• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN DIPLOMASI KULINER DALAM RANGKA PENCAPAIAN KEPENTINGAN NASIONAL INDONESIA DI AMERIKA SERIKAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PERAN DIPLOMASI KULINER DALAM RANGKA PENCAPAIAN KEPENTINGAN NASIONAL INDONESIA DI AMERIKA SERIKAT"

Copied!
84
0
0

Teks penuh

(1)

1 PERAN DIPLOMASI KULINER DALAM RANGKA PENCAPAIAN

KEPENTINGAN NASIONAL INDONESIA DI AMERIKA SERIKAT

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pada Departemen Ilmu Hubungan Internasional

FIKRI SARAH ADILAH E131 13 520

DEPARTEMEN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2018

(2)

2

(3)

3

(4)

4 ABSTRAKSI

Fikri Sarah Adilah. E131 13 520, Peran Diplomasi Kuliner dalam Rangka Pencapaian Kepentingan Nasional Indonesia di Amerika Serikat” dibawah bimbingan Drs. Patrice Lumumba, M.A sebagai Pembimbing I dan Muh. Ashry Sallatu, S.IP,M.Si sebagai Pembimbing II. Pada Departemen Ilmu Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Hasanuddin.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) latar belakang diplomasi kuliner yang dilakukan oleh Indonesia di Amerika Serikat serta (2) peran dari diplomasi kuliner Indonesia dalam pencapaian kepentingan nasional Indonesia di Amerika Serikat.

Metode penelitian yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini adalah metode analisis deskriptif, yang bertujuan untuk menggambarkan tentang diplomasi kuliner Indonesia dalam pencapaian kepentingan di Amerika Serikat. Teknik pengumpulan data yang digunakan penulis adalah metode berbasis telaah pustaka, yang bersumber dari berbagai literatur, sepsserti buku-buku, jurnal-jurnal, artikel, surat kabar harian, dan internet yang terkait dengan permasalahan dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini, penulis juga menggunakan teknik analisis data kualitatif, yang menganalisa penerapan diplomasi kuliner dan wujud diplomasi kuliner Indonesia di Amerika Serikat.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa kekayaan rempah-rempah yang dimiliki Indonesia merupakan modal utama dalam pelaksanaan diplomasi kuliner Indonesia. Diplomasi kuliner digunakan Indonesia untuk menciptakan pengertian lintas budaya dengan harapan dapat meningkatkan interaksi dengan publik atau masyarakat yang menjadi targetnya. Melalui diplomasi kuliner diharapkan dapat memberikan pengaruh positif atas citra Indonesia yang akhirnya berpengaruh dalam pencapaian kepentingan Indonesia di Amerika Serikat.

Kata Kunci : Diplomasi Kuliner, Indonesia, Amerika Serikat, Kepentingan Nasional

(5)

5 ABSTRAK

Fikri Sarah Adilah, E131 13 520. The Role of Culinary Diplomacy in the framework of achieving Indonesia’s National Interest in the United States. Under the supervision of Drs. Patrice Lumumba, MA as the first supervisor and Muh. Ashry Sallatu, S.IP, M.Si as the second supervisor in the department of International Relations, Faculty of Social and Political Science, Hasanuddin University.

This research is aimed to know (1) the background of culinary diplomacy conducted by Indonesia in the United States, also (2) to know the role of culinary diplomacy to achieve Indonesia‟s national interest in the United States.

Research method used in this thesis is analytical descriptive method which aimed to describe Indonesia‟s culinary diplomacy in achieving its national interests. Data collecting techniques used by the author are library research from various literatures, including books, journals, articles, newspaper, and internet. In this research, author also used qualitative data analysis to analyze the implementation of Indonesia‟s culinary diplomacy in the United States.

The research outcomes shows that spices from Indonesia is a major source in conducting Indonesia‟s culinary diplomacy. It is used to create intercultural understanding with a hope it will increase interaction with the public as the target.

On the implementation, Indonesia‟s representative in United States hold a yearly Indonesia‟s culinary exhibition, where the presentation of Indonesia‟s traditional culinary is packed in the frame of culinary diplomacy and has been well responded by the Americans which mostly likes continental foods.This could happen because Americans themselves who lived in major cities are came from different tribes and ethnic groups.

through culinary diplomacy, it is expected to give positive influence on the image of Indonesia which ultimately influential in achieving the intersts of Indonesia in the United States.

Key words: Culinary diplomacy, Indonesia, United States, National Interest.

(6)

6 BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Indonesia yang menganut prinsip politik luar negeri bebas aktif, terlibat dalam kerjasama-kerjasama bilateral maupun multilateral dengan negara-negara lain di kancah internasional. Keterlibatan Indonesia dalam kerjasama internasional baik bilateral maupun multilateral tersebut, tentunya tidak terlepas dari tujuan politik luar negeri Indonesia yang memiliki kepentingan nasional di dalamnya. Kepentingan nasional dapat dicapai dengan cara diplomasi.

Dengan menggunakan diplomasi Indonesia dapat mengambil manfaat sebesar-besarnya dari kerjasama yang dilakukan, khususnya ketika kerjasama dilaksanakan dengan negara-negara yang memiliki kemampuan lebih dalam bidang ekonomi.

Amerika Serikat, dalam konteks ini menjadi salah satu partner penting dalam kerjasama bilateral yang dilakukan Indonesia dengan menggunakan diplomasi. Amerika Serikat tidak dipungkiri memiliki peran penting dalam perekonomian global dan percaturan dunia. Jika hubungan bilateral Indonesia-Amerika Serikat terjaga stabilitasnya maka akan berdampak pada peningkatan pembangunan perekonomian Indonesia. Oleh karena itu, diplomasi sangatlah penting dalam pencapaian kepentingan Indonesia di Amerika Serikat.

(7)

7 Diplomasi merupakan teknik operasional untuk mencapai kepentingan nasional di luar wilayah yurisdiksi suatu negara. Diplomasi memiliki corak yang sangat beragam di antaranya diplomasi keamanan, diplomasi ekonomi, diplomasi politik, diplomasi budaya hingga diplomasi kuliner. Sejalan dengan kondisi dunia yang dianggap telah berada di era globalisasi, maka faktor kuliner dapat digunakan oleh suatu Negara untuk menciptakan lintas budaya dengan harapan dapat meningkatkan interaksi dengan publik atau masyarakat yang menjadi tujuan

Diplomasi kuliner merupakan bagian dari diplomasi publik yang juga tergolong dalam soft diplomacy. Menggunakan kuliner dalam diplomasi dapat menguntungkan Negara untuk mempromosikan kuliner yang ada di setiap Negara tersebut. Diplomasi kuliner pertama kali diungkapkan oleh Paul S Rockower, seorang gastronom lulusan University of Southern California, yang kini bekerja sebagai seorang konsultan internasional, yang membantu negara-negara untuk membuat sebuah merek kuliner bangsa yang efektif. Rockower menyatakan bahwa diplomasi kuliner merupakan the best way to win hearts and mind is through thestomach1.

Indonesia menggunakan diplomasi untuk dapat mencapai kepentingan nasionalnya. Dalam hal ini, Indonesia mengembangkan diplomasi kulinernya di beberapa Negara, seperti: Korea, Australia,

1 Rachel Wilson, “Cocina Peruana Para El Mundo : Gastrodiplomacy, The Culinary Nation Brand, and The Context of National Cuisine in Peru”, (Syracus University, 2015).

(8)

8 Jepang, Arab Saudi, Inggris, Belanda dan Amerika Serikat. Khusus dengan Amerika Serikat, diplomasi kuliner Indonesia telah dilakukan sejak tahun 2010 dalam bentuk menyajikan berbagai jenis makanan khas Indonesia, seperti: rendang, soto ayam, sate, gado-gado, bakso, nasi goreng, bakso, tempe, rawon, kolak pisang hingga asinan Jakarta.

Di mana, penyajian jenis-jenis makanan khas Indonesia tersebut dalam bingkai diplomasi kuliner, telah mendapatkan respon dari masyarakat Amerika Serikat yang kebanyakan menyenangi citarasa makanan-makanan kontinental. Hal itu terjadi oleh karena, sifat masyarakat Amerika Serikat yang terdiri atas berbagai suku bangsa yang tinggal di kota-kota besar Amerika Serikat. Dalam hal ini, Indonesia sebenarnya bukanlah nama baru dalam dunia kuliner internasional.

Rendang pernah menjadi makanan favorit dunia versi CNNGo tahun 20112. Hal tersebut dapat membuat modal penting untuk Indonesia dalam menjalankan diplomasi kulinernya.

