• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gaya Kepemimpinan dan Komunikasi Dalam O

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Gaya Kepemimpinan dan Komunikasi Dalam O"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Pendahuluan

Setiap pemimpin memiliki keinginan untuk membangun dan mengembangkan organisasi yang dipimpinnya agar dapat bersaing dengan organisasi yang lain. Keberhasilan seorang pemimpin sangat tergantung dengan kemampuannya dalam memimpin orang-orang disekitarnya, karena keberhasilan organisasi diukur dari sumber daya manusianya.

Seorang pemimpin haruslah memiliki sifat menyayangi, perhatian, dan melayani terhadap apa yang dipimpinnya. Itu diukur dari bentuk kepeduliannya terhadap kebutuhan, keinginan, impian dan harapan orang-orang yang dipimpinnya.

Di dalam kepemimpinannya seorang pemimpin haruslah memiliki komunikasi yang baik dalam memberikan tugas atau arahan kepada bawahannya, agar bawahan tidak merasa seperti diperintah, dan merasa senang diperlakukan atasannya. Dan karena kesenangan yang dirasakan bawahan akan berdampak pada pekerjaannya, ia akan lebih bisa meningkatkan efektifitas kerjanya.

(2)

Pembahasan

Gaya Kepemimpinan dan Komunikasi dalam Organisasi

A. Pengertian Kepemimpinan

Kepemimpinan adalah proses memengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memtivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan, memengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya.1Beberapa pengertian kepemimpinan menurut beberapa ahli:

1. Koontz & O’Donnel, mendefenisikan kepemimpinan sebagai proses memengaruhi sekelompok orang sehingga mau bekerja dengan sungguh-sungguh untuk meraih tujuan kelompoknya.

2. George R. Terry, kepemimpinan adalah kegiatan memengaruhi orang-orang untuk bersedia berusaha mencapai tujuan bersama.

3. Robbins, kepemimpinan adalah kemampuan untuk memengaruhi suatu kelompok untuk mencapai tujuan.

4. John Piffner, kepemimpinan merupakan suatu seni dalam mengkoordinasikan dan mengarahkan individu atau kelompok untuk mencapai suatu tujuan yang dikehendaki.

5. Slamet Sentosa, mendefenisikan kepemimpinan adalah usaha untuk memengaruhi anggota kelompok agar mereka bersedia menyumbangkan kemampuannya lebih banyak dalam mencapai tujuan kelompok yang telah disepakati.2

Dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan untuk memengaruhi perilaku seseorang atau sekelompok orang agar bersedia menyumbangkan kemampuannya lebih banyak untuk mencapai tujuan bersama. Setiap pemimpin memiliki perilaku yang berbeda dalam memimpin para pengikutnya. Perilaku para pemimpin secara singkat disebut gaya kepemimpinan (leadership style). Gaya kepemimpinan merupakan suatu cara memimpin untuk memengaruhi bawahannya yang dinyatakan dalam bentuk pola tingah laku atau kepribadian.

B. Teori Kepemimpinan

Enam teori pengklasifikasian gaya kepemimpinan yang paling populer adalah:

1. Teori Kisi Kepemimpinan atau Kisi Manajerial (Blake dan Mouton)

1 Veithzal Rivai dan Deddy Mulyadi, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), hlm. 2.

(3)

Kisi ini berasal dari hal-hal yang mendasari perhatian manajer, perhatiannya pada tugas atau pada hal-hal yang telah direncanakan untuk diselesaikan oleh organisasi, dan perhatian kepada orang-orang dan unsur-unsur organisasi yang mempengaruhi mereka. Ada lima jenis gaya ekstrem yang dikemukakan model kisi ini:

a. Gaya pengalah, ditandai oleh kurangnya perhatian pemimpin terhadap produksi. Pemimpin dengan gaya ini cenderung menerima keputusan orang lain, menyetujui pendapat, sikap dan gagasan-gagasan orang lain, serta menghindari sikap memihak dan jarang terlibat bila ada konflik.

b. Gaya pemimpin pertengahan, ditandai oleh perhatian yang seimbang terhadap produksi dan manusia. Pemimpin dengan gaya ini selalu mencari cara-cara yang dapat berguna untuk memecahkan masalah, dan berusaha mempertahankan agar keadaan tetap baik.

