• Tidak ada hasil yang ditemukan

2 TINJAUAN PUSTAKA Jarak Pagar (Jatropha curcas L.: Euphorbiaceae) sebagai Sumber Biofuel

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "2 TINJAUAN PUSTAKA Jarak Pagar (Jatropha curcas L.: Euphorbiaceae) sebagai Sumber Biofuel"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

Jarak Pagar (Jatropha curcas L.: Euphorbiaceae) sebagai Sumber Biofuel Bahan bakar terdiri atas tiga jenis: gas, padat, dan cairan. Bahan bakar cairan meliputi petro-bio-fuels (bahan bakar fosil) adalah bahan bakar yang tidak dapat diperbaharui dan telah menjadi sumber bahan bakar utama transportasi dan sektor industri. Peningkatan kebutuhan akan jenis bahan bakar ini menyebabkan cadangannya di bumi semakin berkurang. Oleh karena itu sumber alternatif bahan bakar cair penting untuk dieksplorasi (Raju 2006).

Biofuel merupakan bahan bakar alternatif yang bersifat biodegradable (dapat diperbaharui) dan tidak beracun (bebas belerang dan bau harum). Biofuel dihasilkan dari pengolahan industri agrikultur atau produk makanan dan dari proses ulang produk seperti masakan dan minyak nabati (Tiwary 2004).

Biofuel dapat dihasilkan dari Euphorbia antisyphilytica, E. tirucalli, Excoecaria agallocha, Hevea brasiliensis, Jatropha curcas L., J. gossypifolia, Ricinus communis (Euphorbiaceae); Calotropis gigantea, C. procera (Asclepiadaceae); Madhuca indica (Sapotaceae); Glycine max, Pongamia pinnata (Fabaceae); Albizzia chinensis (Mimosaceae); Avicennia marina (Avicenniaceae);

Ceriops decandra (Rhizophoraceae); Azadirachta indica (Meliaceae);

Calophyllum inophyllum (Clusiaceae); Helianthus annuus (Asteraceae); Brassica napus, B. rapa (Brassicaceae); Cocos nucifera (Palmaceae); dan Cannabis sativa (Cannabaceae) (Kumar et al. 2004). Menurut Raju (2006), jenis tanaman yang paling menjanjikan sebagai sumber biofuel adalah Jatropha curcas L. (jarak pagar).

Cara tanam jarak pagar yang mudah serta biaya pembuatan minyak yang lebih murah dibandingkan minyak yang berasal dari kelapa sawit atau minyak kelapa menjadikan jarak pagar menjadi salah satu tanaman favorit penghasil biofuel (Hasnam 2008). Jarak pagar merupakan tanaman asal Amerika Tengah yang penyebarannya hingga ke Asia dilakukan oleh para pedagang Portugis (Rattee 2004). Sejak saat itu, jarak pagar diketahui sebagai sumber minyak untuk penerangan dan pembuatan sabun (Grimm 1999). Di Cape Verde, jarak dibudidaya sebagai tanaman pengontrol erosi (Heller 1996), sebagai produksi minyak, dan penahan erosi di Mali (Henning 1997), bahan baku biofuel di India

(2)

(Patil & Sigh 1991), dan sebagai bahan untuk produksi metil ester di Nikaragua (Foidl et al. 1997). Menurut Gübitz et al. (1999), hampir seluruh negara (Australia, Brazil, Belgia, Canada, Costa Rica, Republik Ceko, Estonia, Finlandia, Jerman, India, Indonesia, Israel, Malaysia, Norwegia, Papua, Bouganville, Spanyol, Singapura, Taiwan (Republik Cina), Thailand, Inggris, dan Amerika) memproduksi jarak pagar untuk memproduksi biofuel.

Jarak pagar yang berumur 7 tahun dapat memproduksi 2-5 kg biji per tahun dengan kandungan minyak sebesar 30-35% (Raju 2006). Menurut Gübitz et al.

(1999) jarak pagar menghasilkan biji yang kaya akan minyak (43-59%) dan dari 1 hektar kebun jarak di Hawai dapat dihasilkan 1600-2000 liter minyak (Poteet 2006). Minyak diekstrak dari inti biji yang berisi embrio dan endosperma.

