TINJAUAN PUSTAKA Keanekaragaman Serangga
Penelitian dibidang ekologi dan lingkungan cukup banyak mengungkap tentang keanekaragaman (diversity) suatu komunitas. Hal ini disebabkan karena keanekaragaman menunjukkkan indikator kestabilan suatu komunitas. Dimana kestabilan ini menunjukkan bahwa suatu komunitas akan relatif stabil walaupun
banyak gangguan terhadap komunitas tersebut (Karmana, 2010).
Keragaman jenis adalah sifat komunitas yang memperlihatkan tingkat keanekaragaman jenis organisme yang ada didalamnya (Krebs, 1978). Untuk
memperoleh keragaman jenis ini cukup diperlukan kemampuan mengenal dan membedakan jenis meskipun tidak dapat mengidentifikasikan jenis hama
(Odum, 1971).
Ada 7 faktor yang saling berkaitan menentukan derajat naik turunnya keragaman jenis, yaitu:
a. Waktu, keragaman komunitas bertambah sejalan waktu, berarti komunitas tua yang sudah lama berkembang, lebih banyak terdapat organisme daripada
komunitas muda yang belum berkembangan. Waktu dapat berjalan dalam ekologi lebih pendek atau hanya sampai puluhan generasi.
b. Heterogenitas ruang, semakin heterogen suatu lingkungan fisik semakin
kompleks komunitas flora dan fauna disuatu tempat tersebut dan semakin tinggi keragaman jenisnya.
d. Memanfaatkan sumber tersebut, yang satu menyerang yang lain atau
sebaliknya.
e. Pemangsaan yang mempertahankan komunitas populasi dari jenis bersaing yang berbeda dibawah daya dukung masing-masing selalu memperbesar
kemungkinan hidup berdampingan sehingga mempertinggi keragaman, apabila intensitas dari pemangsaan terlalu tinggi atau terlalu rendah dapat
menurunkan keragaman jenis.
f. Kestabilan iklim, makin stabil keadaan suhu, kelembaban, salinitas, pH dalam suatu lingkungan, maka semakin banyak jenis dalam lingkungan tersebut.
Lingkungan yang stabil, lebih memungkinkan keberlangsungan evolusi.
g. Produktivitas juga dapat menjadi syarat mutlak untuk keanekaragaman yang
tinggi (Krebs, 1978).
Ada 3 kriteria keanekaragaman jenis serangga yaitu bila H’<1 berarti keanekaragaman jenis serangga rendah, dimana keberadaan serangga dan musuh
alami tidak seimbang yang dapat membuat kerusakan pada tanaman, bila H’ 1-3 berarti keanekaragaman serangga sedang yaitu mengarah hampir baik dimana
keberadaan hama dan musuh alami di lapangan hampir seimbang, bila H’>3 berarti keanekaragaman serangga tinggi, dimana keadaan ekosistem yang ada di lapangan adalah seimbang yaitu antara hama dan musuh alaminya dalam keadaan
seimbang sehingga tidak perlu dilakukan perlakuan untuk membunuh serangga hama (Michael, 1995).
Status Serangga Pada Pertanaman Padi
dan menurunkan kualitas maupun kuantitasnya sehingga menimbulkan kerugian
ekonomi bagi manusia. Serangga juga dapat berupa musuh alami yaitu pengatur populasi yang efektif karena bersifat tergantung kepadatan. Jika terjadi peningkatan populasi serangga hama maka akan diikuti oleh peningkatan populasi
musuh alami (respon numerik) dan respon fungisional yaitu peningkatan daya makan atau daya parasitasinya (Untung, 2006).
Tanaman padi dikenal sebagai salah satu tanaman yang banyak diminati serangga dan hama. Di Indonesia terdapat beberapa jenis hama yang merupakan hama utama pada tanaman padi. Hama utama pada persemaian basah yaitu hama
putih (Nymphula depunctalis), Padi trip (Trips oryzae), dan Ulat Tentara (Pseudaletia unipuncta). Hama utama setelah persemaian yaitu wereng batang coklat (Nilaparvata lugens), wereng batang hijau (Nephotettix apicalis), walang sangit (Leptocorisa acuta), Penggerek Batang Padi, dan Hama Tikus (Rattus argentiventer) (Prihatman, 2000).
