• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembuatan dan Karakterisasi Batako Ringan Menggunakan Abu Vulkanik Sinabung dan Serat Batang Pisang dengan Perekat Polyester

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pembuatan dan Karakterisasi Batako Ringan Menggunakan Abu Vulkanik Sinabung dan Serat Batang Pisang dengan Perekat Polyester"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Batako

Batako adalah bata beton yang digunakan sebagai bahan pasangan dinding, dibuat

dengan campuran yang berupa pasir, semen, air, dan dalam pembuatannya bisa

saja ditambahkan dengan bahan lainnya. Proses pembuatannya berbeda dengan

batu bata merah, batako dalam pengerasannya tidak melalui pembakaran. Batako

ini tidak terbuat dari tanah liat seperti umumnya bata merah,tetapi campuran

bahan pembuatan batako atau bataton (bata beton) ini seperti layaknya beton yaitu

pasir, semen, air, dan kerikil.

Menurut Persyaratan Umum Bahan Bangunan (PUBI) 1982, Batako

merupakan bata yang dibuat dengan mencetak dan memelihara dalam suasana

lembab, campuran tras, kapur dan air dengan atau tanpa tambahan lainnya.

Pada definisi PUBI 1982 di atas, terdapat istilah tras. Tras sendiri

merupakan suatu bahan bangunan visual mirip pasir tetapi mempunyai kandungan

zat yang mendekati semen, sehingga reaksi tras dengan kapur menghasilkan suatu

bahan ikat yang baik. (Kusuma,D. 2014)

Batako tergolong suatu komposit dengan matriksnya adalah perekat

(semen) dan pengisinya (filler) adalah agregat yang berupa batu-batuan kecil atau

pasir. Batako dikualifikasikan menjadi dua golongan, yaitu batako ringan dan

batako normal. Batako normal tergolong ke dalam batako yang memiliki densitas

sekitar 2200-2400 kg/m3 dan kekuatannya bergantung kepada komposisi campuran (mix design). Sedangkan batako ringan memiliki densitas <1800

kg/m3, begitu juga dengan kekuatannya bergantung pada komposisi campurannya. Batako ringan ada dua golongan yaitu batako ringan berpori (aerated concrete)

dan ringan tak berpori (non aerated). Batako ringan berpori (aerated concrete)

adalah beton yang dibuat dengan strukturnya berpori-pori. Beton seperti ini

diproduksi dengan bahan baku dari campuran semen, pasir, gypsum, katalis

(2)

ringan yang digunakan seperti serat alami/sintesis, batu apung(punice), perlit, slag

baja, dan lain-lain. (Tiurma.2009).

Bata beton yang tidak dibakar ini dari tras dan kapur, kadang-kadang juga

dicampur dengan semen Portland atau pozzolan, sudah dikenal oleh masyarakat

sebagai bahan bangunan dan sudah pula dipakai untuk pembuatan rumah dan

gedung.

Batako merupakan bahan bangunan yang berupa bata cetak alternatif

pengganti batubata yang tersusun dari komposisi antara pasir, semen, dan air

dengan perbandingan 1 semen : 4 pasir. Batako difokuskan konstruksi dinding

bangunan yang non structural. Bentuk dari batako ini ada dua jenis, yaitu batako

yang berlubang (hollow block) dan batako yang tidak berlubang (solid block) serta

mempunyai ukuran yang bervariasi. (Wijanarko,W.2008)

Batako berlubang merupakan batako yang mempunyai luas penampang

dan isi lubang, masing-masing tidak melebihi 25% dari seluruh luas penampang

dan seluruh isi batanya. Ini dapat dilihat pada gambar 2.1 di bawah ini :

a) batako padat b) batako 2 lubang c) batako 3 lubang

Gambar 2.1 bentuk-bentuk batako : a) batako padat ; b) dan c) batako berlubang.

Untuk meningkatkan meningkatkan kekuatan terhadap sifat getasnya dan

mengurangi berat per buah batako maka pada perkembangan batako dimodifikasi

dengan tambahan campuran bahan seperti Styrofoam, campuran sekam padi,

campuaran serat ijuk, dan lain-lain. (Kusuma, D.2014)

2.2 Klasifikasi Batako

Berdasarkan PUBI 1982, sesuai dengan pemakaiannya batako

(3)

1. Batako dengan mutu A1, adalah batako yang digunakan untuk konstruksi yang

tidak memikul beban, dinding penyekat serta konstruksi lainnya yang selalu

terlindungi dari cuaca luar.