Kandungan minyak yang dihasilkan oleh biji kering di Nikaragua sekitar 52.9-5.4% tergantung varietasnya (Foidl et al. 1996). Di Indonesia, nilai ekonomi jarak pagar bervariasi dari 4-21 juta rupiah/ha/tahun bergantung pada jenis produk yang dihasilkan. Nilai ini didasarkan pada asumsi hasil jarak pagar sebanyak 4 ton/ha/tahun dan bila semua produk disubsidi maka nilai ekonominya akan semakin tinggi (Karmawati 2008).

Habitat Tanaman Jarak Pagar

Jarak pagar termasuk tanaman kosmopolitan sehingga dapat tumbuh pada berbagai ekosistem, seperti: tanah yang terdegradasi, tanah pertambangan,dan padang savana. Jarak pagar dapat bertahan di daerah yang sangat kering dengan curah hujan 300-500 mm/tahun hingga daerah yang sangat basah dengan curah hujan antara 4 000-6 000 mm/tahun. Tanaman ini juga dapat tumbuh di daerah daratan rendah bahkan pinggir pantai sampai ketinggian diatas 1 000 dpl (Hasnam & Mahmud 2006). Indonesia merupakan daerah yang diperkirakan optimal bagi pertumbuhan dan produksi jarak pagar terutama pada daerah dengan ketinggian 0-600 m dpl atau dataran rendah yang memiliki suhu harian antara 22-35 0C dengan curah hujan antara 500-1500 mm dan hari hujan antara 100-200 hari/tahun (Wahid 2006).

(3)

Biologi Tanaman Jarak Pagar

Jarak pagar merupakan salah satu spesies dari genus Jatropha, famili Euphorbiaceae, ordo Malpighiales, kelas Magnoliopsida, dan divisi Magnoliophyta (Felger & Moser 1985).

Tanaman jarak pagar merupakan tanaman perennial yang secara normal bersifat monoecious uniseksual (bunga jantan dan betina berada dalam satu malai). Tanaman ini berciri protandri ataupun protogini bergantung pada jenis dan jumlah bunga yang terlebih dahulu berkembang dalam satu malai. Protandri terjadi apabila bunga jantan mekar terlebih dahulu dan berjumlah lebih banyak dibandingkan bunga betina. Apabila bunga betina berkembang terlebih dahulu dengan jumlah lebih banyak dibandingkan bunga jantan maka bunga tersebut berciri protogini. Bunga jarak pagar juga mengalami transduksi dari protandri menjadi protogini pada suhu 40+2 0C (Prastowo et al. 2007). Hartati (2007) menyatakan bunga berciri hermaprodit pada tanaman jarak pagar sangat jarang terjadi.

Bunga jarak pagar berupa bunga majemuk berbentuk malai (infloresen) dengan pola dichasial cyme (Gambar 2). Bunga memiliki 5 sepal dan 5 petal yang berwarna hijau kekuningan. Umumnya bunga betina berada di pusat malai dengan kumpulan bunga jantan yang mengelilinginya. Dalam satu malai, terdiri atas 100 bunga atau lebih dengan jumlah 1-5 bunga betina dan 25-93 bunga jantan (2-19 bunga betina dan 17-105 jantan per infloresen). Rata-rata perbandingan bunga jantan dan betina per malai adalah 29:1. Dalam satu malam, pembungaan terjadi secara bertahap (bersifat harian) selama 11 hari. Pola pembungaan jarak pagar dimulai dari satu bunga jantan mekar dan bertahap hingga semua bunga jantan mekar (11-15 hari). Bunga betina mekar pada hari ke-2 sampai hari ke-6 pembungaan (Raju & Eradanam 2002; Bhattacharya et al. 2005; Hartati 2006;

Hasnam 2006b; Prastowo et al. 2007). Puncak pembungaan jarak pagar di India terjadi pada akhir Juli hingga akhir Oktober (Raju & Ezradanam 2002), di Thailand terjadi pada bulan Nopember dan April (Hasnam 2006a), sedangkan di Indonesia terjadi dua kali pada bulan April-Mei dan Oktober-November (Prastowo et al. 2007).

(4)

Gambar 2 Pembungaan jarak pagar. (a) Bentuk malai pola dichasial cyme, (b) Bunga jantan dan betina dalam malai.

