• Tidak ada hasil yang ditemukan

BUKU GURU PPKN SMALB TUNARUNGU 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "BUKU GURU PPKN SMALB TUNARUNGU 2013"

Copied!
175
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Buku Panduan Guru

Tunarungu

Pendidikan Pancasila

dan Kewarganegaraan

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia 2016

SMALB

(3)

ii

Hak Cipta pada kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Dilindungi Undang–Undang

Penulis : DUDI GUNAWAN

Penyunting materi : (tim pengarah) Penyunting bahasa : Badan Bahasa

Kotak katalog dalam terbitan (KDT)

Cetakan ke-1, 2016

Disusun dengan huruf Bookman Oldstyle , 12pt

MILIK NEGARA TIDAK DIPERDAGANGKAN

Indonesia. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. PPKn SMALB -

~Tunarungu Ringan: Buku Guru/Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. –

Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2016. xii, 161 hl. : ilus.; 25 cm.

Untuk SMALB Kelas XI

ISBN 978-602-358-448-2 (jilid lengkap) ISBN 978-602-358-450-5 (jilid 2)

I. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Studi dan Pengajaran I.

Judul

(4)

iii

KATA PENGANTAR

Kurikulum 2013 dirancang untuk memperkuat kompetensi peserta didik dari sisi pengetahuan, keterampilan, dan sikap secara utuh. Keutuhan tersebut menjadi dasar dalam perumusan kompetensi dasar tiap mata pelajaran, sehingga kompetensi dasar tiap mata pelajaran mencakup kompetensi dasar kelompok sikap, kompetensi dasar kelompok pengetahuan, dan kompetensi dasar kelompok keterampilan. Semua mata pelajaran dirancang mengikuti rumusan tersebut.

Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan untuk kelas XI SMALB-B (TUNARUNGU) dirancang untuk menghasilkan siswa yang memiliki keimanan dan akhlak mulia sebagaimana diarahkan oleh falsafah hidup bangsa Indonesia yaitu Pancasila sehingga dapat berperan sebagai warga negara yang efektif dan bertanggung jawab. Pembahasannya secara utuh mencakup empat pilar kebangsaan yang terkait satu sama lain, yaitu Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Bhinneka Tunggal Ika.

(5)

iv

Kompetensi yang dihasilkan bukan lagi terbatas pada kajian pengetahuan dan keterampilan penyajian hasil kajiannya dalam bentuk karya tulis, tetapi lebih ditekankan kepada pembentukan sikap dan tindakan nyata yang harus mampu dilakukan oleh tiap siswa. Dengan demikian akan terbentuk sikap yang cinta dan bangga sebagai bangsa Indonesia.

Sebagai edisi pertama, buku ini sangat terbuka dan perlu terus dilakukan perbaikan untuk penyempurnaan. Oleh karena itu, kami mengundang para pembaca memberikan kritik, saran dan masukan untuk perbaikan dan penyempurnaan pada edisi berikutnya. Atas kontribusi tersebut, kami mengucapkan terima kasih. Mudah-mudahan kita dapat memberikan yang terbaik bagi kemajuan dunia pendidikan dalam rangka mempersiapkan generasi seratus tahun Indonesia Merdeka (2045).

Jakarta, Juni 2016

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan,

(6)

v DAFTAR ISI

Kata Pengantar ... iv

Daftar Isi ... v

Daftar Gambar ... x

Daftar Tabel ... ... xi

Bagian I Petunjuk Umum ... 1

A. Rasional ... ... 1

B. Pembelajaran... 5

1.Higher Order Thinking Skills (HOTS) ... . 11

2. Model-model Pembelajaran ... ... 15

3. Pemilihan model pembelajaran yang tepat ... 27

4. Model Pembelajaran Kooperatif... . 31

5. Strategi Pembelajaran Kontekstual Dalam Pembelajaran ... ... 38

6. Model Sistem Komunikasi Pembelajaran Tunarungu. 44 C. Kompetensi Dasar dan Indikator 1.Kompetensi Dasar Mata Pelajaran PPKn ... 61

2.Tujuan Pembelajaran PPKn ... 62

3.Materi Pembelajaran PPKn ... 63

4.Pengalaman Pembelajaran Mata Pelajaran PPKn 22

D. Penilaian Pembelajaran ... 67

1.Penilaian Dalam Pembelajaran ... 25

(7)

vi

Bagian II Petunjuk Khusus ... 84

Bab I Hak dan Kewajiban Asasi Manusia Sesuai Nilai-Nilai Pacasila ... 50

A. Pembelajaran ... 52

1. Kompetensi Dasar ... 52

2. Indikator ... 53

3. Pengalaman Belajar ... 53

4. Media dan Sumber Belajar ... 54

5. Langkah-Langkah Pembelajaran ... 54

B. Penilaian, Remedial dan Pengayaan ... 93

1. Penilaian ... 94

2. Essay ... 95

3. Tugas Keterampilan ... 95

4. Interaksi Dengan Orang Tua ... 68

Bab II Sistem Hukum Peradilan di Indonesia ... 69

A. Pembelajaran ... 71

1. Kompetensi Dasar ... 71

2. Indikator ... 100

3. Pengalaman Belajar ... 100

4. Media dan Sumber Belajar ... 73

5. Langkah-Langkah Pembelajaran ... 73

B. Penilaian dan Tindak Lanjut ... 81

1. Penilaian ... 81

2. Tindak Lanjut ... 83

C. Uji Kompetensi Bab II ... 108

D. Interaksi Dengan Orang Tua ... 108

(8)

vii

Bab III Ancaman Internasional dan Ekternal

dalam Bingkai Bhinneka Tunggal Ika ... 92

A. Pembelajaran ... 94

1. Kompetensi Dasar ... 94

2. Indikator ... 95

3. Pengalaman Belajar ... 95

4. Media dan Sumber Belajar ... 96

5. Langkah-Langkah Pembelajaran ... 96

B. Penilaian dan Tindak Lanjut ... 105

1. Penilaian ... 105

2. Tindak Lanjut ... 108

C. Uji Kompetensi Bab III ... 108

D. Interaksi Dengan Orang Tua ... 111

Ujian Akhir Semester I ... 112

Bab IV Tantangan Persatuan dan Kesatuan Bangsa dalam Negara Kesatuan Repubrik Indonesia ... 133

A. Pembelajaran ... 134

1. Kompetensi Dasar ... 118

2. Indikator ... 119

3. Pengalaman Belajar ... 119

4. Media dan Sumber Belajar ... 120

5. Langkah-Langkah Pembelajaran ... 136

B. Penilaian dan Tindak Lanjut ... 140

1. Penilaian ... 129

2. Tindak Lanjut ... 141

(9)

viii

D. Interaksi Dengan Orang Tua ... 143

Ujian Tengah Semester II ... 143

Ujian Akhir Semester II ... 145

Indeks ... 149

Glosarium ... 152

Daftar Pustaka ... 158

(10)

ix DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Peserta didik memiliki hak dan kewajiban

yang sama ... 52 Gambar 2.1 Demokrasi harus ditanamkan sejak dini .. 71 Gambar 3.1 Setiap peserta didik mendapat

perlindugan hukum ... 94 Gambar 4.1 Teman dapat saling melindungi dari

(11)

x DAFTAR TABEL

Bagian Umum

Tabel 1.1 KI dan KD Mata Pelajaran PPKn Kelas XI ... 4

Tabel 1.2 Silabus PPKn Kelas XI SMALB-D ... 7

Tabel 1.3 Alokasi Waktu Penggunaan Buku ... 16

Tabel 1.4 Kegiatan Guru dan Peserta Didik ... 23

Tabel 1.5 Contoh Format Hasil Pengamatan Sikap .... 31

Tabel 1.6 Contoh Format Penilaian Diri Sikap Jujur 32

Tabel 1.7 Contoh Format Penilaian Antarteman Sikap Disiplin ... 34

Tabel 1.8 Contoh Format Jurnal ... 35

Tabel 1.9 Contoh Format Observasi ... 36

Tabel 1.10 Contoh Format Rekapitulasi Penilaian Sikap ... 40

Bagian Khusus Tabel 1.1 Instrumen Penilaian Diri Bab I ... 66

Tabel 2.1 Instrumen Penilaian Diri Bab II ... 85

Tabel 1 Instrumen Penilaian Diri UTS I ... 89

Tabel 3.1 Instrumen Penilaian Diri Bab III ... 109

Tabel 1 Instrumen Penilaian Diri UAS I ... 113

Tabel 4.1 Instrumen Penilaian Diri Bab IV ... 133

Tabel 1 Instrumen Penilaian Diri UTS II ... 137

(12)

1 BAGIAN I

PETUNJUK UMUM

A. RASIONAL

(13)

2

dan perlu penyederhanaan; (5) penegasan kembali pengertian pembelajaran saintifik yang bukan satu-satunya pendekatan dalam proses pembelajaran di kelas; (6) penyelerasan dan perbaikan teknis buku teks pelajaran agar mudah dipelajari oleh peserta didik.

