• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Kontrol Nyeri dengan Intensitas Nyeri pada Penderita Kanker di RSUP H. AdamMalik Medan Chapter III VI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Kontrol Nyeri dengan Intensitas Nyeri pada Penderita Kanker di RSUP H. AdamMalik Medan Chapter III VI"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

KERANGKA PENELITIAN

3.1 Kerangka Konseptual

Kerangka konsep dalam penelitian ini disusun untuk mengidentifikasi bagaimana hubungan kontrol nyeri dengan intensitas nyeri pada penderita kanker di RSUP H. Adam Malik Medan.

Kontrol nyeri (pain control) pada pasien kanker adalah cara atau metode yang dilakukan oleh pasien sendiri dalam mengendalikan nyeri yang dirasakan (National Cancer Institute, 2014). Menurut KBBI cara atau metode yang dilakukan adalah kemampuan sedangkan nyeri menurut The Interntional Association for the Study of Pain (1979 dalam Potter Perry, 2009) didefinisikan sebagai perasaan sensori dan emosional yang tidak menyenangkan/menyakitkan, bersifat subjektif. Jadi dapat disimpulkan kontrol nyeri adalah kemampuan pasien kanker dalam mengendalikan sensasi tidak menyenangkan /menyakitkan yang dirasakan oleh pasien kanker.

(2)

terbimbing, mendengarkan musik, relaksasi progresif, distraksi, hipnosis, stimulasi kulit (massage, tekanan, getaran, panas/dingin), akupuntur, dukungan emosional keluarga dan konseling dengan ahli keagamaan meditasi atau berdoa kepada Tuhan.

Sedangkan menurut Robinson (2016) cara lain untuk mengontrol nyeri adalah relax atau santai dengan posisi yang aman dan nyaman, bernafas dalam dan lambat, megunakan benda yang dingin, meninggikan tungkai, dan alihkan dirimu. Mengalihkan diri dapat dilakukan dengan banyak cara seperti memikirkan tentang sesuatu, menonton televisi, mendengarkan musik, bermain, membaca, atau mengunjungi teman dan bersama keluarga dan mengikuti aktivitas sosial atau kegiatan di sekitar lingkungan (Intermountain Healthcare, 2013).

Intensitas nyeri adalah gambaran seberapa parah nyeri yang dirasakan individu. Skala intensitas nyeri meliputi tidak nyeri, nyeri ringan, nyeri sedang, nyeri berat dan nyeri sangat berat (Hariyanto, 2015). Nyeri adalah alasan paling umum untuk mencari layanan kesehatan (Baradero, 2008) . Adanya kontrol nyeri diharapkan dapat mempengaruhi intensitas nyeri. Pengunaan kontrol nyeri berkontribusi terhadap peningkatan kemampuan untuk mengatasi nyeri serta memberikan kepuasan terhadap pengendalian nyeri (Black, 2014).

(3)

menunjukkan intensitas nyeri yang berat. Sementara itu, pasien dengan intensitas nyeri yang berat biasanya lebih memiliki kemampuan untuk mencari cara atau metode untuk mengurangi nyerinya. Sedangkan pasien dengan intensitas nyeri yang ringan dan sedang kurang memiliki kemampuan untuk mencari cara atau metode untuk mengurangi nyerinya.

Berdasarkan pemaparan konsep diatas maka peneliti membuat kerangka penelitian ini seperti skema dibawah ini :

Skema 3.1 Skema Kerangka Penelitian Hubungan Kontrol nyeri (Pain Control) dengan intensitas nyeri pada penderita kanker

3.2 Definisi Operasional

Tabel 3.1 Variabel berdasarkan instrumen penelitian

No Variabel Definisi operasional

(4)

3.3 Hipotesa

Berdasarkan kerangka penelitian terdapat dua hipotesa:

3.3.1 Hipotesa alternatif terdapat hubungan kontrol nyeri terhadap intensitas nyeri.

(5)

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Desain penelitian

Desain penelitian yang digunakan peneliti adalah deskriptif korelasi dengan pendekatan retrospektif yaitu untuk mengidentifikasi hubungan antara kontrol nyeri dengan intensitas nyeri pada penderita kanker.

