• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. mitigasi bencana, tanggap darurat dan rehabilitasi rekonstruksi. Sadar akan posisi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. mitigasi bencana, tanggap darurat dan rehabilitasi rekonstruksi. Sadar akan posisi"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Indonesia sebagai negara kepulauan yang secara geografis terletak di daerah khatulistiwa, di antara Benua Asia dan Australia serta di antara Samudera Pasifik dan Hindia, berada pada pertemuan tiga lempeng tektonik utama dunia merupakan wilayah teritorial yang sangat rawan terhadap bencana alam. Sebagai daerah rawan bencana, pemerintah Indonesia mempunyai kewajiban dan tanggung jawab dalam mengantisipasi terjadinya bencana sebelum atau setelah terjadinya bencana yakni mitigasi bencana, tanggap darurat dan rehabilitasi rekonstruksi. Sadar akan posisi sebagai negara bencana, maka pemerintah membentuk Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) sebagai perpanjangan tangan pemerintah dalam hal menanggulangi bencana, BNPB pun dibentuk berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 8 tahun 2008 tentang Badan Penanggulangan Bencana. Pembentukan BNPB merupakan realisasi Pasal 10 ayat (1) Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 24 tahun 2007 tentang Pemerintah membentuk Badan Nasional Penaggulangan Bencana.1

Sebagai salah satu daerah rawan bencana di Sumatera, Provinsi Jambi terletak pada 0o45‟-2o45‟ Lintang Selatan dan 101o10‟-104o55‟ Bujur Timur bagian tengah

1 Undang-Undang Nomor 8 tahun 2008, tentang Badan Penanggulangan Bencana

(2)

Pulau Sumatera, sebelah Utara berbatasan dengan Provinsi Riau, Sebelah Timur dengan Laut Cina Selatan Provinsi Kepulauan Riau, sebelah Selatan berbatasan dengan Provinsi Sumatera Selatan dan sebelah Barat berbatasan dengan Provinsi Sumatera Barat. Posisi Provinsi Jambi cukup strategis karena langsung berhadapan dengan kawasan pertumbuhan ekonomi yaitu IMS- GT (Indonesia, Malaysia, Singapura Growth Triangle).

Luas wilayah Provinsi Jambi sesuai dengan Undang-Undang Nomor 19 tahun 1957, tentang Pembentukan Daerah-Daerah Swatantra Tingkat I Sumatera Barat, Jambi dan Riau, yang kemudian ditetapkan menjadi Undang-Undang Nomor 61 tahun 1958 adalah seluas 53.435,72 km2 dengan luas daratan 50.160,05 km2 dan luas perairan 3.274,95 Km2 yang terdiri atas 9 Kabupaten dan 2 Kota.2

Kota Jambi dibelah oleh sungai yang bernama sungai Batanghari, kedua kawasan tersebut terhubung oleh jembatan yang bernama jembatan Aur Duri, dan terdapat juga beberapa sungai lainya diantaranya sungai batang merangin, sungai batang tembesi, dan sungai tungkal. Karena itu, maka kota Jambi sangat rawan terhadap bencana banjir jika curah hujan tinggi dan sungai meluap.

Secara khusus Indonesia telah memeliki aturan hukum yang ditujukan dalam penanggulangan bencana yaitu UU Nomor 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, terutama yang berkaitan dengan pasal 18 dan 19, Peraturan Kepala BNPB (PERKA BNPB) Nomor 3 Tahun 2008 tentang Pedoman dan Pembentukan Badan Penanggulangan Bencana Daerah, kemudian diatur melalui Peraturan Menteri Dalam Negeri (PERMENDAGRI) Nomor 46 Tahun 2008 tentang Pedoman Organisasi dan Tata Kerja Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD). Berdasarkan UU, PERKA BNPB dan PERMENDAG RI tersebut, maka

2 Letak wiaya Provinsi Jambi, http://web.jambiprov.go.id/skpd/site/jambiprov.go.id/profil

(3)

diterbitkanlah Peraturan Daerah (PERDA) Provinsi Jambi Nomor 9 Tahun 2009 Tanggal 10 Agustus 2009 yang menetapkan Pembentukan Struktur Organisasi dan Tata Kerja Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jambi, yang mempunyai tugas:

1. Menetapkan pedoman dan pengarahan terhadap usaha penanggulangan bencana yang mencakup pencegahan bencana, penanganan darurat, rehabilitasi, serta rekonstruksi secara adil dan setara.