Secara umum, perbaikan Kurikulum 2013 bertujuan agar selaras antara ide, desain, dokumen, dan pelaksanaannya. Secara khusus, perbaikan Kurikulum 2013 bertujuan menyelaraskan KI-KD, silabus, pedoman mata pelajaran, pembelajaran, penilaian, dan buku teks.

Perbaikan tersebut di atas dilaksanakan berdasarkan prinsip perbaikan kurikulum sebagai berikut.

1. Keselarasan (Alignment)

Antara dokumen KI-KD, Silabus, Pedoman Mata Pelajaran, Buku Teks Pelajaran, Pembelajaran, dan Penilaian Hasil Belajar harus selaras dari aspek kompetensi dan lingkup materi.

2. Mudah Dipelajari (Learnable)

Lingkup Kompetensi dan Materi yang dirumuskan dalam KD mudah dipelajari oleh peserta didik sesuai dengan tingkat perkembangan psikologis dan aspek pedagogis.

3. Mudah Diajarkan (Teachable)

(14)

3 4. Terukur (Measurable)

Kompetensi dan materi yang diajarkan terukur melalui indikator yang mudah dirumuskan dan layak dilaksanakan.

5. Bermakna untuk Dipelajari (Worth to be learnt)

Kompetensi dan materi yang diajarkan mempunyai kebermaknaan bagi peserta didik sebagai bekal kehidupan.

Memperhatikan perkembangan perbaikan Kurikulum di atas, maka diadakan perbaikan terhadap dokumen Kurikulum 2013 Pendidikan Khusus menyangkut kebijakan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 40 Tahun 2014 tentang kerangka dasar dan stuktur kurikulum sekolah menengah atas Luar Biasa dan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor157 tahun 2014 tentang Kurikulum Pendidikan Khusus. Berkenaan dengan itu, maka diperlukan beberapa contoh praktis yang dibutuhkan guru untuk dapat mengimplementasikan Kurikulum 2013 Pendidikan Khusus dengan tepat yang berkaitan dengan pembelajaran dan penilaian, serta unsur penunjang lainnya.

(15)

4

penugasan kepada guru untuk membantu peserta didik dalam mencapai hasil belajar yang baik.

Buku guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan untuk SMALB-B kelas XI ini yang berisi petunjuk umum dan petunjuk khusus contoh praktis untuk setiap materi. Materi Pancasila dan Kewarganegaraan akan terlihat dari sikap dan perilaku seseorang atau sekelompok orang. Setiap bab dalam buku ini mencerminkan aktivitas siswa sebagai warganegara Indonesia. Bab 1 adalah materi tentang Hak dan Kewajiban Asasi Manusia Sesuai Nilai-Nilai Pancasila. pada Bab 2. Sistem Hukum dan Peradilan di Indonesia pada Bab 3. Materi yang berkaitan dengan Ancaman Internal dan Ekternal dalam bingkai bhinneka tunggal ika Bab 4. materi Faktor Pendorong dan Penghambat Persatuan dan Kesatuan Bangsa.

Pedoman guru digunakan untuk mengelola pembelajaran terutama dalam memfasilitasi peserta didik tunarungu untuk memahami materi dan mengamalkan pesan-pesan moral yang ada pada buku teks pelajaran. Bagian umum pada buku guru mata pelajaran Pendidikan PPKn ini merupakan pedoman bagi guru dalam melaksanakan pembelajaran untuk peserta didik tunarungu kelas XI.

(16)

5 Pembelajaran, Kegiatan Penilaian dan Kegiatan Interaksi dengan Orang Tua.

B.Pembelajaran

(17)

6

pendidikan di sekolah melalui pembelajaran berbasis aktivitas dan pendekatan keilmuan.

Pembelajaran dikembangkan dan diimplementasikan berdasarkan karakteristik mata pelajaran PPKn dan karakteristik kompetensi dasar (KD mata pelajaran). KD akan dicapai melalui pemberian pengalaman belajar yang bervariasi sesuai dengan konteks dan keunggulan lokal, kebutuhan peserta didik, berpikir tingkat tinggi (higher order thinking skills) sesuai dengan tuntutan kebutuhan

kompetensi abad ke-21.

Guru diberikan keleluasaan dalam mengembangkan pengalaman belajar atau pendekatan-pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik mata pelajaran PPKn, kompetensi, materi pelajaran, dan kondisi daerah.

Model-model pembelajaran beserta sintaknya (seperti discovery learning, problem based learning, project based

learning) tetap dapat digunakan sesuai dengan

(18)

7 Semua perbaikan-perbaikan terhadap pembelajaran dilakukan dalam rangka:

1.memudahkan guru merencanakan dan melaksanakan pembelajaran berdasarkan silabus (yang dituangkan dalam RPP);

2.memberikan alternatif kegiatan pembelajaran untuk mencapai kompetensi sesuai tuntutan kurikulum dan lingkungan belajar yang tersedia; dan

3.menyelaraskan dan menyederhanakan penilaian pembelajaran yang dilakukan oleh guru.

Berikut ini merupakan karakteristik dan prinsip pembelajaran berbasis aktivitas.

1.Karakteristik pembelajaran berbasis aktivitas a.interaktif dan inspiratif;

b.menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif;

c. kontekstual dan kolaboratif;

d.memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian peserta didik; dan

e. sesuai dengan bakat, minat, kemampuan, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

2.Prinsip pembelajaran di antaranya adalah sebagai berikut: a.peserta didikdifasilitasi untuk mencari tahu;

b.peserta didik belajar dari berbagai sumber belajar; c. proses pembelajaran menggunakan pendekatan ilmiah; d.pembelajaran berbasis kompetensi;

e. pembelajaran terpadu;

(19)

8

yang memiliki kebenaran multi dimensi; g. pembelajaran berbasis keterampilan aplikatif;

h.peningkatan keseimbangan, kesinambungan, dan keterkaitan antara hard-skills dan soft-skills;

i. pembelajaran yang mengutamakan pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik sebagai pembelajar sepanjang hayat;

j. pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai dengan memberi keteladanan (ing ngarso sung tulodo), membangun kemauan (ing madyo mangun karso), dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran (tut wuri handayani);

k.pembelajaran yang berlangsung di rumah, di sekolah, dan di masyarakat;

l. pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran; m. pengakuan atas perbedaan individual dan latar

belakang budaya peserta didik; dan

n.suasana belajarmenyenangkan dan menantang.

(20)

9 melibatkan peserta didik untuk dapat berkolaborasi antar sesamanya, misalnya kerja kelompok atau diskusi kelompok.

Proses Pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisi pasiaktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Untuk itu setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran serta penilaian proses pembelajaran untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas ketercapaian kompetensi lulusan.

Sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi maka prinsip pembelajaran yang digunakan:

1. Dari pesertadidikdiberi tahu menuju pesertadidik mencari tahu;

2. Darigurusebagaisatu-satunyasumberbelajarmenjadibelajar berbasis aneka sumber belajar;

3. Dari pendekatan tekstual menuju proses sebagai penguatan penggunaan pendekatan ilmiah;

4. Dari pembelajaran berbasis konten menuju pembelajaran berbasis kompetensi;

5. Dari pembelajaran parsial menujupembelajaran terpadu; 6. Daripembelajaran yang menekankan jawaban

tunggal menuju pembelajaran dengan jawaban yang kebenarannya multi dimensi;

7. Daripembelajaran verbalisme menuju keterampilan aplikatif;

8. Peningkatan dan keseimbangan antara keterampilan fisikal (hardskills) dan keterampilan mental (softskills);

(21)

10

pembudayaan danpemberdayaanpesertadidiksebagai pembelajar sepanjanghayat.

10.Pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai dengan memberi keteladanan(ing ngarso sungtulodo), membangun kemauan(ingmadyo mangun karso),danmengembangkan kreativitaspesertadidikdalam proses pembelajaran (tutwurihandayani);

11.Pembelajaranyang berlangsung di rumah, di sekolah, dan di masyarakat;

12.Pembelajaranyangmenerapkanprinsipbahwasiapasajaadal ahguru, siapa saja adalah siswa, dan di mana saja adalah kelas.

