SKRIPSI
Program Studi Akuntansi
AULIA HIDAYATI 43206110015
NIM : 43206110015
Program Studi : Akuntansi
Judul Skripsi : ANALISIS ARUS KAS SEBAGAI ALAT
PENGAMBILAN KEPUTUSAN MANAJEMEN
PERUSAHAAN (STUDI KASUS PADA
PT OUTSOURCING INDONESIA)
Tanggal Ujian Skripsi : 28 Februari 2009
Disahkan Oleh:
Pembimbing Skripsi
(Syahril Djaddang, SE, Ak, MSi)
Tanggal:
Dekan Fakultas Ekonomi Ketua Jurusan Akuntansi
(Dra. Yuli Harwani, MM) (Nurul Hidayah, SE, Ak, MSi)
NIM : 43206110015
Program Studi : Akuntansi
Judul Skripsi : ANALISIS ARUS KAS SEBAGAI ALAT
PENGAMBILAN KEPUTUSAN MANAJEMEN
PERUSAHAAN (STUDI KASUS PADA
PT OUTSOURCING INDONESIA)
Tanggal Ujian Skripsi : 28 Februari 2009
Ketua
(Syahril Djaddang, SE, Ak, MSi) Tanggal:
Anggota
(H. Sabarudin Muslim,SE, MSi) Tanggal:
dapat memberikan informasi tambahan yang berguna untuk pengambilan keputusan manajemen.
Tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai analisis laporan arus kas, penerapannya serta mamfaatnya dalam pengambilan keputusan manajemen. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif yang memberikan gambaran atau uraian atas suatu keadaan dengan sejelas-jelasnya. Metode pengumpulan data dilakukan dengan dua cara yaitu penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan sedangkan teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi dan dokumentasi.
Analisis laporan arus kas dilakukan dengan menerapkan teknik analisis horizontal, analisis commonsize dan analisis rasio. Analisis ini diarahkan untuk memberikan informasi mengenai perkiraan kondisi arus kas dimasa yang akan datang, kualitas laba dan kemampuan perusahaan dalam mempertahankan operasinya dimasa yang akan datang.
Kata kunci : Laporan keuangan, laporan arus kas, analisis horizontal, analisis
SAMPUL HALAMAN DALAM ... i
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ... ii
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ... iii
ABSTRAK ... iv
ABSTRACT ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL DAN GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... viii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Perumusan Masalah ... 3
C. Pembatasan Masalah ... 4
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 4
BAB II LANDASAN TEORI A. Penyajian Laporan Arus Kas ... 6
B. Analisis Laporan Arus Kas ... 19
C. Definisi Operasional Variabel ……… 39
D. Metode Pengumpulan Data ……… 39
E. Metode Analisis Data ………. 41
BAB IV PEMBAHASAN
A. Analisis Arus Kas PT Outsourcing Indonesia ……… 42
B. Analisis Kekuatan dan Kelemahan PT. Outsourcing Indonesia
untuk Pengambilan Keputusan Manajemen ………... 59
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ……… 63
B. Saran ……….. 64
Tabel 2.1 Format Penyajian Arus Kas Dengan Metode
Tidak Langsung ... 17
Tabel 2.2 Format Penyajian Arus Kas Dengan Metode Langsung ... 18
Tabel 4.1 Ringkasan Laporan Arus Kas ... 44
Tabel 4.2 Analisis Free Cash Flow ……….. 53
Tabel 4.3 Quality of Sales Ratio ….………. 55
Tabel 4.4 Quality of Income Ratio ………. 58
Tabel 4.5 Analisis Rasio Arus Kas ……… 59
Tabel 4.6 Analisis Kekuatan dan Kelemahan untuk Pengambilan Keputusan ... 60
Lampiran 2. Laporan Laba Rugi
Lampiran 3. Laporan Arus Kas (Indirect Method)
Lampiran 4. Analisa Horisontal Laporan Arus Kas (Direct Method)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu bagian dari pelaporan keuangan perusahaan adalah laporan arus
kas. Laporan arus kas mencerminkan gambaran yang menyeluruh mengenai
penerimaan dan pengeluaran kas, baik dari aktivitas operasi, investasi maupun
pendanaan. Arus kas merupakan bagian penting dalam perusahaan yang ingin
beroperasi secara terus menerus, karena tanpa adanya arus kas kelangsungan
hidup perusahaan akan tersendat-sendat. Dengan demikian salah satu informasi
yang bermanfaat bagi manajemen dalam mengambil keputusan adalah informasi
dari laporan arus kas.
Laporan arus kas bukan berarti menggantikan posisi neraca maupun
laporan laba rugi, karena ketiga laporan tersebut memberikan mamfaat yang
berbeda. Neraca mencerminkan kekayaan yang dimiliki oleh perusahaan dan
bagaimana asset tersebut dibiayai, sedangkan laporan laba rugi menyajikan
informasi mengenai kinerja perusahaan yang tercermin dalam ukuran laba yang
diperoleh perusahaan dalam suatu periode. Laporan-laporan tersebut saling
melengkapi sebagai alat bantu dalam pengambilan keputusan yang lebih baik.
Semaki banyak informasi dari pelaporan keuangan yang relevan untuk
Pernyataan Standar Akuntansi Indonesia (PSAK) yang dikeluarkan Ikatan
Akuntansi Indonesia (IAI) telah mensyaratkan penyajian laporan arus kas sebagai
salah satu laporan keuangan yang wajib disajikan terutama untuk pelaporan
keuangan pada pemakai eksternal. Setiap perusahaan harus meyajikan laporan
arus kas tersebut sebagai bagian yang tak terpisahkan (integral) dari laporan
keuangan untuk setiap periode penyajian laporan keuangan. Laporan arus kas
memberikan informasi bagi para pemakai laporan keuangan untuk menilai
kebutuhan perusahaan dalam menggunakan arus kas tersebut (IAI, 2004).
Persyaratan penyajian laporan arus kas tersebut dimaksudkan agar laporan
keuangan perusahaan dapat lebih memenuhi tujuannya yaitu memberikan
informasi yang baik dan berguna bagi pemakainya untuk pengambilan keputusan.
Agar mendapat informasi yang berguna bagi pengambilan keputusan
pemakai laporan keuangan seperti investor, kreditor pihak manajemen
perusahaan, atau pemakai lainnya maka dilakukan analisis terhadap laporan
keuangan peruasahaan. Analisis laporan keuangan melibatkan penilaiaan atas
kondisi keuangan perusahaan di masa lalu, saaat ini dan masa yang akan depan
untuk dapat diidentifikasi kondisi kesehatan keuangan perusahaan yang mungkin
dapat menimbulkan masalah dimasa yang akan datang. Hasil analisis laporan
keuangan inilah kemudian yang akan menjadi dasar oleh mereka dalam
pengambilan keputusan. Oleh karena itu agar pemakai laporan keuangan dapat
mengambil keputusan yang tepat maka informasi yang terkandung dalam laporan
Karena pentingnya analisis laporan arus kas ini dalam pengambilan
keputusan, maka penulis dalam penyusunan skripsi mencoba untuk membahas
tentang “Analisis Arus Kas Sebagai Alat Pengambilan Keputusan Bagi
Manajemen Perusahaan (Studi Kasus pada PT. Outsourcing Indonesia)”
B. Perumusan Masalah
Ketidakpuasan terhadap akuntansi akrual telah menyebabkan laporan arus
kas mendapat perhatian besar. Berbagai penelitian dan pendapat telah menegaskan
pentingnya analisis laporan arus kas dan analisis arus kas dianggab akan
melengkapi analisis laporan keuangan secara keseluruhan sehingga akan
meningkatkan kemampuan untuk mengevaluasi prestasi perusahaan, kemampuan
perusahaan menghasilkan kas serta menunjukan kekuatan dan kelemahan
perusahaan yang kemudian dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan.
Ditambah dengan adanya PSAK No 2 yang mengharuskan penyajian laporan arus
kas sebagai bagian integral dari laporan keuangan perusahaan , maka peran
analisis arus kas akan semakin besar dan akan selalu menjadi bagian dari analisis
keuangan perusahaan.
Mengingat pentingnya peran dan mamfaat analisis arus kas perusahaan
seperti yang disebutkan di atas, maka ada beberapa pokok permasalahan dalam
skripsi ini, sebagai berikut: “Apakah informasi arus kas aktivitas operasi dapat
dijadikan sebagai alat pengambilan keputusan manajemen pada PT. Outsourcing
C. Pembatasan Masalah
Masalah yang dibahas pada penelitian ini dibatasi pada arus kas aktivitas
operasi tahun 2005 – 2007, karena lebih dari 80 % keputusan manajemen
didasarkan pada arus kas PT. Outsourcing Indonesia yang berasal dari aktivitas
operasi. Oleh karena itu pengambilan keputusan manajemen lebih difokuskan
pada arus kas aktivitas operasi.
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran yang lebih
jelas tentang analisis arus kas sebagai alat pengambil keputusan manajemen.
Melalui skripsi ini penulis berharap hasilnya dapat dimanfaatkan oleh pihak-pihak
yang berkepentingan.
2. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan penelitian ini adalah:
1. Manajemen Perusahaan
Manajemen dapat memperoleh informasi yang lebih baik untuk menilai
potensi perusahaan sehingga dapat dipakai sebagai dasar dalam pengambilan
keputusan.
Analis dapat memperoleh informasi yang lebih baik untuk melakukan analisis
dan meramalkan kelangsungan usaha (going concern) suatu perusahaan.
3. Penulis
Penulisan skripsi ini merupakan media bagi penulis untuk melakukan analisis
dan dapat menjadi acuan tambahan untuk penelitian selanjutnya terutama
BAB II
LANDASAN TEORI
A.
Penyajian Laporan Arus Kas
Laporan arus kas mengikhtisarkan perubahan kas dan setara kas
perusahaan selama periode akuntansi tertentu, dan mengklasifikannya menjadi
aktifitas operasi, investasi dan pendanaan. Laporan arus kas menurut Keiso dan
Weagant (2005:731) “the statement of cash flow is generally prepaid using cash
an cash equivalent as it’s basic” yang apabila diartikan adalah laporan yang
disusun menggunakan kas dan setara kas sebagai dasar penyusunannya. Menurut
Putra (2009) laporan arus kas berfungsi untuk mengetahui realisasi kas masuk dan
keluar perusahaan sehingga dapat diprediksi potensi realisasi kas dimasa yang
akan datang termasuk untuk mengetahui potensi kemapuan perusahaan untuk
membagikan keuntungan perusahaan kepada pemegang saham dalam bentuk kas
(pembagian deviden).
Menurut Henderson dan Pierson (2004, 303) yang dikutip dari FSAB
”cash is most useful concept of funds because decision of investor, creditors and other focus assessment of the future cash flow”. Sedangkan menurut Schroeder
dan Clark (2005: 207) menyatakan bahwa tujuan “laporan arus kas adalah
untuk memberikan informasi yang relevan mengenai kas masuk dan kas keluar dari suatu perusahaan dalam suatu periode akuntansi”. Informasi tersebut
memungkinkan pengguna laporan keuangan menganalisa kemampuan
perusahaan dalam menggunakan arus kas. Adapun yang dimaksud dengan “arus
kas” dalam laporan ini adalah:
a. Kas, terdiri dari kas ditangan dan rekening giro
b. Setara kas terdiri dari investasi jangka pendek yang sifatnya sangat likuid,
berjangka pendek yang dapat diubah menjadi kas dengan cepat tanpa ada
resiko perubahan nilai yang signifikan seperti sertifikat deposito dengan jatuh
tempo tiga bulan. Investasi yang dimasukan sebagai setara kas adalah investasi
yang jatuh tempo dalam atau kurang dari tiga bulan sejak tanggal
perolehannya.
Komponen setara kas dimasukkan ke dalam definisi “arus kas” disebabkan
oleh adanya aktifitas pengelolaan dana oleh pihak manajemen perusahaan untuk
memanfaatkan dana menganggur (idle fund) perusahaan, dengan menanamkannya
dalam investasi jangka pendek. Aktifitas manajemen ini bukan termasuk kegiatan
operasi, investasi atau pendanaan oleh karena itu transaksi-transaksi tersebut pun
tidak perlu dilaporkan secara mendetail dalam laporan arus kas, namun
dimasukkan sebagai komponen arus kas.
Tidak semua investasi yang memenuhi syarat sebagai setara kas
diharuskan untuk diperlakukan sebagai setara kas. Perusahaan dapat menetapkan
kebijakan yang menentukan investasi mana saja yang termasuk dalam setara kas
yang akan disajikan dalam laporan arus kas perusahaan, misalnya perusahaan
yang kegiatan operasinya berkaitan dengan investasi dalam investasi jangka
Untuk menyusun laporan arus kas dibutuhkan data dari neraca komparatif,
ditambah dengan data laba operasi dari laporan rugi laba serta penjelasan lain
yang berkaitan dengan transaksi perusahaan dan perubahan saldo tiap perkiraan.
Laporan arus kas mengikhtisarkan arus kas serta menjelaskan perubahan
saldo kas dan setara kas selama periode berjalan. Penyusunannya dapat dilakukan
dengan melihat perubahan perkiraan non kas dan non setara kas dalam neraca
awal periode dibandingkan dengan neraca akhir periode untuk melihat transaksi
operasi, investasi, dan pendanaan apa saja yang terjadi selama periode tersebut
dan bagaimana pengaruhnya pada arus kas. Untuk itu dalam menyusun laporan
arus kas, dilakukan analisis semua perubahan yang terjadi dalam semua perkiraan
neraca kecuali kas dan setara kas selama periode tersebut, dengan memperhatikan
data dari neraca, laporan rugi laba dan informasi tambahan lainnya.
Klasifikasi Arus Kas
Arus kas dan setara kas dalam laporan arus kas dikelompokkan menurut
tiga aktifitas penting dalam perusahaan yaitu aktifitas operasi, aktifitas
investasi, dan aktifitas pendanaan. Pengelompokkan seperti ini memungkinkan
pengguna laporan keuangan untuk menilai pengaruh aktifitas tersebut terhadap
posisi keuangan perusahaan dan terhadap jumlah kas dan setara kas serta dapat
mengidentifikasi hubungan-hubungan yang ada dalam tiap kategori.
a. Aktifitas Operasi
Yang dimaksud dengan aktifitas operasi adalah segala aktifitas yang
aktifitas lainnya yang bukan merupakan aktifitas pendanaan atau aktifitas
investasi. “Arus kas aktivitas operasi tercermin dalam laporan laba/rugi
perusahaan. (Putra, 2009). Kegiatan ini biasanya mencakup kegiatan produksi,
pengiriman barang, pemberian servis. Arus kas dari aktivitas operasi
mencerminkan kondisi apakah kegiatan operasi perusahaan dapat menghasilkan
arus kas yang cukup untuk melunasi pinjaman, memelihara kemampuan operasi
perusahaan, membayar deviden, dan melakukan investasi baru tanpa
mengandalkan sumber pendanaan diluar perusahaan (IAI,2004) Menurut
Schroeder dan Clark (2005) arus kas masuk dari kegiatan operasi terdiri dari:
1) Arus kas masuk dari penjualan barang dan jasa.
2) Arus kas masuk dari pengembalian pinjaman
3) Semua arus kas masuk yang bukan merupakan hasil dari tansaksi yang berasal
dari kegiatan investasi dan pembiayaan.
Sedangkan arus kas keluar dari kegiatan operasi terdiri dari:
1) Arus kas keluar untuk pembelian persediaan bahan baku produksi.
2) Arus kas keluar untuk pembayaran gaji pegawai.
3) Arus kas keluar untuk pembayaran pajak
4) Semua arus kas yang tidak tergolong dalam kegiatan investasi dan
pembiayaan seperti pembayaran tuntutan di pengadilan, pengembalian kepada
langganan dan sumbangan.
operasi. Sedangkan untuk jenis perusahaan lain, arus kas dari bunga dan deviden
tersebut dapat diklasifikasin sebagai aktifitas operasi karena mempengaruhi laba
dan rugi bersih, akan tetapi dapat juga diklasifikasikan sebagai arus kas
pendanaan atau arus kas investasi. Hal ini dikarenakan bungan dan deviden dapat
dianggap sebagai biaya perolehan sumber daya keuangan atau sebagai hasil
investasi. Namun demikian masing-masing harus diungkapkan tersendiri dan
harus diklasifikasikan secara konsisten antara periode sebagai aktifitas operasi,
investasi atau pendanaan. Sedangkan untuk pembayaran deviden, menurut PSAK
No. 2, dapat diklasifikasikan sebagai arus kas pendanaan karena merupakan biaya
perolehan sumber daya keuangan tapi juga dapat diklasfikasikan sebagai aktifitas
operasi dengan tujuan agar pemakai laporan keuangan dapat menilai kemampuan
perusahaan membayar deviden dari arus kas operasi.
Arus kas yang berkaitan dengan pajak penghasilan juga dimasukkan
sebagai arus kas dari aktifitas operasi kecuali jika arus kas untuk pajak tersebut
dapat diidentifikasi terhadap transaksi individual yang menimbulkan arus kas
tersebut, sehingga dapat diklasifikasikan secara jelas termasuk aktifitas investasi
atau pendanaan.
Jumlah arus kas yang berasal dari aktifitas operasi merupakan indicator
untuk menentukan apakah operasi perusahaan dapat menghasilkan arus kas yang
cukup untuk melunasi pinjaman, memelihara kemampuan operasi yang cukup
untuk melunasi pinajaman, memelihara kemampuan operasi perusahaan,
pendanaan dari luar. Informasi mengenai unsur tertentu arus kas histories bersama
dengan informasi lain, berguna untuk memprediksi arus kas operasi masa depan.
Pelaporan arus kas dari aktivitas operasi dapat menggunakan salah satu
dari dua metode yang diperkenankan, yakni metode langsung dan metode tidak
langsung (IAI, 2004).