c. Gaya tim, ditandai oleh perhatian yang tinggi terhadap tugas dan manusia. Pemimpin tim, amat menghargai keputusan yang logis dan kreatif sebagai hasil dari pengertian dan kesepakatan anggota organisasi. Bila terjadi konflik, pemimpin tim mencoba memeriksa alasan timbulnya perbedaan dan penyebabnya.

d. Gaya santai, ditandai oleh rendahnya perhatian terhadap tugas dan perhatian yang tinggi terhadap manusia. Pemimpin ini menghindari terjadinya konflik, dan ia selalu bersikap hangat dan ramah. Ia lebih bersikap menolong daripada memimpin

e. Gaya kerja, ditandai oleh perhatian yang tinggi terhadap pelaksanaan kerja tetapi amat kurang memperhatikan manusianya. Ia mementingkan agar pelaksanaan dan penyelesaian pekerjaan terselesaikan dengan efesien. Ia cenderung mempertahankan gagasannya dan berkeras pada pendiriannya.3

2. Teori 3-D (Reddin)

Reddin membuat teori berdasarkan pada kisi tugas yag dikemukakan Blake dan Mouton dengan menambahkan dimensi ketiga, yaitu efektifitas. Ketiga dimensi itu didefenisikan sebagai berikut:

- Orientasi kerja; tingkat pengarahan manajer atas usaha bawahan untuk mencapai tujuan - Orientasi hubungan; tingkat hubungan pribadi antara manajer dengan bawahan, ditandai oleh adanya saling mempercayai, menghormati gagasan dan memperhatikan perasaan bawahan

- Kefektifan; tingkat persyaratan produksi yang dicapai manajer yang telah ditetapkan.

(4)

Kisi 3-D menghasilkan delapan gaya manajer atau kepemimpinan. Empat gaya termasuk gaya yang efektif dan empat gaya yang lainnya kurang efektif.4

Empat gaya yang efektif terdiri dari yaitu:

- Eksekutif, gaya ini mempunyai perhatian yang banyak terhadap tugas-tugas pekerjaan dan hubungan kerja.

- Pecinta pengembangan, gaya ini mempunyai perhatian yang penuh terhadap hubungan kerja, sedangkan perhatian terhadap tugas-tugas pekerjaan minim.

- Otokratis yang baik, gaya ini menekankan perhatian yang maksimum terhadap pekerjaan dan perhatian terhadap hubungan kerja sangat minim sekali, tetapi berusaha agar menjaga perasaan bawahannya.

- Gaya birokrat, gaya ini menaruh perhatian pada aturan-aturan prosedur demi kepentingan sendiri, sedangkan perhatian terhadap tugas-tugas pekerjaan minim, dan perhatian terhadap hubungan kerjanya juga lemah.5

Sedangkan empat gaya yang kurang efektif yaitu:

- Pencari kompromi; tugas berat, hubungan kuat, muncul sebagai pembuat keputusan yang buruk dan membiarkan tekanan amat mempengaruhinya, suka meminimalkan tekanan dan masalah

- Otokrat; tugas berat, hubungan lemah, tidak mempunyai kepercayaan kepada orang lain, hanya tertarik pada tugas-tugas langsung

- Pembawa misi; tugas ringan, hubungan kuat, lebih tertarik kepada manusia sebagai pribadi

- Penyendiri; tugas ringan, hubungan lemah, tidak terlibat dan pasif.6

3. Teori Kepemimpinan Situasional (Hersey dan Blanchard)

Gaya kepemimpinan situasional ini mirip dengan model Reddin. Faktor yang menentukan efektifitas menurut mereka adalah “kesiapan anak-anak buah”. Kesiapan ini didefenisikan sebagai kesediaan dan kemampuan seseorang untuk bertanggung jawab. Pemimpin atau manajer harus menyesuaikan responnya menurut kondisi atau tingkat perkembangan kematangan, kemampuan, dan minat karyawan dalam menyelesaikan tugas-tugasnya. Dalam hal ini, respons seorang manajer dala perilaku kepemimpinan memberikan sejumlah pengarahan dan dukungan yang bersifat sosiemosional. Sementara tiu, manajer harus menyesuaikan tingkat kematangan karyawan.7

4Ibid., hlm. 283.

