• Tidak ada hasil yang ditemukan

Orang-orang yang beriman tidak boleh membiarkan anak-anak mereka memiliki fisik yang lemah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Orang-orang yang beriman tidak boleh membiarkan anak-anak mereka memiliki fisik yang lemah"

Copied!
144
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS BIOPSIKOSOSIAL SPIRITUAL SEORANG ANAK HIPOSPADIA DAN ATTENTION DEFISIT HYPERACTIVE DISORDER

(ADHD) DI YAYASAN SAYAP IBU (YSI) BINTARO

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh:

Tri Nugrahaning Martiwi NIM: 109054100025

JURUSAN KESEJAHTERAAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1434 H / 2013 M

 

(2)

 

(3)

 

(4)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 (S1) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penelitian ini telah dicantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 8 Oktober 2013

TRI NUGRAHANING MARTIWI 109054100025

 

(5)

v ABSTRAK

Tri Nugrahaning Martiwi

Analisis Biopsikososial Spiritual Seorang Anak Hipospadia dan Attention Defisit Hyperactive Disorder (ADHD) di Yayasan Sayap Ibu (YSI) Bintaro

Anak merupakan amanah dan karunia dari Tuhan Yang Maha Esa, yang di dalam dirinya mempunyai harkat dan martabat sebagaimana manusia seutuhnya.

Orang-orang yang beriman tidak boleh membiarkan anak-anak mereka memiliki fisik yang lemah. Orang tua harus memperhatikan perkembangan dan pertumbuhan anak mereka. Salah satu lembaga yang peduli terhadap perkembangan dan pertumbuhan terhadap anak cacat ganda dan anak terlantar adalah Yayasan Sayap Ibu (YSI) Bintaro yang telah mendekatkan pada inovasi pendekatan dalam penanganan anak, yaitu melalui pendekatan biopsikososial spiritual. Di dalam Yayasan Sayap Ibu (YSI) Bintaro terdapat seorang anak penderita Hipospadia dan Attention Defisit Hyperactive Disorder (ADHD).

Hipospadia dan ADHD sering rancu dikalangan masyarakat. Kurangnya pengetahuan mengenai Hipospadia dan ADHD membuat penulis merasa tertarik untuk menulis skripsi ini. Penulis juga ingin mengetahui apakah penderita dari Hipospadia akan mengalami minder/rasa kurang percaya diri akibat dari penyakit yang dideritanya sehingga membuat penderita tidak dapat bersosialisasi dalam lingkungannya dengan baik.

Dalam penulisan skripsi ini, teori yang digunakan adalah teori biopsikososial spiritual anak Hipospadia dan Attention Defisit Hyperactive Disorder (ADHD).

Dan menggunakan jenis penelitiannya adalah deskriptif, pendekatan penelitiannya adalah penelitian kualitatif, serta pemilihan subjek dan informan dengan menggunakan teknik purposive sampling.

Kondisi biopsikososial spiritual anak penderita Hipospadia dan ADHD yang berada di Yayasan Sayap Ibu (YSI) Bintaro memiliki kondisi mental yang normal sama dengan anak-anak normal lainnya. Dengan kondisi biologis anak yang normal dengan berat badan sebesar 17 kg, tinggi badan 118 cm dan penampilan anak berpenampilan layaknya anak laki-laki. Namun, terdapat kelainan pada alat kelamin anak yang disebut dengan Hipospadia dimana lubang uretra berada di bawah penis. Kondisi Psikososial dengan kondisi emosional yang cukup stabil dengan anak yang mudah marah jika ada orang yang membuat dirinya kesal maka anak itu akan marah dan menangis. Awal masuk YSI, anak terlihat pemalu, pendiam dan mudah menagis ketika berjumpa dengan orang baru. Namun saat ini sudah mengalami peningkatan dimana anak tersebut sudah dapat beradaptasi dengan lingkungannya. Dia sangat peduli akan kondisi lingkungannya. Sedangkan kondisi Spiritual dimana anak tidak memiliki warisan budaya semenjak lahir karena kondisi keluarga yang tidak diketahui. Untuk mengenal Tuhannya sang anak diajarkan mengaji, mendengarkan cerita-cerita nabi dari para pengasuh.

 

(6)

vi KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan syukur Alhamdulillah atas rahmat dan pertolongan Allah SWT sehingga dapat menyelesaikan skripsi dengan judul ANALISIS BIOPSIKOSOSIAL SPIRITUAL SEORANG ANAK HIPOSPADIA DAN ATTENTION DEFISIT HYPERACTIVE DISORDER (ADHD) DI YAYASAN SAYAP IBU (YSI) BINTARO.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini sulit untuk dapat terwujud tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Hambatan serta rintangan yang penulis hadapi juga tidak akan bisa penulis lewati tanpa adanya bimbingan dan motivasi dari orang-orang yang menyayangi dan berarti bagi penulis. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang memberikan kontribusinya baik material maupun spiritual khususnya kepada:

1. Bapak Dr. Arief Subhan, M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.

2. Ibu Siti Napsiyah, M.SW selaku Ketua Sidang dan Ketua Jurusan Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.

3. Bapak Ahmad Zaky, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah memberikan saran dan motivasi kepada penulis.

4. Bapak Ismet Firdaus, M.Si sebagai pembimbing skripsi yang telah sangat sabar dan telah banyak memberikan ilmu dan saran serta semangat kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

5. Segenap bapak dan ibu dosen pengajar pada Jurusan Kesejahteraan Sosial yang telah memberikan banyak ilmunya dan mengajar dengan sabar.

6. Kepada Bapak dan Ibu pimpinan Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah membantu penulis dengan menyediakan bahan-bahan dalam mengerjakan skripsi.

7. Ibu Tuti Hendrawati selaku Kepala Bidang HRD dan kesehatan Yayasan Sayap Ibu (YSI) Bintaro yang telah memberikan izin serta memberikan

 

(7)

vii informasi kepada penulis untuk melakukan penelitian di Yayasan Sayap Ibu (YSI) Bintaro.

8. Ibu Rini, Ibu Ayu, Mbak Dumi dan segenap keluarga besar Yayasan Sayap Ibu (YSI) Bintaro yang telah berbaik hati menerima dan memberikan informasi kepada penulis dalam melakukan penelitian.

9. Untuk adik-adikku tersayang di Yayasan Sayap Ibu (YSI) Bintaro yang telah memberikan warna serta senyuman yang membangkitkan semangat penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

10. Untuk kedua orangtuaku tercinta, Ayahanda Supadman dan Ibunda Suryati serta kakakku Mas Cahyo Nugroho, SH dan adikku Diah Pujawati yang telah memberikan motivasi, support serta do’a baik materil maupun imateriil dan selalu menemani hari-hari penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

11. Untuk keluarga besarku serta sepupuku yang paling kece Rica Rahmawati dan sepupu-sepupuku lainnya yang selalu memberikan motivasi dan mengingatkan penulis untuk segera menyelesaikan skripsi.

12. Para sahabat-sahabatku tersayang (matul, ratna, lia, indri, vivi) yang selalu memotivasi dan menghibur penulis dikala sedih maupun senang.

13. Untuk Genggess (nuri, putri, doni, maul, sandra, mira, minda) terima kasih untuk waktu dan kesediaan kalian dalam menemani penulis saat penulisan skripsi ini.

14. Teman-teman Kesejahteraan Sosial angkatan 2009 yang telah berbagi ilmu serta senior dan junior Kesejahteraan Sosial yang telah memberikan support dan semangat.

15. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu yang telah mendukung baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penulisan skripsi ini.

Tidak ada yang dapat penulis berikan kepada orang-orang tersayang selain ucapan terima kasih dan seuntaian do’a. Semoga Allah SWT memberikan dan melimpahkan rahmat dan karunia-Nya atas segala bantuan yang telah diberikan kepada penulis.

