• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI FENOMENOLOGI PADA GAYA HIDUP BARU ANAK MUDA SEBAGAI PENGUNJUNG COFFEE SHOP DI KOTA SALATIGA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "STUDI FENOMENOLOGI PADA GAYA HIDUP BARU ANAK MUDA SEBAGAI PENGUNJUNG COFFEE SHOP DI KOTA SALATIGA"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

* Correspondent Author

STUDI FENOMENOLOGI PADA GAYA HIDUP BARU ANAK MUDA SEBAGAI PENGUNJUNG COFFEE SHOP DI KOTA

SALATIGA

CITRA DEWI SURYANI, DIAN NOVITA KRISTIYANI*

Fakultas Teknologi Informasi, Universitas Kristen Satya Wacana Jl. Diponegoro 52-60. Salatiga 50711, Indonesia.

Email: citrads.dewi@gmail.com, dian.kristiyani@uksw.edu

DOI:

Article Info Article history:

Received : 2021-04-17 Revised : 2021-07-15 Accepted : 2021-07-21

ABSTRACT

In the era of modern technology that is growing rapidly, it influences the information of innovations that attract the attention of young people, such as the innovation of processed coffee of coffee shop that provides various modern facilities, varied menus, and free internet networks. Base on this background, having the aim of knowing and explaning a new lifestyle for young people who like to visit coffee shops dan be formed in Salatiga City, where there are several influencing factors. The research method used is a phenomenological approach with a qualitative basis, with data collection techniques through interviews. The results of this study are, first, a shift in lifestyle in activities thath change places into coffee shops. Second, young people channel prestige, self- existence, comfort and create social media content through a new, more modern lifestyle by utilizing the existence of a coffee shop.

This is because young people want to be seen as having a role in the surrounding environment or their family.

Keywords: Lifestyle, Culture Transition, Youth, and Coffee Shop.

ABSTRAK

Di era teknologi modern yang berkembang pesat memberikan pengaruh terbentuknya inovasi baru yang menarik perhatian bagi anak muda. Seperti inovasi olahan kopi di coffee shop yang menyediakan berbagai fasilitas modern, menu yang variatif dan jaringan internet gratis. Berdasarkan latar belakang ini, memiliki tujuan untuk mengetahui dan menjelaskan gaya hidup baru pada anak muda yang gemar mengunjungi coffee shop dapat terbentuk di Kota Salatiga, di mana ada beberapa faktor yang mempengaruhi. Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan fenomenologi dengan dasar kualitatif, dengan teknik pengumpulan data melalui wawancara. Hasil dari penelitian tersebut adalah, pertama, pergeseran gaya hidup dalam aktivitas yang berubah tempat menjadi di coffee shop. Kedua, anak muda menyalurkan gengsi, eksistensi diri, kenyamanan dan membuat konten media sosial melalui gaya hidup baru yang lebih modern dengan memanfaatkan keberadaan coffee shop. Hal tersebut

(2)

178

karena anak muda ingin terlihat memiliki peran di lingkungan sekitar atau dikeluarga.

Kata kunci: Gaya Hidup, Pergeseran Budaya, Anak Muda, dan Coffee Shop.

PENDAHULUAN

Perkembangan inovasi coffee shop yang meningkat pesat dengan kehadiran teknologi digital, memiliki nilai praktis, mudah dijangkau dan kenyamanan yang ditawarkan. Hal ini terbukti dari hampir semua coffee shop memanfaatkan sosial media sebagai salah satu media untuk promosi. Terutama, coffee shop yang terkenal bagi kalangan anak muda, hal tersebut membuat masyarakat ingin mencari tahu lebih dalam melalui sosial media yang mereka gunakan. Karena dengan meng-update atau mengikuti hal yang sedang trending dapat meningkatkan jiwa sosial dan inovasi baru bagi anak muda.

Gambar. 1 Statistik penggunaan teknologi digital sebagai media penawaran coffee shop.

Terlebih coffee shop adalah tempat yang selalu berinovasi dan merupakan tempat yang menyediakan berbagai fasilitas seperti wi-fi, AC, charging, no smoking area dan smoking area. Sehingga anak muda merasa nyaman saat melakukan aktivitasnya di coffee shop yang memiliki banyak manfaat untuk meningkatkan kreativitas di lingkungan sosial. Untuk itu, perlu mengetahui lebih dalam yang membuat para pengunjung menjadikan coffee shop sebagai tempat yang menyenangkan, dan mampu membuat pengunjung betah berlama-lama di coffee shop. Sehingga penelitian ini

(3)

dilakukan untuk mengetahui aktivitas, opini, serta pola pikir para pengunjung coffee

179

shop di Aromia Coffee, Janji Jiwa dan Jenderal Coffee yang berada di Kota Salatiga.

Kota Salatiga terletak di Provinsi Jawa Tengah, yang berada diantara Kota Solo dan Kota Semarang, Kota Salatiga memiliki luas 56,78 km² dengan jumlah penduduk 196082 jiwa menurut data dari disdukcapil Kota Salatiga.

Anak muda yang tumbuh di Kota Salatiga tentu merasakan jauh dari lingkungan seperti halnya anak muda yang tumbuh di lingkungan kota besar atau ibukota, hal ini membuat anak muda di Kota Salatiga memiliki antusias yang cukup tinggi dengan berdirinya coffee shop di Kota Salatiga. Seperti yang disampaikan Widhyarto 2014 kata kaum muda mewakili kuantitas atau jumlah yang banyak, kemudian subyek otonom (mampu mengambil keputusan dan melakukannya sendiri maupun bersama), kemudian mewakili juga nilai dan budaya (pencipta maupun peraga nilai-budaya itu sendiri). Merespon dari definisi tersebut kemudian kaum muda mempunyai irisan dengan berbagai isu perubahan, kaum muda mengahadapi pertarungan nilai sosial, ekonomi, budaya, dan politik. Pada saat yang sama terjadi tuntutan gaya hidup-budaya baru dan kebebasan politik, mengingat secara sosial kaum muda terkontruksi dan dikontruksi oleh berbagai macam norma, pengetahuan, nilai status-peran dari lingkungan sosial yang dinamis (Kholik, 2018, p. 35). Sehingga pada hal ini, pembentukan karakter pada anak muda dapat dipengaruhi oleh lingkungan, kehidupan sehari-hari dan hal-hal baru yang sedang ramai di lakukan oleh anak muda sebaya, salah satunya adalah coffee shop yang merupakan hal baru di Kota Salatiga.

Kini, coffee shop menawarkan hal baru melalui fasilitasnya yang nyaman dan mencukupi untuk berlama-lama disana. Selain fasilitas, menu yang ditawarkan menarik, bagi pengunjung yang kurang menyukai olahan kopi menjadi ingin datang dan mencoba, karena coffee shop juga menyediakan menu bervariasi yang non-kopi.

Setelah merasakan kenyamanannya, pengunjung akan datang lagi di lain hari untuk melakukan aktivitasnya di coffee shop, dan hal tersebut meningkatkan konsumsi olahan kopi meningkat pada setiap tahunnya.

(4)

180

Gambar. 2 Statistik konsumsi kopi di Indonesia.

Antusias kaum muda terhadap coffee shop ini menyebabkan tumbuhnya berbagai macam industri baru, termasuk didalamnya industri-industri bisnis muncul dari kreativitas dan inovasi seseorang (Kholik, 2018, p. 5). Hal tersebut membuat coffee shop disukai oleh anak muda salah satunya dimanfaatkan untuk mengerjakan tugas atau sekedar ngobrol untuk mengobati rasa bosan.