Bunga jantan berukuran kecil, salver-shaped (5 kelopak berbentuk bulat telur dengan panjang + 4 mm) tanpa aroma. Memiliki 10 tangkai sari yang tersusun melingkar pada pangkal masing-masing berisi 5 kelenjar nektar (berwarna kuning) yang berbentuk tabung; kepala sari pecah secara melintang.

Serbuksari berwarna kuning (globular, inaperturate), aksin berbentuk semitectate dan perrucate. Produksi dan ukuran serbuksari berbeda pada masing-masing kumpulan tangkaisari. Serbuksari yang dihasilkan susunan tangkai sari bawah berjumlah 220 (diameter 89 µm) dan serbuksari pada tangkai sari atas berjumlah 435 (diameter 81 µm). Total produksi serbuksari per bunga adalah 655-1617+100, dengan rasio serbuksari dengan putik adalah 539-6332: 1. Masa berbunga jantan adalah 1-2 hari (gugur pada hari ke-3). (Raju & Ezradanam 2002; Bhattacharya et al. 2005; Hasnam 2006a).

Bunga betina berukuran lebih besar dibanding bunga jantan (5 mahkota berwarna hijau kekuningan) terdiri atas 3 tangkai putik dan kepala putik yang membentuk tabung pada dasar bunga, ovari beruang 5 masing-masing berisi 1 sel telur. Tangkai putik pendek lepas atau melekat pada pangkal berwarna hijau, kepala putik melengkung keluar berwarna kuning, bila telah terpecah 3 akan berwarna coklat. Dasar bunga berbentuk villose, berisi 5 kelenjar nektar berwarna kuning lonjong di bawah ovari. Masa berbunga betina adalah 3-4 hari (gugur pada hari ke-4) (Raju & Ezradanam 2002; Hasnam 2006a). Apabila penyerbukan

a b

(5)

terjadi, maka sepal dan petal akan membesar guna melindungi tubuh buah hingga menjangkau ukuran buah yang sebenarnya.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh Raju & Ezradanam (2002);

Grimm (1999); Hasnam (2006a), bunga jarak pagar menyerbuk dengan bantuan serangga. Walaupun jarak pagar dapat menghasilkan biji secara apomiksis, namun bukan merupakan hasil penyerbukan angin. Penyerbukan pada jarak pagar bersifat penyerbukan sendiri maupun penyerbukan silang. Keberhasilan penyerbukan pada jarak pagar sangat tergantung oleh kehadiran serangga penyerbuk (Luo et al.

2004) dan dipengaruhi viabilitas serbuksari, reseptibilitas putik, inkompabilitas (interaksi genetik antara serbuksari dan sel telur), serta gagal zigot (Dafni 1992).

Buah jarak pagar hasil penyerbukan disebut kapsul (masak 40-50 hari setelah pembuahan), sedikit berdaging, sewaktu muda berwarna hijau kemudian berubah menjadi kuning dan mengering saat buah masak. Kapsul berisi 3-4 biji berwarna hitam (Hasnam 2006a; Hasnam 2006b) (Gambar 3).

Gambar 3 Buah dan biji tanaman jarak pagar.

Pembentukan biji yang bermutu bergantung pada banyaknya keberhasilan penyerbukan silang. Manajemen penyerbukan yang baik menjadi aktivitas penting untuk kualitas dan kuantitas pembentukan dan penyimpanan biji. Tingkat pembentukan buah tergantung dari jumlah bunga yang dihasilkan oleh tanaman.

Umumnya penyerbukan silang menghasilkan pembentukan buah dan biji secara maksimal (Raju 2006).

(6)

Serbuksari dan Nektar Bunga Jarak Pagar

Serangga umumnya mengunjungi bunga karena adanya faktor penarik (attractant), yaitu serbuksari dan nektar (sebagai penarik primer) dan aroma (sebagai penarik sekunder). Lebih dari 80% spesies tanaman tergantung oleh serangga untuk membawa serbuksari dari bunga satu ke bunga lain (Raju &

Ezradanam 2002; Fahem et al. 2004).