2. Batako dengan mutu A2, adalah batako yang hanya digunakan untuk hal-hal

seperti dalam jenis A1, tetapi hanya permukaan konstruksi dari batako

tersebut boleh tidak diplester.

3. Batako dengan mutu B1, adalah batako yang digunakan untuk konstruksi yang

memikul beban, tetapi penggunaannya hanya untuk konstruksi yang

terlindungi dari cuaca luar ( untuk konsruksi di bawah atap).

4. Batako dengan mutu B2, adalah untuk konstruksi yang memikul beban dan

dapat digunakan untuk konstruksi yang tidak terlindungi.(Darmono, 2009)

2.3 Beton

Beton adalah bahan bangunan yang diperoleh dengan mencampurkan agregat

halus (pasir), agregat kasar (kerikil), air dan semen Portland. Beton polos didapat

dengan mencampurkan semen, agregat halus, agregat kasar, air, dan

kadang-kadang campuran lain. Kekuatan beton tergantung dari banyak faktor, proporsi

dari campuran dan kondisi temperatur dan kelembaban dari tempat di mana

campuran diletakkan dan mengeras. (Hariandja,Binsar.1993)

Sifat beton dapat berubah karena sifat semen, agregat, dan air, maupun

perbandingan campurannya. Untuk mendapatkan beton optimum pada pengunaan

yang khas perlu dipilih bahan yang khas yang sesuai dan dicampur secara tepat.

Bahannya berupa semen dan agregat. (Surdia, Tata. 2005)

2.3.1 Beton Serat (Fiber Reinforced Concrete)

Beton seratadalah beton yang cara pembuatannya ditambah serat. Tujuan

penambahan serat tersebut adalah untuk meningkatkan kekuatan tarik beton,

sehingga beton tahan terhadap gaya tarik akibat, cuaca, iklim dan temperatur yang

biasanya terjadi pada beton dengan permukaannya yang luas. Jenis serat yang

dapat digunakan dalam beton serat dapat berupa serat alam atau serat buatan.

Walaupun serat dalam campuran tidak terlalu banyak meningkatkan kekuatan

(4)

meningkatkan regangan yang dicapai sebelum runtuh, meningkatkan ketahanan

beton terhadap benturan dan menambah kerasnya beton.

2.3.2 Beton Ringan (Lighweight Concrete)

Pembuatan beton ringan pada prinsipnya membutuhkan rongga didalam beton.

Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk membuat beton lebih ringan

adalah sebagai berikut :

1. Dengan membuat gelembung – gelembung gas / udara dalam adukan semen

sehingga terjadi banyak pori - pori udara di dalam betonnya. Salah satu cara

yang dapat dilakukan dengan menambah bubuk aluminium ke dalam

campuran adukan beton.

2. Dengan menggunakan agregat ringan, misalnya tanah liat bakar, batu apung

atau agregat buatan sehingga beton yang dihasilkan akan lebih ringan dari

pada beton biasa.

3. Dengan cara membuat beton tanpa menggunakan butir – butir agregat halus

atau pasir yang disebut beton non pasir.

Keuntungan lain dari beton ringan antara lain : memiliki nilai tahan panas yang

baik, memiliki tahanan suara (peredam) yang baik, tahan api. Sedangkan

kelemahan beton ringan adalah nilai kuat tekannya lebih kecil dibandingkan

dengan beton normal sehingga tidak dianjurkan penggunaanya untuk struktural.

Secara garis besar pembagian penggunaan beton ringan dapat dibagi menjadi tiga

yaitu (Tjokrodimuljo,1996) :

1. Untuk non struktur dengan nilai densitas antara 240 – 800 kg/m3 dan kuat

tekan dengan nilai 0,35 – 7 MPa digunakan untuk dinding pemisah atau

dinding isolasi.

2. Untuk struktur ringan dengan nilai densitas antara 800 – 1400 kg/m3 dan kuat

tekan dengan nilai 7 – 17 MPa digunakan dengan dinding memikul beban.

3. Untuk struktur dengan nilai densitas antara 1400 – 1800 kg/m3 dan kuat

(5)

Pembagian beton ringan menurut penggunaan dan persyaratannya dibagi atas

(Wisnu Wijanarko.2008) :

1. Beton dengan berat jenis rendah (Low Density Concrete) dengan nilai

densitas240 – 800 kg/m3 dan nilai kuat tekan 0,35 – 6,9 MPa.