Gaya hidup anak muda yang dimaksud dalam penelitian ini ialah, gaya hidup baru dengan melakukan berbagai aktivitas dan nongkrong di coffee shop sebagai eksistensi diri atau kepuasan diri yang sekarang banyak diterapkan oleh anak muda di Kota Salatiga. Gaya hidup baru ini diterapkan melalui aktivitas, pola pikir dan opini anak muda ketika mengunjungi coffee shop. Seperti yang disampaikan oleh Plummer (1983) bahwa, gaya hidup adalah cara hidup individu yang di identifikasikan oleh bagaimana orang menghabiskan waktu mereka (aktivitas), apa yang mereka anggap penting dalam hidupnya (ketertarikan) dan apa yang mereka pikirkan tentang dunia sekitarnya. Anak muda melakukan berbagai aktivitas seperti mengerjakan tugas, mengobrol, bertemu client dan berfoto di coffee shop merupakan suatu hal yang sering dilakukan oleh anak muda di era modern seperti sekarang. Gaya hidup baru dengan membagi aktivitasnya di coffee shop ini juga sebagian dari hal yang anak muda sukai.

Terlihat dari durasi yang mereka habiskan selama 3-4 jam di coffee shop dengan melakukan beragam aktivitas yang berarti mereka merasakan kenyamanan fasilitas.

(5)

Pergeseran gaya hidup anak muda inilah yang terlihat beberapa tahun terakhir,

181

pergeseran ini terlihat di masa modern seperti sekarang yang memiliki nilai praktis dalam menikmati olahan kopi. Berbeda dengan dulu, kopi disajikan dengan cara sederhana dan tidak memiliki fasilitas didalamnya. Selain itu, perhatian terhadap urusan penampilan yang melengkapi gaya hidup baru atau modern bukanlah hal baru dalam sejarah dan sudah lama menjadi perbincangan. “Kamu bergaya maka kamu ada!” adalah ungkapan yang mungkin cocok untuk melukiskan kegandrungan manusia modern akan gaya. Disinilah gaya menjadikan sebuah modus keberadaan manusia modern, apabila tidak mengikuti perkembangan gaya hidup baru akan diremehkan, dilecehkan atau mungkin tidak dianggap (Chaney, 2009). Perhatian dalam urusan penampilan juga merupakan bagian dari inovasi, apabila diperhatikan anak muda akan lebih percaya diri apabila berpenampilan rapih dan sesuai dengan style yang sedang trend saat datang ke coffee shop.

Dalam bukunya Nanang Matono Perubahan Sosial dan Perubahan Kebudayaan hanya dapat dibedakan dengan membedakan secara tegas pengertian antara masyarakat dan kebudayaan. Terdapat perbedaan yang mendasar antara perubahan sosial dan perubahan budaya. Perubahan budaya jauh lebih luas dari perubahan sosial.

Perubahan budaya menyangkut banyak aspek dalam kehidupan seperti kesenian, ilmu pengetahuan, teknologi, aturan-aturan hidup berorganisasi, dan filsafat (Matono, 2017, p. 12). Perubahan sosial dan perubahan budaya yang terjadi dalam masyarakat saling berkaitan, tidak ada masyarakat yang tidak memiliki kebudayaan dan sebaliknya tidak mungkin ada kebudayaan tanpa masyarakat. Dengan perkembangan coffee shop yang berdiri di Salatiga dapat dijadikan sebagai suatu perubahan sosial dan budaya, pada sekitar tahun 2017 coffee shop mulai dijumpai diberbagai sudut kota.

Para informan juga menjelaskan, mereka mulai datang dan nongkrong ke coffee shop sejak sekitar tahun 2017 hingga saat ini, sebelumnya para informan melakukan aktivitas di rumah, di rumah teman atau wifi-id. Selain perubahan tempat beraktivitas, anak muda juga mengalami perubahan ilmu pengetahuan dan juga aturan-aturan berorganisasi. Pada proses terbentuknya gaya hidup baru, anak muda memilih untuk tertarik datang ke coffee shop yang berbeda dari gaya hidup sebelumnya dengan tidak mengkonsumsi olahan kopi dan tidak pernah mengunjungi coffee shop. Di mana

(6)

182

proses terbentuknya perubahan tersebut dapat dilihat melalui gaya berbicara dan juga cara berpakaian, bagi anak muda yang sebelumnya kurang bersosialisasi akan perlahan mulai membuka dirinya untuk berbagi kepada teman karena sering bersosialisasi dan mendapatkan relasi di tempat nongkrong. Maka penelitian ini diharapkan bisa dijadikan referensi tentang pemaknaan gaya hidup baru, yang nantinya akan menghasilkan gaya hidup positif bagi pembaca khususnya anak muda.

Anak muda mengekspresikan citra diri salah satunya dengan mengunjungi coffee shop, karena bagi sebagian orang dengan mengunjungi coffee shop dibandingkan dengan kedai kopi sederhana akan memperlihatkan status sosialnya yang berbeda. Oleh karena itu, banyak anak muda yang menjadikan coffee shop sebagai salah satu hal untuk menyalurkan gengsi mereka, ketika dirasa ingin menunjukkan status sosial dan perannya di lingkungan sekitar. Sehingga hal tersebut mengarah kepada tujuan peneliti untuk mengetahui bagaimana terbentuknya gaya hidup baru anak muda yang menjadi gemar datang ke coffee shop.

Latar belakang diatas menjadi bahan untuk diteliti lebih lanjut untuk mengetahui bagaimana terbentuknya gaya hidup baru di era modern pada anak muda yang memilih coffee shop sebagai bagian dari gaya hidup tersebut, serta mengetahui dampak apa yang akan terjadi apabila gaya hidup baru tersebut diterapkan oleh anak muda. Adanya perubahan sosial budaya seperti budaya tradisional mengarah kepada budaya modern melalui gaya hidup anak muda yang diterapkan melalui aktivitas, opini, serta pola pikir. Berdasarkan penjelasan tersebut, peneliti akan melakukan penelitian dengan mengolah data yang didapat di lapangan menggunakan metode kualitatif. Penelitian ini diharapkan mampu memberkan informasi yang dapat memberikan kontribusi terhadap wawasan dan informasi terkait fenomena perubahan gaya hidup baru anak muda, serta informasi bagi peluang usaha yang bergerak dibidang coffee shop.

TINJAUAN PUSTAKA (LITERATURE REVIEW)

Penelitian terdahulu sangat penting sebagai acuan peneliti untuk melakukan penelitian karena berguna sebagai dasar pijakan agar peneliti dapat memperkaya teori

(7)

yang digunakan dalam mengkaji penelitian yang sedang dilakukan. Selain sebagai

183

pijakan, dapat juga sebagai referensi untuk memperdalam penelitian yang serupa.

penelitian pertama yang digunakan sebagai rujukan diambil dari artikel jurnal karya Solikatun, Drajat Tri kartono dan Argyo Demartoto berjudul “Perilaku Konsumsi Kopi Sebagai Budaya Masyarakat Konsumsi (Studi Fenomenologi Pada Peminum Kopi Di Kedai Kopi Kota Semarang)” penelitian ini dilakukan pada bulan April tahun 2015 dan ditulis oleh Solikatun, Drajat Tri kartono dan Argyo Demartoto. Pada penelitian ini membahas perilaku konsumtif terhadap produk komoditi dari industry budaya, dimana produk komoditi yang telah dikonsumsi dari masyarakat akan berubah menjadi objek tanda yang akan memberikan identitas bagi yang mengkonsumsinya.

Penelitian terdahulu ini memiliki tujuan untuk melihat dinamika yang terjadi dalam budaya minum kopi sebagai gaya hidup kontemporer. Informan yang menjadi obyek pada penelitian ini yaitu peminum kopi yang datang ke kedai kopi, dengan kriteria pemilihan kedai kopi, jumlah konsumsi kopi, dan jumlah kunjungan ke kedai kopi.

