• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1__BAB I Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: PrinsipPrinsip Pengaturan tentang Pencegahan dan Kebakaran Hutan T1 BAB I

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "T1__BAB I Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: PrinsipPrinsip Pengaturan tentang Pencegahan dan Kebakaran Hutan T1 BAB I"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

Bab I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah

Hutan merupakan sumber daya yang sangat penting tidak hanya

sebagai sumber daya kayu, tetapi juga sebagai salah satu komponen

lingkungan hidup.1 Hutan dapat meyediakan barang dan jasa sebagai material

dasar untuk pembangunan.2 Kata hutan dalam bahas inggris disebut forest,

sementara untuk hutan rimba di sebut jungle.Dalam bahasa Indonesia dikenal

berbagai sebutan terahadap hutan, misalnya hutan belukar, hutan perawan,

dan lain-lain.3 Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan

berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam komunitas

alam lingkungannya yang tidak dapat dipisahkan antara yang satu dan yang

lainnya4 menurut Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Nomor 41 tahun 1999

tentang Kehutanan. Kehutanan sendiri memiliki arti sistem pengurusan yang

bersangkut paut dengan hutan, kawasan hutan, dan hasil hutan yang

diselenggarakan secara terpadu5 menurut Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang

1 Siswanto Sunarso, Hukum Pidana Lingkungan Hidup dan Strategi Penyelesaian Sengketa, Rineka

Cipta, Jakarta, 2005, hal.6.

2 San Afri Awang, Dekontruksi Sosial Forestri: reposisi Masyarakat dan Keadilan Lingkungan, BIGRAF

Publishing, Yogyakarta, 2004, hal.31.

3 Leden Marpaung, Tindak Pidana Terhadap Hutan, Hasil Hutan, dan Satwa, Erlangga, Jakarta, 1995,

hal. 11

4 Pasal 1 ayat (1), Undang-Undang No. 18 Tahun 2013 tentang pencegahan dan pemberatasan

perusakan hutan

5 Pasal 1 ayat (2), Undang-Undang No. 18 Tahun 2013 tentang pencegahan dan pemberatasan

(2)

Nomor 41 tahun 1999. Sedangkan pengertian hutan secara umum adalah suatu

wilayah yang memiliki banyak tumbuh-tumbuhan lebat yang berisi antara lain

pohon, semak, paku-pakuan, rumput, jamur dan lain sebagainya serta

menempati daerah yang cukup luas.6Menurut Salim hutan merupakan dataran

tanah yang bergelombang dan dapat di kembangkan untuk kepentingan

pariwisata.7Jadi hutan juga berpotensi dikembangkan untuk kepentingan

pariwisata yang dapat berguna untuk pemasukan bagi daerah-daerah yang

memiliki hutan yang juga dapat dimanfaatkan untuk kepentingan pariwisata

dan secara tidak langsung daerah tersebut dapat di kenal oleh masyarakat

karena memiliki potensi pariwisata hutan yang baik dan bagus.

Manfaat hutan tersendiri di bagi menjadi menjadi 2 yaitu manfaat

langsung dan tidak langsung 8:

1. Manfaat langsung ialah masyarakat dapat mengguanakan dan

memanfaatkan hasil hutan, antara lain kayu yang merupakanhasil utama

hutan, serta berbagai hasil utama ikutan hutan, sepeti rotan, getah,

buah-buahan, madu dan lain-lain.

2. Manfaat tidak langsung adalah manfaat yang tidak langsung dinikmati

oleh masyarakat, tetapi yang dapat dirasakan adalah keberadaan hutan itu

sendiri adalah mengatur tata air, mencegah erosi, memberikan suplai

oksigen, dan lain-lain.

6 Pengertian Hutan, http://ilmuhutan.com/pengertian-hutan/, diakses pada tanggal 21 Juli 2016 7 Salim, Dasar-Dasar Hukum Kehutanan, Sinar Grafika, Jakarta, 1997, hal. 34

(3)

Hutan memiliki manfaat yang luar biasa untuk kehidupan manusia

karena fungsi hutan sendiri sebagai tempat penyuplai oksigen yang besar di

bumi dan juga sebagai tembat sumber untuk memenuhi kebutuhan pokok

manusia yaitu kayu untuk membangun tempat tinggal dan juga makanan

yaitu tempat bagi hewan-hewan dan buah-buhanan dapat tumbuh dengan

baik.