2. Menetapkan standarisasi serta kebutuhan penyelenggaraan penanggulangan bencana berdasarkan peraturan perundang-undangan.

3. Menyusun, menetapkan dan menginformasikan peta rawan bencana.

4. Menyusun menetapkan prosedur tetap penanganan bencana.

5. Melaporkan Penyelenggaraan penanggulangan bencana kepada Gubernur setiap bulan sekali dalam kondisi normal dan setiap saat dalam kondisi darurat bencana.

6. Mengendalikan pengumpulan dan penyaluran uang dan barang.

7. Mempertanggungjawabkan penggunaan anggaran yang diterima dari anggaran pendapatan dan belanja daerah dan sumber dana lain yang sah.

8. Melaksanakan kewajiban lain sesuai dengan peraturan perundang- undangan.3

Dalam melaksanakan tugas-tugas di atas, BPBD Provinsi Jambi menyelenggarakan fungsi yaitu:

1. Perumusan dan penetapan kebijakan penanggulangan bencana dan penanganan pengungsi dengan bertindak cepat, tepat, efektif dan

efisien.

2. Pengordinasian pelaksanaan kegiatan penanggulangan bencana secara terancana, terpadu dan menyeluruh.4

Kemampuan atau daya tampung dari satu sistem pengaliran air tidak selamanya sama.

Perubahan daya tampung dapat terjadi akibat sedimentasi, penyempitan sungai atau tersumbat sampah. Penggundulan hutan atau perubahan fungsi lahan di Daerah Aliran Sungai (DAS) juga

3 Dokumentasi Profil Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jambi. Hal. 5

4 Ibid

(4)

dapat menyebabkan peningkatan debit banjir karena air yang masuk kedalam sistem aliran menjadi tinggi. Disamping itu berkurangnya daerah resapan air terutama pada daerah permukiman yang padat dengan bangunan, jika terjadi hujan dengan curah yang tinggi dapat mengakibatkan meningkatnya volume air yang masuk ke dalam sistem sungai sehingga kapasitasnya melampaui dan mengakibatkan banjir. Bencana Banjir yang terjadi di daerah pada bulan Januari-Desember 2018 terjadi sebanyak 18 kali.yang meliputi 4 Kabupaten ( Kabupaten Kerinci, Sarolangun, Batang Hari dan Kabupaten Muara Jambi ) 2 Kota ( Kota Sungai Penuh dan Kota Jambi yang menggenangi sebanyak 2.056 unit rumah dan rumah yang terendam 549 unit rumah. Bencana banjir pada tahun 2018 ini bila dihitung di seluruh daerah yang terjadi bencana banjir yang paling sering terjadi adalah Kota Jambi ini dengan jumlah rumah yang tergenang sebanyak : 816 unit dan yang tenggelam 135 unit dengan Kepala Keluarga 1263 (5646 jiwa) hal dapat dilihat pada table berikut:5

Tabel 1.1

5 Dokumentasi Badan Penanggulangan Bencana Daaerah (BPBD) Provinsi Jambi Tahun 2018

Jenis Bencana

Jumlah Kejadian

Korban Jiwa Rumah Rusak Dan Hilang KK Jiwa Berat Ringan

Kabupaten Kerinci 3 0 81 405 0 0

Kota Sungai Penuh 2 0 900 4500 0 0

Kabupaten Sarolangum 2 0 0 0 0 0

Kabupaten Batanghari 4 0 235 940 0 0

Kabupaten Muara Jambi 1 0 0 0 0 0

Kota Jambi 6 0 1263 5646 0 0

(5)

Data Korban Kerusakan Akibat Bencana Banjir Bulan Januari -Desember 2018

Sumber: Badan Penaggulangan Bencana Daerah Provinsi Jambi 2018

Dilihat dari table diatas banjir yang paling sering terjadi adalah di Kota Jambi ini dengan jumlah rumah yang tergenang sebanyak : 816 unit dan yang tenggelam 135 unit dengan Kepala Keluarga 1263 (5646 jiwa).

