• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN SIBLING RIVALRY PADA ANAK USIA PRASEKOLAH (3-6 TAHUN) Titiek Idayanti¹, Surya Mustikasari²

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN SIBLING RIVALRY PADA ANAK USIA PRASEKOLAH (3-6 TAHUN) Titiek Idayanti¹, Surya Mustikasari²"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN SIBLING RIVALRY PADA ANAK USIA PRASEKOLAH (3-6 TAHUN)

Titiek Idayanti¹, Surya Mustikasari²

Program Studi Kebidanan, STIKES Dian Husada Mojokerto Email : ti2k.nurul@gmail.com

ABSTRAK

Sibling rivalry adalah perasaan cemburu dan kebencian yang biasanya dialami oleh seorang anak terhadap kelahiran / kehadiran saudara kandungnya.

Orang tua memiliki peran penting dalam mengendalikan suasana saat terjadinya sibling rivalry. Terjadinya sibling rivalry bukan hanya kesalahan anak melainkan juga kesalahan orang yang tinggal disekitar anak, khususnya orang tua. Banyak orang tua yang tanpa sadar telah menempatkan salah satu anak sebagai yang dikalahkan untuk melerai saat terjadinya sibling rivalry.

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah orang tua anak prasekolah di RA Tarbiyatus Shibyan Desa Gayaman yang memiliki 2 orang anak dengan usia anak prasekolah 3-6 tahun dan memiliki jarak kelahiran 1-3 tahun dengan saudara kandungnya pada bulan Juni 2014. Dengan tehnik total sampling, didapatkan sampel sebanyak 17 responden. Variabel dalam penelitian ini adalah pola asuh orang tua dengan sibling rivalry. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner. Untuk analisa data digunakan uji Spearman rho dengan tingkat kemaknaan α ≤ 0,05.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar anak prasekolah di RA Tarbiyatus Shibyan Desa Gayaman mengalami sibling rivalry rendah 41,2%, sibling rivalry sedang 35,3%, dan sibling rivalry tinggi 23,5%. Mayoritas orang tua menerapkan pola asuh demokratis. Ada hubungan antara pola asuh orang tua dengan sibling rivalry pada anak usia prasekolah di RA Tarbiyatus Shibyan Desa Gayaman dengan nilai signifikansi sebesar 0.002.

Pola asuh yang diterapkan orang tua sangat erat hubungannya dengan kepribadian anak. Orang tua yang salah menerapkan pola asuh akan membawa akibat buruk bagi perkembangan anak, untuk itu hendaknya orang tua memilih pola asuh yang tepat bagi anaknya. Semakin demokratis pola asuh yang diterapkan oleh orang tua, maka semakin rendah sibling rivalry pada anak.

Kata kunci : Pola asuh, sibling rivalry, usia prasekolah

(2)

PENDAHULUAN

Persaingan antar saudara kandung (sibling rivalry) adalah perasaan cemburu dan benci yang biasanya dialami oleh seorang anak terhadap kelahiran/kehadiran saudara kandungnya. Sibling rivalry biasanya muncul ketika selisih usia saudara kandung terlalu dekat, jarak usia yang lazim memicu munculnya sibling rivalry adalah jarak usia antara 1-3 tahun. Di RA Tarbiyatus Shibyan Desa Gayaman anak usia prasekolah yang memiliki adik mengalami kecenderungan sering bertengkar dengan saudaranya karena berbagai sebab seperti memperebutkan mainan, makanan, dan berebut perhatian ibu, tak jarang pertengkaran itu mengakibatkan anak prasekolah menangis, marah meledak- ledak dan memukul saudaranya. Akan tetapi kecenderungan orang tua di RA Tarbiyatus Shibyan Desa Gayaman memilih untuk membujuk anak yang lebih tua agar mau mengalah dan berjanji akan membelikan atau mengganti sesuatu yang diperebutkan dengan barang yang sama nantinya.