Bahkan pada tahun 2013 KBRI Washington, D.C, menyelenggarakan kompetisi memasak masakan Indonesia yang diikuti oleh juru masak setempat. Yang menjadi pemenang adalah seorang juru masak profesional yang berasal dari New York dengan menu Kolak Pisang

2Worlds’ 50 Most Delicious Food. di

http://travel.cnn.com/explorations/eat/readers-choiceworlds-50-most-delicious- foods-012321 diakses pada 10 Desember 2016

(9)

9 dan Soto Lamongan. Hal tersebut dapat dikatakan sebagai pembuktian bahwa makanan Indonesia sudah dapat dikenal oleh masyarakat Amerika Serikat.

Tidak hanya itu, pada tahun 2014 Stratford University bersama dengan Kedutaan Besar Republik Indonesia di Washington, DC, telah mengadakan sebuah acara showcase kuliner, bertempat di School of Culinary Arts and Hospitality Kampus Falls Church, SU, Virginia. Dengan slogan: “Celebrate the most amazing cuisine most American's have never experienced”,acara ini sukses menggoyang lidah para pengunjung yang hadir, dan juga memanjakan indera penglihatan penikmat kuliner dengan penyajian makanan Indonesia yang apik dan modern3. Makanan yang disajikan antara lain Ayam Rempah, Asinan Jakarta, Binte Biluhuta Gorontalo dan Tumpeng Nusantara.

Hingga pada tahun 2015, Indonesia kembali mempromosikan kulinernya dalam pameran Summer Fancy Food Show (SFFS),yang digelar di Jacob Javits Center New York Amerika Serikat, Duta Besar Republik Indonesia di Washington, Budi Bowoleksono membuat satu booth khusus untuk kuliner yang menyajikan nasi goreng dan ayam goreng. Tujuannya untuk membuat masyarakat Amerika Serikat dapat mencintai produk-produk makanan dari Indonesia. Hasilnya pun sangat memuaskan, para pengunjung Summer Fancy Food Show sangat antusias

3http://www.embassyofindonesia.org/wordpress/wp-

content/uploads/2014/11/PR-Indonesian-Banquet-2014.pdf di askses pada 17 Januari 2017

(10)

10 mencicipi makanan Indonesia dan mereka ternyata menyukai makanan Indonesia dengan citarasa yang khas4.

Dalam beberapa pameran yang menyuguhkan kuliner Indonesia, William Wongso yang merupakan pakar kuliner Indonesia, ikut terlibat dalam pelaksanaan diplomasi kuliner Indonesia di Amerika Serikat.

William Wongso juga merupakan President Food Society Indonesia5. International Food Society adalah sebuah organisasi yang bertujuan untuk bisa menciptakan makanan-makanan yang memiliki citarasa yang khas dari setiap negara anggota.

Indonesia yang tergabung dalam International Food Society, tentu saja dapat mempermudah dalam menjalankan diplomasi kulinernya.

William Wongso selaku Presiden organisasi tersebut sangat berharap Indonesia dapat berperan aktif dalam setiap pameran atau festival yang dibuat oleh International Food Society. Dalam hal ini, Indonesia lebih fokus untuk mempromosikan tentang makanan-makanan khas dari Indonesia ke Amerika Serikat, karena Amerika Serikat juga merupakan salah satu anggota dari International Food Society.

Pola konsumsi masyarakat Amerika Serikat yang sangat tinggi, juga merupakan faktor terbesar dalam perjalanan diplomasi kuliner Indonesia di Amerika Serikat. Hal tersebut dapat memudahkan Indonesia

4 http://www.kemendag.go.id/files/pdf/2015/07/02/diplomasi-kuliner-gaya-baru- dubes-ri-di-washington-id0-1435805018.pdf di akses pada tanggal 17 Januari 2017

5 https://www.iwfs.org/asia-pacific/jakarta di akses pada tanggal 17 Januari 2017

(11)

11 dalam menjalankan diplomasi kulinernya. Dengan tetap menjaga cita rasa nusantara maka masyarakat Amerika Serikat cenderung ketagihan dengan rempah-rempah yang disajikan dalam makanan-makanan Indonesia.

Tetapi, sajian makanan-makanan tersebut di buat sedikit berbeda, yaitu mencampurkan rempah-rempah dari Indonesia dengan bahan baku yang ada di Amerika Serikat.

Dari penjelasan di atas, dapat dikatakan diplomasi kuliner Indonesia di Amerika Serikat mulai berkembang dari tahun ke tahun.

Kementrian Luar Negeri Indonesia terus berusaha untuk mempromosikan kuliner Indonesia di Amerika Serikat dengan cara membuka restoran Indonesia di Amerika Serikat. Tidak hanya itu, organisasi kuliner dari Indonesia pun berperan penting dalam perjalanan diplomasi kuliner Indonesia di Amerika Serikat.

Berangkat dari keberadaan diplomasi kuliner yang dilakukan Indonesia di Amerika Serikat, maka penulis tertarik untuk menganalisis masalah yang akan dilakukan dengan judul “ Peran Diplomasi Kuliner dalam Rangka Pencapaian Kepentingan Indonesia di Amerika Serikat”.

B. Batasan dan Rumusan Masalah

Untuk lebih memudahkan pembahasan ini, penulis hanya berfokus terhadap diplomasi kuliner Indonesia di Amerika Serikat pada tahun 2010 hingga 2017. Dengan batasan tersebut dan agar penilitian ini terarah maka

(12)

12 penulis merumuskan dua (2) rumusan masalah dalam penelitian ini, antara lain:

1. Apa yang mendasari penerapan diplomasi kuliner Indonesia?

2. Bagaimana wujud pencapaian kepentingan Indonesia di Amerika Serikat?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

a. Untuk memahami dan menjelaskan apa yang mendasari penerapan diplomasi kuliner Indonesia

b. Untuk memahami dan menjelaskan bagaimana wujud pencapaian kepentingan Indonesia di Amerika Serikat 2. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan yang diharapkan dari penelitian ini yaitu:

a. Bagi penulis, penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman dan ide untuk nantinya dapat diaplikasikan demi kebaikan bangsa dan Negara

b. Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan dapat sebagai informasi dan referensi bagi pelajar ilhubungan internasional terkait isu diplomasi kuliner Indonesia di Amerika Serikat

(13)

13 D. Kerangka Konseptual

Dalam penulisan ini, penulis menggunakan kerangka konseptual tentang diplomasi kuliner yang dilakukan Indonesia di Amerika Serikat untuk dapat mencapai kepentingan nasional suatu negara. Kuliner merupakan suatu hal yang bisa langsung menyentuh semua elemen masyarakat. Hal ini dikarenakan setiap manusia membutuhkan makanan setiap harinya. Maka dari itu kuliner dapat dikatakan sebagai pintu terbaik untuk media promosi dan pencitraan suatu Negara.

Dalam praktik diplomasi telah muncul teknik berdiplomasi baru yang dikenal dengan istilah gastrodiplomasi, dalam arti lain adalah diplomasi melalui makanan. Diplomasi kuliner memberikan pengaruh kepada suatu Negara dalam mencapai kepentingan nasional. Upaya itu tentu dilakukan dengan menggunakan diplomasi. Dalam hal ini, penulis membatasi pencapaian kepentingan yang dilakukan Indonesia di Amerika Serikat.

Hubungan bilateral yang terjalin antara Indonesia dan Amerika Serikat bisa dilihat dalam beberapa kerjasama. Hubungan bilateral lahir dari asumsi saling membutuhkan antara negara yang satu dengan negara yang lainnya, sikap saling membutuhkan tersebut tidak dapat terlepas dari konsep bahwa negara tidak dapat mempertahankan eksistensinya tanpa hubungan dengan negara-negara lain di dunia ini. Sikap saling membutuhkan ini terwujud dalam hubungan antarnegara baik dalam pengembangan, peningkatan, kerjasama dan berbagai hubungan

(14)

14 mutualistik antara dua negara serta dalam pengaktualisasian dan pembuktian bahwa negara merupakan salah satu aktor dalam hubungan internasional.

Pengertian mengenai konsep hubungan bilateral menurut Wikipedia diartikan ,”bilateralism is the conduct of political,economic, or cultural relations between two sovereign states.”6 dijelaskan lebih lanjut bahwa ketika kedua negara saling mengakui satu sama lain sebagai sesama negara berdaulat dan setuju untuk membangun hubungan diplomatik satu sama lain, keduanya akan saling bertukar agen hubungan diplomatik seperti duta besar dan kedutaan yang berfungsi untuk memfasilitasi dialog- dialog dan kerjasama antar kedua negara sehingga tercapai kesepakatan diantara keduanya yang saling menguntungkan dan mempengaruhi satu sama lain.