1. Metode Tidak Langsung (Indirect Method)
Metode ini sering juga disebut metode rekonsiliasi, karena untuk menghitung
arus kas bersih yang dihasilkan dari aktivitas operasi, diawali dengan laba
bersih dan rugi bersih akrual dalam laporan rugi laba dan kemudian dilakukan
penyesuaian (adjustment). Penyesuaian tersebut dilakukan dengan mengoreksi
komponen rugi laba yang bukan merupakan transaksi kas, seperti penyusutan
dan amortisasi, mengeliminasi komponen non operasi yang berkaitan dengan
arus kas investasi dan arus kas pendanaan, misalnya keuntungan dan kerugian
dari penjualan aktiva tetap.
2. Metode Langsung (Direct Method)
Dalam metode ini pelaporan arus kas dilakukan dengan cara mengelompokan
kelompok-kelompok penerimaan kas dan pengeluaran kas dari kegiatan
operasi secara lengkap dan baru dilanjutkan dengan kegiatan investasi dan
pembiayaan. Arus kas operasi bersih didapat dengan menyajikan
masing-masing komponen penerimaan kas dari aktifitas operasi (misal: pembayaran
dari konsumen) serta kompoenen-komponen pengeluaran kas untuk aktifitas
efektif menyajikan laporan rugi laba dalam dasar kas bukan dengan dasar
akrual.
Penyajian dengan metode langsung diawali dengan menyajikan penerimaan
kas dari aktifitas operasi, (misalnya kas yang diterima dari konsumen, bunga
dan deviden), lalu dikurangi dengan pengeluaran kas untuk aktifitas operasi
seperti pembayaran pada pemasok, biaya operasi, pajak dan pembayaran kas
lainnya, untuk mendapatkan arus kas operasi bersih.
Nilai kas yang diterima dari konsumen diperoleh dari nilai penjualan bersih,
lalu disesuaikan dengan perubahan saldo piutang dagang awal periode dan
saldo piutang dagang akhir periode, jika perusahaan melakukan penjualan
secara kredit. Penyesuaian ini dilakukan karena penjualan kredit tidak akan
menimbulkan penerimaan kas bagi perusahaan jika belum ditagihkan pada
konsumen dan belum dibayar oleh konsumen. Arus kas dari penjualan berasal
dari penjualan kas periode ini ditambah kas dari penagihan piutang periode
sebelumnya. Jika terjadi kenaikan saldo piutang dagang berarti penjualan
kredit pada periode berjalan lebih besar dari penagihan piutang pada periode
tersebut, sehingga kenaikan saldo piutang dagang tersebut harus dikurangkan
dari saldo penjualan untuk mendapatkan penerimaan kas dari konsumen.
Sedangkan jika terjadi penurunan saldo piutang dagang berarti penjualan
kredit periode berjalan lebih kecil dari arus kas masuk (pembayaran oleh
konsumen) pada periode tersebut, sehingga besarnya penurunan tersebut harus
ditambahkan pada saldo penjualan untuk mendapatkan jumlah kas aktual yang
Pengeluaran kas untuk kegiatan operasi (seperti kas yang dibayarkan pada
pemasok) dihitung dengan menyesuaikan harga pokok penjualan dengan
perubahan saldo persediaan, perubahan saldo hutang dagang dan perubahan
saldo hutang lancar. Adapun kas yang dibayarkan untuk biaya operasi didapat
dengan menyesuaikan biaya operasi dengan biaya penyusutan, amortisasi, dan
deplesi, perubahan perkiraan biaya dibayar dimuka dan perubahan perkiraan
hutang biaya. Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang
penerimaan dan pengeluaran kas lain yang dimasukan dalam penghitungan
arus kas operasi bersih dengan metode langsung.
Baik metode langsung maupun tak langsung akan memberikan hasil akhir
jumlah arus kas dari kegiatan operasi yang sama. Keuntungan dari penggunaan
metode tidak langsung adalah dapat melihat kualitas laba (quality of earning)
dengan memfokuskan pada perbedaan antara laba bersih dengan arus kas dari
aktifitas operasi, selain itu biaya yang dibutuhkan untk menghasilkan laporan
dengan metode ini akan lebih murah, karena informasi tetap dengan dasar akrual
(laba bersih akrual).
Akan tetapi dengan metode langsung pendekatan langsung akan lebih
mudah dipahami dan akan menghasilkan gambaran yang lebih jelas dari mana
arus kas operasi berasal dan bagaimana penggunaannya. Hal ini akan lebih
bermanfaat untuk menganalisa trend dan mengestimasi arus kas dari operasi yang
akan datang (future cash flow), karena arus kas masuk dan keluar dapat
dengan metode langsung di atas menyebabkan PSAK No. 2 menganjurkan
perusahaan menggunakan metode langsung dalam penyusunan laporan arus kas.
b. Aktifitas Investasi
Arus kas dari aktivitas investasi memperlihatkan penerimaan dan
pengeluaran kas berkaitan dengan sumber daya yang dipakai untuk menghasilkan
pendapatan dan arus kas masa depan. Menurut Putra (2009) kegiatan yang
digolongkan kedalam kelompok ini adalah semua kegiatan kas yang terkait
dengan aktivitas pembelian/penjualan aktiva perusahaan, penerimaan
/pengeluaran kas terkait dengan piutang perusahaan dengan entitas lain.
Sedangkan menurut Keiso dan Weigant (2003:731)” including acquiring and
disposing of investment are reductive long live asset and lending money and collecting the loans” atau laporan yang berisi bagaimana perusahaan dalam
berinvestasi yaitu salah satunya adalah meminjamkan uang dan pelunasan dari
pinjaman itu.
Menurut Schroeder dan Clark (2005) arus kas masuk yang berasal dari
aktivitas investasi antara lain:
1) Arus kas masuk dari penjualan asset.
2) Arus kas masuk dari penjualan hutang kepada pihak lain.
3) Arus kas masuk dari penagihan pinjaman kepada pihak lain.
4) Arus kas masuk dari penagihan kepada pihak lain berupa debt invesment.
Adapun contoh arus kas keluar dari kegiatan investasi antara lain:
2) Arus kas keluar untuk pembelian hutang dari pihak lain.
3) Arus kas keluar untuk pembelian equity dari pihak lain.
4) Arus kas keluar untuk memberikan pinjaman kepada pihak lain.
Dalam penyusunan laporan arus kas, arus kas dari aktivitas investasi
diperoleh dengan melakukan analisa perubahan perkiraan aktiva yang
menyangkut aktivitas ini selama periode tersebut, misalnya analisa perkiraan
aktiva tetap, perkiraan investasi jangka panjang, wesel bayar dan sebagainya
Kelompok utama penerimaan kas dan pengeluaran kas kotor dari aktivitas
ini harus disajikan terpisah, misalnya pengelaran kas dari akuisisi peralatan/aktiva
tetap dan penerimaan kas dari penjualan aktiva yang lama harus dilaporkan
sendiri-sendiri.tidak boleh di net-kan. Pemisahan ini diperlukan karena data yang
tidak lengkap akan menimbulkan masalah bagi pihak luar yang tidak memiliki
akses untuk mendapatkan informasi yang lebih terperinci.
Aktifitas investasi yang tidak melibatkan kas harus diungkapkan dan
dilaporkan secara terpisah, misalnya perolehan aktiva tetap dengan mengeluarkan
saham baru, harus diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.
c. Aktifitas Pendanaan
Aktifitas pendanaan mengakibatkan perubahan jumlah serta komposisi
modal dan pinjaman jangka panjang perusahaan. Menurut Putra ( 2009) Arus kas
aktivitas pendanaan berasal dari transaksi utang (kewajiban) perusahaan, baik
perolehan pinjaman dari kreditor dan penyelesaian kewajiban tersebut, serta
transaksi perolehan sumber daya lain dari kreditor jangka panjang termasuk
transaksi pengembaliannya. Arus kas dari aktifitas ini harus diungkapkan secara
terpisah karena berguna untuk memperkirakan klaim terhadap arus kas di masa
akan datang oleh para pemasok modal (IAI, 2004)
Menurut Schroeder dan Clark (2005) arus kas masuk dari aktivitas pendanaan
antara lain adalah:
1) Arus kas masuk dari penjualan saham perusahaan.
2) Arus kas masuk dari penerbitan surat hutang.
Sedangkan contoh arus kas keluar dari aktifitas ini antara lain:
1) Arus kas keluar untuk pembayaran deviden kepada pemegang saham.
Tabel 2.1.
Format penyajian arus kas dengan metode tidak langsung.
