehidupan sehari-hari mereka.

4. Associational form

Kategori ini menunjukan konsep dengan mengelompokkan gambar yang tidak memiliki kedekatan hubungan secara logika.

Namun faktanya kumpulan gambar-gambar dan suara itu menyatu sehingga dapat mendorong penonton untuk mencari kesamaan yang menghubungkan gambar-gambar dan suara itu.

Gambar dan suara dikelompokkan bersama dalam beberapa set besar, yang mana tiap set memiliki perbedaan yang terpadu sebagai bagian dari film kemudian menampilkan motif berulang untuk memperkuat hubungan antar gambar.

5. Abstract form

Abstract form ini sangat mementingkan keindahan dari

gambar dalam sebuah video. Dalam abstract form, cara membedakan dengan form lainnya adalah keseluruhan gambarnya menampilkan keindahan dan mengesampingkan

(10)

tujuan lain seperti narasi, argumen, kategori dan kesatuan gambar. Biasanya menampilkan gambar keindahan alam atau gambar buatan manusia dan menjauhkan dari konteks sehari-hari, hingga kualitas keindahannya muncul.

2.3. PENGERTIAN SAMPAH

Menurut World Health Organization (WHO) sampah merupakan hal yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi begitu saja. (Hayat & Zayadi, 2018) Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), sampah adalah barang atau benda yang dibuang karena tidak terpakai lagi dan sebagainya, misalnya seperti kotoran daun, kertas, bungkus plastik makanan. Dan dalam UU No.18 Tahun 2008 menyebutkan sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia atau proses alam yang berbentuk padat atau semi padat berupa zat organik atau anorganik bersifat padat terurai atau tidak dapat terurai yang dianggap sudah tidak berguna lagi dan dibuang kelingkungan.

Secara umum, sampah di bagi menjadi dua, yaitu sampah organik dan sampah anorganik. Sampah organik merupakan limbah yang berasal dari manusia, hewan maupun tumbuhan yang mengalami pembusukan, sampah organik merupakan sampah yang ramah lingkungan karena dapat terurai secara alami dengan sangat cepat dan biasanya di manfaatkan untuk diolah sebagai

(11)

pupuk kompos. Sedangkan sampah anorganik merupakan limbah dari manusia yang tidak ramah lingkungan dan sulit untuk di urai secara alami bahkan memerlukan waktu hingga ratusan tahun (Agus Taufiq & Maulana, 2015)

Pada tahun tujuh puluhan, banyak orang masih menggunakan tas rotan, makanan yang dibungus dengan daun. Sedangkan saat ini kita telah berhadapan dengan produk sintetis sebagai ganti dari bahan organik tersebut, yaitu plastik.

Sampah plastik sendiri dapat bertahan hingga bertahun tahun bahkan ratusan tahun dan menyebabkan pencemaran terhadap lingkungan (Karuniastuti, 2013) Ada berbagai macam zat yang digunakan dalam pembuatan plastik untuk memperoleh karakter yang diinginkan seperti bening, kuat, rentang toleransi suhu yang lebar dan fleksibel. Pthalate menjadi salah satu bahan yang digunakan dalam pembuatan plastik, senyawa phthalate ini dapat bebas dan menguap dari plastik dengan mudah. Bisphenol-A yang juga menjadi bahan dalam pembuatan plastik jenis polikarbonat teridentifikasi dapat terlepas dari plastik dan mencemari makanan atau minuman.

Beberapa penelitian telah menyatakan bahwa senyawa kimia BPA dan pthalate dapat menyebabkan gangguan sistem hormon. Plastik yang digunakan

sebagai bungkus kemasan makanan dan minuman menjadi sumber utama paparan BPA dan pthalate (Ilmiawati et al., 2017)

2.1.3 Jenis-Jenis Plastik

Plastik memiliki beberapa jenis yang berbeda, bahan plastik yang digunakan untuk membuat kemasan botol air tentu berbeda dengan plastik yang digunakan untuk membuat mangkuk, begitu juga

(12)

dengan benda lainnya yang terbuat dari plastik (Putra & Yuriandala, 2010). Beberapa jenis plastik, yaitu :

a. Polyethylene Terephthalate (PET, PETE)