Perilaku konsumsi kopi yang dilakukan oleh peminum kopi dapat dilihat dari aktor atau peminum kopi, aktivitas yang dilakukan, penampilan, alasan konsumsi kopi dan tempat minum kopi. Indikator perilaku konsumtif sendiri antara lain konsumsi dilakukan hanya untuk menjaga penampilan diri atau gengsi, mengonsumsi atas pertimbangan harga dan konsumsi untuk menunjukkan status sosial. (Solikatun et al., 2015)

Penelitian kedua diambil dari artikel jurnal karya Elly Herlyana, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. Dalam jurnalnya yang berjudul “Fenomena Coffee Shop Sebagai Gejala Gaya Hidup Baru Bagi Kaum Muda”. Penelitian terdahulu memiliki kaitan bagaimana menjamurnya coffee shop dijadikan sebagai tempat kaum muda untuk nongkrong dan berkumpul bersama teman-temannya, sehingga menciptakan gejala hidup baru dan faktor yang mempengaruhi anak muda di daerah Yogyakarta. Penelitian terdahulu ini menjadikan remaja daerah Yogyakarta yang nongkrong di coffee shop sebagai obyek untuk mendapatkan data penelitian. Hasil dalam penelitian ini menjelaskan bagaimana kaum muda memiliki karakteristik yang cenderung ingin menjadi pusat perhatian, mencoba hal baru, ikut-ikutan, dan memiliki kecenderungan suka berfoya-foya atau hedonis. Gejala nongkrong di coffee shop

(8)

184

sebagai gaya hidup anak muda disebabkan oleh banyak faktor, baik dari kehidupan sosial atau psikologis. Gaya hidup seperti ini merupakan cara untuk berkomunikasi melalu ekspresi dan perilaku yang ditunjukkan kaum muda yang tertarik mencoba hal baru. Gejala coffee shop sebagai gaya hidup dikalangan remaja disebabkan banyak faktor, baik psikologis maupun sosial. (Herlyana, 2012)

Dalam penelitian ini yang menjadi fokus pembahasan adalah pergeseran budaya melalui gaya hidup lama ke gaya hidup baru anak muda melalui ketertarikan dalam mengunjungi coffee shop. Dimana olahan kopi yang dibeli dan fasilitas di coffee shop yang dinikmati oleh para pengunjung akan berubah menjadi sebuah eksistensi diri bagi mereka yang ingin menunjukkan status sosial pada lingkungan masyarakat.

Oleh karena itu dalam penelitian ini menggabungkan teori gaya hidup oleh Plummer (1983), bahwa gaya hidup adalah cara hidup individu yang di identifikasikan oleh bagaimana orang menghabiskan waktu mereka (aktivitas), apa yang mereka anggap penting dalam hidupnya (ketertarikan) dan apa yang mereka pikirkan tentang dunia sekitarnya. Maka jika diperhatikan, anak muda tertarik untuk datang ke coffee shop yang nyaman dan menjadikan tempat yang ingin mereka datangi. Sebagai tempat yang memiliki fasilitas meja, kursi dan internet gratis, tentu akan lebih nyaman apabila menghabiskan waktu mereka di coffee shop. Kini anak muda banyak menggunakan waktunya untuk mengerjakan tugas atau pekerjaan di coffee shop sebagai salah satu contoh gaya hidup baru. Selanjutnya teori mengenaik anak muda menurut Derajad S.

Widhyartokata bahwa, kaum muda mewakili kuantitas atau jumlah yang banyak, kemudian subyek otonom (mampu mengambil keputusan dan melakukannya sendiri maupun bersama), kemudian mewakili juga nilai dan budaya (pencipta maupun peraga nilai-budaya itu sendiri) (Kholik, 2018, p. 35). Setelah memahami dari definisi tersebut, anak muda saat ini memiliki sebuah tuntutan untuk memenuhi gaya hidup dan budaya baru. Mengingat bahwa anak muda termasuk mudah dan senang terkonstruksi berbagai macam pengetahuan, suatu nilai status sosial atau peran dari lingkungan sosial.

Pemakaian teori Gaya Hidup oleh Plummer (1983) tersebut ialah berguna untuk memahami gaya hidup baru anak muda yang kini tertarik menjadikan bagian

(9)

dari sebuah kebiasaan baru untuk datang ke coffee shop di Kota Salatiga. Selain itu,

185

pemakaian teori yang mendefinisikan anak muda juga berguna untuk memahami terbentuknya gaya hidup baru pada anak muda. Selain menjadikan gaya hidup baru, akan ada status sosial yang dihasilkan dari sebuah citra diri yang ditunjukkan oleh anak muda kepada lingkungan masyarakat sekitar. Sehingga saat anak muda memiliki cara hidup dan keputusan yang mereka anggap penting bagi diri mereka, yang membedakan status sosialnya dari orang lain melalui gaya hidup yang anak muda terapkan.

Sementara itu, untuk menganalisa ketertarikan anak muda yang menjadi sering mengkonsumsi menu yang disediakan oleh coffee shop dan datang ke coffee shop, digunakannya teori ketergantungan yang dikemukakan oleh Sandra Ball-Rokeach dan Malvin Deflucer (1976) yang fokus teori ini terletak pada kondisi struktural yang ada dimasyarakat, serta fokus ini cenderung mudah untuk dipengaruhi oleh media massa (PakarKomunikasi.com, 2017). Bahwa teori ini menjelaskan pada komunitas masyarakat modern, dimana pada masyarakat modern, media massa dianggap suatu hal yang sangat penting untuk dicapai tujuan beberapa proses. Diantaranya yaitu proses memelihara, perubahan, serta konflik dalam tataran masyarakat dan masalah perorangan dalam suatu aktivasi sosial. Sehingga dapat dipahami, anak muda yang mengikuti trend akan menganggap penting untuk mencapai beberapa proses demi mencapai tujuan. Di masa ini, coffee shop merupakan sebuah trend yang terus melakukan pembaruan, hal tersebut biasa di tayangkan melalui media massa dan laman sosial media, sehingga bagi anak muda yang memiliki kesenangan update di akun sosial medianya, akan merasa hal ini penting untuk dicapai. Dalam penelitian ini, teori ketergantungan digunakan untuk dasar dan pendukung perubahan gaya hidup baru anak muda dalam mengikuti trend. Dimana pengunjung yang memiliki akun sosial media akan turut mengikuti trend tersebut yang akan dibagikan ke laman sosial media pribadinya secara terus menerus dan berkembang. Hal ini juga berkaitan dengan gaya hidup baru yang sudah dibahas sebelumnya, proses kebiasaan yang mudah terpengaruh akan mendukung sebuah perubahan. Selain itu adanya persepsi sosial yang ingin mereka bentuk di lingkungan sekitar anak muda seperti yang disampaikan dalam (Sarowono et al, 2009, p. 26) persepsi sosial merupakan proses yang

(10)

186

berlangsung pada diri kita unyuk mengetahui dan mengevaluasi orang lain. Dengan proses itu, kita membentuk kesan tentang orang lain. Kesan yang kita bentuk didasarkan pada informasi yang tersedia di lingkungan, sikap kita terdahulu tentang rasangan-rangsangan yang relevan, dan mood kita saat ini. Pada hal yang disampaikan oleh Sarwono tersebut, membuat anak muda ingin membentuk kesan mengenai orang lain dan juga sebaliknya, kesan mengenai dirinya terhadap orang lain atau lingkungan sekitar.

Selanjutnya, perubahan sosial budaya pada gaya hidup yang diterapkan oleh anak muda. Dimana pada era modern seperti sekarang coffee shop menjadi salah satu tempat yang dikunjungi oleh kelas masyarakat menengah ke atas. Sarwono dalam Shiraev & Levy 2010, saat ini ada dua jenis pengaruh budaya. Kedua jenis tersebut adalah budaya tradisional dan budaya non-tradisional (modern). Budaya tradisional adalah budaya yang berakar kepada tradisi, aturan, symbol, dan prinsip yang kebanyakan dibuat di masa lalu. Sementara itu, budaya non-tradisional adalah budaya yang berdasar kepada prinsip ide, dan kebiasaan yang relatif baru (Sarwono, 2014, p.