4.2 Populasi, sampel dan teknik sampling 4.2.1 Populasi penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien kanker yang dirawat di ruang rawat inap RSUP H. Adam Malik Medan. Jumlah populasi pasien kanker yang dirawat inap RSUP H. Adam Malik Medan dari bulan Januari – Desember 2016 sebanyak 640 orang.

4.2.2 Sampel dan teknik sampling penelitian

Pengambilan jumlah sampel dilakukan dengan cara purposive sampling

yaitu teknik penetapan sampel dengan cara memilih sampel di antara populasi sesuai dengan kriteria yang diperlukan oleh peneliti (Arikunto, 2010).

Adapun kriteria inklusi yang ditentukan dalam penelitian ini yaitu:

usia 20-65 tahun, pasien pria/wanita dengan diagnosa kanker, yang mengalami nyeri selama lebih dari enam bulan, memiliki kesadaran penuh, dapat berkomunikasi dan menggunakan bahasa Indonesia dengan baik, dan bersedia menjadi responden penelitian.

(6)

Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

n = Besaran sampel

= Standar normal deviasi untuk α

P = Prediksi proporsi berdasarkan literature atau hasil pilot study

d = Deviasi dari prediksi proporsi atau presisi absolute (absolute precision) Perhitungan sebagai berikut:

Dengan menggunakan rumus confidance level dan perkiraan sesuai data yang di dapat pada tahun 2014 dan tingkat kesalahan yang di pilih yaitu 0.05 maka jumlah yang diperoleh 38 orang, kemudian peneliti menambahkan jumlah responden sebanyak 10% sehingga total sampel yang diteliti adalah sebanyak 42 orang.

4.3 Lokasi dan waktu penelitian

(7)

rumah sakit rujukan nasional sebagai pelaksana registrasi kanker di Sumatera Utara sehingga peneliti mendapatkan jumlah sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini.

4.4 Pertimbangan etik

Penelitian ini akan dilakukan setelah proposal penelitian mendapat persetujuan dari bagian pendidikan Fakultas Keperawatan dan permohonan izin dari direktur RSUP H. Adam Malik. Dalam penelitian ini, hal yang berkaitan dengan permasalahan etik adalah sebagai berikut yaitu peneliti memberikan penjelasan kepada responden penelitian tentang tujuan, manfaat, dan prosedur pengisian kuesioner, meminta persetujuan responden dengan menandatangani

informed consent, menjelaskan kepada responden bahwa responden berhak menolak dan mengundurkan diri pada saat proses pengisian kuesioner dengan alasan mereka tidak mendapat paksaan dari pihak lain. Pengambilan data nyeri saat pasien tidak sedang nyeri dan pada saat titik terendah efek obat. Penelitian ini tidak mengakibatkan kerugian/ resiko bagi responden, untuk menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak mencantumkan nama responden pada lembar. Kerahasiaan informasi responden terjamin oleh peneliti, hanya data tertentu saja yang dilaporkan sebagai hasil penelitian, dan membuat nomor kode pada lembar pengumpulan data (Hidayat, 2007).

4.5 Instrumen penelitian

Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data demografi , kuesioner kontrol nyeri (pain control) dan lembar pengkajian nyeri

(8)

4.5.1 Data Demografi

Kuesioner data demografi responden terdiri dari 7 pertanyaan dan cara pengisian dengan memberi tanda cheklist (√) pada salah satu pilihan yang tersedia dan mengisi jawaban pada tempat yang disediakan. Pernyataan terdiri dari usia, jenis kelamin, pendidikan terakhir, status pernikahan, pekerjaan, jenis kanker, dan terapi yang diberikan.

