• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peranan Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) dalam Memberdayakan Usaha Kecil dan Menengah di Kecamatan Medan Tembung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peranan Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) dalam Memberdayakan Usaha Kecil dan Menengah di Kecamatan Medan Tembung"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kondisi perekonomian Indonesia sekarang ini masih tertinggal dibandingkan negara-negara tetangga. Bahkan sekarang ini Indonesia masih disebut negara berkembang. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya pengangguran yang ada di Indonesia dan tingkat kemakmuran rakyat yang masih kurang. Untuk mengatasi hal tersebut maka Indonesia membutuhkan orang-orang yang mampu menciptakan lapangan pekerjaan.

Penciptaan lapangan pekerjaan ini biasanya dengan cara membuka usaha industri. Industri yang dibuat tidak harus dalam skala yang besar, tapi bisa dalam skala kecil ataupun menengah. Sekarang ini Usaha Kecil dan Menengah biasanya lebih diminati karena tidak memerlukan modal yang besar dan belum banyak pesaingnya. Selain itu didalam menjalankan usahanya Usaha Kecil dan Menengah lebih mudah dan sederhana.

(2)

Sekarang ini di Kota Medan juga sudah terdapat Usaha Kecil dan Menengah. Dengan semakin banyaknya Usaha Kecil dan Menengah yang ada di Kota Medan ini maka Pemerintah Kota bisa terbantu dalam mengatasi pengangguran yang ada di Kota Medan. Tapi dalam menjalankan usahanya para pelaku Usaha Kecil dan Menengah masih memiliki beberapa hambatan. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah menyebutkan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah merupakan kegiatan usaha yang mampu memperluas lapangan kerja dan memberikan pelayanan ekonomi secara luas kepada masyarakat, dan dapat berperan dalam proses pemerataan dan peningkatan pendapatan masyarakat, mendorong pertumbuhan ekonomi, dan berperan dalam mewujudkan stabilitas nasional. Selain itu, Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah adalah salah satu pilar utama ekonomi nasional yang harus memperoleh kesempatan utama, dukungan, perlindungan dan pengembangan seluasluasnya sebagai wujud keberpihakan yang tegas kepada kelompok usaha ekonomi rakyat, tanpa mengabaikan peranan Usaha Besar dan Badan Usaha Milik Negara. Hambatan yang dihadapi Usaha Kecil dan Menengah di Kota Medan dari mulai adanya usaha untuk meningkatkan produktivitas dan kemampuannya memanfaatkan secara optimal sumber alam dan daya produksi lainnya yang dapat menjadi penghambat perkembangan Usaha Kecil dan Menengah di Kota Medan yang mengakibatkan terpuruknya perkembangan Usaha Kecil dan Menengah wilayah Kota Medan khususnya Kecamatan Medan Tembung.

(3)

sebagai salah satu pendorong Usaha Kecil dan Menengah untuk lebih maju dan berkembang.

Peranan Dinas Perindustrian dan Perdagangan (DISPERINDAG) dalam kehidupan sebagaimana yang telah diketahui sebagai penyerap tenaga kerja, penghasil barang dengan tingkat harga yang terjangkau bagi kebutuhan masyarakat dan penghasil devisa negara yang potensial. Dengan Usaha Kecil dan Menengah yang kuat maka struktur ekonomi akan menjadi kokoh, yang berperan besar dalam peningkatan ekspor dan pengendalian impor, serta tumbuh dan berkembang pada basis kemampuan diri sendiri. Usaha Kecil dan Menengah memiliki peran strategis dalam pertumbuhan ekonomi nasional terutama untuk penciptaan lapangan usaha dan lapangan kerja.

(4)

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah di kemukakan pada latar belakang masalah diatas maka peneliti membuat rumusan masalah “Bagaimana Peranan Dinas Perindustrian dan Perdagangan (DISPERINDAG) dalam memberdayakan Usaha Kecil dan Menengah di Kecamatan Medan Tembung?

