I I . RAPAT KOORDI NASI PEMBERI AN BI MBI NGAN RENCANA PENGELOLAAN TAMAN NASI ONAL
AKETAJAW E LOLOBATA DI TERNATE PADA TANGGAL 1 0 JUNI 2 0 1 0
Blok hutan Aketajawe Lolobata di Pulau Halmahera resmi ditunjuk sebagai kawasan Taman Nasional berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 397/ Menhut-I I / 2004 tanggal 18 Oktober 2004, dengan luas 167.300 ha, yang terbagi menjadi dua blok, yaitu blok Aketajawe seluas 77.100 ha dan blok Lolobata seluas 90.200 ha. Secara administratif Taman Nasional Aketajawe Lolobata masuk dalam 3 kabupaten/ kota, yaitu Kab. Halmahera Tengah, Kab. Halmahera Timur, dan Kota Tidore Kepulauan. Sebelum menjadi kawasan pelestarian alam Taman Nasional Aketajawe Lolobata merupakan kawasan hutan lindung.
Potensi yang terdapat di dalam TN Aketajawe Lolobata adalah potensi flora, fauna, potensi budaya, dan potensi wisata alam. Potensi flora di TNAL terdapat tujuh tipe ekosistem, yaitu hutan mangrove, hutan pantai, hutan rawa dataran rendah, vegetasi tebing sungai, hutan hujan dataran rendah, hutan hujan pegunungan, dan padang rumput sub-alpin. Ada dua jenis tumbuhan pohon yang dilindungi, yaitu Kenari (Canarium vulgare) dan Agathis (Agathis sp.
).
Fauna di TN Aketajawe Lolobata ditemukan beberapa spesies mamalia, reptilian, amphibi, aves, dan kupu-kupu. Terdapat 34 spesies sebagai mamalia teresterial, 3 spesies endemic yaitu Phalanger sp., Rhinolophus euryotis timidus, dan
Hipposideros diadema euotis dan 1 spesies yang dilindungi Ceruus timorensis moluccensis.
Untuk Burung; 217 jenis burung terdapat di Halmahera (24 jenis endemik) dan 4 jenis adalah jenis endemik Halmahera, yaitu mandar gendang (Habroptila walaci), cekakak murung (Tadiramphus diops), kepudang sungu Halmahera (Coracina paruula), kepudang Halmahera (Oriolus phaeochromus). Jenis Reptil; dari 46 jenis reptile, terdapat jenis kadal 3 spesies, yaitu Hydrosaurus werneri, Emoia reimsehisseli, (weweri), Engongylus albofasciatus
(mentovaria).
Sedangkan jenis Amfibi; terdapat 7 jenis di Halmahera, 3 jenis adalah jenis endemic Halmahera. Jenis fauna endemic Halmahera lainnya adalah belalang (2 jenis), capung (3 jenis), kupu-kupu raja (Papilio beringi), dan moluska darat (20 jenis).
Potensi budaya di dalam kawasan TN Aketajawe Lolobata terdapat penduduk asli (Suku Togutil) atau komunitas adapt terpencil (daerah enclave) yang belum tercampur dengan penduduk masyarakat pendatang, yaitu yang tinggal di desa TuturTukur, Totodoku, Oboi, Waya, Suo, Tatam, Lili, dan Mabulan. Adat istiadat dan kebudayaan masyarakat ini merupakan satu asset wisata budaya yang penting untuk dikembangkan dan dilestarikan sebagai salah satu kekayaan budaya I ndonesia. Potensi lainnya yang dapat dijadikan minat khusus adalah wisata alam arum jeram di beberapa sungai, antara lain Sungai I fis, Sungai Akelamo, Sungai Fumalanga, Sungai Mamawas, air terjun di Sungai Onat dan Sungai Galadangan, panjat tebing, serta trekking.
lembaga swadaya masyarakat yang berkaitan dengan kebijakan masing-masing dalam memberikan sumbangsih untuk pengelolaan kawasan taman nasional.
Agar Pelaksanaan Pengelolaan Taman Nasional Aketajawe Lolobata dapat sejalan dengan visi dan misi serta kebijakan prioritas Kementerian Kehutanan sebagaimana tersebut diatas, maka perlu dilakukan koordinasi baik antar pusat dan daerah maupun antar instansi terkait di daerah melalui acara rapat koordinasi. Maksud penyelenggaraan Rapat Koordinasi Pemberian Bimbingan Rencana Pengelolaan Taman Nasional Aketajawe Lolobata adalah koordinasi pengelolaan dan penanganan permasalahan dalam rangka perumusan kebijakan rencana pengelolaan TN Aketajawe Lolobata. Adapun tujuannya adalah menghasilkan kesepahaman bersama dalam pengelolaan dan pemanfaatan TN Aketajawe Lolobata serta masukan dalam perumusan kebijakan rencana pengelolaan TN Aketajawe Lolobata. Sasaran yang akan dicapai dengan diselenggarakannya kegiatan Fasilitasi Koordinasi Pemberian Bimbingan Rencana Pengelolaan TN Aketajawe Lolobata adalah kesepahaman tentang rencana pengelolaan TN Aketajawe Lolobata dan masukan/ rekomendasi guna penyempurnaan kebijakan dalam rencana pengelolaan TN Aketajawe Lolobata.
Pertemuan telah menghasilkan kesepakatan hasil diskusi sebagai berikut :
1. Untuk pengelolaan Taman Nasional (TN) yang optimal diperlukan koordinasi dari berbagai pihak meliputi aspek kegiatan teknis, politis dan hubungan kelembagaan antara tujuan pengelolaan TN dengan pembangunan wilayah di sekitarnya.
2. Kolaborasi pengembangan pariwisata alam di Maluku Utara akan dirumuskan dalam sebuah forum atau lembaga yang disebut Tourism Development Maluku Utara sebagai mitra pemerintah dalam mengembangkan pariwisata di Provinsi Maluku Utara termasuk di dalamnya TN. Aketajawe Lolobata.
3. Pemberdayaan masyarakat sekitar kawasan TN berbasis pariwisata akan diwujudkan dalam bentuk Desa Wisata.
4. Pemancangan batas kawasan TN sudah selesai 80% sedangkan sisanya akan dianggarkan pada tahun 2011 oleh BPKH Wilayah VI Manado dengan melibatkan masyarakat secara partisipatif dan didukung sepenuhnya oleh Pemerintah Daerah.
5. Untuk memantapkan kawasan perlu percepatan pengesahan Proses Tata Batas di kawasan Blok Aketajawe dengan berkoordinasi dengan Pemerintah Kota Tidore Kepulauan.
6. Penyusunan penyempurnaan Rencana Pengelolaan Jangka Panjang TN dilakukan dengan mempertimbangkan masukan-masukan dari stakeholder.
7. Penyempurnaan Rencana Pengelolaan TN disusun secara terpadu dengan RTRWP/ K.
8. Dalam penyusunan zonasi melibatkan berbagai pihak dengan mempertimbangkan aspek ekologi, ekonomi dan sosial budaya masyarakat setempat.
9. TN harus memiliki bussiness plan yang dapat mengakomodir peran stakeholder dalam mendukung pembiayaan pengelolaan.
10. Pemanfaatan hasil non kayu berupa getah Damar yang telah dilakukan secara turun menurun oleh masyarakat sekitar kawasan TN dapat dikembangkan sebagai salah satu bentuk usaha dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat .
11. Dukungan lintas program dan instansi diarahkan dalam pembangunan daerah penyangga TN yang dikembangkan menjadi bentuk Model Desa/ Kampung Konservasi.