PET transparan, jernih, dan kuat. Biasanya jenis ini digunakan sebagai botol minuman namun tidak digunakan untuk air hangat.

b. High Denesity Polythylene (HDPE)

HDPE merupakan bahan plastik yang aman untuk digunakan karena memiliki kemampuan untuk mecegah reaksi kimia antara plastik HDPE dengan makanan/minuman yang dikemas oleh HDPE, namun walaupun HDPE ini aman untuk digunakan, jika HDPE digunakan secara terus menerus, wadah plastik dengan bahan HDPE akan melepaskan antimoni trioksida secara terus menerus

c. Low Density Polyethylene (LDPE)

LDPE biasanya digunakan untuk tempat makanan dan botol yang lembek. Sifat dari LDPE sendiri adalah kuat, fleksibel, agak tembus cahaya namun LDPE tidak baik untuk gas seperti oksigen.

Walaupun LDPE sulit untuk dihancurkan namun dapat digunakan sebagai tempat menyimpan makanan maupun minuman karena LDPE sulit untuk bereaksi secara kimiawi.

(13)

d. Polyvinyl Chloride (PVC)

Plastik jenis ini memiliki bentuk yang stabil dan tahan terhadap bahan kimia , pengaruh cuaca, dan sifat elektrik. Bahan ini merupakan bahan yang paling sulit untuk didaur ulang. Biasa digunakan untuk pipa dan kontruksi bangunan.

e. Polypropylene (PP)

Ciri ciri dari PP adalah botol yang transparan namun tidak jernih. Bahan ini memiliki daya tahan yang baik terhadap bahan kimia.

f. Polystyrene (PS)

PS ini biasanya dipakai untuk tempat makan styrofoam, atau minuman sekali pakai. Ini bahan yang harus dihindari karena dapat berbahaya untuk kesehatan, selain itu bahan ini juga sulit untuk didaur ulang.

g. Other

Plastik yang menggunakan kode ini terbuat dari resin yang tidak termasuk enam golongan yang lainnya, atau terbuat dari lebih dari satu jenis resin dan digunakan dalam kombinasi multi-layer.

2.1.4 Dampak Penggunaan Plastik dan Sampah Plastik terhadap Kesehatan dan Lingkungan

Seperti yang telah diketahui bahwa plastik kini menjadi hal yang tidak terpisahkan dalam kehidupan manusia. Diperkirakan ada sekita 500 juta hingga satu milyar kantong plastik yang digunakan

(14)

dalam satu tahun yang artinya ada sekitar 1 juta kantong plastik permenit. Untuk itu diperlukan 12 juta barel minyak per tahun dan 14 juta pohon ditebang.

Plastik terbuat dari penyulingan gas dan minyak yang disebut ethylene, bahan yang digunakan merupakan sumber daya alam yang

tidak dapat diperbaharui yang mana artinya, semakin banyak penggunaan plastik maka sumber daya alam akan semakin cepat habis.

Pembakaran sampah adalah hal yang biasanya dilakukan dalam menanggulangi sampah, namun pembakaran yang tidak sempurna akan menjadi doksin di udara dan dapat menjadi penyakit bagi manusia seperti kanker, hepatitis, pembengkakan hati, dan gangguan sistem syaraf.

Sampah plastik yang sulit terurai akan memberikan akibat diantaranya adalah :

- Pencemaran tanah, air tanah, dan mahluk bawah tanah

- Racun dari partikel plastik yang masuk ke tanah akan membunuh hewan pengurai yang ada di dalam tanah

- PCB tidak akan dapat terurai meskipun teramakan oleh hewan maupun binatang, dan selanjutnya akan menjadi racun sesuai dengan urutan rantai makanan.

- Plastik dapat menganggu jalur air yang teresap kedalam tanah.

(15)

- Dapat menurunkan kesuburan tanah karena menghalangi sirkulasi udara dan mengganggu hewan bawah tanah yang mampu menyuburkan tanah.

- Hewan laut seperti lumba-lumba, penyu laut, dan beberapa hewan lainnya menganggap plastik sebagai makanan dan mati karena tidak dapat mencerna plastik.

- Plastik tetap tidak dapat hancur dari dalam bangkai hewan dan dapat meracuni hewan lainnya.