1.3. Tujuan Penelitian

Untuk dapat mengetahui Peranan Dinas Perindustrian dan Perdagangan (DISPERINDAG) dalam memberdayakan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di Kecamatan Medan Tembung dan dan juga untuk mengetahui hambatan Dinas Perindustrian dan Perdagangan (DISPERINDAG) dalam memberdayakan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di Kecamatan Medan Tembung.

1.4. Manfaat penelitian

1. Bagi peneliti :

a. Untuk memperoleh tambahan ilmu pengetahuan di bidang Usaha Kecil dan Menengah.

b. Mendapatkan pengalaman tambahan sehingga dapat membandingkan teori yang didapat di bangku perkuliahan dengan kenyataan yang terjadi di dunia kerja.

2. Bagi Dinas Perindustrian dan Perdagangan ( DISPERINDAG)

(5)

3. Bagi Pelaku Usaha Kecil dan Menengah

Sebagai informasi sekaligus sosialisasi dalam menciptakan lapangan pekerjaan yang baru melalui Usaha Kecil dan Menengah.

4. Bagi Pembaca

(6)

1.5. Kerangka Teori

1.5.1. Peranan

Menurut Soerjono Soekanto (2003:243), Peranan adalah aspek dinamis dari kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka dia menjalankan suatu peranan. Setiap orang memiliki macam-macam peranan yang berasal dari pola-pola pergaulan hidup. Hal ini sekaligus berarti bahwa peranan menentukan apa yang di perbuatnya bagi masyarakat serta kesempatan-kesempatan apa yang akan diberikan oleh masyarakat dalam menjalankan suatu peranan. Peranan mencakup 3 hal yaiti :

1. Peranan meliputi nrma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan masyarakat.

2. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan leh individu dalam masyarakat dalam organisasi

3. Peranan juga dapat dikatakan sebagai pelaku yang penting bagi struktur sosial masyarakat.

(7)

Dari pemaparan diatas, dapat disimpulkan bahwa peranan adalah suatu tindakan atau perbuatan seseorang dalam suatu pekerjaan atau kedudukan, dan apabila seseorang tersebut telah melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan pekerjaan atau kedudukannya maka dapat dikatakan bahwa oorang tersebut telah menjalankan peranannya dengan baik.

1.5.2. Peranan Pemerintah Daerah

Peranan pemerintah disini yang akan diterapkan dalam upaya pemberdayaan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) menurut Sjaifudin (1995:66-75) adalah sebagai berikut:

1. Peningkatan Kemampuan Finansial

2. Pengembangan Pemasaran.

Dalam hal ini terdapat tiga cara strategi pemberdayaan pemasaran, yaitu:

a. Meningkatkan akses usaha kecil kepada pasar b. Proteksi pasar

c. Menggeser struktur pasar monopoli menjadi persaingan

3. Pengembangan Sumber Daya Manusia

4. Strategi Pengaturan dan Pengendalian

(8)

1.5.3. Dinas Perindustrian dan Pedagangan

Dinas dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah bagian kantor pemerintah yang mengurus pekerjaan tertentu atau jawatan. Dalam hal ini Dinas Perindustrian dan Perdagangan adalah unsur pelaksana Pemerintah Kota Medan dalam bidang perindustrian dan perdagangan yang dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Daerah melalui Sekretaris Daerah.

Tugas dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan adalah melaksanakan urusan Pemerintahan Daerah di bidang Perindustrian dan Perdagangan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan. Visi Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Medan adalah Kota Medan sebagai Kota Metropolitan yang berdaya saing dengan iklim investasi yang menarik dan kondusif. Sedangkan Misi dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Medan adalah sebagai berikut :

1. Meningkatkan daya tarik investasi di Kota Medan 2. Meningkatkan realisasi investasi di Kota Medan

3. Menciptakan iklim investasi yang menarik dan kondusif

Adapun fungsi dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan adalah sebagai berikut :

1. Perumusan kebijakan teknis di Bidang Perindustrian dan Perdagangan 2. Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan dan Pelayanan Umum di

(9)