 

(8)

viii Kritik dan saran sangat penulis harapkan dari berbagai pihak yang membaca skripsi ini. Dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi para pembaca serta peneliti lainnya pada umumnya. Amin

Jakarta, 8 Oktober 2013 Penulis,

Tri Nugrahaning Martiwi (109054100025)

 

(9)

DAFTAR ISI Cover

Surat Pengesahan Pembimbing Pengesahan Panitia Ujian Lembar Pernyataan Abstrak

Kata Pengantar Daftar Isi

LEMBAR JUDUL i

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIAN UJIAN iii

LEMBAR PERNYATAAN iv

ABSTRAK v

KATA PENGANTAR vi

DAFTAR ISI ix

DAFTAR TABEL x

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Pembahasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan masalah 8

2. Perumusan masalah 8

C. Tujuan Penelitian 8

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat akademis 8

2. Manfaat praktis 9

E. Metode Penelitian

1. Jenis penelitian 9

2. Pendekatan penelitian 10

3. Tempat dan waktu penelitian 11

4. Pemilihan subjek, informan dan objek penelitian 12

5. Teknik pemilihan subjek dan informan 12

6. Instrumen dan alat bantu 14

7. Teknik pengumpulan data 15

8. Sumber dan data 17

9. Teknik analisis data 19

10. Teknik pemeriksaan keabsahan data 21

11. Teknik penulisan 23

F. Tinjauan Pustaka 23

G. Sistematika Penulisan 25

BAB II LANDASAN TEORI

A. Pengertian Biopsikososial Spiritual 26

B. Asesmen bio 27

C. Asesmen psikososial 30

D. Asesmen Spiritual 40

E. Pengertian anak 42

F. Definisi Hipospadia 43

G. Gejala Hipospadia 45

 

(10)

H. Data Hipospadia 45

I. Tingkatan Hipospadia 46

J. Penanganan Hipospadia 46

K. Definisi Attention Defisit Hyperactive Disorder (ADHD) 47 L. Ciri-ciri Attention Defisit Hyperactive Disorder (ADHD) 47 M. Penyebab Attention Defisit Hyperactive Disorder (ADHD) 50 N. Penanganan Attention Defisit Hyperactive Disorder (ADHD) 50 BAB III GAMBARAN LEMBAGA

A. Sejarah Yayasan Sayap Ibu (YSI) Bintaro 52

B. Visi dan misi Yayasan Sayap Ibu (YSI) Bintaro 53

C. Pelayanan kesehatan 53

D. Sarana dan prasarana 54

E. Mekanisme penerimaan anak-anak panti 54

F. Mekanisme penerimaan anak-anak non panti 54

G. Pelayanan yang diberikan 55

H. Legalitas lembaga 55

I. Pengurus Yayasan Sayap Ibu (YSI) Bintaro 56

J. Kemitraan dan jaringan kerja 57

K. Publikasi 58

L. Sumber dana 58

M. Pengembangan layanan Kesejahteraan Sosial menuju kemandirian 58

N. Penghargaan 59

O. Kontak dan Bank 59

BAB IV TEMUAN DAN ANALISI DATA

A. Gambaran biopsikososial anak Hipospadia dan Attention Defisit Hyperactive Disorder (ADHD)

1. Profil Anak

a. Identitas anak 60

b. Gambaran fisik anak 61

c. Identitas keluarga anak 61

d. Penampilan anak 61

e. Status kesehatan 62

2. Psikologi Anak

a. Gambaran tentang emosi anak 62

b. Kesehatan jiwa 63

3. Sosial Anak

a. Riwayat masalah 63

b. Hubungan anak dengan teman sebaya 64

c. Hubungan anak dengan pengasuh 64

d. Hubungan anak dengan pihak lain 64

4. Spiritual Anak

a. Warisan Budaya 65

B. Analisis biopsikososial anak Hipospadia dan ADHD

1. Perkembangan Hipospadia dan biologis anak 65

2. Perkembangan ADHD dan psikososial anak 70

a. Model pengasuhan anak 74

b. Hubungan anak dengan orang lain dan orang sekitar 75 c. Pemahaman-pemahaman & reaksi terhadap kejadian disekitar 76

 

(11)

d. Motivasi belajar anak 77

e. Ganjaran/hukuman untuk anak 78

3. Perkembangan Spiritualitas Anak

a. Motivasi yang diberikan pengasuh & pengurus agar taat kepada

Tuhan 80

b. Warisan budaya mencerdaskan spiritual 81

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan 83

B. Saran 84

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

 

(12)

xii DAFTAR TABEL

Tabel 1. Subjek dan Informan 14

 

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Anak merupakan amanah dan karunia dari Tuhan Yang Maha Esa, yang di dalam dirinya mempunyai harkat dan martabat sebagaimana manusia seutuhnya.1 Seperti yang telah dijelaskan dalam al-Quran Surah an-Nisa 9, berikut:

































“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka.

Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.”

Orang-orang yang beriman tidak boleh membiarkan anak-anak mereka memiliki fisik, tubuh, atau badan yang lemah. Orang tua mereka harus memperhatikan kualitas kesehatan anak-anak mereka dengan memberikan makanan dan minuman yang bergizi.

Anak sangat membutuhkan perlindungan hukum dalam berbagai aktivitas mereka. Orang tua adalah orang yang paling bertanggung jawab dalam mengupayakan kesejahteraan, perlindungan, peningkatan, kelangsungan hidup dan mengoptimalkan tumbuh kembangnya anak.

1Undang-Undang RI Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak

 

(14)

Perkembangan tidak ada bedanya dengan pertumbuhan. Pada kenyataannya antara pertumbuhan dan perkembangan ada bedanya.

Pertumbuhan dapat berarti perubahan alamiah yang terjadi secara kuantitatif dari segi jasmaniah atau fisik dan menunjukkan pada suatu fungsi tertentu yang baru seperti berat badan anak, semakin bertambahnya umur mungkin semakin bertambah pula berat badannya. Sedangkan perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dalam fungsi atau struktur tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan sebagai hasil dari proses pematangan.2 Tumbuh, kembang dan kasih sayang untuk anak merupakan tugas penting para orang tua dan berada di tangan orang tua si anak.

Tidak semua anak terlahir dengan normal, ada kalanya anak yang terlahir tidak normal. Baik anak yang terlahir dengan normal atau terlahir tidak normal berhak mendapatkan perhatian dan perlindungan yang sama dari orangtuanya. Bahkan anak yang terlahir tidak normal sangat membutuhkan sekali perhatian dan perlindungan yang khusus.

Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak dinyatakan bahwa anak cacat didefinisikan sebagai anak yang mengalami hambatan fisik atau mental sehingga mengganggu pertumbuhan dan perkembangannya secara wajar. Pada pasal yang sama ayat 15 dalam Undang-Undang tersebut juga menjelaskan bahwa anak yang menyandang cacat merupakan kelompok anak yang membutuhkan perhatian dan perlindungan khusus, termasuk pemenuhan kebutuhannya melalui berbagai

2Syamsul N. Yusuf dan Nani M. Sugandhi, Perkembangan Peserta Didik (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada).

 

(15)

pelayanan.3 Dalam konteks ini keluarga, masyarakat, dan pemerintah memiliki kewajiban dan tanggung jawab terhadap upaya perlindungan anak.

Demikian juga dengan anak berkelainan mental subnormal atau disebut pula dengan terbelakang mental, lemah ingatan, febleminded, mental subnormal, cacat grahita. Semua makna dari istilah tersebut sama, yakni menunjuk kepada seseorang yang memiliki kecerdasan mental di bawah normal. Secara umum keberadaan anak dengan kecacatan mental/grahita terkadang dianggap beban, aib yang keberadaannya disembunyikan atau diisolasi dari kehidupan masyarakat atau bahkan dibuang oleh orangtuanya.

Kecacatan pada anak merupakan kondisi yang tidak diinginkan oleh siapapun.4

Dari tahun ke tahun pelanggaran terhadap hak anak di Indonesia semakin meningkat. Hal ini bisa diibaratkan seperti sebuah gunung es yang semakin menjulang tinggi dimana penyelesaiannya hanya pada tingkat permukaan saja.