- Sampah plastik yang dibuang sembaragan dapat menyumbat aliran sungai dan menyebabkan banjir.

2.4. MAKNA

Menurut Geoffrey Leech, makna dapat dipelajari sebagai fenomena linguistic itu sendiri, bukan sebagai sesuatu di luar Bahasa. Namun, cakupan linguistic yang mengkaji tentang makna tidak hanya terdiri dari satu bidang ilmu saja.

Semantik, Pragmatik, dan Semiotik sama-sama menjadikan makna sebagai objek kajiannya, namun ketiganya menelaah makna dengan cara yang berbeda menurut fokusnya masing-masing. Semantik menelaah makna ungkapan atau wicara, sedangkan semiotik menelaah makna lambang dan hal yang berhubungan dengannya.

Saussure mengatakan bahwa makna ialah pengertian atau konsep yang dimiliki atau terdapat pada suatu tanda linguistik. Ia juga mengatakan bahwa

(16)

makna adalah pengertian atau konsep yang dimiliki atau terdapat pada suatu tanda linguistik.

Menurut Sugono, makna adalah amanat, moral, nilai, pelajaran, signifikasi substansi, takwil, Menurut Riemer, makna adalah suatu bagian dunia yang memberikan penjelasan arti dari kata.

Makna bersifat intersubyektif karena ditumbuh-kembangkan secara individual, namun makna tersebut dihayati secara Bersama, diterima, dan disetujui oleh masyarakat. Untuk menginterpretasikan secara komprehensif makna yang terjalin dalam berbagai jejaring hubungan sosial yang luas dan rumit, Geertz menyarankan untuk menempuh jalur hermeneutik dua arah yang meliputi “paparan bentuk-bentuk simbolis tertentu sebagai ekspresi- ekspresi yang terdefinisikan; serta kontekstualisasi bentuk-bentuk tersebut dalam keseluruhan struktur pemaknaan (bentuk-bentuk simbolis) yang menjadi bagian di dalamnya, dan yang dalam pengertiannya mereka didefinisikan. Dengan demikian, suatu sistem pemaknaan menjadi latar budaya yang terpadu bagi fenomena yang digambarkan. (Wardani, 2010)

2.1.5 Jenis-Jenis Makna

Menurut Leech, penggolongan 7 tipe makna lebih baik karena golongan tersebut merupakan ikhtisar atau ringkasan pengertian makna secara keseluruhan. 7 tipe makna tersebut, yaitu :

a. Makna Konseptual

Makna ini juga biasa disebut dengan makna denotatif atau makna kognitif.

(17)

b. Makna Konotatif

Makna konotatif ialah nilai komunikatif dari suatu ungkapan menurut apa yang diacu. Dalam makna konotatif terdapat sifat tambahan yang diacu, baik sifat fisik, psikis, atau sosial. Setiap ciri-ciri dari referen, bisa menjadi makna konotatif dari kata yang dinyatakan.

c. Makna Kolokatif

Ialah makna yang mengandung asosiasi-asosiasi yang diperoleh suatu kata, yang disebabkan oleh makna kata-kata yang cenderung muncul di dalam lingkungannya.

d. Makna Afektif

Makna ini merefleksikan perasaan pribadi dari pembicara termasuk sikapnya terhadap pendengar, atau terhadap sesuatu yang dia bicarakan

e. Makna Sosial

Makna sosial adalah apa yang disampaikan suatu bahasa tentang lingkungan sosial penggunanya

f. Makna Reflektif

Makna ini muncul dalam kasus makna konseptual ganda atau makna yang muncul pada suatu kata akibat adanya konsep ganda pada kata tersebut.

g. Makna Tematik

(18)

Makna tematik adalah makna yang dikomunikasikan menurut cara penutur atau penulis menata pesannya, dalam arti urutan fokus, dan penekanan.

2.5. SEMIOTIKA

Semiotika berasal dari Bahasa Yunani yaitu semeion yang artinya adalah tanda. Semiotika merupakan ilmu yang mempelajari tentang tanda, berfungsinya tanda, dan produksi makna. Yang dimaksud dengan tanda adalah sesuatu yang bagi orang berarti seuatu yang lain. Segala hal yang dapat diamati dan teramati dapat disebut dengan tanda sehingga tanda tidak terbatasi dengan benda (Mudjiyanto & Nur, 2013)

(Piliang, 2004) semiotika pada prinsipnya merupakan sebuah disiplin yang mempelajari segala sesuatu yang dapat digunakan untuk berdusta.

