• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENGGUNAAN METODE CERAMAH BERVARIASI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGARUH PENGGUNAAN METODE CERAMAH BERVARIASI"

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENGARUH PENGGUNAAN METODE CERAMAH BERVARIASI DENGAN MEDIA CERITA FOLKLORE DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SEJARAH SISWA SMA NEGERI 5 SURAKARTA

DITINJAU DARI KEAKTIFAN SISWA

Oleh :

NURIANA YULITA K4407033

Skripsi

Ditulis dan Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Sejarah Jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2011 commit to user

(2)

PENGARUH PENGGUNAAN METODE CERAMAH BERVARIASI DENGAN MEDIA CERITA FOLKLORE DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SEJARAH SISWA SMA NEGERI 5 SURAKARTA

DITINJAU DARI KEAKTIFAN SISWA

Oleh :

NURIANA YULITA K4407033

Skripsi

Ditulis dan Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Sejarah Jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2011 commit to user

(3)

commit to user

(4)

commit to user

(5)

ABSTRAK

Nuriana Yulita.K4407033.Pengaruh Penggunaan Metode Ceramah Bervariasi Dengan Media Cerita Folklore Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Sejarah Siswa SMA Negeri 5 Surakarta Ditinjau Dari Keaktifan Siswa. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juli 2011.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) perbedaan prestasi belajar sejarah antara siswa yang diajar menggunakan metode ceramah bervariasi dengan menggunakan media cerita folklore dan metode konvensional pada pokok bahasan menganalisa peradaban Indonesia dan dunia serta mengidentifikasi peradaban awal masyarakat di dunia yang berpengaruh terhadap peradaban Indonesia. (2) perbedaan prestasi belajar sejarah antara siswa yang memiliki keaktifan tinggi dan siswa yang memiliki keaktifan rendah pada pokok bahasan menganalisa peradaban Indonesia dan dunia serta mengidentifikasi peradaban awal masyarakat di dunia yang berpengaruh terhadap peradaban Indonesia. (3) interaksi antara penerapan metode pembelajaran dan keaktifan siswa terhadap peningkatan prestasi belajar sejarah pada pokok bahasan menganalisa peradaban Indonesia dan dunia serta mengidentifikasi peradaban awal masyarakat di dunia yang berpengaruh terhadap peradaban Indonesia.

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen. Populasi adalah semua siswa kelas X SMA Negeri 5 Surakarta Tahun Pelajaran 2010/2011. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian yaitu cluster random sampling sejumlah 2 kelas, yaitu kelas X5 dan X8 yang masing-masing terdiri dari 36 siswa. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik dokumentasi, teknik angket dan teknik tes. Teknik dokumentasi digunakan untuk memperoleh data keadaan awal siswa yang diambil dari nilai sejarah hasil ujian semester 1.

Teknik angket digunakan untuk mengungkap data tingkat keaktifan siswa. Teknik tes digunakan untuk mengungkap data kemampuan kognitif sejarah siswa pada pokok bahasan menganalisa peradaban Indonesia dan dunia serta mengidentifikasi

commit to user

(6)

peradaban awal masyarakat di dunia yang berpengaruh terhadap peradaban Indonesia. Teknik analisis data yang digunakan adalah anava dua jalan.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: (1) Terdapat perbedaan kemampuan menganalisa peradaban Indonesia dan dunia serta mengidentifikasi peradaban awal masyarakat di dunia yang berpengaruh terhadap peradaban Indonesia antara siswa yang diajar dengan metode ceramah bervariasi dengan media cerita folklore dengan siswa yang diajar dengan metode konvensional.(2) Tidak terdapat perbedaan kemampuan menganalisa peradaban Indonesia dan dunia serta mengidentifikasi peradaban awal masyarakat di dunia yang berpengaruh terhadap peradapan Indonesia antara siswa yang diajar dengan metode ceramah bervariasi dengan media cerita folklore antara siswa yang memiliki keaktifan tinggi dengan siswa yang memiliki keaktifan rendah. (3) Tidak terdapat interaksi antara metode pembelajaran yang diterapkan dengan tingkat keaktifan siswa.

commit to user

(7)

ABSTRACT

Nuriana Yulita.K4407033.THE EFFECT OF THE USING VARIATIF LECTURE METHOD WITH FOLKLORE STORY AS THE MEDIA IN IMPROVING HISTORICAL LEARNING ACHIEVEMENT OF THE STUDENT IN SMA NEGERI 5 SURAKARTA REVISED FROM STUDENT ACTIVENESS. Thesis, Surakarta: Faculty of Teacher Training and Science Education. Sebelas Maret University Surakarta, July 2011.

The purpose of this research are to know: (1) differences in historical learning achievement between students who are taught using variatif lecture method with the use folklore story as media and conventional methods with the main subject of analyzing Indonesia and the world civilization also to identify the early civilizations of the world community that affect Indonesian civilization. (2) differences in historical learning achievement between students who have high activity and students who have low activity on the main subject of analyzing Indonesia and world civilization and identify the early civilizations of the world community that affect Indonesian civilization. (3) the interaction between the application of learning methods and students activeness to increase historical learning achievement in the main subject of analyzing Indonesia and world civilization and identify the early civilizations of the world community that affect Indonesian civilization.

This research uses experimental methods. Population all students in class X of SMA 5 Surakarta academic Year 2010/2011. The sampling technique used in this research was cluster random sampling as many as 2 classes, X5 and X8 are each composed of 36 students. Data collecting techniques used were technical documentation, technical questionnaires and testing techniques. Documentation techniques used to obtain the initial state of student data derived from the value of history exam results in semester 1. Questionnaire technique used to uncover the data of student's level activity. Test techniques used to uncover data about the student cognitive abilities of history on the main subject of analyzing Indonesia and world civilization and identify the early civilizations of the world community commit to user

(8)

that affect Indonesian civilization. Data analysis technique used are two ways anava.

Based on this research can be concluded that: (1) There are differences in the ability of analyzing Indonesia and world civilization and identify the early civilizations of the world community that affect Indonesian civilization between students who were taught by variatif lecture method with the media folklore story with students who are taught by conventional methods. (2) There were no differences in the ability of analyzing Indonesia and world civilization and identify the early civilizations of the world community that affect Indonesian civilization among students who were taught by variatif lecture method with the media folklore story between students who have high activity with students who have low activity. (3) There was no interaction between learning methods that applied to students' level of activity.

commit to user

(9)

MOTTO

“Tantangan adalah ujian yang membedakan antara orang yang benar dan dusta. Jika kamu bersabar terhadap segala tantangan yang ada, niscaya akan berubah penolong yang akan menghantarkanmu kepada tujuan.”

(Ibnu Qoyyim Al Jauziah)

...Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.

(Q.S. Al Mujaadilah: 11)

Doing the best at this moment puts you in the best place for next moment.

(Oprah Winfrey)

"Everything I will make running well"

(penulis)

commit to user

(10)

PERSEMBAHAN

Karya sederhana ini kupersembahkan untuk:

1. Ibu dan Bapak tercinta, terimakasih atas semuanya. Akhirnya Lita bisa wujudkan salah satu keinginan kalian.

2. Adikku (Syaddah), kamu harus bisa!

3. Untuk seseorang yang di sana, terima kasih atas doa,dukungan dan semangat yang selalu terucap untukku.

4. Keluarga besarku, Mas Wahyu, Puput, Pepem, Bulik, Mas Luki, dan Mas Doni terima kasih sudah menyemangatiku saat aku terpuruk.

5. Simbah Wonogiri, Ibu Parti, Budhe Painem, Pakdhe Moel, dan Wiwied terima kasih atas doa dan dukungannya.

6. Bapak, Ibu guru dan Dosen terimakasih atas ilmu yang diajarkan.

7. Teman-teman Sejarah ‘07 terimakasih atas dukungan dan kekompakannya.

8. Keluarga besar kos Teknocita, Guyit, Wiwit, Indung, Elisa, Qoqom, Riska, Mutia, dan semuanya, terima kasih atas persahabatannya aku pasti akan kangen saat-saat menggila bersama kalian.

9. Almamater

commit to user

(11)

KATA PENGANTAR

Puji syukur dan terima kasih kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah, dan karunia-Nya sehingga atas kehendak-Nya penulisan skripsi ini dapat diselesaikan untuk memenuhi sebagian dari persyaratan guna mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam penyelesaian penulisan Skripsi ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan yang timbul dapat diatasi. Oleh karena itu, atas segala bentuk bantuannya, penulis sampaikan terima kasih kepada yang terhormat :

1. Rektor Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menggunakan fasilitas yang ada di lingkungan kampus.

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin pembuatan Skripsi ini.