Serbuksari tanaman jarak pagar mengandung protein, lipid, karbohidrat, vitamin, dan mineral (Kevan 1999). Kandungan ini dibutuhkan serangga penyerbuk terutama lebah dalam pertumbuhan koloninya (Cook et al. 2003).

Nektar merupakan cairan gula yang dapat menyediakan energi untuk lokomosi (terutama untuk terbang) dan komponen lainnya (Kevan 1999).

Keberadaan nektar dalam suatu bunga mempengaruhi pola mencari pakan serangga penyerbuk (Klinkhamer et al. 2001) yang bergantung pada banyaknya volume nektar (Proctor et al. 1996). Raju & Ezradanam (2002) menyatakan volume nektar bunga jarak pagar rata-rata adalah 0.3 µl. Nektar lebih banyak dihasilkan pada bunga betina jarak pagar dengan volume nektar per bunga 4.54+0.82 µl dibandingkan pada bunga jantan yang hanya menghasilkan nektar sebanyak 1.92+0.44 µl (Bhattacharya et al. 2005).

Volume dan konsentrasi nektar (berubah sesuai musim) dapat mempen- garuhi jenis serangga penyerbuk berdasarkan energi yang dihasilkan, ekosistem, dan pengenalan jenis bunga (Petanidou & Ellis 1996; Bosch et al. 1997; Potts et al. 2001; Potts 2004). Peningkatan populasi penyerbuk dipengaruhi oleh kenaikan jumlah ketersediaan nektar dan serbuksari (Lughadha & Proenca 1996). Sekresi nektar terjadi bersamaan dengan jadwal serbuksari yang siap terlepas dan durasi kepala putik yang siap dibuahi umumnya pada pukul 08.00-12.00. Kepala putik siap menerima serbuksari dan melakukan pembuahan sekitar 2 jam setelah bunga betina mekar (Bhattacharya et al. 2005).

(7)

Serangga Pengunjung dan Penyerbuk Tanaman Jarak Pagar

Buah jarak dikenal mengandung toksik untuk hewan dan manusia (Trabi et al. 1997) dan bersifat insektisida (Solsoloy & Solsoloy 1997; Wink et al. 1997;

Soetopo & Heriyanto 2008). Walaupun demikian, beberapa serangga dapat menjadikan jarak pagar sebagai sumber makanannya (Grimm & Maes 1997).

Serangga penghisap dapat bertahan dari komponen defensif yang terletak di epidermal dan jaringan lainnya (Grimm 1999).

Keragaman serangga pada bunga dipengaruhi oleh pengaruh faktor lingkungan, waktu, warna dan bentuk bunga, jumlah bunga mekar, serta volume nektar bunga (Faheem et al. 2004). Jarak pagar umumnya dikunjungi oleh lebah, semut, thrips, dan lalat. Thrips diketahui sebagai hama (vektor virus) tanaman yang menyebabkan klorosis. Serangga pengunjung jarak pagar di Nikaragua adalah Pachycoris klungii Burmeister (Heteroptera: Scutelleridae), Hypselonotus intermedius Distant dan Leptoglossus zonatus Dallas (Heteroptera: Coreidae) (Grimm & Fuhrer 1998). Keragaman jenis serangga pengunjung jarak pagar di India dapat dilihat pada Tabel 1 (Raju & Ezradanam 2002).

Tabel 1 Keragaman serangga pengunjung jarak pagar dan sumber pakan (Raju &

Ezradanam 2002)

Ordo Famili Genus Spesies Pakan

Hymenoptera Apidae Apis florea nektar dan serbuksari

indica nektar dan serbuksari Trigona iridipennis nektar dan serbuksari Anthophoridae ceratina simillima nektar dan serbuksari Halictidae

tidak teridenti-

fikasi nektar dan serbuksari

Formicidae Camponotus compressus nektar

Camponotus sp nektar

Crematogaser sp nektar

Solenopsis geminata nektar

Pheidole spathifer nektar

Thysanoptera Thripidae Schirothrips dorsalis nektar dan serbuksari Thrips hawaiiensis nektar dan serbuksari Diptera Calliphoridae Chrysomya megacephala nektar

(8)

Data keragaman serangga pengunjung jarak pagar di Indonesia telah dilaporkan oleh Rumini (2006). Peranan serangga pengunjung pun bervariasi, mulai sebagai fitofag, predator, parasitoid, hingga sebagai penyerbuk. Keragaman serangga pada tanaman jarak pagar adalah Odonata, Orthoptera, Mantodea, Hemiptera, Homoptera, Lepidoptera, Hymenoptera, Coleoptera, dan Diptera.