Penegakan hukum terhadap kejahatan di bidang kehutanan tidak lepas

dari konsep penegakan hukum terhadap lingkungan.Hal ini merupakan

konsekuensi logis bahwa hutan merupakan salah satu sector lingkungan

hidup.Penegakan hukum lingkungan di Indonesia mencangkup penataan dan

penindakan (compliance and enforcement) yang meliputi bidang hukum

administrasi negara, bidang hukum perdata, dan bidang hukum pidana.9

Namun, ada banyak sekali terjadi perbuatan-perbuatan yang dapat

merusak keindahan hutan salah satunya pembakaran hutan yang terjadi di

Indonesia seperti di Kalimantan Tengah terkhusus di daerah Kotawaringin

Timur sudah sering terjadi pembakaran hutan.Penyebabab adalah penyiapan

lahan untuk perkebunan, hutan tanaman industri, dan perladangan karena

mekukan pembakaran dianggap murah, mudah, dan cepat. Padahal

pembakaran hutan dan lahan telah menyebabkan kerusakan lingkungan dan

9 Silalahi, Hukum Lingkungan Dalam Penegakan Hukum Lingkungan di Indonesia, Alumni, Bandung,

(4)

asap yang di timbulkan telah mengganggu berbagi aspek kehidupan bagi

masyarakat.10

Dalam undang-undang sendiri juga terdapat ketentuan perbuatan

perusakan hutan yang terdapat dalam Undang-Undang Nomor 18 tahun 2013

tentang pencegahan dan pemberantasan perusakan hutan yang terdapaat

dalam Pasal 11 yang berbunyi “Perbuatan perusakan hutan sebagaimana

dimaksud dalam Undang-Undang ini meliputi kegiatan pembalakan liar

dan/atau penggunaan kawasan hutan secara tidak sah yang dilakukan secara

terorganisasi.11”

Dari luas kabupaten Kotawaringin Timur saja terdapat 1.554.456,688

hektar luas hutan dan perairan. Pada tahun 2014 ada 6.844,35 hektar hutan

yang terbakat dan pada tahun 2015 meningkat menjadi 8.750,10 hektar hal

tersebut merupakan kondisi yang sangat menyedihkan padahal dulu Pulau

Kalimantan dikenal sebagai paru-paru dunia karena memiliki luas hutan yang

sangat besar.12

Pada tahun 2014, dari 17 kecamatan yang ada di Kabupaten

Kotawaringin Timur ada 14 kecamatan yang terjadi kebakaran sedangkan 3

kecamatan tidak terjadi kebakaran. Total hutan dan lahan yang terbakar pada

10 Direktorat Pengendalian Kebakaran Hutan, Pengendalian Pembakaran Hutan, Manggala Agni,

Jakarta, 2008, hal. 1

11 Pasal 11, Undang-Undang nomor 18 tahun 2013 tentang pencegahan dan pemberatasan perusakan

hutan

12 Data kejadian kebakaran hutan, lahan dan kebun di seluruh kecamatan tahun 2015 dinas

(5)

tahun 2014 adalah kurang lebih 5.542 hektar. Masalah yang dihadapi dalam

melakukan pengawasan tersebut adalah data yang di dapatkan dari beberapa

kecamatan tidak lengkap dan anggaran yang terbatas yang tersedia.13

Pada tahun 2015 di jelaskan secara spesifik lagi tentang kebakaran yang

terjadi, dari 17 kecamatan yang ada di Kabupaten Kotawaringin Timur ada

11 kecamatan yang mengalami kebakaran, 1 kecamatan tidak mengalami

kebakaran, dan 5 kecamatan yang datanya belum masuk. Pembakaran hutan

dan lahan yang terjadi pada 11 kecamatan tersebut dilakukan untuk

penanaman kembali berbagai macam kebun tanaman yaitu karet, sawit,

rotan, kelapa, belukar, dan lain-lain. Jumlah total dari kebakaran yang terjadi

pada tahun 2015 adalah 1,592.00 untuk karet, 1,071.00 untuk sawit, 530.50

untuk rotan, 122.00 untuk kelapa, 3,557.10 untuk belukar dan 1,843.00 untuk

hal yang lain, jadi jumlah totalnya adalah 8,715.60. Dari jenis lahan yang di

bakar tersebut diantara lahan gambut dan lahan non gambut.14

Kebakaran yang terjadi selain dari kecamatan yang pembakarannya

dilakukan oleh warga ada juga kebakaran yang di dilakukan oleh

perusahaan-perusahaan perkebunan yang pada tahun 2014 terjadi 204.79 hektar dan pada

13 Data kejadian kebakaran hutan, lahan dan kebun di seluruh kecamatan tahun 2015 dinas

kehutanan dan perkebunan kabupaten Kotawaringin Timur tahun 2014.