4.5.2 Kuesioner kontrol Nyeri (Pain Control)

Kuesioner kontrol nyeri yang dimodifikasi dari peneliti terdahulu yaitu Purba (2015) terdiri dari 27 pernyataan, menggunakan skala Likert dengan pilihan jawaban tidak pernah = 1, jarang = 2, sering = 3, dan selalu = 4. Pengisian kuesioner dengan memberi tanda cheklist (√) pada salah satu pilihan yang tersedia dari pernyataan yang ada berkaitan dengan pengendalian nyeri (pain control) pada pasien kanker. Nilai tertinggi yang diperoleh adalah 108 dan nilai terendah adalah 27 . Skala ukur yang digunakan dalam variabel ini adalah skala rasio, dimana nilainya menggunakan rumus statistik, yaitu:

P = Rentang kelas Panjang kelas

(9)

Baik : 81 – 108 Cukup : 54 – 80 Kurang baik : 27 – 53 4.5.3 Lembar pengkajian nyeri

Peneliti menggunakan Numerical Rating Scale (NRS) sebagai alat untuk mengukur nyeri, diharapkan akan memudahkan peneliti dalam mengkaji intensitas nyeri yang dialami pasien dan mengkategorikannya ke dalam empat tingkatan nyeri.

Dalam lembar pengkajian nyeri Numerical Rating Scale (NRS) peneliti mengukur intensitas nyeri 6 bulan lalu pada pasien kanker. Skala penilaian numerik (Numerical rating scales, NRS) digunakan sebagai pengganti alat pendeskripsi kata. Dalam hal ini, klien menilai nyeri dengan menggunakan skala 0-10. Angka 0 diartikan kondisi klien tidak merasakan nyeri, angka 10 mengindikasikan nyeri yang paling berat yang dirasakan klien (Prasetyo, 2010). 4.6 Uji Validitas dan Rehabilitas

4.6.1 Uji Validitas

Uji validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan dan kesahihan suatu instrument. Suatu instrument yang valid atau sahih mempunyai validitas yang tinggi (Arikunto, 2010). Uji validitas dilakukan oleh 3 pakar yang ahli, menggunakan uji validitas konten dengan perhitungan CVI (Content Validity Index).

(10)

digunakan lembar pengkajian nyeri Numeric Rating Scale (NRS) yang diadopsi dari Mc Caffery,et.all (2001) menyatakan bahwa skala nyeri Numeric Rating Scale (NRS) dinyatakan valid dengan nilai 0,90.

4.6.2 Uji reliabilitas

Uji reliabilitas kuesioner kontrol nyeri dilakukan pada 10 orang responden di RSUP H. Adam Malik Medan diluar sampel penelitian yang memenuhi kriteria sampel. Menggunakan uji Cronbach’s Alpha. Uji reliabel ini dibantu dengan menggunakan teknik komputerisasi. Menurut Polit & Hungler (1995) bahwa suatu instrumen dapat diterima jika memiliki nilai lebih dari 0,70. Pernyataan kuesioner dinyatakan reliab setelah diolah menggunakan program statistik dengan nilai 0,798.

4.7 Pengumpulan Data

(11)

responden untuk mengisi kuesioner data demografi, kuesioner kontrol nyeri dan lembar intensitas nyeri. Waktu yang diperlukan 15-20 menit, bila ada pernyataan yang tidak jelas dapat langsung menjelaskan kepada responden dengan tidak bermaksud mengarahkan jawaban responden. Setelah seluruh data dari semua instrumen terkumpul, peneliti mulai mengolah/ menganalisa data.

4.8 Analisa Data

Setelah semua kuesioner terkumpul, maka dilakukan analisa data melalui beberapa tahap. Menurut Notoatmodjo (2012) pertama editing, yaitu pengecekan dan perbaikan isian formulir atau kuesioner tersebut serta memastikan bahwa semua jawaban telah di isi sesuai petunjuk. Kedua coding, yaitu mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan tertentu dengan memberi kode pada kuesioner. Ketiga entry data, yaitu jawaban-jawaban dari masing-masing responden yang dalam bentuk kode dimasukkan ke dalam program software komputer. Keempat cleaning, yaitu pengecekan ulang dan pembersihan data dari kesalahan. Langkah selanjutnya yaitu pengolahan data dengan menggunakan program komputerisasi.

