Bab I Pendahuluan
1.1. Latar belakang
Hospitalisasi merupakan suatu proses yang karena suatu alasan yang terencana atau darurat, mengharuskan anak tinggal di rumah sakit untuk menjalani terapi dan perawatan sampai pasien sembuh dan pulang kembali ke rumah. Selama proses tersebut, anak dan orang tua dapat mengalami kejadian yang membuat mereka mendapatkan pengalaman yang sangat traumatik dan penuh dengan kecemasan (Supartini, 2004). Hospitalisasi menciptakan serangkaian ancaman nyata dan potesial bagi anak-anak. Ancaman bagi anak-anak ini tergantung pada banyak faktor; seperti umur dan tingkat perkembangannya, pengalaman hospitalisasi sebelumnya, jenis dan banyaknya informasi yang mereka dapatkan dan juga dukungan yang mereka peroleh dari orang tuanya ataupun orang lain. (Kazak et. al, 2004)
perawatan anak di rumah sakit menimbulkan kecemasan pada orang tua. Berbagai macam perasaan muncul pada orang tua, yaitu takut, rasa bersalah, stress dan cemas merupakan dampak negatif yang paling dominan muncul terhadap keadaan psikologis orang tua akibat dari tindakan operasi yang akan dilakukan pada anaknya. Pada saat anak harus dilakukan prosedur tersebut, orang tua bahkan menangis karena tidak tega melihat anaknya, dan pada kondisi ini perawat atau petugas kesehatan harus bijaksana bersikap pada anak dan orang tuanya (Supartini, 2004). Peningkatan kecemasan yang sangat tinggi dialami orang tua ketika sebelum menghadapi proses operasi anaknya di kamar operasi. Orang tua merasa kecemasannya memuncak ketika mereka harus dipisahkan dengan anaknya pada ruangan yang berbeda. Orang tua tidak tahu apa yang akan dialami anaknya di dalam ruangan operasi.
perawat sebagai sumber informasi dan dukungan bagi keluarga. Informasi dari tenaga medis sangat diperlukan bagi orang tua dalam memantau keadaan anaknya waktu demi waktu. Penjelasan dan pengajaran yang didapat dari tenaga medis akan berdampak pada kecemasan orang tua. Semakin sering mereka mendapatkan informasi yang baik mengenai anaknya, semakin rendah tingkat kecemasan yang dirasakan orang tua.
Untuk menjalankan tugas keperawatan, banyak teori keperawatan yang digunakan oleh perawat, salah satunya adalah Hildegard E. Peplau (1952). Peplau membuat model keperawatan dengan istilah keperawatan psikodinamik. Keperawatan psiokodinamik merupakan kemampuan seorang perawat untuk memahami tingkah lakunya guna membantu orang lain mengidentifikasi kesulitan yang dirasakannya dan untuk menerapkan prinsip hubungan manusia pada permasalahan yang timbul di semua level pengalaman (Stuart dan Sundeen, 2009). Dibandingkan dengan dengan teori-teori keperawatan lain, teori hubungan interpersonal dari Peplau ini cocok digunakan untuk menganalisa tentang kecemasan, ini beralasan karena aspek interpersonal dalam pemberian pelayanan dan pentingnya pemahaman ekspresi dari berbagai masalah seperti kebutuhan dasar manusia, frustrasi, mimpi dan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi; ada dalam teori hubungan interpesonal dari Peplau ini (Nyström, 2007).
proses asuhan keperawatan pre-operatif pasien karena orang tua adalah primer giver dimana mereka yang melakukan perawatan pertama ketika anak mengalami sakit dan hospitalisasi sehingga ketika orang tua mengalami kecemasan maka itu akan berdampak pada anak. Selanjutnya untuk membantu perawat dalam mengurangi kecemasan orang tua, perawat dapat menggunakan Teori Peplau yang menjelaskan tentang hubungan intrapersonal perawat – pasien & keluarga. Hubungan intrapersonal yang dijelaskan dalam Teori Peplau ini membantu perawat dalam melakukan asuhan keperawatan pre-operatif. Jika hubungan intrapersonal perawat – pasien & keluarga baik maka kecemasan orang tua dapat ditekan sehingga proses asuhan keperawatan pre-operatif dapat berjalan sukses.
Hasil pengamatan dan wawancara peneliti terhadap orang tua pasien sebelum anaknya menjalani tindakan operasi di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Salatiga, menunjukan bahwa tingginya tingkat kecemasan orang tua meskipun perawat sudah memberikan pendidikan kesehatan kepada orang tua dan pasien serta memberikan pemahaman pada orang tua mengenai tindakan keperawatan yang telah dilakukan dan akan dilakukan pada anaknya. Namun, orang tua terlihat belum merasakan terjalinnya hubungan interpersonal antara dirinya dengan perawat. Tugas yang telah dilakukan perawat untuk membantu merngurangi kecemasan orang tua itu belum dapat menyelesaikan masalah kecemasan yang orang tua hadapi. Hal itu dapat terlihat dari sikap orang tua yang menangis sambil memeluk anaknya atau berkali-kali datang ke nurse station menanyakan bahwa tidak akan terjadi apa-apa pada anaknya. Kejadian seperti ini sering terjadi berulang-ulang.
bagi peneliti karena peneliti belum pernah menemukannya ketika peneliti melakukan praktik klinik di rumah sakit yang lainnya. Peneliti tertarik untuk meneliti mengenai Gambaran Perilaku Perawat Dalam Mengurangi Kecemasan Orang Tua Yang Anaknya Akan Menjalani Operasi Ditinjau Dari Teori Peplau.
1.2. Rumusan masalah
Dari latar belakang di atas, peneliti menyimpulkan bahwa masalah yang muncul adalah bagaimana peran perawat dalam membantu mengurangi kecemasan orang tua yang anaknya akan menjalani operasi dengan tinjauan Teori Peplau di Ruang Anggrek Rumah Sakit Umum Daerah Kota Salatiga.
1.3. Tujuan penelitian
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran mengenai peran perawat dalam mengurangi kecemasan orang tua yang anaknya akan menjalani operasi ditinjau dari Teori Peplau di Ruang Anggrek Rumah Sakit Umum Daerah Kota Salatiga.
1.4. Manfaat penelitian 1.4.1. Manfaat teoritis
Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat mengaplikasikan Teori Peplau bagi perawat untuk membina hubungan interpersonal perawat-pasien dalam mengurangi kecemasan orang tua yang anaknya akan menjalani operasi. 1.4.2. Manfaat praktis
1.4.2.1. Bagi peneliti
1.4.2.2. Bagi perawat
Menambah pengetahuan perawat sehingga pelayanan yang diberikan dapat ditingkatkan, dan mampu menjadi perawat yang profesional.
1.4.2.3. Bagi rumah sakit