2. Beton dengan menengah (Moderate Trenght Lighweight Concrete) dengan

nilaidensitas 800 – 1440 kg/m3 dan nilai kuat tekan 6,9 – 17,3 MPa.

3. Beton ringan struktur (Structural Lighweight Concrete) dengan nilai densitas ha

1440 – 1900 kg/m3 dan nilai kuat tekan > 17,3 MPa.

2.3.3 Perancangan campuran beton

Perancangan yang dimaksud adalah menentukan perbandingan campuran bahan

untuk mendapatkan beton dengan sifat yang diperlukan dan paling murah.

Sifat-sifat yang diminta tergantung pada penggunaan beton. Sifat-Sifat-sifat yang diatur oleh

perbandingan campuran adalah kekutan, ketahanan kedap air, dan kemampuan

pengerjaan. Ada dua jalan dalam menghitung perbandingan campuran yang

diperlukan. Pertama lakukan perbandingan campuran dengan perbandingan air,

semen, atau hokum Lyse, kemudian campuran diuji. Kedua, buat campuran beton

secara empiris mempergunakan tabel campuran atau perkiraan rongga cacat dalam

agregat. Teori perbandingan air-semen menetukan kekuatan beton kalau

persyaratannya dipenuhi yaitu :

a. kualitas dan cara pengujian semen adalah sama,

b. Kekuatan agregat lebih tinggi daripada pasta

c. Beton sangat mampat

d. Beton dapat diolah dan plastis

Makin kecil perbandingan air-semen makin tinggi kekuatan beton. Hukum Lyse

menunjukkan bahwa satuan volume air untuk memberikan adukan sama adalah

tetap bagi beton dengan agregat tertentu.

2.3.4 Sifat-sifat beton

Disamping semen, agregat kasar dan halus, dan air, bahan-bahan lain yang dikenal

(6)

segerasebelum atau ketika sedang mencampur. Campuran dapat dipakai untu

merobah sifat beton agar dapat berfungsi dengan baik atau lebih ekonomis.

Pengolahan yang mudah merupakan sifat yang perlu bagi beton yang

belum mengeras. Sifat yang paling penting dari beton adalah sifat mekanik.

Kekuatan tekan beton dapat diukur dan diamati pada spesimen berumur 1, 4 dan

13 minggu. Kekuatan tekan beton dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti

perbandingan air-semen, sifat semen, jenis agregat temperature kur, dan

seterusnya. Dengan perbandingan air-semen yang kecil dapat diperoleh beton

yang memiliki kekuatan tinggi. ( Surdia, Tata. 2005)

2.4 Agregat

Pembagian agregat sangat sangat menolong dan memperbaiki keawetan serta

stabilitas volume dari beton ringan. Kararkteristik fisik dalam agregat dalam

beberapa hal komposisi kimianya dapat mempengaruhi sifat-sifat batako ringan

dalam keadaan plastis maupun dalam keadaan mengeras dengan hasil-hasil yang

berbeda. Berikut ini jenis-jenis agregat :

1. Agregat Biasa

Jenis ini dapat digunakan untuk tujuan umum dan menghasilkan beton dengan

massa jenis yang berkisar antara 2,3 gr/cm3-2,5 gr/cm3. Agregat jenis ini seperti pasir dan kerikil yang dapat diperoleh dengan cara ekstraksi dari batuan

alluvial dan glacial.

2. Agregat Berat

Jenis ini dapat digunakan secara efektif dan ekonomis untuk jenis beton yang

mampu menahan radiasi, sehingga dapat memberikan perlindungan terhadap

sinar-X, gamma, dan neutron. Evektivitas beton berat dengan massa jenis

antara 4 gr/cm3-5 gr/cm3 bergantung pada jenis agregatnya. 3. Agregat Ringan

Jenis ini digunakan untuk menghasilkan beton ringan dalam sebuah bangunan

yang beratnya sendiri sangat menentukan. Agregat ringan digunakan dalam

bermacam-macam produk batako berkisar antara bahan isolasi sampai pada

beton bertulang atau batako ringan pra-tekan. Batako ringan dengan

(7)

mempunyai pori yang sangat banyak, sehingga daya serapnya jauh lebih besar

daripada daya serap agregat lainnya.Oleh karena itu penakarannya secara

volumetrik. Massa jenis agregat ringan berkisar antara 0,35 gr/cm3 – 0,85 gr/cm3. Dalam penelitian ini menggunakan dua agregat yaitu abu vulkanik yang kandungannya sama dengan pasir putih dan Serat Batang Pisang (SBP).