Metode statistik untuk analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis secara univariat dan bivariat.

4.8.1 Analisis Univariat

(12)

meliputi usia, jenis kelamin, pendidikan terakhir, status pernikahan, pekerjaan, diagnosa medis, dan terapi yang diberikan.

Data demografi dalam analisis ini akan menghasilkan distribusi frekuensi dan persentase dari tiap variabel. Untuk data numerik digunakan nilai rata-rata (mean), dan standar deviasi.

4.8.2 Analisis Bivariat

Analisis ini digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen, sehingga dapat diketahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kontrol nyeri pada pasien nyeri kanker. Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah Uji korelasi Product Moment Pearson (Pearson’s). Uji Pearson’s ini digunakan jika mememenuhi syarat yaitu, data terdistribusi normal. Jika ditemukan data tidak terdistribusi normal maka diupayakan data menjadi normal, jika tetap tidak terdistribusi normal maka analisa data dikembalikan ke nonparametrik dengan menggunakan Spearman

(Dahlan, 2008). Uji Pearson’s digunakan untuk mengetahui hubungan antara variable kontrol nyeri dan intensitas nyeri. Batas kemaknaan yang digunakan adalah 0,05. Pengambilan keputusan statistik dilakukan dengan membandingkan nilai p (p value) dengan nilai α (0,05), dengan ketentuan:

a. Bila p value ≤ nilai α (0,05), maka ada hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen.

(13)

Interpretasi hasil uji hipotesis berdasarkan kekuatan korelasi, nilai p, dan arah korelasinya (Dahlan, 2008) sebagai berikut:

No Parameter Nilai Interpretasi

1 Kekuatan korelasi (r) 0,00-0,199 Sangat lemah 0,20-0,399 Lemah 0,40-0,599 Sedang 0,60-0,799 Kuat 0,80-1,000 Sangat kuat

2 Nilai P P < 0,05 Terdapat korelasi yang

bermakna antara dua variabel yang diuji

P > 0,05 Tidak terdapat korelasi yang bermakna antara dua variabel yang diuji

3 Arah korelasi + (positif) Searah, semakin besar nilai satu variabel semakin besar pula nilai variabel lainnya - (negatif) Berlawanan, semakin besar

(14)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini menguraikan tentang hasil penelitian serta pembahasan mengenai hubungan kontrol nyeri dengan intensitas nyeri pada penderita kanker RSUP H. Adam Malik Medan. Pengumpulan data dilakukan terhadap 42 orang responden yaitu pasien kanker di ruang rawat inap Rindu B RSUP H. Adam Malik Medan pada tanggal 26 Mei 2015 sampai tanggal 26 Juni 2017.

5.1 Hasil penelitian

Hasil penelitian ini menguraikan tentang karakteristik data demografi responden, kontrol nyeri, intensitas nyeri, dan hubungan kontrol nyeri dengan intensitas nyeri pada penderita kanker di RSUP H. Adam Malik Medan.

5.1.1 Karakteristik data demografi responden

(15)

Berdasarkan jenis kanker, kurang dari sepertiga responden (31,0%) menderita kanker payudara. Berdasarkan terapi yang didapat, kurang dari sepertiga responden (31,0%) menjalani kemoterapi.

Tabel 5.1 Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik demografi responden (n=42)

Karakteristik Responden f %

(16)

lanjutan

Karakteristik responden f %

Jenis kanker

5.1.2 Kontrol nyeri pada penderita kanker

Penelitian ini menemukan bahwa kontrol nyeri responden adalah cukup dengan rata rata skor kontrol nyeri 63,26 (SD=9,689). Nilai mean, standar deviasi, min dan max kontrol nyeri pada penderita kanker dapat dilihat pada tabel 5.2.