3. Pembinaan dan pelaksanaan tugas di Bidang Perindustrian dan Perdagangan

4. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan tugas dan fungsinya

1.5.4. Pemberdayaan

1.5.4.1. Pengertian Pemberdayaan

Pemberdayaan berasal dari penerjemahan bahasa Inggris “empowerment” yang juga dapat bermakna “pemberian kekuasaan” karena power bukan sekedar “daya”, tetapi juga “kekuasaan”, sehingga kata “daya” tidak saja bermakna “mampu”, tetapi juga “mempunyai kuasa”.Menurut Wrihatnolo dan Dwidjodwijoto (2007:1), Pemberdayaan adalah sebuah Proses menjadi bukan sebuah proses instan. Namun yang dikutip oleh Jusuf irianto (1996) menurut Swift dan Levin (1987) cenderung mengartikan empowerment sebagai pengalokasian ulang mengenai kekuasaan (realocation of power). Sedangkan Rappaport (1984) yang dikutip oleh Ginanjar (1996) mengartikan empowerment sebagai suatu cara dimana rakyat, organisasi, dan komunitas diarahkan agar dapat berkuasa atas kehidupannya.Payne, mengatakan sebagai berikut :

“to help clients gain power of decision and action over their own lives by

reducing the effect of sosial or personal blocks to exercising cacity and

self-confidence to use power and by transferring power from the environtment to

clients.”

(10)

tindakan yang akan mereka lakukan yang terkait dengan diri mereka sendiri, termasuk mengurangi efek hambatan pribadi sosial dalam melakukan tindakan.Sementara itu menurut Chambers, pemberdayaan masyarakat adalah sebuah konsep pembangunan ekonomi yang merangkum nilai-nilai sosial. Konsep ini mencerminkan paradigma baru pembangunan.

1.5.4.2.Proses Pemberdayaan

Upaya pemberdayaan masyarakat dapat dilihat dari sisi keberadaanya sebagai suatu program ataupun sebagai suatu proses. Pemberdayaan sebagai suatu proses dapat dilihat dari tahapan-tahapan kegiatan guna mencapai suatu tujuan yang biasanya telah ditentukan jangka waktunya. Sebagai suatu proses pemberdayaan merupakan proses yang berkesinambungan sepanjang hidup seseorang (on going process). Menurut Hogan, proses pemberdayaan individu sebagai suatu proses yang realtive terus berjalan sepanjang usia manusia yang diperoleh dari pengalaman individu tersebut dan bukannya suatu proses yang berhenti pada suatu masa saja. Hogan menggambarkan proses pemberdayan yang berkesinambungan sebagai suatu siklus yang terdiri dari lima tahapan utama yaitu:

1. Menghadirkan kembali pengalaman yang memberdayakan (recall depowering atau empowering experience).

2. Mendiskusikan alasan mengapa terjadi pemberdayaan dan penidakberdayaan(discuss reasons for depowerment/empowerment).

(11)

4. Mengidentifikasikan basis daya yang bermakna untuk melakukan perubahan (identify useful power bases).

5. Mengembangkan rencana-rencana aksi dan mengimplementaiskannya (develop and implement action plans).

Dalam melaksanakan pemberdayaan terhadap masyarakat ini, tentunya tidak terlepas dari peran pelaku pemberdayaan, baik oleh pemerintah maupun nonpemrintah. Pelaku pemberdayaan ini nantinya yang akan bekerja sebagai community worker ataupun enabler. Jadi dalam hal ini, proses pemberdayaan di

tujukan guna memperoleh daya untuk menumbuhkan kemandirian melalui sumber daya yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhannya dengan merumuskan suatu program yang di dahulukan pelaksanaannya untuk membangun dan membentuk masyarakat yang mandiri.