Di Indonesia hampir 75% anak mengalami sibling rivalry, reaksi yang sering tampak adalah anak lebih agresif, memukul atau melukai kakak atau adiknya, membangkang pada ibunya, rewel, mengalami kemunduran, sering marah yang meledak-ledak, sering menangis tanpa sebab, menjadi lebih kolokan atau lengket pada ibu (Priatna dan Yulia, 2006). Sedangkan di Amerika dilaporkan 55% anak mengalami kompetisi dalam keluarga dan umur antara 10- 15 tahun merupakan kategori tertinggi ( Lamb dan Sutton-Smith dalam McNerney dan Usner, 2001). Berdasarkan study pendahuluan dari observasi dan wawancara dengan para orang tua di RA Tarbiyatus Shibyan Desa Gayaman didapatkan hasil bahwa 58,6%, dari 29 anak prasekolah, 17 diantaranya yang memiliki adik dan mengalami sibling rivalry.

Hal negatif pada reaksi sibling rivalry ini bila dibiarkan, akan terus berlanjut sampai anak dewasa dan mempengaruhi kepribadian anak tersebut. Sibling rivalry membentuk unsur kompetisi, kecemburuan, kemarahan dan kebencian dalam hubungan saudara kandung. Unsur-unsur ini yang mempengaruhi profil tingkah laku anak dalam bereaksi.

Perlakuan dan pola asuh orang tua merupakan faktor eksternal yang mempengaruhi sibling rivalry sehingga orang tua perlu mengetahui pola asuh yang berhubungan dengan sibling rivalry. Sibling rivalry merupakan hal penting yang harus

mendapatkan perhatian orang tua karena penanganan yang tidak tepat dapat menimbulkan masalah yang berkelanjutan karena biasanya kecenderungan sibling rivalry yang terjadi pada kelompok umur berikutnya lebih disebabkan karena ketidaktuntasan dalam menyelesaikan sibling rivalry pada masa-masa sebelumnya.

Solusi yang dapat diberikan peneliti terhadap orang tua adalah memberikan penyuluhan untuk meningkatkan pendidikan dan pengetahuan tentang bagaimana cara mengasuh serta mendidik anak yang baik sehingga dapat meminimalisir terjadinya Sibling rivalry. Sebagai orang tua sebaiknya memberi contoh yang baik dan selalu meluangkan waktu untuk anak-anaknya. Kasih sayang, permintaan yang wajar, penilaian yang jujur pada anak akan membantunya mencapai kepercayaan kepada anak.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross sectional. Populasi yang akan diambil dalam penelitian ini adalah 17 orang yang merupakan ibu dari anak prasekolah di RA Tarbiyatus Shibyan Desa Gayaman yang memiliki adik. Teknik sampling menggunakan jenis Total sampling. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 17 orang yaitu semua ibu dari anak prasekolah di RA Tarbiyatus Shibyan Desa Gayaman yang memenuhi kriteria inklusi. Variabel bebas yang digunakan adalah pola asuh orang tua yang dapat mempengaruhi sibling rivalry sebagai variabel tergantung. Variable dependentnya adalah sibling rivalry pada anak usia prasekolah di RA Tarbiyatus Shibyan Desa Gayaman.

Instrument yang digunakan adalah lembar kuesioner. Uji data menggunakan analisa dta Rank Spearment Rho.

HASIL PENELITIAN

1. Karakteristik responden berdasarkan usia responden

Tabel 1 Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan usia orang tua (ibu) anak usia prasekolah di RA Tarbiyatus Shibyan.

No Kategori F %

1 < 20 Tahun - -

2 20 - 25 Tahun 6 35,3%

3 26 - 30 Tahun 9 52,9%

4 31 - 40 Tahun 2 11,8%

Jumlah 17 100%

(3)

Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa sebagian besar responden (ibu) anak usia prasekolah di RA Tarbiyatus Shibyan yaitu berusia 26 – 30 tahun dengan jumlah 9 orang ( 52,9% ).

2. Karakteristik responden berdasarkan pendidikan terakhir

Tabel 2 Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan pendidikan terakhir orang tua (ibu) anak usia prasekolah di RA Tarbiyatus Shibyan

No Kategori F %

1 Tidak sekolah - -

2 SD 2 11,8%

3 SMP 4 23,5%

4 SMU 11 64,7%

5 Sarjana - -

Jumlah 17 100%

Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa sebagian besar responden (ibu) anak usia prasekolah di RA Tarbiyatus Shibyan mempunyai latar belakang tingkat pendidikan (SMU) dengan jumlah 11 responden ( 64,7%).