PT. ABC
LAPORAN ARUS KAS (METODE TIDAK LANGSUNG) Tahun yang berakhir 31 Desember 20-2
dalam rupiah
Arus kas dari aktifitas operasi
Laba bersih sebelum pajak dan pos luar biasa 3.350
Penyesuaian untuk
Penyusutan 450
Kerugian selisih kurs 40
Penghasilan investasi (500)
Beban bunga 400
Laba operasi sebelum perubahan modal kerja 3.740
Kenaikan piutang dagang dan piutang lain (500)
Penurunan persediaan 1.050
Penurunan hutang dagang (1.740)
Kas yang dihasilkan dari operasi 2.550
Pembayaran bunga (270)
Pembayaran pajak penghasilan (900)
Arus kas sebelum pos luar biasa 1.380
Hasildari penyelesaian asuransi gempa 180
Arus kas bersih dari aktifitas operasi 1560
Arus Kas dari Aktivitas Investasi
Perolehan anak perusahaan X dengan kas (ccatatan A) (550) Pembelian tanah, bangunan dan peralatan (catatan B) (350)
Hasil dari penjualan peralatan 20
Penerimaan bunga 200
Penerimaan deviden 200
Arus kas bersih yang digunakan untuk aktivitas investasi (480) Arus Kas dari Aktivitas Pendanaan
Hasil dari penerbitan modal saham 250
Hasil dari pinjaman jangka panjang 250
Pembayaran hutang sewa guna usaha keuangan (90)
Pembayaran deviden* (1200)
Arus kas bersih yang digunakan untuk aktivitas pendanaan (790)
Kas bersih dan setara kas 290
Kas dan setara kas pada awal periode (catatan C) 120
Kas dan setara kas pada akhir periode 410
Tabel 2.2.
Format penyajian arus kas dengan metode langsung.
PT. ABC
LAPORAN ARUS KAS (METODE LANGSUNG) Tahun yang berakhir 31 Desember 20-2
dalam rupiah
Arus kas dari aktifitas operasi
Penerimaan kas dari pelanggan 30.150
Pembayaran kas kepada pemasok dan karyawan (27.600)
Kas yang dihasilkan operasi 2.550
Pembayaran bunga (270)
Pembayaran pajak penghasilan (900)
Arus kas sebelum pos luar biasa 1.380
Hasil dari asuransi karena gempa bumi 180
Arus kas bersih dari aktivitas operasi 1560
Arus kas dari aktivitas investasi
Perolehan anak perusahaan X dengan kas (Catatan A) (550) Pembelian tanah, bagunan dan peralatan (Catatan B) (350)
Hasil dari penjualan peralatan 20
Penerimaan bunga 200
Penerimaan deviden 200
Arus kas bersih yang digunakan untuk aktivitas investasi (480) Arus Kas dari Aktivitas Pendanaan
Hasil dari penerbitan modal saham 250
Hasil dari pinjaman jangka panjang 250
Pembayaran hutang sewa guna usaha keuangan (90)
Pembayaran deviden* (1200)
Arus kas bersih yang digunakan untuk aktivitas pendanaan (790)
Kenaikan bersih kas dan setara kas 290
Kas dan setara kas pada awal periode (catatan C) 120
Kas dan setara kas pada akhir periode 410
B. Analisis Laporan Arus Kas
Menurut Van Greuning (2005:28) analisis keuangan adalah sebagai
berikut:
Analisis keuangan adalah disiplin dimana alat bantu analisis diterapkan terhadap laporan keuangan dan data keuangan lainnya dengan tujuan untuk menginterprestasikan tren dan hubungan dalam suatu cara yang konsisten dan tegas.
Laporan keuangan merupakan sumber informasi mengenai perusahaan
yang tersedia untuk umum. Agar mendapatkan informasi yang sesuai dengan yang
dibutuhkan maka pengguna laporan keuangan melakukan analisis atas laporan
keuangan untuk mengubah angka-angka laporan keuangan tersebut ke dalam
format yang dibutuhkan, untuk mempermudah pengambilan keputusan.
Analisis laporan keuangan dapat dilakukan dengan berbagai cara dan
teknik tergantung dari tujuan analisis tersebut. Tujuan analisis sangat tergantung
pada pengguna laporan keuangan, misalnya kreditor melakukan analisis untuk
mengetahui kemampuan peminjam membayar bunga dan pokok pinjaman,
investor berusaha untuk memperkirakan arus pendapatan perusahaan di masa yang
akan datang untuk menetapkan harga beli atau harga jual sekuritas yang
dimilikinya, manajemen perusahaan melakukan analisis untuk selain menjawab
hal yang sama dengan yang ingin diketahui oleh inventor dan kreditor juga untuk
mengetahui prestasi, kekuatan, kelemahan perusahaan serta untuk pengambilan
keputusan mengenai perubahan apa yang perlu dilakukan untuk meningkatkan
1. Laporan keuangan komparatif (trend analysis atau horizontal analysis).
Analisis komparatif dilakukan dengan membandingkan laporan keuangan dari
tahun ke tahun, untuk mengetahui trend dan perubahan masing-masing
komponen laporan keuangan dari periode ke periode baik arah maupun
seberapa besar perubahan tersebut.
2. Laporan keuangan common-size
Analisis ini dilakukan dengan membandingkan tiap komponen laporan
keuangan dengan nilai total untuk mengetahui proporsi suatu komponen
laporan keuangan terhadap nilai total dalam laporan keuangan.
3. Analisis rasio
Menurut Van Greuning (2005:29), “analisis rasio digunakan oleh analis dan
manajer untuk mengukur kinerja dan status perusahan”. Analisis ini
dilakukan dengan menghitung angka rasio yang menunjukkan hubungan
matematis antara lain komponen laporan keuangan dengan komponen lainnya.
Analisis rasio ini merupakan alat yang berguna untuk memberi indikasi akan
adanya masalah yang membutuhkan perhatian yang lebih dalam dan memberi
gambaran akan kondisi yang mungkin terjadi di masa depan.
Analisis ini akan lebih berguna lagi jika rasio tersebut dapat dibandingkan
dengan rasio perusahaan pada periode sebelumnya, dengan rasio standar yang
telah ditetapkan, atau dengan rasio perusahaan lain dalam industri yang sama.
Untuk memperoleh gambaran yang lengkap mengenai perusahaan,
perangkat analisis di atas dilakukan terhadap laporan keuangan secara
kas merupakan bagian dari analisis laporan keuangan. Analisis ini mulai mendapat
perhatian penting karena laporan arus kas dianggap mengandung manipulasi yang
lebih sedikit dan lebih mudah diinterpretasikan, disamping itu banyak kegagalan
bisnis dan kesulitan keuangan perusahaan tidak dapat diidentifikasi sebelumnya
dengan hanya melakukan analisis laporan akuntansi neraca dan laporan rugi laba.
Hasil analisis arus kas akan lebih baik jika digabungkan dengan hasil
analisis laporan keuangan lainnya (misalnya analisis neraca dan laporan rugi laba)
dalam penentuan kondisi perusahaan, akan tetapi pembahasan berikut ini hanya
akan memfokuskan pada masalah analisis arus kas.
Untuk melakukan analisis ini selain dibutuhkan data laporan arus kas juga
dibutuhkan data dari seluruh laporan keuangan, serta data tambahan lainnya.
Analisis laporan arus kas dilakukan dengan menggunakan teknik analisis yang
telah diutarakan di atas. Agar lebih bermamfaat hasil dari ketiga teknik tersebut
harus diinterpretasi dengan menggunakan data tambahan mengenai perusahaan,
perkembangan usaha dan sebagainya.
Analisis arus kas dapat memberikan informasi mengenai:
1) Perkiraan akan kondisi arus kas di masa yang akan datang.
2) Kualitas laba dan kemampuan mempertahankan operasi di masa yang akan
datang.
3) Kondisi keuangan secara keseluruhan.
Menurut Dayanti (2000:18) analisis arus kas memberikan gambaran yang
1. Analisis arus kas menghindari keraguan pada alokasi pendapatan dalam
pengunaan pendapatan periodic
2. Analisi arus kas mencakup factor penting dalam membuat keputusan dan
penilaian sehubungan dengan time value of money
3. Data dalam arus kas dapat menghindari pengukuran pada periodic income
yang membingungkan dimana memiliki arti yang beragam tergantung
konteks pengukuran dan pengunaannya.
4. Analisis arus kas menekankan gambaran yang paling vital dan fundamentalis
dari kegiatan bisnis yaitu kemampuan perusahaan membayar seluruh
hutang-hutangnya beserta bunga.
5. Data dalam arus kas dapat menghasilkan bebagai keputusan sebagai
pengendali dari aktivitas.
6. Analisis arus kas merupakan suatu system laporan keuangan yang objektif,
sederhana dan dapat dipahami.