Deifinisi yang diberikan oleh Eco ini mungkin mencengangkan banyak orang yang membuat dusta nampak menjadi prinsip utama semiotika itu sendiri.

Eco serius dengan pernyataan ini sebagaimana yang dikemukakannya lebih lanjut bahwa bila semiotika adalah sebuah teori kedustaan, maka ia sekaligus adalah teori kebenaran karena bila sebuah tanda tidak dapat digunakan untuk mengungkap sebuah kebenaran, maka ia tidak dapat pula digunakan untuk mengungkapkan kedustaan. Dengan begitu, meskipun Eco menyatakan bahwa semiotika sebagai teori kedustaan, implisit didalamnya adalah teori kebenaran.

Semiotika ialah ilmu yang memepelajari tanda. Saussure merumuskan tanda sebagai kesatuan dai dua bidang yang tidak bisa dipisahkan yaitu

(19)

bidang penanda (signifier) dan bidang petanda (signified). Sementara Pierce menandaskan bahwa manusia hanya dapat berpikir dengan medium tanda.

Tanda dalam kehidupan manusia bisa berupa gerak maupun isyarat seperti lambaian tangan yang artinya memanggil atau anggukan kepala yang dapat diartikan dengan arti setuju (Mudjiyanto & Nur, 2013)

Semiotika dan semiologi, kedua istilah ini memiliki pengertian yang sama, hanya saja penggunaan istilah tersebut menunjukan pemikiran pemakai istilah tersebut. Seseorang akan menggunakan istilah semiologi jika ia berpikiran tradisi dari Saussurean seperti yang digunakan oleh Roland Barthes. Dan orang akan menggunakan istilah semiotika jika itu mengacu pada karya Charles Sanders Peirce dan Charles Morris. Yang membedakan dari kedua hal tersebut adalah bahwa semiologi dipakai di Eropa dan semiotika kebanyakan digunakan oleh mereka yang berbahasa Inggris (Sobur, 2016:12)

Hingga saat ini, kajian semiotika telah membedakan dua jenis semiotika, yaitu semiotika komunikasi dan semiotika signifikasi. Yang pertama menekankan pada teori tentang produksi tanda yang salah satu di antaranya mengasumsikan adanya enam faktor dalam komunikasi, yaitu pengirim, penerima kode (sistem tanda), pesan, saluran komunikasi, dan acuan (hal yang dibicarakan). Yang kedua memberikan tekanan pada teori tanda dan pemahamannya dalam suatu konteks tertentu, namun tidak mempersoalkan adanya tujuan berkomunikasi dan lebih mengutamakan segi pemahaman

(20)

suatu tanda sehingga proses kognisinya pada penerima tanda lebih diperhatikan (Sobur, 2016:15)

2.5.1 Semiotika Roland Barthes

Roland Barthes merupakan seorang pemikir strukturalis yang mempraktikan model linguistic dan semiology Saussurean. Barthes juga dikenal sebagai intelektual dan kritikus sastra Prancis yang ternama, eksponen penerapan strukturalisme dan semiotika pada studi sastra (Sobur, 2003:63). Menurut Barthes dalam gambar, konotasi dapat dibedakan dari denotasi. Denotasi adalah apa yang terdapat Digambar, sedangkan konotasi adalah bagaimana gambar itu diambil.

“Semiotika merupakan suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda. Tanda-tanda adalah perangkat yang dipakai dalam upaya beruhasa mencari jalan di dunia ini di tengah-tengah manusia dan bersama-sama manusia. Semiotika, atau dalam istilah Barthes semiology pada dasarnya hendak mempelajari bagaimana kemanusiaan memkanai hal-hal. Memaknai dalam hal ini tidak dapat dicampuradukkandengan mengkomunikasikan. Memkanai berarti memaknai objek-objek tidak hanya membawa informasi, dalam hal mana objek-onjek itu hendak berkomunikasi, tetapi juga mengkonstitusi system terstruktur dari tanda” (Barthes, 1998:179, Kurniawan, 2001:53)

(21)

Salah satu area penting yang dirambah Barthes dalam studinya tentang tanda adalah peran pembaca. Konotasi, walaupun merupakan sifat asli tanda, membutuhkan keaktifan pembaca agar dapat berfungsi.

