• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP WANPRESTASI ATAS PERJANJIAN KREDIT KONSUMTIF OLEH PENGGUNA SHOPEE PAYLATER SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP WANPRESTASI ATAS PERJANJIAN KREDIT KONSUMTIF OLEH PENGGUNA SHOPEE PAYLATER SKRIPSI"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP WANPRESTASI ATAS PERJANJIAN KREDIT KONSUMTIF OLEH PENGGUNA SHOPEE

PAYLATER

SKRIPSI

DISUSUN DAN DIAJUKAN KEPADA FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA UNTUK

MEMENUHI SEBAGAI SYARAT MEMPEROLEH GELAR SARJANA STRATA SATU DALAM ILMU HUKUM ISLAM

OLEH :

SITTA NAILUSYIFA 17103080069

PEMBIMBING :

DRS. H. SYAFAUL MUDAWAM, M.A., M.M.

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARI’AH FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA 2021

(2)

ii ABSTRAK

Kegiatan pembelian dan penjualan online mulai menjamur di masyarakat. Kegiatan jual-beli ini sudah mulai banyak di marketplace di Indonesia, salah satunya Shopee.

Banyak cara transaksi yang dapat kita pilih untuk memudahkan transaksi jual beli, salah satunya dengan Shopee pay later. Shopee pay later adalah sebuah transaksi di mana kita dapat membayar barang yang kita beli dengan cara angsuran atau dengan kata lain dengan cara kredit. Namun dengan kemudahan tersebut sering kali pengguna melakukan wanprestasi selama periode pembayaran angsuran, di mana pengguna terlambat ketika membayar tagihan Shopee pay later. Perjanjian sendiri di atur dalam Kitab Undang-undang BW pada Pasal 1754 dan Pasal 1320, dan di atur dalam Fatwa MUI mengenai Al-Qard dan mengenai wanprestasi atau ingkar janji, serta dalam perjanjian antara pihak Shopee dengan Shopee pay later sudah ada ketentuan di mana apabila pengguna tidak mentaati peraturan, namun pengguna sepertinya masih saja melakukan wanprestasi. Melihat hal ini penyusun ingin mengetahui bagaimana praktik wanprestasi yang terjadi oleh pengguna Shopee, bagaimana pihak shopee dalam menanggapi apabila ada pengguna yang melakukan wanprestasi, dan bagaimana hukum islam dalam menanggapi perihal ganti rugi yang diberikan oleh pihak Shopee kepada para penggunanya.

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif, di mana penelitian ini bersifat deskriptif yang cenderung menggunakan analis data. Penelitian ini menggunakan teknik penelitian field researh di mana penulis akan menggunakan sistem penelitian lapangan terhadap suatu pengguna dan pihak Shopee, dengan cara wawancara dan dokumntasi kepada pihak pengguna dan melakukan penelitian melalui web Shopee.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jual beli kredit ini (Bai‟ Muajjal) secara garis besar memenuhi rukun dan syarat yang ada pada hukum islam, begitupun dengan praktik perjanjiannya atau bisa disebut dengan akad Al-Qardh, perjanjian tersebut sudah sesuai dengan rukun dan syarat yang ada dalam ketentuan akad Qardh, karena terdapat ketentuan dalam perjanjian bahwa jika ada keterlambatan dalam pembayaran cicilan, maka akan dikenai denda. Dalam ketentuan ganti rugi atau disebut juga dengan ta‟widh dibolehkan adanya denda bagi sebagian ulama, sebagai bentuk pertanggung jawaban atas perbuatan tidak menepati janjinya dan dengan tujuan agar tidak mengulangi perbuatan tersebut.

Kata kunci: jual beli, wanprestasi, perjanjian kredit

(3)

iii ABSTRACT

Online buying and selling activities began to mushroom in the community. This buying and selling activity has started many in the marketplace in Indonesia, one of which is Shopee. Many ways of transaction that we can choose to facilitate buying and selling transactions, one of which is with Shopee pay later. Shopee pay later is a transaction where we can pay for the item in installments or other words by way of credit. But with this convenience often users make defaults during the installment payment period, where users are late when paying Shopee pay later bills. The agreement itself is stipulated in the BW Code in Article 1754 and Article 1320, and is regulated in the MUI Fatwa on Al-Qard and regarding default or breaking promises, as well as in the agreement between Shopee and Shopee pay later there is a provision where if the user does not obey the rules, but the user seems to still be default. Seeing this, the constituents want to know how the default practices that occur by Shopee users, how shopee parties respond if there are users who do default, and how Islamic law in responding to the compensation provided by Shopee to its users.

This type of research is qualitative research, where the research is descriptive which tends to use data analysts. This research uses field researh research techniques where the author will use a field research system on a user and Shopee, by interviewing and researching the user and conducting research through the Shopee web.

The results of this study show that the sale and purchase of this credit (Bai' Muajjal) broadly meets the pillars and conditions contained in Islamic law, as well as the practice of the agreement or can be called the Al-Qardh agreement, the agreement is in accordance with the pillars and conditions contained in the provisions of the Qardh agreement, because there is a provision in the agreement that if there is a delay in the payment of installments, It will be fined. In the provision of compensation or also called ta'widh allowed a fine for some scholars, as a form of accountability for the act of not keeping his promise and with the aim not to repeat the deed.

Keywords: buying and selling, defaulting, credit agreements

(4)

iv

HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI Hal : Skripsi Saudara Sitta Nailusyifa

Kepada

Yth. Dekan Fakultas Syari‟ah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga

Di Yogyakarta

Assalamualaikum. Wr. Wb.

Setelah membaca, meneliti, memberikan petunjuk dan mengkoreksi, mengadakan perbaikan seperlunya, maka kami berpendapat bahwa skripsi saudara:

Nama : Sitta Nailusyifa NIM : 17103080069

Judul Skripsi : “TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP

WANPRESTASI ATAS PERJANJIAN KREDIT KONSUMTIF OLEH PENGGUNA SHOPEE PAYLATER”

Sudah dapat diajukan kembali kepada Fakultas Syari‟ah dan Hukum Jurisam/Program Studi Hukum Ekonomi Syari‟ah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana strata satu dalam Ilmu Hukum Islam.

Dengan ini, kami mengharapkan agar skripsi saudara tersebut diatas segera dimunaqosyahkan. Atas perhatiannya kami ucapkan terimakasih.

Wassalamualaikum. Wr. Wb.

Yogyakarta, 17 November 2021 12 Rabiul Akhir 1443

Pembimbing

Drs. H. Syafaul Mudawam, M.A., M.M.

NIP. 19621004 198903 1 003

(5)

v

HALAMAN PENGESAHAN

(6)

vi

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN

(7)

vii MOTTO

“Allah tidak akan membebani seseorang itu, melainkan sesuai dengan kemampuannya”

(Q.S Al-Baqarah:286)

“Life isn‟t easy no matter who you are and what you do”

(Doh Kyungsoo)

“it‟s not always easy, but that‟s life. Be strong because there are better days ahead”

(Mark Lee)

(8)

viii

HALAMAN PERSEMBAHAN

Alhamdulilahirabbil‟alamin dengan segala syukur dan rasa bahagia yang mendalam, penyusun persembahkan karya kecil penyusun untuk diri penyusun sendiri yang sudah melawan rasa kemalasan, dan rasa keraguan saat mengerjakan skripsi ini, untuk kedua orang tua penyusun (Alm. Bapak Baidowi dan Ibu Masriyah) yang senantiasa mendoakan, memberi dukungan secara moral, materil, serta meridhoi setiap langkah penulis.

Teriring do‟a semoga Allah SWT. senantiasa mengampuni dosa-dosanya dan mengangkat derajat keduanya. Semoga ini menjadi awal untuk membahagiakan Abah

dan Umi.

(9)

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN

Transliterasi adalah pengalihan tulisan dari satu bahasa ke dalam tulisan bahasa lain.

Dalam skripsi ini transliterasi yang dimaksud adalah pengalihan tulisan Bahasa Arab ke Bahasa Latin. Penulisan transliterasi Arab-Latin penyusunan skripsi ini berpedoman pada Surat Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor: 158 Tahun 1987 dan Nomor: 0543 b/U/1987.