1. Analisis Trend dan Common-Size Laporan Arus Kas
Menurut Bergevin (2002:83) “common-size financial statements report
financial statement disclosures as a percentage of another account or as proportion of the previous balance”. Analisis trend laporan arus dilakukan
dengan cara menyusun laporan arus kas dari periode ke periode untuk melihat
perubahan yang terjadi pada masing-masing komponen laporan arus kas. Dari
analisis ini dapat diketahui trend perubahan tiap komponen, seberapa besar
bagaimana kecenderungan arus kas operasi dari tahun ke tahun, apakah meningkat
atau menurun dan seberapa besar perubahan tersebut jika dibandingkan dengan
perubahan arus kas dari aktivitas pendanaan dan investasi. Hasil analisis ini lebih
lanjut diinterpretasikan dengan menggunakan data lain seperti kondisi ekonomi
yang mempengaruhi perusahaan dan sebagainya. Metode yang lebih baik
digunakan dalam hal ini adalah dengan mengunakan angka index. Untuk
menentukan angka index perlu ditetapkan tahun dasar, yang memiliki index =
100. sedangkan rumus penghitungan angka index adalah sebagai berikut :
Saldo tahun berjalan
Index = x 100
Saldo tahun dasar
Contoh penghitungan index tersebut adalah sebagai berikut:
Tahun dasar adalah tahun 20XA dengan laba bersih = 12.000 maka angka index
20XA adalah 100. Jika tahun 20XB laba bersih sebesar 18.000 maka angka index
20XB adalah sebesar
18.000
x 100 = 150
12.000
Dalam melihat perubahan dari periode ke periode, index tahun sebelumnya
harus diperhitungkan, misalnya perubahan laba bersih periode 20XB dibanding
2. Analisis Arus Kas Operasi
Analisis terhadap arus kas operasi dapat dilakukan dengan menggunakan
hasil analisa trend dan common size dengan memfokuskan pada arus kas operasi
Dari hasil analisis tersebut dapat diketahui perkembangan arus kas operasi dari
periode ke periode. Secara umum peningkatan arus kas operasi dapat dianggap
sebagai perkembangan yang baik karena berarti kegiatan operasi perusahaan
makin mampu menghasilkan kas dan dapat diperkirakan di tahun berikutnya arus
kas operasi akan mengalami perkembangan yang serupa. Namun demikian selain
melihat trendnya perlu pula menganalisis sumber/penyebab kenaikan/penurunan
arus kas operasi tersebut.
Kenaikan/penurunan arus kas operasi dapat dianalisis lebih jauh dengan
melihat perubahan dalam asset operasi lancer dan kewajiban operasi sehingga
mengetahui alasan kenaikan/penurunan arus kas operasi. Kenaikan dalam asset
operasi berarti penggunaan kas dan ditunjukkan dengan nilai perubahan kas yang
negative dan sebaliknya, sedangkan kenaikan dalam kewajiban operasi lancer
berarti arus kas masuk dan ditunjukkan dengan kenaikan nilai arus kas yang
positif.
Adapun yang dimaksud sebagai asset operasi lancar dan kewajiban operasi
lancar disini adalah perkiraan asset dan kewajiban yang benar-benar berhubungan
dengan operasi misalnya piutang dagang, persediaan, biaya dibayar dimuka,
hutang dagang, dan hutang biaya lainnya.
Analisis arus kas operasi dapat pula dilakukan dengan menghitung free
dihasilkan dari aktivitas operasi dikurangi dengan pengeluaran modal yang diperlukan untuk mempertahakan tingkat operasi sekarang”. Pertumbuhan
internal dan fleksibilitas keuangan perusahaan sangat tergantung pada jumlah free
cash flow yang dimilik perusahaan. Penghitungan free cash flow adalah sebagai
berikut:
Free cash flow = arus kas koperasi – pengeluaran pemeliharaan modal – deviden.
Konsep free cash flow ini sebenarnya agak sulit digunakan oleh pihak
ekstern perusahaan, karena biasanya perusahaan tidak mengungkapkan secara
terpisah bagian pengeluaran modal yang dimaksudkan untuk mempertahankan
kapsitas produk (pemeliharaan modal) dengan pengeluaran untuk ekspansi tetapi
keduanya digabungkan menjadi satu.
3. Analisis Rasio Kualitas Laba
Pengguna laporan keuangan perlu menilai kualitas laba sebuah
perusahaan, makin tinggi kualitas laba makin berguna informasi yang diperoleh
dalam pengambilan keputusan. Kualitas laba ditentukan dengan memperhatikan
berbagai karakteristik positif dan negatif yang mempengaruhi kekuatan
pendapatan perusahaan yang ditunjukkan dalam angka laba bersih.
Salah satu ciri yang menentukan kualitas laba adalah hubungan antara laba
akuntansi dengan arus kas. Makin tinggi korelasi antara laba akuntansi dengan
Analisis kualitas laba akan membantu penggunaan untuk menilai seberapa
besar sesungguhnya kemampuan perusahaan menghasilkan tingkat laba tertentu.
Analisis rasio yang dapat digunakan untuk menilai kualitas laba antara lain:
a. Quality of Sales Ratio
Quality of Sales dihitung dengan membagi kas dari penjualan dengan nilai
penjualan bersih pada periode bersangkutan sebagai berikut:
Kas dari penjualan
Quality of Sales =
Penjualan
Makin tinggi rasio kualitas penjualan makin baik kualitas laba karena berarti
pengakuan pendapatan penjualan mendekati realisasi kasnya. Penyajian
laporan arus kas dengan metode langsung akan mempermudah aplikasi rasio
ini. Metode ini dapat menunjukkan efek arus kas terhadap pendapatan dan
biaya operasi sehingga memungkinkan evaluasi arus kas yang berhubungan
dengan komponen tertentu dalam laporan laba rugi seperti penjualan kotor,
harga pokok penjualan, biaya operasi dan sebagainya.
Jika penyajian laporan arus kas menggunakan metode tidak langsung pihak
luar akan menemui kesulitan dalam mendapatkan data yang dibutuhkan.
b. Quality of Income
Rasio ini dihitung dengan membagi arus kas operasi dengan laba operasi
sebagai berikut:
Cash flow from operation
Quality of Income =
Analisis Quality of Income menunjukkan varian antara arus kas dengan laba
bersih. Makin tinggi rasio makin tinggi kualitas laba karena makin besar
bagian laba operasi yang direalisasikan dalam bentuk kas. Namun rasio di atas
mungkin akan member deviasi yang abnormal disebabkan perbedaan yang
substansial antara laba dengan arus kas akibat adanya transaksi non kas seperti
penyusutan biaya yang ditangguhkan, dan sebagainya. Sebagai alternatif maka
dapat digunakan rasio antara arus kas operasi dengan laba sebelum pajak,
bunga, dan penyusutan yaitu sebagai berikut:
Arus kas operasi
Quality of Income =
Laba bersih sebelum pajak, bunga, dan penyusutan
Dengan rumus di atas deviasi abnormal akan berkurang karena telah
menghilangkan komponen non kas utama dalam laporan laba rugi yaitu
penyusutan dan pajak yang ditangguhkan.
C. Pengambilan Keputusan Manajemen. 1. Fungsi Manajemen Umum
Manajemen secara umum adalah suatu proses perencanaan,
pengkoordinasian, kepemimpinan dan pengendalian usaha anggota organisasi
dan pengguna sumber-sumber daya perusahaan lainnya untuk mencapai tujuan
perusahaan yang telah mereka transfer melaului manajer. Tugas utama
seorang corporate manager adalah mengembangkan suatu strategi yang
melengkapai kekuatan perusahaan yang sudah memiliki dasar produksi dan
pemasaran yang ekonomis. Pihak manajemen dalam pengambilan keputusan
selalu berdasarkan pada informasi yang disajikan dalam laporan keuangan.
Keputusan-keputusan keuangan suatu perusahaan saling berhubungan satu
sama lain. Keputusan tidak dibuat hanya sekali untuk selamanya. Jika
perusahaan investasi dalam produk baru yang berhasil akan menghasilkan
tambahan dana, perusahaan harus memutuskan berapa banyak dari dana yang
dihasilkan ini untuk dibayarkana kepada investor dan berapa banyak yang
harus di tanam kembali pada produk lain.
Untuk dapat memformulasikan strategi keuangan jitu dan berhasil,
seorang manajer keuangan harus memahami hubungan-hubungan penting
antara:
1. Hubungan antara prinsip-prinsip ekonomi dan arus kas
2. Hubungan antara hasil dari arus kas dan penggunaan internal
3. Hubungan antara profitabilitas, arus kas dan penillaian pasar terhadap
saham perusahaan.
4. Hubungan antara external capital markets dan kemapuan perusahaan
memasuki pasar-pasar tersebut
5. Hubungan antara peluang-peluang investasi yang mungkin dengan
competitive position perusahaan dimasa yang akan datang.
Keputusan-keputusan yang ditetapkan manajemen keuangan adalah:
1. Keputusan investasi
3. Keputusan deviden
2. Fungsi Manajemen Keuangan
Seorang manajer keuangan dalam menjalankan fungsinya menetapkan
beberapa keutusan yaitu:
1. Keputusan Investasi, meliputi alokasi asset, baik asset keuangan maupun
asset berwujud serta sejumlah maksimal dari setiap asset
Dalam keputusan investasi ada beberapa criteria yang digunakan oleh
seorang manajer keuangan untuk menilai apakah proyek yang diajukan
profitable atau tidak yaitu: c. Payback Period
Yang dimaksud dengan payback period adalah jangka waktu untuk
proyek dapat mengembalikan biaya pokok investasi. Pengambilan
keputusan adalah menetapkan investasi yang memiliki payback period
terpendek.
d. Accounting Rate of Return
Acounting rate of return mengukur tingkat pengembalian atau
keuantungan untuk setiap rupiah yang diinvestasikan. Pengambilan
keputusan adalah menetapkan proyek yang memiliki average rate of
return terbesar.
e. Internal rate of return
f. Net present value
Metode ini menghitung hasil investasi dimasa yang akan datang pada
saat ini, apakah yang akan diterima dari investasi ini.