Belakangan ini semakin banyaknya kasus anak yang dibuang oleh orang tuanya sendiri. Kebanyakan disebabkan oleh faktor kurangnya perekonomian mereka yang membuat mereka membuang bayinya sendiri. Tidak jarang pula ada yang membuang anak kandungnya sendiri karena adanya suatu kelainan atau kecacatan yang terdapat pada diri si anak. Orang tua merasa malu jika mempunyai anak yang memiliki kelainan dan kecacatan sehingga mereka dengan tega membuang bayinya begitu saja. Ketika orang tua membuang bayi mereka, apakah mereka tidak memikirkan keberlangsungan hidup sang bayi tersebut, terutama terkait kebutuhan akan seorang bayi seperti gizi, nutrisi

3Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak

4Ec. Kusmadi, MM, “Penyuluhan Sosial Cacat Grahita” (Banyuwangi: 2013)

 

(16)

serta kasih sayang yang seharusnya itu adalah hak yang harus didapatkan oleh bayi.

Salah satu kecacatan fisik serta kelainan yang dialami pada bayi adalah Hipospadia dan Attention Defisit Hyperactive Disorder (ADHD). Istilah Hipospadia sering rancu dikalangan masyarakat medis maupun umum.

Banyak masyarakat medis yang menganggap bahwa Hipospadia sama dengan Hemafrodit/kelamin ganda.5 Sedangkan Attention Defisit Hyperactive Disorder (ADHD) menurut masyarakat sama dengan anak autis. Padahal anak Hipospadia tidak sama dengan anak Hemafrodit dan anak Attention Defisit Hyperactive Disorder (ADHD) berbeda dengan anak autis.6

Hipospadia merupakan suatu kelainan bawaan pada bayi laki-laki dimana lubang saluran kencing terdapat di penis bagian bawah, bukan di ujung penis.

Hipospadia merupakan kelainan bawaan yang terjadi pada 3 di antara 1000 kelahiran. Bayi yang menderita hipospadia sebaiknya menjalani pembedahan sebelum anak berumur 18 bulan. Jika tidak diobati, mungkin akan terjadi kesulitan dalam buang air kecil (BAK).7

Hipospadia terdapat pada kira-kira 1 diantara 500 bayi baru lahir.8 Sedangkan di Amerika Serikat Hipospadia ditemukan pada kira-kira 1 sampai 3 dari 1000 anak bayi laki-laki baru lahir.9

5Ronald Tanggo, Hipospadia, Kelainan Bawaan Pada Anak (Bandung: Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran).

6Andri Priyatna, Amazing Autizm! (Mamahami, Mengasuh dan Mendidik Anak Autis) (Jakarta: PT Gramedia, 2010), h. 19.

7Deswaty Furqonita dan M. Biomed, Seri IPA Biologi SMP Kelas IX (Jakarta: Quadra, 2006), h. 17.

8A. Samik Wahab, Ilmu Kesehatan Anak Edisi Bahasa Indonesia Vol.3 (Jakarta: Buku Kedokteran EGC, 2000), h. 1186.

9Susi Purwoko, Bayi Pada Tahun Pertama: Apa Yang Anda Hadapi Bulan Per Bulan (Jakarta: Arcan, 1997), h. 165.

 

(17)

Hipospadia tahap kesatu, dimana pembukaan uretra berada di ujung penis tetapi tidak tepat di tempat yang seharusnya, dianggap kelainan yang kecil dan tidak membutuhkan perawatan. Hipospadia tahap kedua, dimana pembukaan berada di sepanjang bagian bawah tangkai penis, dapat diperbaiki dengan pembedahan rekonstruktif. Hipospadia tahap ketiga, dimana pembukaan berada lebih dekat skrotum, biasanya dapat diperbaiki, tetapi diperlukan dua kali pembedahan.10

Sedangkan Attention Defisit Hyperactive Disorder (ADHD) adalah ketidaksesuaian tingkat perkembangan dengan tidak adanya perhatian, impulsif, dan hiperaktivitas. Pada hampir semua kasus dijumpai gangguan fungsi belajar.11

Menurut Nia Nurdiansyah menjelaskan bahwa gangguan hiperaktif atau yang dikenal dengan istilah Attention Defisit Hyperactive Disorder (ADHD) adalah gangguan yang membuat anak sulit untuk memusatkan perhatian secara tepat sesuai dengan tahap perkembangannya. Gejala ini baru dapat di diagnosis mulai usia 1-2 tahun, menetap minimum 6 bulan dan terjadi sebelum usia 7 tahun dan terjadi minimal di dua lingkungan yang berbeda.12

Di Indonesia terdapat salah satu yayasan yang menangani anak Hipospadia dan Attention Defisit Hyperactive Disorder (ADHD). Salah satu lembaga yang peduli terhadap anak cacat ganda dan anak terlantar adalah Yayasan Sayap Ibu (YSI) Bintaro yang telah mendekatkan pada inovasi pendekatan dalam penanganan anak, yaitu melalui pendekatan biopsikososial

10Susi Purwoko, Bayi Pada Tahun Pertama: Apa Yang Anda Hadapi Bulan Per Bulan (Jakarta: Arcan, 1997), h. 165.

11M. William Schwartz, Pedoman Klinis Pediatri (Jakarta: Buku Kedokteran EGC, 2005), h. 53.

12Nia Nurdiansyah, Buku Pintar Ibu & Bayi (Jakarta: Bukune, 2011), h. 276.

 

(18)

spiritual. Lembaga Yayasan Sayap Ibu Bintaro pernah mendapatkan penghargaan. Penghargaan yang pernah diterima oleh Yayasan Sayap Ibu Bintaro tersebut adalah penghargaan resmi yang merupakan Organisasi Sosial terbaik nomor 1 di wilayah Banten, selain itu Yayasan Sayap Ibu Bintaro juga mendapatkan penghargaan sebagai 10 besar Organisasi Sosial (Orsos) Nasional serta penghargaan sebagai Organisasi Sosial/Lembaga Kesejahteraan Sosial Berprestasi Tahun 2012 dari Kementerian Sosial Republik Indonesia.

Di Yayasan Sayap Ibu (YSI) Bintaro terdapat beberapa anak yang menderita Hipospadia. Kurang lebih terdapat sekitar 5 orang anak yang menderita Hipospadia. Dari kelima anak tersebut, 4 orang anak merupakan anak non panti sedangkan 1 orang anak tinggal di panti. Anak-anak penderita Hipospadia di Yayasan Sayap Ibu (YSI) Bintaro adalah Dinar yang berusia 18 tahun, Hasa berusia 8 tahun, Riswan berusia 15 tahun dan Ilham berusia 8 tahun. Ilham adalah anak penerita Hipospadia sejak berumur 2 tahun. Pihak Yayasan sudah melakukan tindakan operasi pembedahan rekonstruktif.

Karena seringnya melakukan operasi membuat pinggul Ilham harus dipasangkan pen sehingga membuat Ilham berjalan tidak normal.13

Kata biopsikososial itu sendiri menggaris bawahi satu hubungan yang dinamis antara efek biologis, psikologis dan sosial. Sedangkan spiritual adalah hubungan manusia dengan sang pencipta, Tuhan Yang Maha Esa. Yang mana masing-masingnya saling mempengaruhi.

Biopsikososial merupakan suatu pendekatan dalam menganalisis biologis, psikologis, sosial dan spiritual seorang penyandang cacat. Pendekatan model

13Wawancara Pribadi dengan Ibu Tuti, Bintaro, 3 Juli 2013.

 

(19)

biopsikososial memandang kesehatan sebagai penghargaan terhadap keseimbangan antara fisik, mental, dan kesejahteraan sosial.14

Kebutuhan psikososial mencakup cara seseorang berfikir dan merasa mengenai dirinya dan orang lain, keamanan dirinya dan orang-orang yang bermakna baginya, hubungannya dengan orang lain dan lingkungan sekitarnya serta pemahaman-pemahaman dan reaksinya terhadap kejadian-kejadian di sekitarnya.15

Mereka cemas mengenai identitas dirinya yang nantinya akan menimbulkan sifat minder pada diri anak, anakpun khawatir akan terjadi penolakan oleh lingkungannya, dan risau tentang masa depannya dan menyebabkan gangguan dalam interaksi sosial. Bisakah mereka menikmati kehidupan sosioseksual yang wajar dan dapatkah mereka mempunyai keturunan. Apabila semua atau sebagian besar dari masalah diatas tidak bisa terpenuhi, dapatkah masyarakat menerima mereka apa adanya, tanpa mempersoalkan identitas kelamin maupun gender.