14 Data kejadian kebakaran hutan, lahan dan kebun di seluruh kecamatan tahun 2015 dinas

(6)

tahun 2015 terjadi 494,48 hektar kebarakaran di area perusahaan tersebut

yang di peruntukan untuk area konservasi dan kebun masyarakat.15

Jadi dapat diketahui terjadi peningkatan intensitas kebakaran yang

terjadi dari tahun 2014 sampai 2015 baik yang di lakukan oleh masyarakat

maupun yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan perkebunan dan

peningkatan yang terjadi tersebut sangat besar. Efek dari pembakaran hutan

lahan yang terjadi tersebut adalah pencamaran lingkungan yang di sebabkan

oleh asap dari pembakaran hutan dan lahan tersebut dan akibat dari

munculnya kabut asap tersebut adalah terganggunya kesehatan warga di

sekitar lokasi pembakaran bahkan sudah mencapai perkotaan.

Pada tahun 2013 dan 2014 ada 12,5 hektar hutan yang di bakar dengan

sengaja (dalam adalah perbuatan manusia) dan yang berhasil di data hanya 2

kasus pada tahun 2013 dan pada tahun 2014 hanya terjadi 3 kasus yang

berhasil di data oleh dinas Kehutanan Kabupaten Kotawaringin Timur.16

Upaya pengendalian kebakaran pun sudah dilakukan yaitu dimulai dari

pencegahan, yaitu upaya mencegah terjadinya kebakaran hutan, pemadaman

yaitu kegiatan untuk memadamkan kejadian kebakaran hutan dan selanjutnya

penanganan paska kabakaran yaitu untuk menidentifikasi dan mengevaluasi

15 Ibid

16 Data kejadian kebakaran hutan, lahan dan kebun di seluruh kecamatan tahun 2013 dan 2014 dinas

(7)

serta merehabilitasi dan monitoring bekas kebakaran lahan dan hutan.17Untuk

melaksanakan kegitan tersebut diperlukan kelembagaan yang jelas, baik yang

meliputi perangkat lunak maupun perangkat keras. Pada dasarnya kegiatan

pencegahan lebih diutamakan karena pada hakekatnya apabila kebakaran

telah terjadi akan sulit dikendalikan apabila apainya sudah terlanjur besar dan

luas.18

Dalam undang-undang juga mengatur tentang pencegahan kebakaran

hutan yang terdapat dalam Undang-Undang Nomor 18 tahun 2013 tentang

Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan hutan. Dalam undang-undang

tersebut yang terdapat dalam pasal 6 angka (1) dikatakan bahwa tindakan

pencegahan perusakan hutan dalam rangka agar terjadi perusakan lagi maka

dilakukan dengan cara membuat kebijakan yang oleh pemerintah yang

berbunyi19 :

a. koordinasi lintas sektor dalam pencegahan dan pemberantasan

perusakan hutan;

b. pemenuhan kebutuhan sumber daya aparatur pengamanan hutan;

c. insentif bagi para pihak yang berjasa dalam menjaga kelestarian

hutan;

17 Direktorat Pengendalian Kebakaran Hutan, Pengendalian Pembakaran Hutan, Manggala Agni,

Jakarta, 2008, hal. 1

18 Ibid hal.2

19 pasal 6 ayat (1), Undang-Undang nomor 18 tahun 2013 tentang pencegahan dan pemberatasan

(8)

d. peta penunjukan kawasan hutan dan/atau koordinat geografis sebagai

dasar yuridis batas kawasan hutan; dan

e. pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana pencegahan dan

pemberantasan perusakan hutan.