Dalam mendukung keberhasilan pengendali hama sangat ditentukan pula oleh keadaan agroekosistem setempat. Hal itu berkaitan dengan keragaman
spesies serangga yang hidup pada pertanaman di ekosistem tersebut. Semakin tinggi keragaman serangga yang ada pada ekosistemn tersebut maka akan meningkatkan peluang keberhasilan dari pemanfaatan agens pengendali tersebut.
Semakin besar komposisi keragaman serangga maka ekosistem semakin stabil, karena dominasi salah satu serangga tidak akan terjadi. Serangga-serangga
Hasil pengamatan di lapangan didapat tanaman padi baru berumur 20 hari
dan 70 hari. Padi yang berumur 20 hari hanya ditemukan hama belalang (Valanga sp.) yang masih kecil atau nimfa, dan orong-orong , sedangkan penyakitnya belum ditemukan, tetapi banyak ditemukan predator yaitu anak katak dan kecebong
(Rana cancriovora), serta beberapa jenis capung. Padi yang berumur 70 hari, ditemukan hama Belalang (Valanga sp.), dan Walang Sangit (Leptocorisa acuta).Penyakit yang ditemukan pada padi yang berumur 70 hari adalah penyakit bercak belah ketupat (Cercospora) dan bercak yang disebabkan jamur Helminthosporium. Musuh alami predator pada padi berumur 70 hari adalah jenis
jangkrik (Metioche sp.), jenis belalang (Conocephalus longipennis), kumbang lady (Micrapsis sp.), dan kumbang tanah (Ophionea nigrofasciata S.), laba-laba
(Lycosa sp.), capung, dan parasitoid Tetrastichus shoenobii (Kalsum dan Romza, 2014).
Penggerek Batang Padi
Penggerek batang padi merupakan hama tanaman padi yang termasuk ordo lepidoptera dari famili Noctuidae dan Pyralidae. Serangga ini umumnya tertarik
pada lampu pada malam hari, berbentuk kupu-kupu kecil yang disebut ngengat dan tersebar di daratan Asia, Amerika, dan Australia. Di Indonesia, terdapat lima spesies penggerek batang padi yang menjadi kendala di lahan irigasi maupun
Penggerek batang padi dapat menyerang semua stadium pertumbuhan
tanaman padi. Serangan pada stadium vegetatif menyebabkan kematian anakan (tiller) muda yang disebut sundep (dead hearts). Kehilangan hasil akibat serangan penggerek batang padi pada stadium vegetatif dapat dikompensasi dengan
pembentukan anakan baru. Berdasarkan simulasi pada stadium vegetatif, tanaman masih sanggup mengkompensasi akibat kerusakan oleh penggerek batang padi
sampai 30%. Serangan pada stadium generatif menyebabkan malai tampak putih dan hampa yang disebut beluk (white heads). Kerugian hasil yang disebabkan setiap persen gejala beluk berkisar 1-3% atau rata-rata 1.2% (BBPTP, 2015).
Pengendalian adalah ;
Menghancurkan telur-telur yang terdapat dilingkungan persemaian dan
membunuh larva-larva yang baru menetas.
Menarik perhatian imago dengan perangkap jebak berwarna atau lampu
petromaks (Siregar, 2007).
Aplikasi insektisida sebaiknya dilakukan pada saat 4 hari setelah
ditemukan 1 ekor ngengat pada light trap atau pertanaman tersebut. Pengendalian fisik dengan menangkap ngengat dengan light trap (untuk
luas 50 ha cukup 1 light trap).
Pemanfaatan musuh alami parasitoid dengan melepas parasitoid telur
seperti Trichogramma japonicum dengan dosis 20 pias/ha (1 pias = 2000-2500 telur terparasit) sejak awal pertanaman (BBPTP, 2015).
Perbanyakan Trichogramma sp melalui inang telur kutu dedak
Wereng coklat (Nilaparvata lugens) merupakan hama yang sangat merugikan perpadian di Indonesia, dengan serangannya sampai puso pada areal
yang luas dalam waktu yang singkat. Hama ini mudah beradaptasi membentuk
biotipe baru dan dapat mentransfer virus kerdil hampa dan virus kerdil rumput
yang daya rusaknya lebih hebat dari hama wereng coklat itu sendiri. Pada 2005
serangan wereng coklat terpusat di Jawa dengan menyerang 56.832 ha pertanaman
padi (Effendi, 2009).