(5)

Untuk membuat penilaian yang cepat, ada empat gaya kepemimpinan situasional yang dapat dikemukakan:

a. Gaya 1: memberitahu (telling). Gaya ini ditandai oleh komunikasi satu arah, disini pemimpin menentukan peranan anak-anak buah dan cara mengerjakan tugasnya.

b. Gaya 2: mempromosikan (selling). Gaya ini ditandai oleh usaha melalui komunikasi dua arah, dan pemimpin menyediakan dukungan sosioemosional supaya anak buah turut bertanggung jawab dalam pengambilan keputusan.

c. Gaya 3: berpartisipasi (participating). Gaya ini ditandai oleh pemimpin dan anak buah yang bersama-sama terlibat dalam pembuatan keputusan melalui komunikasi dua arah yang sebenarnya.

d. Gaya 4: mewakilkan (delegating). Gaya ini ditandai oleh pemimpin yang membiarkan anak buahnya bertanggung jawab atas keputusan-keputusan mereka.8

4. Teori Empat Sistem (Likert)

Likert menemukan empat gaya atau sistem manajerial:

a. Penguasa mutlak. Gaya ini menunjukkan bahwa pimpinan memberi bimbingan sepenuhnya dan pengawasan ketat pada pegawai dengan anggapan bahwa cara terbaik untuk memotivasi pegawai adalah dengan memberi rasa takut, ancaman, dan hukuman. Interaksi antara atasan-bawahan amat sedikit.

b. Penguasa semi-mutlak. Gaya ini pada dasarnya bersifat otoritarian, tetapi mendorong komunikasi ke atas untuk ikut berpendapat maupun mengemukakan keluhan bawahan. Komunikasi yang terjadi jarang dan bersifat bebas dan terus terang .

c. Penasihat. Gaya ini melibatkan interaksi yang cukup sering antara atasan dan bawahan dalam organisasi. Manajer menaruh kepercayaan besar, meskipun tidak mutlak, dan keyakinan kepada pegawai.

d. Pengajak serta. Gaya ini amat sportif. Informasi berjalan ke segala arah, dan pengendalian dijalankan di setiap tingkatan. Orang berkomunikasi dengan bebas, terbuka dan berterus terang.

5. Teori Kontinum (Tannenbaum dan Schmidt)

Tannenbaum dan Schmidt mengemukakan tujuh butir perilaku pada suatu kontinum: a. Manajer membuat keputusan dan mengumumkannya

b. Manajer membuat keputusan dan menawarkannya

c. Manajer mengumumkan keputusannya dan memberi kesempatan untuk mempertanyakannya

(6)

d. Manajer mengemukakan keputusan sementara, yang masih dapat diubah

e. Manajer menentukan beberapa batasan dan meminta bawahan untuk membuat keputusan f. Manajer mengizinkan bawahan membuat keputusan.

Gaya kepemimpinan Kontinum yang dikembangkan pertama kali oleh Robert Tannenbaum dan Warrent Schmidt memiliki dua bidang pengaruh yang ekstrem, yaitu:

- Bidang pengaruh pimpinan (pemimpin lebih menggunakan otoritas)

- Bidang pengaruh kebebasan bawahan (pemimpin lebih menekankan gaya demokratis)

6. Teori Kebergantungan (Fiedler)

Fiedler mengembangkan teori gaya kepemimpinan berdasarkan pada konsep kebergantungan. Menurut teori kebenrgantungan, kefektifan pemimpin bergantung pada hubungan-hubungan dalam gaya kepemimpinannya, juga dituasi tertentu yang dihadapinya.

Karakteristik suatu situasi kepemimpinan yang paling penting adalah:

- Relasi pemimpin anggota, yang baik terjadi bila anggota menyukai, mempercayai, dan menghargai pemimpin

- Struktur tugas, menyatakan sejauh mana cara-cara melakukan pekerjaan diterangkan secara terperinci tahap demi tahap

- Kekuasaan jabatan pemimpin didefenisikan sebagai tingkat hukuman, penghargaan, kenaikan pangkat, disiplin atau teguran yang dapat diberikan pemimpin kepada anggotanya. - Efektifitas pemimpin ditentukan oleh kesesuaian antara gaya kepemimpinan (tugas dan hubungan) dengan keharmonisan situasinya. Penelitian pada model kebergantungan menunjukkan bahwa:

- Pemimpin bermotivasi tugas lebih efektif dalam situasi yang amat harmonis dan dalam situasi yang amat tidak harmonis

- Pemimpin bermotivasi hubungan lebih efektif dalam situasi yang cukup harmonis.