Menurut Mahmud (2006) serangga penyerbuk jarak pagar pada kebun induk jarak pagar Muktiharjo, Jawa Tengah adalah lebah dan lalat.

Beberapa uraian ordo serangga pengunjung bunga adalah sebagai berikut:

a. Ordo Hymenoptera

Dilihat dari sudut pandang manusia, ordo ini merupakan ordo yang paling berguna dari seluruh kelas serangga. Ordo Hymenoptera dibagi menjadi dua subordo, yakni Symphyta dan Apocrita (Elzinga 2004; Triplehorn & Johnson 2005). Subordo Symphyta umumnya merupakan pemakan tumbuhan, sedangkan subordo Apocrita beberapa diantaranya termasuk kedalam kelompok penyerbuk.

Serangga penyerbuk yang masuk kedalam subordo Apocrita adalah serangga superfamili Chalcidoidea (tabuhan ficus: Agaonidae); superfamili Apoidea (lebah- lebah: termasuk Melittidae, Collectidae, Halictidae, Oxaeidae, Andrenide, Megachilidae, Anthophoridae (Nomadidae, Euceridae, Ceratinidae, Xylocopidae), Apidae (Bombinae, Euglossinae, Apinae), Tiphiidae); superfamili Vespoidea (tabuhan: Vespidae (Masarinae, Vespinae, Polistinae); Superfamili Formicoidea (sejenis semut: Formicidae) (Triplehorn & Johnson 2005).

Lebah (Apoidea) di seluruh dunia mencapai 16 000 spesies (Michener 2000). Keragaman spesies lebah yang ada saat ini mengikuti koevolusi yang terjadi bersama struktur bunga yang semakin kompleks yang merupakan sumber pakan mereka. Umumnya evolusi terjadi pada bentuk dan ukuran tubuh, kehadiran rambut pada tubuh, serta organ-organ yang memudahkan serangga mendapatkan sumber pakan dari tanaman berbunga. Salah satu organ yang berevolusi adalah probosis. Lebah dengan probosis pendek (short-tongued bees) diduga telah muncul sejak jaman angiospermae awal dengan bentuk bunga yang dangkal.

Seiring dengan perkembangan kompleksitas bunga angiospermae, muncul lebah dengan probosis panjang (long-tongued bees). Contoh lebah dengan probosis

(9)

pendek adalah Halictidae, sedangkan Anthophoridae dan Apidae merupakan contoh lebah dengan probosis panjang (Winston 1987).

Subfamili Xylocopinae merupakan lebah soliter. Umumnya, induk betina pada kelompok ini tidak pernah bertemu dengan anaknya dan hidup sendiri. Pada Xylocopa diketahui adanya perilaku merawat anak secara aktif di dalam sarang walau bersifat sementara. Hal ini mengelompokkan Xylocopa sebagai lebah subsosial. Struktur tubuh Xylocopa cukup besar dengan rambut tubuh yang lebat pada thoraks. Berbeda dengan Bombus (Bombinae) yang memiliki rambut hampir diseluruh tubuhnya Struktur rambut inilah yang menjadikan Xylocopa sebagai serangga penyerbuk pada bunga. Dalam proses penyerbukan, Xylocopa membawa serbuksari yang menempel pada rambut tubuhnya menuju putik. Namun kemampuan Xylocopa untuk membawa serbuksari tidak sebanyak kelompok Apis, karena absennya struktur corbicula (Triplehorn & Johnson 2005).