3. Karakteristik responden berdasarkan usia anak prasekolah

Tabel. 3 Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan usia anak prasekolah di RA Tarbiyatus Shibyan

No Kategori F %

1 1 Tahun - -

2 2 Tahun - -

3 3 Tahun - -

4 4 Tahun 7 41,2%

5 5 Tahun 6 35,3%

6 6 Tahun 4 23,5%

Jumlah 17 100%

Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa sebagian besar anak usia prasekolah di RA Tarbiyatus Shibyan yaitu berusia 4 tahun dengan jumlah 7 anak (41,2%).

4. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin anak usia prasekolah

Tabel 4 Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin anak usia prasekolah di RA Tarbiyatus Shibyan

No Kategori F %

1 Laki-laki 8 47,1%

2 Perempuan 9 52,9%

Jumlah 17 100%

Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa sebagian besar anak usia prasekolah di RA Tarbiyatus Shibyan yaitu berjenis kelamin perempuan dengan jumlah 9 anak (52,9%).

5. Karakteristik responden berdasarkan usia adik dari anak usia prasekolah

Tabel. 5 Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan usia adik dari anak usia prasekolah di RA Tarbiyatus Shibyan

No Kategori F %

1 1 Tahun - -

2 2 Tahun 5 29,4%

3 3 Tahun 8 47,1%

4 4 Tahun 4 23,5%

5 5 Tahun - -

6 6 Tahun - -

Jumlah 17 100%

Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa sebagian besar usia adik dari anak usia prasekolah di RA Tarbiyatus Shibyan yaitu 3 tahun dengan jumlah 8 anak (47,1%).

6. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin adik dari anak usia prasekolah Tabel 6. Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin adik dari anak usia prasekolah di RA Tarbiyatus Shibyan.

No Kategori F %

1 Laki-laki 6 35,3%

2 Perempuan 11 64,7%

Jumlah 17 100%

Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa sebagian besar jenis kelamin adik dari anak usia prasekolah di RA Tarbiyatus Shibyan yaitu berjenis kelamin perempuan dengan jumlah 11 anak (64,7%).

7. Karakteristik responden berdasarkan jarak usia anak prasekolah dengan adik kandungnya.

Tabel 7 Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan jarak usia anak prasekolah dengan adik kandungnya di RA Tarbiyatus Shibyan..

No Kategori F %

1 1 Tahun 5 29,4%

2 2 Tahun 9 52,9%

3 3 Tahun 3 17,6%

Jumalah 17 100%

Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa sebagian besar jarak usia anak

(4)

prasekolah dengan adik kandungnya di RA Tarbiyatus Shibyan yaitu berjarak 2 tahun dengan jumlah 9 anak (52,9%).

7. Karakteristik responden berdasarkan tipe pola asuh orang tua

Tabel 7. Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan tipe pola asuh orang tua (ibu) anak usia prasekolah di RA Tarbiyatus Shibyan.

No Kategori F %

1 Penelantar 1 5,9%

2 Permissive 3 17,6%

3 4

Otoriter Demokratis

5 8

29,4%

47,1%

Jumalah 17 100%

Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa sebagian besar tipe pola asuh orang tua (ibu) anak usia prasekolah di RA Tarbiyatus Shibyan yaitu pola asuh demokratis dengan jumlah 8 orang (47,1%).

8. Karakteristik responden berdasarkan sibling rivalry.

Tabel 8. Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan sibling rivalry pada anak usia prasekolah di RA Tarbiyatus Shibyan.

No Kategori F %

1 sibling rivalry rendah 7 41,2%

2 sibling rivalry sedang 6 35,3%

3 sibling rivalry tinggi 4 23,5%

Jumalah 17 100%

Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa sebagian besar sibling rivalry pada anak usia prasekolah di RA Tarbiyatus Shibyan yaitu sibling rivalry rendah dengan jumlah 7 anak (41,2%)

9. Hubungan pola asuh orang tua dengan sibling rivalry pada anak usia prasekolah di RA Tarbiyatus Shibyan.

Tabel 9. Tabulasi silang hubungan pola asuh orang tua dengan sibling rivalry pada anak usia prasekolah (3-6 tahun) di RA Tarbiyatus Shibyan.

