• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kedudukan Suaka Margasatwa Karang Gading Dan Langkat Timur Laut Sebagai Kawasan Konservasi Ditinjau Dari Segi Hukum Internasional

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kedudukan Suaka Margasatwa Karang Gading Dan Langkat Timur Laut Sebagai Kawasan Konservasi Ditinjau Dari Segi Hukum Internasional"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada hakekatnya hutan merupakan tempat berlindung berbagai macam tumbuhan dan hewan. Bahkan manusia juga masih mengandalkan hutan untuk bertahan hidup. Hutan memegang peranan yang sangat penting bagi keseimbangan ekosistem1 baik di masa sekarang maupun masa yang akan datang. Namun, pada dasawarsa terakhir deforestasi semakin merusak kawasan hutan yang merupakan suaka marga satwa. Kebutuhan akan lahan perkebunan dan pemukiman membuat manusia seakan melupakan pentingnya keberadaan hutan. Dalam lingkungan hutan terdapat suatu kawasan yang diperuntukan sebagai kawasan konservasi. Kawasan ini terbagi menjadi dua yaitu, KSA (Kawasan Suaka Alam) yang terdiri dari Cagar Alam dan Suaka Margasatwa, kemudian KPA (Kawasan Pelestarian Alam) yang terdiri dari Taman Nasional, Taman Wisata Alam, dan Taman Hutan Raya2 yang ekosistemnya meliputi daratan dan perairan.

Jumlah KSA dan KPA di Indonesia hingga tahun 2014 yang sudah ditetapkan berdasarkan laporan Data Statistik Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (PHKA) yaitu3 :

1. Kawasan Suaka Alam :

a. Cagar Alam : berjumlah 220 kawasan

1

Pasal 2 Konvensi Keanekaragaman Hayati Tahun 1992

2

Pasal 4 PP No. 28 Tahun 2011 tentang Pengelolaan KSA dan KPA

3

(2)

b. Suaka Marga : berjumlah 76 kawasan 2. Kawasan Pelestarian Alam :

a. Taman Nasional : berjumlah 60 kawasan b. Taman Wisata Alam : berjumlah 115 kawasan c. Taman Hutan Raya : Berjumlah 22 kawasan

Di dalam kawasan konservasi tidak hanya terbagi menjadi KSA dan KPA, namun di dalam penjelasan pasal 7 huruf c UU No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan dijelaskan bahwa dalam kawasan konservasi juga terdiri dari Taman Buru. Dimana definisi dari taman buru ini adalah kawasan hutan yang di tetapkan sebagai tempat wisata berburu. Data mengenai jumlah Taman Buru di

Indonesia pada tahun 2014 adalah 12 kawasan Taman Buru yang tersebar di 9

provinsi, yaitu Nanggroe Aceh Darussalam, Kepulauan Riau, Bengkulu, Jawa

Barat, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Tengah, Selawesi

Barat, dan Sulawesi Tenggara.

Salah satu kawasan yang merupakan wilayah yang dihuni oleh berbagai macam spesies hewan liar dan tumbuhan yang membentuk suatu ekosistem hidup yang saling timbal balik adalah kawasan suaka margasatwa.

Salah satu suaka margasatwa yang terdapat di Sumatera Utara adalah Suaka Marga Satwa Karang Gading dan Langkat Timur Laut. Suaka Marga Satwa Karang Gading dan Langkat Timur Laut secara geografis terbentang antara 98°30‟ - 98°42‟ BT dan 3°51 „ 30” - 3°59‟ 45” LU dengan luas 15.756 hektar.

(3)

37 spesies tumbuhan dari 21 famili. Fauna yang terdapat di SM Karang Gading dan Langkat Timur Laut terdiri dari mamalia (12 jenis), Aves (44 jenis) dan 13 diantaranya merupakan burung migran. Sedikitnya mencatat 13 jenis dari kelas Reptil, dan sedikitnya 52 jenis ikan, Moluska serta Crustaceae.

Sebagaimana yang telah terjadi terhadap Kawasan Hutan Suaka Margasatwa Karang Gading dan Langkat Timur Laut di Kabupaten Langkat4, yang telah beralih fungsi menjadi kawasan perkebunan kelapa sawit dan tambak ikan milik beberapa perusahaan maupun masyarakat. Mengenai penyalahgunaan lahan suaka margasatwa ini, masyarakat belum memahami betapa pentingnya hutan suaka margasatwa untuk pembangunan berkelanjutan

(sustainable development) yang akan datang.