13.Pemanfaatanteknologiinformasidankomunikasiuntukmeni ngkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran;dan

14.Pengakuan atas perbedaan individualdan latar belakang budayapesertadidik.

Terkait dengan prinsip di atas, dikembangkan standar proses yang mencakup perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran.

Karakteristik pembelajaran pada mata pelajaran PPKn setiap satuan pendidikan terkait erat pada Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi. Standar Kompetensi Lulusan memberikan kerangka konseptual tentang sasaran pembelajaran yang harus dicapai. Standar Isi memberikan kerangka konseptual tentang kegiatan belajar dan pembelajaran yang diturunkan dari tingkat kompetensi dan ruang lingkup materi.

Dalam konteks pendidikan berdasarkan standar (standard-based education), kurikulum berbasis kompetensi

(22)

11

(mastery learning) penilaian proses dan hasil belajar

merupakan parameter tingkat pencapaian kompetensi minimal. Untuk itu, berbagai pengalaman belajar perlu dikembangkan untuk memfasilitasi peserta didik agar mudah dalam belajar dan mencapai keberhasilan belajar secara optimal.

1. Higher Order Thinking Skills (HOTS)

(23)

12

Tabel 5. Deskripsi Kemampuan Kognitif

KATEGORI DESKRIPSI

Mengingat (Remember)

Menyajikan fakta dari ingatan (mengenai fakta penting/recognizing;

memanggil/recalling/retrieving) Memahami

(Understand)

Memaknai materi yang dipelajari dengan kata-kata/kalimat sendiri (interpretasi/interpreting, memberi contoh/illustrating,

mengkalsifikasi/classifying/categorizing, meringkas/summarizing/abstracting,

menyimpulkan/concluding/ektrapolating/interpola ting, predicting,

membandingkan/comparing/contrasting/mapping /matching, menjelaskan/constructing model e.g.

cause-effect)

Menerapkan (Apply)

(24)

13

(melakukan, menerapkan) Menganalisis

(Analyze)

Mengelompokkan informasi/fenomena dalam bagian-bagian penting

(differentiating/discriminating/focusing/selecting), menentukan keterkaitan antar komponen

(organizing/finding

coherence/integrating/outlining/structuring),

menemukan pikiran pokok/bias/nilai penulis (attributing/deconstructing)

Mengevaluasi (Evaluate)

Menentukan apakah kesimpulan sesuai dengan uraian/fakta

(checking/coordinating/detecting/monitoring/testin g), menilai metode mana yang paling sesuai untuk

menyelesaikan masalah (critiquing/judging) Mencipta

(Create)

Mengembangkan hipotesis (generating),

merencanakan penelitian (planning/designing), mengembangkan produk baru

(producing/constructing)

(25)

14

Berdasarkan tingkat berpikir yang tercantum dalam Tabel 5di atas, ada kemampuan berpikir tingkat tinggi (higher order thinking skills = HOTS) yang harus dikuasai oleh peserta didik yaitu kemampuan untuk menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta. Oleh sebab itu, maka dalam pembelajaran Bapak/Ibu guru dianjurkan untuk mendorong peserta didiknya memiliki kemampuan tersebut dengan menyajikan pembelajaran yang variatif serta pemberian materi yang “tidak biasa” yang dikembangkan dari KD-KI 3.

Contoh kegiatan pembelajaran untuk mendorong peserta didik memilki keterampilan berpikir tingkat tinggi (HOTS).

1) Guru menugaskan peserta didik untuk menganalisis permasalahan yang disajikan melalui lembar kerja berkaitan dengan materi hak dan kewajiban asasi manusia sesuai pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara

2) Peserta didik menganalisa permasalahan tersebut melalui kegiatan diskusi kelompok, yang diawali dengan mengidentifikasi variabel-variabel yang ditemukan dalam permasalahan;

(26)

15 dianalisis sehingga menghasilkan rumusan penyelesaian masalah;

4) Melalui diskusi dan tanya jawab bersama kelompoknya, peserta didik melakukan evaluasi terhadap rumusan penyelesaian masalah yang diperolehnya;

5) Peserta didik mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya, kemudian membuat kesimpulan bersama;

6) Selama kegiatan berlangsung, guru melakukan pengamatan dan pendampingan.

Berikut adalah contoh-contoh soal HOTS yang sesuai dengan KD 1.2, KD 2.2, KD 3.2 dan 4.2 mata pelajaran PPKn di atas.

Permasalahan 1

 Ada warga masyarakat yang diadili dan dijatuhi hukuman! Bagaimana hakim mengadili warga masyarakat tersebut?

(27)

16

Alternatif Penyelesaian:

Permasalahan 2

2. Model-model Pembelajaran

Pelaksanaan kegiatan pembelajaran dilaksanakan melalui tiga besaran kegiatan, yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Ketiga rangkaian kegiatan ini dilaksanakan secara berurutan dan disesuaikan dengan karakteristik materi pelajaran saat itu.

a.Kegiatan Pendahuluan

Dalam kegiatan pendahuluan, guru:

 Menyimak kasus dalam permasalahan penegakan hukum.

 Menganalisis permasalahan dalam kasus tersebut dengan berdiskusi dalam kelompok.

 Menganalisis keputusan hakim dalam penyelesaian kasus tersebut.

 Menyusun alternatif penyelesaian kasus atau putusan yang seharusnya diambil oleh hakim dengan berdiskusi dalam kelompok.

 Menyusun laporan hasil pembahasan kasus dan mempresentasikan hasil diskusi kelompok tersebut.

Carilah artikel yang membahas perkara atau sengketa antara orang-orang yang beragama Islam!

Apakah solusi dari perkara yang dihadapi?

(28)

17 1) mengondisikan suasana belajar yang

menyenangkan;

2) mendiskusikan kompetensi yang sudah dipelajari dan dikembangkan sebelumnya berkaitan dengan kompetensi yang akan dipelajari dan dikembangkan;

3) menyampaikan kompetensi yang akan dicapai dan manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari; 4) menyampaikan garis besar cakupan materi

dan kegiatan yang akan dilakukan; dan

5) menyampaikan lingkup dan teknik penilaian yang akan digunakan.

b.Kegiatan Inti

(29)

18

dengan tuntutan kompetensi. Dalam setiap kegiatan guru harus memperhatikan perkembangan sikap peserta didik pada kompetensi dasar dari KI-1 dan KI-2 antara lain mensyukuri karunia Tuhan, jujur, teliti, kerja sama, toleransi, disiplin, taat aturan, menghargai pendapat orang lain yang tercantum dalam silabus.

c.Kegiatan Penutup

Kegiatan penutup terdiri atas:

1) Kegiatan guru bersama peserta didik yaitu: (a) membuat rangkuman/simpulan pelajaran; (b) melakukan refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan; dan (c) memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran; dan

2) Kegiatan guru yaitu: (a) melakukan penilaian; (b) merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan tugas baik tugas individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik; dan (c) menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.

(30)

19 pendekatan berbasis keilmuan yaitu pembelajaran yang mengadopsi langkah-langkah saintis dalam membangun pengetahuan melalui metode ilmiah. Pendekatan ini menekankan pada proses pencarian pengetahuan, berkenaan dengan materi pembelajaran melalui pengalaman belajar

mengamati, menanya, mengumpulkan

informasi/mencoba, mengasosiasi dan

mengomunikasikan.

Contoh;

Dalam kegiatan pembelajaran PPKn untuk memberikan pengalaman belajar mengamati dalam

RPP dapat ditulis; “Menyimak isi bacaan, atau gambar atau teks/cerita/masalah atau mendiskusikan dalam kelompok tentang materi hak dan kewajiban asasi manusia sesuai pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara”.

Sedangkan untuk kegiatan mengumpulkan

informasi/mencoba dapat ditulis: “Mengidentifikasi

informasi berdasarkan kasus atau permasalahan relevan yang disajikan terkait dengan hak dan kewajiban asasi manusia sesuai pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara ”.

(31)

20

Selain itu, Bapak/Ibu guru dapat menggunakan model pembelajaran yang relevan dengan karakteristik mata pelajaran, KD, atau karakteristik materi, antara lain discovery

based-learning, project-based learning, problem-based

learning, inquiry based-learning, atau model

lain yang relevan.

a.Langkah model discovery based-learningadalah sebagai berikut;

1) Stimulation (memberi stimulus); guru

memberikan stimulan, untuk diamati peserta didik agar mendapat pengalaman belajar mengamati pengetahuan konseptual melalui kegiatan membaca, mengamati situasi atau melihat gambar.