6). Dengan adanya budaya baru pada anak muda yang mengarah kepada non- tradisional ini memang memiliki ide dan kebiasaan baru, seperti mengerjakan tugas di coffee shop dan juga pertemuan relasi di coffee shop. Selanjutnya ada faktor kepentingan kelompok dan beberapa benturan kebudayaan, perubahan menyangkut banyak aspek dalam kehidupan seperti kesenian, ilmu pengetahuan, teknologi, aturan- aturan hidup berorganisasi dan filsafat (Ngafifi, 2014, p. 40). Karena anak muda sudah beranggapan coffee shop cocok dijadikan tempat mereka bekerja atau mengerjakan tugas. Coffee shop dianggap menjadi tempat bergengsi, selain interior dan exterior- nya yang berkelas. Kehadiran olahan kopi di era sekarang telah berinovasi dengan menciptakan rasa yang bervariatif dan juga coffee shop menyediakan menu non-kopi bagi pengunjung yang kurang menikmati olahan kopi. Seperti teori yang disampaikan oleh Gillin dan Gillin melihat perubahan sosial sebagai variasi dari cara-cara hidup yang telah diterima, baik karena perubahan kondisi geografis, kebudayaan material, komposisi penduduk, ideology, maupun karena adanya difusi atau penemuan- penemuan baru dalam masyarakat (Matono, 2017, p. 12). Sehingga coffee shop di Kota Salatiga dari masa ke masa akan terus mengalami perubahan sesuai dengan apa yang

(11)

menjadi penemuan baru. Tak hanya coffee shop, masyarakat senang dengan hal baru

187

tentu akan mengikuti perubahan tersebut. Karena itu penelitian ini juga memasukkan teori perubahan sosial budaya oleh Selo Soemardjan bahwa, perubahan-perubahan pada Lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat, yang memenuhi system sosialnya, termasuk di dalamnya nilai-nilai, sikap, dan pola perilaku diantara kelompok-kelompok di dalam masyarakat (Matono, 2017, p. 12). Perubahan yang menyangkut perilaku pengunjung dengan menganggap nongkrong adalah hal yang wajar untuk dilakukan. Perubahan ini terjadi karena faktor yang membentuk gaya hidup anak muda, seperti halnya coffee shop yang memiliki nilai dalam hal gengsi sosial. Sehingga teori perubahan sosial budaya oleh Gillin dan Gillin serta Selo Soemardjan tersebut berguna untuk memahami perubahan sosial pada anak muda yang senang mengunjungi coffee shop. Pada perubahan sosial budaya ini dipahami anak muda menikmati kehadiran coffee shop yang mengubah gaya hidupnya sesuai suatu hal paling dianggap keren oleh lingkungan sekitarnya.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode pendekatan fenomenologi dengan dasar kualitatif. Menurut Lexy J. Moleong dalam Denzin dan Lincoln 1987 menjelaskan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dilingkungan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada. Dari segi pengertian ini, para penulis masih tetap mempersoalkan latar alamiah dengan maksud agar hasilnya dapat digunakan untuk menafsirkan fenomena dan yang dimanfaatkan untuk penelitian kualitatif metode yang dimanfaatkan adalah wawancara, pengamatan, dan memanfaatan dokumen. Dengan begitu dipenelitian ini berusaha mengenali nilai-nilai, pengalaman seseorang, sebuah hal untuk diamati dan melakukan interaksi dengan subjek penelitian (Moleong, 2006, p. 5). Obyek dalam penelitian ini adalah anak muda yang tinggal di Kota Salatiga yaitu, Awallina Yusanda, Wahyu Aji, Desna Fitri, Nova Ayu Melinda, Ayu Ratna Komala, Rio Pratama, dan Bintang Alif. Alasan dilakukan penelitian ini adalah karena masalah yang dikaji merupakan pengalaman hidup seseorang atau kelompok yang merasakan pergeseran budaya lama ke budaya baru atau modern, serta

(12)

188

menjelaskan sebab-akibat mengenai fenomena yang berpengaruh atas perubahan gaya hidup gemar mengunjungi coffee shop pada anak muda. Melalui pendekatan fenomenologi diharapkan dapat menjelaskan makna dan isinya lebih dalam secara realistis. Instrument yang digunakan pada penelitian ini adalah bekal teori dan wawasan yang luas sehingga bisa menganalisis, mengamati objek yang diteliti (Sugiyono, 2011). Untuk itu, peneliti akan menganalisis sesuai pengalaman yang dialami oleh para informan serta mengamati objek di lingkungan sekitar informan dan coffee shop.

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan sumber data primer, sumber data sekunder dan pengujian validitas data menggunakan teknik trianggulasi sumber. Sumber data primer yang diperoleh melalui wawancara dengan anak-anak muda di Kota Salatiga. Pada penggunaan teknik ini adalah dengan cara observasi, dengan mengamati aktivitas anak muda yang dilakukan dilingkungan disekitar coffee shop, serta melakukan wawancara bersama para informan. Adapun pengumpulan informasi dengan data sekunder yang diperoleh melalui hasil dokumentasi dikolom sosial media para informan. Hal yang dilakukan untuk mengecek kembali tingkat kepercaraan suatu informasi yang diperoleh melalu waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif, yaitu dengan cara (1) Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara; (2) Membandingkan apa yang dikatakan orang secara pribadi dengan yang dikatakan didepan umum; (3) Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat orang lain; (4) Membandingkan hasil wawancara dengan isi dokumen yang berkaitan. Secara umum proses analisis data selama dilapangan Model Miles and Huberman mencakup: reduksi data (data reduction), penyajian data (data display), verification (conclusing drawing) (Sugiyono, 2011).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Peran Citra Diri Melalui Aktivitas yang Dilakukan dalam Membentuk Status Sosial

(13)

Anak muda datang ke coffee shop menjadi salah satu kegiatan yang mereka

189

inginkan, terlihat dari aktivitas yang mereka lakukan di coffee shop. Hal yang dilakukan bermula dari meminum kopi dan mengobrol santai di coffee shop yang telah menciptakan gaya hidup baru di era modern seperti sekarang. Menurut Kotler, gaya hidup adalah perilaku seseorang yang ditunjukkan dalam aktivitas, minat dan opini khususnya yang berkaitan dengan citra diri atau merefleksikan status sosialnya menurut (SosiologiBudaya, 2011). Aktivitas yang dilakukan oleh anak muda tersebut memiliki kaitan bagaimana mereka menghabiskan waktu mereka, serta ketertarikan anak muda yang dianggap penting oleh lingkungan sekitarnya. Terlihat dari kesenangan anak muda yang mendatangi coffee shop dan melakukan aktivitas di coffee shop. Selain pengunjung melakukan aktivitas dan memiliki minat untuk berkunjung ke coffee shop, pengunjung juga memiliki citra diri, konsep diri atau sebagai perbandingan diri ketika sedang mengunjungi coffee shop. Citra diri (self image) yang akan ditunjukan anak muda kepada lingkungan sekitarnya. Seperti hal yang disampaikan Jenny Mercer dan Debbie Clayton dalam Festinger 1954 bahwa, individu memiliki gagasan bahwa orang-orang lain merupakan tongkat pengukur yang bermanfaat untuk menjadi tempat kita membandingkan dan mengevaluasi diri kita (Mercer et al, 2012, p. 49). Seperti halnya anak muda untuk mengukur seberapa berpengaruh dan peran mereka di lingkungan sekitar. Melalui gaya hidup nongkrong di coffee shop yang menjadi trend dikalangan anak muda ini semakin meningkat, terlihat coffee shop tidak pernah sepi oleh pengunjung. Untuk itu, anak muda ingin menunjukkan eksistensi diri gaya hidup mereka melalui nongkrong di coffee shop kepada masyarakat di lingkungan sekitar.