Selain dapat merusak ekosistem itu sendiri, penyalahgunaan lahan hutan suaka marga satwa Karang Gading dan Langkat Timur Laut juga mengakibatkan erosi serta meningkatnya permukaan air laut karena kerusakan hutan bakau itu sendiri. Melihat kerugian dari segi ekonomi, nelayan tradisional tentunya akan sangat bergantung pada keberadaan hutan bakau. Apabila hutan bakau tersebut telah mengalami kerusakan maka jumlah tangkapan nelayan juga dapat berkurang secara drastis, dan akan menyebabkan kesenjangan ekonomi, serta meningkatnya jumlah pengangguran di kawasan pesisir. Dan dapat mendorong masyarakat untuk membuka lahan baru di kawasan suaka marga satwa untuk disewakan ataupun memberi hak pakai kepada perusahaan untuk membuka perkebunan kelapa sawit maupun tambak udang.

4

(4)

Berdasarkan ketentuan Konvensi Keanekaragaman Hayati Tahun 1992

(Convention on Biological Diversity 1992) bahwa Konservasi in-situ5 dalam

hal ini konservasi ekosistem dan habitat alam serta pemeliharaan dan pemukiman populasi jenis-jenis berdaya hidup dalam lingkungan alaminya, dan dalam hal jenis-jenis terdomestikasi atau budidaya, di dalam lingkungan tempat sifat-sifat khususnya berkembang. Mengacu pada ketentuan Konvensi Keanekaragaman Hayati Tahun 1992 (Convention on Biological Diversity

1992) tersebut, bahwa kawasan konservasi merupakan kawasan yang khusus

untuk pemeliharaan dan pemukiman populasi asli atau yang telah terdomestikasi untuk tujuan budidaya dalam rangka pelestarian jumlah populasi flora maupun fauna tersebut.

Pelestarian dan perlindungan secara hukum mutlak dilakukan untuk menjaga Kawasan Suaka Marga Satwa Karang Gading dan Langkat Timur Laut dari upaya deforestasi danpengalihfungsian lahan hutan.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penting untuk dibahas aturan internasional terkait konservasi dan perlindungan kawasan suaka marga satwa.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, maka permasalahan yang menjadi objek pembahasan dalam penulisan skripsi ini adalah :

1. Bagaimana Ketentuan Hukum Internasional Terhadap Suaka Margasatwa Karang Gading dan Langkat Timur Laut (KGLTL)?

5

(5)

2. Bagaimana Pengelolaan Suaka Margasatwa Sebagai Kawasan Konservasi Menurut Hukum Indonesia?

3. Bagaimana Perlindungan Hukum Internasional Dalam Pengelolaan Suaka Margasatwa Karang Gading dan Langkat Timur Laut (KGLTL) Menjadi Kawasan Konservasi Lingkungan Hidup Global?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian.

a. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian dalam penulisan skripsi ini dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui ketentuan-ketentuan dalam hukum internasional mengenai Suaka Margasatwa Karang Gading dan Langkat Timur Laut apakah masih relevan terhadap perlindungan kawasan konservasi dan suaka margasatwa.

2. Untuk sejauhmana pengelolaan dan pemanfaatan suaka margasatwa ditinjau dari segi perundang-undangan nasional, berserta ancaman dari

deforestasi terhadap suaka margasatwa dan pengalihfungsian lahan

konservasi.

(6)

b. Manfaat Penelitian

1. Manfaat secara teoritis

Pembahasan tentang masalah yang telah dirumuskan dapat memberikan sumbangan akademis bagi Ilmu Hukum pada umumnya dan Hukum Lingkungan Internasional pada khususnya, mengenai regulasi Hukum Internasional mengenai kedudukan suaka marga satwa sebagai kawasan konservasi, yang mencakup perlindungan kawasan suaka marga satwa terhadap keberlangsungan hidup flora dan fauna asli (endemik), keterkaitan keanekaragaman hayati dengan keberadaan pemukiman masyarakat pesisir, dan bagaimana perangkat hukum internasional berkembang dalam mengantisipasi dampak yang timbul akibat pemanfaatan kawasan suaka marga satwa terhadap keanekaragaman hayati.