3. Ketua Jurusan P. IPS Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Ketua Program Sejarah Jurusan P. IPS Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret.

5. Drs. Slamet Subagyo, M.Pd, Selaku Koordinator Skripsi Program Sejarah Jurusan P. IPS Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

6. Dr. Nunuk Suryani, M.Pd, Selaku Pembimbing I Skripsi yang telah memberikan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.

7. Dra. Sri Wahyuni, M.Pd, Selaku Pembimbing II Skripsi yang telah memberikan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.

8. Kepala Sekolah SMA Negeri 5 Surakarta yang telah memberikan tempat untuk penelitian ini.

Penulis menyadari bahwa dalam Skripsi ini masih ada kekurangan. Namun demikian penulis berharap, semoga Skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan dunia pendidikan.

Surakarta, 2011

Penulis commit to user

(12)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGAJUAN ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... . iv

HALAMAN ABSTRAK ... v

HALAMAN MOTTO ... vii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... . viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... . xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... . xvi

BAB I PENDAHULUAN ... .. 1

1. Latar Belakang Masalah ... ... 1

2. Perumusan Masalah ... ... 8

3. Tujuan Penelitian ... .. 9

4. Manfaat Penelitian ... .. 9

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS ... 10

A. Kajian Teori ... ... 10

A. Pengertian Metode Ceramah Bervariasi Dengan Media Cerita Folklore... 10

a. Pengertian Metode Ceramah Bervariasi ... ... 10

B. Media Cerita Folklore ... ... 11

a. Pengertian Media ... .. 11

b. Pengertian Folklore ... ... 13

C. Metode Konvensional ... .... 14

a. Pengertian Pendekatan Konvensional ... ... 14 b. Penerapan commit to user Pendekatan Konvensional dalam

(13)

Pembelajaran ... 14

D. Keaktifan ... ... 16

a. Pengertian Keaktifan ... ... 16

b. Jenis-Jenis Keaktifan Dalam Belajar ... .... 17

c. Faktor Faktor yang Mempengaruhi Keaktifan Belajar . 17 E. Prestasi Belajar ... .... 18

1. Pengertian Prestasi ... ... 18

2. Pengertian Belajar ... ... 18

3. Pengertian Prestasi Belajar ... .... 19

4. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar.. 20

B. Penelitian yang Relevan ... ... 21

C. Kerangka Berpikir ... ... 24

D. Pengajuan Hipotesis ... ... 26

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... .... 27

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... ... 27

B. Metode Penelitian ... .... 27

C. Populasi dan Sampel ... 28

D. Variabel Penelitian ... .... 29

E. Teknik Pengumpulan Data ... .... 31

F. Instrumen Penelitian ... ... 32

G. Teknik Analisis Data ... ... 37

BAB IV HASIL PENELITIAN ... ... 46

A. Deskripsi Data ... ... 46

B. Uji Prasyarat Analisis ... ... 58

C. Pengujian Hipotesis ... ... 60

D. Pembahasan Hasil Hipotesis ... ... 63

E. Keterbatasan Penelitian ... ... 70

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ... ... 72

A. Kesimpulan ... ... 72

B. Implikasi ... .... 73 C. Saran ... ... commit to user 73

(14)

DAFTAR PUSTAKA ... ... 74 LAMPIRAN ... .... 76

commit to user

(15)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Rancangan analisis data penelitian ... 28

Tabel 4.1 Distribusi frekuensi prestasi belajar sejarah dengan metode ceramah bervariasi dengan media cerita folklore ... 47

Tabel 4.2 Distribusi frekuensi prestasi belajar sejarah dengan metode konvensional... 48

Tabel 4.3 Distribusi frekuensi prestasi belajar pada siswa yang memiliki keaktifan tinggi ... ... 50

Tabel 4.4 Distribusi frekuensi prestasi belajar sejarah pada siswa dengan keaktifan rendah ... 51

Tabel 4.5 Distribusi frekuensi prestasi belajar sejarah menggunakan metode ceramah bervariasi dengan media cerita folklore bagi kelompok siswa yang memiliki keaktifan tinggi... 53

Tabel 4.6 Distribusi frekuensi prestasi belajar sejarah menggunakan metode ceramah bervariasi dengan media cerita folklore bagi kelompok siswa yang memiliki keaktifan rendah ... 54

Tabel 4.7 Distribusi frekuensi prestasi belajar sejarah menggunakan metode konvensional bagi kelompok siswa yang memiliki keaktifan tinggi ... .. 56

Tabel 4.8 Distribusi frekuensi prestasi belajar sejarah menggunakan metode konvensional bagi kelompok siswa yang memiliki keaktifan rendah ... 57

Tabel 4.9 Ringakasan hasil uji normalitas dengan metode lilliefors ... 59

Tabel 4.10 Rangkuman data penelitian untuk pengujian hipotesis ... ... 60

Tabel 4.11 Rangkuman hasil anava dua jalan ... .... 61

Tabel 4.12 Ringkasan pengujian hipotesis ... ... 61

commit to user

(16)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 4.1 Histogram prestasi belajar sejarah dengan metode ceramah

bervariasi dengan media cerita folklore ... 47 Gambar 4.2 Histogram prestasi belajar sejarah dengan metode

Konvensional ... 48 Gambar 4.3 Histogram prestasi belajar pada siswa yang memiliki

keaktifan tinggi ... 50 Gambar 4.4 Histogram prestasi belajar sejarah pada siswa

dengankeaktifan rendah ... 51 Gambar 4.5 Histogram prestasi belajar sejarah menggunakan metode

ceramah bervariasi dengan media cerita folklore bagi kelompok siswa yang memiliki keaktifan tinggi ... 53 Gambar 4.6 Histogram prestasi belajar sejarah menggunakan metode

ceramah bervariasi dengan media cerita folklore bagi kelompok siswa yang memiliki keaktifan rendah ... 54 Gambar 4.7 Histogram frekuensi prestasi belajar sejarah menggunakan

metode konvensional bagi kelompok siswa yang memiliki keaktifan tinggi ... 56 Gambar 4.8 Histogram prestasi belajar sejarah menggunakan metode

konvensional bagi kelompok siswa yang memiliki keaktifan rendah ... 57

commit to user

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman 1. RPP Sejarah dengan metode ceramah bervariasi dengan media cerita

folklore ... ... 74

2. RRP Sejarah dengan metode konvensional ... 86

3. Kisi-Kisi Tes Kemampuan Kognitif Sejarah Siswa ... 87

4. Soal Tes Kemampuan Kognitif Sejarah Siswa ... 91

5. Kunci Jawaban Tes Kemampuan Kognitif Sejarah Siswa ... 102

6. Kisi-Kisi Angket Tingkat Keaktifan Siswa ... 103

7. Soal Tes Angket Tingkat Keaktifan Siswa ... 104

8. Lembar Jawab Angket Tingkat Keaktifan Siswa ... 110

9. Uji Validitas, Realibilitas, Taraf Kesukaran, Dan Daya Beda Soal ... 111

10. Data Nilai Keadaan Awal Sejarah Siswa ... 125

11. Data nilai kemampuan Kognitif Sejarah Siswa ... 127

12. Uji Normalitas ... 129

13. Uji Homogenitas ... 131

14. Uji Analisis Variansi Dua Jalan ... 132

15. Perijinan ... . 133

commit to user

(18)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah suatu proyek kemanusiaan yang tiada henti – hentinya ditangani, dan tidak akan pernah selesai untuk dikerjakan dari waktu ke waktu.

Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting bagi umat manusia, sekaligus sebagai bukti faktual fenomenal, yang bahwasannya pendidikan itu tidak hanya akan berhenti pada satu generasi melainkan akan terus berkesinambungan mulai dari generasi lampau, generasi kini sampai generasi mendatang.