C. Gaya Kepemimpinan

Gaya artinya sikap, gerakan, tingkah laku, sikap yang elok, gerak gerik yang bagus, kekuatan, kesanggupan untuk berbuat baik. Sedangkan gaya kepemimpinan adalah sekumpulan ciri yang digunakan pimpinan untuk memengaruhi bawahan agar sasaran organisasi tercapai atau dapat pula dikatakan bahwa gaya kepemimpinan adalah pola perilaku dan strategi yang disukai dan sering diterapkan oleh seorang pemimpin.

(7)

yang sering diterapkan seorang pemimpin ketika ia mencoba memengaruhi kinerja bawahannya.9 Gaya kepemimpinan terbaik bersyarat adalah gaya pemimpin yang menggunakan kombinasi perilaku komunikatif yang berbeda ketika menanggapi keadaan sekelilingnya; dalam keadaan tersebut pemimpin berusaha membantu yang lainnya untuk mencapai hasil yang diinginkan.

Gaya kepemimpinan sejatinya ada tiga bentuk, yaitu:

1. Otoriter (Authoritarian Leadership)

Kekuasaan otoriter adalah gaya kepemimpinan yang berdasarkan pada kekuasaan yang mutlak dan penuh. Artinya segala ketentuan dan keputusan berada di tangan si pemimpin. Pemimpin dengan gaya ini membuat keputusan sendiri. Ia memikul tanggung jawab dan wewenang penuh. Pengawasan bersifat ketat, langsung dan tepat. Keputusan dipaksakan, dan bila ada komunikasi, maka hanya bersifat top down (atas-bawah), bawahan ditekan, karena itu menjadi takut dan tidak leluasa dalam berprakarsa.

2. Demokratis (Democratic Leadership)

Yang dimaksud dengan gaya kepemimpinan demokratis adalah gaya atau cara memimpin yang demokratis, dan bukan karena dipilihnya si pemimpin secara demokratis. Gaya yang demokratis seperti ini misalnya saja si pemimpin memberikan kebebasan dan keleluasaan kepada para bawahan dan pengikutnya untuk mengemukakan pendapatnya, saran dan kritikannya dan selalu berpegang pada nilai-nilai demokrasi pada umumnya.

Pemimpin dengan gaya ini berkonsultasi dengan kelompok mengenai masalah yang menarik perhatian mereka. Bawahan berpartisipasi dalam menetapkan sasaran dan memecahkan masalah. Pemimpin gaya ini menciptakan situasi dimana individu dapat belajar, mampu memantau kinerja sendiri, mengakui bawahan untuk menentukan sasaran yang menantang, menyediakan kesempatan untuk meningkatkan metode kerja dan pertumbuhan pekerjaan serta mengakui pencapaian dan membantu pegawai belajar dari kesalahan.

3. Kepemimpinan Bebas (Laisez Faire Leadership)

Dalam kepemimpinan jenis ini, sang pemimpin biasanya menunjukkan suatu gaya dan perilaku yang pasif dan juga sering kali menghindari dirinya dari tanggung jawab. Dalam praktiknya, si pemimpin hanya menyerahkan dan menyediakan instrumen dan sumber-sumber yang diperlukan oleh anak buahnya untuk melaksanakan suatu pekerjaan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan pimpinan. Pimpinan yang memiliki gaya ini tidak memberikan motivasi, pengarahan dan petunjuk, dan segala pekerjaan diserahkan kepada anak buahnya.

(8)

4. Kepemimpinan Paternalistik

Tipe paternalistik adalah gaya kepemimpinan yang bersifat kebapakan. Pemimpin selalu memberikan perlindungan kepada para bawahan dalam batas-batas kewajaran. Pemimpin ini ditandai dengan bertindak sebagai seorang bapak, memperlakukan bawahan sebagai orang yang belum dewasa, memberikan perlindungan kepada para bawahan yang kadang-kadang berlebihan, bahkan tidak pernah meminta saran, serta pimpinan menganggap dirinya yang paling mengetahui segala macam persoalan.