2. Keputusan pendanaan, meliputi struktur permodalan, ketersediaan dana,
meminimumkan biaya pendanaaan (cost of funds), penyusunana jadwal
pendanaan serta penetapan besarnya deviden yang dibayarkan.
Dalam keputusan pendanaan manajer keuangan mengambil keputusan ini
dengan beberapa pertanyaan penting yang harus dijawab yaitu:
• Berapa besar bagian yang harus disimpan dan berapa besar
bagian yang harus dibagikan dalam bentuk deviden
• Apakah sebaiknya dana diperoleh melalui pinjaman atau
dengan mengeluarkan saham
• Jika dengan pinjaman, apakah dengan pinjaman jangka pendek
atau pinjaman jangka panjang
3. Keputusan deviden, meliputi penetapan pembagian deviden dan
penyusunan rencana pendanaan. Salah satu masalah dalam penetapan
keputusan deviden ini adalah tidak ada seorang pun yang dapat
memastikan apakah keputusan deviden bagi perusahaan itu penting,
maksudnya bahwa keputusan tersebut dapat mempengaruhi harga saham.
a. Hubungan antara kebijaksanaan deviden perusahaan dengan nilai atau
harga pasar dari saham perusahaan. Dapatkah kebijaksanaan deviden
mempengaruhi nilai dari saham perusahaan tersebut
b. Adaynaya suatu pertimangan praktis yang harus di evaliasi dalam
menetapkan kebijakasanaan deviden perusahaan
c. Jenis-jenis deviden yang ditetapkan.
4. Pengambilan Keputusan dalam Manajemen
Pengambilan keputusan adalah tindakan manajemen dalam pemilihan
alternative untuk mencapai sasaran. Menurut Ikasari (2009) keputusan dibagi
dalam tiga tipe
a. Keputusan terprogram/keputusan terstruktur yaitu keputusan yg
berulang-ulang dan rutin, sehingga dapat diprogram. Keputusan terstruktur terjadi dan
dilakukan terutama pada manjemen tingkat bawah. Contoh keputusan
pemesanan barang, keputusan penagihan piutang dan lain-lain.
b. Keputusan setengah terprogram / setengah terstruktur yaitu keputusan yg
sebagian dapat diprogram, sebagian berulang-ulang dan rutin dan sebagian
tidak terstruktur. Keputusan ini seringnya bersifat rumit dan membutuhkan
perhitungan serta analisis yg terperinci. Contoh keputusan membeli sistem
komputer yg lebih canggih, keputusan alokasi dana promosi.
c. Keputusan tidak terprogram/tidak terstruktur yaitu keputusan yg tidak terjadi
mudah untuk didapatkan dan tidak mudah tersedia dan biasanya berasal dari
lingkungan luar. Pengalaman manajer merupakan hal yg sangat penting
didalam pengambilan keputusan tidak terstruktur. Contohnya keputusan untuk
bergabung dengan perusahaan lain.
Proses pengambilan keputusan menurut G. R. Terry yang dikutip oleh
Agus (2009) adalah:
1. Problem yang dihadapi
2. Menganalisa problem tersebut
3. Menetapkan sejumlah alternatif
4. Mengevaluasi alternatif
5. Memilih alternatif keputusan yang akan dilaksanakan
Sedangkan menurut Peter Drucher yang juga dikutip oleh Agus (2009)
yaitu:
1. Menetapkan masalah
2. Menganalisa masalah
3. Mengembangkan alternatif
4. Mengambil keputusan yang tepat
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Gambaran Umum PT Outsourcing Indonesia 1. Sejarah Singkat
PT. Outsourcing Indonesia sebelumnya bernama PT Fani Masyara Prima
yang berdiri sejak tahun 1993. Untuk lebih memfokuskan usaha dan lebih
menunjukan identitas bidang usaha maka sejak September 2003 PT Fani Masyara
Prima berganti nama menjadi PT. Outsourcing Indonesia yang bergerak dibidang
jasa Outsourcing. Industri yang ditangani oleh perusahaan ini adalah perbankan,
asuransi, leasing, telekomunikasi, perminyakan dan pertambangan.
PT. Outsourcing Indonesia berkedudukan dan berkantor pusat di Graha Enka Deli
Lantai 3, Jalan Warung Buncit Raya No. 12 Jakarta Selatan 12780 dan beberapa
cabang di beberapa kota seperti Bandung, Medan, Palembang, Surabaya dan
Makasar. Jumlah karyawan internal sampai dengan pertengahan tahun 2008
sekitar 50 Orang dan karyawan external 4000 orang.
2. Struktur Organisasi
Setiap perusahaan yang didirikan memiliki struktur organisasi yang
merupakan salah satu factor yang menentukan sukses tidaknya suatu manejemen
dalam perusahaan yang bersangkutan dalam mencapai tujuan yang telah
ditentukan. Adapun tujuan dibentuknya struktur organisasi ini adalah agar setiap
Dari struktur organisasi ini nantinya perusahaan dapat mengetahui
kedudukan dan tanggung jawab masing-masing divisi yang ada dalam perusahaan
tersebut. Struktur organisasi memegang perananyang cukup penting dalam sebuah
perusahaan karena dari struktur organisasi tersebut dapat diketahui apakah
perusahaan itu sudah terorganisasi dengan baik atau tidak.
Adapun struktur organisasi PT Outsourcing Indonesia adalah seperti
gambar diagram di bawah ini.
Gambar 1
Struktur Organisasi PT Outsourcing Indonesia COMISSIONER
FINANCE & ACCOUNTING
BUSINESS PROCESS OUTSOURCING (BPO)
PERSONNEL EMPLOYMENT OUTSOURCING (PEO) PRESIDENT
DIRECTOR
3. Unit Bisnis Kegiatan usaha
Adapun unit bisnis yang dijalankan oleh PT. Outsourcing Indonesia adalah
sebagai berikut:
a. Personel Employment Outsourcing (PEO)
Sekarang ini dengan semakin banyak persaingan di dunia kerja untuk
menjadi karyawan bukanlah hal yang mudah, begitu juga sebaliknya banyak
perusahaan yang kesulitan untuk mencari karyawan-karyawan potensial dan
professional. Untuk itu dengan adanya perusahaan outsourcing kesulitan tersebut
dapat diatasi. Perusahaan outsourcing jadi jembatan antara pencari kerja dengan
pemberi kerja.
Untuk mengatasi masalah tersebut maka PT. Outsourcing Indonesia
membuka unit bisnis PEO. Padat karya dengan PEO akan membantu perusahaan
dalam menghemat uang dang menghemat waktu. Perusahaan tidak perlu lagi
mengeluarkan uang untuk biaya tes penerimaan karyawan baru serta sangat
menghemat waktu. Karyawan PEO akan memberikan kontribusi pada perusahaan
untuk meningkatkan produktifitas perusahaan.
PT. Outsourcing Indonesia menyediakan keuntungan jangka panjang
dalam bisnis padat karya ini. Karena perusahaan ini menyediakan kemampuan dan
fleksibelitas untuk beradaptasi dalam pasar dan menjadikan organisasi lebih
terbuka untik menarik dan mendapatkan karyawan-karyawan ya ng berkualitas.
Dengan padat karya PEO akan meminimalisasikan resiko dalam sebuah
1) Personel selesction
2) Personel dan payroll administration 3) Personel Development
4) Personel risk management
Maka dengan menggunakan padat karya PEO akan mengeliminasika
kebutuhan perusahaan untuk mengatur hal-hal tersebut. Dengan padat karya akan
membuat biaya lebih efektif dari pada memperkerjakan karyawan permanen.
PT. Outsourcing g Indonesia memberikan pelayanan pada area:
1) Front Liner Staff : Call Center, Customer Relationship, Collection, Customer Care, Marketing Communication.
2) General Support Staff : Administration Support, Data Entry, MIS, HRD, QA, Logistic.
3) Engineering Staff : Technician, Mechanic dan Maintenance
b. Business Process Outsourcing (BPO)
Business Process Outsourcing adalah mendelegasikan kegiatan back office
sebuah perusahaan dalam proses bisnis kepada PT Outsourcing Indonesia. BPO
ini dikategorikan sebagai berikut:
1) Comprehensive.
Pada kategori comprehensive, seluruh proses bisnis pada pelangan
didelegasikan pada PT Outsourcing Indonesia. Sebagai contoh PT Bakrie Telkom
mendelegasikan seluruh bisnis dari distribusi point. Meliputi karyawan, proses
2) Transactional
Dalam kategori transactional, pelanggan hanya akan menyerahkan
sebagian dari proses bisnis kepada PT Outsourcing Indonesia. Seperti Account
Payable, Account Receivable, Order Processing. Sebagai contoh Direct Sales dari
PT Direct Vision yang diserahkan kepada PT Outsourcing Indonesia.