Tujuan Pembangunan Nasional adalah untuk menciptakan manusia Indonesia seutuhnya yaitu manusia yang sehat jasmani dan rohaninya. Manusia yang sehat fisik dan mentalnya. Dalam melaksanakan pembangunan, yang dibangun bukan hanya sarana dan prasarana yang bersifat fisik saja tetapi juga membangun mental rakyat Indonesia. Bukan hanya membangun gedung – gedung, sarana dan prasarana baru yang lain, tetapi juga membangun mental bangsa Indonesia agar menjadi manusia yang bertaqwa, berbudi luhur, berjiwa nasionalisme, cerdas, menguasai ilmu pengetahuan, dan teknologi (Sudaryono,2000:1)

Dalam rangka membangun mental manusia Indonesia pemerintah berusaha memenuhi sarana dan prasarana di bidang pendidikan. Lewat pendidikan akan dapat diwujudkan manusia yang cerdas, menguasai ilmu dan teknologi, berbudi luhur serta berjiwa nasionalisme. Melalui pendidikan akan tercipta sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas.

Untuk mengikuti kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi pada saat ini menuntut agar setiap anggota masyarakat memperoleh pendidikan. Hal ini telah termuat dalam UUD 1945 pasal 33 ayat 1 yang berbunyi :”Setiap warga negara berhak mendapatkan pengajaran”.

commit to user

(19)

Sejalan dengan itu untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia serta kualitas sumber daya manusia, pemerintah menggariskan tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam UU No. 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 4 yang menyatakan bahwa:

“Tujuan Pendidikan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggungjawab kemasyarakatan dan kebangsaan”.

Tujuan pendidikan nasioal di atas dapat dicapai melalui peningkatan kualitas pendidikan dan kualitas tenaga pendidikan. Seperti yang dikatakan oleh Wardiman Djoyonegoro (1996 :176) bahwa “Faktor penyediaan dan peningkatan tenaga pengajar selalu menjadi komponen utama dalam meningkatkan mutu pendidikan”. Jadi kualitas tenaga pendidikan mempunyai peranan penting dalam pencapaian tujuan pendidikan nasional.

Dewasa ini telah banyak dilakukan pemerintah dan masyarakat dalam rangka peningkatan dan pemerataan mutu pendidikan melalui peningkatan kualitas pembelajaran, antara lain melalui perantara tenaga pendidikan, bantuan buku-buku dan alat pelajaran, pengembangan kurikulum, peningkatan metode dan pendekatan mengajar, dan sebagainya. Namun demikian, kualitas pendidikan masih manjadi tantangan yang sangat berat dan sangat memprihatinkan. Salah satu penyebab permasalahan ini adalah upaya peningkatan mutu yang berorientasi pada berbagai komponen pendidikan belum diupayakan secara optimal, antara lain kemampuan guru dan keaktifan siswa. Penyebab lain adalah selama ini dalam menerapkan pendekatan education production function terlalu memusatkan pada input pendidikan (input oriented) dan kurang memperhatikan pada proses pendidikan. Padahal, proses pendidikan sangat menentukan output pendidikan (Depdiknas,2000:4)

Sejalan dengan pembaharuan pendidikan yang makin berkembang luas, permasalah yang makin mendesak adalah faktor kemampuan guru. Faktor ini dapat memberikan pengaruh langsung terhadap hasil pendidikan. Penguasaan commit to user

(20)

materi dan metode pembelajaran merupakan persyaratan mutlak untuk meningkatkan mutu pendidikan. Upaya peningkatan kualitas guru yang telah dilaksanakan, ternyata hasilnya belum dirasakan cukup. Untuk menghadapi perkembangan dunia pendidikan di abad teknologi. Padahal semua tahu bahwa kualitas guru yang handal sangat diperlukan saat ini. Oemar Hamalik (2001:196) mengemukakan bahwa guru merupakan faktor yang dominan dan sangat penting bagi berbagai bidang usaha. Oleh karena itu kualitas guru harus ditingkatkan, baik sikap, pengetahuan, keterampilan dan kreatifitas. Upaya ini dilakukan guna mewujudkan proses pembelajaran dapat berlangsung dengan baik, jika strategi pembelajaran dapat mengembangkan motivasi dan gairah belajar.

Guru sebagai tenaga pendidikan (pengajar dan pendidik) mempunyai tugas yang sangat berat. Sebagai salah satu faktor penentu tercapainya tujuan pendidikan nasional maka seorang guru dituntut untuk bersikap professional.

Seperti yang dikatakan oleh Mutrofin (1998 :4) “Profesi yang professional selalu menggunakan teknik dan prosedur intelektual yang harus dipelajari secara sengaja dan diterapkan untuk kemaslahatan orang lain”.

Sudarto (1997 : 4) mengatakan : “guru yang professional memiliki cirri – ciri sebagai berikut: 1) Mempunyai kepedulian pada siswa dan proses belajar mengajar. 2) Menguasai secara mendalam bahan ajaran dan rencana pengajarannya. 3) Berusaha meningkatkan mutu profesionalismenya. 4) Mampu berfikir sistematis dalam melakukan tugasnya.

Seorang guru harus dapat menciptakan suasana kegiatan belajar mengajar (KBM) yang menyenangkan dan komunikatif agar kegiatan belajar- mengajar dapat berjalan dengan baik dan mencapai hasil yang maksimal. Guru harus mempunyai strategi mengajar yang dapat membuat para siswa betah dan nyaman dalam mengikuti pelajaran. Hal ini biasanya berhubungan dengan metode mengajar yang digunakan oleh guru. Seorang guru di dalam menggunakan metode belajar-mengajar harus menyesuaikan diri dengan beberapa hal antara lain : fasilitas, jam pelajaran, mata pelajaran, keadaan siswa, dan lain – lain.

Penggunaan metode mengajar yang kurang tepat dapat menyebabkan proses belajar mengajar (PBM) menjadi membosankan, tidak menarik yang commit to user

(21)

berakibat tidak tercapainya tujuan proses belajar mengajar itu sendiri. Banyak guru yang masih kurang tepat memilih dan menggunakan metode mengajar.

Padahal suasana atau iklim belajar mengajar harus diciptakan dalam proses pembelajaran sehingga dapat memotivasi siswa untuk senantiasa belajar dengan baik dan bersemangat. Sebagaimana diketahui bahwa metode mengajar merupakan sarana interaksi guru dengan siswa di dalam kegiatan belajar mengajar. Dengan demikian, yang perlu diperhatikan adalah ketepatan metode mengajar yang dipilih dengan tujuan, jenis, dan sifat materi pelajaran dengan kemampuan guru dalam memahami dan melaksanakan metode tersebut (Usman dan Setyawati 1993:120).

Kebanyakan siswa menganggap bahwa bidang studi eksakta dianggap pelajaran yang penting, sedang bidang studi ilmu sosial dianggap kurang penting.

Bidang studi IPS, khususnya mata pelajaran Sejarah dianggap mata pelajaran kurang penting. Sejarah dianggap mata pelajaran yang kurang menarik, hafalan dan membosankan. Di samping masalah – masalah tersebut, masalah yang sering dijumpai di sekolah – sekolah adalah guru dalam mengajar mata pelajaran Sejarah kurang dapat memilih dan menggunakan metode mengajar yang sesuai dengan situasi dan kondisi di mana preoses belajar mengajar itu berlangsung. Sehingga minat siswa pada mata pelajaran ini sangat sedikit. Selain itu mata pelajaran Sejarah yang tidak menjadi mata pelajaran yang di ujikan ketika Ujian Nasional membuat siswa malas untuk mempelajarainya. Hal ini menunjukkan siswa bersikap apatis dalam menerima mata pelajaran Sejarah karena dianggap mata pelajaran kurang penting, mata pelajaran yang kurang menarik, hafalan dan membosankan, yang berakibat prestasi belajar siswa menjadi rendah.

Proses pembelajaran pada mata pelajaran Sejarah diketahui keaktifan siswa justru sangat rendah. Hal ini disebabkan guru tidak dapat menciptakan suasana kegiatan belajar mengajar yang menyenangkan dan komunikatif, sehingga tidak ada interaksi antara siswa dengan guru, siswa dengan siswa, dan siswa dengan lingkungan. Dan akibatnya tidak ada perubahan yang lebih baik pada diri siswa, sebab guru tidak mempunyai strategi mengajar yang dapat membuat para siswa

commit to user

(22)

betah dan nyaman dalam mengikuti pelajaran. Sehingga dalam proses pembelajaran tidak akan tercipta situasi belajar aktif.