Dari uraian tersebut serta masih kurangnya pengetahuan masyarakat akan Hipospadia dan Attention Defisit Hyperactive Disorder (ADHD), maka penulis memutuskan menggambil tema biopsikososial spiritual sebagai analisis dalam melakukan penelitian. Penelitian ini penulis tuangkan dalam judul skripsi yaitu: “Analisis Biopsikososial Spiritual Seorang Anak Hipospadia dan Attention Defisit Hyperactive Disorder (ADHD) di Yayasan Sayap Ibu (YSI) Bintaro”

14Albert R. Roberts dan Gilbert J. Greene, Buku Pintar Pekerja Sosial (Jakarta: PT BPK Gunung Mulia, 2009), h. 98.

15Departemen Sosial RI, Standar Rehabilitasi Psikososial Pekerja Migran (Jakarta: 2004), h.2.

 

(20)

B. PEMBATASAN DAN PERUMUSAN MASALAH 1. Pembatasan Masalah

Agar penelitian terarah dan tidak melebar, maka penulis membatasi penelitian pada analisis biopsikososial spiritual seorang anak Hipospadia dan Attention Defisit Hyperactive Disorder (ADHD) di Yayasan Sayap Ibu Bintaro. Hal ini bertujuan untuk menghindari terjadinya perluasan materi yang akan dibahas selanjutnya.

2. Perumusan Masalah

Untuk dapat menggambarkan dengan jelas permasalahan yang diteliti dan dengan berdasarkan latar belakang masalah dalam penulisan judul skripsi, maka dapat dirumuskan perumusan pertanyaan penelitiannya sebagai berikut: Bagaimana Biopsikososial Spiritual anak Hipospadia dan Attention Defisit Hyperactive Disorder (ADHD) di Yayasan Sayap Ibu (YSI) Bintaro ?

C. TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui gambaran biopsikososial spiritual anak Hipospadia dan Attention Defisit Hyperactive Disorder (ADHD) yang berada di Yayasan Sayap Ibu (YSI) Bintaro.

D. MANFAAT PENELITIAN

Adapun manfaat dari penelitian ini antara lain:

1. Manfaat Akademis

 

(21)

a. Bagi Bidang Ilmu Kesejahteraan Sosial, sebagai bahan referensi atau tambahan pustaka tentang anak Hipospadia dan Attention Defisit Hyperactive Disorder (ADHD) yang merupakan bagian dari mata kuliah Pelayanan Anak dan Perempuan.

b. Sebagai sumbangan ilmu pengetahuan baru untuk Jurusan Kesejahteraan Sosial beserta mahasiswa dari berbagai Universitas.

c. Sebagai persyaratan dalam mendapatkan gelar S1.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi lembaga menjadi salah satu dokumen kasus yang baik untuk perbaikan pelayanan.

b. Sebagai bahan masukan dalam menganalisis biopsikososial spiritual anak Hipospadia dan Attention Defisit Hyperacitve Disorder (ADHD) di Yayasan Sayap Ibu Bintaro.

E. METODOLOGI PENELITIAN 1. Jenis Penelitian

Dilihat dari jenis penelitian, maka penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif.

Penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena alamiah maupun fenomena buatan manusia. Fenomena itu bisa berupa bentuk,

 

(22)

aktivitas, karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan, dan perbedaan antara fenomena yang satu dengan fenomena lainnya. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang berusaha mendeskripsikan dan menginterpretasikan sesuatu, misalnya kondisi atau hubungan yang ada, pendapat yang berkembang, proses yang sedang berlangsung, akibat atau efek yang terjadi, atau tentang kecendrungan yang tengah berlangsung..16

Dimana data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-angka. Data tersebut berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, catatan atau memo dan dokumentasi resmi lainnya.17 Laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran penyajian laporan tersebut.18

Dalam penelitian deskriptif ini penulis menganalisa biopsikososial spiritual anak Hipospadia dan Attention Defisit Hyperactive Disorder (ADHD) di Yayasan Sayap Ibu (YSI) Bintaro, yang bertujuan untuk mengetahui keadaan sesuatu mengenai apa dan bagaimana, sejauh mana dan sebagainya.

2. Pendekatan Penelitian

Adapun pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metodologi penelitian kualitatif.

Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik

16Erna Febru Aries S, Design Action Research (Jakarta: PT Aditya Media), h. 25.

17Burhan Bungin, Analisis Data Penelitian Kualitatif (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003), h. 39.

18Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007, h. 11.

 

(23)

pengumpulan data dilakukan secara trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.19

Menurut Kirk dan Miller yang ditulis dalam buku Syamsir Salam, MS dan Jaenal Aripin penelitian kualitatif merupakan tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung dari pengamatan pada manusia baik dalam kawasannya maupun dalam peristilahannya. Sedangkan, menurut Bogdan dan Taylor penelitian kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.20

Dari penjelasan di atas dapat penulis simpulkan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan, untuk dirumuskan menjadi suatu generalisasi yang dapat diterima oleh akal sehat manusia dan mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.

3. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian skripsi ini dilaksanakan pada Yayasan Sayap Ibu (YSI) Bintaro yang beralamatkan di Jl. Raya Graha Bintaro No. 33 B Pondok Kacang Barat – Bintaro, Tangerang. Sedangkan waktu penelitian dimulai sejak bulan Juli 2013 sampai dengan bulan September 2013. Alasan peneliti memilih tempat penelitian tersebut, karena sebelumnya merupakan tempat praktikum peneliti. Kasus Hipospadia sangat menarik untuk diulas karena

19Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: Alfabeta, 2009), h. 1.

20Syamsir Salam, MS dan Jaenal Aripin, Metodologi Penelitian Sosial (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta dengan UIN Jakarta Press, 2006).

 

(24)

selain masih banyaknya masyarakat yang kurang mengetahui akan Hipospadia dan ADHD. Penulis ingin mengetahui bagaimanakah kondisi biopsikososial spiritual dari anak Hipospadia dan ADHD apakah mereka merasa sangat minder sehingga akan menyebabkan rasa kurang percaya diri untuk bersosialisasi terhadap lingkungannya.

4. Pemilihan Subjek, Informan, dan Objek Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah biopsikososial spiritual seorang anak Hipospadia dan Attention Difisit Hyperactive Disorder (ADHD) tersebut selama berada di Yayasan Sayap Ibu (YSI) Bintaro. Objek penelitian dalam skripsi ini adalah seorang anak karena hanya terdapat satu anak penderita Hipospadia dan Attention Defisit Hyperactive Disorder (ADHD) yang tinggal di Yayasan Sayap Ibu (YSI) Bintaro. Untuk informan dalam penelitian ini adalah staf pegawai, pengasuh yang bekerja dan teman- teman di Yayasan Sayap Ibu (YSI) Bintaro.

5. Teknik Pemilihan Subjek dan Informan Penelitian

Pemilihan informan bertujuan untuk mempermudah peneliti sehingga tidak perlu menjadikan keseluruhan populasi sebagai informan. Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian. Jadi, orang tersebut harus mempunyai banyak pengalaman tentang latar penelitian.21

21Moleong, Metodologi Penelitian, h. 90.

 

(25)

Dalam penelitian kualitatif, teknik sampling yang sering digunakan adalah purposive sampling. Purposive Sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu ini, misalnya orang tersebut yang dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan, atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi obyek/situasi sosial yang diteliti.22

Oleh karena itu, menurut Lincoln dan Guba dalam buku Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D yang ditulis oleh Sugiyono, dalam penelitian naturalistik spesifikasi sampel tidak dapat ditentukan sebelumnya. Ciri-ciri khusus sampel purposive, yaitu 1) Emergent sampling design/sementara 2) Serial selection of sample units/menggelinding seperti bola salju (snowball) 3) Continuous adjustment or ‘focusing’ of the sample/disesuaikan dengan

kebutuhan 4) Selection to the point of redundancy/dipilih sampai jenuh.23 Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi, tetapi oleh Spradley dinamakan ”social situation” atau situasi sosial yang terdiri atas tiga elemen, yaitu: tempat (place), pelaku (actors), dan aktivitas (activity) yang berinteraksi secara sinergis. Pada situasi sosial atau obyek penelitian ini peneliti dapat mengamati secara mendalam aktivitas (activity) orang-orang (actors) yang ada pada tempat (place) tertentu.