2) Problem Statement (mengidentifikasi

masalah); merupakan kegiatan peserta didik dalam menemukan permasalahan apa saja yang dihadapi, sehingga pada kegiatan ini peserta didik diberikan pengalaman untuk menanya, mencari informasi, dan merumuskan masalah.

3) DataCollecting (mengumpulkan data);

(32)

21 akurasi, dan kejujuran, serta membiasakan peserta didik untuk mencari atau merumuskan berbagai alternatif pemecahan masalah, jika satu alternatif mengalami kegagalan.

4) Data Processing (mengolah data); peserta

didik mencoba dan mengeksplorasi kemampuan pengetahuan konseptualnya untuk diaplikasikan pada kehidupan nyata, sehingga kegiatan ini juga akan melatih keterampilan berfikir logis dan aplikatif.

5) Verification (memverifikasi); peserta didik

mengecek kebenaran atau keabsahan hasil pengolahan data melalui berbagai kegiatan, atau mencari sumber yang relevan baik dari buku atau media, serta mengasosiasikannya sehingga menjadi suatu kesimpulan.

6) Generalization (menyimpulkan); peserta didik

digiring untuk menggeneralisasikan hasil kesimpulannya pada suatu kejadian atau permasalahan yang serupa, sehingga kegiatan ini juga dapat melatih pengetahuan metakognisi peserta didik.

b. Langkah-langkah model Problem-Based

(33)

22

1) Mengorientasikan; tahap ini untuk memfokuskan peserta didik mengamati masalah yang menjadi objek pembelajaran. Contoh:

Peserta didik mengamati atau menyimak permasalahan kasuistik berkaitan dengan penegakan hukum pada materi sstem hukum peradilan di indonesia sesuai dengan UUD 45.

2) Mengorganisasikan kegiatan pembelajaran; pengorganisasian pembelajaran merupakan salah satu kegiatan dimana peserta didik menyampaikan berbagai pertanyaan (atau menanya) terhadap masalah yang dikaji Contoh;

Peserta didik difasilitasi untuk membuat beberapa pertanyaan mengenai informasi yang didapatkan dari hasil pengamatan tentang penegak hukum, dan menuliskan minimal 4 pertanyaan yang memuat

kata-kata “kepolisian”, “kejaksaan”, “kehakiman”, dan “advokat”.

3) Membimbing penyelidikan mandiri dan kelompok; pada tahap ini peserta didik melakukan percobaan untuk memperoleh data dalam rangka menjawab atau menyelesaikan masalah yang dikaji.

(34)

23 Peserta didik melengkapi informasi dengan mencari mencari berbagai informasi yang mendukung dari beberapa buku referensi, internet, atau sumber yang lain untuk menguatkan dugaan yang dibuat. Peserta didik diminta mencari permasalahan penegakan hukum dan mengelompokan permasalahan berdasarkan tugas dari aparat penegak hukum yang berada di Indonesia serta membahas alternatif pemecahan masalah tersebut baik secara mandiri atau kelompok.

4) Mengembangkan dan menyajikan hasil karya; peserta didik mengasosiasi data yang ditemukan dari percobaan dengan berbagai data lain dari berbagai sumber.

Contoh;

(35)

24

5) Menganalisis dan evaluasi proses pemecahan masalah; setelah peserta didik mendapat jawaban terhadap masalah yang ada, selanjutnya dianalisis dan dievaluasi.

Contoh;

Peserta didik diminta menganalisis beberapa permasalahan yang melibatkan lembaga peradilan, membuat dugaan awal dan mempresentasikan di depan kelas. Guru membantu peserta didik melakukan refleksi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.

Peserta didik diminta menuliskan kesimpulan yang didapatkan tentang apa itu lembaga peradilan serta ciri-ciri yang dapat membedakan setiap lembaga tersebut berdasarkan tugasnya. Setelah itu peserta didik diminta mendiskusikan kesimpulan kelompoknya dengan peserta didik/kelompok lainnya.

c. Langkah pembelajaran dalam model Project

Based-Learning adalah sebagai berikut;

1) Menyiapkan pertanyaan atau penugasan proyek.

(36)

25 dengan konsep dalam KD-KI 4 disesuaikan dengan realitas dunia nyata.

2) Mendesain perencanaan proyek.

Perencanaan dilakukan secara kolaboratif antar peserta didik, dan peserta didik dengan guru. Dengan demikian peserta didik diharapkan akan merasa memiliki atas proyek tersebut. Perencanaan berisi tentang kegiatan, alat, dan bahan yang berguna untuk penyelesaian proyek

3) Menyusun jadwal sebagai langkah nyata dari sebuah proyek.

Peserta didik menyusun jadwal aktivitas dalam menyelesaikan proyek. Aktivitas pada tahap ini antara lain: (1) membuat timeline untuk menyelesaikan proyek, (2) membuat deadline penyelesaian proyek, (3) membawa peserta didik agar merencanakan cara yang baru, (4) membimbing peserta didik ketika mereka membuat cara yang tidak berhubungan dengan proyek, dan (5) meminta peserta didik untuk membuat penjelasan (alasan) tentang pemilihan suatu cara.

4) Memonitor kegiatan dan perkembangan proyek.

(37)

26

didik. Guru bertanggungjawab untuk melakukan monitor terhadap aktivitas peserta didik selama menyelesaikan proyek. Guru berperan menjadi mentor bagi aktivitas peserta didik. Agar mempermudah proses monitoring, dibuat sebuah rubrik yang dapat merekam keseluruhan aktivitas yang penting.

Peserta didik melakukan pengecekan atas kerja mereka sendiri, sesuai dengan tahap perkembangan proyeknya, sehingga memungkinkan mereka untuk terus melakukan perbaikan dan akhirnya diperoleh suatu proyak yang sudah sesuai dengan kriteria penugasan.

5) Menguji hasil.

Pengujian hasil dapat dilakukan melalui presentasi atau penyajian proyek. Pada kegaiatan ini, guru dapat mengukur ketercapaian kompetensi peserta didiknya, dan peserta didik dapat melihat dimana kekurangan dan/atau kelebihan proyek yang mereka hasilkan berdasarkan masukkan dari peserta didik/kelompok lain serta masukkan dari guru.

6) Mengevaluasi kegiatan/pengalaman.

(38)

27 aktivitas dan hasil proyek yang sudah dilakukan. Proses refleksi dilakukan baik secara individu maupun kelompok. Pada tahap ini peserta didik diminta untuk mengungkapkan perasaan dan pengalamannya selama menyelesaikan proyek. Guru dan peserta didik mengembangkan diskusi dalam rangka memperbaiki kinerja selama proses pembelajaran, sehingga pada akhirnya ditemukan suatu temuan untuk menjawab permasalahan yang diajukan pada tahap pertama pembelajaran dan permasalahan lain yang serupa.

c. Langkah-langkah dalam modelinquiry

based-learning terdiri

atas:

1) Mengamati berbagi fenomena alam yang akan memberikan pengalaman belajar kepada peserta didik bagaimana mengamati berbagai fakta atau fenomena.

2) Mengajukan pertanyaan tentang fenomena yang dihadapi untuk melatih peserta didik mengeksplorasi fenomena melalui berbagai sumber.

(39)

28

mengasosiasi atau melakukan penalaran terhadap kemungkinan jawaban dari pertanyaan yang diajukan.

4) Mengumpulkan data yang terkait dengan dugaan atau pertanyaan yang diajukan, sehingga peserta didik dapat memprediksi dugaan yang paling tepat sebagai dasar untuk merumuskan suatu kesimpulan.

5) Merumuskan kesimpulan-kesimpulan berdasarkan data yang telah diolah atau dianalisis, sehingga peserta didik dapat mempresentasikan atau menyajikan hasil temuannya.

Silahkan bapak/ibu coba berikan contoh untuk tiap-tiap langkah pembelajaran dengan model inquiry based-learning di atas.

3. Pemilihan model pembelajaran yang tepat

(40)

29 diskusi maupun dalam kegaiatan lain, dan dapat meningkatkan sifat percaya diri.