Masalah lain yang muncul selain maasalah yang telah disebutkan di atas adalah mengenai penyediaan buku-buku pelajaran sejarah yang selama ini lebih bersifat memberikan materi instan tentang fakta sejarah kepada para siswa daripada memberikan “daya kreatif siswa” untuk memahami sebuah peristiwa sejarah. Penulis buku tidak memberikan ruangberfikir kepada siswa tentang bagaimana sebuah fakta sejarah muncul, dan narasi sejarah disajikan. Akibatnya siswa tidak dapat terlarut dalam sebuah narasi sejarah, sehingga siswa bosan membaca teks sejarah di sekolah.

Siswa juga jarang untuk diajak berdialog tentang bagaimana sebuah karya sejarah dalam periode tertentu muncul (Wasino, 2004:1).

Bidang studi sejarah secara khusus sebenarnya mempunyai banyak peluang dalam menawarkan bagaimana belajar untuk berpikir. Sejarah memberikan suatu pengalaman dalam mengumpulkan, mengorganisir dan mengklarifikasi data yang luas. Sejarah juga dapat melahirkan suatu kebebasan untuk berargumentasi dan berilustrasi yang dapat merangsang rasa ingin tahu peserta didik. Dengan memahami bidang sejarah serta metodologi pengajaran yang relevan, secara maksimal, maka berbagai peristiwa sejarah yang kontroversial dapat dijadikan sebagai bahan dialog yang menarik.

Secara teoretis sebenarnya media yang digunakan dalam pengajaran sejarah dapat dipilih dari sekian banyak media mengajar yang telah tersedia. Seorang guru hendaknya mempunyai kemampuan di dalam memilih media yang tepat untuk setiap pokok bahasan, bahkan untuk setiap tujuan khusus pengajaran yang telah dirumuskan, misalnya untuk setiap topik dapat digunakan berbagai macam media pengajaran sejarah. Media yang dapat dipilih dan ditetapkan antara lain menampilkan gambar, film dan penampilan lainnya yang dapat digunakan untuk menambah pemahaman terhadap data visual, dapat juga narasi seperti cerita, anekdot, atau membaca bagian dari drama sejarah. Beberapa faktor penyebab kelemahan pengajaran sejarah dalam proses penyampaian guru dan penguasaan siswa terhadap materi sejarah menurut Wasino (2004:2) antara lain :1) Kurangnya kesadaran sebagian guru tentang bagaimana sebuah peristiwa sejarah ditulis. 2) Kurangnya akses terhadap hasil-hasil penelitian sejarah. 3) Kurangnya variasi dalam metode penyampaian materi sejarah. commit to user

(23)

Untuk meningkatkan keaktifan siswa terhadap pelajaran sejarah, guru dapat melakukan variasi dalam proses belajar mengajar, salah satunya melalui penerapan metode sejarah dengan menggunakan media cerita foklore.

"Menurut Muh. Uzer Usman (1993:121):”Metode ceramah bervariasi adalah cara penyampaian informasi atau materi pelajaran melalui penuturan secara lisan yang divariasikan penggunaannya dengan penyampaian metode mengajar yang lain seperti :diskusi, Tanya jawab, pemberian tugas dan lain – lain”.

Dalam dunia pendidikan, seorang guru harus dapat mentransformasikan setiap materi pelajaran yang akan diajarkan kepada siswa. Agar proses belajar mengajar dapat mencapai tujuan yang optimal, maka harus ada media yang mendukungnya.

Adapun kriteria penggunaan media ini menurut Isbani (1988:10) meliputi:

1)penggunaan media dapat memperluas jangkauan guru dalam mengajar, 2)penggunaan media dapat mempercepat proses berpikir dalam pendidikan,3)penggunaan media dalam pendidikan juga dapat membantu dalam penginderaan manusia,4)dalam proses belajar mengajar tradisional penggunaan media hanya berfungsi sebagai alat bantu guru mengajar.

Hal tersebut di atas bila diperhatikan mengandung makna, media dapat memberikan suatu pengertian, pengalaman, kepada manusia yang membutuhkan dengan melalui penglihatan sampai dengan pengalaman yang nyata.

Memilih media yang baik untuk tujuan instruksional tidaklah mudah, terutama media yang benar – benar membantu siswa mencapai tujuan dalam pelajaran. Seperti dikatakan oleh Anderson (1987:10), bahwa dalam pemilihan itu harus didasarkan pada beberapa faktor yang saling berhubungan, diantaranya seberapa jauh media itu sesuai dengan kebutuhan siswa, media apa yang dianggap paling praktis, apakah nilai bahan pelajaran tersebut sepadan dengan biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan media itu dan lain – lain.

Penelitian ini media yang digunakan adalah media cerita foklore. Cerita foklore yang berasal dari bahasa asing folk dan lore yang masing – masing katanya berarti folk adalah mengingat dan lore adalah tradisinya. Maka folklore adalah kebudayaan suatu kolektif yang tersebar dan diwariskan secara turun commit to user

(24)

temurun, di antara kolektif macam apa saja, secara tradisional dalam versi yang berbeda, baik dalam bentuk tulisan maupun contoh yang disertai dengan gerak isyarat atau alat pembantu pengingat (James Danandjaja, 1997:2).

Penggunaan media cerita folklore ini diharapkan siswa dapat lebih tertarik dengan mata pelajaran Sejarah sebab dalam metode ini guru menjelaskan materi pelajaran dengan mengambil contoh cerita folklore yang berkembang di masyarakat seperti mitos, dongeng, dan hikayat. Sebab pelajaran sejarah biasanya menggunakan metode konvensional yaitu dengan metode ceramah saja. Hal ini dapat dimaklumi karena ceramah merupakan metode pembelajaran yang paling mudah dilakukan, siswa yang terbiasa mendengar ceramah guru rasanya belum belajar kalau belum mendengar ceramah guru. Selain itu dengan menggunakan media cerita folklore ini siswa tidak merasa bosan dan akan lebih cepat memahami materi yang diberikan sebab contoh cerita rakyat yang digunakan berasal dari cerita rakyat yang berkembang di lingkungan sekitar mereka sehingga siswa lebih faham dan cepat mengerti dengan materi yang disampaikan dan siswa lebih aktif dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar. Siswa yang semula tidak tertarik dengan pelajaran Sejarah akan terangsang/tertarik untuk mempelajarinya.

Selain itu siswa akan lebih mudah mempelajari konsep sesuai dengan tujuan pembelajaran sehingga dapat mendukung tercapainya efektifitas pembelajaran.

Berdasarkan kondisi – kondisi di atas, maka sangat menarik untuk diadakan penelitian dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas proses belajar mengajar dan prestasi belajar siswa dengan menggunakan metode ceramah bervariasi sebagai metodenya dan media cerita folklore sebagai medianya. Diharapkan dengan penelitian ini prestasi belajar siswa meningkat dan keaktifan siswa dalam kelas juga lebih meningkat. Oleh karena itu penelitian ini dikemas dengan judul :

“Pengaruh penggunaan metode ceramah bervariasi dengan menggunakan media cerita foklore dalam meningkatkan prestasi belajar sejarah siswa SMA Negeri 5 Surakarta ditinjau dari keaktifan siswa”.

commit to user

(25)

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas, maka dapat di rumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Adakah perbedaan prestasi belajar Sejarah antara siswa yang diajar menggunakan metode ceramah bervariasi dengan menggunakan media cerita folklore dan metode konvensional ?

2. Adakah perbedaan prestasi belajar Sejarah antara siswa yang memiliki keaktifan tinggi dan siswa yang memiliki keaktifan rendah?

3. Adakah interaksi antara penerapan metode pembelajaran dan keaktifan siswa terhadap peningkatan prestasi belajar sejarah?

C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk meneliti:

1. Perbedaan prestasi belajar Sejarah antara siswa yang diajar menggunakan metode ceramah bervariasi dengan menggunakan media cerita folklore dan metode konvensional.

2. Perbedaan prestasi belajar Sejarah antara siswa yang memiliki keaktifan tinggi dan siswa yang memiliki keaktifan rendah.

3. Interaksi antara penerapan metode pembelajaran dan kektifan siswa terhadap peningkatan prestasi belajar sejarah.

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan pada tujuan penelitian yang hendak dicapai, maka penelitian ini diharapkan bermanfaat dalam pendidikan baik secara langsung maupun tidak langsung. Adapun kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Memberikan alternatif model dan metode pembelajaran yang efektif dan efisien dalam bidang studi Sejarah.