A. Konsonan Tunggal

Huruf Arab Nama Huruf Latin Keterangan

ا

Alīf dilambangkan Tidak

Tidak dilambangkan

ب

Ba‟ B Be

ت

Ta‟ T Te

ث

Sa‟ Es (dengan titik

di atas)

ج

Jim J Je

ح

Ha‟ Ha (dengan titik

di bawah)

خ

Kha‟ KH Ka dan Ha

د

Dal D De

ذ

Zal Ż Z (dengan titik

di atas)

ر

Ra‟ R Er

ز

Za‟ Z Zet

س

Sin S Es

ش

Syin SY Es dan Ye

ص

Sad Es (dengan titik

di bawah)

ض

Dad De (dengan titik

di bawah)

ط

Ta‟ Te (dengan titik

di bawah)

ظ

Za‟ Zet (dengan titik

di bawah)

ع

„Ain Koma terbalik

di atas

(10)

viii

Huruf Arab Nama Huruf Latin Keterangan

غ

Gain G Ge

ف

Fa‟ F Ef

ق

Qaf Q Qi

ك

Kaf K Ka

ل

Lam L „El

م

Mim M „Em

ن

Nun N „En

و

Wawu W W

ه

Ha‟ H Ha

ء

Hamzah Apostrof

ي

Ya‟ Y Ye

B. Konsonan Rangkap Karena Syaddah ditulis rangkap

ةَدِّذَعَتُي

Ditulis Muta‟addidah

ةَّذِع

Ditulis „iddah

C. Ta’ Marbūtah di akhir kata

1. Bila ta‟ marbūtah di baca mati ditulis dengan h, kecuali kata-kata Arab yang sudah terserap menjadi bahasa Indonesia, seperti salat, zakat dan sebagainya.

تًَْك ِح

Ditulis Hikmah

تَٚ ْض ِج

Ditulis Jizyah

2. Bila ta‟ marbūtah diikuti dengan kata sandang “al‟ serta bacaan kedua itu terpisah, maka ditulis dengan h

ءبَِٛن َْٔ ْلْا ُتَيا َشَك

Ditulis Karāmah al-

auliyā‟

(11)

ix

3. Bila ta‟ marbūtah hidup dengan harakat fathaḥ, kasrah dan dammah ditulis t

ِشْطِفْنا ُةبَك َص

Ditulis Zakāt al-fiṭr

D. Vokal Pendek

Fatḥaḥ Ditulis A

Kasrah Ditulis I

Dammah Ditulis U

E. Vokal Panjang

1

fatḥaḥ+alif

تَِّٛهِْبَج

Ditulis Ditulis

Ā Jāhiliyyah

2

fatḥaḥ+ya‟ mati

َٗغَُْت

Ditulis Ditulis

Ā Tansā

3

Kasrah+ya‟ Mati ىْٚ ِشَك

Ditulis Ditulis

Karīm

4

ḍammah+wawu mati ضٔ ُشُف

Ditulis Ditulis

Ū Furūḍ

F. Vokal Rangkap

1

fatḥaḥ+ya‟ mati ْىُكََُْٛب

Ditulis Ditulis

Ai Bainakum

2

fatḥah+wawu mati ل َْٕق

Ditulis Ditulis

Au Qaul

G. Vokal pendek yang berurutan dalam satu kata

Penulisan vokal pendek yang berurutan dalam satu kata dipisahkan dengan tanda apostrof („)

1

ىُتََْأَأ Ditulis a‟antum

2

ْىُت ْشَكَش ٍِْئَن Ditulis la‟in

syakartum

H. Kata Sandang Alīf+Lām

1. Bila kata sandangAlīf+Lām diikuti huruf qamariyyah ditulis dengan al.

ٌآ ْشُقْنَأ Ditulis Al-Qur‟ān

طبَِٛقْنآ Ditulis Al-Qiyās

2. Bila kata sandang Alīf+Lām diikuti Syamsiyyah ditulis dengan menggunakan huruf Syamsiyyah yang mengikutinya, serta dihilangkan huruf l (el)-nya.

(12)

x

ءَبًََّغنَا Ditulis as-Samā‟

ظًَّْشنَا Ditulis asy-Syams

I. Huruf Besar

Penulisan huruf besar disesuaikan dengan Ejaan Yang Disempurnkan (EYD).

J. Penulisan Kata-kata dalam Rangkaian Kalimat

Kata-kata dalam rangkaian kalimat ditulis menurut bunyi atau pengucapannya.

ضٔشفنا ٘ٔر

Ditulis Żawȋ al-furūḍ

تَُُّّغنا ِمَْْأ

Ditulis Ahl as-Sunnah

K. Pengecualian

Sistem transliterasi ini tidak berlaku pada:

a. Kosa kata Arab yang lazim dalam Bahasa Indonesia dan terdapat dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, misalnya: Al-Qur‟an, hadis, mazhab, syariat, lafaz.

b. Judul buku yang menggunakan kata Arab, namun sudah dilatinkan oleh penerbit, seperti judul buku Al-Hijab, Fiqh Mawaris, Fiqh Jinayah dan sebagainya.

c. Nama pengarang yang menggunakan nama Arab, tapi berasal dari negara yang menggunakan huruf latin, misalnya Quraish Shihab, Ahmad Syukri Soleh dan sebagainya.

d. Nama penerbit di Indonesia yang menggunakan kata Arab, misalnya Hidayah, Mizan, Taufiq dan sebagainya.

(13)

xi

KATA PENGANTAR نيحرلا نمحلا الله نسب

نيعمجا هبحصاو هلا ىلعو محمد انديس نيلسرملاو ءايبنلأا فرشا ىلع ملاسلاو ةلاصلاو ,نيملعلا بر الله لدمحلا Puji syukur senantiasa penyusun panjatkan kepada Allah SWT. yang telah memberikan nikmat tiada terhingga, sehingga penyusun dapat menyelesaikan skripsi sebagai tugas akhir untuk memperoleh gelar sarjana strata satu dalam ilmu hukum Islam. Shalawat dan salam tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW. keluarganya, sahabat- sahabatnya, tabi‟in serta para umatnya. Semoga kita termasuk umatnya yang mendapatkan syafa‟at dihari akhir nanti. Aamin.

Adapun skripsi yang bejudul “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Wanprestasi atas Perjanjian Kredit Konsumtif oleh Pengguna Shopee Paylater”. Ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S.1) Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Penyusun sangat berterimakasih kepada;

1. Prof. Dr. Phil. Al Makin, S.Ag., M.A. selaku rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

2. Prof. Drs. H, Makhrus, SH., M.Hum. sebagai dekan Fakultas Syari‟ah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

3. Dr. Gusnam Haris, S.Aq., M., Ag. Selaku Ketua Program Studi Hukum Ekonomi Syariah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

4. Saifuddin, SHI., MSI. selaku Dosen Pembimbing Akademik yang dengan sabar meluangkan waktu dan memberikan ilmu serta memberikan arahan kepada saya.

5. Drs. H. Syafaul Mudawam, M.A., M.M. selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah meluangkan waktu dan selalu sabar dalam membimbing dan memberikan arahan kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

6. Seluruh Staf Tata Usaha (TU) Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yang telah membantu secara administrasi dalam penyelesaian skripsi ini.

7. Keluarga saya terutama kedua Orang tua penyusun, Alm Abah dan Umi yang selalu memberikan seamangat dan memberikan banyak kasih penyusunng kepada penyusun, sehingga membuat penyusun termotivasi untuk mengerjakan skripsi ini.

Dan juga kaka-kaka penyusun Nur Izza Rufaida, Sulkhan Zamzami, Maurita Amalia Jannah, Ahmad Mojaddidi, Riza Arodi yang selalu mendoakan penyusun, dan memberikan penyusun beberapa kali saran tentang skripsi ini.

8. Teman sekamar di kost selama hampir empat tahun, Fitriani Arifin yang selalu memdengarkan keluh kesah penyusun, selalu menemani saya saat sedih dan senang selama berkuliah di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

9. Teman-teman terdekat saya Aprilia Putri, Maya Zamzami Muntafi, Rara Fahira An Nur, Rheni Aprilia Ningrum, Farandy Alfarizi, dan Kharisma Nur Hidayah dan Herdi Setyo S. yang selalu memberikan semangat dan banyak berkontribusi dalam sebagian hidup saya terutama saat masa skripsi ini.

10. Teman-teman jurusan Hukum Ekonomi Syariah angakatan 2017, terkhususnya Fatimatuz Zahroh, Siti Lailatur Rosiqoh, Siti Syafiah Novtisari Nur Azizah, Azizah Kartika Rana, Joko Slamet Riyanto, Namiyati, Muhammad Fadhil yang sudah mau berteman dengan saya selama masa kuliah semoga kita masih tetap berteman sampai waktu yang lama, selalu memberikan saya saran, dan mendengarkan keluh kesah saya selama berkuliah dan saat mengerjakan skripsi ini.