Sibling rivalry Total

Ren dah

Sed ang

Ting gi Pola

asuh orang tua

Penel antar

Cou

nt 0 0 1 1

% of

Total ,0% ,0% 5,9% 5,9%

Permi

ssive Cou

nt 0 0 3 3

% of

Total ,0% ,0% 17,6

% 17,6

%

Otorit

er

Cou

nt 2 3 0 5

% of

Total 11,8

% 17,6

% ,0% 29,4

%

Demo

kratis Cou

nt 5 3 0 8

% of

Total 29,4

% 17,6

% ,0% 47,1

%

Total Cou

nt 7 6 4 17

% of

Total 41,2

% 35,3

% 23,5

% 100,

0%

Dari tabel tabulasi silang diatas, menunjukkan hubungan antara pola asuh orang tua dengan sibling rivalry pada anak usia prasekolah di RA Tarbiyatus Shibyan.

Dari 17 responden, 1 (5,9%) responden menerapkan pola asuh penelantar, sibling rivalry yang paling dominan adalah sibling rivalry tinggi. Dari 3 (17,6) responden yang menerapkan pola asuh permissive, sibling rivalry yang paling dominan adalah sibling rivalry tinggi. Dari 5 (29,4%) responden yang menerapkan pola asuh otoriter, sibling rivalry yang paling dominan adalah sibling rivalry sedang. Dan dari 8 (47,1%) responden yang menerapkan pola asuh demokratis, sibling rivalry yang paling dominan adalah sibling rivalry rendah.

(5)

Tabel 10 Uji Spearman’s rho hubungan pola asuh orang tua dengan sibling rivalry pada anak usia prasekolah (3-6 tahun) di RA Tarbiyatus Shibyan.

Pola asuh orang tua

Sibling rivalry Spear

man's rho

Pola asuh orang tua

Correlation Coefficient

1,000 -,703(**)

Sig. (2-

tailed) . ,002

N 17 17

Sibling

rivalry

Correlation Coefficient

- ,703(*

*)

1,000

Sig. (2-

tailed) ,002 .

N 17 17

Dengan menggunakan uji statistik non parametrik, korelasi Sperman’s rho (r) pada spss 15.0 dengan tingkat kemaknaan α ≤ 0,05 didapatkan hasil korelasi nilai r = -0,703 dan nilai p = 0,002.

Hasil statistik tersebut menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara pola asuh orang tua dengan sibling rivalry pada anak usia prasekolah di RA Tarbiyatus Shibyan.

Artinya, semakin demokratis pola asuh yang diterapkan orang tua, maka semakin rendah pula sibling rivalry pada anak usia prasekolah.

PEMBAHASAN

1. Pola Asuh Orang Tua

Hasil identifikasi pola asuh orang tua yang diterapkan oleh 17 responden pada anak usia prasekolah di RA Tarbiyatus Shibyan menunjukkan bahwa lebih dari sebagian orang tua menerapkan pola asuh demokratis sebanyak (47,1%). Terbanyak kedua menerapkan pola asuh otoriter sebanyak (29,4%) dan sisanya menerapkan pola asuh permissive sebanyak (17,6%) dan penelantar sebanyak (5,9%). Semua responden tidak bekerja atau sebagai ibu rumah tangga, usia yang mendominasi dalam penelitian ini yaitu kelompok usia 26-30 tahun. Dari 17 responden, tingkat pendidikan dengan lulusan SMU menempati porsi paling besar.

Responden dengan latar belakang lulusan SMU menerapkan macam-macam pola asuh. Pada data hasil penelitian didapatkan bahwa responden yang lulusan SMU lebih dominan menerapkan pola asuh demokratis dan sisanya menerapkan pola asuh otoriter,

responden yang menerapkan pola asuh penelantar semuanya berasal dari responden dengan tingkat pendidikan akhir SMP, dan responden yang menerapkan pola asuh permissive berasal dari responden dengan tingkat pendidikan akhir SMP dan SD.

Berbagai macam pola asuh yang diterapkan orang tua bergantung dari latar belakang orang tua dan faktor apa saja yang membentuk pola asuh sehingga menjadi dominan. Menurut Okta Sofia dalam Suparyanto (2010) salah satu faktor yang mempengaruhi pola asuh orang tua adalah lingkungan sosial ekonomi, lingkungan sosial dapat ditinjau dari pekerjaan sedangkan tingkat ekonomi seseorang dapat dilihat dari penghasilan.