(Simbolon, Tiurma.2009)

2.5 Debu vulkanik

Gunung api banyak tersebar di seluruh permukaan bumi. Penyebarannya mulai

dari New Zealand, Italia, Amerika, Hawai, Jepang dan Filipina serta Indonesia.

Munir (1996b) menyatakan Indonesia tergolong negara yang mempunyai indeks

erupsi terbesar diantara beberapa negara vulkan lainnya. Indonesia menduduki

tempat pertama dengan tingkat erupsi sebanyak 99% dan diikuti oleh Solomon

95%, Guenia baru 90%, Italia 41%, Islandia 39%, Negara Pasifik 3% dan Dataran

Rendah Viktoria memiliki tingkat erupsi yang paling kecil sebesar 1%. Tingginya

tingkat erupsi tersebut menyatakan bahwa Indonesia memiliki banyak gunung api

yang aktif. Artinya, masih dapat meletus dan mengeluarkan material-material

yang ada di dalamnya. Keberadaan gunung api ini masih dianggap sebagai

ancaman bagi masyarakat sekitar. Korban jiwa, harta benda dan ternak menjadi

hancur akibat letusan gunung api. Akan tetapi, manfaat yang diberikan setelah

pasca letusan juga sangat besar pengaruhnya terhadap tanah. Seperti halnya,

letusan Gunung Talang di Padang pada tahun 2005 lalu berpengaruh nyata

terhadap peningkatan kesuburan tanah setelah 5 tahun. (Fiantis, 2006).

Debu vulkanik terdiri dari partikel-partikel batuan vulkanik terfragmentasi.

Hal ini terbentuk selama ledakan gunung berapi, dari longsoran panas batuan yang

mengalir menuruni sisi gunung berapi, atau dari merah-panas cair lava semprot.

Debu bervariasi dalam penampilan tergantung pada jenis gunung berapi dan

bentuk letusan. Dengan demikian, dapat berkisar dalam warna grit dari debu

terang hingga hitam dan dapat bervariasi dalam ukuran dari yang seperti grit

menjadi sehalus bedak. Debu menghalangi sinar matahari, mengurangi visibilitas.

Debu yang keluar dari gunung yang meletus bisa merusakkan bangunan

(8)

potongan batuan, mineral dan kaca vulkanik ukuran pasir dan lumpur (kurang dari

2 mm (1/12 inchi) di diameter) meletus oleh gunung berapi disebut debu vulkanik.

Debu yang dikeluarkan oleh gunung meletus ini biasanya mengandung. mineral

kwarsa, kristobalit atau tridimit. Mineral ini adalah kristal silika bebas yang

diketahui dapat menyebabkan silicosis (kerusakan saluran nafas kecil di paru

sehingga terjadi gangguan pertukaran gas di alveolus paru). (Sudaryo.2009)

Dalam beberapa penelitian mengenai debu vulkanik yang telah dilakukan,

salah satunya menjadi sampel adalah debu vulkanik Gunung Sinabung yang

beberapa waktu lalu memuntahkan lava nya yang terdiri dari material-material

bebatuan, pasir, maupun abu yang dapat merusak tanaman penduduk sekitar dan

kesehatan manusia, telah didapat bahwa dalam kandungan gunung Sinabung

mengandung Anorthite (Al2CaO8Si2) dengan fraksi massa 89,2% Quatz dan Cristobalite , masing-masingnya 2,63 dan 5,65 % serta alunite

(Al3H12K0.875O14.125S2) sebesar 2,52 % . Seperti Tabel 2.1 di bawah ini :

Tabel 2.1 Komposisi dalam Abu Vulknik Sinabung Berdasarkan Fraksi Massa

No. Nama

Senyawa Fasa (Phase) Acuan

Fraksi Massa (wt %)

1. Anorthite Al2CaO8Si2 ICDD-96-100-0035 89.20 %

2 Quartz SiO2 ICDD-96-901-2602 2.63 %

3. Cristobalite SiO2 ICDD-96-900-9687 5.65 %

4. Alunite Al3H12K0.875O14.125S2 ICDD-96-901-2351 2.52 %

(Ronald, Naibaho. 2014).