(14)

xii

11. Teman-teman KKN Ngapak 2017, yang selalu saling menyemangati agar segera mendapatkan gelar bersama.

12. Untuk idol yang penyusun sukai dari anak-anak SM Entertaiment terutama NCT, EXO, dan Super Junior. Dan satu aktor bernama Yoo Seung Ho, berkat lagu-lagu, konten, dan kata motivasi dari kalian, saya dapat sedikit santai dalam dari mengerjakan skripsi ini, dan termotivasi untuk melanjutkann skripsi ini.

Akhir kata, penyusun hanya dapat memberikan doa kepada semua pihak yang sudah membantu dalam penyusunan skripsi ini, dan pihak-pihak tersebut mendapatkan pahala dari Allah SWT, dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan para pembaca.

Yogyakarta, 15 November 2021 Penyusun

Sitta Nailusyifa NIM 17103080069

(15)

xiii DAFTAR ISI

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... v

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN ... vi

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN ... vii

KATA PENGANTAR ... xi

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xv

BAB I ... 1

PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian... 4

D. Manfaat Penelitian... 4

E. Telaah Pustaka... 4

F. Kerangka Teoretik ... 7

H. Sistematika Pembahasan ... 13

BAB II ... 15

JUAL BELI KREDIT ... 15

A. Akad Jual Beli Kredit (Ba‟i Al Muajjal) ... 15

1. Definisi Akad Jual beli Kredit (Ba‟i Al Muajjal) ... 15

2. Rukun dan Syarat Akad Jual Beli Kredit (Ba‟i Al Muajjal) ... 16

3. Pendapat Ulama mengenai Jual Beli Kredit (Ba‟i Al Muajjal) ... 18

B. Perjanjian Kredit Konsumtif ... 22

1. Penjelasan mengenai Perjanjian Kredit Konsumtif ... 22

2. Syarat dan Rukun Akad Qardh ... 23

3. Landasan Hukum Perjanjian (Akad Al-Qardh) ... 25

C. Wanprestasi ... 28

BAB III ... 51

PRAKTIK JUAL BELI MENGGUNAKAN SHOPEE PAY LATER ... 51

A. Penjelasan mengenai marketplace Shopee ... 51

(16)

xiv

B. Gambaran Umum Shopee Pay Later... 52

C. Faktor yang Membuat Pengguna Menggunakan Sistem Shopee Paylater dan Terjadi Wanprestasi ... 52

D. Syarat dan Ketentuan Shopee Pay Later ... 54

E. Praktik Jual Beli Menggunakan Sistem Shopee Pay later ... 60

F. Penanganan Denda ... 63

BAB IV ... 64

TINJAUAN HUKUM ISLAM MENGENAI PRAKTIK WANPRESTASI ATAS PERJANJIAN KREDIT KONSUMTIF OLEH PENGGUNA SHOPEE PAY LATER ... 64

BAB V ... 69

PENUTUP ... 69

1. Kesimpulan ... 69

2. Saran ... 69

DAFTAR PUSTAKA ... 71 LAMPIRAN-LAMPIRAN ... XCVI

1. Lampiran Terjemahan ... XCVI 2. Lampiran Syarat Dan Ketentuan Spaylater ... XCVIII PANDUAN WAWANCARA ... CXI LAMPIRAN WAWANCARA PENGGUNA ... CXII CURRICULUM VITAE ... CXIV

(17)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 ... 55

Gambar 2 ... 55

Gambar 3 ... 55

Gambar 4 ... 56

Gambar 5 ... 57

Gambar 6 ... 57

Gambar 7 ... 58

Gambar 8 ... 61

Gambar 9 ... 62

Gambar 10 ... 62

Gambar 11 ... 62

Gambar 12 ... 62

(18)
(19)

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Kehidupan manusia tidak lepas dari kegiatan jual beli. Dengan berkembangnya zaman, manusia membuat kegiatan jual beli semakin mudah guna mempermudah dalam kegiatan jual beli. Jual beli yang biasa kita lihat hanya terjadi di pasar, supermarket atau tempat lain perlahan tergantikan dengan media online. Media online yang dimaksud ialah interaksi sesama manusia melalui perantara media online. Di media online kita dapat menghemat tenaga, tidak perlu membuang waktu untuk mengantre, banyak promo yang diberikan oleh toko online, serta harga yang terkadang jauh lebih murah dibanding kita membeli barang di toko offline. Dengan kemudahan tersebut membuat semakin meningkatnya tren belanja online.

Marketplace adalah aplikasi atau situs web yang memberikan fasilitas jual beli online dari berbagai sumber. Pemilik situs web atau aplikasi tidak memiliki produk apa pun dan bisnis mereka hanya menyajikan produk orang lain kepada pengguna kemudian memfasilitasinya. Marketplace ini hanya membantu untuk mempromosikan serta menjembatani transaksi online antara penjual dan pembeli. Salah satu marketplace yang diminati oleh banyak orang ialah Shopee, di mana Shopee merupakan situs belanja online yang berfokus dalam platform mobile, sehingga mempermudah orang-orang dalam mencari, berbelanja, berjualan hanya melalui ponsel. Transaksi belanja online pun dipermudah dengan mentransfer uang melalui ATM, melalui aplikasi e-wallet ataupun dibayar melalui Shopee pay later.

Shopee pay later ini merupakan salah satu metode pembayaran yang disediakan oleh PT. Lentera Dana Nusantara di mana metode pembayarannya dengan menggunakan dana talangan dari perusahaan aplikasi terkait, kemudian pengguna membayar tagihannya ke perusahaan aplikasi. Shopee pay later ini menawarkan produk pinjaman dana dengan pinjaman awal nol persen dengan adanya minimal transaksi yaitu Rp 50.000, dan pinjaman yang diberikan hanya bisa digunakan untuk membeli produk di Shopee dengan tenor 30 hari.1 Namun Shopee pay later ini dalam penggunaannya harus mendapat rekomendasi dari pihak Shopee, maka dari itu tidak semua pengguna

1 Rini Isparwati, “Kapan Tanggal Jatuh Tempo Pembayaran Shopee Paylater Terakhir”, https://riniisparwati.com/jatuh-tempo-shopee-paylater/, diakses pada tanggal 20 Februari 2021.

(20)

2

dapat merasakan Shopee pay later.2 Namun yang dapat disyaratkan oleh pihak Shopee adalah sudah memiliki KTP (Kartu Tanda Penduduk) yang berarti sudah berumur 17 tahun.

Cara pembayarannya cukup masuk dalam akun Shopee, klik profil Shopee, lalu klik pilih metode pembayaran menggunakan account yang dapat dibayar melalui ATM, I-Banking, M-Banking atau bayar melalui minimarket seperti indomaret, alfamart. Jika ada keterlambatan dalam membayar maka pihak Shopee akan memberikan sanksi kepada para pengguna, di mana hal ini disebut juga dengan ganti rugi. Ganti rugi yang berasal dari Kamus Besar Bahasa Indonesia, dengan kata “ganti” yang berarti bertukar atau berganti, sedangkan “rugi” yang berarti sesuatu yang kurang baik atau kurang menguntungkan. Jadi, bila didefinisikan ganti rugi adalah akibat dari perbuatan seseorang yang menimbulkan kerusakan atau kerugian terhadaporang denda lain. Pihak Shopee sendiri membuat sanksi di mana terdapat denda sebesar 5% dari total tagihan.

Apabila pengguna Shopee terlambat membayar tagihan, maka pihak Shopee akan membekukan akun Shopee, jika masih terjadi keterlambatan maka akan memberlakukan pembatasan penggunaan voucher Shopee. Jika terjadi kembali keterlambatan maka akan di catat dalam SLIK (Sistem Layanan Informasi Keuangan) OJK/Bank Indonesia yang dapat mencegah pengguna untuk mendapatkan pembiayaan dari Bank atau perusahaan lain dan terakhir maka akan diambil tindakan penagihan lapangan (field collector).3 Walaupun begitu banyak pengguna yang bersikap tidak mematuhi perjanjian dengan Shopee, sering kali pengguna mengalami keterlambatan pembayaran dengan berbagai macam alasan. Para pengguna sering kali menggunakan alasan lupa terhadap tagihan, pengguna Shopee ada yang mengaku akun Shopee nya terkena hack (tidak dapat di akses akun Shopee). Dalam hal ini para pengguna Shopee sudah melakukan wanprestasi, karena dalam perjanjian untuk pengaktifan Shopee pay later sudah dijelaskan bahwa akan ada konsekuensi apabila tidak memenuhi perjanjian tersebut.

