• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi Pengelolaan Sistem Pembuangan Sampah Di Rusunawa (Studi Kasus : Rusunawa Seruwei Belawan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Evaluasi Pengelolaan Sistem Pembuangan Sampah Di Rusunawa (Studi Kasus : Rusunawa Seruwei Belawan)"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Pengertian Evaluasi

Pengertian evaluasi secara harfiah diartikan sebagai penilaian (Badudu, 1994:401). Evaluasi mengandung maksud melakukan penilaian terhadap kinerja pengelolaan untuk merumuskan upaya keberlangsungan fungsi bangunan.

Evaluasi merupakan bagian dari sistem manajemen yaitu perencanaan, organisasi, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi. Tanpa evaluasi, maka tidak akan diketahui bagaimana kondisi objek evaluasi tersebut dalam rancangan, pelaksanaan serta hasilnya. Istilah evaluasi sudah menjadi kosa kata dalam bahasa Indonesia, akan tetapi kata ini adalah kata serapan dari bahasa Inggris yaitu evaluation yang berarti penilaian atau penaksiran (Echols dan Shadily, 2000 : 220).

Tague-Sutclife (1996 : 1-3), mengartikan evaluasi sebagai suatu proses yang sistematis untuk menentukan sejauh mana tujuan instruksional yang dicapai oleh siswa. Evaluasi bukan sekadar menilai suatu aktivitas secara spontan dan insidental, melainkan merupakan kegiatan untuk menilai sesuatu secara terencana, sistematik, dan terarah berdasarkan tuiuan yang jelas.

2.2.Pengertian Pengelolaan

Pengertian Pengelolaan adalah proses yang membantu merumuskan kebijaksanaan dan tujuan yang memberikan pengawasan pada semua hal yang terlibat dalam pelaksanaan dan pencapaian tujuan. (Himpunan Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2003: 534)

(2)

Reksopoetranto (1992) mengemukakan beberapa pengertian pengelolaan, sebagai berikut :

1) Pengelolaan adalah seni dan ilmu perencanaan, pengorganisasian,

pengarahan, pengkoordinasian dan pengkontrolan manusia dan sumber daya alam untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan

2) Pengelolaan adalah suatu proses yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan yang setiap bidang

mempergunakan ilmu pengetahuan dan seni secara teratur untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan .

Pengelolaan pada dasarnya adalah pengendalian dan pemanfaatan semua sumber daya yang menurut suatu perencanaan diperlukan untuk atau penyelesaian suatu tujuan kerja tertentu.

Pengertian pengelolaan telah banyak dibahas para ahli yang antara satu dengan yang lain saling melengkapi. Salah satunya adalah dari pendapat Stoner yang dikutip oleh Handoko menyatakan bahwa pengelolaan merupakan proses perencanan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan, usaha-usaha para anggota organisasi dan pengguna sumber daya organisasi lainya untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Stoner menekankan bahwa pengelolaan dititik beratkan pada proses dan sistem. Oleh karena itu, apabila dalam sistem dan proses tidak baik, menyebabkan proses pencapaian tujuan akan terganggu atau mengalami kegagalan.

2.2.1. Fungsi Pengelolaan

(3)

bergerak mencapai tujuan. Fungsi–fungsi tersebut saling melengkapi satu sama lain (Stoner, 1996:6– 15).

Oleh karena itu, pengelolaan diartikan sebagai proses merencanakan, mengorganising, memimpin, dan mengendalikan upaya organisasi dengan segala aspeknya agar tujuan organisasi tercapai secara efektif dan efisien.

2.3. Pengelolaan Rusunawa

Pengelolaan Rusunawa meliputi kegiatan–kegiatan operasional yang berupa pemeliharaan, perbaikan, dan pembangunan prasarana lingkungan, serta fasilitas sosial, bagian bersama, benda bersama, dan tanah bersama (PP No.4/1988).

Pengelola Rusunawa merupakan upaya untuk melestarikan fungsi Rusunawa meliputi kebijakan dalam penataan pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan, pengawasan dan pengendalian Rusunawa.