Kegiatan yang dilakukan mengarah kepada kesenangan, memiliki ketertarikan terhadap suatu hal yang dianggap penting dan ingin berbeda dengan lingkungan disekitarnya serta memiliki harapan yang mengarah kepada kesenangan sendiri (Ambadra, 2018, p. 12). Hal ini dapat dilihat langsung saat di coffee shop, terlihat anak muda membeli kopi dengan tidak langsung pulang namun mereka berlama-lama di coffee shop dengan melakukan aktivitas lainnya. Aktivitas yang dilakukan seperti mengobrol dengan teman, pertemuan relasi, mengerjakan tugas, dan berfoto. Kegiatan tersebut dilakukan karena coffee shop menyediakan tempat yang nyaman serta

(14)

190

memiliki fasilitas yang memadai, bagi pengguna aktif media sosial tentunya menjadikan coffee shop sebagai tempat yang pas untuk mengambil gambar untuk dibagikan ke lama sosial media.

Gambar. 3 Alasan memilih coffee shop di Kota Salatiga sebagai tempat beraktivitas.

Hal lain yang mendorong anak muda untuk berkunjung adalah sebagian dari keinginan mengekspresikan citra diri mereka dan juga perilaku mengunjungi coffee shop dilakukan ketika mereka merasa bosan dan ingin mendapatkan suasana yang nyaman.

Dari uraian sebelumnya dapat diartikan bahwa anak muda menerapkan gaya hidup baru melalui kegemarannya datang dan nongkrong di coffee shop, selain itu anak muda juga merasa senang dengan kehadiran coffee shop di Kota Salatiga karena telah menyediakan tempat untuk melakukan aktivitas dengan dilengkapi fasilitas yang nyaman. Di mana anak muda di Kota Salatiga mengekspresikan citra diri atas dirinya melalui cara berperilaku, berpenampilan, gaya berbicara dan memilih coffee shop sebagai tempat yang ingin mereka kunjungi. Di lingkungan sekitar coffee shop, pengunjung rata-rata memakai pakaian yang populer, dari mulai pakaian yang bagus dan bermerk, sepatu, tas hingga gadget yang mereka bawa merupakan barang-barang berlevel menengah ke atas. Menurut Solomon “We can get a clearer picture of how people use product to define lifestyle by examining how they make choices in a variety

(15)

of product category.” (Solomon, 2007, p. 208). Solomon menjelaskan bahwa gaya

191

hidup dapat dilihat dari produk yang dipilih, seperti yang sudah sudah dijelaskan sebelumnya mengenai anak muda yang kini memiliki gaya hidup meminum olahan kopi dan nongkrong di coffee shop, tentu hal tersebut menjadi salah satu pilihan sebagai gaya hidup. Setelah anak muda menunjukkan citra dirinya melalui penampilan mereka maka lingkungan sekitar akan menilai sesuai yang anak muda perlihatkan.

setelah dari penampilan, gaya bicara dan cara mereka bersosialisasi akan memperlihatkan status sosialnya kepada lingkungan sekitarnya, secara langsung lingkungan sekitar akan menyadari peran anak muda tersebut. Seperti yang dinyatakan oleh informan Ayu sebagai berikut:

“Saya menyadari atas citra diri, untuk saya pribadi bagaimana saya membentuk citra diri saya dengan tidak jauh sebagai penikmat olahan kopi, namun hal lain juga karena saya membutuhkan untuk refreshing, saya juga memperhatikan penampilan ketika ke coffee shop sebagai citra diri saya, karena saya juga senang dengan gaya fashion yang sedang trend dikalangan anak muda.” Ujar Ayu.

Seperti yang disampaikan oleh Ayu, ia menyukai mengikuti trend dikalangan anak muda. Terbukti bahwa dengan mengikuti trend penampilan ketika datang ke coffee shop, hal tersebut merupakan bagian dari pergeseran gaya hidup anak muda. Tidak hanya cara menikmati kopi saja yang merupakan pergeseran gaya hidup, namun dapat dilihat melalui trend yang sedang in dikalangan anak muda ketika di coffee shop.

Berbeda dengan dulu, menikmati kopi hanya dengan memakai pakaian biasa tanpa melihat style fashion yang digunakan. Pergeseran terjadi karena adanya faktor yang membentuk gaya hidup kaum muda. Seperti kaum muda yang memiliki anggapan bahwa coffee shop memiliki gengsi sosial, sehingga anak muda menjadikan nongkrong di coffee shop sebagai gaya hidupnya. Maka dari itu, dengan gaya hidup anak muda seringkali terpengaruh atas industri gaya hidup, trend masa kini melalui melihat lingkungan sekitarnnya dan lain sebagainya. Perubahan dapat terjadi karena keinginan dan juga dari tren yang sedang beredar di media sosial pada saat itu, yang mengakibatkan remaja melakukan perubahan fashion, gaya bicara dan gaya hidup (Akbar, 2019). Di Kota Salatiga anak muda memiliki persepsi apabila mengujungi coffee shop akan memilik sebuah prestige, sehingga hal tersebut mempengaruhi anak muda untuk memilih hal tersebut sebagai gaya hidup baru. “A complex set of variables, including income, family background, and occupation, determine one’s standing in

(16)

192

society.” (Solomon, 2018, p. 454). Moleong menjelaskan variabel, pendapatan, latar belakang, pekerjaan dapat mempengaruhi posisi seseorang dalam masyarakat. Di mana era modern membentuk selera dan tolak ukur anak muda yang berbeda dari sebelumnya, kini anak muda di era modern keinginan untuk terus mengikuti perkembangan jaman melalui nongkrong dan mengkonsumsi kopi sebagai gaya hidup barunya. Di dorong dengan kemudahan dan memiliki nilai praktis dalam menikmati kopi. Seperti yang dipaparkan oleh informan Awallina, sebagai berikut:

“Yaa memiliki gengsi, selain nyaman, datang ke coffee shop memiliki nilai praktis tersendiri.” Ujar Awallina.

Pergeseran Budaya Lama ke Budaya Modern dan Dampak yang Terjadi

Pergeseran budaya tentunya akan ada dampak yang terjadi, baik itu positif atau negatif. Dari hasil penelitian yang sudah melakukan wawancara dengan informan, peneliti memperoleh pendapat yang mengutarakan dampak negatif dan positif. Pada hal positif yang diperoleh ketika mengunjungi coffee shop adalah fasilitas free wi-fi, sebagai tempat untuk bersosialisasi, mengobati rasa bosan atau refreshing, sebagai tempat untuk bertemu dengan relasi atau client, edukasi mengenai olahan kopi, membantu meningkatkan perekonomian dan masih banyak lagi dampak positif yang dapat dimanfaatkan ketika berada di coffee shop. Seperti pendapat yang akan disampaikan oleh informan, sebagai berikut:

“Dengan adanya coffee shop dengan fasilitas free wifi, membantu seseorang yang membutuhkan internet agar dapat mengerjakan tugas di coffee shop.”

Ungkap Awallina.

Lalu menurut Alif, “Untuk dampak positifnya: bisa melakukan pertemuan relasi di coffee shop, memperluas dalam bersosialisasi, mengurangi stress, dan bisa mendapatkan temen curhat.”

Untuk dampak negatif yang dirasakan oleh anak muda adalah ketika mereka belum memiliki penghasilan akan merasa keberatan, dengan harga kopi yang bisa membebani orang tua demi gaya hidup masa kini. Karena harga kopi dan menu lainnya yang cukup mahal bagi anak muda yang belum memiliki penghasilan sendiri di Kota Salatiga.

Sehingga memiliki dampak yang mengakibatkan pengeluaran lebih banyak bagi setiap orang tua untuk mencukupi kebutuhan gaya hidup anak muda. Dampak lain yang

(17)

dirasakan ketika para pengunjung memiliki kesibukan untuk mengakses internet dan

193

kebutuhan sosial media dapat mengurangi kehangatan saat berkumpul di coffee shop.

Seperti yang disampaikan oleh ahli Badudu dan Zain (1994:1031) yaitu pengaruh adalah (1) daya yang menyebabkan sesuatu terjadi; (2) sesuatu yang dapat membentuk atau mengubah sesuatu yang lain; (3) tunduk atau mengikuti karena kuasa atau kekuatan orang lain (Manado, 2017). Di mana telah diketahui bahwa gaya hidup baru yang dilakukan oleh anak muda memiliki pengaruh dan dampak yang merupakan suatu kekuatan yang dapat membentuk atau mengubah.