Dalam penerapannya suatu Negara memiliki cara masing-masing untuk dapat menjalankan diplomasinya ke Negara yang lain. Indonesia sebagai Negara yang berkembang tentu mempunyai strategi untuk menjalankan diplomasi. Hubungan bilateral Indonesia dan Amerika Serikat sudah terjalin lama. Penggunaan kuliner sebagai sarana diplomasi merupakan strategi Indonesia untuk memperkenalkan cita rasa kuliner Indonesia yang sangat beragam. Dalam pengertiannya, diplomasi kuliner menurut Rockower (2013) yakni suatu program pemerintah yang

6Wikipedia. Hubungan Bilateral.https://en.m.wikipedia.org/wiki/bilaterlism.

Diakses pada 15 Januari 2017

(15)

15 digunakan untuk mengenalkan makanan khas negara sebagai tujuan dari diplomasi suatu Negara7.

Diplomasi kuliner berbeda dengan diplomasi yang dilakukan dengan menggunakan suatu instrumen untuk dapat mencapai sebuah kerja sama nyata di atas sebuah kertas. Letak diplomasi dalam kuliner ini adalah bagaimana cara agar dapat mengajak masyarakat asing untuk dapat tertarik mencicipi makanan suatu negara dan kemudian menikmati makanan tersebut sebagai bagian dari kehidupan mereka sehari-hari8.

Diplomasi kuliner digunakan untuk meningkatkan merek makanan suatu bangsa melalui diplomasi budaya yang menyoroti dan mempromosikan kesadaran dan pemahaman tentang budaya kuliner nasional secara meluas kepada publik asing.

Dalam jurnal Cocina Peruana Para El Mundo: Gastrodiplomacy, The Culinary Nation Brand, and The Context of National Cuisine in Peru, oleh Rachel Wilson9 dipaparkan bahwa penggunaan makanan sebagai salah satu alat yang dapat digunakan pemerintah dalam memperluas diplomasi dengan negara lain. Maka dari itu Indonesia menggunakan kuliner sebagai senjata untuk melakukan diplomasi dalam mencapai kepentingan nasional Indonesia di Amerika Serikat.

7Paul S. Rockower : Mary Jo. A Pham, “Food as Communication: A Case Study of South Korea Gastrodiplomacy“, (Washington,D.C, American University, 2013), hal. 4.

8 Paul Rockower., “The Gastrodiplomacy Cookbook.” The Huffington Post, 2010.

diakses pada 2 Januari 2017

9 Rachel Wilson, Cocina Peruana Para El Mundo : Gastrodiplomacy, The Culinary Nation Brand, and The Context of National Cuisine in Peru, (Syracuse University, 2010), hal. 13-20.

(16)

16 Tujuan utama dalam melakukan diplomasi adalah mencapai kepentingan nasional. Kepentingan nasional merupakan hal yang dasar dalam terjalinnya hubungan diplomasi sebuah negara. Kepentingan nasional juga dapat didefinisikan sebagai suatu harapan, tujuan dan kebutuhan nasional yang ingin diwujudkan oleh suatu Negara untuk mencapai sebuah kemajuan, kemakmuran, dan persatuan bangsa yang utuh.

Kepentingan nasional memberikan pengaruh besar dalam pengembilan kebijakan luar negeri. Karena sifat kepentingan nasional yang sangat penting dan menjadi sebuah alasan atau tujuan dari interaksi serta adanya hubungan diplomasi suatu negara. Tidak ada satu Negara pun yang tidak memiliki kepentingan nasional karena kepentingan nasional seperti sebuah dasar negara dibentuk dan juga sebagai pemersatu dari kepentingan individu-individu dalam negara yang sangat beragam. Dengan demikian, kepentingan nasional secara konseptual dipergunakan untuk menjelaskan perilaku politik luar negeri dari suatu Negara10 Seperti yang dipaparkan oleh Kindleberger mengenai kepentingan nasional;

“…hubungan antara negara tercipta karena adanya perbedaan keunggulan yang dimiliki tiap negara dalam berproduksi. Keunggulan komparatif (comparative advantage) tersebut membuka kesempatan pada spesialisasi yang dipilih tiap negara untuk menunjang pembangunan nasional sesuai kepentingan nasional…”11

10 P.Anthonius Sitepu. 2011. Studi Hubungan Internasional. Yogyakarta: Graha Ilmu. Hal.163

11 Charles. P. Kindlerberger. Op.Cit,. hal.21

(17)

17 Pengertian tersebut menjelaskan bahwa keberagaman tiap-tiap negara yang ada di seluruh dunia memiliki kapasitas yang berbeda.

Demikian tercipta dapat terpengaruh dari domografi, karekter, budaya, bahkan history yang dimiliki negara tersebut. Sehingga negara saat ingin melakukan kerjasama dapat melihat kondisi dari keunggulan-keungulan yang dapat menjadi pertimbangan. Pelaksanaan kepentingan nasional yang mana dapat berupa kerjasama bilateral maupun multilateral kesemua itu kembali pada kebutuhan negara.

Adanya kepentingan nasional memberikan gambaran bahwa terdapat aspek-aspek yang menjadi identitas dari negara. Hal tersebut dapat dilihat dari sejauh mana fokus negara dalam memenuhi target pencapaian demi kelangsungan bangsanya. Dari identitas yang diciptakan dapat dirumuskan apa yang menjadi target dalam waktu dekat, bersifat sementara ataupun juga demi kelangsungan jangka panjang. Hal demikian juga seiring dengan seberapa penting identitas tersebut apakah sangat penting maupun sebagai hal yang tidak terlalu penting.

Kepentingan-kepentingan suatu negara dalam menjelaskan identitas mereka, memiliki kegunaan-kegunaan. Hal ini dalam penjelasan kepentingan nasional itu sendiri digambarkan oleh penjabaran James N.

Rosenau yang mana kegunanaan pertama, sebagai istilah analitis untuk menggambarkan, menjelaskan atau mengevaluasi politik luar negeri dan

(18)

18 yang berikutnya yaitu sebagai alat tindakan politik yaitu sebagai sarana guna mengecam, membenarkan ataupun mengusulkan suatu kebijakan12.

Dalam analisis kepentingan nasional, peran aktor dalam hal ini negara, akan mengejar apapun yang dapat membentuk dan mempertahankan, pengendalian suatu negara atas negara lain.

Pengendalian tersebut berhubungan dengan kekuasaan yang tercipta melalui teknik-teknik paksaan ataupun kerjasama13 Tindakan demikian tergantung dari seberapa besar „power‟ yang dimiliki negara tersebut.

Sejalan dengan itu jika telah menemui poinnya, maka negara akan merubah alur yang tadinya hanya demi kepentingan awal namun dapat menjadi kepentingan baru. Kepentingan baru ini dilakukan dengan tetap menjalankan kepentingan awal atau betul-betul merubah kepentingannya tanpa menggunakan dasar dari kepentingan yang ingin dicapai sebelumnya.

Dalam penggunaan diplomasi kuliner dan kaitannya dengan kepentingan nasional suatu Negara, salah satu negara yang sekarang telah menjalankan diplomasi kulinernya ke beberapa Negara yaitu Indonesia ke Amerika Serikat dalam penggunaan insterumen kuliner yang dikemas dalam nuansa global namun tetap memiliki cita rasa nusantara yang khas.

Untuk itu dalam penelitian ini akan berfokus pada tiga konsep utama yang akan menjadi sudut analisis yakni konsep mengenai hubungan bilateral

12Mochtar Mas’oed. 1994. Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin dan Metodologi. Jakarta: PT. Pustaka LP3ES. Hal. 34

13 Ibid, hal. 68

(19)

19 antara Indonesia dan Amerika serikat, kemudian konsep mengenai diplomasi kuliner dan konsep kepentingan nasional, dalam melihat peran diplomasi kuliner dalam rangka pencapaian kepentingan nasional Indonesia di Amerika Serikat.

E. Metode Penelitian 1.Tipe Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan tipe penelitian deskriptif-analitik yaitu menggambarkan diplomasi kuliner Indonesia di Amerika Serikat serta wujud-wujud diplomasi kuliner Indonesia dalam pencapaian kepentingan nasional Indonesia di Amerika Serikat.

2. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, penulis menelaah sejumlah literatur yang berkaitan dengan masalah yang diteliti berupa buku, jurnal, artikel dokumen dari berbagai media baik elektronik maupun non elektronik.

Adapun bahan-bahan tersebut diperoleh melalui :

a. Perpustakaan Pusat Universitas Hasanuddin;

b. Perpustakaan Wilayah Makassar;

c. Situs Resmi Indonesia;

d. Situs Resmi Amerika Serikat;

e. Situs Media Internasional.