2. Memberikan sumbangan pemikiran bagi seorang guru dalam menggunakan model pembelajaran sehingga tercapai hasil yang maksimal.

commit to user

(26)

3. Memberikan masukan pada calon guru agar lebih memperhatikan masalah-masalah yang terkait dengan pembelajaran sehingga dapat meningkatkan mutu proses belajar mengajar.

4. Sebagai bahan pertimbangan, masukan atau acuan bagi penelitian sejenis.

commit to user

(27)

BAB II

KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Kajian Teori

1. Pengertian Metode Ceramah Bervariasi Dengan Media Cerita Folklore a. Pengertian Metode Ceramah Bervariasi

Metode ceramah bervariasi mempunyai pengertian yang berbeda dengan pengertian metode ceramah. Pada hakikatnya metode ceramah bervariasi adalah metode ceramah yang pelaksanaannya divariasikan dengan metode mengajar yang lain, seperti metode Tanya jawab, Metode Diskusi, Media Cerita Folklore dan lain – lain.

Menurut Muh. Uzer Usman (1993:121):”Metode ceramah bervariasi adalah cara penyampaian informasi atau materi pelajaran melalui penuturan secara lisan yang divariasikan penggunaannya dengan penyampaian metode mengajar yang lain seperti : Diskusi, Tanya jawab, Pemberian Tugas dan lain – lain”.

Keuntungan atau kelebihan Metode Cermah Bervariasi.

Menurut Muh Usman (1993:121) kelebihan atau keuntungan metode ceramah bervariasi adalah:

a. Guru dapat menyampaikan bahan baru atau materi kepada siswa yang jumlahnya cukup banyak.

b. Dapat membangkitkan hasrat atau minat dan antusias siswa.

c. Guru dapat menyajikan materi yang sukar dimengerti agar menjadi jelas.

d. Dapat mengatasi waktu yang terbatas sedang materi yang akan disampaikan cukup banyak.

e. Dapat digunakan sebagai bahan pengantar atau penyimpul hal – hal materi pelajaran.

Lebih lanjut menurut Muh Uzer Usman (1993:121) langkah – langkah yang harus ditempuh oleh seorang guru apabila menggunakan metode ceramah bervariasi adalah: commit to user

(28)

a) Persiapan menyusun metode ceramah.

1. Merumuskan tujuan pembelajaran khusus yang hendak dicapai.

2. Menyusun pokok – pokok ceramah secara sistematis bila mungkin diperbanyak sesuai dengan jumlah siswa.

b) Penyajian

1. Membagikan bahan ceramah kepada siswa (disiasati dengan penulisan pokok – pokok ceramah pada papan tulis)

2. Menyajikan ceramah secara garis besar.

3. Menyajikan ceramah bagian pertama secara rinci

4. Istirahat kurang lebih 5 menit dengan maksud agar siswa menelaah catatan atau menanyakan suatu materi pelajaran kepada guru.

5. Menyajikan ceramah bagian kedua dan diakhiri dengan perumusan masalah untuk mendiskusikan atau untuk Tanya jawab.

6. Evaluai interaksi proses belajar mengajar (PBM) untuk memperoleh umpan balik.

Disamping memperhatikan langkah – langkah tersebut di atas, untuk meningkatkan kadar cara belajar siswa aktif (CBSA), guru perlu memperhatikan hal – hal sebagai berikut:

1. Gunakan alat peraga yang membangkitkan motivasi

2. Selingi ceramah dengan ilustrasi yang menarik perhatian siswa.

3. Mulailah ceramah dengan mengajukan masalah yang membangkitkan rasa ingin tahu siswa.

2. Media Cerita Folklore a. Pengertian Media

Kemajuan ilmu dan teknologi yang semakin pesat ini terus mempengaruhi aspek kehidupan manusia. Tidak heran bila terjadi proses transformasi baik budaya, ekonomi, politik dan teknologi. Agar arus informasi ini dapat diterima oleh penerima informasi tentu dibutuhkan suatu media penghubung yang sering disebut dengan media informasi.

commit to user

(29)

Di dunia pendidikan seorang guru harus dapat mentransformasikan setiap materi pelajaran yang akan diajarkan kepada siswa. Agar proses belajar-mengajar dapat mencapai tujuan yang optimal, maka harus ada media yang mendukungnya.

Media komunikasi yang lazim digunakan dalam dunia pendidikan sering disebut dengan media pendidikan. Untuk membicarakan lebih lanjut apa yang dimaksud dengan media pendidikan, kita harus mengetahui terlebih dahulu mengenai definisi media.

Media secara harfiah berarti pengantar (Poerwadarminta,1989). Jadi media disini merupakan wahana penyalur pesan atau informasi belajar. Batasan media menurut “National Educational Association”dalam Isbani (1988:10) adalah

“segala benda yang dapat dimanipulasikan, dilihat, didengar, dibaca, dan dapat dibicarakan beserta instrumen yang mendukung kegiatan tersebut.

Santoso S. Hamidjojo dalam Isbani (1988:10) menjelaskan bahwa media adalah semua bentuk “perantara “ yang dipakai orang menyebar ide, sehingga gagasan itu sampai pada penerima. Dari pendapat di atas dapat dikatakan bahwa yang disebut dengan media adalah seluruh komunikasi yang digunakan untuk membawa atau menyampaikan suatu pesan. Media ini merupakan sarana penyampaian pesan komunikator kepada komunikan.

Adapun kriteria penggunaan media ini menurut Isbani meliputi:

1) Penggunaan media dapat memperluas jangkauan guru dalam mengajar 2) Penggunaan media dapat mempercepat proses berpikir dalam pendidikan 3) Penggunaan media dalam pendidikan juga dapat membantu dalam

penginderaan manusia

4) Dalam proses belajar mengajar tradisional penggunaan media hanya berfungsi sebagai alat bantu guru mengajar.

Hal tersebut di atas bila diperhatikan mengandung makna, media dapat memberikan suatu pengertian, pengalaman, kepada manusia yang membutuhkan dengan melalui penglihatan sampai dengan pengalaman yang nyata.

Memilih media yang baik untuk tujuan instruksional tidaklah mudah, terutama media yang benar – benar membantu siswa dalam mencapai tujuan belajarnya. Seperti dikatakan oleh Anderson (1987:10), bahwa dalam pemilihan commit to user

(30)

media itu harus didasarkan pada beberapa faktor yang saling berhubungan, di antaranya seberapa jauh media itu sesuai dengan kebutuhan siswa, media apa yang dianggap paling praktis, apakah nilai bahan pelajaran tersebut sepadan dengan biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan media itu dan lain – lain.

b. Pengertian Folklore

Folklore berasal dari kata folk dan lore.

Menurut Alan Dundes (dalam James Danandjaja, 1997:1) :”folk adalah sekelompok orang yang memilki ciri-ciri pengenal fisik, sosial, kebudayaan sehingga dapat dibedakan oleh kelompok-kelompok lainnya. Istilah lore merupakan tradisi folk yang berarti sebagian kebudayan yang diwariskan secara turun-temurun secara lisan atau melalui contoh yang disertai gerak isyarat atau alat bantu mengingat”.

Jika folk adalah mengingat ,lore adalah tradisinya. Folklore adalah kebudayaan suatu kolektif yang tersebar dan diwariskan secara turun- temurun, di antara kolektif macam apa saja, secara tradisional dalam versi yang berbeda, baik dalam bentuk tulisan maupun contoh yang disertai dengan gerak isyarat atau alat pembantu pengingat (James Danandjaja, 1997:2).

Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa folklore merupakan sebagian dari kebudayaan rakyat yang disebarkan dan diwariskan secara turun-temurun dengan variasi yang berbeda-beda, baik lisan maupun tertulis dengan tujuan tertentu untuk menjadi suatu ciri khas kelompok masyarakat pendukungnya.

Media cerita folklore disini dapat disimpulkan sebagai media yang memakai cerita folklore sebagai media atau penghubung dalam menyampaikan atau menjelaskan materi pelajaran kepada siswa. Dengan penggunaan media cerita folklore ini guru menjelaskan materi pelajaran dengan mengambil contoh cerita folklore yang berkembang di masyarakat seperti mitos, dongeng, dan hikayat.

commit to user

(31)

3. Metode Konvensional a. Pengertian Pendekatan Konvensional

Pendekatan pembelajaran konvensional adalah strategi pembelajaran yang umumnya dilaksanakan di sekolah saat ini, yang menggunakan urutan kegiatan pembelajaran uraian, contoh , dan latihan (Basuki Wibawa, 1991:5). Dalam praktiknya metode ini berpusat pada guru (teacher centered) atau guru lebih banyak mendominasi kegiatan pembelajaran. Metode pembelajaran yang dilakukan berupa metode ceramah, pemberian tugas dan tanya jawab.