3) Niche Support
Pada kategori niche Support, PT Outsourcing Indonesia akan mendukung
proses bisnis yang lebih khusus dari pelanggannya. Seperti human resource, call
center, sales agent, distribution point, recruitment dan training.
Melalui bisnis proses outsourcing, PT Ooutsourcing Indonesia
mengkombinasikan karyawan yang tepat, proses yang tepat, dan teknologi yang
tepat, untuk membantu satu perusahaan mencapai tingkat efisiensi. Pada langkah
selanjutnya PT Outsourcing Indonesia menyediakan presedur dalam proses bisnis
dengan izin dari klien untuk menjalankan proses bisnis dari belakang layar atau
menemui pelanggan dari klien PT Outsourcing Indonesia secara langsung..
4. Visi, Misi, dan Strategi Perusahaan
a. Visi Perusahaan
PT Outsourcing Indonesia memiliki visi yaitu “Delivering millions of
Indonesian talents for productivity”, yang artinya mengantarkan berjuta-juta orang
b. Misi Perusahaan
Semua aktifitas di perusahaan biasanya diarahkan untuk mencapai tujuan
yang telah ditentukan sebelumnya. Tujuan tersebut tercermin dari visi perusahaan.
Untuk mewujudkan visi yang sudah ditentukan setiap perusahaan memiliki misi
dalam implementasi terhadap visi yang sudah ditetapkan. Dari visi tersebut
manajemen menetapkan tiga misi yaitu:
1) Memberikan pelayanan prima kepada setiap konsumen dari PT Outsourcing
Indonesia “Deliverng excellent standard service operation”.
2) Bercita-cita menjadi panutan bisnis outsourcing di Indonesia “Become the
industry business model in Indonesia”.
3) Menjadi pelaku utama di dalam bisnis outsourcing secara internasional
“Become the global industry business player”.
c. Strategi Perusahaan
PT Outsourcing Indonesia mempunyai strategi-strategi bisnis tersendiri
dalam mencapai tujuan dan menjalankan usahanya di tengah persaingan dengan
perusahaan lain yang sejenis. Strategi tersebut adalah menjalankan 10.000
karyawan padat karya dalam dua tahun mendatang dengan cara memfokuskan
strategi perusahaan di dalam tiga area utama yang menjadi standar yang lebih
baik:
1) Standar servis operasi yang memuaskan mencakup:
a. IT support implementation
b. Business process management development
3) Manajemen investasi keuangan
B. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini digunakan tipe penelitian deskriptif, yaitu jenis
penelitian yang memberikan gambaran atau uraian atas suatu keadaan sejelas
mungkin tanpa ada perlakuan terhadap objek yang diteliti. Dengan alasan bahwa
penelitian ini hanya memberikan gambaran terhadap masalah yang akan dibahas.
Tujuan utama digunakan metode deskriptif ini adalah untuk membuat
deskripsi atau gambaran secara sistematis, factual dan akurat mengenai fakta-fakta
dan sifat-sifat dari objek penelitian.
C. Definisi Operasional Variabel
Definisi Operasional Variabel yang digunakan adalah:
1. Laporan Arus Kas yaitu laporan keuangan yang mengiktisarkan perubahan kas
dan setara kas pada perusahaan selama periode tertentu yang diklasifikasi
menjadi tiga aktivitas yakni aktivitas operasi, aktivitas investasi dan aktivitas
pendanaan.
2. Pengambilan keputusan manajemen yaitu melakukan penilaian dan
menetapkan pilihan setelah melalui beberapa perhitungan dan pertimbangan.
D. Metode Pengumpulan Data
agar data yang diperoleh benar-benar objektif dan berhubungan dengan masalah
yang diteliti.
Metode pengumpulan data dapat dilakukan dengan dua cara:
1. Penelitian kepustakaan (library research)
Studi pustaka ini merupakan teknik penelitian yang dilakukan dengan cara
mengumpulkan data yang didapat lam eraturan perundang-undangan,
buku-buku, dan tulisan ilmiah.
2. Penelitian lapangan (field research)
Studi lapangan merupakan penelitian yang dilakukan secara langsung pada
objek yang akan diteliti untuk memperoleh data yang diperlukan.
Teknik pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Wawancara
Penulis mengumpulkan dengan cara melakukan tanya jawab secara sistematis
berdasarkan tujuan penelitian dengan pihak yang berwenang yang ada dalam
perusahaan. Adapun alasan menggunakan metode ini adalah untuk mengetahui
secara garis besar sejarah perusahaan, perkembangan perusahaan, dan
penjelasan lebih mendalam tentang analisis arus kas dengan jalan mengajukan
pertanyaan kepada pihak perusahaan.
2. Observasi
Penulis mengumpulkan data dengan cara mengamati langsung ke perusahaan.
antara informasi yang diberikan dan dokumen yang ada dengan kenyataan
sebenarnya yang terdapat pada objek penelitian.
3. Dokumentasi
Penulis melakukan pengumpulan data dengan cara mencatat atau menyalin
data-data dari perusahaan. Metode ini digunakan dengan alasan akan lebih
banyak data yang dapat dilihat dan diperoleh untuk menunjang dan
melengkapi data-data yang telah diperoleh sehingga akan mendapatkan
gambaran yang lebih nyata tentang kebijaksanaan yang dilakukan perusahaan.
E. Metode Analisis Data
Data yang diperoleh dari sumber data dianalisa dengan metode deskriptif
kualitatif yaitu menganalisis data yang telah terkumpul berdasarkan data dan teori
yang relevan, kemudian hasilnya dideskripsikan secara sistematis sehingga data
tersebut mempunyai makna untuk menjawab masalah dan tujuan penelitian.
Metode deskriptif kuantitatif yaitu memberikan predikat kepada variable yang
BAB IV PEMBAHASAN
A. Analisis Arus Kas PT Outsourcing Indonesia
1. Analisis Horizontal dan Commonsize Laporan Arus Kas
Analisis laporan arus kas secara horisontal dimaksudkan untuk menunjukkan
perkembangan perusahaan dari tahun ke tahun sedangkan analisa
commonsize menunjukan perkembangan komposis/struktur keuangan perusahaan dari tahun ke tahun.
Analisis horizontal terhadap laporan arus kas PT Outsourcing Indonesia
dapat dilihat pada lampiran 3 Nilai perubahan (kenaikan/perurunan) tahun
2007-2006 (kolom 4 lampiran-3 diperoleh dengan mengurangi setiap nilai perkiraan
pada tahun 2007 dengan nilai perkiraan yang sama pada tahun 2006, sehingga
diperoleh nilai perubahan setiap perkiraan dari tahun 2007 dibanding tahun 2006.
Contohnya, penurunan laba bersih tahun 2007-2006 sebesar Rp.
3,547,638,766 diperoleh dari mengurangkan laba bersih 31 Desember 2007
dengan laba bersih 31 Desember 2006 sebagai berikut :
4,957,205,340 – 8,504,844,106 = -3,547,638,766
Hal yang sama juga dilakukan untuk mendapatkan nilai perubahan
(kenaikan/penuninan) 2006-2005 (kolom 5), yaitu dengan mengurangi setiap
nilai perkiraan yang ada dalam laporan arus kas tahun 2006 dengan nilai
Dalam lampiran tersebut dapat dilihat bahwa arus kas operasi
perusahaan mengalami peningkatan yang cukup besar pada tahun 2006 dibanding
tahun sebelumnya sebesar Rp. 2,362,030,069 , namun pada tahun berikutnya
2007 arus kas operasi menurun sebesar Rp, 2,091,819,964
Kenaikan arus kas operasi menunjukkan kemampuan kegiatan
operasi perusahaan untuk menghasilkan kas makin besar (meningkat) namun
menurunnya arus kas operasi pada di tahun berikutnya menunjukkan kemampuan
kegiatan operasi normal perusahaan dalam menghasilkan kas berkurang
dibanding sebelumnya, oleh karena itu perlu dianalisis penyebab dan
dampaknya di masa yang akan datang.
Jika ditinjau dari aktivitas perusahaan pada tahun tahun tersebut,
kenaikan arus kas operasi pada tahun 2006 disebabkan karena pada tahun
tersebut terjadi lonjakan laba yang cukup besar, akibat makin meningkatnya
aktivitas perusahaan. Pada tahun 2007 laba perusahaan menurun akibat
meningkatnya biaya operasi.
Meningkatnya arus kas operasi pada tahun 2006, memungkinkan PT
Outsourcing Indonesia untuk mulai melunasi hutang jangka panjangnya dan
melakukan kegiatan investasi. Pada tahun 2006 terjadi penurunan arus kas
dari aktivitas investasi dibanding tahun 2005 sebesar Rp. 329,521,168
disebabkan karena meningkatnya pengeluaran investasi pembelian aktiva
tetap yang dibutuhkan untuk menunjang kegiatan operasi perusahaan. Pada
tetap hanya sebesar Rp. 338,690,500, lebih kecil dari tahun 2006 sebesar Rp.