3. Teknik Analisis Data

(20)

20 Teknik analisis data yang digunakan oleh penulis dalam menganalisis data hasil penelitian adalah teknik analisis kualitatif.

Adapun dalam menganalisis permasalahan digambarkan berdasarkan fakta-fakta yang ada, kemudian menghubungkan fakta tersebut dengan fakta lainnya sehingga menghasilkan sebuah argumen yang tepat.

4. Metode Penulisan

Metode penulisan yang digunakan adalah metode deduktif, yaitu dengan menggambarkan secara umum masalah yang diteliti, kemudian menarik kesimpulan secara khusus dalam menganalisis data.

(21)

21 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep tentang Hubungan Bilateral

Di zona globalisasi saat ini, negara-negara bersaing dalam menentukan kekuatan atau power menjadi keunggulan suatu negara sehingga menempuh kekuasaan yang menjadi incaran. Kekuatan suatu negara dalam pembuktian tersebut, bukan lagi dari „doktrin‟ sebuah negara sebagai peringkat politik dan militer, dimana sepanjang sejarah negara berupaya mencari kekuasaan dengan alat-alat kekuatan militer dan perluasan wilayah. Hal itu bukan menjadi fokus Negara saat ini.

Dahulu, penguasaan wilayah dan sumber daya alam yang banyak adalah kunci kejayaan. Namun dalam dunia saat ini, bukan hal demikian melainkan kekuatan tenaga kerja yang sangat berkualifikasi, akses informasi, dan modal keuangan yang menjadi kunci keberhasilan.

Sehingga demi membangun negaranya harus dilakukan hubungan bilateral atau kerjasama.

Hubungan bilateral pada dasarnya merupakan hubungan yang terjadi antara dua pihak. Dalam hal ini terdapat dua aktor yang berperan yang disebut dengan negara. Aktor disini bukan hanya sebatas pemerintah yang mewakili negara namun juga dapat berupa instansi atau pihak swasta yang berada dalam naungan sebuah negara. Hal demikian sejalan dengan kepentingan seperti apa yang diinginkan negara dalam menjalin kerjasama.

(22)

22 Hubungan bilateral lahir dari asumsi saling membutuhkan antara Negara satu dengan Negara lainnya. Sikap saling membutuhkan ini, tidak lepas dari konsep bahwa Negara tidak dapat mempertahankan eksistensinya tanpa hubungan dengan Negara-negara lain di dunia ini.

Sikap saling membutuhkan ini terwujud dalam hubungan antarnegara baik dalam pengembangan, peningkatan, kerjasama dan berbagai hubungan mualistik antara dua Negara.

Dalam menjalin kerangka hubungan kerjasama untuk saling mengisi antara Negara satu dengan yang lainnya, maka sebuah Negara tidak pantas untuk bersifat arogan terhadap Negara lain14.

Pentingnya hubungan bilateral yang dijalankan oleh sebuah Negara diuraikan oleh Jowondono sebagai berikut:

Bahwasanya hubungan bilateral merupakan hubungan interaksi antara dua negara yang dikembangkan dan dimajukan dengan menghormati hak-hak kedua negara untuk melakukan berbagai kerjasama pada aspek-aspek kehidupan berbangsa dan bernegara tanpa mengabaikan dan mengucilkan keberadaan negara tersebut serta mewujudkan perdamaian dan memberikan nilai tambah dari hubungan bilateral15.

Interaksi internasional sebagai betuk hubungan antar bangsa berlangsung dalam masyarakat yang heterogen, dimana hubungan tersebut dari waktu ke waktu selalu mengalami perubahan. Hubungan

14 Romi Librayanto, Ilmu Negara(Suatu Pengantar), Makassar: Pustaka Refleksi.

15 Juwondo, 1991. Hubungan Bilateral: Definisi dan teori. Jakarta: Rajawali Press

(23)

23 yang terjadi pada dasarnya dilatarbelakangi oleh kebutuhan tiap-tiap negara berbeda, sehingga kebutuhannya tidak dapat dipenuhi sendiri.

Pemecahan masalahnya dengan cara bekerjasama dengan negara lain, tentunya yang diharapkan adalah berlangsungnya pola-pola kerjasama yang berlangsung secara adil dan saling menguntungkan.

Hubungan bilateral tidak terlepas dari kata „cooperation‟.

Cooperation atau kerjasama tentu didukung oleh aktor-aktor yang menjalankan kerjasama dan kepentingan seperti apa yang ingin dicapai.

Dalam hal ini aktor dapat berupa negara ke negara, negara ke organisasi pemerintah, maupun negara ke organisasi non-pemerintah. Fungsinya tentu kembali pada subjek yang menjalankan kerjasama. Seperti yang dikemukakan oleh Kusumo Hamidjojo tentang hubungan bilateral adalah;

Suatu bentuk kerjasama diantara negara baik yang berdekatan secara geografis ataupun jauh diseberang lautan dengan sasaran utama menciptakan perdamaian, dengan memperhatikan kesamaan politik, kebudayaan, dan stuktur ekonomi16.

Hal ini diperjelas bahwa kerjasama dilakukan sesuai dengan kompenen-komponen yang mendukung dilakukannya kerjasama dan kepentingan nasional dari masing-masing Negara Bentuk hubungan bilateral dapat berupa kerjasama dalam berbagai bidang. Kerjasama dalam hubungan diplomatik yang memfokuskan pada kondisi politik negara yang menjalin kerjasama, kemudian kerjasama ekonomi yang diciptakan guna

16 Budiono Kusumohamidjojo. Op.Cit. Hal.48

(24)

24 memenuhi pembangunan pereknonomian, kerjasama militer sebagai security of the state dan juga kerjasama sosial-budaya hingga pendidikan yang kesemua itu menjadi step-step bagi negara-negara yang terus ingin maju.

Dalam hubungan bilateral, dimana seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa negara satu dengan negara lain yang menjalin kerjasama memiliki kepentingan masing-masing. Kepentingan tersebut yang saat ini membuat negara memiliki sifat saling ketergantungan antara satu sama lain.

Seperti yang dijelaskan Teuku May juga berpendapat mengenai hubungan bilateral bahwa;

Hubungan bilateral adalah saling ketergantungan antara negara satu dengan negara lain di dunia yang merupakan realitas yang harus dihadapi oleh semua negara. Untuk memenuhi kebutuhannya masing- masing, maka terjalinlah suatu kerjasama diantara negara dalam berbagai bidang kehidupan17.

Pada umumnya negara menjadikan fokus sebuah negara dari segi politik maupun ekonomi. Dan dalam hal segi sosial-budaya maupun pendidikan sebagai faktor pendukung dalam hubungan bilateral.

Pendidikan dalam hal ini bidang keilmuan seperti alih teknologi menjadi kerjasama yang banyak dilakukan oleh negara-negara. Hal ini terjadi karena kepentingan negara yang melakukan kerjasama negara

17 T. May Rudy. Loc.Cit.

(25)

25 yang dituju sebagai alih teknologi mendapatkan pengaruh besar melihat alih teknologi dapat merubah sebuah negara.

Pola interaksi hubungan internasional tidak dapat dipisahkan dari segala bentuk interaksi yang berlangsung dalam pergaulan masyarakat internasional, baik oleh para pelaku negara (state-actor) maupun dari pelaku bukan negara (non-state actor). Pola hubungan dan interaksi tersebut dapat berupa kerjasama, persaingan, dan pertentangan.

Kerjasama yang terjadi merupakan bentuk kerjasama yang dijalankan seiring dengan meluasnya globalisasi.

Dengan melakukan hubungan bilateral terlebih dengan waktu yang cukup lama, maka secara tidak langsung akan terjadi suatu dinamika yang memiliki keterkaitan antara kedua negara akibat adanya kepentingan nasional dari masing-masing pihak. Seperti halnya dalam kerjasama yang terjalin cukup lama dapat memudahkan dilakukan kerjasama-kerjasama baru dalam bidang lain. Sehingga jika suatu saat dari salah satu pihak akan tidak enggan dalam memberikan bantuan yang pada dasarnya kembali lagi demi kepentingan nasionalnya.

Dalam kerjasama yang menjadi tujuan adalah bagaimana cara memelihara, mempertahankan dan meningkatkan kerjasama yang berlangsung secara adil dan saling menguntungkan, cara mencegah dan menghindari konflik, serta cara mengubah kondisi-kondisi persaingan dalam hal pertentangan dengan menjadikannya sebuah kerjasama.

(26)

26 Sejalan dengan itu kerjasama terbentuk lebih kepada kondisi tingkat ekonomi. Melihat kondisi ini kerjasama yang dilakukan antara dua negara, peran pemerintah meski bukan lagi hal yang utama namun tetap memegang peranan penting dalam melakukan kerjasama.