Tabel 5.2 Kontrol nyeri pada penderita kanker di RSUP H.Adam Malik Medan (n=42)

Variabel Mean Standar deviasi Min Max

(17)

Berdasarkan kategori skor kontrol nyeri, ditemukan bahwa kurang dari tiga per empat responden (73,8%) memiliki kontrol nyeri yang cukup, diikuti dengan kontrol nyeri yang kurang (26,2%). Distribusi frekuensi dan persentase kontrol nyeri dapat dilihat pada tabel 5.3

Tabel 5.3 Distribusi frekuensi dan persentase kontrol nyeri pada penderita kanker di RSUP H. Adam Malik Medan (n=42)

Tingkatan kontrol nyeri f %

Cukup (54-80) 31 73,8

Kurang (27-53) 11 26,2

Penelitian ini juga menemukan dari 27 item pernyataan kontrol nyeri terdapat tiga item dengan nilai rata-rata tertinggi, urutan pertama item nomer 11 dengan rata-rata skor 3,45 (SD=0,832), urutan kedua item nomer 24 dengan rata-rata skor 3,36 (SD=0,821) dan urutan ketiga item nomer 20 dengan rata-rata skor 3,31(SD=1,000). Sedangkan yang berada pada urutan tiga terbawah, yaitu: item nomer 27 dengan nilai rata-rata 1,43 (SD=0,630), item nomer 13 dengan rata-rata skor 1,40 (SD=0,627) dan item nomer enam dengan rata-rata skor 1,38 (SD=0,731). Data mean skor dan standar deviasi dapat dilihat pada lampiran 7.

5.1.3 Intensitas nyeri pada penderita kanker

Penelitian ini menemukan bahwa intensitas nyeri responden, adalah nyeri berat dengan nilai rata-rata skor intensitas nyeri 7,21 (SD=1,747). Nilai

(18)

Tabel 5.4 Intensitas nyeri pada penderita kanker di RSUP H. Adam Malik Medan (n=42)

Variabel Mean Standar deviasi Min Max

Intensitas nyeri 7.21 1.747 4 10

Berdasarkan kategori skor intensitas nyeri, ditemukan bahwa dari dua per tiga responden (66,7%) memiliki intensitas nyeri yang cukup, kemudian diikuti dengan intensitas nyeri sedang (33,3%). Distribusi frekuensi dan persentase intensitas nyeri dapat dilihat pada tabel 5.5.

Tabel 5.5 Distribusi frekuensi dan persentase intensitas nyeri pada penderita kanker (n=42).

Intensitas Nyeri f %

Nyeri Sedang (4- 6) 14 33,3

Nyeri Berat (7- 10) 28 66,7

5.1.4 Hubungan kontrol nyeri dan intensitas nyeri pada penderita kanker

Sebelum menentukan uji korelasi untuk mengidentifikasi hubungan antara kontrol nyeri dengan intensitas nyeri, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas data dengan menggunakan metode analitis Kolmogorov-Smirnov. Berdasarkan hasil uji, didapat bahwa variabel kontrol nyeri terdistribusi normal dengan nilai p=0,259 dan intensitas nyeri terdistribusi normal dengan nilai p=0,187.

(19)

arah hubungan negatif (-) dengan interpretasi yang kuat antara kontrol nyeri dengan intensitas nyeri. Ini berarti bahwa pasien dengan tingkat kontrol nyeri baik menunjukkan intensitas nyeri yang ringan dan sebaliknya apabila tingkat kontrol nyeri kurang maka intensitas nyeri semakin berat. Hubungan kontrol nyeri dengan intensitas nyeri pada penderita kanker dapat dilihat pada tabel 5.6.

Tabel 5.6 Hubungan kontrol nyeri dengan intensitas nyeri pada penderita kanker (n=42).

Variabel Korelasi

Kontrol Nyeri Intensitas Nyeri

Kontrol Nyeri - r= -0.684 (p=0.000)

Intensitas Nyeri r= -0.684 (p=0.000) -

5.2 Pembahasan

Dari hasil penelitian, peneliti membahas mengenai kontrol nyeri, intensitas nyeri dan hubungan antara kontrol nyeri dengan intensitas nyeri pada penderita kanker di RSUP H. Adam Malik Medan.