2.3.1. Badan Pengelolaan Rusunawa

Badan pengelolaan ini dapat dibentuk dari perhimpunan penghuni untuk mengurus kepentingan bersama para pemilik dan penghuni, serta dapat membentuk atau menunjuk badan pengelola yang bertugas untuk menyelenggarakan pengelolaan yang meliputi pemeliharaan, perbaikan dan pengawasan terhadap penggunaan bagian bersama, benda bersama dan tanah bersama (UU No. 16/1985). Pembentukan perhimpunan penghuni disyahkan oleh Bupati atau Walikota. Dalam mempertahankan keberadaan dan kelangsungan rumah susun sederhana dibentuk unit pengelola teknis (UPT), (Koeswahyono, 2004:89), Pada umumnya semua unit pengelola tersebut memiliki hak dan kewajiban yang telah ditentukan sesuai dalam pasal 66 peraturan Pemerintah No. 4 tahun 1988 tentang Rumah Susun.

(4)

2.4. Pengertian Sistem

Sistem merupakan perangkat unsur yang secara teratur saling berkaitan sehingga membentuk suatu totalitas, atau sistem merupakan susunan yang teratur dari pandangan, teori, asas, dan sebagainya. (Kamus besar bahasa Indonesia, KBBI )

2.5. Pengertian Sistem Sanitasi

Sanitasi adalah suatu cara untuk mencegah berjangkitnya suatu penyakit menular dengan jalan memutuskan mata rantai dari sumber. Sanitasi merupakan usaha kesehatan masyarakat yang menitik beratkan pada penguasaan terhadap berbagai faktor lingkungan yang mempengaruhi derajat kesehatan (Arifin, 2009).

Untuk memenuhi persyaratan sistem sanitasi, setiap bangunan gedung harus dilengkapi dengan sistem air bersih, sistem pembuangan air kotor dan/atau air limbah, kotoran dan sampah, serta penyaluran air hujan.(Peraturan Pelaksanaan UU Tentang Bangunan Gedung, No.28 Tahun 2002).

2.6. Pengelolaan Sistem Pembuangan Sampah

Pengelolaan sampah adalah semua kegiatan yang dilakukan dalam menangani sampah sejak ditimbulkan sampai dengan pembuangan akhir. Secara garis besar, kegiatan didalam pengelolaan sampah meliputi pengendalian timbulan sampah, penanganan di tempat, pengumpulan sampah, pengangkutan, pengolahan dan pembuangan akhir (Kartikawan, 2007) sebagai berikut :

1. Timbulan Sampah

(5)

2. Penanganan di tempat

Penanganan sampah pada sumbernya adalah semua perlakuan terhadap sampah yang dilakukan sebelum sampah di tempatkan di tempat pembuangan. Kegiatan ini bertolak dari kondisi di mana suatu material yang sudah dibuang atau tidak dibutuhkan, seringkali masih memiliki nilai ekonomis. Penanganan sampah ditempat, dapat memberikan pengaruh yang signifikan terhadap penanganan sampah pada tahap selanjutnya.

Kegiatan pada tahap ini bervariasi menurut jenis sampahnya meliput i pemanfaatan kembali (reuse) dan daur ulang (recycle). Tujuan utama dan kegiatan di tahap ini adalah untuk mereduksi besarnya timbulan sampah (reduce).

3. Pengumpulan

Pengumpulan adalah kegiatan mengumpul sampah dari sumbernya menuju ke lokasi tempat penampungan sementara (TPS). Umumya dilakukan dengan menggunakan gerobak dorong dari rumah-rumah menuju ke lokasi tempat penampungan sementara (TPS).

Untuk menghitung volume tempat penampungan sementara maka dapat di gunakan rumus menghitung volume yaitu V= p x l x t (Y.D. Sumanto, Gemar Matematika 6, hal : 59).

Luas persegi panjang = p x l

Keterangan : p = panjang l = lebar

Jadi volume = luas alas x tinggi

= luas persegi panjang(pxl) x tinggi = p x l x t

(6)

4. Pengangkutan

Pengangkutan adalah kegiatan pemindahan sampah dari tempat penampungan sementara (TPS) menuju lokasi pembuangan pengolahan sampah atau lokasi pembuangan akhir.

5. Pengolahan

Pengolahan adalah kegiatan mengubah karakteristik, komposisi, dan/atau jumlah sampah. Terdapat berbagai alternatif yang tersedia dalam pengolahan sampah yaitu :

- Transformasi fisik, meliputi pemisahan komponen sampah (shorting) dan pemadatan (compacting), yang tujuannya adalah mempermudah penyimpanan dan pengangkutan.