Berikut ini tabel subjek dan infroman yang terpilih dalam pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian.

22Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2011), h. 218-219.

23Ibid, h. 219.

 

(26)

Tabel 1. Subjek dan Informan

NO NAMA JABATAN ALASAN MEMILIH

1

Ibu Tuti Hendrawati (INFORMAN)

Kepala Bidang Personalia dan

Kesehatan

Mengetahui mengenai kesehatan dan perkembangan anak Hipospadia dan Attention

Defisit Hyperactive Disorder (ADHD)

2 Ibu Ayu

(INFORMAN) Bidang Administrasi

Mengetahui data anak Hipospadia dan Attention

Defisit Hyperactive Disorder (ADHD) dan sekilas tentang yayasan

3 Ibu Rini

(INFORMAN) Ibu Panti

Mengetahui keseluruhan mengenai tingkah laku anak

Hipospadia dan Attention Defisit Hyperactive Disorder (ADHD) selama

berada di YSI

4 Mbak Dumi

(INFORMAN) Pengasuh Mengetahui keadaan

emosional anak

5 Ucup

(INFORMAN) Teman Dekat

Melakukan observasi saat surya bermain dengan ucup

di yayasan

6 Nurul

(INFORMAN) Teman Dekat

Melakukan observasi saat surya bermain dengan nurul

di yayasan

7 Surya

(SUBJEK)

Penderita Hipospadia dan Attention Defisit

Hyperactive Disorder (ADHD)

Untuk mendapatkan dan mengetahui perasaan serta perilaku dari anak mengenai

kelainan yang terdapat pada dirinya

Sumber: Data Primer

6. Instrumen dan Alat Bantu

Dalam penelitian kualitatif yang menjadi instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri (penulis). Oleh karena itu peneliti sebagai instrumen juga harus “di validasi” seberapa jauh peneliti kualitatif siap melakukan penelitian yang selanjutnya terjun ke lapangan. Tentunya peneliti harus

 

(27)

memiliki kesiapan, paham mengenai metode penelitian kualitatif, penguasaan wawasan terhadap bidang yang diteliti.24

Instrumen yang diperlukan untuk menganalisis biopsikososial spiritual seorang anak Hipospadia dan Attention Defisit Hyperactive Disorder (ADHD) bentuk instrumennya adalah pertanyaan. Untuk itu dapat digunakan sebagai pedoman wawancara dan observasi. Sedangkan dalam pengumpulan data, penulis memerlukan beberapa alat bantuan berupa alat tulis, buku catatan, tape recorder dan kamera.

7. Teknik Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data penulis menggunakan metode wawancara, observasi dan dokumentasi, yaitu:

a. Wawancara

Wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang lain.

Pelaksanaannya dapat dilakukan secara langsung berhadapan dengan yang di wawancarai, tetapi dapat juga secara tidak langsung seperti memberikan daftar pertanyaan untuk dijawab pada kesempatan lain. Instrumen dapat berupa pedoman wawancara maupun checklist.25

Menurut Esterberg dalam buku Metode Penelitian Kualitatif dan R&D wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.26

24Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2011), h. 222.

25Husein Umar, Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis Edisi Kedua (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2011), h. 24.

26Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2011), h. 231.

 

(28)

Wawancara merupakan salah satu bentuk pengamatan atau pengumpulan data secara tidak langsung. Pengumpulan data dengan wawancara adalah usaha untuk mengumpulkan informasi dengan mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan untuk dijawab secara lisan pula. Perbedaan teknik wawancara dengan pengamatan langsung adalah bahwa pada teknik wawancara harus selalu diusahakan terjadinya komunikasi dan interaksi dua arah antara peneliti dan objek riset.27

Dalam wawancara penulis melakukan tanya jawab terhadap anak penderita Hipospadia dan Attention Defisit Hyperactive Disorder (ADHD), pengasuh, staf pegawai yang bekerja di Yayasan Sayap Ibu (YSI) Bintaro secara langsung.

b. Observasi

Dalam buku Sugiyono, Nasution menyatakan bahwa, observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Sedangkan menurut Marshall melalui observasi, peneliti belajar tentang perilaku, dan makna dari perilaku tersebut.28 Teknik ini menuntut adanya pengamatan dari si peneliti baik secara langsung ataupun tidak langsung terhadap objek penelitiannya. Instrumen yang dipakai dapat berupa lembar pengamatan, panduan pengamatan dan lainnya.29

Dalam hal observasi penulis melakukan pengamatan dan pencatatan data dalam proses menganalisis biopsikososial spiritual seorang anak Hipospadia

27HM. Sonny Sumarsono, Metode Riset Sumber Daya Manusia (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2004), h. 71.

28Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: Alfabeta, 2009), h. 64.

29Husein Umar, Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis Edisi Kedua (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011), h. 25.

 

(29)

dan Attention Defisit Hyperactive Disorder (ADHD) selama melakukan Praktikum I pada semester 6 dan selama penelitian skripsi berlangsung.

c. Dokumentasi

Dalam buku Moleong yang berjudul Metodologi Penelitian, Guba dan Lincoln mendefinisikan dokumen adalah setiap bahan tertulis ataupun film yang tidak dipersiapkan karena adanya permintaan seseorang penyidik.

Dokumen sudah lama digunakan dalam penelitian sebagai sumber data karena dalam banyak hal dokumen sebagai sumber data dapat dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan, bahkan untuk meramalkan.30

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.31

Dalam hal dokumentasi penulis mengumpulkan berupa subcopy data asli tentang anak Hipospadia dan Attention Defisit Hyperactive Disorder (ADHD) dari data tulisan dan data gambar.

8. Sumber dan Data

Menurut Lofland dalam buku Metodologi Penelitian, sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Kata-kata dan tindakan orang-orang yang diamati atau diwawancarai merupakan sumber data utama. Sumber data utama dicatat melalui catatan tertulis atau melalui perekaman video/audio tapes, pengambilan foto atau film. Pencatatan sumber data utama melalui

30Moleong, Metodologi Penelitian, h. 161.

31Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: Alfabeta, 2009), h. 82.

 

(30)

wawancara atau pengamatan berperan serta merupakan hasil usaha gabungan dari kegiatan melihat, mendengar, dan bertanya.32

Walaupun dikatakan bahwa sumber di luar kata dan tindakan merupakan sumber kedua, jelas hal itu tidak dapat diabaikan. Dilihat dari segi sumber data, bahan tambahan yang berasal dari sumber tertulis dapat dibagi atas sumber buku dan majalah ilmiah, sumber dari arsip dan dokumen pribadi dan dokumen resmi.33

Sumber yang digunakan penulis adalah sebagai berikut:

a. Sumber primer adalah seorang anak yang menderita Hipospadia dan Attention Defisit Hyperactive Disorder (ADHD), staf pegawai serta pengasuh yang bekerja dan menangani anak Hipospadia dan Attention Defisit Hyperactive Disorder (ADHD).

b. Sumber sekunder adalah dari data-data yang dikumpulkan melalui sumber- sumber informan tak langsung, seperti perpustakaan, media massa seperti news letter dan majalah serta media elektronik, seperti internet.

Adapun data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Mengetahui biopsikososial spiritual anak Hipospadia dan Attention Defisit Hyperactive Disorder (ADHD) di Yayasan Sayap Ibu ketika dia masuk di yayasan hingga saat ini.

b. Mengetahui data kesehatan anak Hipospadia dan Attention Defisit Hyperactive Disorder (ADHD) di Yayasan Sayap Ibu mulai dari saat dia masuk ke yayasan hingga saat ini.

32Moleong, Metodologi Penelitian, h. 122.

33Ibid, h. 113.