Dalam mengatasi masalah banjir yang sering terjadi di Kota Jambi, telah dilakukan berbagai upaya penanggulangan. Upaya penanggulangan banjir tersebut dimulai dari di bangunnya system drainase. Sistem drainase ini dibangun dalam rangka menghindari Kota Jambi dari bencana banjir. Secara umum muncul permasalahan yang berkaitan dalam penanggulangan bencana Kota Jambi khususnya banjir adalah pemerintah Kota Jambi tidak memiliki BPBD khusus untuk kota Jambi, Kantor BPBD yang ada di kota Jambi adalah kantor BPBD Provinsi jambi yang merupakan kantor pusat dari BPBD yang ada di daerah- daerah provinsi Jambi. Sehingga tidak terkoordinasinya penanggulangan baik antara SKPD maupun berbagai elemen masyarakat khususnya sektor terkait penanganan banjir. Kenyataan menunjukkan bahwa upaya pencegahan dan penanggulangan bencana oleh sebagian masyarakat dirasakan belum merupakan satu kebutuhan atau hal yang prioritas dan mendesak (basic needs) karena belum menyadari bahwa bencana dapat terjadi kapan saja, di mana saja dan dapat menimpa siapa saja. Kurangnya pengetahuan, pemahaman, kesadaran, kepedulian, dan tanggung jawab akan pentingnya upaya pencegahan dan penanggulangan bencana, akan berakibat jatuhnya korban dan kerugian material apabila terjadi bencana. Dalam paradigma baru, penanganan bencana adalah suatu pekerjaan terpadu yang melibatkan masyarakat secara aktif. Pendekatan yang terpadu semacam ini menuntut koordinasi yang lebih baik di antara semua pihak, baik dari sektor pemerintah, lembaga-lembaga

Jumlah 18 0 2497 11,491 0 0

(6)

masyarakat, badan-badan internasional, dan sebagainya.

Penanggulangan bencana merupakan serangkaian upaya yang meliputi penetapan kebijakan pembangunan wilayah yang berisiko mengakibatkan timbulnya bencana, terjadinya bencana, tanggap darurat dan rehabilitasi (Pasca Bencana). Tujuan dari penanggulangan bencana adalah memberikan perlindungan kepada masyarakat dari ancaman bencana, menyelaraskan peraturan perundang- undangan yang sudah ada, menjamin terselenggaranya penanggulangan bencana secara terencana, terpadu, terkoordinasi, dan menyeluruh, menghargai budaya local, membangun partisipasi dan kemitraan publik serta swasta, mendorong semangat gotong-royong, kesetia kawanan, dan kedermawanan, dan menciptakan perdamaian dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.6

Adapun tahapan-tahapan atau fase-fase dalam bantuan bencana dikenal dengan siklus penanganan bencana (disaster management cycle). Siklus manajemen bencana menggambarkan proses pengelolaan bencana yang dimulai dari sebelum terjadinya bencana berupa kegiatan pencegahan, mitigasi (pelunakan/pengurangan dampak) dan kesiap siagaan. Pada saat terjadinya bencana berupa kegiatan tanggap darurat dan selanjutnya pada saat setelah terjadinya bencana berupa kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi.

Adapun beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan BPBD dalam pencegahan dan penanganan bencana yaitu terdapat dalam penelitian Luthfiana Kusumajati (2016), yang berjudul “Peranan BPBD dalam Penanggulangan Bencana Alam di Desa Windurejo Kecamatan Kesesi Kabupaten Pekalongan”. Penelitian ini berfokus kepada peranan BPBD dalam penanggulangan bencana alam di desaWindurojo Kecamatan Kesesi Kabupaten Pekalongan.

6 Tentang Bencana: http://p2mb.geografi.upi.edu/Tentang_Bencana.html, akses 13 Oktober 2020

(7)

Dengan mencari tahu faktor yang menjadi pendukung dan penghambatPeran BPBD dalam Penanggulangan Bencana. Selain itu ada juga penelitian terdahulu dari Evan Sarli Rakasiwi (2018), yang berjudul “Efektivitas Kinerja Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Bandar Lampung dalam Penanggulangan Bencana Banjir di Kota Bandar Lampung”. Dalam penelitian Evan Sarli Rakasiwiberfokus kepada efektivitas dalam melaksanakan dan menjalankan tugasnya secara baik berdasarkan indikator penilaian efektivitas. Hal yang membedakan kedua penelitian terdahulu tersebut dangan penelitian yang saya teliti yaitu dimana penelitian saya lebih berfokus dari aspek kinerja dan koordinasi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) atas segala pekerjaan dan tugas-tugas yang telah ditetapkan, guna meningkatkan pelayanan dalam hal proses mitigasi dan penanganan bencana di Kota Jambi.

Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, maka penulis bermaksud untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Kinerja Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Dalam Proses Mitigasi Bencana Banjir di Kota Jambi”

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana Kebijakan Mitigasi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dalam

Penanggulangan Bencana Banjir di Kota Jambi?

2. Bagaimana Koordinasi pelaksanaaan kegiatan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) terkait proses Mitigasi Bencana Banjir di Kota Jambi?

1.3. Tujuan Penelitian

(8)

Berdasarkan dari rumusan masalah yang telah di kemukakan di atas, maka penelitian bertujuan untuk:

1. Untuk mengetahui dan MenganalisiKebijakan Mitigasi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)dalam Proses Penanggulangan Bencana Banjir di Kota Jambi.

2. Untuk mengetahui dan MenganalisiKoordinasi pelaksanaan kegiatan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)dalamProses Mitigasi Bencana Banjir di Kota Jambi.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah : 1. Manfaat Teoritis

a. Sumbangan bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya tentang Analisis KinerjaBadan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)dalam Proses Mitigasi Bencana Banjir di Kota Jambi.

b. Bahan referensi untuk pengembangan penelitian selanjutnya dengan pokok bahasan yang relevan.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Peneliti hasil penelitian ini dapat memperluas dan menambah pengetahuan peneliti.

b. Memberikan masukan dan sumbangan pemikiran pada pihak terkait dalam upaya pelaksanaan Proses Mitigasi dan penanganan bencana di Kota Jambi.

c. Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan oleh pihak yang bersangkutan terkait Proses Mitigasi dan penanganan bencana di Kota Jambi.

1.5. Landasan Teori

(9)

1.5.1. Kinerja

Kinerja merupakan hasil-hasil fungsi pekerjaan atau kegiatan seseorang atau kelompok dalam suatu organisasi yang dipengaruhi oleh berbagai faktor untuk mencapai tujuan organisasi dalam periode waktu tertentu.7

1.5.2. Mitigasi Bencana

“Mitigasi Bencana adalah istilah yang digunakan untuk menunjuk pada tindakan untuk mengurangi dampak dari suatu bencana yang dapat dilakukan sebelum bencana itu terjadi, termasuk kesiapan dan tindakan-tindakan perngurangan resiko jangka panjang”.8

“Mitigasi bencana mencakup perencanaan dan pelaksanaan tindakan-tindakan untuk mengurangi risiko-risiko yang terkait dengan bahaya-bahaya alam dan bahaya-bahaya karena ulah manusia, dan proses perencanaan untuk respon yang efektif terhadap bencana-bencana yang benar- benar terjadi”.9 Mitigasi bencana harus bersifat tuntas, sehingga masyarakat yang hidup pada kawasan bencana di tuntut untuk bersikap proaktif, baik pada masa sebelum bencana, masa kejadian bencana, maupun pada masa sesudah bencana.10

Mitigasi bencana yang merupakan bagian dari manajemen penanganan bencana, menjadi salah satu tugasPemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dalam rangkapemberian rasa aman dan perlindungan dari ancamanbencana yang mungkin dapat terjadi.

Adapun kebijakan dan strategi Mitigasi bencana meliputi : 1. Kebijakan Mitigasi

Berbagai kebijakan yang perlu ditempuh dalammitigasi bencana antara lain :

7Pabundu Tika, Budaya Organisasi dan Peningkatan Kinerja Perusahaan, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2010), hlm 121.

8 Djauhari Noor, Pengantar Mitigasi Bencana Geologi, Deepublish, Yogyakarta, 2014, hlm. 5.

9 M. Alie Humaedi, Etnografi Bencana, PT LkiS, Yogyakarta, 2016, hlm. 119.

10 Dr. Dedi Hermon, Geografi Bencana Alam, Rajawali Pers, Depok, 2015, hlm.12.

(10)

a. Dalam setiap upaya mitigasi bencana perlu membangunpersepsi yang sama bagi semua pihak baik jajaran aparat pemerintah maupun segenap unsur masyarakat yangketentuan langkahnya diatur dalam pedoman umum,petunjuk pelaksanaan dan prosedur tetap yang dikeluarkanoleh instansi yang bersangkutan sesuai dengan bidangtugas unit masing-masing.

b. Pelaksanaan mitigasi bencana dilaksanakan secara terpadu terkoordinir yang melibatkan seluruh potensi pemerintah dan masyarakat.

c. Upaya preventif harus diutamakan agar kerusakan dan korban jiwa dapat diminimalkan.

d. Penggalangan kekuatan melalui kerjasama dengan semua pihak, melalui pemberdayaan masyarakat serta kampanye.