Barthes secara Panjang lebar mengulas apa yang sering disebut sebagai pemaknaan tataran kedua, yang dibangun di atas system lain yang telah ada sebelumnya. System ke-dua ini oleh Barthes disebut dengan konotatif, yang dalam mitologinya secara tegas dia bedakan dari denotatif, atau sistem makna tataran pertama.

Melanjutkan studi Hjelmselv, Barthes menciptakan peta tentang bagaimana tanda bekerja (Colbey dan Jansz, 1999 dalam Sobur, 2003:68-69).

Dari table Barthes di atas terlihat bahwa tanda denotative (3) terdiri atas penanda (1) dan petanda (2). Akan tetapi, pada saat

(22)

bersamaan, tanda denotatif adalah juga penanda konotatif (4). Dengan kata lain, hal tersebut merupakan unsur material : hanya saja kalua jika kita mengenal tanda “singa”, barulah konotasi seperti harga diri, kegarangan, dan keberanian menjadi mungkin (Colbey dan Janzs, 1999 dalam Sobur 2003:69).

Dalam peta tanda Barthes mitos sebagai unsur yang terdapat dalam sebuah semiotik tidak nampak, namun hal ini baru terlihat pada signifikasi tahap kedua Roland Barthes. Jadi, dalam konsep Barthes, tanda konotatif tidak sekedar memiliki makna tambahan, namun juga mengandung kedua bagian tanda denotatif yang melandasi keberadaannya. Sesungguhnya, inilah sumbangan Barthes sangat berarti bagi penyempurnaan semiologi Saussurean, yang berhenti pada penandaan dalam tataran denotatif (Sobur, 2001:369).

Denotasi yang dikemukakan Barthes memiliki arti yang berbeda dengan arti yang umum. Jika dalam arti umum, denotasi adalah makna sesungguhnya, malah dipakai sebagai referensi dan mengacu pada penggunaan bahasa dengan arti yang sesuai dengan apa yang diucapkan. Namun, pengertian denotasi, menurut Barthes, ialah sistem signifikasi tingkat pertama, dan konotasi pada tingkat kedua.

Dalam hal ini denotasi justru lebih diasosiasikan dengan ketertutupan makna dan dengan demikian sensor atau represi politis. Sebagai reaksi yang paling ekstrem melawan keharfiahan denotasi bersifat opersif (Budiman, dalam Sobur, 2003:70-71).

(23)

Pemetaan perlu dilakukan pada tahap-tahap konotasi. Tahapan konotasi pun dibagi menjadi 2. Tahap pertama memiliki 3 bagian, yaitu : Efek tiruan, sikap, dan objek. Sedangkan 3 tahap terakhir adalah : fotogenia, estetisme, dan sintaksis. Barthes tidak sebatas itu memahami proses penandaan, tetapi dia juga melihat aspek lain dari penandaan, yaitu mitos (Myth) yang menandai suatu masyarakat.

Mitos sebenarnya merupakan istilah lain yang dipergunakan Barthes untuk ideologi. Mitologi ini merupakan level tertinggi dalam penelitian sebuah teks, dan merupakan rangkaian mitos yang hidup dalam sebuah kebudayaan. Mitos merupakan hal yang penting karena tidak hanya berfungsi sebagai pernyataan (charter) bagi kelompok yang menyatakan, tetapi merupakan kunci pembuka bagaimana pikiran manusia dalam sebuah kebudayaan bekerja.

Mitos ini tidak dipahami sebagaimana pengertian klasiknya, tetapi lebih diletakkan pada proses penandaan ini sendiri, artinya mitos berada dalam diskurs semiologinya tersebut. Menurut Barthes mitos berada pada tingkat kedua penandaan, jadi setelah terbentuk sistem tandan-penanda-petanda, maka tanda tersebut akan menjadi penanda baru yang kemudia memiliki petanda kedua dan membentuk tanda baru. Konstruksi penandaan pertama adalah bahasa, sedan konstruksi penandaan kedua merupakan mitos, dan konstruksi penandaan tingkat kedua ini dipahami oleh Barthes sebagai

(24)

metabahasa (metalanguage). Perspektif Barthes tentang mitos ini menjadi salah satu ciri.