- Pembakaran (incinerate), merupakan teknik pengolahan sampah yang dapat mengubah sampah menjadi bentuk gas, sehingga volumenya dapat berkurang hingga 90-95%.

- Pembuatan kompos (composting), Kompos adalah pupuk alami (organik) yang terbuat dari bahan - bahan hijauan dan bahan organik lain yang sengaja ditambahkan untuk mempercepat proses pembusukan.

- Pembaruan tenaga (Energy recovery), yaitu tranformasi sampah menjadi energi, baik energi panas maupun energi listrik.

6. Pembuangan akhir

Pada prinsipnya, pembuangan akhir sampah harus memenuhi syarat-syarat kesehatan dan kelestarian lingkungan. Teknik yang saat ini dilakukan adalah dengan open dumping, di mana sampah yang ada hanya ditempatkan di tempat tertentu, hingga kapasitasnya tidak lagi memenuhi. Teknik ini sangat berpotensi untuk menimbulkan gangguan terhadap lingkungan. Teknik yang direkomendasikan adalah dengan sanitasi tempat pembuangan akhir. Di mana pada lokasi TPA dilakukan kegiatan-kegiatan tertentu untuk mengolah timbulan sampah.

(7)

Aboejoewono (1985) menggambarkan secara sederhana tahapan-tahapan dari proses kegiatan dalam pengelolaan sampah sebagai berikut :

1. Pengumpulan

2.

diartikan sebagai pengelolaan sampah dari tempat asalnya sampai ke tempat pembuangan sementara sebelum menuju tahapan berikutnya. Pada tahapan ini digunakan sarana bantuan berupa tong sampah, bak sampah, gerobak dorong maupun tempat penampungan sementara (TPS). Untuk melakukan pengumpulan, umumnya melibatkan sejumlah tenaga yang mengumpulkan sampah setiap periode waktu tertentu.

Tahapan pengangkutan

3. Pada tahap pembuangan akhir/pengolahan, sampah akan mengalami pemrosesan baik secara fisik, kimia maupun biologis sedemikian hingga tuntas penyelesaian seluruh proses.

dilakukan dengan menggunakan sarana bantuan berupa alat transportasi tertentu menuju ke tempat pembuangan akhir/pengolahan. Pada tahapan ini juga melibatkan tenaga yang pada periode waktu tertentu mengangkut sampah dari tempat penampungan sementara(TPS) ke tempat pembuangan akhir (TPA).

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia nomor 03/prt/m/2013 tentang penyelenggaraan prasarana dan sarana persampahan dalam penanganan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga dalam pasal 1 yaitu :

- Sumber sampah adalah asal timbulan sampah.

- Pemilahan adalah kegiatan mengelompokkan dan memisahkan sampah sesuai dengan jenis.

- Pewadahan adalah kegiatan menampung sampah sementara dalam suatu wadah individual atau komunal di tempat sumber sampah dengan mempertimbangkan jenis-jenis sampah.

(8)

- Pengangkutan adalah kegiatan membawa sampah dari sumber atau tempat penampungan sementara menuju tempat pengolahan sampah terpadu atau tempat pemrosesan akhir dengan menggunakan kendaraan bermotor yang didesain untuk mengangkut sampah.

- Tempat penampungan sementara, yang selanjutnya disingkat TPS, adalah tempat sebelum sampah diangkut ke tempat pendauran ulang, pengolahan, dan/atau tempat pengolahan sampah terpadu.

- Pengolahan adalah kegiatan mengubah karakteristik, komposisi, dan/atau jumlah sampah.

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 05/Prt/M/2007 Tentang Pedoman Teknis Pembangunan Rumah Susun Sederhana Bertingkat Tinggi, Persyaratan tempat sampah, penampungan sampah, dan/atau pengolahan sampah adalah sebagai berikut:

• Sistem pembuangan sampah padat direncanakan dan dipasang dengan mempertimbangkan fasilitas penampungan dan jenisnya.

• Pertimbangan fasilitas penampungan diwujudkan dalam bentuk

penyediaan tempat penampungan kotoran dan sampah pada masing-masing bangunan rumah susun bertingkat tinggi, yang diperhitungkan berdasarkan jumlah penghuni, dan volume kotoran dan sampah.

• Pertimbangan jenis sampah padat diwujudkan dalam bentuk penempatan

pewadahan dan/atau pengolahannya yang tidak mengganggu kesehatan penghuni, masyarakat dan lingkungannya.