Subfamili Apinae (Trigona spp. dan Apis) termasuk kelompok lebah eusosial dengan tingkatan paling tinggi (Michener 2000). Trigona sp. merupakan lebah terkecil (2.1 mm) yang umumnya menjadi penyerbuk utama pada bunga- bunga dengan ukuran kecil. Genus Apis memiliki 9 spesies yang tersebar di dunia, yaitu A. mellifera Linnaeus, A. laboriosa Smith, A. florea Fabricus, A.

andreniformis Smith, A. cerana Fabricus, A. dorsata Fabricus, A. koschevnikovi Buttel-Reepen, A. nigrocincta, dan A. nuluensis (Michener 2000). Lima spesies terakhir terdapat di Indonesia (Hadisoesilo et al. 1995). A. cerana dan A. mellifera membuat sarang didalam lubang dengan beberapa sisir (multiple combs). Jumlah pekerja lebah A. mellifera di dalam sarang dapat mencapai 100 000 individu (Winston 1987). Umumnya sarang A. florae, A. andreniformis, A. dorsata, A.

laboriosa berada di tempat terbuka dengan sisir tunggal (single comb) (Michener 2000).

Anggota Apinae dicirikan dengan adanya corbicula (pollen basket) pada permukaan luar tibia tungkai belakang. Fungsi corbicula adalah untuk membawa serbuksari dan material pembuat sarang. Selain corbicula, Apinae juga memiliki rambut pada tubuhnya dan probosis yang panjang. Struktur-struktur inilah yang menjadikan Apinae sebagai serangga penyerbuk utama pada berbagai tanaman.

(10)

Tubuh A. cerana, A. mellifera, dan A.dorsata berturut-turut berukuran 10-11 mm dan 19 mm.

Famili Formicidae memiliki ciri pedikel metasoma (nodus) dengan satu atau dua ruas dan berukuran tubuh 1-50 mm. Formicidae berevolusi dari nenek moyang yang mirip tabuhan di jaman Cretaceous tengah (110-130 juta tahun lalu).

Antena umumnya menyiku dengan ruas pertama berukuran sangat panjang. Famili ini disebut juga dengan semut. Subfamili Formicinae merupakan subfamili kedua terbesar dari semut dan tersebar sangat luas. Dua genus dalam Formicinae (Lasius dan Myrmecocystus) adalah semut yang mengumpulkan nektar sebagai sumber pakannya (Triplehorn & Johnson 2005). Almeida & Figueiredo (2003) melaporkan Camponotus yang mencari pakan pada nektar ekstrafloral bunga anggrek. Struktur tubuh semut memiliki rambut yang tipis, sehingga memungkinkan adanya serbuk sari yang melekat saat semut berpindah dari satu bunga ke bunga lainnya. Berdasarkan penelitian tersebut, Camponotus dapat mencegah serangga pemakan tanaman mencapai organ reproduksi pada bunga anggrek, namun tidak didapatkan adanya pengaruh penyerbukan akibat kehadiran Camponotus.

b. Ordo Thysanoptera

Thysanoptera merupakan serangga bersayap duri berukuran kecil. Panjang rata-rata ordo ini adalah 0.5-5 mm. Di daerah tropis, salah satu spesies ini dapat mencapai 14 mm. Beberapa spesies memiliki sayap. Sayap yang berkembang sempurna berjumlah 2 pasang (Triplehorn & Johnson 2005).

Thysanoptera dibagi menjadi dua ordo, yaitu: Terebrantia dan Tubulifera.

Perbedaan keduanya terletak pada ruas terakhir abdomen dan perkembangan alat perteluran. Terebrantia memiliki ruas abdomen terakhir seperti kerucut atau membulat. Alat perteluran pada betina Terebrantia berkembang baik. Tubulifera mempunyai ruas abdomen terakhir seperti tabung, namun alat perteluran bagi betina tidak ada (Mound 2005; Triplehorn & Johnson 2005).

Salah satu famili Terebrantia adalah Thripidae. Thripidae disebut juga sebagai serangga Thysanoptera bersayap duri. Beberapa spesies penting dari ordo ini bernilai ekonomi. Sayap-sayap Thripidae berukuran sempit dan runcing pada

(11)

ujungnya. Antena berjumlah 6-9 ruas. Serangga ini memakan tumbuhan dan beberapa spesies merupakan hama yang merusak tanaman budidaya. Beberapa contoh diantaranya adalah: Taenotrips yang menyerang kuncup, bunga mekar, dan daun muda. Thrips menyerang jarak pagar (Raju & Ezradanam 2002), bawang merah, dan tembakau serta tanaman lain. Umumnya genus ini menjadi vektor virus yang menyebabkan penyakit layu berbintik pada tanaman (Triplehorn