Pengenaan sanksi yang diberikan oleh pihak Shopee ke pengguna Shopee paylater, ditujukan agar para pengguna tidak mengulangi kesalahan yang sama (telat

2 “[Spaylater] Bagaimana Cara Mengaktikan Spaylater?”,

https://help.Shopee.co.id/s/article/Bagaimana-cara-mengaktifkan-ShopeePay Later, diakses pada 18 Februari 2021.

3 ”[Spaylater] Bagaimana cara mengaktifkan Spaylater?,”

https://help.Shopee.co.id/s/article/Bagaimana-cara-mengaktifkan-ShopeePayLater, diakses pada 18 Februari 2021

(21)

3

membayar). Dalam komplikasi Hukum Ekonomi Syariah sanksi juga dapat diberikan kepada pelanggar ingkar janji yang sudah dijelaskan dalam Pasal 36, bahwa ingkar janji adalah perbuatan di mana apa yang sudah dijanjikan tidak ditepati. Apa saja yang termasuk dalam perbuatan tersebut ialah di antaranya:

1. Melaksanakan apa yang dijanjikannya, tetapi tidak sebagaimana dijanjikan.

2. Melakukan apa yang dijanjikannya, tetapi terlambat.

3. Melakukan sesuau yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukan Jenis sanksi yang disebutkan dalam Pasal 38, yaitu:

a. Membayar ganti rugi b. Pembatalan akad c. Peralihan risiko d. Denda, dan/atau

e. Membayar biaya perkara.

Penggunaan hukuman denda ini, bagi sebagian fuqaha membolehkan adanya syarat mengenai denda guna mensyaratkan agar hukuman denda harus bersifat ancaman, yaitu dengan cara menarik uang pelaku pidana dan menahan darinya sampai keadaan pelaku menjadi baik.4

Berdasarkan uraian di atas, penulis berusaha untuk meneliti lebih mendalam terhadap para pengguna Shopee Pay Later yang telah melakukan wanprestasi terhadap pihak Shopee. Maka dari itu penulis mengangkat judul “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Wanprestasi Atas Perjanjian Kredit Konsumtif Oleh Pengguna Shopee Pay Later” untuk diteliti lebih lanjut.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan latar belakang di atas, rumusan masalah yang penulis ambil adalah:

1. Bagaimana praktik wanprestasi oleh Pengguna aplikasi Shopee pay later dalam memenuhi hak dan kewajibannya?

2. Bagaimana Tinjauan Hukum Islam tentang Praktik wanprestasi melalui sistem Shopee pay later?

4 Abdul Qadir Audah, Ensiklopedia Hukum Pidana Islam, Judul Asli: al-Tashrî„ al-Islâmî Muqâranan bi al-Qânûn al-Wad„î, Penerjemah: Tim Tsalisah (Bogor: PT Kharisma Ilmu, 2006), hlm.

101-102.

(22)

4

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, penelitian ini bertujuan, yakni:

1. Untuk menjelaskan bagaimana Praktik wanprestasi yang dilakukan oleh pengguna Shopee pay later.

2. Untuk menjelaskan bagaimana Hukum Islam dalam meninjau Praktik wanprestasi yang dilakukan oleh Pengguna sistem Shopee pay later.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan bisa memberikan manfaat, baik secara teoritis serta dalam praktis;

1. Secara teoritis

Hasil penelitian ini dapat menjadi wawasan dan pengetahuan mengenai wanprestasi yang diakibatkan oleh kelalaian pengguna Shopee, ditinjau dari hukum Islam.

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana pengetahuan secara teoritis bagi mahasiswa jika ingin melakukan penelitian hal yang berkaitan.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi kontribusi dalam pengembangan untuk penelitian selanjutnya terkait wanprestasi pengguna Shopee yang ditinjau dari Hukum Islam. Diharapkan dapat memberikan informasi dan dapat menjadi bahan acuan kepada masyarakat apabila terjadi wanprestasi, untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan.

E. Telaah Pustaka

Dalam penulisan karya ilmiah atau skripsi diperlukan adanya data pendukung yang relevan dengan tema yang diambil, seperti hasil penelitian terdahulu yang relevan yang dapat menjadi salah satu bahan acuan bagi penulis. Berikut beberapa penelitian terdahulu yang dapat membantu dalam penulisan skripsi ini.

Penelitian yang berjudul “Ba‟i Al Muajjal Dalam Perspektif Ekonomi Islam (Studi Pada Pedagang Masyarakat Desa Naga Beralih Kecamatanat Desa Naga Beralih Kecamatan Kampar Utara Kabupaten Kampar”, penelitian ini ditulis oleh Indra Wati dari jurusan Hukum Ekonomi Islam, Fakultas Syari‟ah dan Ilmu Hukum, Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim tahun 2013. Penelitian ini menjelaskan tentang akad

(23)

5 Bai‟ Al Maujjal yang terdapat di desa naga beralih. Perbedaam dengan skripsi yang akan dibahas oleh penulis adalah akad Bai‟ Al Muajjal yang terdapat di sistem Shopee pay later.5

Jurnal mengenai “Kajian Penelitian Tentang Hukum Jual Beli Kredit”, jurnal ini ditulis oleh Alif Ilham Akbar Fatriansyah. Jurnal ini membahas tentang jual beli kredit, dimana jual beli kredit ini diperbolehkan dalam islam disertai kajian beberapa penelitian terlebih dahulu, namun dengan syarat bahwa kedua belah pihak sudah sepakat dengan akad, tidak mengharuskan membayar bunga, tidak bersifat gharar atau tipuan, tidak bersifat ribawi.6

Jurnal mengenai “Pinjaman Kredit Dalam Perspektif Pendidikan Islam”, jurnal ini ditulis oleh Ahmad Abdullah. Jurnal ini membahas mengenai jual beli kredit ini dibolehkan, tergantung dari bagaimana anatomi sistemnya. Apabila masih terdapat unsur bunga ribawi, maka menjadi haram, sedangkan bila murni akad kredit yang syari‟, maka hukumnya menjadi halal. Jumhur ulama membolehkan adanya jual beli ini apabila penjual itu menaikkan harga karena temponya, karena pada dasarnya boleh dan nash yang mengharamkannya tidak ada, pada dasarnya jual beli kredit ini tidak bisa disamakan dengan riba dari segi apapun. Karena pedagang boleh menaikkan harga, selama tidak berlebihan atau kedzaliman.7

Jurnal mengenai “Keabsahan Akad Jual Beli Melalui Internet ditinjau dari Hukum Islam”. Jurnal ini ditulis oleh Padian Adi Selamat Siregar yang membahas tentang dengan banyaknya jual beli online terciptanya transaksi bisnis yang dilakukan secara online, bentuk perjanjian jual beli yang dilakukan dengan media online tidak jauh berbeda dengan proses jual beli biasa. Transaksi online ini dibolehkan menurut Islam berdasarkan dari prinsip-prinsip yang ada dalam perdagangan menurut Islam. Hukum dasar dari akad jual beli ini keabsahannya sama dengan transaksi jual beli (perikatan atau al-„aqdu) terdapat pula rukun dan syaratnya. Namun tidak ada ketentuan dalam

5 Indra Wati, “Ba‟i Al Muajjal Dalam Perspektif Ekonomi Islam (Studi Pada Pedagang Masyarakat Desa Naga Beralih Kecamatanat Desa Naga Beralih Kecamatan Kampar Utara Kabupaten Kampar,” Skripsi Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim (2013).

6 Alif Ilham Akbar Fatriansyah, “Kajian Penelitian Tentang Hukum Jual Beli Kredit,” Suhuf, vol 32 (Mei 2020), hlm. 57.

7 Ahmad Abdullah, “Pinjaman Kredit Dalam Perspektif Pendidikan Islam,” Jurnal Hukum Ekonomi Syariah, Vol 3 (Januari-Juni 2019), hlm. 51.