2. Manfaat secara praktis

(7)

D. Keaslian Penulisan.

Kedudukan Suaka Marga Satwa Karang Gading dan Langkat Timur Laut (KGLTL) Sebagai Kawasan Konservasi Ditinjau Dari Segi Hukum Internasional yang diangkat menjadi judul skripsi ini merupakan hasil karya yang ditulis secara objektif, ilmiah melalui data-data referensi buku-buku, bantuan narasumber dan pihak-pihak lain. Skripsi ini juga bukan merupakan jiplakan atau merupakan judul skripsi yang sudah pernah diangkat sebelumnya oleh orang lain.

E. Tinjauan Pustaka.

Untuk menghindari kesalahpahaman istilah, maka diberikan batasan pengertian sebagai berikut :

Hukum Internasional.

Prof. Mochtar Kusumaatmadja menyatakan bahwa Hukum Internasional ialah kesuluruhan kaidah dan asas yang mengatur hubungan atau persoalan yang melintasi batas negara antara :

a. Negara dengan negara

b. Negara dengan subjek hukum lain bukan negara dan subjek hukum bukan negara satu sama lain6

Sebagai salah satu cabang dari Hukum Internasional, maka Hukum Lingkungan Internasional dapat diartikan sebagai keseluruhan kaidah dan asas yang mengatur hubungan atau persoalan yang berkaitan dengan lingkungan hidup yang melintasi batas negara antara negara

6

(8)

dengan negara maupun antara negara dengan subjek hukum bukan negara.

Konferensi Lingkungan Internasional

Hingga saat ini ada 3 Konferensi Lingkungan Internasional yang menjadi momen penting dalam perkembangan Hukum Lingkungan Internasional, yaitu :

a. United Nations Conference on the Human Environtment (UNHCE)

yang diadakan di Stockholm, Swedia pada 5-16 Juni 1972. Salah satu dari hasil konferensi ini adalah Deklarasi Stockholm 1972. Prinsip 4 Deklarasi Stockholm (Stockholm Declaration on Human

Environtment 1972) menyatakan : “Manusia bertanggung jawab

untuk menyelamatkan dan mengelola secara bijak warisan margasatwa dan habitatnya yang kini terancam oleh kombinasi faktor-faktor yang bertentangan.” Prinsip yang tercantum dalam Deklarasi tersebut, ternyata telah menyebutkan adanya ancaman dari penyalahgunaan flora dan fauna, serta habitat (hutan) untuk kepentingan pribadi dan mengancam keberlangsungan ekosisem suaka marga satwa.

b. United Nations Converence on the Environment and Development

(UNCED) yang diadakan di Rio de Janeiro, Brazil, 1992.

Konferensi ini mengasilkan dokumen-dokumen seperti Deklarasi Rio, United Nations Convention on Biological Diversity (UNCBD), United Nations Framework Convention on Climate Change

(9)

c. UNCBD merupakan perjanjian global pertama yang bersifat komprehensif dan mencakup semua aspek keanekaragaman hayati, sumber daya genetis, spesies, dan ekosistem. Masyarakat internasional telah menyepakati suatu regulasi yang secara khusus mengatur mengenai perlindungan terhadap keanekaragaman hayati dan habitatnya.

F. Metode Penelitian.

a. Tipe Penelitian

Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah, yang didasarkan pada metode, sistematika, dan pemikiran tertentu, yang bertujuan untuk mempelajari sesuatu atau beberapa gejala hukum tertentu, dengan jalan menganalisisnya. Di samping itu, juga diadakan pemeriksaan yang mendalam terhadap faktor hukum tersebut, untuk kemudian mengusahakan suatu pemecahan atas permasalahan – permasalahan yang timbul di dalam gejala yang bersangkutan 7. Soerjono Soekanto8 berpendapat bahwa penelitian hukum dapat dibagi dalam :

1. Penelitian Hukum Normatif, yang terdiri dari : a. Penelitian terhadap asas-asas hukum b. Penelitian terhadap sistematika hukum c. Penelitian terhadap taraf sinkronisasi hukum

2. Penelitian Hukum Sosiologis atau Empiris, yang terdiri dari :

7

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta, 2005, hal. 43

8

(10)

a. Penelitian terhadap identifikasi hukum b. Penelitian terhadap efektifitas hukum

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian hukum normatif karena hendak meneliti norma-norma hukum internasional dan hukum nasional yang mengatur tentang Kedudukan Suaka Marga Satwa Karang Gading dan Langkat Timur Laut Sebagai Kawasan Konservasi Ditinjau Dari Segi Hukum Internasional.

b. Sumber dan Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian hukum umumnya sumber data dibedakan antara data primer dan data sekunder yang dari kekuatan mengikatnya dapat digolongkan dalam9 :

1. Data primer, yaitu data-data yang diperoleh secara langsung oleh masyarakat atau data lapangan.

2. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari studi bahan pustaka. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa data sekunder, yang terdiri dari10 :

1. Bahan hukum primer yang berupa produk-produk hukum seperti peraturan perundang-undangan, yang dalam hal ini berupa konvensi hukum internasional, deklarasi, protokol, maupun peraturan perundang-undangan nasional.