Cara menentukan sebuah model pembelajaran yang akan dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran akan berbeda untuk setiap mata pelajaran. Hal tersebut disesuaikan dengan karakteristik materi pada masing-masing mata pelajaran. Secara umum. Hal-hal yang dapat dipertimbangkan dalam menentukan model pembelajaran yang akan digunakan hal-hal sebagai berikut.

a. Kesesuaian model pembelajaran dengan karakteristik mata pelajaran, sehingga ada kemungkinan mata pelajaran tertentu tidak menggunakan model yang diuraikan di atas, tetapi menggunakan model khusus untuk mata pelajaran tersebut. Sebagai contoh untuk mata pelajaran bahasa menggunakan pembelajaran berbasis teks.

b. Kesesuaian model pembelajaran dengan karakteristik KD-KI 2 yang dapat mengembangkan kompetensi sikap, dan kesesuaian materi pembelajaran dengan tuntutan KD-KI 3 dan/atau KD-KI 4 untuk memgembangkan kompetensi pengetahuan dan/atau keterampilan.

(41)

30

mengembangkan potensi dan kompetensi, misalnya untuk mengembangkan interaksi sosial, atau mengolah informasi.

d. Penggunaan model pembelajaran disesuaikan dengan pendekatan saintifik.

Contoh:

Dengan memperhatikan karakteristik pemilihan model di atas, serta hasil analisis terhadap KI-KD, Pedoman Mata Pelajaran, dan Silabus, maka untuk KD 3.1 dan 4.1 seperti diuraikan sebelumnya, serta memperhatikan indikator sikap dari KI 2 yaitu disiplin, kerja sama, tanggung jawab, rasa ingin tahu dan sikap kritis, maka pembelajaran akan disajikan dengan model DiscoveryBased-Learning sebagai berikut.

1) Stimulation (memberi stimulus);

Guru menyajikan berbagai permasalahan berkaitan materi hak dan kewajiban asasi manusia, sistem hukum peradilan di Indonesia berupa gambar atau teks untuk diamati oleh peserta didik secara berkelompok, baik melalui tayangan ppt maupun lembar kerja.

2) Problem Statement (mengidentifikasi masalah)

(42)

31 kewajiban asasi manusia, sistem hukum peradilan di Indonesia dan membuat catatan berdasarkan hasil temuan, serta membuat rumusan penyelesaian masalah masalah berdasarkan data-data yang ditemukan.

3) Data Collecting (mengumpulkan data);

Peserta didik mencari serta mengumpulkan data/informasi yang berkaitan dengan permasalahan hak dan kewajiban asasi manusia, sistem hukum peradilan di Indonesia baik dari buku paket PPKn kelas XI, sumber lain yang relevan atau intenet.

4) Data Processing (mengolah data);

Peserta didik melakukan diskusi bersama kelompok untuk menyelesaikan masalah hak dan kewajiban asasi manusia, sistem hukum peradilan di Indonesia dengan menggunakan berbagai informasi yang telah dikumpulkan dan membuat kesimpulan sementara hasil kesepakatan dari kelompoknya.

5) Verification (memverifikasi);

(43)

32

kelompok. Arahkan proses pembelajaran ke bentuk tanya jawab.

6) Generalization (menyimpulkan);

Peserta didik dengan bimbingan guru membuat kesimpulan berkaitan dengan materi hak dan kewajiban asasi manusia, sistem hukum peradilan di Indonesia berdasarkan hasil rangkuman dari kesimpulan setiap kelompok setelah sesi presentasi.

berkaitan dengan materi hak dan kewajiban asasi manusia, sistem hukum peradilan di Indonesia berdasarkan hasil rangkuman dari kesimpulan setiap kelompok setelah sesi presentasi.

4. Model Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengutamakan kerjasama diantara peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran. Keterampilan kooperatif yang harus dikuasai peserta didik berfungsi untuk melancarkan hubungan kerja, dan tugas. Peranan hubungan kerja dapat dibangun dengan mengembangan komunikasi antar anggota kelompok, sedangkan peranan tugas dilakukan dengan membagi tugas antar anggota kelompok selama kegiatan. Menurut Rusman (2012: 209),

(44)

33 penting, yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap

keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial”.

Pembelajaran kooperatif menurut Sanjaya (2010) memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Untuk menuntaskan materi, peserta didik belajar dalam kelompok dan bekerja sama.

2. Kelompok dari peserta didik yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah.

3. Jika dalam kelas terdapat peserta didik yang heterogen ras, suku, budaya, dan jenis kelamin, maka diupayakan agar tiap kelompok terdapat keheterogenan tersebut. 4. Penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok

daripada perorangan.

Tujuan dari pembelajaran kooperatif menurut Sanjaya (2010) adalah:

1. Hasil belajar akademik, yaitu untuk meningkatkan kinerja peserta didik dalam tugas akademik. Pembelajaran model ini dianggap unggul dalam membantu peserta didik dalam memahami konsep yang sulit.

2. Penerimaan terhadap keragaman, yaitu agar peserta didik menerima temannya yang mempunyai berbagai macam latar belakang.

3. Pengembangan keterampilan sosial, yaitu untuk mengembangkan keterampilan sosial peserta didik diantaranya: berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, memancing teman untuk bertanya, mau mengungkapkan ide, dan bekerja dalam kelompok.

(45)

34

Tabel 2.1

Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif

Tahap Indikator Tingkah Laku Guru 1. Menyampaikan

tujuan dan memotivasi peserta didik.

Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi peserta didik.

2. Menyajikan informasi.

Guru menyajikan informasi kepada peserta didik dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan.

3. Mengorganisasikan peserta didik ke dalam kelompok-kelompok belajar.

Guru menjelaskan kepada peserta didik bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi efisien.

4. Membimbing

kelompok bekerja dan belajar.

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mengerjakan tugas.

5. Evaluasi. Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya. 6. Memberikan

penghargaan.

Guru mencari cara untuk menghargai upaya atau hasil belajar peserta didik baik individu maupun kelompok.

(46)

35 hasil akhir kerja kelompok atau evaluasi tentang apa yang telah mereka pelajari dan memberi penghargaan terhadap usaha-usaha kelompok maupun individu.

b. Model Pembelajaran Berbasis Masalah

Pembelajaran berbasis masalah merupakan sebuah pendekatan pembelajaran yang menyajikan masalah kontekstual sehingga merangsang peserta didik untuk belajar. Dalam kelas yang menerapkan pembelajaran berbasis masalah, peserta didik bekerja dalam tim untuk memecahkan masalah dunia nyata.

Pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu model pembelajaran yang menantang peserta didik untuk

“belajar bagaimana belajar”, bekerja secara berkelompok

untuk mencari solusi dari permasalahan dunia nyata. Masalah yang diberikan ini digunakan untuk mengikat peserta didik pada rasa ingin tahu pada pembelajaran yang dimaksud. Masalah diberikan kepada peserta didik, sebelum peserta didik mempelajari konsep atau materi yang berkenaan dengan masalah yang harus dipecahkan.

Terdapat lima strategi penggunaan Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) atau Problem Based Learning (PBL), yaitu:

1. Permasalahan sebagai kajian.

2. Permasalahan sebagai penjajakan pemahaman. 3. Permasalahan sebagai contoh.

(47)

36

5. Permasalahan sebagai stimulus aktivitas autentik.

Peran guru, peserta didik dan masalah dalam Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) atau Problem Based Learning (PBL), adalah sebagai berikut:

1. Peran Guru sebagai Pelatih

a. Bertanya tentang pemikiran. b. Memonitor pembelajaran.

c. Menantang peserta didik untuk berpikir. d. Menjaga agar peserta didik terlibat. e. Mengatur dinamika kelompok. f. Menjaga berlangsungnya proses.

2. Peran Peserta Didik sebagai Problem Solver

a. Peserta yang aktif.

b. Terlibat langsung dalam pembelajaran. c. Membangun pembelajaran.

3. Peran Masalah sebagai Awal Tantangan dan Motivasi

a. Menarik untuk dipecahkan.

b. Menyediakan kebutuhan yang ada hubungannya dengan pelajaran yang dipelajari.

Tujuan Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) atau

Problem Based Learning (PBL), adalah sebagai berikut:

1. Keterampilan berpikir dan keterampilan memecahkan masalah. Pembelajaran berbasis masalah ini ditujukan untuk mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi.

2. Pemodelan peranan orang dewasa. Bentuk pembelajaran

berbasis masalah penting menjembatani „gap‟ antara

(48)

37 yang lebih praktis yang dijumpai di luar sekolah. Berikut ini aktivitas-aktivitas mental di luar sekolah yang dapat dikembangkan: (a) PBL mendorong kerjasama dalam menyelesaikan tugas; (b) PBL memiliki elemen-elemen magang. Hal ini mendorong pengamatan dan dialog dengan yang lain sehingga peserta didik secara bertahap dapat memi peran yang diamati tersebut; dan (3) PBL melibatkan peserta didik dalam penyelidikan pilihan sendiri, yang memungkinkan mereka menginterpretasikan dan menjelaskan fenomena dunia nyata dan membangun femannya tentang fenomena itu.