& Johnson 2005). Beberapa peneliti melaporkan kemampuan Thysanoptera sebagai serangga penyerbuk (Sakai 2001; Terry 2003)

c. Ordo Diptera

Ciri taksonomi dari Diptera adalah sepasang sayap (sayap depan) dan sayap belakang yang tereduksi menjadi struktur halter. Halter berfungsi sebagai organ keseimbangan. Beberapa famili dari Diptera yang berperan dalam penyerbukan adalah lalat-lalat bunga (bentuk tubuh menyerupai lebah), yaitu: famili Bombyliidae, Apioceridae, dan Syrphidae (Triplehorn & Johnson 2005).

Famili Bombyliidae disebut juga lalat lebah, berambut lebat, gemuk, dan berukuran sedang hingga besar. Umum ditemukan pada bunga. Famili Apioceridae bertubuh panjang dengan rangka sayap m1 dan rangka sayap anterior berujung pada bagian depan ujung sayap. Famili Syrphidae memiliki rangka sayap semu dalam sayap antara radius dan media dengan bentuk tubuh mirip lebah madu, lebah kebun, dan tabuhan (Triplehorn & Johnson 2005).

Raju & Ezradanam (2002) melaporkan famili Calliphoridae sebagai pengunjung jarak pagar di India. Calliphoridae disebut juga lalat hijau yang banyak ditemukan. Banyak jenis diantaranya mempunyai peran ekonomi cukup besar. Lalat hijau berwarna metalik dan memiliki antena plumosa pada ujungnya.

Kebanyakan lalat hijau adalah pemakan zat organik yang membusuk. Jenis ini meletakkan telur pada tubuh hewan yang mati dan larvanya hidup di bangkai memakan jaringan hewan yang membusuk (Triplehorn & Johnson 2005).

Selain tiga famili Diptera yang telah disebutkan diatas, terdapat famili Tephritidae yang biasa disebut sebagai lalat buah. Beberapa spesies dari famili ini berperan sebagai hama karena betina dewasa menggunakan buah sebagai tempat peletakan telur dan sumber pakan awal bagi larva yang baru menetas. Telur

(12)

diletakkan di dalam terowongan sempit pada di dalam buah (Triplehorn &

Johnson 2005).

d. Ordo Lepidoptera

Lepidoptera secara umum dikenal sebagai kupu-kupu dan ngengat. Ciri khususnya terletak pada sisik-sisik sayap yang mudah lepas seperti debu.

Kebanyakan tubuh dan tungkai juga tertutup dengan sisik. Bagian mulut kupu- kupu dan ngengat sebagai alat penghisap. Probosis dibentuk oleh Galeae dari maksila yang berlekuk secara longitudinal, umumnya panjang dan berlingkar.

Palpus maksila kecil dan hampir tidak ada. Palpus labialis berkembang baik dan umumnya meluas kedepan di bagian depan dari muka (Triplehorn & Johnson 2005).

Lepidoptera memiliki nilai ekonomi yang penting. Larva dari kebanyakan spesies merupakan pemakan tumbuhan dan hama pada tanaman budidaya. Pupa beberapa spesies berguna sebagai bahan baku tenunan. Imago berbentuk dan berwarna indah sehingga banyak diburu oleh para kolektor. Beberapa spesies dalam bentuk imago juga berfungsi sebagai serangga penyerbuk. Lepidoptera membantu penyerbukan melalui serbuksari yang menempel pada probosis serta sisik pada tubuh dan tungkai yang kemudian berpindah dari satu bunga ke bunga lainnya. Meskipun demikian kemapuan Lepidoptera sebagai penyerbuk sangat terbatas (Triplehorn & Johnson 2005).

Perilaku Kunjungan Serangga Penyerbuk

Beragam serangga berkunjung pada pukul 07.30 sampai pukul 18.00 WIB pada masa pembungaan jarak pagar (Raju & Ezradanam 2002). Serangga ini mencari pakan berupa serbuksari, nektar, minyak, atau jaringan bunga untuk melengkapi kebutuhan nutrisi mereka (Kevan 1999; Broufas & Koveos 2000; Van Rijn et al. 2002). Perilaku tersebut lebih sering dilakukan dengan berkunjung ke bunga jantan dibandingkan ke bunga betina. Beberapa spesies serangga dewasa mengkonsumsi serbuksari sebagai sumber protein untuk pematangan seks dan perkembangan tubuh (Dobson 1994). Spesies serangga dewasa lainnya berkunjung untuk melakukan perkawinan dan peletakkan telur (Dobson &

(13)

Bergstrom 2000).