1.5.5.Pengertian Usaha Kecil dan Menengah (UKM)

(12)

Sedangkan untuk industri rumah tangga, BPS menetapkan jumlah pekerjanya tidak lebih dari 5 orang. Menurut UU No. 9 Tahun 1995 tentang usaha kecil adalah sebagai berikut : Pertama, memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200 juta, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. Kedua, memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 1 Milyar. Ketiga, milik Warga Negara Indonesia. Keempat, berdiri sendiri bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha menengah atau usaha besar. Kelima, berbentuk badan usaha orang perseorangan, tidak berbadan hukum, atau berbadan hukum, termasuk koperasi. Industri kecil adalah badan usaha yang menjalankan proses produksi untuk menghasilkan barang dan jasa dalam skala kecil. Apabila dilihat dari sifat dan bentuknya, maka industri kecil bercirikan :

1. Berbasis pada sumber daya lokal sehingga dapat memanfaatkan potensi secara maksimal dan memperkuat kemandirian.

2. Dimiliki dan dilaksanakan oleh masyarakat lokal sehingga mampu mengembangkan sumber daya manusia.

3. Menerapkan teknologi lokal (indigenous technology) sehingga dapat dilaksanakan dan dikembangkan oleh tenaga lokal.

4. Tersebar dalam jumlah yang banyak sehingga merupakan alat pemerataan pembangunan yang efektif.

(13)

instansi yang berkaitan dengan sektor ini. Secara umum sektor Usaha Kecil dan Menengah (UKM) memiliki karakteristik sebagai berikut :

1. Sistem pembukuan yang relatif sederhana dan cenderung tidak mengikuti kaidah administrasi pembukuan standar. Kadangkala pembukuan tidak up to date, sehingga sulit untuk menilai kinerja usahanya;

2. Margin usaha yang cenderung tipis mengingat persaingan yang sangat tinggi;

3. Modal terbatas:

4. Pengalaman manajerial dalam mengelola perusahaan masih sangat terbatas;

5. Skala ekonomi yang terlalu kecil, sehingga sulit mengharapkan untuk mampu menekan biaya mencapai titik efisiensi jangka panjang;

6. Kemampuan pemasaran dan negosiasi serta diversifikasi pasar sangat terbatas;

7. Kemampuan untuk memperoleh sumber dana dari pasar modal rendah, mengingat keterbatasan dalam sistem administrasinya. Untuk mendapatkan dana di pasar modal, sebuah perusahaan harus mengikuti sistem administrasi standar dan harus transparan.

Berdasarkan beberapa definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan usaha kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dalam memenuhi kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahuan seperti kepemilikan sebagaimana diatur dalam Undang-undang. Usaha kecil yang dimaksud disini meliputi juga usaha kecil informal dan usaha kecil tradisional.

(14)

belum tercatat, dan belum berbadan hukum seperti antara lain petani penggarap, industri rumah tangga, pedagang asongan, pedagang keliling, pedagang kaki lima, dan pemulung. Sedangkan usaha kecil tradisional adalah usaha yang menggunakan alat produksi sederhana yang telah digunakan secara turun-temurun, dan berkaitan dengan seni dan budaya.

Tulus (2000) mengatakan walaupun usaha kecil menengah digolongkan pada suatu usaha yang berskala kecil, tapi sektor usaha kecil dan menengah merupakan suatu jenis usaha yang mampu memberikan kontribusi terhadap produk domestik bruto sebesar 56%. Selain itu Usaha Kecil dan Menengah (UKM) juga merupakan suatu sektor usaha yang banyak menyerap tenaga kerja.

1.5.6. Jenis kegiatan Usaha Kecil dan Menengah

Dikutip dari Jusuf Irianto (1996:13), Steinhoff (1978) mengidentifikasikan sedikitnya ada lima bidang kegiatan industri kecil yang dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Pabrik (Manufacturing).

(15)

2. Pertambangan (Minning)

Pertambangan yang dimaksud dalam industri kecil bukan jenis pertambangan berat seperti pertamina, melainkan industri kecil yang memanfaatkan bahan-bahan mentah yang berasal dari perut bumi (the bowls of earth) untuk dijual langsung kepada konsumen sebagai kegiatan utamanya atau

dijual ke perusahaan besar yang akan mengolah kembali hasil produksinya, misalnya para penambang garam dan penambang pasir.

3. Perkulakan Grosir (Wholeselling)

Pengusaha kecil yang bergerak di bidang perkulakan ini biasanya disebut sebagai pedagang perantara, meraka berada di antara pengusaha industri besar yang memproduksi barang dengan pengusaha kecil yang menjual secara eceran produk pengusaha besar. Peranan pedagang grosir sangat penting sebagai saluran utama distribusi hasil produksi kepada konsumen, karena dapat mengurangi biaya distribusi barang (the cost distirbution are gratly reduced).