• Ketentuan pengelolaan sampah padat, yaitu :

1) Bagi pengembang perumahan wajib menyediakan wadah sampah, alat pengumpul dan tempat pembuangan sampah sementara, sedangkan pengangkutan dan pembuangan akhir sampah bergabung dengan sistem yang sudah ada.

(9)

3) Sampah padat kecuali sampah Bahan Beracun dan Berbahaya (B3) harus dibakar dengan tempat pembakaran sampah yang tidak mengganggu lingkungan.

Menurut Permen PU nomor : 05/prt/m/2007 tentang pedoman teknis pembangunan rumah susun sederhana bertingkat tinggi, yaitu seluruh instalasi utilitas harus melalui saluran/lubang (shaft), perencanaan saluran/lubang (shaft) harus memperhitungkan estetika dan kemudahan perawatan.

Menurut Permen PU Nomor 60/PRT/1992 tentang Persyaratan Teknis Pembangunan Rumah Susun, pasal 26. Yaitu :

• Pewadahan sampah di tiap satuan rusun dapat dibuat dari bahan permanen

atau semi permanen.

• Sampah yang dibuang ke TPS harus dibungkus dengan alat pembungkus yang kedap bau dan air.

• Saluran sampah dipakai bahan kedap bau dan air, tahan karat. Ukuran

sisi/diameter penampang terkecil sekurang-kurangnya 50 cm.

• Sistem pembuangan sampah pada satuan rusun dan bangunan rusun harus

terkoordinasikan dengan sistem jaringan pembuangan sampah pada lingkungan yang tersedia.

Menurut Permen PU Nomor 60/PRT/1992 tentang Persyaratan Teknis Pembangunan Rumah Susun, pasal 60. Yaitu :

• Bak sampah dibuat dari bahan kedap bau dan air, dan tidak mudah

berkarat.

• Dilengkapi gerobak sampah dari bahan yang tidak mudah berkarat dan

mudah dipelihara.

• Dilengkapi TPS dan diletakkan terpisah dari rusunawa, serta dapat

dijangkau oleh truk sampah.

• Dilengkapi truk sampah yang dapat menjangkau sekurang – kurangnya ke

(10)

Menurut Peraturan Pelaksanaan UU Tentang Bangunan Gedung, No.28 Tahun 2002, dalam pasal 45 tentang pembuangan sampah adalah :

(1) Sistem pembuangan kotoran dan sampah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 harus direncanakan dan dipasang dengan mempertimbangkan fasilitas penampungan dan jenisnya.

(2) Pertimbangan fasilitas penampungan diwujudkan dalam bentuk penyediaan tempat penampungan kotoran dan sampah pada masing-masing bangunan gedung, yang diperhitungkan berdasarkan fungsi bangunan, jumlah penghuni, dan volume kotoran dan sampah.

(3) Pertimbangan jenis kotoran dan sampah diwujudkan dalam bentuk penempatan pewadahan dan/atau pengolahannya yang tidak mengganggu kesehatan penghuni, masyarakat dan lingkungannya.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara perencanaan, pemasangan, dan pengelolaan fasilitas pembuangan kotoran dan sampah pada bangunan gedung mengikuti pedoman dan standar teknis yang berlaku.

Pewadahan sampah terbuat dari bahan permanen dapat dilihat dari gambar 2.1.di

bawah ini :

Sumber: Lembar Teknologi Penampungan Sementara,Modul:TPS1 Gambar 2.1. Bak Sampah Permanen

(11)

Entjang Indan (2000), berpendapat agar sampah tidak membahayakan kesehatan manusia, maka perlu pengaturan pembuangannya, seperti tempat sampah yaitu tempat penyimpanan sementara sebelum sampah tersebut dikumpulkan untuk dibuang dan dimusnahkan.

Syarat tempat sampah adalah :

• Terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan, kuat sehingga tidak mudah

bocor, kedap air.

• Harus ditutup rapat sehinga tidak menarik serangga atau binatang-binatang lainnya seperti tikus, kucing dan sebagainya.

Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) 3242:2008, Tata Cara Pengelolaan Sampah di Permukiman yaitu timbulan sampah (L/orang atau unit/hari) = Kota Kecil = 2,5 L/org/hari dan timbulan sampah untuk rumah permanen adalah 2,5 L/org/hari.

Menurut SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan yaitu Sarana pelengkap persampahan di tiap rumah dengan jumlah jiwa rata-rata 5 orang adalah tong sampah pribadi.