2. Strategi Mitigasi

Untuk melaksanakan kebijakan dikembangkanbeberapa strategi sebagai berikut:

1. Pemetaan.

Langkah pertama dalam strategi mitigasi ialah melakukan pemetaan daerah rawan bencana.

Pada saat ini berbagai sektor telah mengembangkan peta rawan bencana. Peta rawan bencana tersebut sangat berguna bagi pengambil keputusan terutama dalam antisipasi kejadian bencana alam. Meskipun demikian sampai saat ini penggunaan peta ini belum dioptimalkan. Hal ini disebabkan karena beberapa hal, diantaranya adalah :

a) Belum seluruh wilayah di Indonesia telah dipetakan.

b) Peta yang dihasilkan belum tersosialisasi dengan baik.

c) Peta bencana belum terintegrasi.

d) Peta bencana yang dibuat memakai peta dasar yang berbeda beda sehingga menyulitkan dalam proses integrasinya.

(11)

2. Pemantauan.

Dengan mengetahui tingkat kerawanan secara dini, maka dapat dilakukan antisipasi jika sewaktu-waktu terjadi bencana, sehingga akan lebih mudah melakukan penyelamatan.

Pemantauan di daerah vital dan strategis secara jasa dan ekonomi dilakukan di beberapa kawasan rawan bencana.

3. Penyebaran Informasi

Penyebaran Informasi dilakukan antara lain dengan cara, memberikan posterleaflet kepada Pemerintah Kabupaten/Kota dan Provinsi di seluruh Indonesia yang rawan bencana, tentang tata cara mengenali, mencegah, dan penanganan bencana.

Memberikan infomasi ke media cetak dan elektronik tentang kebencanaan adalah salah satu cara penyebaran informasi dengan tujuan meningkatkan kewaspadaan terhadap bencana geologi di kawasan tertentu. Koordinasi pemerintah daerah dalam hal penyebaran informasi di perlukan mengingat Indonesia sangat luas.

4. Sosialisasi dan Penyuluhan

Sosialisasi dan penyuluhan tentang segala aspek kebencanaan kepada masyarakat bertujuan meningkatkan kewaspadaan dan kesiapan menghadapi bencana jika sewaktu-waktu terjadi. Hal penting yang perlu diketahui masyarakat dan Pemerintah Daerah ialah mengenai hidup harmonis dengan alam di daerah bencana, apa yang perlu dilakukan dan dihindarkan di daerah rawan bencan, dan mengetahui cara menyelamatkan diri jika terjadi bencana.

5. Pelatihan/Pendidikan.

Pelatihan difokuskan kepada tata cara pengungsian dan penyelamatan jika terjadi bencana.

Tujuan latihan lebih ditekankan pada alur informasi, petugas lapangan, pejebat teknis dan masyarakat sampai ketingkat pengungsian dan penyelamatan korban bencana. Dengan

(12)

pelatihan ini terbentuk kesiagaan tinggi menghadapi bencana akan terbentuk.

6. Peringatan Dini

Peringatan dini dimaksudkan untuk memberitahukan tingkat kegiatan hasil pengamatan secara kontinu di suatu daerah rawan bencana dengan tujuan agar persiapan secara dini dapat dilakukan guna mengantisipasi jika sewaktu-waktu terjadi bencana. Peringatan dini tersebut disosialisasikan kepada masyarakat melalui pemerintah daerah dengan tujuan memberikan kesadaran masyarakat dalam menghindarkan diri dari bencana. Peringatan dini dan hasil pemantauan daerah rawan bencana berupa saran teknis dapat berupa antara lain pengalihan jalur jalan (sementara atau seterusnya), pengungsian dan atau relokasi, dan saran penanganan lainnya.11

3. Penanggulangan Bencana

Adapun untuk pelaksanaan penanggulangan bencana ada beberapa tahapan yaitu : a. Pencegahan (Prevention)

Pencegahan merupakan upaya yahg di lakukan untuk mencegah terjadinya bencana (jika mungkin dengan meniadakan bahaya). Misalnya :

1) Melarang pembakaran hutan dalam perladangan 2) Melarang penambangan batu di daerah yang curam 3) Melarang mebuang sampah sembaranagan.

b. Mitigasi Bencana (Mitigation)

Mitigasi bencana adalah serangkaian upaya untuk mengurangi resiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapai

11 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 33 Tahun 2006 Tentang Pedoman Umum Mitigasi Bencana.