(24)

6

transaksi yang harus berbentuk tulisan, dengan ijab qabul melalui perkataan pun sudah cukup mewakili untuk dikatakan transaksi.8

Penelitian yang berjudul “Tinjauan Hukum Islam Tentang Hutang Piutang Secara Online (Studi pada aplikasi Uang Teman di Jl. Pulau Damar No.36, Kelurahan Way Dadi, Kecamatan Sukarame, Bandar Lampung)”, penelitian ini ditulis oleh Mikrozul Rachmat dari jurusan Hukum Ekonomi Syariah, Fakultas Syariah, Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung tahun 2019. Penelitian ini menjelaskan mengenai praktik hutang piutang secara online pada aplikasi Uang Teman ini tidak dengan niatan tolong menolong, melainkan ingin mendapatkan manfaat dan income (keuntungan) bagi pemberi hutang (muqridh). Adapun bunga yang diberikan termasuk besar dan tidak adanya perlindungan privacy pada wajah apabila pengguna telat membayar, tentu saja itu merugikan para pihak pengguna. Dalam pandangan hukum Islam hal ini di haramkan dan termasuk riba, dan termasuk dalam pencemaran nama baik atas transaksi hutang piutang tersebut.9

Jurnal mengenai “Tinjauan Hukum Ekonomi Syariah Akad Murabahah terhadap Praktik Paylater di Market Place”, jurnal ini ditulis oleh Hanif Ahmad Widayanto, Asep Ramdan Hidayat, Ira Siti Rohmah Maulida membahas tentang akad jual beli kredit yang menggunakan akad murabahah dalam sistem Shopee pay later. Berdasarkan dari hasil penelitian menunjukan bahwa Shopee pay later ini memenuhi rukun dan syarat akad murabahah, agar terhindar dari riba pengguna melakukan satu kali pembayaran.10

Jurnal mengenai “Pelaksanaan Akad Qardh sebagai akad Tabarru”, jurnal ini ditulis oleh Nurul Hidayati, Agus Sarono membahas mengenai prinsip akad tabarru, walaupun dalam ketentuannya pihak peminjam dilarang untuk mengambil keuntungan namun pihak peminjam masih dapat meneria kebaikan dari pihak lain dalam bentuk berupa biaya-biaya yang telah dikeluarkan untuk akad tabarru, dengan catatan tetap tidak boleh mengambil keuntungan meskipun dengan nominal yang sedikit.11

8 Padian Adi Salamat Siregar, “Keabsahan Akad Jual Beli Melalui Internet Ditinjau dari Hukum Islam”, Jurnal EduTech, Vol.5 (Maret 2019), hlm. 57.

9 Mikhrozul Rachmat, “Tinjauan Hukum Islam Tentang Hutang Piutang Secara Online (Studi pada aplikasi Uang Teman di Jl. Pulau Damar No.36, Kelurahan Way Dadi, Kecamatan Sukarame, Bandar Lampung”, skripsi Universitas Islam Negeri Raden Intan (2019).

10 Hanif Ahmad Widayanto, Asep Ramdan Hidayat, Ira Siti Rohmah Maulida, ” Tinjauan Hukum Ekonomi Syariah Akad Murabahah terhadap Praktik Paylater di Market Place”, Prosiding Hukum Ekonomi Syariah, Vol 6 (2020), hlm. 185.

11 Nurul Hidayati, Agus Sarono, “Pelaksanaan Akad Qardh sebagai akad Tabarru”, NOTARIUS, vol 12 (2019), hlm. 931.

(25)

7 Jurnal mengenai “Ta‟widh dan Ta‟zir Perspektif Mufassir Klasik dan Implementasinya di Bank Syariah”, jurnal ini ditulis oleh Hamli Syaifullah membahas mengenai penerapan ta‟widh dan ta‟zir yang terdapat dalam insdustri perbankan syariah apabila mengacu pada pandangan al-Baidawi dalam Tafsir Anwar al-Tanzil Wa Asrar al-Ta‟wil dan al-razi dalam tafsir Mafatihul Ghaib tidak bertentangan yang berarti penerapannya sudah sesuai dengan perbankan syariah dan tidak ada yang dirugikan atas akad yang dibuat atau disepakati bersama.12

Jurnal mengenai “Implementasi Ganti Rugi (Ta‟wid) dalam akad Muamalah dan Korelasinya dengan Tanggungjawab dalam Hukum Perdata (al-Mas‟uliyah al - Madaniyah Mesir dan Syuria)”, jurnal ini ditulis oleh Muhajirin membahas tentang konsep ganti rugi dalam perspektif hukum Islam dan implementasinya dalam akad muamalah. Bahwa dalam implementasi ganti rugi cakupannya luas karena bisa masuk ranah muamalah (perdata) dan jinayah (pidana), berbeda dengan keputusan fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) nomor 43 tahun 2004 tentang ganti rugi (dhamam/ta‟widh), di mana ganti rugi ini hanya dapat diterapkan pada transaksi (akad) yang menimbulkan hutang piutang (dain) seperti salam, istishna, murabahah, dan ijarah.13

Disini penyusun ingin melanjutkan pembahasan mengenai penelitian sebelumnya. Akan tetapi yang membedakan dari penelitian sebelumnya adalah peneliti sebelumnya meniliti objek yang berbeda dengan skripsi yang sekarang penyusun susun.

Sedangkan yang membedakan dengan penelitian dari Hamli Syaifullah dan Muhajirin adalah hukum yang mereka kaji adalah berdasarkan dari pandangan al-Baidawi dalam Tafsir Anwar al-Tanzil Wa Asrar al-Ta‟wil dan al-razi dalam tafsir Mafatihul Ghaib dan terdapat beberapa acuan hukum dari mesir yang dianggap kesesuaian undang- undang dengan kitab fiqh Islam yang membahas tentang ketentuan hukum yang dibahas oleh para peneliti. Sedangkan di skripsi ini memfokuskan pada ketentuan hukum Islam, fiqh muamalah, dan fatwa yang membahas mengenai ta‟widh.

F. Kerangka Teoretik 1. Akad Jual Beli Kredit

12 Hamli Syaifullah, “Ta‟widh dan Ta‟zir Perspektif Mufassir Klasik dan Implementasinya di Bank Syariah”, MALIA: Jurnal of Islamic Banking and Finance, vol 5 (2021), hlm. 27.

13 Muhajirin, “Implementasi Ganti Rugi (Ta‟wid) dalam akad Muamalah dan Korelasinya dengan Tanggungjawab dalam Hukum Perdata (al-Mas‟uliyah al -Madaniyah Mesir dan Syuria),”, Jurnal Ekonomi Islam, vol 9 (2018), hlm.137.

(26)

8

Jual beli sendiri merupakan kegiatan masyarakat yang penting untuk kelangsungan hidup manusia. Maka dari itu Islam memberikan aturan atau ketentuan dalam jual beli, agar terhindar dari orang-orang yang hanya mencari untung semata. Aturan tersebut juga nantinya tidak hanya mendapat kepuasan semata namun juga berkah dari Allah SWT.

ّرلا لثم عٌبلا امّنا اولاق مهّن ا كلذ ۚ ٌسملا نم ن اطٌشلا هطّبختٌ يذّلا م وقٌ امكّلأا ن وم وقٌ لا اب رلا ن ولك اٌ ّنٌ ذلا كبل واف داع نمؤ ۖ الله هراماؤ فلس ام هلف ًهتن اف هّبر نم ٌةظع وم هء اج نمف ۚ اب ّرلا م ّرحو عٌبلا الله ّلحا ؤ ۗ اب مه ۖ ر اّنلا باحصا نودلاخ اهٌف

– ۵۷۲

Ayat di atas menjelaskan bahwa hukum dari semua jual beli itu pada dasarnya adalah halal, namun ketika terdapat unsur riba, maka akan menjadi haram kegiatan jual beli tersebut. Dalam transaksi jual beli juga disertai dengan ijab qabul, rukun dan syarat di mana hal tersebut dapat dianggap sah dan diperbolehkan, namun jika syaratnya tidak terpenuhi maka jual belinya menjadi tidak sah atau batil. Pada aplikasi Shopee, di mana pengguna aplikasi tersebut memiliki opsi dalam bertransaksi diantaranya membayar melalui ATM, m-banking, atau bisa melalui Alfamart dan Indomaret. Namun Shopee sekarang menambah opsi pembayaran melalui Shopee pay later di mana Shopee pay later ini adalah pihak Shopee meminjamkan uang kepada penggunanya untuk membeli barang yang dibutuhkan, atau biasa kita sebut kredit. Pembayaran ini ditangguhkan atau dicicil dalam pembayarannya, dalam artian penjual nantinya menyerahkan barangnya terlebih dahulu kepada pembeli dengan harga yang sudah disepakati bersama, tetapi pembayarannya tidak secara langsung namun ditangguhkan sampai jangka waktu yang ditentukan, terkadang penjual menerima sebagian hartanya secara tunai, sedangkan sisanya dibayar secara angsuran. Terkadang penjual tidak sedikitpun uang muka, melainkan seluruh harga dibayar secara kredit dalam istilah Islam disebut dengan ba‟i al muajjal.14

2. Perjanjian Kredit Konsumtif

Kredit konsumtif merupakan kredit menurut tujuan penggunaan. Di mana kredit sendiri merupakan fasilitas keuangan yang memungkinkan seseorang atau badan usaha untuk meminjam uang untuk membeli produk dan membayarkannya kembali dalam jangka

14 Abdul Aziz Dahlm.an, Ensiklopedi Hukum Islam, (Jakarta : Ichtiar baru Van Hoeve, 1996), Cet. 1, jilid 3, hlm. 978.

(27)

9

waktu yang ditentukan.15 Hal ini sama dengan penggunaan fitur pay later atau layanan pinjam meminjam terdapat perikatan utang piutang/kredit sebagaimana tunduk pada Kitab Undang-Undang Perdata (BW), sehingga dapat disimpulkan bahwa perjanjian penggunaan fitur pay later pada suatu aplikasi salah satunya aplikasi belanja online melahirkan sebuah perjanjian kredit.