3. Belajar Pengarahan Sendiri (self directed learning). Pembelajaran berbasis masalah berpusat pada peserta didik. Peserta didik harus dapat menentukan sendiri apa yang harus dipelajari, dan dari mana informasi harus diperoleh, di bawah bimbingan guru.

Tabel 2.2

Langkah-langkah Model Pembelajaran Berbasis Masalah

Tahap Indikator Tingkah Laku Guru

1. Orientasi peserta didik pada masalah.

Menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang diperlukan, dan memotivasi peserta didik terlibat pada aktivitas pemecahan masalah.

2. Mengorganisasi peserta didik untuk belajar.

Membantu peserta didik

mendefinisikan dan

mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.

(49)

38

Tahap Indikator Tingkah Laku Guru

pengalaman individu/ kelompok.

mengumpulkan informasi yang sesuai, Melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.

4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya.

Membantu peserta didik dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya. 5. Menganalisis

dan

mengevaluasi proses

pemecahan masalah.

Membantu peserta didik untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses yang mereka gunakan.

Masalah yang disajikan dalam pembelajaran berbasis masalah tidak perlu berupa penyelesaian masalah (problem

solving) sebagaimana biasanya, tetapi pembentukan

masalah (problem posing) yang kemudian diselesaikan. Melalui pendekatan PBM peserta didik mempresentasikan gagasannya.

(50)

39 Rusman (2012: 243) mencantumkan langkah-langkah pembelajaran berbasis masalah sebagaimana tercantum dalam tabel 2.2 di atas.

5. Strategi Pembelajaran Kontekstual Dalam Pembelajaran Pembelajaran Kontekstual Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan suatu proses pendidikan yang

holistik dan bertujuan memotivasi peserta didik untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengkaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial, dan kultural) sehingga peserta didik memiliki pengetahuan/keterampilan yang secara fleksibel dapat diterapkan (ditransfer) dari satu permasalahan/konteks ke permasalahan/ konteks lainnya.

Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan

(51)

40

strategi yang memenuhi prinsip-prinsip pembelajaran berbasis kompetensi.

Dengan lima strategi pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning), yaitu relating,

experiencing, applying, cooperating, dan transfering

diharapkan peserta didik mampu mencapai kompetensi secara maksimal. Dalam kelas kontekstual, tugas guru adalah membantu peserta didik mencapai tujuannya. Guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi.

Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas (peserta didik). Sesuatu yang baru datang dari menemukan sendiri bukan dari apa kata guru. Begitulah peran guru di kelas yang dikelola dengan pendekatan kontekstual.

Pembelajaran kontekstual Contextual Teaching and

Learning (CTL) adalah "konsep belajar yang membantu

(52)

41

Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat

diterapkan dalam kurikulum apa saja, bidang studi apa saja, dan kelas yang bagaimanapun keadaannya. Pendekatan CTL dalam kelas cukup mudah. Secara garis besar, langkah-langkah yang harus ditempuh dalam CTL adalah sebagai berikut:

1. Kembangkan pemikiran bahwa peserta didik akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan baru yang diperolehnya.

2. Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik.

3. Kembangkan sifat ingin tahu peserta didik dengan bertanya.

4. Ciptakan masyarakat belajar.

5. Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran. 6. Lakukan refleksi di akhir pertemuan.

7. Lakukan penilaian yang sebenarnya (authentic assessment) dengan berbagai cara.

Karakteristik dari pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) sebagaimana dikutip Rusman (2012: 198)

adalah sebagai berikut:

(53)

42

hasil karya peserta didik, laporan hasil pratikum, karangan peserta didik dan lain-lain.

Dalam pembelajaran kontekstual, program pembelajaran lebih merupakan rencana kegiatan kelas yang dirancang guru, yang berisi skenario tahap demi tahap tentang apa yang akan dilakukan bersama peserta didiknya sehubungan dengan topik yang akan dipelajarinya. Dalam program tercermin tujuan pembelajaran, media untuk mencapai tujuan tersebut, materi pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran, dan authentic assessment-nya.

Dalam konteks tersebut, program yang dirancang guru benar-benar rencana pribadi tentang apa yang akan dikerjakannya bersama peserta didiknya. Secara umum tidak ada perbedaan mendasar format antara program pembelajaran konvensional dengan program pembelajaran kontekstual. Program pembelajaran konvensional lebih menekankan pada deskripsi tujuan yang akan dicapai (jelas dan operasional), sedangkan program untuk pembelajaran kontekstual lebih menekankan pada skenario pembelajarannya.

Beberapa komponen utama dalam pembelajaran Kontekstual menurut Johnson (2000: 65), yang dapat di uraikan sebagai berikut:

1. Melakukan hubungan yang bermakna (Making

(54)

43 Keterkaitan yang mengarah pada makna adalah jantung dari pembelajaran dan pengajaran kontekstual. Ketika peserta didik dapat mengkaitkan isi dari mata pelajaran akademik, ilmu pengetahuan alam. Atau sejarah dengan pengalamannya mereka sendiri, mereka menemukan makna, dan makna memberi mereka alasan untuk belajar. Mengkaitkan pembelajaran dengan kehidupan seseorang membuat proses belajar menjadi hidup dan keterkaitan inilah inti dari CTL.

2. Melakukan kegiatan-kegiatan yang berarti (Doing

Significant Works)

Model pembelajaran ini menekankan bahwa semua proses pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas harus punya arti bagi peserta didik sehingga mereka dapat mengkaitkan materi pelajaran dengan kehidupan sehari-hari.

3. Belajar yang diatur sendiri (Self-Regulated Learning)

Pembelajaran yang diatur sendiri, merupakan pembelajaran yang aktif, mandiri, melibatkan kegiatan menghubungkan masalah ilmu dengan kehidupan sehari-hari dengan cara-cara yang berarti bagi peserta didik. Pembelajaran yang diatur peserta didik sendiri, memberi kebebasan kepada peserta didik untuk menggunakan gaya belajarnya sendiri.

4. Bekerjasama (collaborating) Peserta didik dapat

bekerja sama

(55)

44

bagaimana mereka saling mempengaruhi dan saling berkomunikasi.

5. Berpikir kritis dan kreatif (Critical dan Creative

Thinking)

Pembelajaran kontekstual membantu peserta didik mengembangkan kemampuan berpikir tahap tinggi, berpikir kritis dan berpikir kreatif. Berpikir kritis adalah suatu kecakapan nalar secara teratur, kecakapan sistematis dalam menilai, memecahkan masalah menarik keputusan, memberi keyakinan, menganalisis asumsi dan pencarian ilmiah. Berpikir kreatif adalah suatu kegiatan mental untuk meningkatkan kemurnian, ketajaman pemahaman dalam mengembangkan sesuatu.

6. Mengasuh atau memelihara pribadi (Nuturing The

Individual)

Dalam pembelajaran kontekstual peserta didik bukan hanya mengembangkan kemampuan intelektual dan keterampilan, tetapi juga aspek-aspek kepribadian: integritas pribadi, sikap, minat, tanggung jawab, disiplin, motif berprestasi. Guru berperan sebagai konselor, dan mentor. Tugas dan kegiatan yang akan dilakukan peserta didik harus sesuai dengan minat, kebutuhan dan kemampuannya.

7. Mencapai standar yang tinggi (Reaching High

Standards)

(56)

45 (excellent). Tiap peserta didik bisa mencapai keunggulan, asalkan dia dibantu oleh gurunya dalam menemukan potensi dan kekuatannya.

8. Menggunakan Penilaian yang otentik (Using

Authentic Assessment)

Penilaian autentik menantang para peserta didik untuk menerapkan informasi dan keterampilan akademik baru dalam situasi nyata untuk tujuan tertentu. Penilaian autentik merupakan antitesis dari ujian standar, penilaian autentik memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menunjukkan kemampuan terbaik mereka sambil mempertunjukkan apa yang sudah mereka pelajari.

(57)

46

Formal, Metode Okasional, dan Metode Maternal Reflektif (MMR). Keseluruhan sistem komunikasi tersebut dapat dilihat berikut ini:

1.Komunikasi Verbal

Komunikasi verbal adalah komunikasi dengan menggunakan oral (lisan, bicara) tulisan dan membaca ujaran.