(13)

ancaman bencana atau uapaya yang dilakukan untuk meminimalkan dampak yang ditimbulkan oleh bencana. Bentuk mitigasi:

1) Mitigasi Struktural ( membuat checkdam, bendungan, tanggul sungai, rumah tahan gempa dan lain-lain)

2) Mitigasi Nonstruktural (Peraturan perundang-undangan, pelatihan dan lain-lain)

c. Kesiapsiagaan (Preparedness)

Merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna. Misalnya penyiapan sarana komunikasi, pos komando, penyiapan lokasi evakuasi, rencana kontinjensi dan sosialiasi pedoman penanggulangan bencana.

d. Tanggap Darurat (Response)

Tanggap darurat adalah uapaya yang dilakukan segera pada saat kejadian bencana untuk menanggulangi dampak yang ditimbulkan, terutama berupa penyelamatan korban dan harta benda, evakuasi dan pengungsian.

e. BantuanDarurat(Relief)

Bantuan darurat merupakan upaya untuk memberikan bantuan berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan sadar berupa pangan, sandang, tempat tinggal sementara, kesehatan, sanitasi dan air bersih.

f. Pemulihan (Recovery)

1) Upaya yang dilakukan adalah memperbaiki prasarana dan pelayanan dasar (jalan, listrik, air bersih, pasar, puskesmas dan lain-lain).

2) Proses pemulihan darurat kondisi masyarakat yang terkena bancana dengan

(14)

memfungsikan kembali prasarana dan sarana pada keadaan semula

g. Rehabilitasi(Rehabilitation)

Rehabilitasi adalah langkah upaya yang diambil setelah kejadian bencana untuk membantu masyarakat memperbaiki rumahnya, fasilitas umum, dan fasilitas sosial penting dan menghidupkan kembali roda perekonomian.

h. Rekonstruksi ( Reconstruction)

Merupakan program jangka menengah dan jangka panjang guna perbaikan fisik, sosial dan ekonomi untuk mengembalikan kehidupan masyarakat pada kondisi yang sama atau lebih baik dari sebelumnya.12

1.5.3. Teori Koordinasi

Menurut James D. Mooney, “koordinasi merupakan serangkaian usaha kelompok untuk menyatukan tindakan guna mencapai tujuan bersama. Unsur Koordinasi tersebut adalah adanya pengaturan, sinkronisasi, kepentingan bersama, dan tujuan bersama.”13 Dalam koordinasi tentunya terdapat proses mensinergikan dan menyeimbangkan segala kegiatan dalam pekerjaan antara satu pihak bersama dengan pihak lain untuk mencapai tujuan tiap pihak sekaligus tujuan bersama.

1.6. Kerangka Berpikir

12I. Khambali, Manajemen Penanggulangan Bencana, yogyakarta, penerbit Andi, 2017, hlm 15-18. Diunduh dari https://books.google.co.id/books?isbn=9792963359 di akses 6 juli 2018

13 Inu Kencana Syafiie, Ilmu Pemerintahan, Bumi Aksara, Jakarta, 2013, hlm89.

Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang

Penanggulangan Bencana

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jambi

Peraturan Daerah Provinsi Jambi Nomor 3 Tahun 2016 Tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana

(15)

Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran

1.7. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah serangkaian prosedur, berupa cara yang di gunakan peneliti untuk memecahkan masalah dalam penelitian ini. Sehinga, dalam berkelanjutannya menjadi satu kesatuan yang utuh dan konsisten antara metode yang di gunakan dengan teknik oprasional dalam pengumpulan data , instrument penelitian dan analisis data.

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Metode kualitatif digunakan untuk mendapatkan data yang mendalam, suatu data yang mengandung makna. “Makna adalah data yang sebenarnya, data yang pasti yang merupakan suatu nilai di balik data yang tampak. Oleh karena itu dalam penelitian kualitatif tidak menekan pada generalisasi, tetapi lebih menekankan pada makna”.14 Data penelitiannya bersifat deskriptif yaitu berupa penuturan informan BPBD, masyarakat, berita, dokumen-dokumen pribadi seperti foto, catatan pribadi/diary, perilaku, gerak tubuh, mimik dan banyak hal lainnya.

14Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Bandung, Alfabeta, 2012,hlm. 9.

Mitigasi Koordinasi

1. Pemetaan 2. Penyebaran

Informasi 3. Sosialisasi/

Penyuluhan 4. Peringatan

Dini

1. Koordinasi 2. Komando 3. Pengendalian Bencana di

Kota Jambi Kinerja BPBD

(16)

2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah tempat di mana penulis bisa mendapatkan data-data yang akurat untuk mengambarkan keadaan objek yang akan diteliti. Penelitian ini dilakukan di Kantor Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jambi yang beralamat diJl.Yulius Usman No.09. B Komplek BLK Pematang Sulur, Telanaipura Kota Jambi.

3. Sifat Penelitian

Sifat penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian lapangan (empiris). Dalam hal ini, peneliti akan melakukan penelitian secara langsung ke lapangan dengan melihat realitas yang berkaitan dengan penelitian ini. Kemudian realitas-realitas yang ditemukan di lapangan tersebut akan dipilih sesuai kebutuhan penelitian untuk dikumpulkan dan dianalisis.

4. Fokus Penelitian

“Pembatasan masalah yang ada dalam penelitian kualitatif. Penellitian kualitatif sering di sebut fokus penelitian. Sejumlah masalah yang di identifikasikan di kaji dan di pertimbangkan apakah perlu di reduksi atau tidak”.15Di dalam penelitian ini fokus penelitian adalah untuk memamaparkan atau melihat bagaimana Kinerja BPBD dalam proses mitigasi dan kegiatan penanganan bencana yang terjadi di Kota Jambi.

5. Teknik Penentuan Informan.

Dalam penentuan informan penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling. Teknik Purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan

tertentu. Pertimbangan tertentu ini seperti orang yang dianggap terkait dan paling paham atau mengetahui secara jelas tentang Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD).

Pertimbangan informan akan berkaitan langsung dengan masalah penelitian

15 Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik, Bumi Aksara, Jakarta, 2015, Hlm. 109.

(17)

guna memperoleh data dan informasi yang dimaksud adalah sebagai berikut:

a. Kepala Bidang Pencegahan & KesiapsiagaanBadan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)Provinsi Jambi.

b. Anggota Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)Provinsi Jambi.

c. Masyarakat yang terkena dampak bencana di Kota Jambi.

6. Teknik Pengumpulan Data a) Observasi

Observasi ialah pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap gejala-gejala yang diteliti. “Observasi menjadi salah satu teknik pengumpulan data apabila sesuai dengan tujuan penelitian, direncanakan dan dicatat secara sistematis, serta dapat dikontrol keandalan dan kesahihannya (Validitasnya)”.16

Dalam penelitian ini, peneliti akan melakukan pengamatan langsung secara mendalam untuk mengumpulkan data terkait yang diteliti, yaitu Responsibilitas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)Dalam Proses Mitigasi dan Penanganan Bencana.

b) Wawancara

“Wawancara ialah tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih secara langsung.

Pewawancara disebut interviewer, sedangkan orang yang diwawancarai disebut interview”.17 Dalam penelitian ini peneliti akan melakukan wawancara secara terpimpin atau wawancara yang terarah untuk mengumpulkan data-data yang relevan saja kepada pihak yang akan di wawancarai dalam penelitian ini berdasarkan pedoman wawancara hanya menggunakan garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan. Adapun informan yang akan di wawancarai

16 Husaini Usman dan Purnomo Setiadi, Metodologi Penelitian Sosial, Jakarta, PT. Bumi Aksara, 2008, hlm.52

17Ibid, hlm.55

(18)

peneliti yaitu :

Tabel 1.1

Daftar Informan yang akan di wawancara

No Informan Jumlah Informan

1. Kepala Bidang Pencegahan &

Kesiapsiagaan BPBD

1

2. Anggota BPBD 2

3. Masyarakat 4

Total 7

c) Dokumentasi

Teknik pengumpulan data dengan dokumentasi ialah pengambilan daa yang diperoleh melalui dokumen-dokumen. “Data-data yang dikumpulkan dengan teknik dokumentasi cenderung merupakan data sekunder, sedangkan data-data yang dikumpulkan dengan teknik observasi dan wawancara merupakan data primer atau data yang langsung didapatkan dari pihak pertama”.18 Studi dokumentasi dalam hal ini merupakan pengumpulan data yang akan dilakukan melalui dokumen, seperti laporan umum terkait permasalahan, buku, jurnal ilmiah, dan Informan yang saya temui.