Khas semiologinya yang membuka ranah baru semiologi, yakni penggalian lebih jauh penandaan untuk mencapai mitos yang bekerja dalam realitas keseharian masyarakat (Kurniawan, 2001:22- 23). Konotasi dalam kerangka Barthes identik dengan operasi ideologi, yang disebutnya sebagai “mitos” dan berfungsi untuk mengungkapkan dan memberikan pembenaran bagi nilai-nilai dominan yang berlaku dalam suatu periode tertentu (Budiman, dalam Sobur, 2003:71)

Di dalam mitos juga terdapat pola tiga dimensi penanda, petanda, dan tanda, namun sebagai suatu sistem yang unik, mitos dibangun oleh suatu rantai-rantai pemaknaan yang telah ada sebelumnya atau dengan kata lain, Mitos adalah suatu sistem pemaknaan tataran kedua. Di dalam mitos pula sebuah petanda memiliki beberapa penanda. Bendera Union Jeck misalnya yang lengan-lengannya menyebar kedelapan penjuru bahasa Inggris yang kini telah menginternasional. Artinya dari segi jumlah, petanda lebih miskin jumlahnya daripada penanda, sehingga dalam praktiknya terjadilah pemunculan sebuah konsep secara berulang-ulang dalam bentuk-bentuk yang berbeda. Mitologi mempelajari bentuk-bentuk tersebut karena pengulangan konsep terjadi dalam wujud berbagai bentuk tersebut (Sobur, 2003:71).

(25)

Selain itu Roland Barthes juga melihat makna yang lebih dalam tingkatannya, akan tetapi lebih bersifat konvensional, yaitu makna-makna yang berkaita dengan mitos, Mitos dalam pemahaman semiotika Barthes adalah pengkodean makna dan nilai-nilai sosial yang sebenarnya (arbiter atau konotatif) sebagai sesuatu yang dianggap alamiah. Berbagai tingkatan pertandaan ini sangat penting dalam penelitian desain, oleh karena itu dapat digunakan sebagai model dalam membongkar berbagai makna desain yang berkaitan secara implisit dengan nilai-nilai ideologi, budaya, moral, spiritual.

Tingkatan tanda dan makna Barthes ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Didalam konteks struktualisme bahasa, tanda tidak dapat dilihat hanya secara individu, akan tetapi dalam relasi dan kombinasinya dengan tanda-tanda lainnya didalam sebuah sistem.

Cara pengkombinasian tanda biasanya dilandasi oleh kode tertentu yang berlaku didalam sebuah objek. Kode adalah seperangkat aturan atau konvensi barsama yang didalamnya tanda-tanda dapat dikombinasikan, sehingga kemungkinan pesan dikomunikasikan dari seseorang ke orang lain.

Kode menurut Umberto Eco didalam A Theory Of Semiotics, dalah “aturan yang menghasilkan tanda-tanda sebagai penampilan

(26)

kongkritnya didalam hubungan komunikasi”. Implisit dalam pengertian kode tersebut diatas adalah adanya kesepakatan sosial diantara masyarakat tentang kombinasi seperangkat tanda dan maknanya. (Yasraf Amir Piliang, 2012:302)

Berdasarkan aksis tanda yang di kembangkan diatas, Barthes mengembangkan sebuah model relasi antara apa yang disebutnya system, yaitu pembendaharaan tanda (kata, visual, gambar, benda) dan syntagma, yaitu pengembangan tanda berdasarkan aturan main tertentu. Aksis tanda yang dikembangkan oleh Roland Barthes ini sangat penting dalam penelitian, termasuk penelitian desain, yang menekankan aspek struktur Bahasa desain, yang mulai dapat dipetakan struktur dibalik berbagai sistem desain, seperti sistem fashion, sistem film, sistem video, sistem fotografi, sistem furniture, sistem arsitektur, sistem iklan, dan seterusnya. (Yasraf Amir Piliang, 2012:303)

Secara konvensional cenderung diasosiasikan dengan keinginan untuk menelaah makna konteks dan suatu pendekatan holistik terhadap fenomena. Sering metode semiotika ini dilawankan dengan metode hipersemiotika yang menawarkan upaya-upaya terbatas untuk mengukur perilaku manusia dan proses kognitif mereka, yang relevan dalam kehidupan sehari-hari.