Menurut Yuliati (2007) orang tua adalah figur penting yang menemani anak selama masa perkembangannya, terutama seorang ibu sudah sewajarnya apabila seorang ibu lebih sering menemani buah hatinya pada anak usia prasekolah. Menurut Supartini (2002) rentang usia tertentu adalah baik untuk menjalankan peran pengasuhan, apabila terlalu muda atau tua mungkin tidak dapat menjalankan peran tersebut secara optimal karena diperlukan kekuatan fisik dan psikososial. Shifrin (1997) dalam Supartini (2004) mengemukakan beberapa cara yang dapat dilakukan untuk lebih siap menjalankan peran pengasuhan di antaranya adalah pendidikan, orang tua yang berpendidikan baik diharapkan dapat menerapkan pola asuh yang paling baik dan sesuai untuk anaknya dalam hubungannya dengan sibling rivalry

2. Sibling Rivalry

Hasil identifikasi sibling rivalry pada anak usia prasekolah di RA Tarbiyatus Sibyan, lebih dari sebagian anak prasekolah mengalami sibling rivalry rendah, urutan kedua adalah sibling rivalry sedang dan sisanya mengalami sibling rivalry tinggi. Usia anak yang mengalami sibling rivalry tinggi pada penelitian ini adalah 4 tahun. Jenis kelamin anak yang sama menunjukkan angka lebih dominan pada sibling rivalry tinggi. Dari segi jarak usia, sibling rivalry rendah paling banyak pada jarak usia 2 tahun dan 3 tahun hampir berimbang, untuk sibling rivalry sedang paling banyak pada jarak usia 2 tahun saja, untuk sibling rivalry tinggi lebih dominan pada jarak usia 1 tahun sedangkan jarak usia 2 tahun menempati porsi paling kecil

(6)

dan tidak ditemukan pada jarak usia 3 tahun.

Menurut Priatna dan Yulia (2006) dalam Setiawati dan Zulkaidah (2007) beberapa faktor internal yang mempengaruhi sibling rivalry adalah jenis kelamin anak dan jarak usia anak prasekolah dengan adiknya. Kemungkinan sibling rivalry akan semakin besar apabila anak berjenis kelamin sama dan jarak usia cukup dekat (Puspitasari dalam Yuliati, 2007). Menurut Millman dan Schaefer (1981) dalam Setiawati dan Zulkaida (2007) perasaan sibling rivalry biasanya terjadi antara dua anak atau lebih yang usianya berdekatan dan lebih lazim terjadi ketika usia anak antara 1-3 tahun. Sibling rivalry akan lebih terlihat pada umur 3-6 tahun (prasekolah) dan terjadi lagi pada umur 8- 12 tahun pada usia sekolah.

3. Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Sibling Rivalry

Berdasarkan uji Sperman rho dengan α ≤ 0,05 dengan hasil r = -0,703 dan nilai p

= 0,002. Disimpulkan bahwa, pola asuh orang tua berhubungan dengan sibling rivalry. Dari hasil tabulasi silang dapat diketahui bahwa pola asuh penelantar dan permissive cenderung membentuk sibling rivalry tinggi, pola asuh otoriter cenderung membentuk sibling rivalry sedang, dan pola asuh demokratis cenderung membentuk sibling rivalry rendah.

Menurut Bronstein dan Cowan (1988) dalam Setiawati dan Zulkaidah (2007), orang tua adalah kunci yang mungkin mempengaruhi sibling rivalry, namun orang tua pula yang dapat memperkecil terjadinya sibling rivalry. Menurut Eleanor Maccoby dan John Martin 1993 (papa lia dkk,2002) orang tua penelantar lebih fokus pada kebutuhan-kebutuhannya sendiri dibandingkan pada kebutuhan anak- anaknya. Menurut Watson (kartono,1992) orang tua permissive memberikan kebebasan kepada anak untuk berbuat sekehendaknya dan lemah sekali dalam melaksanakan disiplin pada anak. orang tua yang permissive, kurang tegas dalam menerapkan peraturan-peraturan yang ada, dan anak diberikan kesempatan sebebas- bebasnya untuk berbuat dan memenuhi keinginannya serta sedikit sekali dituntut untuk bertanggung jawab. Untuk pola asuh otoriter orang tua menimbulkan gejala kecemasan, mudah putus asa, tidak dapat merencanakan sesuatu, dan penolakan

terhadap orang lain pada diri anak namun disisi lain menurut Noviani (2007) dampak dari pola asuh otoriter terhadap perkembangan motorik anak adalah cenderung agresif. Hurlock (2005) menyatakan bahwa pola asuh demokratis ditandai dengan sikap menerima responsif, berorientasi pada kebutuhan anak yang disertai dengan tuntutan, kontrol dan pembatas, penerapan pola asuh demokratis dapat memberikan keleluasaan anak untuk menyampaikan segala persoalan yang dialaminya tanpa ada perasaan takut, keleluasaan yang diberikan orang tua tidak bersifat mutlak akan tetapi adanya kontrol dan pembatasan berdasarkan norma-norma yang ada.