Pengertian dan konsep Hubungan bilateral dalam hubungan internasional mengandung dan memiliki makna yang lebih kompleks dan beragam serta memiliki pengertian yang berkaitan dengan dinamika hubungan internasional itu sendiri. Konsep hubungan bilateral ini digunakan untuk lebih memperkokoh hubungan kerja sama yang terjalin antara dua negara dengan menggunakan segala potensi, power dan pengaruhnya untuk meraih kepentingan nasionalnya.

Selain itu hubungan bilateral dalam hubungan internasional selalu berada dalam tiga pola, yaitu kerjasama , persaingan dan konflik. Pola- pola ini berubah-ubah seiring berjalannya waktu dan perubahan dinamika dalam hubungan internasional itu sendiri. Pola interaksi dalam konteks kerjasama diidentifikasin dengan bentuk kerjasama bilateral.

Kerjasama bilateral dapat pula diartikan dengan adanya kepentingan yang mendasari kesepakatan antara dua negara untuk melakukan interaksi dalam bidang tertentu dengan cara dan tujuan yang telah disepakati bersama.

Apabila suatu negara memutuskan untuk melakukan kerjasama dengan negara lain disebabkan oleh adanya motivasi-motivasi tertentu,

(27)

27 yang dijelaskan oleh Peter Toma dan Robert Gorman18, sebagai berikut :

1. Motivasi untuk memperkuat kepentingan nasional, dimana kerja sama di pandang oleh suatu negara merupakan suatu alat untuk memperkuat kepentingan nasionalnya.

2. Motivasi untuk memelihara perdamaian, suatu kerja sama diharapkan dapat memberikan jalan untuk menghindari konflik dan mengahalangi terjadinya perang diantara negara-negara yang bertikai.

3. Motivasi untuk mendorong kemakmuran ekonomi, dimana sebuah kerja sama diharapkan mampu mendorong tingkat kemakmuran ekonomi yang menjadi keinginan setiap negara.

4. Motivasi untuk menangani eksternalitas, kerja sama yang diharapkan mampu menghilangkan dampak negatif yang ditimbulkan oleh aktivitas manusia, seperti menipisnya sumber daya alam serta terorisme.

Motivasi-Motivasi tersebutlah yang dapat mendorong penjalinan hubungan kerjasama diantara negara dengan tujuan kepentingan nasional yang ingin dicapai, mulai dari tujuan ekonomi,meredam konflik dan menciptakan perdamaian,keamanan.

Pada akhirnya penjalinan sebuah hubungan bilateral akan selalu bermuara pada adanya upaya pencapaian kepentingan nasional

18Peter Toma dan Robert Gorman.1991. International Relations : Understanding Global Issues. California : Brooks/Cole Publishing Co

(28)

28 yang dilakukan melalui hubungan interaksi yang dijalin oleh negara dengan negara lain dalam berbagai bentuk dan motif yang dimana terwujud dalam bentuk kebijakan luar negeri dan domestik negara, dengan berbagai media dan sarana yang bisa dilakukan baik melalui bentuk politik, ekonomi, budaya, dan kuliner.

Dalam hal ini, hubungan bilateral antara Indonesia dan Amerika Serikat dalam konteks kuliner telah berjalan sejak tahun 2010. Setiap tahunnya perwakilan pemerintah Indonesia di Amerika Serikat mengadakan pameran kuliner yang menyajikan makanan khas Indonesia. Hubungan bilateral yang terjalin antara kedua Negara ini terus berlanjut hingga saat ini.

B. Konsep tentang Diplomasi Kuliner

Diplomasi kuliner merupakan bentuk diplomasi yang melibatkan hubungan dua arah yang mencapai tujuannya dengan mempengaruhi hati dan pikiran masyarakat asing. Diplomasi kuliner juga digunakan sebagai bentuk meningkatkan brand dari makanan-makanan khas yang ada setiap Negara. Dalam hal ini, kekuatan daya tarik dari makanan khas suatu Negara dapat menjadi point terpenting untuk menggembangkan soft power.

Diplomasi Kuliner dikategorikan sebagai soft diplomacy, yang dimana berbeda dengan diplomasi yang dilakukan dengan menggunakan suatu instrumen untuk dapat mencapai sebuah kerja sama nyata di atas

(29)

29 sebuah kertas. Letak diplomasi ini adalah bagaimana cara agar dapat mengajak masyarakat asing untuk dapat tertarik mencicipi makanan suatu negara dan kemudian menikmati makanan tersebut sebagai bagian dari kehidupan mereka sehari-hari.

Thailand merupakan negara yang pertama kali menggembangkan diplomasi kuliner sebagai bagian dari diplomasi publik yang pertama kali dipraktekkan melalui program yang bernama "Program Global Thailand”

yang dilaksanakan pada tahun 200219 yang kemudian di ikuti oleh Negara- negara lainnya seperti Korea Selatan, Malaysia, Taiwan, Peru hingga saat ini Indonesia.

Terdapat banyak ahli yang mencoba untuk mendefinisikan kebijakan politik luar negeri dengan penekanan yang berbeda-beda. Dalam jurnal Cocina Peruana Para El Mundo: Gastrodiplomacy, The Culinary Nation Brand, and The Context of National Cuisine in Peru, oleh Rachel Wilson20 dipaparkan bahwa penggunaan makanan sebagai salah satu alat yang dapat digunakan pemerintah dalam memperluas diplomasi dengan negara lain. Dengan kata lain makanan khas suatu negara tidak hanya bisa di nikmati oleh masyarakatnya tetapi bisa menjadi kekuatan baru suatu Negara.

19 Paul Rockower., “The Gastrodiplomacy Cookbook.” The Huffington Post, 2010. diakses pada 14 Oktober 2014.

20Rachel Wilson, Cocina Peruana Para El Mundo : Gastrodiplomacy, The Culinary Nation Brand, and The Context of National Cuisine in Peru, (Syracuse University, 2010), hal. 13-20

(30)

30 Kemudian pada Public Diplomacy Magazine di jelaskan bahwa konsep yang dijabarkan oleh Paul S Rockower dengan memahami bahwa praktek gastrodiplomasi digunakan untuk meningkatkan merek makanan suatu bangsa melalui diplomasi budaya yang menyoroti dan mempromosikan kesadaran dan pemahaman tentang budaya kuliner nasional secara meluas kepada publik asing21.

Tidak hanya itu, Paul S Rockower juga menjelaskan bahwa dalam menggunakan diplomasi kuliner tidak harus bingung dengan penyelenggaraan kampanye internasional yang dilakukan untuk mempromosikan berbagai produk nasional makanan. Mempromosikan produk makanan asal luar negeri tidak berarti bahwa promosi tersebut merupakan diplomasi kuliner. Sebaliknya, diplomasi kuliner merupakan pendekatan yang lebih efektif untuk meningkatkan kesadaraninternasional merek makanan bangsa sebuah negara melalui promosi warisan kuliner dan budaya22.

Kemudian Wilson memberikan definisi klasik mengenai diplomasi kuliner yaitu :

Because we experience food through our senses (touch and sight, but especially taste and smell), it possesses certain visceral, intimate, and emotion qualities, and as a result we remember the food we eat and the sensations we felt while eating it. The senses create a

21Shannon Haugh, “Public Diplomacy Magazine”, (2014), hal. 8.

22 Shannon Haugh, “Public Diplomacy Magazine”, (2014), hal. 10

(31)

31 strong link between place and memory, and food serves

asthe material representation of the experience”23

Selanjutnya Juyan Zhang menjelaskan diplomasi kuliner ditandai dengan komunikasi yang menggabungkan pemasaran produk, periklanan, hubungan masyarakat dan urusan publik, penggunaan leader opinion serta membangun koalisi dengan negara lain juga strategi lainnya untuk mencari efek yang sinergis24.

Lebih lanjut, Mary Jo A. Pham menuliskan dalam Journal of International Service (JIS), School of International Service Gastrodiplomacy25 menjabarkan bagaimana sebuah makanan mampu berkomunikasi sebagai identitas nasional suatu bangsa atau negara, memiliki peranbersejarahdalam kebijakan luar negeri, kemudian mendefinisikan diplomasi kuliner.