Dari hasil itu didapatlah bahwa Senyawa abu vulkanik mengandung Silika Oksida

dan Alumunium Oksida yang terdapat dalam anorthite yang cukup besar,

sehingga dapat juga berguna sebagai pozzolan untuk bahan bangunan dan

(9)

2.6 Serat Batang Pisang (SBP)

Pisang (Musa paradisiaca) adalah tanaman herba yang berasal dari kawasan Asia

Tenggara (termasuk Indonesia). Tanaman buah ini kemudian menyebar luas ke

kawasan Afrika (Madagaskar), Amerika dan Amerika Tengah. Penyebaran

tanaman ini selanjutnya hampir merata ke seluruh dunia, yakni meliputi daerah

tropik dan subtropik, dimulai dari Asia Tenggara ke timur melalui Lautan Teduh

sampai ke Hawai. Selain itu, tanaman pisang menyebar ke barat melalui

Samudera Atlantik, Kepulauan Kanari sampai Benua Amerika. (Satuhu dan

Supriyadi. 2008)

2.6.1 Analisis sifat kimia dan Komposisi Serat batang Pisang

Analisis sifat kimia bertujuan untuk mengetahui komposisi kimia yang terdapat

dalam bahan baku, yang terdiri dari kadar mineral (abu), kadar lignin, kadar sari,

kadar alfaselulosa, kadar pentosan, serta kelarutannya dalam 1% NaOH yang

dilakukan menurut SNI. Berikut Tabel 2.2 hasil analisis kimia dan komposisi serat

batang pisang ;

Tabel 2.2 Sifat kimia dan komposisi serat batang pisang

________________________________________________________

Komponen Kimia Komposisi (%)

_________________________________________________________

Kadar abu 2,97

Kadar Lignin (Metode Klason) 14,12

Kadar Sari 3,32

Kadar Alfa Selulosa 36,91

Kadar Total Selulosa 78,14

Kadar Pentosan sebagai Hermiselulosa 18,21

Kelarutan dengan NaOH 1% 24,26

________________________________________________________

(10)

Uji kadar lignin dilakukan untuk mengetahui besar kandungan lignin di dalam

serat batang pisang. Komposit (batako) akan mempunyai sifat sifik atau kekuatan

yang baik apabila terdapat sedikit lignin di dalam serat batang pisang (SBP),

karena lignin bersifat kaku dan rapuh.

2.6.2 Analisis Sifat Fisis dan Morfologi Serat Batang Pisang

Penentuan morfologi Serat Batang Pisang bertujuan untuk mengetahui dimensi

serat dan turunannya. Hal ini dilakukan menurut Standar Nasional Indonesia

(SNI). Setiap materi apabila dilihat dengan menggunakan mikroskop akan terlihat

serat-seratnya yang melekat satu sama yang lain. Uji morfologi dilakukan untuk

menunjukkan panjang serat dalam keadaan utuh, dalam hal ini panjang serat

merupakan sifat utama untuk menentukan kekuatan komposit. Berikut Tabel 2.3

hasil analisis sifat fisis dan morfologi Serat Batang Pisang :

Tabel 2.3 Sifat Fisis dan Morfologi Serat Batang Pisang

________________________________________________________

Parameter Besar Satuan

________________________________________________________

Panjang serat minimal 1,45 mm

Panjang serat maksimal 0,15 mm

Panjang serat rata-rata L 2,82 mm

Diameter luar D 22,45 µm

Diameter dalam I 12,43 µm

Tebal dinding W 6,24 µm

Bilangan Runkel (2 x W/I) 0,64 -

Kelangsingan (L/D )x 1000 50,81 -

Kekakuan (W/D) 0,23 -

kelenturan (I/D) 0,64 -

Muhisiep Ratio (D2- i2/ D2 x 100) 20,24 - ________________________________________________________

Sumber : Laboratorium Balai Besar Pulp dan Kertas

(11)

2.6.3 Pengolahan Serat Pelepah Pisang

Pengeluaran serat pelepah pisang dilakukan secara manual dan juga dengan

bantuan suatu alat. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Pramono dan

Widodo (2013) pelepah pisang kepok yang telah dipisahkan dari pohonnya

kemudian dicuci hingga bersih kemudian dikeringkan secara alami selama 10

hari. Pengambilan serat dari pelepah pisang kepok (musacea) dengan

menggunakan bantuan sikat kawat. Teknik pengambilan serat pelepah pisang

kepok (musacea) setelah kering disikat dengan cara membujur searah dengan

sikat kawat tersebut, kemudian serat pisang kepok akan memisah dari daging

pelepah tersebut.