5.2.1 Kontrol nyeri pada penderita kanker

(20)

Hal ini dapat terjadi dikarenakan ada beberapa faktor yang mempengaruhi, salah satunya adalah usia (LeMone, 2016). Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan bahwa lebih dari setengah responden memiliki usia 40-60 tahun. Hurlock (1999) menjelaskan bahwa rentang usia tersebut termasuk ke dalam masa dewasa madya. Dimana pada usia tersebut seseorang telah memiliki pengalaman. Pengalaman dapat mempengaruhi persepsi. Persepsi adalah proses pemikiran subjektif yang meliputi faktor psikologis, emosional, dan perilaku (Ardinata, 2007). Berdasarkan beberapa faktor diatas menyebabkan seseorang yang memiliki pengalaman nyeri juga memiliki pengetahuan tentang nyeri sehingga dapat berpikir dalam mencari penanganan yang dapat dilakukan dalam mengontrol nyeri.

Mayoritas responden pada penelitian ini berjenis kelamin perempuan (85,7%). Menurut Black (2014) jenis kelamin merupakan faktor signifikan dalam meresponden nyeri, pria lebih jarang merespon nyeri dibanding wanita. Sehingga pria jarang mencari penanganan nyerinya.

Tingkat pendidikan terakhir responden terbanyak adalah SMA (38,1%). Gill (1990) menyatakan bahwa tingkat pengetahuan berpengaruh terhadap pengalaman dalam menangani nyeri yang dirasakan pasien. Pengetahuan yang baik mendorong tercapainya kontrol nyeri yang optimal.

(21)

intensitas nyeri adalah dengan mengalihkan perhatian individu terhadap hal yang lain (Potter & Perry, 2006). Interaksi dengan keluarga terdekat dapat mengalihkan perhatian pasien dari nyeri yang dihadapinya sehingga dapat mengurangi kecemasan dan depresi.

(22)

ketidaknyamanan yang dirasakan pasien kanker akan teratasi dan memberikan banyak kekuatan pada dirinya dalam menjalani kehidupannya sehingga nyeri teralihkan.

5.2.2 Intensitas nyeri pada penderita kanker

Dari hasil penelitian yang didapat, mayoritas responden memiliki nyeri berat (66.7%) dengan rata-rata 7.12 (SD= 1.747). Hal ini terjadi karena beberapa faktor yaitu: usia, jenis kelamin, jenis kanker, satus pernikahan terapi yang didapatkan.

Berdasarkan hasil penelitian, lebih dari setengah responden (59,0%) memiliki usia 40-60 tahun. Brunner & Suddart (2001) juga menyatakan bahwa semakin tinggi usia maka respon terhadap nyeri semakin menurun. International Association for the Study of Pain (IASP) menyatakan bahwa usia tua cenderung mengalami penurunan respon terhadap nyeri. Hal ini berkaitan dengan perubahan-perubahan biologis yang dialami oleh lansia, seperti saraf, muskuloskletal, kekebalan tubuh dan lain sebagainya (IASP, 2006). Hal ini menunjukkan bahwa pada rentang usia tersebut, beresiko tinggi terkena kanker. Hasil ini sesuai dengan pendapat Rikesdas (2013) yaitu prevalensi penyakit kanker mengalami peningkatan yang cukup tinggi pada kelompok umur 25-34 tahun, 35-44 tahun, dan 45-54 tahun.

(23)

laki-laki dikarenakan hormon seks pada mamalia berpengaruh terhadap tingkat toleransi terhadap nyeri. Hormon seks testosteron menaikkan ambang nyeri sedangkan estrogen meningkatkan sensitivitas terhadap nyeri. Pada manusia rasa nyeri lebih kompleks, dipengaruhi oleh personal, sosial, budaya, dan lain-lain. Namun, tergantung dari individu bagaimana menanggapi nyeri (Prasetyo, 2010).