Pham juga menyimpulkan bahwa gastrodiplomasi, bisa menjadi praktek mengekspor warisan kuliner suatu Negara dalam upaya untuk meningkatkan kesadaran nasional, mendorong investasi ekonomi melalui pariwisata dan perdagangan, dan terlibat dengan budaya yang ada secara pribadi sebagai alat komunikasi yang paling berpotensi menguntungkan bagi negara-negara yang sedang mencari dan kemudian membedakan aset

23 Wilson , R . ( 2011 ) Cocina Peruana Para El Mundo:Gastrodiplomacy, the culinary nation brand, and the context of national cuisine in Peru . Exchange: The Journal of Public Diplomacy 2 (2) hal. 13

24Juyan Zhang,”The Foods of The Worlds: Mapping and Comparing

Contemporary Gastrodiplomacy Campaigns”, International Journal of Communication (2015), hal. 568

25 Mary Jo A. Pham, “South Korea’s Gastrodiplomacy”, Journal of International Service (JIS), (2013), hal. 1.

(32)

32 budaya dan kuliner yang mereka miliki untuk meningkatkan masa depan ekspor, pariwisata, dan kesadaran brand nasional26.

Dengan demikian dapat di katakan bahwa diplomasi kuliner berusaha untuk meningkatkan citra nasional dengan menggunakan makanan suatu negara sebagai alat untuk mengubah persepsi publik dan mempromosikan dirinya di panggung global. Meskipun ada banyak cara bagi suatu negara untuk menentukan dan memvisualisasikan identitasnya, makanan adalah salah satu instrumen yang sangat nyata dalam mempertegas identitas suatu negara. Pemerintah menggunakan makanan sebagai bagian dari strategi dari diplomasi budaya yang lebih luas. Strategi ini berusaha untuk mengekspor makanan khas yang ada ke dunia yang lebih luas dalam bentuk masakan nasional27.

Dengan menggunakan sumber daya kuliner khas bangsa, dunia publik akan menemukan cita rasa istimewa yang berbeda. Diplomasi kuliner dapat digunakan oleh negara untuk menciptakan pengertian lintas budaya dengan harapan dapat meningkatkan interaksi dengan publik atau masyarakat yang menjadi targetnya. Hal ini karena makanan adalah bagian vital bagi kehidupan masyarakat dalam kaitannya sebagai kelompok

26Mary Jo A. Pham, “South Korea’s Gastrodiplomacy”, Journal of International Service (JIS), (2013), hal. 3

27 Wilson, (2012).

(33)

33 manusia dan juga makanan dapat mewakili sebuah sejarah, tradisi, dan budaya dalam suatu masyarakat atau dalam suatu negara28.

Peran makanan dalam dunia diplomasi juga diakui oleh beberapa para ahli gastronomi, salah satunya Mary Jo A Pham yang menyatakan:

“Throughout history, food has played a poignant purpose in moulding a world, figure ancient trade routes and awarding mercantile and domestic energy to those who rubbed cardamom, sugar, and coffee. These pathways speedy discovery—weaving a informative fabric of contemporary societies, tempering large palates, and eventually origination proceed for a globalization of ambience and food culture”29

Pendapat Pham lainnya juga ada yang mendukung pernyataan Rockower, bahwa gastrodiplomasi adalah kendaraan yang sangat penting dan persuasif bagi negara dengan kekuatan menengah yang berusaha untuk membedakan diri dengan negara lain, dengan menetapkannya sebagai citra positif bagi konsumen kelas menengah. Tindakan ini melibatkan khalayak masyarakat yang lebih luas hingga ke luar negeri, sehingga gastrodiplomasi ini kini berada di bawah payung diplomasi publik.

Rockower mengkarakteristikkan praktek diplomasi kuliner sebagai berikut :

“Berdiplomasi publik yang mencoba berkomunikasi mengenai budaya kuliner dengan publik asing dengan cara yang lebih luas, dan memfokuskan diri pada publik yang lebih luas dari pada level elit saja. Praktek diplomasi kuliner ini berusaha untuk meningkatkan

28 Sam Chapple-Sokol.”Culinary Diplomacy : Breaking Bread to Win Hearts and Mind”. The Hague Journal of Diplomacy (Martius Hijhoff Publishers. USA, 2013), hal. 161- 183.

29 Mary Jo Pham, (2013), hal. 11-12.

(34)

34 citra merek makanan bangsa melalui diplomasi budaya

yang kemudin menyoroti dan mempromosikan kesadaran dan pemahaman budaya kuliner nasional kepada publik asing. Diplomasi kuliner berupa hubungan state to public relations”.

Praktek diplomasi yang berupaya untuk meningkatkan kesadaran serta pemahaman nasional budaya kuliner dengan publik asing, dan melampaui ranah komunikasi state-to-public. Jadi, ketika makanan digunakan untuk memfasilitasi keterlibatan people-to-people untuk meningkatkan pemahaman budaya, ini dikategorikan sebagai bentuk dari praktek diplomasi kuliner30.

Dengan demikian, pengertian dari diplomasi kuliner serta praktek dri diplomasi kuliner itu sendiri dijalankan berdasarkan aturan dari pemerintah suatu Negara. Indonesia memulai diplomasi kulinernya pada tahun 2010 hingga saat ini di Negara-negara besar. Lebih khususnya Indonesia memulai menjalankan diplomasi kulinernya di Amerika Serikat dengan berbagai cara.

Indonesia menggunakan kuliner sebagai alat diplomasi dikarenakan Indonesia sudah memiliki bekal yang cukup besar yaitu rempah-rempah berlimpah sebagai bahan utama dalam pembuatan makanan khas Indonesia.

C. Konsep tentang Kepentingan Nasional

Dalam kepentingan nasional peran „negara‟ sebagai aktor yang mengambil keputusan dan memerankan peranan penting dalam pergaulan internasional berpengaruh bagi masyarakat dalam negerinya. Demikian pentingnya karena ini yang akan menjadi kemaslahatan bagi masyarakat yang berkehidupan di wilayah tersebut. Seorang ahli, Thomas Hobbes

30Paul Rockower, “Opinion Piece”, (2011), hal. 14.

(35)

35 menyimpulkan bahwa negara dipandang sebagai pelindung wilayah, penduduk, dan cara hidup yang khas dan berharga. Demikian karena negara merupakan sesuatu yang esensial bagi kehidupan warga negaranya.

Tanpa negara dalam menjamin alat-alat maupun kondisi-kondisi keamanan ataupun dalam memajukan kesejahteraan, kehidupan masyarakat jadi terbatasi31. Sehingga ruang gerak yang dimiliki oleh suatu bangsa menjadi kontrol dari sebuah negara.

Konsep kepentingan nasional sangat penting untuk menjelaskan dan memehami perilaku internasional. Kepentingan nasional juga dapat dijelaskan sebagai tujuan fundamental dan faktor penentu akhir yang mengarahkan para pembuat keputusan dari suatu negara dalam merumuskan kebijakan luar negerinya dan kepentingan nasional suatu negara secara khas merupakan unsur-unsur yang membentuk kebutuhan Negara yang paling vital, seperti pertahanan, kemanan, militer dan kesejahteraan ekonomi.32

Kepentingan nasional tercipta dari kebutuhan suatu negara.

Kepentingan ini dapat dilihat dari kondisi internalnya, baik dari kondisi politik-ekonomi, militer, dan sosial-budaya. Kepentingan juga didasari akan suatu „power‟ yang ingin diciptakan sehingga negara dapat memberikan dampak langsung bagi pertimbangan negara agar dapat pengakuan dunia. Peran suatu negara dalam memberikan bahan sebagai

31Robert Jackson dan Georg Sorensen. 2009. Pengantar Studi Hubungan Internasional. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hal. 89

32Graham Evans dan Jeffney Newham. 1990. TheDictionary ogf World Politics : A Reference Guide to Concepts, Ideas, and Institusions. Hasvester: Wheastsheaf,194.

(36)

36 dasar dari kepentingan nasional tidak dipungkiri akan menjadi kacamata masyarakat internasional sebagai negara yang menjalin hubungan yang terlampir dari kebijakan luar negerinya.

Dengan demikian, kepentingan nasional secara konseptual dipergunakan untuk menjelaskan perilaku politik luar negeri dari suatu negara33 Seperti yang dipaparkan oleh Kindleberger mengenai kepentingan nasional;

“…hubungan antara negara tercipta karena adanya perbedaan keunggulan yang dimiliki tiap negara dalam berproduksi. Keunggulan komparatif (comparative advantage) tersebut membuka kesempatan pada spesialisasi yang dipilih tiap negara untuk menunjang pembangunan nasional sesuai kepentingan nasional…”34

Pengertian tersebut menjelaskan bahwa keberagaman tiap-tiap negara yang ada di seluruh dunia memiliki kapasitas yang berbeda.