Dengan bantuan alat klem kemungkinan serat putus sebagaimana terjadi

pada alat pisau dapat diperkecil. Adapun alat yang diperlukan adalah klem yang

memiliki pisau bergerigi yang diletakkan di atas meja. Tuxies (lapisan kulit yang

megandung serat) di masukkan di bawah pisau penyerat, kemudian pisau di tekan

dengan memutar skrup diatasnya. Setelah tuxies tertekan kemudian bagian

ujungnya di tarik oleh tangan sehingga serat terpisah. Dengan cara ini, berat

tekanan pisau dapat diatur, sehingga rendemen serat dapat di kontrol dan mutu

serat dapat lebih seragam (Bank Indonesia, 2008).

2.7 Polyester

Polyester suatu kategori polimer, salah satu hasil yang diperoleh secara sintetik

sama halnya dengan nilon. Bahan-bahan mentah yang dimaksud diperoleh dari

industri minyak bumi. Setelah melalui perombakan kimia diperoleh polyester

dalam bentuk-bentuk butir dan cair. (Stichting, R. 1983)

Polyester disebut juga resin polyester tak jenuh bersifat kaku dan rapuh.

Karakteristik Polyester tak jenuh ini berupa tahan terhadap panas sekitar

110-140oC, kuat terhadap asam kecuali asam pengoksid, lemah terhadap alkali, mampu terhadap cuaca baik, dan tahan terhadap sinar UV, bila dibiarkan di luar.

Bila dimasukkan ke dalam air mendidih dalam waktu lama (300 jam), bahan akan

(12)

Kegunaannya sebagai polimer termoset adalah untuk konstruksi bangunan,

bagian-bagian mobil, lambung kapal, asesoris kapal, saluran anti korosi, pipa,

tangki, dan lain sebagainya. (Rikson dan Tua Raja. 2008)

2.8 Katalis MEKPO (metil, etil, dan keton peroksida)

Katalis (pengencer) merupakan zat yang ditambahkan ke dalam suatu reaksi

dengan maksud memperbesar kecepatan reaksi. Suatu katalis berperan dalam

reaksi bukan sebagai pereaksi ataupun produk. Katalis terkadang ikut terlibat

dalam reaksi tetapi tidak mengalami perubahan kimiawi permanen, artinya bentuk

dan jumlah ketika sebelum reaksi sama saja setelah terjadi reaksi. Katalis

memungkinkan reaksi berlangsung lebih cepat atau memungkinkan reaksi pada

suhu lebih rendah akibat perubahan yang dipicunya. (Hartomo, AJ. 1992).

Katalis yang digunakan dalam pencampuran pembuatan batako ini adalah

katalis MEKPO. Katalis MEKPO merupakan katalis yang dibuat dari 3 reaksi

kimia yaitu Metil, Etil, dan Keton peroksidayang fungsinya sebagai zat curing

yakni untuk mempersingkat waktu pengerasan dari resin polyester. Zat ini

tergolong keras dan bersifat iritan dan beracun. Jumlah katalis MEKPO juga

berpengaruh terhadap sifat mekanik sampel yang dihasilkan. Campuran katalis

sedikit maka sampel yang dihasilkan akan lebih kuat dibandingkan pada saat

campuran katalisnya lebih banyak. (laboratoriummekatronika)

2.9 Karakteristik Bahan

Untuk mengetahui sifat-sifat dan kemampuan suatu material maka perlu

dilakukan pengujian. Adapun karakteristik beton yang telah diuji antara lain :

pengujian sifat fisis dan pengujian mekanik.

2.9.1 Pengujian Sifat Fisis

2.9.1.1 Densitas

Densitas adalah pengukuran massa setiap satuan volume benda. Semakin tinggi

densitas (massa jenis) suatu benda, maka semakin besar pula setiap volumenya.