9

Prof. Dr. Lexy j. Moleong, Metodologi Analisis Data, Rosda, Jakarta, 2005, hal. 64

10

(11)

2. Bahan hukum sekunder berupa bahan acuan yang bersumber dari buku-buku, surat kabar, media internet, serta media massa lainnya yang berhubungan dengan masalah yang dibahas.

3. Bahan hukum tersier berupa bahan-bahan yang memberi petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder, berupa kamus dan lain sebagainya.

Cara mendapatkan data sekunder adalah dengan melakukan penelitian kepustakaan (library research). Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi dokumen dimana selanjutnya dilakukan analisis dengan mengumpulkan fakta-fakta yang didapat dari studi kepustakaan sebagai acuan umum dan kemudian disusun secara sistematis dan selanjutnya dianalisis untuk mencapai kejelasan masalah yang dimaksud berdasarkan bahan-bahan hukum yang telah dikumpulkan.

c. Analisis Data

(12)

G. Sistematika Penulisan.

Penulisan skripsi ini dibagi dalam 5 (lima) bab, dimana masing-masing bab dibagi atas sub bab. Uraian singkat bab-bab dan sub bab – sub bab tersebut adalah sebagai berikut :

BAB I merupakan bab pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjauan kepustakaan, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II merupakan bab yang berisi tentang pengaturan hukum mengenai keberadaan suaka marga satwa karang gading dan langkat timur laut dalam perlindungan lingkungan hidup. Bab ini terdiri dari definisi suaka marga satwa dan kawasan konservasi, dasar hukum yang menetapkan kawasan karang gading dan langkat timur laut sebagai suaka marga satwa, dan diakhiri mengenai bagaimana hukum lingkungan internasional mengatur pengelolaan dan perlindungan kawasan suaka marga satwa.

BAB III merupakan bab yang berisi tentang bagaimana pengelolaan suaka marga satwa sebagai kawasan konservasi dalam hukum Indonesia. Bab ini terdiri dari gambaran umum mengenai pengalihfungsian lahan suaka marga satwa menjadi perkebunan kelapa sawit dan tambak ikan, deforestasi hutan menurut hukum internasional, dan pemanfaatan kawasan pesisir dan pulau terluar menurut hukum nasional.

(13)

suaka marga satwa karang gading dan langkat timur laut, dan hambatan yang dihadapi dalam upaya konservasi suaka marga satwa karang gading dan langkat timur laut.

Referensi

Dokumen terkait

Jadi pada tutorial ini kita akan membuat Running LED dengan sederhana saja, tanpa perlu ribet membuat skema rangkaian pada PCB secara manual, cukup dengan merangkai dari komponen

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti bahwa di SMPN 1 Cikarang Pusat siswa yang pernah melakukan hubungan seks bebas sebanyak 7,71% dan siswa yang pernah

Sehingga jumlah beaker yeast yang ditambahkan pada penelitian sudah cukup yaitu apabila mikroorganisme yang ditambahkan tidak melebihi dari jumlah substrat yang

The test tube number 9 was the negative control that showed the negative antibacterial result, and the test tube number 10 was the positive control and showed the presence

Sebuah jalur transmisi maupun rangkaian listrik dalam sebuah jaringan dapat berupa rangkaian resistor, sebuah rangkaian jalur transmisi ataupun terdiri dari

The conclusion of this research was the addition of chitosan as coupling agent signiicantly increasing the mechanical interlocking between iller and matrix thus increasing

Pengaturan BUMD sebelum diberlakukan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah belum berbanding lurus dengan perkembangan sistem tata kelola perusahaan yang

Setelah mengetahui bentuk layanan, jumlah koleksi, data statistik pengunjung, bentuk promosi Kantor Perpustakaan dan Arsip Kabupaten Kulon Progo, maka penulis ingin