Tidak hanya soal membeli kopi saja untuk datang ke coffee shop, anak muda datang karena melihat kenyamanan yang mereka perhitungkan. Apabila dirasa tempatnya worth it untuk didatangi, maka anak muda akan tertarik untuk datang. Ada dua pilihan bagi anak muda saat memilih nongkrong di coffee shop menjadi sebuah kebutuhan atau hanya sebuah keinginan. Dalam artian individu akan lebih mementingkan faktor keinginan (want) dari pada kebutuhan (need) dan individu cenderung dikuasai oleh hasrat kesenangan material semata (Solikatun et al., 2015).

Di mana kebanyakan pada anak muda akan lebih memenuhi keinginannya, seperti saat ke coffee shop yang belum tentu sebenarnya mereka butuhkan. “Needs and goals are interdependent; neither exists without the others. However, people are often not as aware of their goals.” (Schiffman et al, 2015, p. 87). Schiffman menjelaskan sering kali orang tidak menyadari kebutuhan mereka seperti halnya tujuan mereka.

Keinginan yang harus terpenuhi ini menjadi salah satu bagian dari perilaku anak muda di masa modern bagi yang mengikuti hal-hal populer. Anak muda datang ke coffee shop berasal dari sebuah ketertarikan atau keinginan, seperti yang disampaikan oleh Plummer (1983) bahwa gaya hidup adalah cara hidup individu yang diidetifikasi oleh bagaimana orang menghabiskan waktu mereka (aktivitas), apa yang mereka anggap penting dalam hidupnya (ketertarikan) dan apa yang mereka pikirkan tentang dunia sekitarnya. Dalam hal ini anak muda terkadang tidak membutuhkan meminum kopi atau datang ke coffee shop, namun anak muda akan tetap datang karena mereka melakukannya untuk mendapatkan prestige, gengsi serta gaya hidup baru yang sedang populer. Aji menyampaikan pendapatnya mengapa ia merasa ingin datang ke coffee shop, sebagai berikut:

(18)

194

“Kemajuan branding coffee shop dan olahan kopi di masa modern sangat pesat, variannya tidak hanya kopi saja, melainkan ada banyak menu, sehingga yang datang bukan hanya penikmat kopi, bagi sebagian orang yang tidak dapat menikmati kopi sekarang juga bisa nongkrong di coffee shop.”

Rio menyatakan alasannya mengapa ia tertarik menjadikan coffee shop sebagai tempat yang ingin ia kunjungi, sebagai berikut:

“Tempatnya bagus, bersih, fasilitasnya memadahi seperti wi-fi, stopkontak dan lain-lain. Nyaman kalau nongkrong di coffee shop.”

Minat dan ketertarikan anak muda saat mengunjungi coffee shop menjadi bagian dari gaya hidup baru yang menjadi pilihan anak muda sebagai keinginan (want) karena hasrat kesenangan yang dimiliki. Ketertarikan anak muda di dorong dengan adanya desain fasilitas coffee shop yang bagus serta menawarkan kenyamanan yang memadahi sebagai tempat untuk bersantai. Berikut pernyataan dari Awallina mengenai alasan mengapa mengunjungi coffee shop:

“Pilihan kopi yang bervariasi, sehingga tidak bosan dan ingin mencoba rasa baru menu di coffee shop, selain itu tempatnya nyaman dan tenang. Sehingga ketika mengerjakan sesuatu dapat berkonsentrasi dan memiliki jaringan internet yang bagus.”

Plummer (1983) mengenai gaya hidup, gaya hidup adalah cara hidup individu yang diidentifikasi oleh bagaimana orang menghabiskan waktu mereka (aktivitas), apa yang mereka anggap penting dalam hidupnya (ketertarikan) dan apa yang mereka pikirkan tentang dunia sekitarnya. Terlihat dari pernyataan informan, anak muda memiliki ketertarikan dalam mengahabiskan waktunya di coffee shop dengan alasan tempatnya yang nyaman dan sebagai tempat yang mereka inginkan, hal tersebut mengarah kepada aktivitas yang mereka lakukan saat mengerjakan tugas dengan suasana coffee shop sebagai gaya hidup baru. Selanjutnya pemaparan dari informan yang bernama Desna apa saja yang ia lakukan di coffee shop, sebagai berikut:

“Karena saya sedang memiliki kesibukan kuliah online, jadi ya kadang membuat tugas-tugas kuliah di coffee shop, kalo waktu luang paling cuma foto-foto buat bikin story di IG sama ngobrol aja sih, bisa sampai 3-4 jam disini, tetapi terkadang juga sesuai kebutuhan Kak, bisa malah lebih lama atau lebih sebentar.”

Coffee shop memang memiliki sambungan internet free wi-fi yang bisa dimanfaatkan atau digunakan dengan bebas oleh para pengunjung. Sehingga para pengunjung dapat mengerjakan tugas atau pekerjaan mereka. Kenyamanan coffee shop juga membuat para pengunjung untuk menghabiskan waktu dengan berlama-lama di coffee shop, terlihat dari pemaparan para pengunjung yang memiliki durasi kurang lebih 3-4 jam

(19)

ketika berkunjung ke coffee shop. Coffee shop cenderung akan ramai oleh pengunjung

195

anak muda dari waktu menjelang sore hingga malam hari, pada waktu weekend akan lebih ramai karena kebanyakan anak muda datang untuk berkumpul menikmati malam minggu bersama teman atau pacar.

Dari uraian di atas pergeseran budaya dengan adanya coffee shop menyebabkan anak muda lebih nyaman terhadap aktivitas yang akan mereka lakukan, seperti mengerjakan tugas atau hal lainnya. Nova memaparkan pertama kali ia mulai menerapkan gaya hidup baru dan mulai menikmati menu yang ada di coffee shop, sebagai berikut:

“Mungkin saya telat ya kak, dulu udah ada beberapa coffee shop pas saya masih SMA. Lalu setelah saya kuliah baru mulai nongkrong, tahun 2018 kak itu. Kalau menu yang di coffee shop, saya seringnya pesen matcha, karena saya kurang suka kopi, kalau gak semacam mix platter gitu atau cemilan lainnya.”

Perubahan sosial dan budaya yang mulai diterapkan oleh anak muda dengan mengunjungi coffee shop dapat dipengaruhi oleh apa yang baru mereka temui, seperti pemaparan Nova bahwa ia baru mulai datang ke coffee shop ketika berada dibangku perkuliahan. Seperti teori Perubahan Sosial dan Budaya menurut Gillin dan Gillin bahwa, perubahan sosial sebagai variasi dari cara-cara hidup yang telah diterima, baik karena perubahan kondisi geografis, kebudayaan material, komposisi penduduk, ideology, maupun karena adanya difusi atau penemuan-penemuan baru dalam masyarakat (Matono, 2017, p. 4). Selain itu, informan datang ke coffee shop belum tentu untuk memesan olahan kopi, dapat juga memesan menu non kopi yang disediakan oleh coffee shop, seperti matcha, smoothie atau ice chocolate. Ada juga makanan seperti mix paltter atau Jiwa Toast apabila nongkrong di coffee shop Janji Jiwa. Kalau untuk menu olahan kopi disediakan seperti kopi Tubruk, Americano, Kopi Dolce, Picolo dan masih banyak lagi. Informan juga menyadari adanya pergeseran budaya selama coffee shop mulai berdiri di Indonesia khususnya di Kota Salatiga, pergeseran ini dirasakan dari berbagai budaya modern yang masuk, salah satunya adalah sosial media yang dengan mudah diakses oleh siapapun. Seperti yang di sampaikan oleh Awallina sebagai berikut:

“saya merasakan adanya pergeseran, dahulu pilihan kopi yang sangat sedikit dan rasa yang identik pahit, menjadikan anak muda enggan membeli kopi atau mendatangi coffee shop. Namun, saat ini seiring perkembangan jaman, pilihan yang semakin variatif, menjadikan nilai jual kopi dikalangan anak muda milenial semakin tinggi. Saat ini coffee

(20)

196

shop banyak dikunjungi anak muda, kalau dulu pembeli dengan usia setengah baya. Kalau soal membagikan kegiatan ke sosial media, ya pernah, kalo keliatan aesthetic saya akan mengunggahnya ke sosmed.”