Demikian tercipta dapat terpengaruh dari domografi, karekter, budaya, bahkan history yang dimiliki negara tersebut. Sehingga negara saat ingin melakukan kerjasama dapat melihat kondisi dari keunggulan-keungulan yang dapat menjadi pertimbangan. Pelaksanaan kepentingan nasional yang mana dapat berupa kerjasama bilateral maupun multilateral kesemua itu kembali pada kebutuhan negara. Hal ini didukung oleh suatu kebijakan yang sama halnya dengan yang dinyatakan oleh Hans J. Morgenthau bahwa kepentingan nasional merupakan;

33 P.Anthonius Sitepu. 2011. Studi Hubungan Internasional. Yogyakarta: Graha Ilmu. Hal.163

34 Charles. P. Kindlerberger. Op.Cit,. hal.21

(37)

37 Kemampuan minimum negara-negara untuk

melindungi dan mempertahankan identitas fisik, politik, dan kultural dari gangguan negara-negara lain. Dari tinjauan itu, para pemimpin suatu negara dapat menurunkan suatu kebijakan spesifik terhadap negara lain bersifat kerjasama maupun konflik.35

Adanya kepentingan nasional memberikan gambaran bahwa terdapat aspek-aspek yang menjadi identitas dari negara. Hal tersebut dapat dilihat dari sejauh mana fokus negara dalam memenuhi target pencapaian demi kelangsungan bangsanya. Dari identitas yang diciptakan dapat dirumuskan apa yang menjadi target dalam waktu dekat, bersifat sementara ataupun juga demi kelangsungan jangka panjang. Hal demikian juga seiring dengan seberapa penting identitas tersebut apakah sangat penting maupun sebagai hal yang tidak terlalu penting.

Dalam prosesnya, pengaplikasian kepentingan nasional tidaklah mudah. Hal ini dikarenakan terdapat berbagai proses yang harus dilalui dalam dimensi dalam negeri. Proses tersebut meliputi adanya perumusan kebijakan, keterlibatan berbagai kelompok dan persiapan sebelum diformulasikan dalam bentuk kebijakan luar negeri.

Konsep kepentingan nasional bagi Hans J. Morgenthau memuat artian berbagai macam hal yang secara logika, kesamaan dengan isinya, konsep ini ditentukan oleh tradisi politik dan konteks kultural dalam politik luar negeri kemudian diputuskan oleh negara yang bersangkutan.5 Hal ini dapat menjelaskan bahwa kepentingan nasional sebuah negara bergantung dari sistem pemerintahan yang dimiliki, negara-negara yang

35 Theodore A. Coulumbis dan James H. Walfe. Op.Cit. Hal.115

(38)

38 menjadi partner dalam hubungan diplomatik, hingga sejarah yang menjadikan negara tersebut menjadi seperti saat ini, merupakan tradisi politik. Sedangkan tradisi dalam konteks kultural dapat dilihat dari cara pandang bangsanya yang tercipta dari karakter manusianya sehingga menghasilkan kebiasaan-kebiasaan yang dapat menjadi tolak ukur negara sebelum memutuskan menjalankan kerjasama.

Dalam bukunya Mohtar Mas‟oed menjelaskan konsep ini sama dengan menjalankan kelangsungan hidup. Dalam hal ini dimaksudkan bahwa kelangsungan hidup tercipta dari adanya kemampuan minimum.

Kemampuan minimum tersebut dapat dilihat dari kepentingan suatu negara yang dihubungkan dengan negara lain. Hal tersebut menjelaskan bagaimana sebuah kepentingan dapat menghasilkan kemampuan akan menilai kebutuhan maupun keinginan pribadi yang sejalan dengan itu berusaha menyeimbangkan akan kebutuhan maupun keinginan dilain pihak. Konsep ini juga menjelaskan seberapa luas cakupan dan seberapa jauh sebuah kepentingan nasional suatu negara harus sesuai dengan kemampuannya36. Kemampuan disini menjadi batasan yang didukung dari Sumber Daya Manusia (SDM) maupun Sumber Daya Alam (SDA).

Sedangkan konsep kepentingan nasional menurut Jack C. Plano dan Roy Olton adalah tujuan mendasar serta faktor yang menetukan dan memandu para pembuat keputusan dalam merumuskan politik luar negeri.

Kepetingan nasional merupakan konsepsi yang sangat umum, tetapi

36Mochtar Mas’oed. 1994. Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin dan Metodologi. Jakarta: PT. Pustaka LP3ES. Hal. 34

(39)

39 merupakan unsur yang menjadi kebutuhan sangat vital bagi negara. Unsur tersebut mencakup kelangsungan hidup bangsa dan negara, kemerdekaan, keutuhan wilayah, keamanan militer dan kesejahteraan ekonomi37.

Kepentingan nasional setiap negara pada umumnya meliputi berbagai hal seperti integritas nasional, melindungi martabat nasional Negara serta membangun kekuasaan38. terbatasnya sumber daya nasional atau kekuatan nasional, sehingga Negara bangsa yang bersangkutan merasa perlu untuk mencari pemenuhan kepentingan nasional keluar dari batas-batas Negaranya39.

Berdasarkan konsep kepentingan nasional tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa tingkah laku serta tindakan yang diambil oleh pemimpin politik terhadap masalah-masalah domestic maupun internasional dipengaruhi oleh kepentingan nasional Negara mereka terhadap masyarakat internasional.

Kepentingan-kepentingan suatu negara dalam menjelaskan identitas mereka, memiliki kegunaan-kegunaan. Hal ini dalam penjelasan kepentingan nasional itu sendiri digambarkan oleh penjabaran James N.

Rosenau yang mana kegunanaan pertama, sebagai istilah analitis untuk menggambarkan, menjelaskan atau mengevaluasi politik luar negeri dan yang berikutnya yaitu sebagai alat tindakan politik yaitu sebagai sarana

37 Jack C. Plano, Roy Olton, The International Dictionary, terj. Wawan Juanda, Third Edition, Clio Press Ltd. England, 1982, hlm. 7

38 Carlton, Clymer Rodee Dkk, Pengantar Ilmu Politik, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2000, hal.501-5-4.

39Tulus Warsito, Teori-Teori Politik Luar Negeri, Relevansi dan Keterbatasannya, Bigraf Publishing, Yogyakarta, 1998, hal.29.

(40)

40 guna mengecam, membenarkan ataupun mengusulkan suatu kebijakan.

Dari demikian negara yang menjalin kerjasama tidak akan menyesal suatu saat nanti. Kondisi ini memperjelas akan tindakan langsung maupun tidak langsung yang dapat. menjadi bahan rujukan bagi pihak-pihak yang berencana melakukan kerjasama. Ini juga dapat dijadikan sebagai bahan pembelajaran dan pengamatan akan kondisi internal negara yang akan menjadi partner kerjasama.

Dalam kepentingan nasional, terdapat pembedaan yang mendasar yakni; kepentingan nasional yang bersifat vital atau esensial juga kepentingan nasional yang bersifat non-vital atau sekunder. Kepentingan nasional yang bersifat vital biasanya berkaitan dengan kelangungan hidup negara tersebut serta nilai-nilai inti (core values) yang menjadi identitas kebijakan luar negerinya. Sedangkan kepentingan nasional non-vital atau sekunder tidak berhubungan secara langsung dengan eksistensi negara itu namun tetap diperjuangkan melalui kebijakan luar negeri40.

Kepentingan vital menjelaskan seberapa jauh kepentingan tersebut ada dan digunakan, dimana lebih kepada keadaan darurat suatu negara sehingga harus segera diputuskan. Berbeda dengan kepentingan non-vital yang digunakan karena prosesnya berlangsung lama namun hasilnya dan fungsinya dapat dirasakan lebih baik dikemudian hari dengan jangka waktu yang lama.

40Aleksius Jemadu. 2008. Politik Global dalam Teori dan Praktik. Yogyakarta:

Graha Ilmu. Hal. 67-69

(41)

41 Dalam analisis kepentingan nasional, peran aktor dalam hal ini negara, akan mengejar apapun yang dapat membentuk dan mempertahankan, pengendalian suatu negara atas negara lain.

Pengendalian tersebut berhubungan dengan kekuasaan yang tercipta melalui teknik-teknik paksaan ataupun kerjasama41 Tindakan demikian tergantung dari seberapa besar „power‟ yang dimiliki negara tersebut.

Kepentingan yang demikian itu merupakan strategi dalam menjalankan sebuah kerjasama demi memenuhi kepentingan satu, dua, tiga dan seterusnya. Negara menggunakan strategi untuk mewujudkan kepentingan nasionalnya. Dimana strategi dilakukan untuk memperkirakan seberapa jauh hasil yang akan dicapai nantinya. Selain itu negara sebagai aktor utama dalam percaturan internasional harus memiliki nilai yang menjual dalam arti ada kemampuan yang dimilikinya, sehingga ia disegani oleh lawannya yang menjadi bahan pertimbangan kerjasama.