(13)

volumenya. Sebuah benda yang memiliki densitas lebih tinggi akan memiliki

volume yang lebih randah dari pada benda yang bermassa sama yang memiliki

densitas yang lebih rendah.

Untuk pengukuran densitas batako menggunakan metode Archimedes

mengacu pada standard ASTM C 134-95 dan dihitung dengan persamaan berikut :

ρpc

= ... (2.1)

Dengan :

ρpc= densitas (gr/cm3)

Ms = massa sample kering (gr)

V = Volume Sampel

2.9.1.2 Daya Serap Air

Besar kecilnya penyerapan air pada sampel sangat dipengaruhi oleh pori-pori

atau rongga. Semakin banyak pori-pori yang terkandung dalam sampel maka akan

semakin besar pula penyerapan airnya sehingga ketahanannya akan

berkurang.Pengukuran daya serap air merupakan persentase perbandingan antara

selisih massabasah dengan massa kering. Daya serap air dirumuskan sebagai

berikut :

Daya Serap Air (DSA) = − �

� × 100%... (2.2)

2.9.1.3 Porositas

Porositas dapat didefinisikan sebagai perbandingan antara volume

pori-pori terhadap volume total beton. Porositas pada suatu material dinyatakan dalam

persen (%) rongga fraksi volume dari suatu rongga yang ada dalam material

tersebut. Besarnya porositas pada suatu material bervariasi mulai dari 0% sampai

dengan 90% tergantung dari jenis material itu.

Ada dua jenis porositas yaitu porositas tertutup dan porositas terbuka.

Porositas tertutup pada umumnya sulit untuk ditentukan pori tersebut merupakan

(14)

luar, sedangkan porositas terbuka masih ada akses keluar walaupun rongga

tersebut ada ditengah-tengah padatan.

Ada pun persamaan porositas dinyatakan dalam persamaan :

P = − �

� × � × 100%... (2.3)

Dengan :

P = Porositas (%)

Mb = Massa jenuh sampel setelah direndam (gr)

Mk = Massa kering sampel setelah direndam (gr)

Vb = Volume benda uji (cm3) �air = Massa jenis air (gr/cm3)

2.9.2 Pengujian Sifat Mekanis

2.9.2.1 Kuat Impak

Pengujian kuat impak merupakan suatu pengujian yang mengukur

ketahananbahan terhadap beban kejut. Dasar pengujian impak adalah penyerapan

energi potensial dari pendulum beban yang berayun dari suatu ketinggian tertentu

danmenumbuk benda uji sehingga benda uji mengalami deformasi. Seperti

ditunjukkan ilustrasi gambar 2.1 di bawah ini :

(15)

Secara umum metode pengujian impak nini dilakukan dengan dua metode

yaitu metode charpy dan metode Izord. Metode Charpy adalah pengujian tumbuk

dengan meletakkan posisi specimen uji pada tumpuan dengan posisi horizontal /

mendatar, dan arah pembebanan berlawanan dengan arah takikan, sedangkan

metode izord adalah pengujian tumbuk dengan meletakkan posisi specimen uji

pada tumpuan dengan posisi dan arah pembebanan searah dengan arah takikan.

Dasar pengujian impak ini adalah penyerapan energi potensial dari pendulum

beban yang berayun dari suatu ketinggian tertentu da menumbuk benda uji

sehingga benda uji mengalani deformasi. Harga impak akan menjadi besar dengan

meningkatnya absorbsi kadar air dan menjadi kecil karena pengeringan.

Besarnya kuat impak dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

=

� ... (2.4)

Dengan :

�� = Kekuatan Impak (J/m2)

� = Energi yang diserap sampel setelah tumbukan (J)

A = Luas Penampang lintang sampel (m2)

2.9.2.2 Kuat Tekan (Bending Strength)

Pengukuran kuat patah (bending strength) dapat dihitung denganmenggunakan persamaan berikut :

=

3.�.

2. . 2... (2.5)

Dengan :

s

f = Kuat Patah (N/cm2)

P = Beban maksimum yang diberikan (kgf) L = Jarak kedua titik tumpu (cm)

b, h = Lebar dan tinggi benda uji (cm).

2.9.2.3 Kuat Tarik (Tensile Strength)

Pengujian tarik (tensile stength test) adalah pengujian mekanik secara

(16)

dimana gaya tarik yang diberikan sebesar F (Newton). Tujuannya untuk

mengetahui sifat-sifat mekanik tarik (kekuatan tarik) dari batako yang diperkuat

dengan serat batang pisang.