Kriteria wadah sampah diuraikan dalam SNI No 19-2454-2002 tentang tata cara teknik operasional pengelolaan sampah perkotaan adalah sebagai

berikut:

1. Tidak mudah rusak dan kedap air;

2. Ekonomis dan mudah diperoleh/dibuat oleh masyarakat; dan 3. Mudah dikosongkan.

(12)

Tabel 2.1 Karakteristik Wadah Sampah Menurut SNI 19-2454-2002 No. Karakteristik

Wadah

Pola Pewadahan Individual Pola Pewadahan Komunal

1 Bentuk Kotak, silinder, kontainer, bin (tong) yang bertutup, kantong plastik

Kotak, silinder, kontainer, bin (tong) yang bertutup

2 Sifat Ringan, mudah dipindahkan dan dikosongkan

Ringan, mudah dipindahkan dan dikosongkan 3 Bahan Logam, plastik, fiberglass,

kayu, bambu, rotan

− Permukiman dan pasar: (100 – 1000) L

5 Pengadaan Pribadi, instansi, pengelola Instansi, pengelola

Kriteria jenis wadah, kapasitas, kemampuan pelayanan, dan umur wadah menurut SNI 19-2454-2002 dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 2.2 Jenis Wadah, Kapasitas, Kemampuan Pelayanan, dan Umur Wadah Sampah Menurut SNI 19-2454-2002

Jenis kontainer Kapasitas Pelayanan Umur kontainer Keterangan

(13)

Menurut Peraturan menteri pekerja umum(Permen PU) Republik Indonesia nomor 03/prt/m/2013 Label atau tanda dan warna wadah sampah dapat digunakan seperti pada tabel berikut ini :

Tabel 2.3. Label atau Tanda dan Warna Wadah Sampah

No Jenis Sampah Label Warna

SAMPAH ORGANIK Hijau

(14)

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2014 Tentang Sanitasi Total Berbasis Masyarakat, pengamanan sampah rumah tangga adalah sebagai berikut:

a. Mengurangi (Reduce)

Yaitu mengurangi sampah dengan mengurangi pemakaian barang atau benda yang tidak terlalu dibutuhkan. Contoh:

 Mengurangi pemakaian kantong plastik.

 Mengatur dan merencanakan pembelian kebutuhan rumah tangga

secara rutin misalnya sekali sebulan atau sekali seminggu.

 Mengutamakan membeli produk berwadah sehingga bisa diisi

ulang.

 Memperbaiki barang-barang yang rusak (jika masih bisa

diperbaiki).

 Membeli produk atau barang yang tahan lama.

b. Penggunaan kembali (Reuse)

Yaitu memanfaatkan barang yang sudah tidak terpakai tanpa mengubah

bentuk. Contoh:

 Sampah rumah tangga yang bisa dimanfaatkan seperti koran bekas,

kardus bekas, kaleng susu, wadah sabun lulur, dan sebagainya. Barang-barang tersebut dapat dimanfaatkan sebaik mungkin misalnya diolah menjadi tempat untuk menyimpan tusuk gigi, perhiasan, dan sebagainya.

 Memanfaatkan lembaran yang kosong pada kertas yang sudah

digunakan, memanfaatkan buku cetakan bekas untuk perpustakaan mini di rumah dan untuk umum.

 Menggunakan kembali kantong belanja untuk belanja berikutnya.

c. Daur ulang (Recycle)

Yaitu mendaur ulang kembali barang lama menjadi barang baru. Contoh:  Sampah organik bisa dimanfaatkan sebagai pupuk dengan cara

pembuatan kompos atau dengan pembuatan lubang biopori.

 Sampah anorganik bisa di daur ulang menjadi sesuatu yang bisa

(15)

digunakan menjadi kertas kembali, botol plastik bisa menjadi tempat alat tulis, bungkus plastik detergen atau susu bisa dijadikan tas, dompet, dan sebagainya.

 Sampah yang sudah dipilah dapat disetorkan ke bank sampah

terdekat.

Sumber: Menteri Kesehatan Republik Indonesia tahun 2014 Gambar 2.2 Konsep Integrasi 3R

Kegiatan Pengamanan Sampah Rumah Tangga dapat dilakukan dengan :  Sampah tidak boleh ada dalam rumah dan harus dibuang setiap hari

 Pemilahan dalam bentuk pengelompokan dan pemisahan sampah sesuai

dengan jenis, jumlah, dan/atau sifat sampah.