7. Teknik Analisis Data

“Analisis data ialah kegiatan analisis mengategorikan data untuk mendapatkan pola hubungan, tema, menaksirkan apa yang bermakna serta menyampaikan atau melaporkannya kepada orang lain yang berminat”.19 Analisis data ini meliputi reduksi data (data reduction), penyajian data (data display), serta penarikan kesimpulan dan verifikasi (conclusion drawing/ verification). Teknik diatas dilakukan supaya data yang telah diperoleh dapat disusun secara terstruktur. Selain itu, melalui tahapan-tahapan diatas bertujuan untuk mempermudah peneliti dalam menyajikan data yang terkumpul.

18Ibid, hlm.69

19Ibid, hlm.84

(19)

8. Sumber data

a) Sumber Data Primer

Data primer adalah sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber aslinya yang berupa wawancara, jajak pendapat dari individu atau kelompok (orang) maupun hasil observasi dari suatu obyek, kejadian atau hasil pengujian (benda). Adapun sumber data primer yang akan dicari yaitu:

1) Kinerja BPBD dalam proses mitgasi dan penanganan bencana di Kota Jambi.

2) Bentuk tanggung jawab BPBD terhadap pencegahan dan penanganan bencana di Kota Jambi 3) Bentuk-bentuk pencegahan dan penanganan BPBD terhadap Bencana yang terjadi.

4) Proses pelaksanaan kegiatan BPBD dalam mitgasi dan penanganan bencana.

b) Sumber Data Sekunder

Data sekunder peneliti dalam penelitian ini ialah diperoleh melalui media perantara atau secara tidak langsung yang berupa buku, catatan, bukti yang telah ada, peraturan, atau arsip baik yang dipublikasikan maupun yang tidak dipublikasikan secara umum. Peneliti melakukan pengumpulan data dengan cara berkunjung ke perpustakaan, pusat kajian, pusat arsip, penelitian terdahulu atau membaca banyak buku ataupun berita yang berhubungan dengan penelitian.

1.8. Sistematika Penulisan

Bab I, Pendahuluan berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, landasan teori, kerangka pikir, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

(20)

Bab II, Tinjauan Pustaka berisi tentang tinjauan umum mengenai Kinerja Badan Penaggulangan Bencana Daerah (BPBD) Dalam Proses Mitigasi Dan Penanganan Bencana di Kota Jambi serta Deskripsi Wilayah mengenai deskripsi dari lokasi penelitian.

Bab III, Pembahasan berisi tentang hasil penelitian dan jawaban dari permasalahan yang meliputi Kinerja Badan Penaggulangan Bencana Daerah (BPBD) Dalam Proses Mitigasi Dan Penanganan Bencana di Kota Jambi.

Bab IV, Penutup berisi tentang kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian dan berisi saran perbaikan yang sesuai dengan permasalahan.

Gambar

Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran

Referensi

Dokumen terkait

Bakrie Telkom Tbk Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di BEI Tahun 2007 Kesimpulan yang diambil berdasarkan uraian dan analisa pada tahun 2007 menunjukan hubungan yang positif

(2) Penilaian kerugian keuangan negara dan/atau penetapan pihak yang berkewajiban membayar ganti kerugian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan..

Pertama , Panduan Umum yang memuat ketentuan umum pengembangan kurikulum yang dapat diterapkan pada satuan pendidikan dengan mengacu pada Standar Kompetensi

The direct effect of other family members' on-farm labour supply is not signi®cantly different from zero in both the participation decision and the level of off-farm labour income,

Berbeda dengan penelitian formal yang sering dilakukan oleh mahasiswa untuk menyelesaikan tugas akhir yang berangkat dari judul penelitian, dalam PTK judul baru bisa

Bingo merupakan salah satu permainan dalam pembelajaran bahasa (Inggris) yang memberikan kesempatan pada anak untuk berinteraksi dan berkompetisi dengan temannya.

Oleh karena itu untuk melancarkan dalam prosesnya kami menghadirkan buku ini sebagai penduan tenaga kesehatan dalam melakukan registrasi secara online dengan

Tujuan penulis melakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan siswa SMAN Surabaya tentang program PENSI di sekolah.Tingkat pengetahuan