(a) Oral (lisan, bicara)

Oral adalah suatu cara dalam berkomunikasi dengan menggunakan bahasa lisan sebagai alat untuk berkomunikasi. Berdasarkan apa yang diungkapkan oleh Mullholand (1980) dalam Lani Bunawan (1997:5), maka komunikasi dengan oral yaitu:

1)Suatu sistem komunikasi yang menggunakan bicara, sisa pendengaran, baca ujaran, dan atau rangsangan vibrasi serta perabaan (vibrotaktil) untuk suatu percakapan spontan.

2)Suatu sistem pendidikan dimana kegiatan belajar mengajar berlangsung dengan menggunakan bahasa lisan dan tulisan.

(58)

47 Adapun keunggulan dari oral dibandingkan bahasa isyarat yaitu:

1) Kecepatan berbicara jauh lebih cepat daripada berbahasa isyarat.

2) Bahasa bicara lebih fleksibel, baik pembicara maupun lawan bicara lebih bebas.

3) Bahasa bicara lebih berdiferensiasi.

4) Isyarat bersifat terlalu afektif, cenderung menyebabkan kurang terkendalinya perasaan. 5) Dengan isyarat ada kecenderungan untuk

memeragakan pikiran atau hal yang kongkrit, emosional atau situasional saja.

6) Bila seseorang berbicara, maka “pesan” atau ungkapan seolah-olah keluar dari diri orang itu agar sampai pada lawan bicara. Sedangkan dengan berisyarat seseorang akan lebih terpusat pada diri sendiri, kurang memberi kesan adanya

sesuatu yang “keluar” ke orang lain, bahkan

perhatian lawan bicara lebih terarah terhadap gerak tangan penyampai pesan.

Adapun berdasarkan jenisnya metode oral dapat dibedakan atas:

(59)

48

2) Pendekatan Unisensory/Akupedik yang memberi penekanan pada pemberian Alat Bantu Dengar (ABD) yang bermutu tinggi serta latihan mendengar dengan menomorduakan baca ujaran terutama pada tahap permulaan pendidikan anak (A. P. Quiqley and R. E. Kretchmer, 1982). 3) Pendekatan Oral Grafik (Graphic-Oral) yang

menggunakan tulisan sebagai sarana guna mengembangkan kemampuan komunikasi oral.

(b)Tulisan

Komunikasi secara verbal dapat juga dilakukan dengan menggunakan tulisan. Tulisan yang digunakan bersifat situasional yaitu digunakan sesuai dengan kondisi dan tempat dimana tulisan tersebut akan digunakan. Contohnya apabila seorang yang normal pendengaran menyampaikan informasi berupa tulisan kepada tunarungu dan memiliki kebangsaan atau daerah yang berbeda maka diusahakan menggunakan tulisan yang dapat dimengerti oleh kedua pihak. Tulisan itu dapat berupa lambang-lambang bahasa yang disepakati bersama dan berlaku di suatu daerah tertentu.

(c) Membaca Ujaran

(60)

49 tubuh, ekspresi, dan konteks secara keseluruhan dimana komunikasi ini berlangsung.

Untuk mencapai keterampilan dalam membaca bahasa ujaran, seseorang dituntut untuk memiliki suatu taraf penguasaan bahasa tertentu, karena di dalam membaca ujaran terdapat kompensasi dari pengetahuan bahasa yang telah dimiliki dengan pengetahuan tentang pokok pembicaraan.

Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kemampuan membaca ujaran seseorang yaitu korelasi antara taraf intelegensi dan kemampuan membaca ujaran, dan daya ingat visual terhadap bentuk-bentuk yang non-verbal.

Van Uden (1968) dalam Lani Bunawan (1997: 45) menggolongkan kemampuan baca ujaran sebagai suatu kegiatn yang bersifat visual motorik. Anak tunarungu di dalam latihan bicara dengan menggunakan cermin akan dibiasakan untuk mengamati gerak bibir sendiri sebagai persiapan untuk membaca bibir orang lain. Dengan pengalaman mengamati gerak bibir sendiri tersebut kemudian anak belajar untuk mencari gerakan pada lawan bicara sehingga akan terampil membaca ujaran.

(61)

50

seperti keterampilan berbahasa tertentu, pengetahuan tentang topik yang dibicarakan dan persyaratan teknis lain seperti berhadapan wajah pada jarak yang tak terlalu jauh (lebih kurang 30 em) dari lawan bicara, penerangan yang cukup dan lain sebagainya.

2. Komunikasi Non-Verbal

Komunikasi non-verbal yaitu komunikasi tanpa lisan dengan menggunakan keseluruhan ekpresi tubuh seperti sikap tubuh, eskpresi wajah (mimik), gesti/gerak (gestures) dan isyarat yang dilakukan secara wajar dan alami.

Adapun isyarat sendiri terbagi atas isyarat baku dan isyarat alamiah, yaitu sebagai berikut:

a.Isyarat Alamiah yaitu suatu isyarat sebagaimana digunakan anak tunarungu (berbeda dari bahasa tubuh), Isyarat ini merupakan suatu ungkapan manual (dengan tangan) yang disepakati bersama antar pemakai (konvensional), dikenal secara terbatas dalam kelompok tertentu (esoteric), dan merupakan pengganti kata (A. Van Uden dalam Lani Bunawan (1997: 13).

(62)

51 1) Bahasa isyarat yang dinamakan Sign English

atau Siglish atau Amerika atau juga disebut Pidgin Sign English (PSE) yang merupakan

gabungan atau campuran antara bahasa isyarat asli/ alami dengan bahasa Inggris.

2) Bahasa Isyarat yang memiliki struktur yang tepat sama dengan bahasa lisan masyarakat dan dapat digolongkan dalam bahasa isyarat struktural dengan ciri-ciri sebagai berikut:

a) Sedapat mungkin menggunakan kosa isyarat ASL/BSL/Isyarat Alami.

b) Membuat isyarat baru untuk menunjukkan struktur bahasa seperti afiksasi, bentuk jamak, bentuk lampau, dan sebagainya.

c) Satu isyarat mewakili satu kata.

d) Menggunakan ejaan jari sebagai penunjang untuk gejala bahasa yang sukar dibuatkan isyarat.

3. Komunikasi Campuran

(63)

52

kombinasi, unsur bicara digunakan bersamaan atau berbarengan dengan unsur isyarat, maka dikenal juga dengan nama metode simultan/serempak

4. Pendekatan Pembelajaran

a. Metode Formal

Metode ini dapat disamakan dengan metode mengajar bahasa asing atau bahasa kedua pada seseorang. Ciri-ciri metode ini adalah:

1) Kegiatan belajar mengajar bahasa berawal dari guru dan hampir seluruhnya dikuasai oleh guru. 2) Titik berat pengajaran bahasa terletak pada

penguasaan struktur dan tata bahasa.

3) Pola-pola kalimat dilatihkan kepada anak didik secara bertahap mulai dari kalimat yang mudah sampai kompleks.

Metode ini disebut juga metode gramatikal, structural, atau konstruktif. Tokoh-tokoh yang mengembangkan metode ini antara lain George

Ewing (1887), Katarina Barry (1899), De L‟Epee

(1771), Fitzgerald (1927), dan Chomsky (1968). (Lani Bunawan. 2000: 68)

b. Metode Okasional

(64)

53 sedang dialami anak dan mengandalkan pada kemampuan meniru anak sehingga disebut metode imitatif. Ciri-ciri metode ini, yaitu:

1) Menggunakan bahasa sehari-hari yang lazim dipergunakan dalam percakapan.

2) Menggunakan setiap kesempatan untuk memberi bahasa yang wajar.

3) Bertolak dari pengalaman anak.

4) Memberi penekanan pada pelajaran membaca. 5) Tidak mengadakan penyederhanaan

berhubungan dengan kesulitan tata bahasa. 6) Mengandalkan dorongan meniru/ imitasi.