Muhammad Djumhana menyatakan bahwa perjanjian kredit pada hakikatnya adalah perjanjian pinjaman pengganti sebagaimana yang diatur di dalam Pasal 1754 BW, yang menyebutkan bahwa 16 “Perjanjian pinjam pengganti adalah persetujuan dengan mana pihak yang satu memberikan kepada pihak lain suatu jumlah tertentu barang-barang yang menghabis karena pemakaian, dengan syarat bahwa pihak yang belakangan ini akan mengembalikan sejumlah dari ancaman dan kesadaran yang sama pula”. Dalam sistem peer to peer lending juga terdapat beberapa pihak diantaranya konsumen selaku penerima pinjaman, penyedia pay later selaku pemberi pinjaman, dan fintech sebagai penyelenggara layanan17. Sebelum terjadinya peminjaman, terdapat perjanjian antara kedua belah pihak bagi si penerima maupun pemberi pinjaman sudah mengetahui syarat dan konsekuensi atas peminjaman. Perjanjian merupakan salah satu perikatan atau bentuk persetujuan oleh kedua belah pihak.

Hukum Islam (syari‟ah) mempunyai ruang untuk berevolusi dan berkembang untuk menghadapi soal-soal dunia Islam masa kini. Semangat dan prinsip umum hukum Islam berlaku di masa lampau, masa kini dan akan tetap berlaku di masyarakat. 18 Hal itu pula yang membuat kegiatan pinjam-meminjam atau disebut al-„ariyah, dalam pengertiannya áriyah adalah meminjamkan suatu benda kepada orang lain untuk diambil manfaatnya atas benda tersebut, dengan ketentuan digunakan setelah digunakan kepada pemiliknya dan pada saat pengembalian, benda tersebut harus dalam keadaan utuh sesuai dengan awal peminjaman. Firman Allah tentang pinjam meminjam atau

„ariyah Q.S al-Maidah (4):2

باقعلا دٌدش الله ّنا ۗ الله اوقّتاوناودعلاو مثلاا الع اونو اعتلاو ۖ ئوقّتلاو ّربلا العاونواعتو

15 Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 sebagai pengganti dari UU RI No.7 Tahun 1992 tentang perbankan

16 Muhammad Djumhana, Hukum Perbankan di Indonesia, (Cetakan ketiga, Citra Aditya, Bakti, Bandung 2000), hlm 385.

17 Pasal 1 angka 3 Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan No. 77/POJK.01/2016 tentang Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi.

18 Muhammad Abdul Mannan, Teori dan Praktek Ekonomi Islam, (Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf, 1995), hlm 27.

(28)

10

Dari ayat di atas dapat disimpulkan bahwa kegiatan pinjam meminjam dianjurkan oleh Islam,19 dan kegiatan tersebut yang dulunya identik dengan benda sekarang tergantikan dengan uang. Kegiatan pinjam meminjam ini memiliki perjanjian di mana dalam Al-Qur‟an disebutkan terdapat 2 istilah yaitu al-„aqdu (akad) dan al-

„ahdu (janji). Kata al-„aqdu terdapat pada QS. al-Maidah (5): 1, bahwa manusia diminta untuk memenuhi akadnya. Sedangkan istilah al-„ahdu dapat disamakan dengan istilah perjanjian atau overrenkomst, yaitu suatu pernyataan dari seseorang untuk mengerjakan atau tidak mengerjakan sesuatu yang tidak berkaitan dengan orang lain.20

3. Wanprestasi

Pada umumnya hak dan kewajiban dari suatu perikatan itu dipenuhi oleh peminjam (debitur) maupun yang meminjami uang (kreditur). Namun dalam keadaan realitas banyak debitur yang tidak memenuhi kewajiban atau memenuhi persyaratan yang diberikan oleh pihak yang kreditur berikan kepada debitur atau biasanya disebut

“wanprestasi”. Menurut kamus hukum, wanprestasi berarti kelalaian, kealpaan, inkar janji, tidak menepati kewajibannya dalam perjanjian. Dengan demikian wanprestasi adalah suatu keadaan di mana seorang debitur (berutang) tidak memenuhi atau melaksanakan prestasi sebagaimana telah ditetapkan dalam suatu perjanjian.21

Akibat dari adanya wanprestasi ini, membuat timbulnya ganti rugi. Ganti rugi sendiri merupakan pergantian kerugian oleh pihak yang menimbulkan kerugiaan kepada pihak yang benar-benar secara riil dalam hal transaski lembaga keuangan syariah.22 Ganti rugi sendiri akan dibebankan ke debitur ketika terjadi perbuatan ingkar janji atau ingkar akad dengan kreditur. Adanya ganti rugi ini dimaksudkan agar para debitur tidak menyepelekan adanya suatu perjanjian yang sudah terjadi anatara kedua belah pihak.

Jika dilihat dalam peraturan yang berada di Indonesia, secara etimologi ganti rugi merupakan bertukar atau berganti rugi yang artinya sesuatu yang kurang baik atau kurang menguntungkan. Berdasarkan dalam pasal 1365 KUH Perdata, setiap perbuatan melanggar hukum yang membawa kerugian kepada orang lain, maka wajib untuk

19 Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya, (Bandung: Penerbit Diponegoro, 2000), hlm. 951.

20 Gemala Dewi dan Wirdyaningsih, Hukum Perikatan Islam di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2006), hlm. 45.

21 P.N.H. Simanjuntak, Hukum Perdata Indonesia, (Jakarta: Prena Media Group, 2015), hlm.

292.

22 Fauzan dan Baharuddin Siagian, Kamus Hukum dan Yurisprudensi (Depok: PT Desindo Putra Mandiri, 2017), hlm.1012.

(29)

11

mengganti atas kerugian tersebut. 23 Dalam istilah hukum, ganti rugi adanya perbuatan yang menimbulkan kerugian, wanprestasi dalam suatu perjanjian kontrak, dan adanya perbuatan melawan hukum.24

G. Metodologi Penelitian

Sebelum memasuki penjelasan mengenai metodologi penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini, “Metode” yang artinya cara yang tepat untuk melakukan sesuatu dan

“Logos” yang artinya ilmu atau pengetahuan. Jadi metodologi artinya cara melakukan sesuatu dengan menggunakan pikiran secara seksama untuk mencapai suatu tujuan25. Sedangkan “Penelitian” adalah suatu kegiatan untuk mencari, mencatat, merumuskan dan menganalisis sampai menyusun laporannya.26

Jadi, dapat penulis simpulkan bahwa metodologi penelitian adalah cara melakukan sesuatu dengan menggunakan pikiran secara seksama untuk mencapai suatu tujuan, mencari, mencatat, merumuskan dan menganalisis berdasarkan disiplin ilmu yang bersangkutan. Berikut adalah metodologi yang digunakan penulis dalam penelitian ini:

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan jenis penelitian Kualitatif. Di mana penelitian ini bersifat deskriptif yang lebih cenderung menggunakan analisis dalam mengolah data. Data yang akan diperoleh adalah data yang didapatkan penulis melalui hasil wawancara dan pengamatan langsung dari objek penelitian. Sehingga dalam mengolah data, jenis penelitian kualitatif dianggap cocok untuk digunakan. Penelitian ini termasuk dalam penelitian lapangan (field reseacrh) yaitu penelitian yang dalam pengumpulan data dilakukan secara langsung di lokasi penelitian, yang dilakukan secara intensif, terinci dan mendalam terhadap suatu organisasi, lembaga dan gejala tertentu.27 Adapun penyusun mewawancarai pengguna Shopee Pay Later, di mana data yang penyusun gunakan ialah mengenai pernyataan pengguna saat menggunakan sistem Shopee Pay Later, mengenai sistem pembayaran, tagihan, serta pernyataan mengenai

23 Aris Anwaril Muttaqin, Sistem Transaksi Syariah, Konsep Ganti Rugi dalam Etika Bisnis Syariah (Yogyakarta: Pustaka Ilmu Group, 2015), hlm. 13-14.