Dalam peraturan daerah provinsi Kalimantan Tengah nomor 5 tahun

2003 tentang Pengendalian Kebakran Hutan dan atau Lahan juga mengatur

tentang pencegahan kebakaran hutan yang terdapat dalam pasal 4 yang

berbunyi setiap penanggung jawab usaha yang usahanya menimbulkan

dampak besar dan penting terhadap kerusakan dan atau pencemaran

lingkungan hidup yang berkaitan dengan kebakaran hutan dan atau lahan

wajib mencegah terjadinya kebakaran hutan dan ataau lahan di lokasi

usaha.20

Akan tetapi di daerah Kabupaten Kotawaringin Timur tidak mengatur

secara khusus tentang pembakaran hutan dan lahan, yang ada hanya

menagtur tentang pencegahan pencegahan kebakaran hutan dan lahan yang

terdapat pada Peraturan daerah nomor 7 tahun 2003 tentang pencegahan dan

penanggulangan bahaya kebakaran di Kabupaten Kotawaringin Timur yang

terdapat dalam Pasal 2 yang berbunyi Setiap orang wajib aktif/ikut serta

20 Pasal 4, Peraturan Daerah ProvInsi Kalimantan Tengah nomor 5 tahun 2003 tentang pengendalian

(9)

dalam mencegah mencegah kebakaran baik untuk kepentingan sendiri

maupun kepentingan umum.21

Jadi dalam hal pengaturan/pelaksanaan pemerintah sudah cukup baik

dalam mengatur hal tersebut, pencegahan memang sangat penting untuk

dilakukan agar tidak terjadi kabakaran yang tidak diinginkan. Tapi hal itu

tidak dapat membuat kebakaran hutan berhenti atau setidaknya berkurang

untuk setiap tahunnya.

Tindakan yang dilakukan oleh pemerintah pun untuk mengatasi

pembakaran yang sudah terjadi pun sudah cukup baik yaitu dengan bergerak

cepat dengan mengirim regu pemadam kebakaran ke dalam titik api, selain

itu juga juga membuat undang-undang tentang pencegahan dan

pemberantasan kebakaran hutan. Kerena seharusnya kegiatan-kegiatan yang

di urus oleh Negara dalam bidang kehutanan meliputi22 :

1. mengatur dan melaksanakan perlindungan, pengukuhan,

penataan,pembinaan, dan pengusahaan hutan serta penghijauan.

2. Mengurus hutan suaka alam dan hutan wisata serta membina marga

satwa dan pemburuan.

3. Menyelengarakan inventarisasi hutan.

21 Pasal 2, Peraturan Daerah Kabupaten Kotawaringin Timur nomor 7 tahun 2003 tentang

Pencegahan dan Penaggulangan Bahaya Kebakaran di Kabupaten Kotawaringin Timur

(10)

4. Melaksanakan penelitian tentan hutan dan hasil hutan serta

manfaatnya, serta penelitian sosial ekonomi dari rakyat yang hidup di

dalam dan di sekitar hutan.

Sanksi yang di berikan pun sudah cukup baik yang di jelaskan dalam

undang-undang bagi para pelaku pembakaranbaik sanksi adminsratif maupun

sanksi pidana. Sanksi administratif sendiri di golongkan menjadi lima yaitu

23:

1. Penghentian pelayanan administratif;

2. Penghentian penebangan untuk jangka waktu tertentu;

3. Pengurangan target produksi;

4. Pengenaan denda;

5. Pencabutan hak pengusahaan hutan (HPH) atau izin eksploitasi hutan

lainya.

Sedangkan untuk sanksi pidana di bagi menjadi 4 yaitu24 :

1. Hukuman penjara;

2. Hukuman kurungan;

3. Hukuman denda;

4. Perampasan benda.

23Ibid, hal. 112

(11)

Penindakan bagi pelaku pembakaran hutan sudah jelas tertulis dalam

undang-undang yang terdapat dalam pasal Bab X pasal 82 sampai pasal 109

Undang-Undang nomor 18 tahun 2013 yang memuat berbagai jenis

ketentuan pidaan bagi pelaku pembakaran dan perusakan hutan mulai dari

tindakan yang dilakukan perseorangan sampai tindakan yang dilakuan oleh

kelompok. Hukuman bagi pelaku pembakaran dan perusakan hutan sendiri

ada berupa hukuman penjara sampai dengan denda.