5. Kepemimpinan Militeristik

Kepemimpinan militeristik memiliki ciri antara lain: (1) dalam komunikasi lebih banyak mempergunakan saluran formal, (2) dalam menggerakkan bawahan dengan sistem komando/perintah, baik secara lisan maupun tulisan, (3) segala sesuatu bersifat formal, (4) disiplin tinggi, kadang-kadang bersifat kaku, (5) komunikasi berlangsung satu arah, bawahan tidak diberikan kesempatan memberikan pendapat, (6) pimpinan menghendaki bawahan patuh terhadap semua perintah yang diberikannya.10

D. Komunikasi Dalam Organisasi

Komunikasi adalah usaha mendorong orang lain menginterprestasikan pendapat seperti apa yang dikehendaki oleh orang yang mempunyai pendapat tersebut. Komunikasi senantiasa muncul dalam proses organisasi. Barry Cushway dan Derek Lodge menggambarkan fungsi komunikasi dalam organisasi sebagai pembentuk. Komunikasi mempunyai andil membentuk atau membangun iklim organisasi juga berdampak pada membangun budaya budaya organisasi, yaitu nilai dan kepercayaan yang menjadi titik pusat organisasi. Tujuan komunikasi dalam proses organisasi tidak lain dalam rangka membentuk saling pengertian.11

Deddy Mulyana, Ph.d mengemukakan lingkup kajian komunikasi organisasi sebagai berikut:

- Komunikasi organisasi terjadi dalam suatu organisasi, bersifat formal dan juga informal, dan berlangsung dalam suatu jaringan yang lebih besar dari pada komunikasi kelompok.

- Komunikasi organisasi seringkali juga komunikasi diadik, komunikasi antar-pribadi dan ada kalanya juga komunikasi publik.12

10Ibid., 269.

(9)

Organisasi adalah suatu kumpulan atau sistem individual yang berhirearki secara jenjang dan memiliki sistem pembagian tugas untuk mencapai tujuan tertentu. Organisasi memiliki suatu jenjang jabatan atau kedudukan yang menginginkan semua individu dalam organisasi tersebut memiliki perbedaan posisi yang sangat jelas dan masing-masing memiliki tanggung terhadap posisinya tersebut. Dengan demikian, komunikasi organisasi adalah komunikasi antarmanusia yang terjadi dalam konteks organisasi di mana terjadi jaringan-jaringan pesan satu sama lain yang saling bergantungan satu sama lain.13

Pada dasarnya komunikasi di dalam organisasi terbagi kepada tiga bentuk, yaitu:

1. Komunikasi Vertikal

Bentuk komunikasi ini merupakan bentuk komunikasi yang terjadi dari atas ke bawah dan sebaliknya. Artinya komunikasi yang disampaikan pimpinan kepada bawahan, dan dari bawahan kepada pimpinan secara timbal balik.

a. Fungsi komunikasi ke bawah digunakan pimpinan untuk:

- Melaksanakan kebijakan, prosedur kerja, peraturan, instruksi, mengenai pelaksanaan kerja bawahan

- Menyampaikan pengarahan doktrinasi, evaluasi, teguran

- Memberikan informasi mengenai tujuan organisasi, kebijakan orgnanisasi, insentif b. Fungsi komunikasi ke atas digunakan bawahan untuk:

- Memberikan pengertian mengenai laporan presentasi kerja, saran, usulan, opini, permohonan bantuan dan keluhan

- Memperoleh informasi dari bawahan mengenai kegiatn dan pelaksanaan pekerjaan bawahan dari tingkat yang lebih rendah.

2. Komunikasi Horizontal

Bentuk komunikasi secara mendatar, di antara sesama staf dan sebagainya. Komunikasi horizontal sering kali bersifat tidak formal. Fungsi komunikasi horizontal ini digunkana oleh dua pihak yang mempunyai level yang sama. Komunikasi ini berlangsung dengan cara tatap muka, melalui media elektronik seperti telepon, atau melalui pesan tertulis.

3. Komunikasi Diagonal

Bentuk komunikasi ini sering juga disebut komunikasi silang. Berlangsung dari seseorang kepada orang lain dalam posisi yang berbeda. Dalam arti pihak yang satu tidak berada pada jalur struktur yang lain. Fungsi komunikasi ini digunakan oleh dua pihak yang mempunyai level berbeda tetapi tidak mempunyai wewenang langsung kepada pihak lain.14

(10)

Fungsi Komunikasi dalam Organisasi

a. Fungsi Informatif

Organisasi dapat dipandang sebagai suatu sistem proses informasi yang seluruh anggota dalam suatu organisasi berharap dapat memperoleh informasi yang lebih banyak, baik, dan tepat waktu. Karyawan membutuhkan informasi untuk melaksanakan pekerjaannya, di samping itu juga informasi tentang jaminan, keamanan, jaminan sosial dan kesehatan, izin cuti, dan sebagainya.