Berdasarkan jenis kanker, lebih dari setengah responden (57,2%) merupakan pasien gynekologi onkologi yaitu kaker payudara (31,0%), kanker serviks dan ovarium masing-masing (11,9%) dan dan kanker endometrium (2,4%). Hal ini dikarenakan penelitian dilakukan di ruang rindu B dimana pada salah satu ruangan tersebut merupakan ruangan gynekologi. Hal ini sejalan dengan American Cancer Society (2015), Kementrian Kesehatan RI (2015) dan Oemiati,et al., (2011) menyatakan Beberapa kanker dengan prevalensi tinggi di Indonesia adalah kanker ovarium, kanker serviks, kanker payudara, kanker kulit, kanker gondok, kanker endokrin, kanker jaringan lunak, kanker kolon, dan kanker hati. Ardinata(2007) menyatakan bahwa jenis kanker dapat mempengaruhi intensitas nyeri yang dirasakan seseorang.

(24)

untuk mengatasi nyeri dan melindungi pasien dari efek negatif stress yang dapat memperberat nyeri pasien (Friedman, 1998 dalam Aritonang, 2010).

Berdasarkan terapi, kurang dari sepertiga responden (31,0%) mendapatkan kemoterapi, lebih dari sepersepuluh responden (26,2%) telah di operasi. Pada penelitian ini juga ditemukan sepersepuluh responden (26,2%) pasien tidak mendapat terapi. Hal ini dikarenakan pasiennya sendiri yang tidak mau menjalankan terapi yang dianjurkan oleh dokter. Kemudian diikuti oleh (16,7%) responden yang mendapat kan kemoterapi dan operasi . Menurut Ardinata (2007) penanganan kanker juga dapat berkontribusi dalam merangsang nyeri yang dialami pasien dalam prosedur diagnostik dan standar modalitas terapi seperti pembedahan, radioterapi dan kemoterapi. Standar terapi ini dapat menimbulkan nyeri akut dalam jangka pendek atau juga bahkan nyeri kronik.tergantung dari pengobatan yang diberikan.

5.2.3 Hubungan kontrol nyeri dan intensitas nyeri pada penderita kanker Hasil penelitian ini menunjukkan ada hubungan dengan kekuatan korelasi yang kuat antara kontrol nyeri dengan intensitas nyeri. Arah korelasi negatif r= -0.684 dengan p=0.000 artinya ketika pasien dengan kontrol nyeri yang baik akan menunjukkan intensitas nyeri yang ringan dan sebaliknya pasien dengan kontrol nyeri yang kurang akan menunjukkan intensitas nyeri yang berat.

(25)

nyeri kronik adalah nyeri konstan atau intermiten yang menetap sepanjang satu periode waktu yang biasanya terjadi lebih dari 6 bulan. Cohen (2005) menyatakan nyeri berkepanjangan dapat mempengaruhi aspek kehidupan penderita yaitu fisik, psikologis dan psikososial. Studi pendahuluan menjelaskan efek negatif dari nyeri akut maupun kronis dapat menetap meskipun gejala nyerinya hilang dan dapat membuat kesulitan dalam beraktivitas sehari-hari (Hammel et. al, dalam Gartner, A.M, 2011). Salah satu sumber distress pada penderita kanker adalah gejala fisik yang berhubungan dengan aspek psikologis seperti kelelahan, nyeri, ketegangan otot dan penurunan nafsu makan (Manne,S L dan Ostroff, J.S., 2008). Gejala distress dapat meningkatkan respon fisik/prilaku seperti : kecemasan, ketakutan, cepat marah (agresi), sedih, menarik diri, gangguan tidur, menguranggi mobilitas, serta hubungan soaial yang buruk (Vitek et.all dalam Gartner A.M, 2011). Pasien memandang dirinya tidak berdaya dan dapat mempengaruhi nyerinya, sehingga penting untuk menyediakan

(26)
(27)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan analisa data, dapat diambil kesimpulan dan saran mengenai hubungan kontrol nyeri dengan intensitas nyeri pada penderita kanker di RSUP H. Adam Malik Medan.