Pengendalian :
Musuh alami wereng batang coklat yang berupa predator yaitu laba-laba
(Lycosa sp., Tetragnatha spp., Oxyopes sp., Callitrichia sp.), Paederus fucipes, Cyrtorhinus lividipennis, Coccinella spp., Ophionea sp., dan
Microvelia atrolineata.
Jamur patogen serangga, Beauveria bassiana dan Metarhizium anisopliae
dapat menekan populasi wereng batang coklat masing-masing 40% dan
23% (Kartohardjono, 2011).
Keong Mas (Pomace canaliculataLamarck)
Merupakan hama baru yang penyebarannya cukup luas. Kerusakan terjadi ketika tanaman masih muda. Petani harus menyulam atau menanam ulang pada daerah dengan populasi siput yang tinggi sehingga biaya produksi meningkat.
Pengendaliannya adalah:
Secara mekanis dapat dilakukan dengan mengambil dan memusnahkan
mengembalakan itik setelah panen. Untuk mengurangi kegagalan panen,
harus menyiapkan benih lebih banyak.
Pada stadia vegetatif, dapat dilakukan: (1) pemupukan P dan K sebelum
tanam; (2) menanam bibit yang agak tua (>21 Hari) dan jumlah bibit lebih
banyak; (3) mengeringkan sawah sampai 7 HST; (4) tidak mengaplikasikan herbisida sampai 7 HST; (5) mengambil keong mas atau
telur dan memusnahkan; (6) memasang saringan pada pemasukan air untuk menjaring siput; (7) mengumpan dengan menggunakan daun talas atau daun pepaya; (8) Aplikasi pestisida anorganik atau naba i seperti
saponin dan rerak sebanyak 20-50 kg/ha sebelum tanam pada caren sehingga pestisida bisa dihemat.memasang saringan pada pemasukan air
untuk menjaring siput; (7) mengumpan dengan menggunakan daun talas atau daun pepaya; (8) Aplikasi pestisida anorganik atau nabati seperti saponin dan rerak sebanyak 20-50 kg/ha sebelum tanam pada caren
sehingga pestisida bisa dihemat (Roja, 2009).
Hama Burung
Ada banyak tantangan dan rintangan yang harus dihadapi para petani padi sebelum sampai pada masa panen, salah satu diantaranya adalah masalah hama. Salah satu hama padi yang sangat mengganggu petani adalah burung pemakan
Pengendaliannya ;
Sistem aplikasi mikrokontroler AT89S52 sebagai pengontrol sistem
pengusir burung pemakan padi dengan bunyi sirine (Sumariadi et al., 2013).
Penggunaan jaring pada tanaman padi.
Memasang tiang kaleng bekas di setiap pematang sawah dengan benang.
Tabel 1. Jenis-jenis serangga hama pada tanaman padi sawah dan kerusakan yang ditimbulkan
No Nama Ilmiah Nama Daerah
Famili Kerusakan yang ditimbulkan 1 Leucopholis rorida dan
Heteronychus spp.
Hama uret Scarabidae Larva memakan
akar, dewasa (kumbang) memakan daun padi
2 Antherigona oryzae
Malloch dan A.exigua Stein
Lalat bibit padi
Muscidae Menyerang titik
tumbuh bibit padi
3 Nymphula depunctalis Hama putih Pyralidae Menyerang daun
4 Orselia oryzae
Wood-Mason
Hama Ganjur Cecidomyii-dae
Larva memakan titik tumbuh daun
5 Cnaphalocroccis
medinalis Guenne
6 Scirpophaga innotata Pengge-rek
batang padi
Pyralidae Menggerek
batang dan memakan tangkai atau pangkal daun 7 Scirpophaga incertulas Pengge-rek
batang padi
Pyralidae Menggerek
batang dan memakan tangkai atau pangkal daun
8 Chilo supressalis Pengge-rek
batang padi
Pyralidae Menggerek
batang dan memakan bagian dalam batang
9 Sesamea inferens Pengge-rek
batang padi
Noctuidae Larva menggerek
10 Scotinophora coartata Kepin-ding tanah
Pentatomidae Nimfa dan serangga dewasa menghisap cairan tanaman
11 Nilaparvata lugens Stal Wereng batang coklat
Delphacidae Nimfa dan
dewasa
menghisap cairan batang
12 Sogatella furcifera Jorv.
Wereng batang pung-gung putih
Delphacidae Menghisap cairan
tanaman pada awal tanam
13 Nephotettix spp. Wereng daun
hijau
Cicadellidae Menghisap cairan daun dan vektor
Cicadellidae Menghisap cairan daun
15 Leptocorissa acuta Thunb.
Sumber: Dirangkum dari Suharto, 2007 dalam Aminatum, 2012.