 

(31)

c. Mengetahui pola tingkah laku anak penderita Hipospadia dan Attention Defisit Hyperactive Disorder (ADHD) selama di Yayasan Sayap Ibu.

d. Mengetahui bagaimanakah perasaan anak penderita Hipospadia dan Attention Defisit Hyperactive Disorder (ADHD) saat dirinya mengetahui bahwa terdapat kelainan pada alat kelaminnya.

9. Teknik Analisis Data

Dalam buku Sugiyono, menurut Bogdan analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat di informasikan kepada orang lain. Analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data, menjabarkannya ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan yang dapat diceritakan kepada orang lain.34

Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama dilapangan, dan setelah selesai di lapangan.

Dalam hal ini Nasution pada buku Memahami Penelitian Kualitatif menyatakan “Analisis telah mulai sejak merumuskan dan menjelaskan masalah, sebelum terjun ke lapangan, dan berlangsung terus sampai penulisan hasil penelitian. Analisis data menjadi pegangan bagi penelitian selanjutnya sampai jika mungkin, teori yang grounded”. Namun dalam penelitian

34Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: Alfabeta, 2009), h. 88.

 

(32)

kualitatif, analisis data lebih difokuskan selama proses di lapangan bersamaan dengan pengumpulan data.35

a. Analisis sebelum di lapangan

Penelitian kualitatif telah melakukan analisis data sebelum peneliti memasuki lapangan. Analisis dilakukan terhadap data hasil studi pendahuluan, atau data sekunder, yang akan digunakan untuk menentukan fokus penelitian. Namun demikian fokus penelitian ini masih bersifat sementara, dan akan berkembang setelah peneliti masuk dan selama di lapangan.

b. Analisis selama di lapangan

Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Pada saat wawancara, peneliti sudah melakukan analisis terhadap jawaban yang diwawancarai. Bila jawaban yang diwawancarai setelah dianalisis terasa belum memuaskan, maka peneliti akan melanjutkan pertanyaan lagi, sampai tahap tertentu, diperoleh data yang dianggap kredibel. Dalam buku Sugiyono, Miles and Huberman juga mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data, yaitu:

1) Data Reduction (Reduksi Data)

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya.

35Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: Alfabeta, 2009), h. 89-99.

 

(33)

Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.

2) Data Display (Penyajian Data)

Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Dalam hal ini Miles and Huberman menyatakan yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.

3) Conclusion Drawing/Verification

Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles and Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat dan mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.

10. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Triangulasi adalah teknik pemeriksaan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai

 

(34)

pembanding terhadap data itu. Teknik triangulasi yang paling banyak digunakan ialah pemeriksaan melalui sumber lainnya.36

Dalam teknik pengumpulan data, triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Bila peneliti melakukan pengumpulan data dengan triangulasi, maka sebenarnya peneliti mengumpulkan data yang sekaligus menguji kredibilitas data, yaitu mengecek kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai sumber data.37

Triangulasi dalam pengujian kredibilitas diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu. Dengan demikian terdapat triangulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan data, dan triangulasi waktu.38

Dalam pengujian keabsahan data, maka triangulasi yang digunakan oleh peneliti adalah:

a. Triangulasi Sumber

Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Data yang telah dianalisis oleh peneliti akan menghasilkan suatu kesimpulan dan selanjutnya dimintai kesepakatan (member check) dari sumber-sumber data tersebut.

36Moleong, Metodologi Penelitian, h. 178.

37Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: Alfabeta, 2009), h. 83.

38Ibid, h. 125-128.

 

(35)

b. Triangulasi Teknik

Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.

Misalnya data diperoleh dengan wawancara, lalu dicek dengan observasi, dokumentasi, atau kuesioner. Bila dengan tiga teknik pengujian kredibilitas data tersebut, menghasilkan data yang berbeda-beda, maka peneliti melakukan diskusi lebih lanjut kepada sumber data yang bersangkutan atau yang lain, untuk memastikan data mana yang dianggap benar. Atau mungkin semuanya benar, karena sudut pandangnya berbeda- beda.

11. Teknik Penulisan

Teknik penulisan dalam penelitian ini berpedoman pada buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis dan Disertasi) yang diterbitkan oleh Centre for Quality Development and Assurance (CeQDA) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.39

F. TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan pustaka merupakan tinjauan atas kepustakaan (literatur) yang berkaitan dengan topik pembahasan peneliti yang dilakukan pada penulisan skripsi ini. Tinjauan pustaka digunakan sebagai acuan untuk membantu dan mengetahui dengan jelas penelitian yang akan dilakukan untuk penulisan skripsi ini, terkait dengan memilih metode penelitian,

39Hamid Nasuhi, dkk., Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Skripsi, Tesis dan Disertasi (Jakarta: Center For Quality Development And Assurance, 2007) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

 

(36)

melaksanakan penelitian, dan menyusun argumentasi dalam pembahasan.40 Adapun tinjauan pustaka dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan literatur berupa skripsi, yaitu:

1. Nama : Susilawati

NIM : 107054102495

Jurusan : Kesejahteraan Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Judul Skripsi : Analisis Biopsikososial Spiritual pada anak di Panti Sosial Asuhan Anak Balita Tunas Bangsa Cipayung Jakarta Timur

Skripsi ini ada kaitannya dengan penelitian analisis biopsikososial yang dilakukan oleh Susilawati.

2. Nama : Alwi Dhuha

NIM : 106054102066

Jurusan : Kesejahteraan Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Judul Skripsi : Psikososial Anak Terlantar di Yayasan Sayap Ibu Jakarta

Skripsi ini ada kaitannya dengan penelitian analisis psikososial yang dilakukan oleh Alwi Dhuha serta lokasi Yayasan yang diteliti oleh Alwi Dhuha. Namun terdapat perbedaan dengan lokasi Yayasan yang penulis teliti yaitu Yayasan Sayap Ibu (YSI) Bintaro.

40Hamid Nasuhi, dkk., Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Skripsi, Tesis dan Disertasi (Jakarta: Center For Quality Development And Assurance, 2007) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, h. 20.

 

(37)

G. SISTEMATIKA PENULISAN

Adapun sistematika penulisan skripsi ini penulis membagi dalam lima bab, yaitu:

BAB I Pendahuluan meliputi: latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika penulisan

BAB II Landasan Teori, merupakan bab yang melandasi pemikiran dalam menganalisa dari data-data yang telah dikumpulkan.

Kerangka pemikiran yang digunakan adalah teori-teori yang berkaitan dengan biopsikososial spiritual, anak, Hipospadia, Attention Defisit Hyperactive Disorder (ADHD).

BAB III Gambaran Lembaga, seperti: sejarah berdirinya, visi dan misi, pelayanan kesehatan, sarana dan prasarana, mekanisme penerimaan anak-anak panti dan non panti, pelayanan yang diberikan untuk anak panti dan non panti, legalitas lembaga, kepengurusan, kemitraan dan jaringan kerja, publikasi, sumber dana, penghargaan, kontak dan bank.

BAB IV Temuan dan Analisi Data hasil penelitian yaitu merupakan analisis biopsikososial spiritual anak Hipospadia dan Attention Defisit Hyperactive Disorder (ADHD) di YSI Bintaro

BAB V Penutup, yang di dalamnya berisi kesimpulan serta saran-saran yang dianggap perlu dalam perbaikan dan kemajuan lembaga tersebut.