Di dalam hal ini perilaku anak muda untuk mengikuti trend di lingkungan masyarakat melalui gaya hidup atau lifestyle akan ada ukuran gengsi terhadap yang mereka kenakan, seperti cara mereka berpenampilan para pengunjung coffee shop. Misalnya fashion atau outfit anak muda yang sedang hype merupakan gaya berpakaian yang paling ramai diperbincangkan dan juga akan terlihat keren bila dipakai ke coffee shop, selain itu bisa dimanfaatkan untuk mengambil foto. Karena pada era modern seperti sekarang anak muda memang aktif di media sosial untuk membagikan kegiatan kesehariannya, contohnya membagikan musik yang sedang didengar atau moment sedang berkunjung di suatu tempat seperti coffee shop. Seperti pemaparan Ayu sebagai informan, sebagai berikut:

“Tentu karena ada rasa gengsi, tujuan lainnya untuk diunggah ke media sosial juga.

Kalau gaya berpakaian, Mmm saya memperhatikan pakaian, kan ke sini terkadang juga untuk mengambil gambar, jadi ya harus terlihat bagus didepan kamera.”

Berbeda dengan kedai kopi sederhana yang sebelumnya saat anak muda belum mengenal coffee shop, di kedai kopi sederhana hanya disediakan meja kursi yang terbuat dari plastik atau kayu di mana tidak perlu membawa gengsi atau citra diri ketika di kedai kopi sederhana. Berbeda dengan gaya hidup ketika berkunjung ke coffee shop Tentu anak muda akan merasa memilki gengsi ketika menjadi pengunjung coffee shop, karena coffee shop memiliki fasilitas yang lengkap serta pelayanan yang memuaskan para pengunjung. Seperti pada teori Gaya Hidup milik Plummer (1983) gaya hidup adalah cara hidup individu yang di identifikasikan oleh bagaimana orang menghabiskan waktu mereka (aktivitas), apa yang mereka anggap penting dalam hidupnya (ketertarikan) dan apa yang mereka pikirkan tentang dunia sekitarnya.

Sehingga dalam hal penampilan juga merupakan salah satu penunjang bagaimana anak muda memperlihatkan gaya hidupnya yang memiliki gengsi dan berkualitas kepada dunia sekitarnya. Gaya hidup anak muda juga berkaitan dengan cara mereka memperlihatkan citra dirinya untuk membentuk status sosial kepada lingkungan sekitarnya. Menurut Kotler mengenai gaya hidup yaitu, Gaya hidup adalah perilaku seseorang yang ditunjukkan dalam aktivitas, minat dan opini khususnya yang berkaitan dengan citra diri untuk merefleksikan status sosialnya (SosiologiBudaya, 2011). Anak

(21)

muda di Kota Salatiga menyadari telah melakukan citra diri untuk membentuk status

197

sosial yang penting yang bertujuan menunjukkan perannya di lingkungan sekitar dan sebagai gerbang membangun relasi, seperti yang di sampaikan oleh Ayu sebagai berikut:

“Saya menyadari, untuk saya pribadi bagaimana saya membentuk citra diri saya dengan tidak jauh sebagai penikmat olahan kopi, namun hal lain juga karena saya membutuhkan untuk refreshing, saya juga memperhatikan penampilan sebagai citra diri saya, karena saya juga senang dengan gaya fashion yang sedang trend dikalangan anak muda.”

Lalu pentingnya status sosial yang dibentuk melalui citra diri sebagai anak muda juga dianggap penting oleh Aji dan Awallina, sebagai berikut pemaparannya:

“Penting, secara psikologi lingkungan akan merasa akrab ketika seseorang memiliki citra diri yang membuat saya nyaman, dan hal itu berdampak kepada status sosial saya, dimana saya akan merasa dilingkungan yang tepat.” Jelas Aji.

“Karena, status sosial dapat menjadi gerbang kita dalam memiliki lingkungan pertemanan, pergaulan dan sebagai awal pembentukan relasi. Relasi disini bisa saja hanya sebagai teman atau rekan bisnis.” Ujar Awallina.

Pada pembahasan citra diri untuk merefleksikan status sosial ini, terlihat hasil di lapangan bahwa pengunjung sadar ketika berkunjung ke coffee shop mereka telah melakukan citra diri pada diri mereka. Setelah menyadari citra diri tersebut, mereka juga menyadari pentingnya pembentukan status sosial melalui citra diri di lingkungan sekitar. Sehingga anak muda akan merasa dirinya memiliki peran yang ingin mereka tunjukkan kepada lingkungan sekitar. Anak muda yang berperan sebagai pengunjung coffee shop, terlebih bagi anak muda yang dalam seminggu bisa berkunjung 2-4 kali.

Anak muda tersebut memiliki dua tujuan yang ingin mereka capai, yang pertama adalah mereka menginginkan lingkungan sekitar mereka mengetahui perannya di masyarakat dengan terlihat memiliki gengsi, high class atau anak muda modern yang mengikuti perkembangan jaman dengan mengetahui banyak hal. Yang kedua, mereka datang sebagai peminum kopi yang menginginkan suasana tenang untuk mengobati rasa bosan ketika di rumah, kampus atau tempat kerja. Hal tersebut merupakan bagian dari nilai yang ingin mereka capai, sehingga tidak hanya gengsi namun bisa juga hasrat kepuasan dalam memilih aktivitas yang mereka inginkan.

Anak muda yang mengunjungi coffee shop tentunya memiliki pengalaman individu atau kelompok tentang perubahan gaya hidup yang mengarah kepada pembentukan

(22)

198

gaya hidup baru atau modern. Para informan memiliki pengalaman yang sebelumnya kurang menyukai nongkrong atau minum olahan kopi, namun karena mengunjungi coffee shop sudah banyak dilakukan oleh anak muda lainnya maka para informan turut mencoba dan mengalami ketertarikan untuk terus nongkrong di coffee shop. Untuk itu, pada penelitian ini mendeskripsikan gaya hidup para informan melalui aktivitas yang dilakukan ketika di coffee shop, ketertarikan untuk selalu datang ke coffee shop, mengkonsumsi produk yang memiliki prestige seperti coffee shop, dan eksistensi diri atau kepuasan individu yang ingin dicapai. Penelitian ini mendapatkan informasi dari berbagai kalangan informan, sebanyak 7 informan yang memiliki aktivitas sehari-hari yang berbeda dan memiliki latar belakang dari lingkungan yang berbeda. Informan 1 adalah seorang mahasiswa semester akhir yang juga seorang dancer sejak di bangku SMP, ia memiliki banyak relasi yang berawal dari lingkup pertemanan. Informan 2 adalah seorang mahasiswa ilmu komunikasi yang memiliki pekerjaan sampingan sebagai editor dan cameramen disebuah wedding organizer. Informan 3 adalah seorang mahasiswa yang pernah memiliki profesi sebagai penyanyi disalah satu group band di Kota Salatiga. Informan 4 adalah seorang mahasiswa yang memiliki perkerjaan sampingan sebagai talent dibidang model photoshot. Informan 5 adalah seorang staff dibidang engineering selama 9 bulan. Informan 6 adalah seorang pekerja dibidang produksi produk plastik selama 1,5 tahun. Informan 7 adalah seorang pekerja rumah sakit, ia sudah bekerja selama 1 tahun sebagai teknisi peralatan rumah sakit.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian Gaya Hidup Baru Anak Muda Gemar Mengunjungi Coffee Shop (Studi Fenomenologi pada gaya hidup anak muda pengunjung coffee shop di Kota Salatiga), yang dilakukan di tiga coffee shop yaitu:

Aromia Coffee, Janji Jiwa dan Jendral Coffee dapat disimpulkan sebagai berikut:

Pergeseran gaya hidup baru salah satunya dapat dilihat melalui bagaimana pengunjung menikmati olahan kopi yang berbeda dengan cara zaman dulu, sekarang kopi memiliki berbagai varian dan menyediakan fasilitas yang nyaman bagi para pengunjung, kalau dulu kopi diolah dengan sederhana dan tidak menyediakan fasilitas yang cukup modern seperti sekarang. Pergeseran gaya hidup ini, salah satunya terbentuk karena

(23)

pengunjung memiliki pola hidup yang ditunjukkan melalui aktivitas, minat serta

199

ketertarikan mereka melalui perkembangan zaman. Di masa modern, anak muda mulai sering beraktivitas di coffee shop yang merupakan gaya hidup baru ketika mereka memilih mengerjakan tugas sambil menikmati suasana dan menu yang disediakan coffee shop. Dari berbagai kegitan yang dilakukan, mencapai durasi 3 sampai 4 jam yang dihabiskan di coffee shop. Pergeseran gaya hidup anak muda terlihat dari banyaknya mereka datang ke coffee shop ini juga dirasakan oleh para narasumber.

Mereka menyatakan bahwa, kini datang ke coffee shop tak hanya untuk membeli kopi saja, mereka juga dapat mengambil foto yang aesthetic lalu mengunggah momen saat di coffee shop ke sosial media-nya. Tentunya pergeseran ini memiliki dampak negatif dan positif, dampak negatif seperti berkurangnya kehangatan bersama keluarga apabila terlalu sibuk menggunakan jaringan internet dan juga menjadi lebih boros karena harga kopi di coffee shop yang jauh lebih mahal. Untuk dampak positif, berdirinya coffee shop dapat meningkatkan UMKM para pengusaha dibidang kopi, fasilitas yang disediakan memiliki banyak manfaat bagi mahasiswa sebagai tempat bersosialisasi atau mengerjakan tugas. Pada setiap datang ke coffee shop, pengunjung menyatakan bahwa mereka memiliki gengsi untuk lebih memilih coffee shop dibandingkan kedai kopi biasa, karena mereka beranggapan bahwa coffee shop memiliki nilai praktis tersendiri dan memiliki fasilitas yang bagus, selain itu mereka memperhatikan penampilan saat datang ke coffee shop sebagai citra diri mereka.

Dalam hal ini anak muda terkadang tidak membutuhkan meminum kopi atau datang ke coffee shop, namun anak muda akan tetap datang karena mereka melakukannya untuk mendapatkan prestige, gengsi serta gaya hidup baru yang sedang populer.

Pengunjung sadar telah melakukan citra diri mereka, mereka merasa bahwa dengan memperlihatkan citra diri akan membentuk status sosial di lingkungan masyarakat sesuai dengan peran mereka masing-masing. Harapannya, mereka akan dianggap dan memiliki peran di lingkungan masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Akbar, R. S. (2019). Peran Media Sosial Dalam Perubahan Gaya Hidup Remaja.

Universitas Airlangga, 1(1), 1–20. http://repository.unair.ac.id/87338/5/Jurnal Rahmandika S A.pdf

(24)

200

Ambadra, D. N. (2018). Gaya Hidup Hedonis Pada Mahasiswa. 18.

Chaney, D. (2009). Lifestyle: Sebuah Pengantar Komprehensif. Jala Sutra.

Herlyana, E. (2012). Fenomena Coffee Shop Sebagai Gejala Gaya Hidup Baru Kaum Muda. ThaqÃfiyyÃT, 13(1), 188–204.

Kholik, N. S. (2018). Kajian Gaya Hidup Kaum Muda Penggemar Coffee Shop. In Jurnal UIN.

Manado, M. K. (2017). Pengaruh Pelaksanaan Good Governance Terhadap Pelayanan Akta Jual Beli Tanah Di Kantor Kecamatan Malalayang Kota Manado. Jurnal Eksekutif, 2(2).

Matono, N. (2017). Sosiologi Perubahan Sosial Perspektif Klasik, Modern, Postmodern, dan Poskolonial. PT RajaGrafindo Persada.

Mercer, J., & Clayton, D. (2012). Psikologi Sosial. Penerbit Erlangga.

Moleong, L. J. (2006). Metodologi Penelitian Kualitatif (edisi revi). PT Remaja Rosdakarya.

Ngafifi, M. (2014). Kemajuan Teknologi Dan Pola Hidup Manusia Dalam Perspektif Sosial Budaya. Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi Dan Aplikasi, 2(1), 33–47. https://doi.org/10.21831/jppfa.v2i1.2616

PakarKomunikasi.com. (2017). 30 Macam-Macam Teori Komunikasi Menurut Para Ahli. https://pakarkomunikasi.com/teori-komunikasi-menurut-para-ahli

Sarwono, S. W. (2014). Psikologi Lintas Budaya. PT RajaGrafindo Persada.

Sarwono, S. W., & Meinarno, E. A. (2009). Psikologi Sosial. In E. W. Meinarno (Ed.), Prenada Media Group (Vol. 12). Salemba Humanika.

Schiffman, L. G., & Wisenblit, J. L. (2015). Consumer Behavior. Pearson Education Limited.

Solikatun, S., Kartono, D. T., & Demartoto, A. (2015). Perilaku Konsumsi Kopi Sebagai Budaya Masyarakat Konsumsi (Studi Fenomenologi Pada Peminum Kopi Di Kedai Kopi Kota Semarang). Jurnal Analisa Sosiologi, 4(1), 60–74.

Solomon, M. R. (2007). Consumer Behavior Buying, Having, and Being. Pearson International Edition.

Solomon, M. R. (2018). Consumer Behavior Buying, Having, and Being (twelfth ed).

Pearson Education Limited.

SosiologiBudaya. (2011). Gaya Hidup (Bergaya Hidup).

https://sosiologibudaya.wordpress.com/2011/05/18/gaya-hidup/#:~:text=Gaya hidup menurut Kotler (2002,seseorang” dalam berinteraksi dengan

lingkungannya.

(25)

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,

201

dan R&D. Alfabeta.

Referensi

Dokumen terkait

pendapatnya sendiri karena takut salah. 6) Kurangnya waktu dalam pembelajaran terutama pada pembagian kelompok dan melakukan pengamatan siswa banyak menghabiskan waktu.

Piagam Madinah mengatur dengan tegas kebebasan beragama bagi semua penganut agama yang ada di Madinah, terutama kaum Muslim, kaum Yahudi, Nasrani

Area penyimpanan, persiapan, dan aplikasi harus mempunyai ventilasi yang baik , hal ini untuk mencegah pembentukan uap dengan konsentrasi tinggi yang melebihi batas limit

Pada hasil uji coba kelompok besar yang dilaksanakan pada tanggal 30 maret dengan jumlah subyek 22 siswa di Sekolah Sepakbola Mitra Jaya Soccer, siswa belum

Dengan demikian didapat kesimpulan dari penelitian ini bahwa tindakan pembelajaran dengan media bola angka dapat dibuktikan kebenarannya untuk meningkatkan kemampuan

organisasi tersebut, yaitu bagian dari organisasi yang tidak terlihat, namun dapat mempengaruhi dan menggerakkan pola perilaku dan tindakan individu dalam

menunjukkan bahwa dari total 96 responden yang dilakukan penelitian terdapat 16 responden (34,8%) yang pemeliharaan anjingnya kurang baik juga mendapatkan anjuran

Tentunya hal ini perlahan akan mengubah gaya hidup para anak muda yang disebabkan oleh adanya budaya ‘nongkrong’ di coffee shop terhadap kehidupan sosial