Prinsip metode okasional ini adalah: “ Apa yang sedang kau alami, katakanlah begini…….” Sesuai

dengan prinsip tersebut maka metode ini mulai mengajar anak bertolak dari hal-hal yang sedang dialaminya dengan mengadakan percakapan secara lisan atau tertulis atau dengan abjad

jari ataupun secara oral-aural.

c. Metode Maternal Reflektif (MMR)

(65)

54

merupakan kunci perkembangan bahasa anak tunarungu (D. Hollingshead, 1982). Selain tekanan pada percakapan, diutamakan pula penemuan bentuk bahasa oleh anak sendiri dan bukan pengajaran melalui kegiatan analisa. MMR merupakan metode yang menggabungkan aspek terbaik dari metode natural dan structural (M. N. Griffey, 1980). Prinsip dari metode percakapan ini

adalah: “ Apa yang ingin kau katakan, katakanlah begini…..”

e. Sistem Isyarat Bahasa Indonesia (SIBI)

Orang-orang yang memiliki gangguan pendengaran, khususnya yang memiliki gangguan pendengaran berat, mereka mengalami kesulitan dalam mengakses bunyi bahasa secara penuh lewat pendengarannya. Kondisi ini akan berdampak terhadap kemampuan bicaranya, yakni kemampuan berbicara dan bahasanya mengalami keterhambatan, dan pada gilirannya menghambat perkembangan kepribadian, kecerdasan, dan penampilannya sebagai makhluk social.

(66)

55 yang mengalami gangguan pendengaran, dan saat itu metode ini dianggap sebagai metode unggulan, tetapi dalam perjalanan pelaksanaannya kenyataan menunjukkan lain, metode tersebut menunjukkan hasil yang kurang memuaskan, khsususnya di Indonesia, karena kurang terpenuhinya persyaratan yang diperlukan dalam mengembangkan metode ini, seperti kemampuan guru, sarana-sarana penunjangnya

Pada tahun 1960-an di Negara-negara yang telah berkembang, muncul pandangan baru dalam pendidikan anak yang mengalami gangguan pendengaran. Pandangan tersebut, mengemukakan pendekatan baru, yaitu suatu pendekatan yang memanfaatkan segala media komunikasi yang sudah lazim seperti: berbicara, membaca ujaran, menulis, membaca dan mendengar ditambah dengan media komunikasi lain, seperti: isyarat alamiah, abjad jari, dan isyarat yang dibakukan dalam pengajaran anak yang mengalami gangguan pendengaran. Pendekatan yang memanfaatkan segala cara tersebut disebut metode komunikasi total.

(67)

56

mengalami gangguan pendengaran atau dengan masyarakat yang lebih luas.

C.Kompetensi Dasar dan Indikator

Kompetensi Dasar dapat dicapai melalui proses pembelajaran dan pengembangan pengalaman belajar atas dasar indikator yang dirumuskan pada setiap Kompetensi Dasar dari Kompetensi Inti (KI) 3, pada mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Berikut ini adalah penjabaran indikator dari Kompetensi Dasar Kompetensi Inti (KI) 3:

Tabel 1.1

KOMPETENSI DASAR, MATERI PEMBELAJARAN DAN KEGIATAN PEMBELAJAR ANAK TUNARUNGU KELAS XI

Kompetensi Dasar Materi PembelajaranKegiatan Pembelajaran 1.1 Menghayati

nilai-nilai dalam

harmonisasi hak dan kewajiban asasi manusia sesuai dengan

1. Membaca teks dan mengamati gambar suatu peristiwa yang mengandung

(68)

57

tentang “Nilai-nilai Hak asasi manusia sesuai dengan Pancasila dalam kehidupan berbangsa

dan bernegara”

3. Mencari beberapa contoh konkrit suatu peristiwa yang terjadi di sekitarnya yang berkenaan dengan Nilai-nilai Hak asasi manusia sesuai dengan Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara

4. Menyusun dan menyajikan laporan tertulis hasil

pengamatannya di depan kelas terkait

dengan materi “Nilai -nilai Hak asasi

5. Mempraktekan perilaku saling menghormati dan menghargai serta bekerja sama yang menggambarkan Nilai-nilai Hak asasi

(69)

58

Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dalam kehidupannya sehari-dan peradilan di Indonesia dan peradilan di Indonesia dan peradilan di

2.Sistem

1. Membaca teks dan mengamati gambar suatu peristiwa yang berkenaan dengan Sistem hukum dan peradilan di

Indonesia sesuai dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

2. Mengajukan

beberapa pertanyaan dengan bimbingan guru yang terkait dengan materi tentang Sistem

hukum dan peradilan di Indonesia sesuai dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia diajukan sesuai dengan materi

tentang “Sistem

hukum dan peradilan di Indonesia sesuai dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945.”

(70)

59

peristiwa yang terjadi di sekitarnya yang berkenaan dengan

“Sistem hukum dan

peradilan di Indonesia sesuai dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945” dalam

kehidupannya sehari-hari.

5. Menyusun dan menyajikan laporan tertulis hasil

pengamatannya di depan kelas terkait dengan materi

“Sistem hukum dan

peradilan di Indonesia sesuai dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

1. Membaca teks dan mengamati beberapa

Bhinneka Tunggal Ika 2. Mengajukan

(71)

60 m dalam bingkai Bhinneka Tunggal m dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika.

guru yang terkait dengan materi

Bhinneka Tunggal Ika 3. Mencari

informasi/data untuk menjawab

pertanyaan yang sudah disusun terkait dengan materi tentang

Bhinneka Tunggal Ika 4. Mencari beberapa

contoh konkrit suatu peristiwa yang terjadi di sekitarnya yang berkenaan dengan

Bhinneka Tunggal Ika 5. Menyusun laporan

dan menyajikan hasil telaah yang terkait dengan materi

Bhinneka Tunggal Ika 6. Mempraktekan

(72)

61

menghormati dan menghargai serta bekerja sama yang menggambarkan

Bhinneka Tunggal Ika

1.4 Menghayati nilai-nilai secara adil persatuan dan n factor pedorong dan penghambat

1. Membaca teks dan mengamati beberapa gambar suatu

peristiwa yang berkenaan dengan materi tentang Faktor pedorong dan

2. Mengajukan beberapa pertanyaan bersama bimbingan guru yang terkait dengan materi tentang Faktor yang sudah disusun terkait dengan materi tentang faktor pedorong dan

(73)

62

Indonesia persatuan dan

kesatuan bangsa dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia

4. Mencari beberapa contoh konkrit suatu peristiwa yang terjadi di sekitarnya yang berkenaan dengan materi tentang faktor pedorong dan

5. Menyusun laporan dan menyajikan hasil telaah yang terkait dengan materi

(74)

63

2. Tujuan Pembelajaran PPKn

Mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Kelas XI SMALB Tunarungu bertujuan agar peserta didik tunarungu memiliki kemampuan sebagai berikut:

a. Menghayati nilai-nilai ajaran agama dan kepercayaan dalam kehidupan bermasyarakat.

b. Menghayati isi dan makna pasal 28 dan 29 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

c. Menghayati nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

d. Mengamalkan nilai-nilai yang terkandung dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

e. Menghayati nilai-nilai yang terkandung dalam pasal-pasal Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dalam berbagai aspek kehidupan ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan dan keamanan, serta hukum.

f. Mengamalkan sikap toleransi antar umat beragama dan kepercayaan dalam hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Gambar

Tabel 5. Deskripsi Kemampuan Kognitif
Tabel 2.2
Tabel 1.1
gambar suatu
+7

Referensi

Dokumen terkait

Setelah dilakukan pengecekan dan identifikasi oleh tim pengabdian masyarakat kami, maka ditemukan bahwa alat autoclave ini tidak dapat menyala dikarenakan sumber

Metode yang digunakan adalah metode survey dengan menggunakan kuesioner tertutup (check list) yang berisi variabel yang diukur, yaitu identitas dokter penulis resep

4. Penetapan disinsentif bagi pengembangan di kawasan yang ditetapkan sebagai Kawasan Lindung dengan tidak megembangkan infrastruktur yang dapat mendorong terjadi

lui permainan tradisional jawa dapat meningkatkan perilaku sosial anak sesuai dengan pendapat yang dike- mukakan oleh Dharmamulya yang menyatakan bahwa permainan

Perlu diakui, bahwa selama 2012 Pemerintah dan DPR telah melakukan 3 langkah penting terkait perlindungan hak-hak buruh migran, yaitu: 1) meratifi kasi Konvensi Migran 1990 melalui

Metodologi Penelitian Teknik Elektro S1 STTNAS Yogyakarta 6 Kendali Alternator Teknik Elektro D3 STTNAS Yogyakarta 4 Teknik Listrik & Elektronika Teknik Mesin D3

Peneliti merekomendasikan dana pembangunan harus dialokasikan sesuai dengan preferensi prioritas pembangunan yang dipilih oleh local resident dan local business, serta memperhatikan

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kinerja keuangan daerah Kabupaten Gresik tahun anggaran 2009-2013. Metode penelitian ini menggunakan metode