Seperti yang digambarkan oleh Jon C. Pevehouse dalam bukunya yang berjudul International Relations:

“Actors use strategy to pursue good outcomes in bargaining with one or more other actors. States deploy power capabilities as leverage to influence each other‟s actions Bargaining is interactive, and requires an actor to take account of other actor‟s interests even while pursuing its own”42

41Ibid, hal. 68

42Joshua S. Goldstein dan Jon C. Pevehouse. 2010. International Relations.

Longman: New York. Hal.71

(42)

42 Dalam rana internasional, kerjasama juga merupakan tindakan yang dipandang sebagai panggung atau arena dalam tuntutan-tuntutan yang mana membahas mengenai kepentingan akan aktor-aktor yang disebabkan karena keterbatasan yang melekat dalam diri negara yang menjalin kerjasama. Sehingga dalam hal ini negara berusaha menggunakan kepentingan nasional sebagai komponen yang dirumuskan dan kemudian diperjuangkan dalam sebuah „relation‟.

Pada dasarnya kepentingan suatu bangsa dalam percaturan masyarakat internasional tidak terlepas dari dua tujuan utama yaitu kepentingan ekonomi untuk kesejahteraan. Setiap negara didunia pada umumnya mempunyai tujuan untuk memajukan dan mengembangkan kepentingan ekonomi negaranya. Tujuan

tersebut meliputi upaya peningkatan kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat, baik secara keseluruhan/individu tersebut dapat dicapai melalui jangka pendek maupun jangka panjang.

Kepentingan nasional sebuah Negara salah satunya adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat yaitu dengan memajukan dan mengembangkan ekonomi negaranya. Pencapaian kepentingan nasional Indonesia di dunia internasional tidak terlepas dari perubahan lingkungan strategis balik dalam tataran global maupun regional yang memberikan tantangan sekaligus kesempatan bagi proses pencapaian kepentingan

(43)

43 tersebut. Untuk mencapai tujuan tersebut atau sasaran tersebut, maka diperluan strategi yang matang.

Interaksi antarnegara terdapat hubungan pengaruh dan respons.

Pengaruh dapat langsung ditujukan pada sasaran tetapi dapat juga merupakan limpahan dari suatu tindakan tertentu. Interaksi dilakukan didasarkan pada kepentingan nasional masing-masing negara, baik kepentingan yang inputnya berasal dari dalam ataupun dari luar Negara yang bersangkutan. Untuk memperkuat tujuan dan kepentingan nasional, Negara tidak dapat melepaskan diri dari kebijakan baik yang di tujukan ke luar negara tersebut (politik luar negeri) maupun ke dalam Negera (politik dalam negeri).

Kepentingan nasional didefinisikan sebagai konsep abstrak yang meliputi berbagai kategori/keinginan dari suatu negara yang berdaulat.

Kepentingan nasional terbagi ke dalam beberapa jenis, yakni43

1. Core/basic/vital interest; kepentingan yang sangat tinggi nilainya sehingga suatu negara bersedia untuk berperang dalam mencapainya.

Melindungi daerah-daerah wilayahnya merupakan contoh dari core/basic/vital interest ini.

2. Secondary interest; meliputi segala macam keinginan yang hendak dicapai masing-masing negara, namun mereka tidak bersedia berperang dimana masih terdapat kemungkinan lain untuk mencapainya melalui jalan perundingan misalnya. Dapat disimpulkan bahwa kepentingan nasional

43Ibid, hal 52-53

(44)

44 adalah kebutuhan dasar suatu negara dalam mempertahankan negaranya dengan menggunakan berbagai macam cara untuk mencapai kebutuhan dasar tersebut. Dalam memenuhi kepentingan nasional diatas, Negara merumuskan kebijakannya44.

Indonesia terus melakukan upaya-upaya untuk mendapatkan kepentingan nasionalnya. Dalam hal ini, penggunaan diplomasi kuliner tentu saja dapat membantu pencapaian kepentingan nasional Indonesia di Amerika Serikat. Tujuan untuk mempromosikan Indonesia di mata dunia merupakan kepentingan nasional Indonesia sebagai Negara berkembang.

44 Teuku May Rudy, 1993, Teori Etika dan Kebijakan Hubungan Internasional, Bandung: Angkasa, hal 57-58

(45)

45 BAB III

GAMBARAN UMUM TENTANG DIPLOMASI KULINER DAN NEGARA AMERIKA SERIKAT

A. Diplomasi Kuliner

1. Arti Diplomasi Kuliner

Diplomasi kuliner atau biasa di sebut gastrodiplomacy merupakan suatu praktek komunikasi state-to-public yang menggunakan makanan sebagai elemen utama untuk memberikan pemahaman budaya kuliner suatu negara kepada publik asing. Kata gastrodiplomasi merupakan gabungan dari kata gastronomi dan diplomasi. Gastronomi merupakan ilmu yang mempelajari mengenai tata boga atau makanan. Praktik diplomasi publik melalui makanan ini pertama kali diungkapkan oleh Paul Rockower 45. Rockower, mengklaim bahwa diplomasi kuliner mengacu kepada alat diplomasi publik.

Diplomasi kuliner juga dapat diartikan sebagai upaya diplomatis yang dilakukan yang melampaui ranah elit suatu negara dengan menggunakan makanan sebagai tata cara formal yang dilakukan oleh kedua negara dengan tujuan mempererat hubungan di antara pihak-pihak terkait dengan cara formal.

45Paul S. Rockower. Projecting Taiwan : Taiwan’s Public Diplomacy Outreach.(

Institute of International Relations, National Chengchi University, Taipei, Taiwan, 2011), hal. 107-152.

(46)

46 Dengan menggunakan sumber daya kuliner khas bangsa, dunia publik akan menemukan cita rasa istimewa yang berbeda.

Diplomasi kuliner dapat digunakan oleh negara untuk menciptakan pengertian lintas budaya dengan harapan dapat meningkatkan interaksi dengan publik atau masyarakat yang menjadi targetnya. Hal ini karena makanan adalah bagian vital bagi kehidupan setiap manusia.

Dengan memperluas makna istilah yang digunakan Rockower, Mary Jo. A. Pham mendefinisikan gastrodiplomasi sebagai usaha pemerintah dalam memancing kesadaran masyarakat terhadap merek nasional bangsa, mendorong investasi ekonomi dan perdagangan, dan melibatkan diri pada tingkat budaya baik secara pribadi dengan berkomunikasi dengan pengunjung yang datang sehari-hari.

Kampanye diplomasi kuliner, pemerintah hadir dengan cara yang ideal untuk memperkenalkan kepada pengunjung setiap harinya di seluruh dunia, kelezatan gastronomi masakan nasional negara mereka, dan secara halus berkomunikasi mengenai rasa, sejarah, budaya, dan nilai-nilai yang ada 46.

Wilson memberikan definisi klasik mengenai diplomasi kuliner yaitu:

Because we experience food through our senses (touch and sight, but especially taste and smell), it possesses certain visceral, intimate, and emotion qualities, and as a result we remember the food we eat and the sensations we felt while eating it. The senses create a

46 Mary Jo Pham, (2013), hal. 11-12.

Referensi

Dokumen terkait

1) Membuat cetakan lambung luar yang digunakan saat proses pembentukan untuk menyesuaikan bentuk lambung kapal dengan lines plan. Cetakan luar lambung kapal didapat

Rasa kesepian dan disregulasi emosi pada remaja juga ditemukan berhubungan dengan gangguan melukai diri sendiri tanpa ada niatan bunuh diri dan dengan borderline

Berdasarkan hasil penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa mayoritas orangtua menerapkan pola asuh demokratif dan mengalami stres sedang, namun tidak terdapat hubungan

The cytotoxic properties against murine leukemia P-388 cells indicated that ε -viniferin ( 3 ) was the most active

We found significant correlations for diagnosis of HIV/AIDS, opportunistic infections, time since HIV diagnosis, duration of ARV therapy, social support, modes of transport,

Sistem penanganan kebakaran usulan menggunakan software yang berisi database serta formulasi yang dapat memberikan output yang berupa informasi kebakaran, rute yang ditempuh,

Sementara itu, kegiatan melaut pada komunitas nelayan di Kelurahan Malabro membentuk suatu pola hubangan patron-klien yang terjadi antara juragan dengan

Simula pa lang, alam kong hindi kami pwede ni Yuan dahil sa tradisyon ng pamilya niya pero umasa parin ako na kahit paano, papayag ang kanyang pamilya sa relasy on naming