Percival dan Elington dalam Yeni Indrastoeti (1999:43) memberikan istilah konvensional ini dengan strategi yang berpusat pada guru ( The teacher centered approach). Penerapan strategi yang berpusat pada guru, hampir seluruh kegiatan pembelajaran dikendalikan penuh oleh guru. Seluruh sistem diarahkan kepada rangkaian kejadian yang rapi dalam lembaga pendidikan, tanpa ada usaha untuk mencari dan menerapkan strategi belajar yang berbeda sesuai dengan tema dan kesulitan belajar setiap individu.

Sejalan dengan itu Yeni Indrastoeti (1999:38) mengemukakan bahwa belajar dengan strategi konvensional merupakan strategi belajar yang dilakukan dengan komunikasi satu arah, sehingga situasi belajar terpusat pada guru. Ini berarti guru mengajar untuk memberi informasi secara lisan kepada anak tanpa ada usaha mengembangkan ketrampilan intelektual. Guru juga mengajar hanya menggunakan buku sumber, sehingga selama proses pembelajaran berlangsung anak hanya berinteraksi dengan buku sumber dan guru.

b. Penerapan Pendekatan Konvensional dalam Pembelajaran

Strategi konvensional merupakan kombinasi penerapan metode ceramah, dan pemberian tugas serta merupakan metode yang paling sering digunakan guru dalam pembelajaran Sejarah di SMA. Pertimbangan yang digunakan karena proses pembelajaran di kelas sangat terbatas waktunya, sehingga untuk mengembangkan potensi dan lebih menanamkan kognisi, afeksi maupun psikomotoriknya, perlu diberikan tugas belajar yang dilakukan di luar kelas.

Penerapan metode ini dilakukan setelah guru menyampaikan pelajaran melalui commit to user

(32)

ceramah untuk memantapkan penguasaan materi, tanya jawab, kemudian siswa diberi tugas – tugas.

Menurut Vaidya (1976:138) pembelajaran dalam kelas yang menggunakan pendekatan konvensional diarahkan pada pemahaman konsep dengan memberikan persiapan praktik melalui penjelasan dan pemberian tugas. Metode ceramah diawali dengan apersepsi dan motivasi untuk menumbuhkan motivasi siswa agar persepsi awal siswa dalam proses pembelajaran lebih menarik. Dalam kegiatan ini, guru berusaha menempatkan diri sebagai sosok yang memberikan pengalaman pada siswa, sehingga siswa lebih yakin terhadap kemampuannya. Lebih lanjut Vaidya (1976:138) mengemukakan bahwa pendekatan konvensional dapat dilakukan dengan langkah – langkah; 1) memperkenalkan topik baru untuk memberikan orientasi, motivasi, dan menumbuhkan daya tarik siswa pada tugasnya, 2) membuat ringkasan kegiatan harian dan mingguan di akhir unit pelajaran, 3) memberikan informasi dan tugas tambahan.

Metode ceramah merupakan metode pembelajaran paling banyak dipergunakan guru di dunia pendidikan (konvensional). Hal ini dapat dimaklumi karena ceramah merupakan metode pembelajaran yang paling mudah dilakukan, siswa yang terbiasa mendengar ceramah guru rasanya belum belajar kalau belum mendengar ceramah guru. Kaitannya dengan metode ceramah, Crwol, Kaminsky dan Podell (1997:296) menyatakan bahwa “ teachers present the lesson and the ask student questions and help ti understand the idead subsumed under the broader concept and reconcile”.(guru menyampaikan pelajaran, kemudian menjawab pertanyaan siswa dan guru membantu siswa dalam memahami konsep – konsep dan temuan yang lebih luas).

commit to user

(33)

4. Keaktifan a. Pengertian Keaktifan

Pada prinsipnya belajar adalah berbuat untuk mengubah tingkah laku. Orang yang belajar harus aktif, karena tanpa aktivitas kegiatan pembelajaran tidak mungkin dapat terjadi. Sardiman (1990:40) mengatakan bahwa “Tidak ada belajar kalau tidak ada aktifitas”.

Anton M. Mulyono (2001 : 26) berpendapat bahwa keaktifan adalah kegiatan atau aktivitas atau segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatan - kegiatan yang terjadi baik fisik maupun non fisik. Di samping itu Sanjaya (2007: 101-106) mengemukakan pendapatnya bahwa aktivitas tidak hanya ditentukan oleh aktivitas fisik semata, tetapi juga ditentukan oleh aktivitas non fisik seperti mental, intelektual dan emosional. Keaktifan yang dimaksudkan di sini penekanannya adalah pada siswa, sebab dengan adanya keaktifan siswa dalam proses pembelajaran akan tercipta situasi belajar aktif.

Rochman Natawijaya (dalam Depdiknas 2005 : 31) belajar aktif adalah suatu sistem belajar mengajar yang menekankan keaktifan siswa secara fisik, mental intelektual dan emosional guna memperoleh hasil belajar yang berupa perpaduan antara aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.

Belajar aktif sangat diperlukan oleh siswa untuk mendapatkan hasil belajar yang maksimum. Ketika siswa pasif atau hanya menerima informasi dari guru saja, akan timbul kecenderungan untuk cepat melupakan apa yang telah diberikan oleh guru, oleh karena itu diperlukan perangkat tertentu untuk dapat mengingatkan yang baru saja diterima dari guru.

Proses pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas merupakan aktivitas mentransformasikan pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Dalam kegiatan pembelajaran ini sangat dituntut keaktifan siswa, sebab siswa adalah subjek yang banyak melakukan kegiatan, sedangkan guru lebih banyak membimbing dan mengarahkan.

Seorang guru, dalam merancang pembelajarannya harus mampu mengarahkan dan mengoptimalkan keaktifan yang telah dimiliki oleh setiap siswa. Menurut Nana Sujana (1996:23) :

Pengoptimalan keaktifan siswa didasarkan pada : (a) Anak bukan manusia kecil, tetapi manusia seutuhnya yang mempunyai potensi untuk commit to user

(34)

berkembang, (b) Setiap individu atau anak didik berbeda kemampuannya, (c) Individu atau anak didik pada dasarnya adalah insan yang aktif, kreatif, dan dinamis dalam menghadapi lingkungannya, (d) Anak didik mempunyai motivasi untuk memenuhi kebutuhannya.

b. Jenis-Jenis Keaktifan Dalam Belajar.

Menurut Paul D. Dierich (dalam Oemar Hamalik 2001: 172) keaktifan belajar dapat diklasifikasikan dalam delapan kelompok, yaitu:

a. Kegiatan-kegiatan visual

Membaca, melihat gambar-gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran, dan mengamati orang lain bekerja atau bermain.

b. Kegiatan-kegiatan lisan

Mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu tujuan, mengajukan suatu pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, wawancara, diskusi, dan interupsi.

c. Kegiatan-kegiatan mendengarkan.

Mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan, mendengarkan radio.

d. Kegiatan-kegiatan menulis

Menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, bahan-bahan copy, membuat rangkuman, mengerjakan tes, dan mengisikan angket.

e. Kegiatan-kegiatan menggambar

Menggambar, membuat grafik, chart, diagram peta, dan pola.

f. Kegiatan-kegiatan metrik

Melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, menari dan berkebun.

g. Kegiatan-kegiatan mental

Merenungkan, mengingatkan, memecahkan masalah, menganalisa faktor- faktor, melihat hubungan-hubungan, dan membuat keputusan.

h. Kegiatan-kegiatan emosional

Minat, membedakan, berani, tenang, dan lain-lain. commit to user

(35)

c. Faktor Faktor yang Mempengaruhi Keaktifan Belajar

Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dapat merangsang dan mengembangkan bakat yang dimilikinya, siswa juga dapat berlatih untuk berfikir kritis, dan dapat memecahkan permasalahan-permasalahan dalam kehidupan sehari- hari. Di samping itu, guru juga dapat merekayasa sistem pembelajaran secara sistematis, sehingga merangsang keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Gagne dan Briggs dan Martinis (2007: 84) berpendapat bahwa faktor – faktor yang dapat menumbuhkan timbulnya keaktifansiswa dalam proses pembelajaran, yaitu:

a. Memberikan motivasi atau menarik perhatian siswa, sehingga mereka berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran.

b. Menjelaskan tujuan intruksional (kemampuan dasar kepada siswa).

c. Mengingatkan kompetensi belajar kepada siswa.

d. Memberikan stimulus (masalah, topik, dan konsep yang akan dipelajari).

e. Memberi petunjuk kepada siswa cara mempelajarinya.

f. Memunculkan aktivitas, partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran.

g. Memberi umpan balik (feed back)

h. Melakukan tagihan-tagihan terhadap siswa berupa tes, sehingga kemampuan siswa selalu terpantau dan terukur.

i. Menyimpulkan setiap materi yang disampaikan diakhir pembelajaran.