24 M.A. Moegni Djojodirdjo, Perbuatan Melawan Hukum (Jakarta: Pradnya Paramita, 1979), hlm. 11.

25 Priyono, Metode Penelitian Kuantitatif, (Sidoarjo: Zifatama Publishing 2008), hlm. 1.

26 Ibid., hlm. 1.

27 Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), hlm. 152.

(30)

12

pengenaan denda keterlambatan pengguna. Dalam penelitian ini menggambarkan praktik wanprestasi kredit konsumtif Shopee Pay Later di Shopee. Penyusun juga meneliti pada pihak Shopee bagaimana kebijakan mereka terhadap pengguna yang terlambat dalam pembayaran, maka penyusun meneliti sesuai ketentuan kebijakan yang terdapat di web resmi Shopee. Kemudian dari data-data yang diperoleh peneliti sesuaikan dengan ketentuan yang terdapat dalam hukum Islam yang bersumber pada Al-Qur‟an, jurnal, buku, serta dari hal-hal yang berkaitan mengenai pembahasan ini.

2. Sifat penelitian

Sifat penelitian ini adalah deskriftif analitis dengan menggunakan pola pikir induktif yaitu mengungkapkan atau memberikan gambaran tentan jual beli kredit yang terdapat di Shopee.

3. Pendekatan penelitian

Pendekatan penelitian ini akan menggunakan pendekatan yuridis normatif, di mana nantinya data yang sudah dikumpulkan akan di teliti sesuai dengan hukum islam, maupun para pendapat ulama.

4. Teknk pengumpulan data

Penelitian ini menggunakan penelitian lapangan (field research), di mana akan diperoleh menjadi data primer dan data sekunder. Di mana data primer ini akan diperoleh melalui wawancara yang penyusun adakan kepada para pengguna Shopee pay later. Terdapat lima pengguna yaitu:

a. Pengguna pertama b. Pengguna kedua c. Pengguna ketiga d. Pengguna keempat e. Pengguna kelima

Penelitian ini juga akan menggunakan sistem web resmi Shopee yaitu https://help.Shopee.co.id, dikarenakan pihak Shopee mempunyai kebijakan yang

(31)

13

menyatakan bahwa pihak Shopee belum bersedia untuk di wawancarai untuk penelitian ini.

Data sekunder divmana data ini akan diperoleh dari buku, jurnal, dan hal-hal yang berkaitan tentang penelitian ini, dan adanya dokumentasi guna menelusuri hal-hal yang berkaitan tentang penelitian ini, diambil pada saat penyusun meneliti penelitian ini.

5. Analisis data

Setelah semua data terkumpul maka data akan di analisis menggunakan deskripsi analis dengan pendekatan pola fikir induktif yaitu data apa adanya. Di mana data yang dimaksud adalah data mengenai wanprestasi atas kredit konsumtif yang dilakukan oleh pengguna Shopee pay later. Kemudian data tersebut dianalisis menggunakan pendekatan normatif yaitu cara mendekati masalah dengan melihat apakah sesuai atau tidak dengan prinsip-prinsip hukum, dengan dilandasi oleh hukum islam maupun pendapat ulama fiqih yang diperkuat dengan peraturan- peraturan mengenai hukum positif di indonesia bidang perdata, sehingga untuk selanjutnya dapat ditarik kesimpulan.

H. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan yang digunakan dalam skripsi ini terdiri dari lima bab pembahasan yaitu:

BAB Pertama, berisi penjelasan tentang latar belakang masalah yang akan dibahas, rumusan masalah, tujuan dan manfaat dari penelitian, juga terdapat telaah pustaka, landasan teori, metodologi penelitian yang berisi jenis penelitian, subjek dan objek penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data. Sistematika pembahasan dan jadwal penelitian.

BAB Kedua, menjelaskan mengenai landasan teori-teori tentang akad jual beli kredit, perjanjian kredit konsumtif, dan wanprestasi.

BAB Ketiga, akan membahas mengenai gambaran umum mengenai aplikasi Shopee, Shopee Pay Later, syarat dan ketentuan pengajuan pinjaman, pengenaan denda dan praktik terjadinya wanprestasi yang dilakukan oleh pengguna Shopee Pay Later.

BAB Keempat, mengenai tinjauan hukum islam terhadap praktik perjanjian kredit konsumtif dan wanprestasi yang dilakukan oleh pihak pengguna kepada Shopee.

(32)

14

BAB Lima, yaitu bab terakhir atau bab penutup, di dalamnya penulis

menyimpulkan beberapa kesimpulan dan beberapa saran yang diperlukan dalam skripsi.

(33)

69

BAB V PENUTUP

1. Kesimpulan

Berdasarkan dari pembahasan dan analisis yang dilakukan oleh penulis terhadap Praktik wanprestasi perjanjian kredit konsumtif oleh pengguna sistem Shopee Pay later, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

a. Pertama, praktik jual beli dengan cara kredit (Bai‟ Muajjal) ini secara garis besar sesuai dengan apa yang berlaku dalam hukum Islam. Untuk praktik wanprestasi terjadi pada saat pengguna pada saat pemabayaran mengalami keterlambatan, yang dimana pihak Shopee memberikan kompensasi (sanksi) kepada para pengguna bahwa sekali terlambat akan mengalami denda sebesar 5%, kedua akan mengalami pembatasan penggunaan aplikasi maupun voucher shopee, adanya penonaktifan akun, hal ini terjadi apabila terlalu lama dan berapa banyak tagihan yang menunggak, Peringkat kredit pengguna di SLIK (Sistem Layanan Informasi Keuangan) di OJK yang dapat mencegah pengguna untuk mendapat pembiayaan dari Bank atau perusahaan lain, dilaksanakan penagihan lapangan.

b. Kedua, untuk tinjauan hukumnya mengenai wanprestasi mengenai denda keterlambatan maupun ganti rugi ini sesuai dengan apa yang di tentukan menurut para ulama. Karena ganti rugi ini nantinya akan menjadi bentuk pertanggung jawaban kepada pihak yang mau meminjam. Akibat dari pengguna yang terlambat membayar ada pihak yang dirugikan misal penjual yang menjual barang tersebut melalui Shopee.

2. Saran

a. Menurut penyusun perlu adanya keterangan lebih lanjut mengenai kemana biaya denda atau biaya cicilan kita. Apakah pembayaran kita tertuju kepada para penjual yang barangnya kita beli di Shopee atau mungkin ada biaya yang dipotong untuk kedua belah pihak, di mana kita tahu pihak Shopee sebagai tempat penyedia jual beli online ini mungkin menarik biaya.

b. Perlu adanya penjelasan juga mengani pengguna yang terlambat, karena ada beberapa yang mengaku bahwa terjadi kesulitan mengenai akses voucher atau limit, tapi beberapa tidak mengalami pada saat terjadi keterlambatan membayar.

(34)

70

c. Untuk pihak Shopee pada saat ingin menagih membayar lebih baik jangan sampai membuat terganggu para penggna, karena saya mendapati bahwa beberapa pengguna merasa terganggu dengan adanya notifikasi maupun telfon yang masuk untuk memberitahukan bahwa pengguna sudah memasuki jatuh tempo.

(35)

71 DAFTAR PUSTAKA

1. Al-Qur’an/Tafsir Al-Qur’an

Asqalani, A.-H. I.-A. (2012). Terjemahan Bulugh al-Maram/Karya Agng, Alfizh Ibnu Hajar Al 'aqalani; Penerjemah, Moh Machfuddin Aladip. (M. M. Aladip, Penerj.) Semarang: Karya Toha Putra.

Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya, Bandung: Penerbit Diponegoro, 2000.

Terjemahan Lengkap Bulughul Maram, 2007, Abdussatar, 2003 2. Peraturan Perundang-undangan

Fatwa Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia No. 19/DSN-MUI/IV/2001, dalam pasal pertama mengenai Ketentuan Umum Al-Qardh.

Fatwa Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia No.219/DSN-MUI/VII/2019 Tentang Biaya Riil Sebagai Ta'widh Akibat Wanprestasi.

Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah.

Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan No. 77/POJK.01/2016 tentang Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi.

Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 sebagai pengganti dari UU RI No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan.

3. Ushul Fiqh/Buku

Abdullah bin Muhammad Ath-Thayyar, A. b.-M. (2009). Ensiklopedia Fiqih dalam Pandangan 4 Madzhab. Yogyakarta: Maktabah Al Hanif.

'Abdurrahman, A.-I. J. (1965). Al-Asybah Wannazzhair. Surabaya: Al-Hidayah.

Abdussatar. (2003). al-Bai’ al-Muajjal, al-ma’had al-Islami lilbuhus wa tadrib,. Jeddah.