 Pemilahan sampah dilakukan terhadap 2 (dua) jenis sampah, yaitu organik

dan nonorganik. Untuk itu perlu disediakan tempat sampah yang berbeda untuk setiap jenis sampah tersebut. Tempat sampah harus tertutup rapat.  Pengumpulan sampah dilakukan melalui pengambilan dan pemindahan

sampah dari rumah tangga ke tempat penampungan sementara atau tempat pengolahan sampah terpadu.

 Sampah yang telah dikumpulkan di tempat penampungan sementara atau

(16)

2.7. Pengertian Rumah Susun

Pengertian rumah susun menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2011 tentang rumah susun adalah sebagai berikut:

Rumah Susun adalah bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan yang terbagi dalam bagian-bagian yang distrukturkan secara fungsional, baik dalam arah horizontal maupun vertikal dan merupakan satuan-satuan yang masing-masing dapat dimiliki dan digunakan secara terpisah, terutama untuk tempat hunian yang dilengkapi dengan bagian bersama, benda bersama, dan tanah bersama.

Sedangkan menurut Peraturan menteri Pekerjaan Umum No . 60/PRT/1992 tentang Persyaratan Teknis pembangunan rumah susun, pengertian dan pembangunan rumah susun adalah :

-Lingkungan rumah susun adalah sebidang tanah dengan batas – batas yang jelas , di atasnya di bangun rumah susun termasuk prasarana dan fasilitasnya secara keseluruhan merupakan tempat permukiman.

-Satuan lingkungan rumah susun adalah kelompok rumah susun yang terletak pada tanah bersama sebagai salah satu lingkungan yang merupakan satu kesatuan sistem pelayanan pengelolaan.

-Prasarana lingkungan rumah susun adalah kelengkapan dasar fisik lingkungan yang memungkinkan rumah susun dapat berfungsi sebagaimana mestinya.

2.7.1. Pembangunan Rumah Susun

Pembangunan rumah susun dapat diselenggarakan oleh Badan Usaha Milik Negara atau Daerah, Koperasi, dan Badan Usaha Milik Swasta yang bergerak dalam bidang itu, serta Swadaya Masyarakat. ( Undang Undang No. 16 Tahun 1985 pasal 5, Tentang : Rumah Susun )

2.7.2. Status Kepemilikan Rumah Susun

Berdasarkan status kepemilikan satuan unit huniannya, rumah susun dibagi menjadi tiga jenis menurut (De Chiara, Joseph (Ed.). 1984:571), yaitu :

(17)

yang dihuni, sedangkan fasilitas umum dimiliki secara bersama-sama dengn penghuni lainnya.

2. Kepemilikan koperasi (Cooperative Ownership) merupakan bangunan rumah susun dimana penghuni mempunyai hak kepemilikan yang diberikan oleh suatu instansi tertentu yang membangun rumah susun dan biasanya dikenakan biaya pemeliharaan atau biaya lainnya.

3. Rumah susun sewa (Rent) merupakan bangunan rumah susun dimana penghuni tidak memiliki hak milik atas unit yang dihuninya dan harus membayar biaya sewa serta pemeliharaan kepada pemiliknya.

2.7.3. Hak dan Kewajiban Penghuni Rumah Susun

Menurut (Mokh Subhkan2008:47) Penghuni/Penyewa mempunyai hak dan kewajiban sebagai berikut :

- Menempati Rusunawa untuk keperluan tempat tinggal.

- Mengajukan keberatan atas pelayanan yang kurang baik oleh pengelola Kewajiban penghuni/penyewa adalah sebagai berikut :

-Membayar sewa dan segala iuran yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

- Membuang sampah setiap hari di tempat yg ditentukan

- Memelihara sarana rumah susun yang disewa dengan sebaik-baiknya.

Selain mempunyai hak dan kewajiban dalam memanfaatkan barang yang bersifat pribadi, penghuni juga mempunyai hak atas barang bersama, benda bersama dan tanah bersama yang merupakan fasilitas dari rumah susun yang diatur dengan Undang-Undang Nomor 16 tahun 1985 tentang Rumah Susun berlaku atas sarana rumah susun yang dimiliki oleh perseorangan atau badan hukum.