417,000,000.
PT Outsourcing Indonesia sejak tahun 2006 mulai membayar cicilan
hutang bank jangka panjangnya sehingga dibanding tahun 2005, arus kas dari
aktivitas pendanaan menurun sebesar Rp. 7,991,466,667. Sedangkan pada tahun
2007 selain pembayaran hutang bank sebesar Rp. 5,280,000,000, PT Outsourcing
Indonesia juga membayar deviden sebesar Rp. 840,000,000, sehingga arus kas
keluar dari kegiatan pendanaan PT Outsourcing Indonesia menjadi sebesar Rp.
4,179,199,999, masih lebih kecil sebesar Rp. 1,964,266,668 dibanding arus kas
keluar untuk aktivitas ini pada tahun 2006. Perbedaan ini disebabkan karena PT
Outsourcing Indonesia disamping melakukan pembayaran cicilan hutang bank
jangka panjang yang telah jatuh tempo pada tahun tersebut juga melakukan
pembayaran sukarela (voluntary payment) untuk mempercepat pelunasan
Tabel 4.1
PT Outsourcing Indonesia
Ringkasan Laporan Arus Kas
Untuk Tahun Yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 2007, 2006 dan 2005
Arus Kas Aktivitas Operasi Aktivitas Investasi Aktivitas Pendanaan
Sumber : PT Outsourcing Indonesia, Laporan Arus Kas, Untuk Tahun yang Berakhir Tanggal
31 Desember 2007, 2006 dan 2005.
Analisis trend atas laporan arus kas dapat dilihat dalam Lampiran-4.
Untuk mengetahui lebih jelas penyebab kenaikan dan penurunan
tersebut akan lebih baik jika laporan arus kas disusun dengan metode langsung
seperti dapat dilihat dalam Lampiran-4. Kenaikan arus kas operasi pada tahun
2006 disebabkan karena peningkatan penerimaan kas dari pelanggan yang
cukup besar yaitu sebesar Rp. 7,422,735,543 , peningkatan penerimaan dari
pendapatan lain lain sebesar Rp. 44,370,880 sedangkan pengeluaran kas
Pada tahun 2007 penerimaan kas dari pelanggan meningkat
sebesar Rp. 2,515,601,993 dan penerimaan kas dari pendapatan lain lain
meningkat sebesar Rp. 24,687,743, akan tetapi disamping kenaikan penerimaan
kas diatas, pengeluaran kas untuk biaya operasi pun meningkat pesat, akibatnya
secara keseluruhan arus kas operasi 2007 lebih rendah sebesar Rp.
1,722,701,111 dibanding arus kas operasi pada. tahun 2006.
Dari tahun ke tahun nampak terjadi peningkatan penerimaan kas dari
penjualan (pelanggan) hal ini menunjukkan prospek usaha PT Outsourcing
Indonesia cukup baik di masa yang akan datang jika hal ini dapat
dipertahankan. Akan tetapi peningkatan biaya operasi tahun 2007 dibanding
tahun sebelumnya relatif lebih besar dibanding kenaikan penerimaan dari
aktivitas operasi tersebut. Peningkatan biaya ini jika berlangsung terus
menerus akan berdampak kurang baik bagi perusahaan karena akan
mengurangi margin laba perusahaan. Oleh karena itu hal ini perlu mendapat
perhatian yang serius dari pihak manajemen perusahaan. Pada tahun 2006
terjadi penurunan arus kas dari aktivitas investasi sebesar Rp. 173,896,921
dibanding tahun 2005. Artinya arus kas dari aktivitas investasi tahun 2006
lebih kecil dari arus kas investasi tahun 2005 hal ini disebabkan oleh
meningkatnya pengeluaran kas untuk pembelian aktiva tetap penambahan uang
muka dan uang jaminan pada tahun 2006 dibanding tahun sebelumnya.
Dari analisis arus kas aktivitas pendanaan PT Outsourcing
Indonesia, pada tahun 2006 terjadi kenaikan arus kas keluar sebesar Rp.
mulai membayar cicilan hutang bank jangka panjangnya sebesar Rp.
7,596,000,000,. Adapun pada tahun 2007 hutang bank yang dibayar tidak
sebesar tahun sebelumnya, lebih rendah sebesar Rp. 2,316,000,000, akan tetapi
pada tahun ini perusahaan membayar deviden kas pada pemegang saham
sebesar Rp. 840.000,000 serta membayar hutang sewa guna usaha sebesar Rp,
111,199,999. Secara keseluruhan arus kas keluar untuk aktivitas pendanaan pada
tahun 2007 tidak sebesar tahun 2006, menurun sebesar Rp. 3,116,675,201.
Dari analisa arus kas pendanaan ini terlihat bahwa PT Outsourcing Indonesia
tengah berusaha untuk mengurangi beban hutangnya dan lebih banyak
mengandalkan sumber pembiayaan internal untuk membayar pengeluaran
pengeluarannya. Menurunnya beban hutang perusahaan di masa yang akan
datang akan berdampak positif bagi prestasi perusahaan karena dengan
mengecilnya hutang maka beban bunga yang harus dibayar pun menurun sehingga
laba perusahaan akan lebih besar. Dengan makin besarnya laba perusahaan maka
kemampuan perusahaan untuk membayar deviden bagi pemegang saham akan
meningkat pula.
Pada tahun 2006 kenaikan kas dan ekuivalen kas hanya sebesar
Rp.110,977,716 tidak sebesar tahun 2005, kas dan ekuivalen kas meningkat
sebesar Rp. 6,069,935,482, sehingga terjadi perbedaan sebesar Rp.
5,958,957,766. Hal ini disebabkan karena PT Outsourcing Indonesia sejak tahun
2006 mulai melunasi cicilan hutang jangka panjangnya sehingga kas dan
Analisa commonsize laporan arus kas dapat dilihat dalam Lampiran-5.
Untuk mendapatkan nilai prosentase dalam analisa common-size laporan arus kas,
nilai masing masing item dalam laporan arus kas tahun yang bersangkutan, baik
arus kas masuk dan arus kas keluar, dibagi dengan nilai total arus kas masuk
tahun yang sama. Contoh: proporsi penerimaan kas dari pelanggan sebesar 98.07
% dalam Lampiran-5 analisa commonsize laporan arus kas PT Outsourcing
Indonesia pada tahun 2007 (kolom 4) diperoleh dengan membagi penerimaan
kas dari pelanggan tahun 2007 sebesar Rp. 40,800,837,839 dengan total arus kas
masuk tahun 2007 sebesar Rp. 41,605,894,313 sebagai berikut:
40,800,837,839
x 100 = 98.07 41,605,894,313
Demikian pula proporsi arus kas untuk pembayaran kepada pemasok
dan karyawan pada tahun 2007 sebsar 70.84% (kolom 4) diperoleh dengan
membagi nilai pembayaran kas pada pemasok dan karyawan sebesar Rp.
29,473,461,673 dengan nilai total arus kas masuk pada tahun tersebut sebesar
Rp. 41,605,894,313 sebagai berikut:
29,473,461,673
x 100 = 70.84 41,605,894,313
Dari analisa laporan arus kas common-size dapat terlihat bahwa pada
tahun 2005, 99.75% dari arus kas masuk disediakan dari aktivitas operasi,
97.88% arus kas masuk berasal dari pelanggan serta 1.58% dari penerimaan
bunga. Arus kas masuk yang diperoleh dari aktivitas investasi pada tahun
Adapun pada tahun 2007 arus kas masuk dari aktivitas operasi
sebesar 99.88% dari total arus kas masuk. 98,07 % berasal dari penjualan
kepada pelanggan, 0.39% dari pendapatan lain lain serta 1.42% dari
penerimaan bunga. Arus kas masuk yang diperoleh dari aktivitas investasi
pada tahun tersebut hanya sebesar 0.12%.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa aktivitas operasi PT
Outsourcing Indonesia memberi kontribusi yang amat besar dalam
menghasilkan kas dan ekuivalen kas (lebili dari 95% total arus kas masuk
berasal dari aktivitas operasi) sedang aktivitas investasi hanya memberi
kontribusi dibawah 1 % dari total arus kas masuk dan sama sekali tidak ada
pemasukan dari aktivitas pendanaan. Hal ini berarti PT Outsourcing Indonesia
lebih banyak mengandalkan sumber internal untuk membiayai aktivitas
aktivitasnya. Dengan kondisi seperti diatas, maka PT Outsourcing Indonesia
harus berusaha mempertahankan dan meningkatkan aktivitas operasinya
karena merupakan sumber utama penerimaannya untuk membiayai semua
kebutuhannya.
Sedangkan jika menganalisis arus kas keluar PT Outsourcing Indonesia
pada tahun 2005, 77.50% dan arus kas yang dihasilkan PT Outsourcing
Indonesia digunakan untuk aktivitas operasi, hanya 0.66% digunakan untuk
aktivitas investasi yaitu untuk pembelian aktiva tetap dan penambahan uang
jaminan, serta sebesar 2.6% digunakan untuk aktivitas pendanaan yaitu