5. Prestasi Belajar

Prestasi belajar terdiri dari 2 kata yaitu prestasi dan belajar. Selanjutnya akan dijelaskan satu persatu agar lebih jelas dan mengarah pada sasaran.

a. Pengertian Prestasi

Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, WJS Poerwo Darminto (1976):”Prestasi adalah hasil yang telah dicapai”. Selain itu dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Depdikbud (1991):”Prestasi adalah hasil yang telah dicapai, yang telah dilakukan atau dikerjakan”. Menurut M. Anton Mulyono (1995:787) bahwa yang damaksud :”Prestasi adalah hasil yang telah dicapai dari yang telah dilakukan atau dikerjakan”. Sedangkan menurut WS. Winkel (1986:162):”Prestasi adalah bukti keberhasilan yang telah dicapai”.

commit to user

(36)

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan prestasi adalah hasil yang telah dicapai dari sesuatu yang telah dikerjakan atau dilakukan. Untuk melihat hasil mengajar dapat dilihat pada prestasi.

b. Pengertian Belajar

Sebelum membicarakan pengertian prestasi belajar, terlebih dahulu akan dikemukakan apa yang dimaksud dengan belajar. Para pakar pendidikan mengemukakan pengertian yang berbeda antara satu dengan yang lainnya, namun demikian mengacu pada prinsip yang sama yaitu setiap orang yang melakukan proses belajar akan mengalami suatu perubahan dalam dirinya.

Menurut Slameto (1995:2) belajar adalah “suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.” Sedangkan menurut Winkel (1996:53) belajar adalah “suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi yang aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif konstant. Kemudian Hamalik (1983:28) mendefinisikan belajar adalah “suatu pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara- cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan.”

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan belajar adalah usaha atau kegiatan yang dilakukan dengan sengaja yang mengakibatkan atau menghasilkan perubahan tingkah laku yang baru meliputi pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Perubahan tingkah laku sesudah belajar berbeda dengan tingkah laku sebelum belajar.

c. Pengertian Prestasi Belajar

Kemampuan intelektual siswa sangat menentukan keberhasilan siswa dalam memperoleh prestasi. Untuk mengetahui berhasil tidaknya seseorang dalam belajar maka perlu dilakukan suatu evaluasi, tujuannya untuk mengetahui prestasi yang diperoleh siswa setelah proses belajar-mengajar berlangsung. Adapaun prestasi dapat diartikan hasil yang diperoleh karena aktivitas belajar yang telah dilakukan. Namun banyak orang beranggapan bahwa yang dimaksud dengan commit to user

(37)

belajar adalah mencari ilmu dan menuntut ilmu. Ada lagi yang lebih khusus mengartikan bahwa belajar adalah menyerap pengetahuan. Belajar adalah perubahan yang terjadi dalam tingkah laku manusia. Proses tersebut tidak akan terjadi apabila tidak ada suatu yang mendorong aktivitas pribadi yang bersangkutan.

Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi merupakan hasil dari proses belajar. Memahami pengertian prestasi belajar secara garis besar harus bertitik tolak kepada pengertian belajar itu sendiri. Untuk itu para ahli mengemukakan pendapatnya yang berbeda-beda sesuai dengan pandangan yang mereka anut. Namun dari pendapat yang berbeda itu dapat kita temukan satu titik persamaan.

Sehubungan dengan prestasi belajar, Poerwanto (1986:28) memberikan pengertian prestasi belajar yaitu “hasil yang dicapai oleh seseorang dalam usaha belajar sebagaimana yang dinyatakan dalam raport.”

Selanjutnya Winkel (1996:162) mengatakan bahwa “prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya.” Sedangkan menurut S. Nasution (1996:17) prestasi belajar adalah: “Kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam berfikir, merasa dan berbuat. Prestasi belajar dikatakan sempurna apabila memenuhi tiga aspek yakni: kognitif, affektif dan psikomotor, sebaliknya dikatakan prestasi kurang memuaskan jika seseorang belum mampu memenuhi target dalam ketiga kriteria tersebut.”

Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat dijelaskan bahwa prestasi belajar merupakan tingkat yang dimiliki siswa dalam menerima, menolak dan menilai informasi-informasi yang diperoleh dalam proses belajar mengajar.

Prestasi belajar dapat dilihat dari tingkat keberhasilan siswa tersebut dalam mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau raport setiap bidang studi setelah mengalami proses belajar mengajar. Prestasi belajar siswa dapat diketahui setelah diadakan evaluasi. Hasil dari evaluasi dapat memperlihatkan tentang tinggi atau rendahnya prestasi belajar siswa. commit to user

(38)

d. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Prestasi belajar siswa banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor baik faktor yang berasal dari dalam diri siswa sendiri (faktor internal) maupun faktor ayng berasal dari luar diri siswa (faktor eksternal). Oleh karena itu, guru harus memperhatikan faktor internal dan faktor eksternal dari siswa agar proses belajar – mengajar menarik dan prestasi belajar siswa, khususnya mata pelajaran Sejarah dapat meningkat.

Menurut Martensi K. DJ (1980:10) faktor – faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah:

1) Faktor internal yaitu:

a. Faktor kecerdasan.

b. Faktor bakat c. Faktor minat d. Faktor motivasi e. Faktor perasaan f. Faktor sikap

g. Faktor kematangan 2) Faktor eksternal

a. Faktor lingkungan keluarga

b. Faktor lingkungan sekolah seperti: pengaruh guru, pengaruh teman sekelas, pengaruh media dan lain – lain.

c. Faktor lingkungan masyarakat

B. Penelitian yang Relevan

Hasil penelitian yang dilakukan di University of Southern California oleh Richard E. Clark menyatakan bahwa:

Recent meta-analyses and other studies of media's influence on learning are reviewed. Consistent evidence is found for the generalization that there are no learning benefits to be gained from employing any specific medium to deliver instruction. Research showing performance or time- saving gains from one or another medium are shown to be vulnerable to commit to user

(39)

compelling rival hypotheses concerning the uncontrolled effects of instructional method and novelty. Problems with current media attribute and symbol system theories are described and suggestions made for more promising research directions.

Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan media dapat menghemat waktu dan dapat memperbaharui metode pembelajaran yang telah ada.

Dalam penelitian Suwarni (1999) “Penggunaan Metode Ceramah Bervariasi Dalam Rangka Meningkatkan Prestasi Belajar Sejarah Kelas IB SLTP I Boyolali Tahun Pelajaran 1998/1999” ,menyimpulkan bahwa metode ceramah bervariasi dapat meningkatkan prestasi belajar IPS sejarah. Lebih lanjut Sudaryono (2000)

“Penggunaan Metode Ceramah Bervariasi Utnuk Meningkatkan Prestasi Belajar Sejarah Pada Siswa Kelas 1 SLTP Negeri 1 Ngawi Tahun Pelajaran 1999/2000 Dengan Pokok Bahasan Kerajaan – Kerajaan Di Indonesia Yang Bercorak Islam”.

Kurang lebih 95% siswa telah meningkat hasil belajarnya untuk mata pelajaran Sejarah.

Disamping itu Sukiman (2000) “Peningkatan Partisipasi Siswa Dalam Pembelajaran Sejarah Melalui Penggunaan Metode Ceramah Bervariasi : Penelitian Tindakan Kelas Di Kelas I F SLTP 2 Banyudono Tahun Pelajaran 1999/2000”. Menyimpulkan bahwa dengan metode ceramah bervariasi dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam pelajaran sejarah.