Menurut Dafni (1992), perilaku pencarian pakan yang umum dipelajari adalah jumlah kunjungan per satuan waktu (foraging rate), lama kunjungan per bunga (flower handling time), dan lama pencarian pakan. Perilaku ini digunakan untuk mengetahui spesies-spesies yang efektif sebagai serangga penyerbuk.

Efektivitas penyerbukan juga dapat diukur dari jumlah buah dan biji yang dihasilkan.

Raw (2000) melaporkan kunjungan Bombus auratus dan Halictus lanei pada pada tanaman Capsicum annum (cabai). Jumlah kunjungan B. auratus ini sebanyak 22 kunjungan, sedangkan H. lanei sebanyak 4 kunjungan. Berdasarkan Raju & Ezradanam (2002), persentase kunjungan serangga ke bunga jantan jarak pagar pada lebah sebesar 64%, lalat sebesar 55%, dan semut 56% dari total kunjungan. Pada bunga betina kunjungan lebah hanya sebanyak 36%, lalat 45%, dan semut 44% dari total kunjungan.

Perilaku kunjungan juga dipengaruhi oleh persaingan antar serangga penyerbuk dalam mendapatkan pakan. Populasi rendah spesies tertentu dapat meningkatkan frekuensi kunjungan spesies lainnya, begitu pula sebaliknya.

Hardwicke (2003) menyatakan, ketinggian lokasi dan suhu udara mempengaruhi perilaku kunjungan Hymenoptera, Lepidoptera, dan Diptera.

Pengaruh Serangga Penyerbuk terhadap Pembentukan Buah dan Biji

Kehadiran serangga penyerbuk pada tanaman umumnya dapat membantu proses penyerbukan dan meningkatkan hasil buah dan biji. Peran serta serangga penyerbuk dalam membantu penyerbukan tanaman jarak pagar secara xenogami menghasilkan buah (96%) yang lebih banyak dibandingkan dengan geitonogami (77%). Seluruh buah xenogami dapat mencapai kematangan buah, sedangkan buah geitonogami mengalami kegagalan matang sebesar 23% (Raju & Ezradanam 2002). Atmowidi et al. (2008) juga melaporkan adanya peningkatan buah akibat pengaruh penyerbukan A. cerana sebanyak 17 buah dan A. mellifera sebanyak 19 buah dibandingkan dengan geitonogami sebanyak 5 buah.

Referensi

Dokumen terkait

Strategi memfokus kepada masalah adalah berhubung secara secara positif dan signifikan dengan stail kepimpinan transformasional (r=.35*) tetapi mempunyai

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul “PENGARUH

Faktor yang berkaitan dengan ISPA pada balita antara lain usia, keadaan gizi yang buruk, status imunisasi yang tidak lengkap serta kondisi lingkungan yang buruk seperti

menjadikan anak bahkan setelah dewasa menjadi seorang yang selalu tunduk (submisif). Sadari pula, betapa perilaku asertif akan membawa kita menjadi seseorang yang

Modus tunnel IPSec memungkinkan IP paket data dapat dienkripsi, dan kemudian dikemas dalam sebuah IP header yang akan dikirim di sebuah perusahaan IP

Lesung yang dibawa ke Gabusan/ usianya sudah sekitar 70 tahun// Lesung ini/ kayunya kian menipis/ tinggal beberapa milimeter saja/ khususnya yang berlubang bundar/

Trustindo Prima Karya dengan Sertifikat Nomor 229.SLK.010- IDN yang berlaku sampai dengan tanggal 20 Maret 2017 sehingga telah membubuhkan Tanda V-Legal pada

Skripsi yang berj udul: PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA TUNANETRA DI SEKOLAH DASAR LUAR BIASA (SDLB) PANTI SOSIAL BINA NETRA FAJAR HARAPAN MARTAPURA, ditulis ol eh M uhamm ad