2.7.4. Klasifikasi Menurut Ketinggian Bangunan Rumah Susun

(18)

a Rumah susun dengan ketinggian sampai dengan 4 lantai ketinggian rendah (low rise). Rumah susun ini menggunakan tangga konvensional sebagai alat transportasi vertikal.

b Rumah susun dengan ketinggian 5-8 lantai ketinggian sedang (medium rise). Rumah susun ini sudah menggunakan escalator sebagai alat transportasi vertikal.

c Rumah susun dengan ketinggian lebih dari 8 lantai ketinggian tinggi (high rise). Rumah susun ini menggunakan elevator sebagai alat transportasi vertikal.

2.7.5. Sistem Koridor Rumah Susun

Berdasarkan sistem koridor rumah susun menurut John Mascai dalam “Housing” (1980, hal 225-226) adalah sebagai berikut:

a. Sistem Koridor Bagian Luar ( Exterior Corridor System )

Disebut juga Koridor dimuat tunggal (single loaded corridor), merupakan sistem koridor yang melayani unit-unit hunian dari satu sisi saja. Ciri utama bangunan yang menggunakan sistem ini adalah tiap unit hunian memiliki dua wilayah ruang luar. Bentuk ini memungkinkan unit-unit apartemen mendapatkan ventilasi silang dan pencahayaan dari dua arah secara alamiah. Bentuk bangunan secara keseluruhan pada umumnya merupakan bentuk massa memanjang. Gambar dapat dilihat pada gambar 2.3. di bawah ini :

Sumber: Fajri (2015)

(19)

b. Sistem Koridor Tengah ( Central Corridor System )

Disebut juga dengan Sistem muat ganda (system double loaded), merupakan sistem koridor yang melayani unit-unit hunian dari dua sisi. Gambar dapat dilihat pada gambar 2.4. di bawah ini :

Sumber: Fajri (2015)

Gambar 2.4. Sistem Koridor Tengah

c. Sistem Titik Blok ( Point Block System )

Merupakan pengembangan dari sistem muat ganda (double loaded) dengan koridor yang sangat pendek, sehingga terjadi perubahan dari koridor linier menjadi bujur sangkar. Sistem koridor ini memiliki core yang secara langsung berhubungan dengan unit-unit hunian yang tersusun mengelilingi Inti (core). Unit-unit hunian yang ada terbatas antara 4 sampai 6 Unit-unit. Bentuk bangunan secara keseluruhan pada umumnya merupakan bentuk menara. Gambar dapat dilihat pada gambar 2.5. di bawah ini :

Sumber: Fajri (2015)

(20)

d. Sistem Inti Banyak ( Multicore System )

Sistem ini digunakan untuk memenuhi tuntutan yang lebih bervariasi dari bangunan hunian.Faktor utama yang menentukan penggunaan jenis ini adalah kondisi tapak, pemandangan dan jumlah unit. Gambar dapat dilihat pada gambar 2.6. di bawah ini :

`

Sumber: Fajri (2015)

Gambar

Gambar 2.1. Bak Sampah Permanen
Tabel 2.2  Jenis Wadah, Kapasitas, Kemampuan Pelayanan, dan Umur
Tabel 2.3. Label atau Tanda dan Warna Wadah Sampah
Gambar 2.2 Konsep Integrasi 3R
+4

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu tujuan penelitian ini akan mengkaji secara keseluruhan terhadap fenomena yang sebelumnya belum diteliti dengan menggabungkan antara orientasi

Orang Lampung Saibatin pada dasarnya dapat diketahui dengan kesempatan untuk menduduki atau meningkatkan kedudukan dalam adat diperoleh dari keturunan, dan hanya

Selama pelaksanaan penelitian terhadap sistem yang berjalan pada unit packer PT.Semen Tonasa dapat kami temukan beberapa hal-hal: Sistem monitoring laporan produksi

Once this pressure exceeds the pressure in the pulmonary artery for the right ventricle and the aorta for the left ventricle, the aortic valve and the pulmonic valve open.. It is

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar matematika dengan menggunakan media

hukum dan hak membuat syariat bagi seluruh manusia, menerima hukum dari-Nya saja (sebagai sumber dari segala sumber hukum) sebagaimana ditetapkan dalam ayat, serta

Sebagai salah satu kecakapan yang harus dikuasai dalam Bahasa Inggris, kemampuan menulis menjadi sangat penting. Sehingga, menjadi penting bagi guru untuk melaksanakan