6.1 Kesimpulan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kurang dari empat pertiga responden melakukan kontrol nyeri pada tingkat cukup, kemudian diikuti dengan kontrol nyeri pada tingkat kurang. Intensitas nyeri yang ditunjukan lebih dari dua pertiga responden adalah nyeri berat. Untuk menentukan hubungan kedua variabel, diuji dengan menggunakan uji korelasi Pearson menunjukkan adanya hubungan antara kontrol nyeri dengan intensitas nyeri. Arah korelasi penelitian ini negatif atau berlawanan arah dengan kekuatan korelasi yang kuat. Artinya individu yang memiliki kontrol nyeri yang kurang memiliki intensitas nyeri yang berat, dan sebaliknya, jika individu memiiki kontrol nyeri yang baik, intensitas nyeri yang dirasakan semakin ringan.

6.2 Saran

6.2.1 Pendidikan Keperawatan

(28)

6.2.2 Pelayananan Keperawatan

Dari hasil penelitian ditemukan bahwa ada hubungan yang signifikan antara kontrol nyeri dengan intensitas nyeri. Ada tiga yang memiliki konstribusi nilai tertinggi pada kontrol nyeri yaitu : menarik napas dalam, berpikiran positif dan berdoa dan yang memiliki konstribusi nilai terendah pada kontrol nyeri yaitu : bernyanyi, latihan fisik. Agar kontrol nyeri tetap baik diharapkan perawat mempertahankan kontrol nyeri yang memiliki konstribusi nilai tertinggi dalam kontrol nyeri dan meningkatkan semua kontrol nyeri yang memiliki konstribusi nilai terendah. Dan mengembangkan kontrol nyeri (pain control) pada perawatan sebagai intervensi tambahan nantinya untuk mengurangi rasa nyeri pada pasien..

6.2.3 Penelitian Keperawatan

Dalam penelitian ini Kuesioner yang digunakan oleh peneliti saat melakukan penelitian ini dibuat berdasarkan teori pada bab dua, sehingga diharapkan peneliti selanjutnya mencari referensi terbaru mengenai instrument baku kontrol nyeri.

Gambar

Tabel 3.1 Variabel berdasarkan instrumen penelitian
Tabel 5.1 Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik demografi                    responden (n=42)
Tabel 5.2 Kontrol nyeri pada penderita kanker di RSUP H.Adam Malik                       Medan (n=42)
Tabel 5.3 Distribusi frekuensi dan persentase kontrol nyeri pada penderita                  kanker di RSUP H
+3

Referensi

Dokumen terkait

Dalam Penilisan Ilmiah ini diharapkan penulis dapat membantu dan menyempurnakan sistem yang sedang berjalan, sehingga kemungkinan pengolahan data DVD pada penyewa maupun

Jika jumlah luas daerah yang tidak diarsir seluruhnya pada bagan tersebut 50 cm 2 , maka luas daerah yang diarsir adalah….. Perhatikan

It should contain enough information to enable the reader to understand what was done, and important questions to which the methods section should provide

Gelas yang berisikan nasi putih atau kuning dalam tradisi nasi hadap- hadapan pada upacara adat Perkawinan Melayu Kecamatan Kualuh Hilir Kabupaten Labuhanbatu Utara

20.3 Menyelesaikan soal cerita yang berkaitan dengan luas permukaan bangun ruang sisi datar. 20.4 Menghitung luas permukaan gabungan

 Menjawab pertanyaan yang terdapat pada buku pegangan peserta didik atau lembar kerja yang telah disediakan.  Bertanya tentang hal yang belum dipahami, atau guru melemparkan

Lucman Sinar , Tuanku.2005 “ Adat Budaya Melayu Jati Diri Dan Kepribadian”.Medan : FORKALA Provinsi Sumatera Utara.. Lucman Sinar, Tuanku dan

tertagih akan berdampak pada besarnya pendapatan yang merupakan indikator keberhasilan perusahaan. Keberhasilan perusahaan dalam pengendalian piutang tak tertagih