b. Fungsi Regulatif

Fungsi regulatif ini berkaitan dengan peraturan-peraturan yang berlaku dalam suatu organisasi. Pada semua lembaga atau organisasi, ada dua hal yang berpengaruh terhadap fungsi regulatif ini. Pertama, atasan atau orang-orang yang berada dalam tatanan manajemen, yaitu mereka yang memiliki kewenangan untuk mengendalikan semua informasi yang disampaikan. Kedua, berkaitan dengan pesan. Pesan-pesan regulatif pada dasarnya berorientasi pada kerja. Artinya, bawahan membutuhkan kepastian peraturan tentang pekerjaan yang boleh untuk dilaksanakan.

c. Fungsi Persuasif

Banyak pimpinan yang lebih suka untuk memersuasi bawahannya daripada memberi perintah. Sebab, pekerjaan yang dilakukan secara sukarela oleh karyawan akan menghasilkan kepedulian yang lebih besar dibanding kalau pimpinan sering memperlihatkan kekuasaan dan kewenangannya.

d. Fungsi Integratif

Setiap organisasi berusaha untuk menyediakan saluran yang memungkinkan karyawan dapat melaksanakan tugas dan pekerjaan dengan baik. Pelaksanaan aktivitas ini akan menumbuhkan keinginan untuk berpartisipasi yang lebih besar dalam diri karyawan terhadap organisasi.15

Kesimpulan

Kepemimpinan adalah proses seseorang dalam mempengaruhi bawahan agar bawahan mau mengikuti perintahnya. Gaya kepemimpinan adalah sikap atau tingkah laku seorang pemimpin dalam memimpin dan mengarahkan bawahannya.

(11)

Gaya kepemimpinan yang baik adalah gaya kepemimpinan yang bisa mengendalikan bawahannya dengan menyesuaikan dengan situasi yang ada. Gaya kepemimpinan yang efektif menurut kami adalah gaya kepemimpinan demokratis dimana pemimpin meminta bawahan untuk ikut berpartisipasi dan berperan dalam pengambilan keputusan.

Komunikasi sangat berperan dalam organisasi. Karena semua pekerjaan dan aktivitas menggunakan komunikasi. Jadi, hendaknya dalam organisasi, seorang pemimpin yang baik, hendaknya menggunakan fungsi komunikasi yaitu persuasif, yaitu seorang pemimpin yang bisa mempengaruhi karyawannya agar mau bekerja dengan sukarela, melaksanakan tugasnya dengan perasaan senang karena pimpinan memintanya dengan hormat. Hal itu akan mempengaruhi psikologis karyawan, membuatkaryawan bekerja dengan optimal untuk bisa membantu atasannya.

Daftar Pustaka

Bungin, Burhan, Sosiologi Komunikasi, (Jakarta: Kencana, 2006).

(12)

Panuju, Redi, Komunikasi Organisasi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001).

Deddy Mulyadi dan Veithzal Rivai, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012).

Referensi

Dokumen terkait

Tercapainya pengelolaan dan pemeliharaan sarana rumah sakit dengan baik, bermutu, profesional dan memuaskan sesuai dengan standar operasional prosedur yang berlaku

Untuk tahun berikutnya, direncanakan untuk melibatkan staf kesehatan, bides dan sukarelawan (kader) dari setiap desa. Orang-orang ini lebih dekat dengan anggota masyarakat

Motivasi merupakan salah satu komponen penting dalam meraih kesuksesan suatu proses kerja karena memilki unsur pendorong untuk melakukan pekerjaannya sendiri

Nah memahamkan skpd bahwa ini sudah ditetapakan untuk mencapai tujuan sehingga membuat kita menjadi lebih meningkatkan koordinasi terhadap skpd yang kurang paham seperti itu.” Dari

Anugrah Quba Mandiri Bengkulu jelas dan tidak berbelit-belit kepada pelanggan, dengan rata-rata 3,90 dengan kriteria jawaban responden dalam keadaan baik, artinya

Kawasan hutan mangrove di stasiun riset Yayasan Gajah Sumatera (YAGASU) Desa Tanjung Rejo Kecamatan Percut Sei Tuan dipilih sebagai tempat penelitian karena

Pengujian BET dilakukan untuk mengetahui luas permukaan aktif dari WO 3 dalam bentuk serbuk menggunakan alat Quantachrome autosorb iQ, prosesnya dengan memberikan pemanasan

Rp.150.000 Ribuan Bagi anda yang suka dengan baju muslim Modis elegan dan modern maka disini kamu akan lebih mudah memilih Fashion Muslimah buat Style Acara. Pesta anda dengan