Soetjiningsih (1995) menjelaskan bahwa, cinta ibu bersifat memberi kehangatan, menumbuhkan rasa diterima dan menanamkan rasa aman, sedangkan cinta ayah bersifat mengembangkan kepribadian, menanamkan disiplin, memberikan arah dan dorongan serta bimbingan agar anak berani dalam menghadapi kehidupan.

Disamping itu anak memerlukan kasih sayang orang tua dan perlakuan yang adil supaya kemudian hari tidak menjadi anak yang sombong, manja, pemboros, tidak saleh, tidak menghormati orang tua dan masyarakat.

SIMPULAN

1. Orang tua (ibu) dari anak prasekolah di RA Tarbiyatus Shibyan Desa Gayaman cenderung menerapkan pola asuh demokratis.

2. Anak prasekolah di RA Tarbiyatus Shibyan Desa Gayaman sebagian besar mengalami sibling rivalry rendah.

3. Terdapat hubungan yang bermakna antara pola asuh orang tua dengan sibling rivalry.

SARAN

1. Bagi Tenaga kesehatan

Diperlukan upaya sosialisasi dan pembelajaran mengenai pola asuh yang tepat yang sesuai dengan perkembangan keperawatan anak kepada lapisan masyarakat. Terutama bagi orang tua yang memiliki anak prasekolah, untuk mencegah maupun mengurangi sibling rivalry.

2. Bagi Responden

Orang tua sebaiknya melakukan langkah pencegahan terjadinya sibling rivalry yang tinggi, orang tua juga mencari informasi dan bantuan kesehatan mengenai

(7)

perkembangan psikologis anak sehingga sibling rivalry dapat segera teratasi dengan semaksimal mungkin sehingga hal-hal negatif pada sibling rivalry tidak terbawa sampai anak dewasa nantinya.

3. Bagi Lahan Penelitian (RA Tarbiyatus Shibyan)

Sebaiknya para guru atau pengajar lebih meningkatkan pemahaman terhadap perkembangan anak usia prasekolah yang mengalami sibling rivalry. Sehingga para guru atau pengajar dapat memberi bantuan kepada orang tua yang kesulitan mengatasi anaknya dan membuat anak prasekolah bersosialisasi secara optimal di lingkungan sekolah.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan dari hasil penelitian yang dilakukan dapat dijadikan sebagai salah satu kajian pustaka untuk melakukan penelitian lebih lanjut.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S., (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta

Boyse,K,(2009). Sibling Rivalry . Diakses dari http: // med. umich. edu/ yourchild /topics / sibriv. htm. Tanggal 05 November 2012.

Jam 21.05 WIB

Cronk, B. C., (2001). How to Use SPSS Fourth Edition. Glendale : Pyrczak Publishing Furman, W. and Lanthier, R., (2002).

Handbook of Parenting Volume 1 Children and Parenting: Parenting Sibling. New Jersey : Lawrence Earlbaum Associates Inc, page : 165

Hawadi, Reni A., (2001). Psikologi Perkembangan Anak : Mengenal Sifat, Bakat, dan Kemampuan Anak. Jakarta : Grasindo

Herlina dan Indrati, (2010). Sejarah Perkembangan Kurikulum Taman Kanak- kanak di Indonesia dari Masa ke Masa.

Jakarta: Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan Pengembangan Kementrian Pendidikan Nasional

Hurlock, Elizabeth B., (2005). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Alih Bahasa: Istiwidayanti dan Soedjarwo.

Jakarta : Erlangga

Kennedy D. E. and Kramer L., (2008).

Improving Emotion Regulation And Sibling Relationship Quality : The More Fun With

Sisters And Brothers Program. Research Library, page : 567

Listiani, I., (2010). Penyebab Terjadinya Sibling Rivalry pada Anak Usia Sekolah di RW 9 Kelurahan Jomblang Kota Semarang. Skripsi Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Semarang Dipublikasikan

Markum. A. H., (1991). Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak Jilid I : Gangguan Perkembangan Bahasa. Jakarta : FKUI McNerney, Annie and Joy Usner, (2001).