Dalam Peraturan Daerah Kabupaten Kotawaringin Timur nomor 7

tahun 2003 tentang pencegahan dan penaggulangan bahaya kebakaran di

Kabupaten Kotawaringin Timur yang terdapat dalam pasal 52 yang berbunyi

barang siapa yang dengan sengaja ataupunkarena kelalaian melamggar

aturaan yang berlaku maka akan dikenakan sanksi pidana kurungan paling

lama 6 bulan atau denda setinggi-tingginya Rp 5.000.000.25

Undang-undang yang terdahulu juga ada membuat aturan-aturan

tentang pembakaran hutan yang diantaranya terdapat pada Pasal 10 ayat (1)

dan Pasal 18 ayat (1) Peraturan pemerintah nomor 28 tahun 1985 dan pasal 5

ayat (1) Undang-Undang nomor 5 tahun 1967.26

Dalam hal ketentuan pidana pemerintah sudah membuat

undang-undang terhadap tindakan pidana yang dilakuan oleh pelaku pembakaran

25 pasal 52 ayat (1), Peraturan Daerah Kabupaten Kotawaringin Timur nomor 7 tahun 2003 tentang

Pencegahan dan Penaggulangan Bahaya Kebakaran di Kabupaten Kotawaringin Timur

26 Leden Marpaung, Tindak Pidana Terhadap Hutan, Hasil Hutan, dan Satwa, Erlangga, Jakarta, 1995,

(12)

yang sudah di jelaskan diatas bahwa dari peraturan-peraturan terdahulu

sampai dengan peraturan-peraturan yang terbaru, dari peruran

perundangan sampai peruran daerah semua sudah di tentukan dalam

undang-undang yang telah di buat dan hal itu tentu adalah perauran yang berlaku dan

seharusnya para pelaku merasa takut untuk melakukan tindakan pembakaran

tersebut.

Bahkan ASEAN sendiri telah membuat suatu perjanjian yaitu

ASEAN Agreement On Transboundary Haze Pollution yang bertujuan untuk

untuk mengatasi masalah kabut asap lintas batas negara. dengan

menggunakan metode Library Research dan menganalisanya menggunakan

metode deskriptif. Munculnya kabut asap di Asia Tenggara membawa

berbagai macam dampak negatif. Kabut asap hasil kebakaran hutan

menimbulkan ancaman pada kelestarian lingkungan hidup berupa penurunan

kualitas udara, sehingga berdampak secara langsung pada munculnya

berbagai macam gangguan kesehatan seperti asma dan bronkhitis. Masalah

lain yang timbul akibat kabut asap ini adalah ancaman bagi perekonomian

berupa banyaknya penundaan dan pembatalan penerbangan. Efeknya, terjadi

penurunan jumlah kunjungan wisatawan ke Indonesia, Malaysia dan

Singapura yang secara langsung mempengaruhi industri pariwisata ketiga

negara tersebut. Munculnya berbagai macam ancaman tersebut memaksa

ASEAN sebagai organisasi regional berinisiatif membentuk sebuah

(13)

Pembentukan perjanjian ini sangat penting dalam menghadapi masalah kabut

asap, karena masalah yang dihadapi merupakan masalah lintas teritorial

negara, sehingga perlu dilakukan penanganan bersama agar pertukaran

teknologi dan informasi dalam penanganan kebakaran hutan yang terjadi di

ASEAN.27

Dilihat dari jurnal tersebut kebakaran hutan yang terjadi telah

menimbulkan banyak dampak negative yang terjadi di Asia Tenggara di

mulai dari masalah lingkungan, masalah kesehatan, bahkan masalah

ekonomi, yang tentu saja merugikan bagi negara maka dari itu perjanjian

tersebut di buat.

B.

Rumusan Masalahnya

1. Bagaimana prinsip-prinsip pengaturan tentang pengaturan pencegahan dan

penanggulangan kebakaran hutan di Indonesia ?

C.

Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah :

1. Mengetahui apa saja prinsip-prinsip pengaturan tentang pencegahan dan

penanggulangan kebakaran hutan di Indonesia.

27Mukhammad Syaifulloh, Drs. Djoko Susilo, M.Si., Drs. Pra Adi Soelistijono, M.Si., Pembentukan

(14)

D.

Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

a. Sebagai suatu karya ilmiah, hasil penelitian ini diharapkan dapat

memberikan kontribusi bagi perkembangan ilmu hukum pada

khususnya,maupun masyarakat pada umumnya mengenai kebijakan

pemerintah untuk mengatur per.

b. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi untuk

kegiatanpenelitian berikutnya yang sejenis.