 

(38)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Biopsikososial Spiritual

Pekerja sosial profesional menggunakan pendekatan-pendekatan sistematis berdasarkan sejumlah pengetahuan dan penelitian. Pendekatan biopsikososial spiritual pekerjaan sosial menawarkan suatu perspektif yang luas dalam perilaku manusia. Pendekatan ini digunakan untuk mengakses berbagai situasi dalam konteks komunitas, keluarga dan lingkungan sosial yang lebih luas. Situasi dipahami sebagai gabungan antara faktor-faktor fisik, psikologis, sosial dan spiritual. Dengan kata lain kebutuhan manusia dan sumber-sumber untuk memenuhi kebutuhan tersebut dipandang sebagai kesatuan yang saling terkait.41

Menurut Dadang Hawari penderita cacat, narkoba/NAZA dan gangguan jiwa skizofrenia dapat menggunakan pendekatan yang holistik sebagai pendekatan untuk asesmen bio-psiko-sosial-spiritual–BPSS.42

Manusia adalah makhluk biopsikososial yang unik dan menerapkan sistem terbuka serta saling berinteraksi. Definisi dari biopsikososial adalah berkaitan dengan interelasi antara gejala-gejala biologis dengan gejala-gejala sosial. Keduanya bersifat sosial dan biologis secara alami.43 Manusia selalu berusaha untuk mempertahankan keseimbangan hidupnya. Keseimbangan yang dipertahankan oleh setiap individu untuk menyesuaikan diri dengan

41Albert R. Roberts dan Gilbert J. Greene, Buku Pintar Pekerja Sosial (Jakarta: PT BPK Gunung Mulia, 2009), h. 13-14.

42Dadang Hawari, Skizofrenia: Pendekatan Holistik (BPSS) Bio-Psiko-Sosial-Spiritual (Depok: Badan Penerbit FHUI, 2012).

43J.P Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi (Jakarta: Rajawali Pers, 1981), h. 60.

 

(39)

lingkungannya, keadaan tersebut disebut sehat. Sedangkan orang dikatakan sakit apabila gagal dalam mempertahankan keseimbangan dirinya dan lingkungan.

Spiritualitas adalah hubungan antara manusia dengan sang pencipta yaitu Tuhan Yang Maha Esa tergantung dengan kepercayaan yang dianut oleh masing-masing individu. Definisi spiritual setiap individu dipengaruhi oleh budaya, perkembangan, pengalaman hidup, kepercayaan dan ide-ide tentang kehidupan. Spiritualitas juga memberikan suatu perasaan yang berhubungan dengan intrapersonal (hubungan antara diri sendiri), interpersonal (hubungan antara orang lain dengan lingkungan) dan transpersonal (hubungan yang tidak dapat dilihat yaitu suatu hubungan dengan ketuhanan yang merupakan kekuatan tertinggi). Adapun unsur-unsur spiritualitas meliputi kesehatan spiritual, kebutuhan spiritual, dan kesadaran spiritual. Dimensi spiritual merupakan suatu penggabungan yang menjadi satu kesatuan antara unsur psikologikal, fisiologikal, atau fisik, sosiologikal dan spiritual.44

B. Asesmen Bio

1. Pertumbuhan Fisik

Secara tidak langsung pertumbuhan dan perkembangan fisik seorang anak akan mempengaruhi keterampilan anak dalam bergerak.

a. Tinggi tubuh

Anak-anak seusia sebaya dapat memperlihatkan tinggi tubuh yang sangat berbeda, tetapi pola pertumbuhan tinggi mereka tetap mengikuti aturan

44Susilawati, “Analisis Biopsikososial Spiritual Pada Anak di Panti Sosial Asuhan Anak Balita Tunas Bangsa Cipayung Jakarta Timur,” (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2011), h. 92-93.

 

(40)

yang sama. Misalnya bayi yang baru dilahirkan akan berukuran 42 sampai 52 cm dalam 2 tahun kemudian pertumbuhan tinggi badan anak akan terjadi dengan cepat. Pada usia 8 bulan berukuran 65 sampai 70 cm dan pada usia 1 tahun sudah berukuran 70 sampai 75 cm. Pada saat anak berusia 2 tahun tinggi tubuhnya sudah mencapai 80 sampai 85 cm dan usia 5 tahun tinggi badannya sudah 2 kali ketika lahir.45

b. Berat tubuh

Rata-rata berat bayi ketika dilahirkan adalah 3 sampai 4 kg, tetapi ada juga yang beratnya 1,5 sampai 2 kg dan bahkan pada beberapa bayi yang beratnya ketika dilahirkan 8 kg. Pada waktu berusia 2 dan 3 tahun berat tubuh anak akan bertambah 1,5 sampai 2,5 kg setiap tahunnya. Setelah anak berusia 3 tahun, nampaknya berat tubuh tidak lagi bertambah dengan cepat, bahkan cenderung perlahan sampai saatnya nanti ia memasuki usia remaja. Pada usia 5 tahun, seorang anak yang normal akan memiliki tubuh lima kali beratnya ketika dilahirkan, nanti pada usia remaja ia akan memiliki berat tubuh yang berkisar 49 dan 45 kg. Rata- rata anak yang berusia 15 tahun mempunyai berat tubuh 46 kg, sedangkan anak laki-laki usia 12 tahun rata-rata mempunyai berat tubuh 38 kg dan nanti pada usia 16 tahun ketika pertumbuhan tahap remajanya sudah hampir matang tubuhnya mencapai 48 kg.

c. Kondisi yang mempengaruhi ukuran tubuh 1) Pengaruh keluarga

Yang dimaksud disini adalah faktor keturunan

45Elizabeth B. Hurlock, Perkembangan Anak (Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama). h. 117- 118.

 

(41)

2) Gizi

Anak-anak yang memperoleh gizi cukup biasanya akan lebih tinggi tubuhnya dan sedikit lebih cepat.

3) Gangguan emosional

Anak yang terlalu sering mengalami gangguan emosional akan menyebabkan terbentuknya strode adrenal yang berlebihan, dan ini akan menyebabkan berkurangnya pembentukan hormon pertumbuhan di kelenjar pituitary.

4) Jenis kelamin

Anak laki-laki biasanya tumbuh lebih tinggi dan lebih berat daripada anak wanita, kecuali pada usia 12 dan 15 tahun (anak perempuan biasanya akan sedikit lebih tinggi dan berat daripada anak laki-laki). Terjadinya perbedaan berat dan tinggi tubuh ini karena bangun tulang dan otot pada anak laki-laki memang berbeda dari anak perempuan.

5) Suku bangsa

Perbedaan berat badan dan tinggi tubuh, mungkin saja berkaitan dengan latar belakang suku bangsa.

6) Kecerdasan

Hampir selalu sama, anak yang kecerdasannya tinggi biasanya lebih gemuk dan berat daripada anak yang kecerdasannya rendah.

7) Status sosial ekonomi

Anak-anak yang berasal dari keluarga ekonomi rendah, cenderung akan lebih sedikit kecil daripada anak lainnya.

 

(42)

8) Kesehatan

Anak-anak yang sehat dan jarang sakit, biasanya akan memiliki tubuh yang lebih berat dari pada anak yang sakit.46

C. Asesmen Psikososial 1. Psikologi

Psikologi adalah ilmu tentang perilaku manusia. Oleh karena itu, psikologi adalah ilmu yang paling dekat dengan diri kita semua. Tidak mengherankan kalau banyak orang yang merasa tahu tentang psikologi.

Pasalnya, seakan-akan perilaku itu mudah saja dijelaskan dengan menggunakan pengetahuan umum atau akal sehat saja.47

2. Psikologi Sosial

Psikologi sosial adalah psikologi dalam konteks sosial. Psikologi, seperti yang telah kita ketahui, adalah ilmu tentang perilaku, sedangkan sosial di sini berarti interaksi antaindividu atau antarkelompok dalam masyarakat.

Jadi, psikologi sosial adalah psikologi yang dapat diterapkan dalam konteks keluarga, sekolah, teman, kantor, politik, negara, lingkungan, organisasi dan sebagainya.48

Kata psikososial itu sendiri menggarisbawahi suatu hubungan yang dinamis antara efek psikologis dan sosial, yang mana masing-masingnya saling mempengaruhi. Kebutuhan psikososial mencakup cara seseorang berfikir dan merasa mengenal dirinya dengan orang lain, keamanan dirinya

46Elizabeth B. Hurlock, Perkembangan Anak (Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama). h. 117- 118.

47Sarlito W. Sarwono dan Eko A. Meinarno, Psikologi Sosial (Jakarta: Salemba Humanika, 2009), h. 3.

48Ibid, h. 11.