Dengan menarik suatu bahan kita akan segera mengetahui bagaimana

bahan tersebut bereaksi terhadap tenaga tarikan dan mengetahui sejauh mana

material itu bertambah panjang.

Banyak hal yang kita pelajari dari hasil uji tarik. Bila kita terus menarik

suatu bahan (dalam hal ini batako) sampai putus, kita akan mendapatkan profil

tarikan yang lengkap berupa kurva seperti pada gambar 2.3. Kurva ini

menunjukkan hubungan antara gaya dengan perubahan panjang. Profil ini sangat

diperlukan dalam desain yang memakai bahan tersebut.

Gambar 2.3 : Gambaran singkat uji tarik (tensile strength test)

Biasanya yang menjadi fokus perhatian adalah kemampuan maksimum bahan

tersebut dalam menahan beban. Nilai kekuatan tarik dapat dihitung dengan

persamaan berikut :

σ = ...(2.6)

Dengan :

σ = Kuat Tarik (MPa) F = Gaya (N)

(17)

Sesuai hukum Hooke, tegangan adalah sebanding dengan regangan.

Kesebandingan tegangan terhadap regangan dinyatakan sebagai perbandingan

tegangan satuan terhadap regangan satuan. Pada tahap awal uji tarik, hubungan

antara beban atau gaya yang diberikan berbanding lurus dengan perubahan

panjang bahan tersebut. Di daerah ini, kurva pertambahan panjang vs beban

mengikuti aturan Hooke sebagai berikut :

- Tegangan (stress) adalah beban dibagi luas penampang bahan.

- Regangan (strain) adalah pertambahan panjang per panjang mula-mula

bahan.

- Rasio tegangan (stress) dan regangan (strain) adalah konstan.

Kurva yang menyatakan hubungan antara tegangan (stress) dan regangan

(strain) yang diperoleh dari hasil uji menggunakan alat Universal Testing

Machine dapat dilihat pada gambar 2.4 berikut ini :

Gambar 2.4 Kurva tegangan dan regangan

Gambar 2.4 merupakan kurva standar ketika melakukan eksperimen uji tarik. E

adalah gradien kurva dalam daerah linier, maka perbandingan tegangan (σ) dan

Gambar

Gambar 2.1 bentuk-bentuk batako : a) batako padat ; b) dan c) batako berlubang.
Tabel 2.1 Komposisi dalam Abu Vulknik Sinabung Berdasarkan Fraksi Massa
Tabel 2.3 Sifat Fisis dan Morfologi Serat Batang Pisang
Gambar 2.2 Ilustrasi alat uji impak
+3

Referensi

Dokumen terkait

Linear contrast analyses showed that 6-OHDA- lesioned animals that received SKF 82958 had a significant elevation in startle across time compared to those that.. received vehicle

NAMA NAMA PC BERUBAH DARI THE SCIENCE 2016 TETAPI ADA YANG MEMPUNYAI RELASI DENGAN PC SEBELUMNYA... TIDAK DITEMUKAN NAMA PUBLICATION CHAIR AGUNG BUDI UTOMO ,

Tiket merupakan suatu voucher untuk menunjukan bahwa telah membayar pintu masuk suatu teater, taman hiburan, kebun binatang, konser dan bioskop. Pembelian tiket acara yang sulit

Hasil riset di Amerika Serikat menunjukkan mayoritas mahasiswa lebih memilih untuk bekerja diperusahaan besar setelah wisuda meskipun jumlah usaha kecil yang beroperasi lebih

Informasi mengenai kamar kosong dan jadwal dokter yang terbatas mengakibatkan masyarakat sulit mengetahui informasi tersebut. Pada penelitian ini merancang aplikasi

Terkait dengan keterwakilan perempuan dalam politik dilihat dari 30% keberadaan perempuan dalam parpol dan dalam daftar caleg Pemilu 2014, Nuri Soeseno

Maka agar hak kebebasan beragama serta hak asasi manusia Pemohon untuk bisa beribadah seluas-luasnya, termasuk beribadah dalam bentuk perkawinan poligami,

Hasil ini didukung berdasarkan hasil analisis SEM-EDS yang menunjukkan bahwa kandungan sampel Satam terdiri dari unsure Mg, Ca, Si dan O, sementara hasil hardness