4. Pedagang Eceran (Retailing)

(16)

5. Jasa Pelayanan (Service)

Karakteristik utama dari perusahan jasa pelayanan adalah tidak menghasilkan barang yang dikonsumsi, namun memberi pelayanan yang sifatnya non material dan tentunya menerima imbalan dari si pemakai jasa pelayanan dalam kaitannya dengan industri pelayanan jasa (service industries). Broom dan Longenecker (1979) yang dikutip oleh Jusuf Irianto (1996:15) mengkalsifikasikan industri pelayanan jasa dalam bentuk 5 kegiatan sebagai berikut :

a) Jasa Pelayanan Usaha (Business Service)

b) Jasa Pelayanan Pada Perorangan (Personal Service) c) Jasa Pelayanan Reparasi (Repair Service)

d) Hiburan dan Dekorasi (Entertainment and Recreation Service) e) Hotel dan Motel

1.5.7. Pemberdayaan Usaha Kecil dan Menengah

Dalam peraturan pemerintah nomor 20 tahun 2005 ditetapkan kewenangan pemerintah di bidang perkoperasian bertujuan untuk memfasilitasi sistem distribusi bagi pengusaha kecil dan menengah serta memfasilitasi kerjasama bagi pengusaha kecil dengan badan usaha lain. Dilihat dari pengertian pemberdayaan, maka pemberdayaan Usaha kecil dan Menengah (UKM) adalah upaya untuk meningkatkan produktivitas potensi yang sudah dimiliki sendiri oleh Usaha kecil dan Menengah (UKM) itu sendiri.

(17)

1.5.7.1. Pemberdayaan Melalui Kemitraan

Dalam upaya mewujudkan pembangunan nasional dan daerah yang tangguh, tantangan yang dihadapi semakin berat. Sistem ekonomi yang sangat terbuka menyebabkan persaingan bukan saja datang dari sektor domestik tapi datang juga dari sektor luar negeri. Oleh karena itu berbagai komponen perlu bekerja sama untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Salah satu strategi ke arah itu adalah pengembangan kemitraan. Tentu kondisi ini baru terwujud jika diantara pelaku usaha tercipta rasa saling membutuhkan, saling memperkuat, dan saling menguntungkan.

Ada beberapa konsep yang sering dipakai dalam kaitan dengan kemitraan. Dalam bahasa Inggris sering dipakai istilah partnerships, business networking, dan strategic alliances. Istilah apa pun yang dipakai sebenarnya merujuk pada pengertian yang sama tentang kemitraan. Pada intinya kemitraan dimaknai sebagai dua institusi bisnis atau lebih bergabung menyatukan keunggulan masing masing untuk memperoleh hasil yang maksimal. Tentu ada beberapa alasan untuk menggalang kemitraan seperti yang diungkapkan Prawirokusumo (1999) :

1. Meningkatkan keuntungan atau penjualan pihak-pihak yang terlibat dalam kemitraan

2. Mendapatkan pengetahuan yang lebih baik tentang pasar 3. Meningkatkan jumlah pelanggan atau pemasok baru 4. Membantu peningkatan pengembangan produk 5. Memperbaiki proses produksi

(18)

7. Meningkatkan akses terhadap teknologi

Sebenarnya kemitraan antar pelaku usaha bukan hal yang baru sehingga mustahil untuk dilaksanakan di daerah. Negara maju seperti Amerika dan Kanada juga mendorong kemitraan antar pengusaha di semua lini usaha. Di Indonesia untuk industri tertentu sudah terjadi kemitraan yang saling menguntungkan.

Pengembangan kemitraan usaha ini dipandang strategis dan perlu terus dikembangkan mengingat peran penting Usaha Kecil dan Menengah (UKM) selain merupakan wahana utama dalam penyerapan tenaga kerja, juga mampu menggerakkan roda ekonomi serta pelayanan masyarakat. Hal ini dimungkinkan mengingat ciri-ciri Usaha Kecil dan Menengah (UKM) yang tahanan terhadap krisis ekonomi. Usaha Kecil dan Menengah (UKM) mempunyai ketergantungan rendah terhadap pendanaan sektor perbankan, serta tersebar di seluruh pelosok nusantara sehingga merupakan jalur distribusi yang efektif untuk menjangkau sebagian besar rakyat.