2. Manfaat praktis

a. Menyebarkan luaskan informasi serta masukan tentang prinsip-prinsip

pengaturan tentang pengaturan pencegahan dan penanggulangan

kebakaran hutan di Indonesia.

b. Hasil penelitian ini dapat ditransformasikan kepada para aparat

pemerintah negara dan juga masyarakat luas.

E.

Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan ini yaitu :

1. Jenis penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian hukum

normatif yaitu penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti

bahan pustaka atau data sekunder yang terdiri dari bahan hukum primer,

(15)

tersebut disusun secara sistematis, dikaji kemudian ditarik suatu

kesimpulan dalam hubungnnya dengan masalah yang diteliti.

2. Pendekatan penelitian

Berdasarkan jenis penelitian yang digunakan ialah pendekatan

undang-udang. Pendekatan undang-undang adalah pendekatan dengan melakukan

penelaah semua undang-undang dan regulasi yang bersangkutan dengan

isu hukum yang sedang ditangani sesuai dengan topik skripsi yang penulis

tulis.

3. Jenis data dan sumber data

Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini berupa bahan

hukum primer serta bahan hukum sekunder yang meliputi:

a. Bahan hukum primer, merupakan norma-norma dasar atau

peraturan tertulis yang terkait dengan pembahasan skripsi ini,

antara lain: Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), Kitab

Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata), Undang-Undang

Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, Undang-Undang

Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan

Lingkungan hidup, Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2013

tentang pencegahan dan pemberatasan perusakan hutan.

b. Bahan hukum sekunder, merupakan penjelasan atas bahan hukum

primer, antara lain; buku-buku, jurnal-jurnal, makalah tentang

(16)

c. Bahan hukum tersier berisikan penjelasan mengenai bahan hukum

primer dan bahan hukum sekunder anta lain berupa Kamus Besar

Bahasa Indonesia dan Ensiklopedia.

F.

Sistematika Penulisan

Agar dapat memberikan gambaran yang sistematika dari penulisan

skripsi ini, maka skripsi ini dibagi kedalam Tiga Bab yang meliputi:

Bab I yaitu merupakan Bab Pendahuluan yang menguraikan tentang latar sub

bagian pertama belakang masalah, sub bagian kedua perumusan masalah, sub

bagian ketiga tujuan penelitian, sub bagian keempat manfaat penelitian, sub

bagian kelima metode penelitian, sub bagian keenam sistematika penulisan

serta sub bagian ketujuh daftar bacaan.

Bab II yaitu tinjauan pustaka, yang berisi tentang pasal-pasal apa saja yang di

inventarisasi

Bab III berisi analisis yaitu mencari intisari dari pasal-pasal yang sudah di

inventarisasi

Bab III yaitu merupakan Bab penutup, yang berisi kesimpulan yang dan

Referensi

Dokumen terkait

Pertama Peran humas DPRD Kabupaten Nganjuk yakni penasehat ahli Humas sebagai penasehat ahli yaitu berperan untuk menampung ide-ide atau aspirasi yang ditemukan

Dengan mengacu pada pendapat-pendapat diatas maka pemecahan masalah merupakan suatu subyek (materi yang harus dipelajari), strategi pemebelajaran dan

* SKOR 1 BAGI TAHU MELAKUKAN, SKOR 2 UNTUK TAHU MELAKUKAN DENGAN TEKNIK YANG BETUL DAN 3 TAHU, DAPAT MELAKUKAN AKTIVITI DENGAN TEKNIK YANG BETUL DAN SELAMAT.. BIL

Konversi pakan merupakan angka yang mencerminkan sejumlah pakan yang dikonsumsi ternak yang dapat dikonversikan menjadi tampilan produksi ternak, misalnya bobot

Pada pembahasan tentang pengaruh konstruksi berita media online Xinhua terhadap konflik Laut Cina Selatan, penulis menggunakan teori propaganda politik oleh

hubungan yang signifikan antara masa kerja pekerja yang melakukan pekerjaan panas dengan implementasi hot work permit system pada Departemen Mechanichal White

Apa Antibiotik Buat Sipilis Yang Paling Manjur Di Apotik Online ~ Pengobatan memang hal wang wajib dilakukan untuk memutus rantai penularan dari penyakit sipilis ini apalagi

3* Pajobat yonc berkonpotcn colnkukcn peaatonen* 4* ^ocun-cocoa penabonen*.. J* Kaealohan-kOBalahcn dido le a colotrcsna ban peno-