Menurut Nurmi Astuti “Pengaruh Penggunaan Metode Diskusi Dan Metode Ceramah Bervariasi Terhadap Prestasi Belajar Akuntansi Siswa Kelas XI SMK PGRI 1 Sentolo Program Keahlian Akuntansi Tahun Ajaran 2009/2010. Dan hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa: (1) Terdapat Pengaruh Penggunaan Metode Diskusi terhadap Prestasi Belajar Akuntansi Siswa Kelas XI SMK PGRI 1 Sentolo Program Keahlian Akuntansi Tahun Ajaran 2009/2010 dibuktikan dengan nilai rata-rata pre test adalah 5,85; pada post-test meningkat menjadi 7,82.

sehingga peningkatan sebesar 2,03.

Lebih lanjut menurut Ida Ayu Kartika Surya Dewi and Budi Sutrisno (2009)

“Penerapan Strategi Pembelajaran The Power Of Two Sebagai Upaya commit to user

(40)

Meningkatkan Aktivitas Dan Prestasi Belajar IPS Siswa SMP Negeri 2 Kartasura”, This Classrom Action Research aims to know The effectiveness of

“the power of two” applications strategy for increase student activity study of IPS, and to know what this applications strategy can increase accomplishment learn student, with detect class student response of SMP 2 kartasura. The data collecting is done with observation sheet, cycle test, inquiry, documentation and interview.

accomplishment result data learns and student activities in study is analyzed by using descriptive comparability. The result of this research shows that accomplishment learns student experiences enhanced. This matter visible from cycle test result data that experience average enhanced 20,73%. before watchfulness, the classical learning completely only 39,02%, in my cycle increases to be 70,73% and in second cycle increase again be 80,49%. For activities learns student in course of average study experiences enhanced 18,9%, while the student activities learns in double-groupinf show the average increase until 18,70%. Accomplishment enhanced learns and activities learns also followed with ability enhanced psycomotoric that by student ability enhanced in percentage. Dari pernyataan tersebut disimpulkan bahwa dari masing – masing siklus terdapat peningkatan aktivitas dan preastasi belajar IPS siswa SMP Negeri 2 Kartasura.( http://eprints.ums.ac.id/1517/)

Penelitian yang lain oleh Wagiran, (2007) “Peningkatan Keaktifan Mahasiswa Dan Reduksi Miskonsepsi Melalui Pendekatan Problem Based Learning”,This research is trying to improve the quality of learning, reduction of misconceptions, improving of learning activity by using the method of Problem- basedLearning in the subjectmatter of Matematika Teknik.Thegoal of this reserach is reducingas well as eradicating the students'inactiveness in learning, reduction of misconceptions followed by the improvement of learning performance. This research is a classroom action research consisting of two cycles. Each cycle consists of four steps of activities: planning the action, implementation and observation, reflection. and revision. Research conducted to all students participant of Matematika Teknik subject. The data were collected through observation and tests Data were analyzed descriptively. Result of the commit to user

(41)

research indicate that: (1) Learning model of Problem-Based Learning based on constructivism can reduce the frequency of misconceptions to Matematika Teknik concepts (misconceptions reduced from 87.1% in pre-test become 41,3% at the post-test). (2) Learning model of Problem-Based Learning base on constructivism can improve student's learning activity marked with more and more students participate actively in learning (3) Learning model of Problem-Based Learning base on construc- tivism can improve learning performanceofthe students (from 3,3 at pre-test become 7,0 at the time of post-test). Pursuant to result of this research hence require to strive applying of learning model of Problem-Based Learning base on construc-tivism at broader scope in the effort of improving the quality of learning and education in applying of competence based curriculum.

Dari pernyataan tersebut disimpulkan bahwa Model Belajar basis Pembelajaran Masalah-Berdasarkan konstruktivisme dapat meningkatkan aktivitas siswa belajar ditandai dengan makin banyak murid yang berpartisipasi aktif dalam belajar.(

http://eprints.uny.ac.id/550/ )

Menurut David A. Slykhus (2005:1), “New thechinques and new technologies are now available to aid the teachers’ efforts to change students’

conceptions”. Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa penggunaan teknik dan teknologi dalam pembelajaran mampu membantu guru menyampaikan konsep yang akan dipelajari.

C. Kerangka Berpikir

1. Perbedaan prestasi belajar Sejarah antara siswa yang diajar menggunakan metode ceramah bervariasi dengan media cerita folklore dan metode konvensional

Penerapan pendekatan pembelajaran yang dijabarkan dengan pemakaian metode yang bervariasi dalam pelaksanaannya merupakan salah satu komponen yang dapat mempengaruhi pencapaian prestasi belajar siswa. Penerapan metode ceramah bervariasi dengan media cerita foklor, disamping menerangkan guru juga memberikan contoh – contoh dengan memberikan cerita rakyat yang berkembang di masyarakat. Dengan menggunakan cerita rakyat (folklor) yang berkembang commit to user

(42)

dimasyarakat siswa dapat lebih memahami materi yang diberikan pengajar.

Sehingga dengan ini siswa akan lebih senang dengan mata pelajaran yang diberikan dan tidak merasa bosan.

Metode konvensional, siswa menerima pelajaran secara pasif dari ceramah yang diberikan guru untuk kemudian melakukan peningkatan pemahaman melalui tugas – tugas yang diberikan guru. Untuk metode konvensional lebih menekankan pada penyampaian informasi pembelajaran kepada siswa sesuai dengan rancangan yang telah dipersiapkan sepenuhnya oleh guru, siswa tinggal menerima materi pembelajaran secara utuh dari guru. Kondisi tersebut sering menimbulakan rasa bosan, masa bodoh dan merasa malas dalam mengikuti pelajaran yang pada akhirnya prestasi belajar siswa rendah.

Atas dasar uraian tersebut, dapat diduga bahwa terdapat perbedaan pengaruh pendekatan metode ceramah bervariasi dengan media cerita folklor dan metode konvensional dalam meningkatkan prestasi belajar Sejarah. Dan penggunaan pendekatan metode ceramah bervariasi dengan media cerita folklor menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan menggunakan pendekatan metode konvensional.

2. Perbedaan prestasi belajar sejarah antara siswa yang memiliki keaktifan belajar tinggi dan keaktifan belajar rendah

Belajar adalah suatu proses perubahan perilaku yang terjadi setelah siswa mengikuti atau mengalami proses belajar mengajar yaitu hasil belajar dalam bentuk kemampuan atau keterampilan tertentu. Hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku siswa secara nyata meliputi pengetahuan, sikap dan keterampilan yang baru setelah dilakukan proses belajar mengajar yang sesuai dengan tujuan pembelajaran. Hasil belajar dapat diukur setelah dilakukan suatu kegiatan belajar dengan menggunakan model pembelajaran yang tepat agar tercapai ketuntasan belajar baik secara individu maupun klasikal. Keberhasilan dari proses mengajar salah satunya ditentukan dari seberapa jauh hasil belajar yang dicapai siswa.

Belajar dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal, faktor eksternal diataranya faktor lingkungan sekolah seperti pengaruh guru, pengaruh teman commit to user

Referensi

Dokumen terkait

Namun yang terjadi di kawasan perbatasan ini yaitu Kegiatan ilegal hal disebabkan oleh faktor ekonomi dan adanya hubungan sosial budaya masyarakat di perbatasan kedua negara

B.Berhasil atau gagalnya proses belajar siswa ditentukan antara lain bahan pelajaran, metode pengajaran dan guru , Karena dengan bahan ajar yang Selalu Up to

Tarian Penyambutan Kedatangan Koreri dari Perspektif Gereja Kristen Injili di Tanah Papua Jemaat “Korer” Sburya Klasis Biak

(7) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (6) terlampaui dan Kepala Dinas tidak memberikan suatu keputusan, permohonan pengembalian pembayaran

Mahasiswa dapat menemukan luas dan volume dari balok dan kubus, prisma dan limas, tabung dan kerucut, bola dan dapat memecahkan permasalahan yang relevan?. Mahasiswa

Telah dilakukan penelitian tentang pengaruh jus buah mentimun (Cucumis sativus L.) terhadap penurunan nafsu makan dan berat badan mencit. Hewan coba yang digunakan adalah mencit

Dari segi ini, faktor yang mempengaruhi dalam memberdayakan baca dan Uilis Al-Qur'an adalah : lingkungan, baik lingkungan masyarakat maupun lingkungan keiuarga,sikap anak sendiri dan

KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN SELF EFFICACY MATEMATIS SISWA MTs MELALUI PEMBELAJARAN MODEL ELICITING ACTIVITIES (MEA).. Universitas Pendidikan Indonesia I repository.upi.edu I