(19)
(20)

1.5.7.2. UKM dan Peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM)

Kehadiran Usaha Kecil dan Menengah (UKM) yang tangguh dapat menjadi motivator pengusaha lain. Kinerja Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dapat ditingkatkan jika berbagai kendala sebagaimana disebutkan di muka dapat dilonggarkan. Bagi Usaha Kecil dan Menengah (UKM) faktor keterampilan pemilik atau pengelola usaha merupakan faktor penentu. Oleh karena itu, pendekatan pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) menjadi sangat strategis. Melalui peningkatan kualitas keterampilan Sumber Daya Manusia (SDM) diharapkan berbagai kendala yang dihadapi Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dapat diatasi. Peningkatan kualitas dan pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) dilakukan secara simultan dengan penciptaan iklim yang kondusif bagi Usaha Kecil dan Menengah (UKM) untuk tumbuh dan berkembang. Iklim yang kondusif sebagaimana disebutkan di muka dirancang secara makro yang sifatnya publik dan berlaku umum. Hal ini perlu dilakukan mengingat jumlah Usaha Kecil dan Menengah (UKM) sangat besar.

(21)

usaha, konsultasi lapangan kini tengah digodok melalui berbagai projek percontohan yang nantinya dapat direplikasikan di tempat-tempat lain.

Dengan demikian, pendekatan pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) akan diprioritaskan dalam upaya memasyarakatkan dan membudayakan kewirausahaan khususnya dalam rangka pembinaan Usaha Kecil dan Menengah (UKM). Perlu disadari bahwa pendekatan semacam ini tidak cepat dilihat buahnya (quick yielding), melainkan merupakan investasi jangka panjang yang buahnya mungkin dinikmati setelah beberapa waktu. Namun, setiap investasi jangka panjang biasanya juga memiliki daur hidup yang relatif panjang pula. Sekali berhasil membangun suatu generasi pengusaha muda yang tangguh dan andal, maka hal serupa akan mengalami replikasi untuk generasi-generasi berikutnya. Proses semacam ini akan terus terjadi secara berulang-ulang sehingga roda pembangunan berputar dengan sendirinya. Dengan demikian, suatu ketika setiap daerah akan memiliki pengusaha daerah yang tangguh dan mandiri. Oleh karena itu, diharapkan dari pengusaha Usaha Kecil dan Menengah (UKM) harus secara proaktif memikirkan hal ini dan terjun langsung sebagai wirausaha dalam rangka memperkokoh perekonomian masing masing daerah.

1.5.8. Proses pemberdayaan Usaha Kecil dan Menengah (UKM)

(22)

mereka sehingga pada akhirnya mereka dapat saling berdiskusi secara konstruktif dan mengatasi permasalahan yang ada. Jadi, ketika agen pengubah, baik yang berasal dari lembaga pemerintah maupun nonpemerintah telah menyelesaikan kebijakan pemberdayaan usaha kecil dan menengah (UKM) tersebut, pemberdayaan usaha kecil dan menengah sebagai suatu proses dapat terus berlangsung.

1.5.9. Permodalan Usaha Kecil dan Menengah.

Melihat kebijakan dan bantuan teknis Bank Indonesia yang sudah ada, maka ada beberapa upaya yang dapat dilakukan dalam rangka memberikan kemudahan bagi Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dalam mendapatkan kredit modal usaha, antara lain :

a. Mengoptimalkan peran Konsultan Keuangan Mitra Bank (KKMB)

(23)