(27)

Pada tradisi penelitian semiotika, proses penelitian dan ilmu pengetahuan tidak sesederhana apa yang terjadi pada penelitian semiotika, karena sebelum hasil-hasil penelitian smeiotika memberikan sumbangan kepada ilmu pengetahuan tahapan penelitian semiotika melampaui berbagai tahapan berpikir krisis-ilmiah, yang mana seorang peneliti memulai berpikir secara induktif, yaitu menangkap berbagai tanda-tanda atau kode sosial melalui pengamatan dalam visual, kemudian menganalisanya dan kemudian berupaya melakukan teorisasi berdasarkan apa yangdiamati itu. Dari berbagai uraian tentang semiotika, maka peneliti menggunakan semiotika Roland Barthes.

2.6. Fokus Penelitian

Fokus penelitian ini adalah mengetahui apa makna replika ikan paus dari sampah dalam video klip Birhtplace karya Novo Amor. Tentu saja video klip tersebut mengandung pesan yang ingin disampaikan oleh Novo Amor kepada orang yang menontonnya. Dalam situsnya (https://novoamor.co.uk/about/birthplace/) dikatakan bahwa video klip tersebut bercerita tentang penyalahgunaan manusia atas lautan kita. Meskipun inti cerita dari video klip tersebut sudah diketahui, namun ada hal yang menarik perhatian untuk diteliti, yaitu munculnya replika ikan pau dari sampah dibeberapa scene dalam video klip tersebut yang tentunya memiliki makna tersendiri. Replika ikan paus dari sampah inilah yang akan dicari

(28)

Roland Barthes dimana setiap tanda yang menunjukkan adanya replika ikan paus dari sampah dalam video klip tersebut akan dimaknai melalui dua tahap pemaknaan (two order of signification) yaitu makna konotasi dan makna denotasi dimana denotasi merupakan tingkat pertandaan yang menjelaskan hubungan antara tanda dan rujukan pada realitas, sedangkan konotasi merupakan sistem makna kedua yang tersembunyi. Tahap ini menggambarkan interaksi yang terjadi ketika tanda bertemu dengan perasaan atau emosi.

Gambar

Gambar  dan  suara  dikelompokkan  bersama  dalam  beberapa  set  besar,  yang  mana  tiap  set  memiliki  perbedaan  yang  terpadu  sebagai bagian dari film kemudian menampilkan motif berulang  untuk memperkuat hubungan antar gambar

Referensi

Dokumen terkait

digunakan oleh pihak-pihak di Kementerian Pelajaran Malaysia dan agensi lain yang berkaitan bagi tujuan latihan dan pembangunan profesionalisme pengetua / guru besar sekolah dan

Jumlah pucuk peko memengaruhi tingginya mutu kering teh (Yuliana et al., 2013). Tambi 1 memiliki bobot P+2 paling rendah yang tidak berbeda nyata dengan RB 3 dan Kiara 8. Tambi

Puji dan syukur panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, kelimpahan rahmat dan karunia Nya sehingga dapat menyelesaukan tesis tentang “ Pengaruh Kompensasi dan

Dari cara kerja dan overview yang didapat, iTalc sebagai perangkat lunak remote desktop diaanggap memenuhi kriteria tahapan penelitian yang selanjutnya dikembangkan

 Demensia Alzheimer; adanya hendaya memori dan dikaitkan dengan adanya sedikitnya satu dari gejala lain penurunan fungsi kognitif (afasia  Pasien ngomong tp kt tdk

bebas penelitian ini adalah pembelajaran materi keanekaragaman hayati dengan menggunakan model reciprocal teaching berbantu media pictorial riddle, variabel terikat

Untuk penyelenggaraan event kejuaraan yang ke 6 ini, kami tetap mengharapkan kerjasama dan dukungan dari semua pihak karena dengan dukungan serta kebersamaan akan

Pada kelompok hipotesis 3 yang menguji masing-masing dimensi ekuitas merek dalam memediasi hubungan antara citra negara asal dan ekuitas merek menghasilkan simpulan