 

(43)

dan orang-orang yang bermakna baginya, hubungan dengan orang lain dan lingkungan sekitarnya serta pemahaman dan reaksinya terhadap kejadian- kejadian disekitarnya.49

3. Fase-fase Perkembangan Psikososial50

Menurut Erik H. Erickson, fase-fase perkembangan psikososial dibagi dalam beberapa tahapan tertentu, yaitu sebagai berikut :

a. Kepercayaan Dasar versus Kecurigaan Dasar (Trust vs mistrust)

Masa bayi berlangsung antara 0–1 tahun. Pada tahap ini anak mulai belajar percaya pada orang yang ada di sekitarnya. Namun sebaliknya, pada tahap ini pula anak dapat merasa tidak percaya pada orang lain, menarik diri dari lingkungan masyarakat, dan melakukan pengasingan diri. Pemenuhan kebutuhan pada tahap ini cenderung bersifat fisik, seperti pemenuhan kepuasan untuk makan dan mengisap, rasa hangat dan nyaman, cinta dan rasa aman. Semua pemenuhan ini akan menimbulkan sebuah kepercayaan pada diri anak terhadap orang lain. Sebaliknya jika kepuasan ini tidak terpenuhi maka akan mengakibatkan perasaan curiga, rasa takut, dan tidak percaya pada orang lain. Hal ini ditandai dengan perilaku makan, tidur dan eliminasi yang buruk.

b. Otonomi versus Perasaan Malu dan Keragu–raguan (autonomy vs shame & doubt)

Masa kanak-kanak permulaan yaitu berlangsung pada usia 2–3 tahun yang menentukan tumbuhnya kemauan baik dan kemauan keras, anak

49Departemen sosial, Standar Rehabilitasi Psikososial Pekerja Migran (Jakarta: 2004), h. 2.

50Elizabeth B. Hurlock, Perkembangan Anak (Jakarta:1997), h. 25.

 

(44)

mempelajari apakah yang diharapkan dari dirinya, apakah kewajiban dan hak–haknya yang disertai pembatasan–pembatasan yang dikenakan pada dirinya. Inilah tahap saat berkembangnya kebebasan pengungkapan diri dan sifat penuh kasih sayang, rasa mampu mengendalikan diri yang pada akhirnya akan menimbulkan rasa percaya diri pada anak. Konsekuensi apabila kepuasan pada tahap ini tidak terpenuhi adalah anak akan menjadi individu yang pemalu.

c. Inisiatif versus Kesalahan (initiative vs guilt)

Masa bermain, berlangsung pada usia 4 tahun sampai usia sekolah.

Pada tahap ini anak mulai belajar pada tingkat ketegasan tertentu.

Anak mulai mengevaluasi kebiasaan-kebiasaan yang dilakukannya.

Namun sebaliknya, pada tahap ini pula anak bisa merasa kurang percaya diri, pesimis, takut salah. Perasaan takut salah ini muncul pada saat anak melakukan aktivitas yang berlawanan dengan orang yang lebih tua darinya. Selain itu, anak juga perlu belajar untuk melakukan aktivitas yang tidak merusak hak-hak orang lain.

d. Kerajinan versus Inferioritas (industry vs inferiority)

Masa usia sekolah, berlangsung antara usia 6–11 tahun. Pada masa ini berkembang kemampuan berfikir deduktif, disiplin diri, dan kemampuan berhubungan dengan teman sebaya serta rasa ingin tahu akan meningkat. Pada tahap ini anak mulai membangun rasa bersaing dan ketekunan pada dirinya. Sebaliknya, anak mungkin akan kehilangan harapan, merasa cukup, menarik diri dari sekolah dan teman sebaya. Anak mulai mendapatkan pengenalan melalui

 

(45)

demonstrasi ketrampilan dan produksi benda-benda serta mengembangkan harga dirinya melalui suatu pencapaian apa yang diinginkannya. Tahap ini mendorong anak untuk memiliki perasaan inferior, yaitu perasaan yang timbul akibat adanya orang dewasa yang memandang usaha anak untuk belajar bagaimana sesuatu bekerja melalui manipulasi dianggap merupakan sesuatu yang bodoh atau merupakan masalah.

e. Identitas versus Kekacauan Identitas (identity vs role confusion)

Masa adolesen, berlangsung pada usia 12/13–20 tahun. Selama masa ini individu mulai merasakan suatu perasaan tentang identitasnya sendiri, perasaan bahwa ia adalah manusia unik, namun siap untuk memasuki suatu peranan yang berarti ditengah masyarakat, entah peranan ini bersifat menyesuaikan diri atau sifat memperbaharui.

Selain itu individu mulai menyadari sifat–sifat yang melekat pada dirinya sendiri, seperti aneka kesukaan dan ketidaksukaannya, tujuan–

tujuan yang dikejarnya di masa depan, kekuatan dan hasrat untuk mengontrol nasibnya sendiri. Terjadinya kegagalan untuk mengembangkan rasa identitas akan menyebabkan kebingungan peran, yang sering muncul dari perasaan tidak adekuat, isolasi dan keragu- raguan.

f. Keintiman versus Isolasi (intimacy vs isolation)

Masa dewasa muda, berlangsung antara usia 20–24 tahun. Pada masa ini, mereka mengorientasikan dirinya terhadap pekerjaan dan teman hidupnya. Menurut Erickson, masa ini menumbuhkan kemampuan dan

 

(46)

kesediaan meleburkan diri dengan orang lain, tanpa merasa takut kehilangan sesuatu yang ada pada dirinya yang disebut intimasi.

Ketidakmampuan untuk masuk ke dalam hubungan yang menyenangkan serta akrab dapat menimbulkan hubungan sosial yang hampa dan terisolasi atau tertutup (menutup diri).

g. Generativitas versus Stagnasi

Masa dewasa tengah, berlangsung pada usia 25–45 tahun.

Generativitas yang ditandai jika individu mulai menunjukkan perhatiannya terhadap apa yang dihasilkan, ia mulai kreatif, produktif, dan peduli terhadap lingkungan sekitar. Sedangkan gejala negatif yang dapat timbul adalah ia mulai merasa kurang nyaman terhadap dirinya.

Untuk mengatasi hal tersebut, ia cenderung sangat perhatian dengan dirinya baik dari segi penampilan maupun cara bertindaknya dihadapan orang lain. Orang dewasa ini sangat membutuhkan bimbingan orang lain demi tercapainya cita-cita di masa depan. Ia akan melakukan perenungan diri yang mengarah pada stagnasi kehidupan.

h. Integritas versus Keputus-asaan

Masa usia tua, berlangsung diatas usia 65 tahun. Tahap ini merupakan tahap terakhir dimana individu telah menjalani kehidupannya dan menerima kehidupannya itu sebagai suatu yang berharga dan unik.

Masa ini disebut juga masa lansia. Pada masa ini manusia telah dapat melihat ke belakang dengan rasa puas dan siap menerima sebuah kematian. Resolusi (pencapaian) yang tidak berhasil bisa menghasilkan

 

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan metode yang digunakan dalam penelitian stimulasi brain gym pada anak ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) yaitu kualitatif (studi kasus) dimana

Stimulasi Senam Otak ( Brain Gym ) Pada Anak Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) (Studi Kasus Pada Anak ADHD), Agustina Sihombing, Friska Sari Gracia

PENERAPAN TOKEN ECONOMY UNTUK MENINGKATKAN ATENSI DALAM MENGERJAKAN TUGAS PADA ANAK ADHD ( ATTENTION DEFICIT.. HYPERACTIVITY

Sistem Pakar Mendiagnosa Gangguan ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) Pada Anak Dengan Metode Certainty Factor dalam menentukan gangguan ADHD pada Anak

Variabel terikat (Y) dalam penelitian ini yakni konsentrasi anak Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) definisi konsentrasi anak Attention Deficit

Attention-deficit/hyperactivity disorder (ADHD) merupakan kelainan neurobehavioral yang paling sering terjadi pada anak-anak, yang juga merupakan suatu keadaan kronis

Latar Belakang: Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) merupakan salah satu gangguan perkembangan pada anak yang memiliki kelemahan dalam memusatkan

Makalah ini membahas pentingnya mengidentifikasi dan menilai anak-anak dengan ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) untuk memberikan layanan pendidikan dan pembelajaran yang