Fungsi dan tanggung jawab Konsultan Keuangan Mitra Bank (KKMB) adalah melakukan pembinaan dan pengembangan terhadap Usaha Kecil dan Menengah (UKM). Pembinaan disini dimaksudkan adalah merupakan satu kesatuan proses yang di dalamnya mencakup tiga unsur yaitu menumbuhkan, memelihara dan megembangkan. Proses pelaksanaan pembinaan oleh Konsultan Keuangan Mitra Bank (KKMB) dilakukan secara partisipatif, bahwa segala sesuatu yang berhubungan dengan pembinaan (materi, metode dan lain sebagainya) harus selalu bertumpu pada kebutuhan Usaha Kecil dan Menengah (UKM), oleh karenanya hubungan kerja antara Konsultan Keuangan Mitra Bank (KKMB) dengan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) bukanlah sebagai atasan dan bawahan atau hubungan antara pembina dengan yang dibina. Hubungan yang terjalin adalah sejajar dan Konsultan Keuangan Mitra Bank (KKMB) disini berperan sebagai motivator bagi Usaha Kecil dan Menengah (UKM).

Bentuk kegiatan pembinaan dan pengembangan disini adalah melakukan pendampingan terhadap Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dengan memberikan bantuan teknis berupa pelatihan sesuai kebutuhan, arahan dan konsultasi. Untuk melakukan kegiatan tersebut seorang Konsultan Keuangan Mitra Bank (KKMB) dalam pelaksanaannya di lapangan berpedoman pada beberapa langkah sebagai berikut :

1. Melakukan identifikasi pada calon nasabah Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di wilayah atau sentra atau populasi usaha;

(24)

3. Menyusun proposal kredit (usaha mikro) atau Kelayakan usaha ( usaha kecil dan menengah);

4. Menghubungkan nasabah Usaha Kecil dan Menengah (UKM) tersebut dengan perbankan;

5. Melakukan monitoring dan pendampingan pasca penerimaan kredit

Diharapkan dengan adanya optimalisasi peran dari Konsultan Keuangan Mitra Bank (KKMB), persyaratan dan prosedur yang ditetapkan oleh Lembaga penyalur kredit, tidak lagi menjadi kendala bagi Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dalam mendapatkan kredit modal usaha. Keberhasilan dari pendekatan ini akan nampak dari meningkatnya jumlah Usaha Kecil dan Menengah (UKM) yang bankable dan memperoleh kredit modal usaha, dan mempunyai Konsultan Keuangan Mitra Bank (KKMB) beroperasi secara bisnis (saling menguntungkan) sehingga dapat membiayai dirinya sendiri.

b. Meningkatkan peran serta Lembaga Penjaminan Kredit

(25)

Penjamin. Selanjutnya Perusahaan Penjamin akan melakukan analisa kelayakan. Apabila Kredit tersebut dinyatakan layak untuk dijamin, maka Perusahaan Penjamin akan memberikan penjaminan kepada usaha kecil yang dinyatakan dalam bentuk Sertifikat Penjaminan. Atas penjaminan yang diberikan tersebut, usaha kecil yang dijamin harus membayar fee penjaminan kepada Perusahaan Penjamin.

Apabila kredit yang dijamin mengalami kemacetan, maka Perusahaan Penjamin akan melakukan pengecekan, apakah kondisi yang ada memenuhi persyaratan dan ketentuan yang telah disepakati oleh Perusahaan Penjamin dengan Bank. Apabila segala persyaratan telah terpenuhi, maka Perusahaan Penjamin akan melakukan pembayaran klaim. Selanjutnya, Perusahaan Penjamin berhak mendapatkan piutang subrogasi sebesar porsi kredit yang dijamin. Setelah pembayaran klaim dilakukan, Bank masih tetap harus melakukan penagihan sampai dengan hutang tersebut lunas. Hasil penagihan tersebut dibagi secara proporsional antara Perusahaan Penjamin dan Bank sesuai dengan persentase penjaminan kredit. Dengan adanya penjaminan kredit tersebut, maka :

1. Pengajuan kredit oleh usaha kecil yang sebelumnya tidak memenuhi persyaratan perbankan menjadi bankable, sehingga Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dapat mengembangkan usahanya.

(26)

3. Perusahaan Penjamin juga melakukan kelayakan dan pengendalian atas kredit yang dijamin. Dengan adanya dan pengendalian dari dua pihak yang berlainan diharapkan resiko dapat lebih diminimalkan.