Sibling Rivalry in Degree and Dimensions Across the Lifespan. Diakses dari http://

jrscience. wcp. muohio.

edu/humannature01/FinalArticles/SiblingR ivalryinDegreeand.html. Tanggal 06 November 2011. Jam 23.00 WIB

Notoatmodjo, S., (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta Noviani, (2006). Gambaran Pengetahuan

Orang Tua tentang Sibling Rivalry pada Anak Usia Prasekolah (3-5) di TK As Salam Malang. Karya Tulis Ilmiah Program Diploma III Keperawatan Universitas Muhammadiyah Malang Dipublikasikan

Nursalam, (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan : Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

Nurwijayanti, S., (2005). Manajemen Konflik Dalam Persaingan Antar Saudara Sekandung (Sebuah penelitian interaksionisme simbolik terhadap dua remaja perempuan bersaudara kandung).

Skripsi Jurusan Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang Dipublikasikan Patmonodewo, S., (2003). Pendidikan Anak

Prasekolah. Jakarta : Rineka Cipta Puspitaningrum, N., (2010). Manfaat

Pembiasaan Makan di Taman Kanak- kanak Darul Hikam Bandung pada Kebiasaan Makan di Rumah. Skripsi Jurusan Pendidikan Kesejahteraan Keluarga Universitas Pendidikan Indonesia Dipublikasikan

Sartorius, Norman et al., (1993). The ICD-10 Classification of Mental and Behavioural Disorders Diagnostic Criteria for Research. Geneva : WHO

Setianingsih, D., (2007). Perbedaan Kedisiplinan Belajar Siswa Ditinjau dari Pola Asuh Orang Tua. Skripsi Jurusan Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Dipublikasikan

(8)

Setiawati, I. dan Zulkaida A., (2007). Sibling Rivalry pada Anak Sulung yang Diasuh oleh Single Father. Depok : Proseding PESAT Auditorium Kampus Gunadarma Shochib, M., (1998). Pola Asuh Orang Tua

dalam Membantu Anak Mengembangkan Disiplin Diri . Jakarta: Rineka Cipta

Soetjiningsih, (1995). Tumbuh Kembang Anak.

Jakarta : EGC

Suherman, (1999). Buku Saku Perkembangan Anak. Jakarta : EGC

Supartini, Y., (2004). Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta : EGC

Susanti, Ni N., (2008). Psikologi Kehamilan.

Jakarta : EGC

Whaley dan Wong, (2000). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Edisi 2. Jakarta : EGC

Yu J. J. , Gamble W. C., (2008). Pathways of Influence: Marital Relationships and Their Association with Parenting Styles and Sibling Relationship Quality. J Child Fam Stud, page: 760

Yuliati, (2009). Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu dengan Reaksi Sibling Rivalry pada Anak Usia Prasekolah di TK Mranggen 1 Srumbung Magelang. Skripsi Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Semarang Dipublikasikan

Referensi

Dokumen terkait

Belum diketahuinya peningkatan kemampuan teknik dasar passing bawah permainan bolavoli dengan bentuk bermain 3 lawan 3 pada siswa yang mengikuti ekstrakurikuler bolavoli di SMA

Untuk mengetahui pengaruh investasi dan upah riil terhadap penyerapan tenaga. kerja sektor industri pengolahan menggunakan analisis regresi

RANCANG BANGUN ALAT BANTU PELEPAS BEARING SEMI OTOMATIS.. (PROSES PEMBUATAN DAN

Dengan penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman baik penulis maupun pembaca secara sistematis mengenai topik yang diberikan, yaitu pengaruh kepuasan klub

Across the last 100 days prior to the seven elections from 1988 to 2012, vote expectation surveys provided more accurate forecasts of election winners and vote shares than

Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis membuat skripsi dengan judul ”ANALISIS DAN PERANCANGAN CUSTOMER RELATIONSHIP MANAGEMENT BERBASIS SMS GATEWAY PADA DEALER

Jadi, untuk mengetahui apakah penerapan penghitungan, penyetoran dan pelaporan Pajak Penghasilan pasal 21 pegawai, sudah dilakukan sesuai Undang-Undang perpajakan

The writer be certain opinion that the use of cartoon and picture book story in teaching vocabulary for fifth grade elementary school is very influential, its give