Ascarya. (2011). Akad dan Produk Bank Syariah. Jakarta: Rajawali Pers.

Asikin, Z. (2015). Pengantar Hukum Perbankan Indonesia, . Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Ath-Thayyar, A. b., Abdullah bin Muhammad Al-Muthlm.aq, & Muhammad bin Ibrahim. (2009).

Ensiklopedia Fiqih Muamalah dalam Pandangan 4 Mahzab. Yogyakarta: Maktabah Al Hanif.

Az-Zuhaili, W. (2011). Fiqh Islam 5, Penerjemah Abdul Hayyie Al-Kattani, dkk, judul ash Ál-Fiqh Islam Wa Adillatuhu. Jakarta: Gema Insani.

Bassam, A. b. (2006). Syarah Bulughul Maram. Jakarta: Pustaka Azzam.

Dahlan, A. A. (1996). Ensiklopedia Hukum Islam. Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve.

Dewi, G., & Widyaningsh. (2006). Hukum Perikatan Islam di Indonesia,. Jakarta: Kencana.

Djamali, R. A. (1997). Hukum Islam Berdasarkan Ketentuan Kurikulum Konsorsium Ilmu Hukum (.

Bandung: CV. Mandar Maju.

Djojodirdjo, M. M. (1979). Perbuatan Melawan Hukum . Jakarta: Pradnya Paramita.

Djumhana, M. (2000). Hukum Perbankan di Indonesia. Bandung: Citra Bakti.

Djuwaini, D. (2008). Pengantar Fiqh Muamalah,. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Dr. Erwandi Tarmizi, M. (2012). Harta Haram Muamalat Kontemporer. Bogor: PT. Berkat Mulia Insani.

Fauzan, & Baharuddin Siagian. (2017). Kamus Hukum dan Yurisprudensi. Depok: PT. Desino Putra Mandiri.

Fauzan, M. (2009). Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah. Jakarta: Kencana.

Hasan, M. A. (1996). Masail Fiqhiyah, Zakat. Pajak, Asuransi dan Lembaga Keuangan. Jakarta:

Raja Grafindo Persada.

Hasanudin, N. (2006). Fikih Sunnah. Jakarta: Pena Budi Aksara.

Hemoko, A. Y. (2010). Hukum Perjanjian Aasas Proposional dalam Kontrak Komersial. Jakarta:

Kencana Prenada Media

Ibnu Mas’ud, d. (2007). Komplikasi Hukum Ekonomi,, Fiqh Madzhab Penyusunfi’i (edisi lengkap) buku 2: Muamalat Munakahat, Jinayat. Bandung: Pustaka Setia.

(36)

72 Jalaludin, A.-I. (1965). Al-Asybah Wannazzhair. Surabaya: Al-Hidayah.

Mannan, M. A. (1995 ). Teori dan Praktek Ekonomi Islam,. Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf.

Muslich, A. W. (2002). Fiqh Muamalah. Dalam H. Suhendi, Fiqh Muamalah (hal. 301). Jakarta:

Rajawali Press.

Muttaqin, A. A. (2015). Sistem Transaksi Syariah, Konsep Ganti Rugi dalam Etika Bisnis Syariah.

Yogyakarta: Pustaka Ilmu Group.

Priyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif, . Sidoarjo: Zifatama Publishing.

RI, D. A. (2000). Al-Qur'an dan Terjemahannya. Bandung: Penerbit Diponegoro.

Rozalinda. (2016). Ekonomi Syariah. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Sabiq, S. (2009). Fikih Sunnah 5, penerjemah Abdurahim dan Masrukhim, judul ash “Fiqh As- Sunnah” . Jakarta: Cakrawala.

Sajaruddin, W. (1992). Beberapa Sendi Hukum Perikatan. Medan: Usu Press.

Salim, A. S., & Abu Malik Kamal Abu Ihsan Al-Aatsari. (2007). Shahih Fiqh Sunnah/ Abu Malik Kamal bin As-Sayyid Salim; penerjemah, Abu Ihsan Al-Atsari. Jakarta: Pustaka At- Tazkia.

Simanjuntak, N. (2015). Hukum Perdata Indonesia, . Jakarta: Prena Media Group.

Suharsimi. (2005). Manajemen Penelitian . Jakarta: Rineka Cipta.

Tarmizi, E. (2012). Harta Haram Muamalat Kontemporer. Bogor: PT. Berkat Mulia Insani.

Usanti, T. P., & Abd Somad. (2015). Transaksi Bank Syariah,. Jakarta: Bumi Aksara.

Yanggo, C. T. (1999). Mudharat fi al-Fiqh al-Muqarim, Juz II . Jakarta: IAIN Syarif Hidayatullah.

4. Jurnal atau Karya Ilmiah

Abdullah, A. (2019). Pinjaman Kredit Dalam Perspektif Pendidikan Islam,” Prodi Pendidikan Agama Islam.

Fatriansyah, A. I. (2020). Kajian Penelitian Tentang Hukum Jual Beli Kredit..

Hidayati, N. (2021). Pelaksanaan Akad Qardh sebagai akad Tabarru.

Muhajirin. (2018). Implementasi Ganti Rugi (Ta’wid) dalam akad Muamalah dan Korelasinya dengan Tanggungjawab dalam Hukum Perdata (al-Mas’uliyah al -Madaniyah Mesir dan Syuria).

Siregar, P. A. (2019). Keabsahan Akad Jual Beli Melalui Internet Ditinjau dari Hukum Islam.

Syaifullah, H. (2021). Ta’widh dan Ta’zir Perspektif Mufassir Klasik dan Implementasinya di Bank Syariah.

Widayanto, H. A. (2020). Tinjauan Hukum Ekonomi Syariah Akad Murabahah terhadap Praktik Paylater di Market Place.

5. Lain-Lain

“[Spaylater] Apa itu Spaylater,” https://help.Shopee.co.id/s/article/SPay Later-Apa-itu-SPay Later, diakses pada tanggal 12 september 2021.

“[Spaylater] Apa yang terjadi jika penyusun terlambat melakukan pembayaran tagihan Spaylater?,” https://help.Shopee.co.id/s/article/Apa-yang-terjadi-jika-penyusun-terlambat-melakukan- pembayaran-tagihan-SPay Later, diakses pada tanggal 23 September 2021

“[Spaylater] Bagaimana Cara Mengaktikan Spaylater?”, , https://help.Shopee.co.id/s/article/Bagaimana-cara-mengaktifkan-ShopeePayLater, diakses pada 18 Februari 2021.

“Al-Qardh”, http://khoirulfaiq.blogspot.com/2012/08/al-qardhlm.m.html, diakses pada tanggal 29 Juli 2021.

“Call Center Shopee, Cara Komplain Terbaik Saat Jual Beli,”

https://katadata.co.id/safrezifitra/digital/60c0abf103667/call-center-Shopee-cara-komplain-terbaik- saat-jual-beli#:~., diakses pada tanggal 12 September 2021.

“Kapan Tanggal Jatuh Tempo Pembayaran Shopee Paylater Terakhir”, https://riniisparwati.com/jatuh-tempo-shopee-paylater/, diakses pada tanggal 20 Februari 2021.

“online marketplace,”, https://www.sana-commerce.com/e-commerce-terms/what-is-an-online- marketplace/, diakses pada tanggal 12 september 2021.

(37)

73

“Shopee Indonesia: Cara Dowload, Jualan, Belanja, hingga Kredit”, https://www.qoala.app/id/blog/bisnis/apa-itu-Shopee-indonesia/, diakses pada tanggal 12 September 2021.

Kamus Bahasa Indonesia, https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/subjek, diakses pada tanggal 04 April 2021.

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Another ROI within the between temperature groups, all ADCs from images ac- striatum was also defined (Si, Fig. 1) in order to measure quired under mild hypothermic conditions

[r]

tions that anti-ECMR antibodies, which block the function neuronal cells indicate that integrin function can be of b 1 integrins [1,34,38,52], effectively abolish neurite modulated

[r]

Hal ini menunjukkan jika budaya organisasi dapat mempengaruhi dan mengarahkan karyawan untuk mencapai tujuan perusahaan maka, maka karyawan akan bekerja dengan baik

bacaan dari buku sumber yang biasa diberikan oleh guru. 2) Keterampilan membaca pemahaman subjek terhadap materi pelajaran/teks. bacaan yang disusun oleh peneliti berdasarkan

Penelitian ini menunjukkan bahwa menguras TPA (p=0.000) dan menutup TPA (p=0.000) berhubungan dengan keberadaan larva Aedes aegypti , sedangkan mengubur barang bekas yang