4. Perusahaan Penjamin akan mendapatkan pendapatan fee penjaminan.

Diharapkan dengan adanya skim penjaminan kredit bagi Usaha Kecil dan Menengah (UKM) ini, maka para Usaha Kecil dan Menengah (UKM) yang mengalami permasalahan dalam hal agunan dapat teratasi karena adanya jaminan dari lembaga penjamin kredit. Pihak lembaga penyalur kredit pun akan merasa lebih aman dalam menyalurkan kreditnya kepada Usaha Kecil dan Menengah (UKM).

1.5.10. Tingkat Permodalan Usaha Kecil dan Menengah.

(27)

1.6. Defenisi Konsep

Menurut Singarimbun (1997:33), Konsep adalah istilah dan definisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan, kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial. Melalui konsep, penelitian ini diharapkan akan dapat menyederhanakan pemikirannya dengan menggunakan satu istilah untuk beberapa kejadian yang berkaitan satu dengan lainnya.

Untuk menghindari batasan yang lebih jelas dari masing-masing konsep yang diteliti, maka dalam hal ini peneliti mengumukakan definisi dari konsep yang dipergunakan, yaitu :

1. Peranan adalah suatu tindakan atau perbuatan seseorang dalam suatu pekerjaan atau kedudukan, dan apabila seseorang tersebut telah melaksanakan hak dan kewajiban sesuai dengan pekerjaan atau kedudukannya maka dapat dikatakan bahwa orang tersebut telah menjalankan peranannya dengan baik.

2. Pemberdayaan adalah suatu upaya untuk mendapatkan daya, kekuatan dan kemampuan dan akses terhadap sumber daya untuk memenuhi kebutuhhannya serta dalam upaya pengembangan potensi diri yang dimiliki dengan memanfaatkan potensi yang ada.

(28)

dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur oleh undang-undang.

1.7. Sistematika Penulisan

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisi latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka teori, defenisi konsep, dan sistematika penulisan.

BAB II : METODE PENELITIAN

Bab ini berisi bentuk penelitian, lokasi penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.

BAB III : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini menguraikan tentang gambaran umum mengenai karakteristik lokasi penelitian.

BAB IV : PENYAJIAN DATA

Bab ini memuat hasil penelitian yang diperoleh dari lapangan dan dokumentasi yang di analisis.

BAB V : ANALISIS DATA

Bab ini memuat analisis data yang diperoleh dari hasil penelitian dan memberikan interpretasi atas masalah permasalahan yang diteliti.

BAB VI : PENUTUP

Referensi

Dokumen terkait

Dalam sebuah rencana bayaran kompetitif pasar, kompensasi suatu pekerjaan mencerminkan nilai pekerjaan tersebut dalam perusahaan, serta berapa yang dibayarkan pemberi kerja

Rumah Potong Hewan adalah Bangunan atau kompleks bangunan yang prasarananya hanya dipergunakan untuk kegiatan pemotongan ternak dan di tetapkan oleh

Fakta di lapangan tersebut didukung dengan pengakuan dari guru lain yang mengatakan bahwa guru kelas 4 ketika memberikan materi pembelajaran acuan utama

1) Suspects, mencakup semua orang yang mungkin akan membeli jasa atau barang perusahaan. 2) Prospects, adalah orang-orang yang memiliki kebutuhan akan produk atau jasa

Navedli so razloge, zakaj je po njihovem mnenju mediacija učinkovita metoda: ker naj bi bil mediator nepristranski; ker stranki z medsebojnim popuščanjem najdeta rešitev, ki

Untuk itu dalam pembuatan forum diskusi ini penulis menggunakan bahasa pemrograman PHP 4.0., basis data menggunakan MySQL ver 3.33, alat bantu pemodelan struktur navigasi

(1) Penghitungan Harga Eceran Tertinggi Buku Teks Pelajaran yang diterbitkan dan dimiliki oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dibagi menjadi 5 (lima)

Karena media pembelajaran dengan menggunakan media lagu daerah Sumbawa dapat membuat tampilan pembelajaran lebih menarik yang bisa membuat mata pelajaran bahasa