Kelompok musuh alami serangga hama tanaman padi sawah ada dari
kelompok laba-laba, kelompok parasit serangga dan kelompok predator serangga. Beberapa parasitoid yang ditemukan pada tanaman padi yaitu parasitoid yang
potensial yaitu Telenomus sp; Ooencyrtus sp;Tetratichus sp; Trichogramma sp; Compsilura sp; Brachymeria sp; Apanteles sp; dan Amauromorpha sp. (Moningka et al., 2012).
Mina Padi
Budidaya mina padi, salah satu optimalisasi potensi lahan sawah irigasi
management (pengelolaan hara terpadu) sangat menguntungkan bagi petani dalam meningkatkan taraf kehidupan mereka. Kearifan lokal yang jadi budaya bangsa kita, salah satunya dengan sistem mina padi yang ramah lingkungan merupakan strategi dalam pengelolaan pertanian berkelanjutan (Siregar, 2014).
Mina padi merupakan suatu kegiatan pemeliharaan ikan di sawah dimana bentuk sawah dibuat sedemikian rupa sehingga membuat ikan layak hidup. Sistem
mina padi dapat menambah pendapatan petani melalui hasil panen ikan pada sawah. Ikan yang biasa digunakan dalam sistem mina padi di dasa purwosari adalah ikan mas. Mina padi biasa juga disebut tumpang sari. Istilah mina padi
berasal dari bahasa Sansekerta yaitu mina (yang berarti ikan). Mina padi dapat diartikan sebagai sistem pemeliharaan ikan di sawah yang dilakukan bersamaan
dengan penanaman atau pemeliharaan padi. Batas masa pemeliharaan ikan pada sistem mina padi berkisar 45-65 hari. Batas masa pemeliharaan ikan ini terkait erat dengan umur padi. Dalam praktiknya, waktu pemanenan ikan disesuaikan
dengan tujuan penanaman ikan, untuk pendederan atau pembesaran (Tiku, 2008). Usahatani sistem mina padi ini dapat menggurangi pemakaian insektisida
maupun tumbuhnya rumput. Hal in terjadi karena terciptanya hubungan yang harmonis antara padi, ikan, air, dan tanah sehingga tercapai kondisi keseimbangan ekologis yang baik, dengan demikian serangan hama dan rumput menjadi
berkurang. Memperkecil resiko kehilangan sumber penghasilan, karena dari sistem ini tidak mengandalkan pada satu sumber saja, sehingga kegagalan salah
Tabel 2. Padat tebar ikan pada berbagai ukuran dalam budidaya mina padi.
No Ukuran (cm) Berat (g/ekor) Padat Tebar (ekor/ha)
1 0,5-1,0 - 10-12 liter
2 1,0-3,0 0,5-1,0 10.000-12.000
3 3,0-5,0 3,0-5,0 5.000-10.000
4 5,0-8,0 8,0-10,0 3.000-5.000
5 8,0-10,0 15,0-20,0 2.500-3.000
6 10,0 20,0-25,0 2.000-2.500
Sember : Suriapermana et al., 1994.
Benih ikan yang di sebar sebaiknya berukuran > 3-5 cm, karena < 3 cm
beresiko kematian sangat tinggi baik karena predator maupun fluktuasi air (Riasari et al., 2005). Varietas yang banyak dan baik digunakan oleh petani mina padi yaitu ciherang dan IR64. Karena memiliki kualitas yang hampir sama dalam produksi dan umur yang relatif singkat (Tiku, 2008).
Dalam budidaya mina padi ada beberapa sistem caren yang digunakan, diantaranya dengan caren di keliling tanaman padi, caren tengah, caren diagonal,
caren keliling tengah, caren keliling diagonal dan caren secara silang. Desain yang saya gunakan dalam penelitian ini yaitu penggunaan kontruksi parit tengah.