• Tidak ada hasil yang ditemukan

Budaya organisasi di Panti Asuhan Aisyiyah Nganjuk.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Budaya organisasi di Panti Asuhan Aisyiyah Nganjuk."

Copied!
86
0
0

Teks penuh

(1)

BUDAYA ORGANISASI DI PANTI ASUHAN

AISYIYAH NGANJUK

SKRIPSI

Diajukan kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos I)

Oleh :

CHANDRA DWI PRAMUKTI

NIM. B04210049

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

JURUSAN MANAJEMEN DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

ISLAM PROGRAM MANAJEMEN DAKWAH SURABAYA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Chandra Dwi Pramukti. 2017. Budaya Organisasi di Panti Asuhan ‘Aisyiyah Nganjuk.

Skripsi Jurusan Manajemen dan Pengembangan Masyarakat Prodi Manajemen Dakwah Fakultas Dakwah UIN Sunan Ampel Surabaya.

Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah bagaimana pola budaya organisasi, pembentukan budaya organisasi dan apa saja kendala yang dihadapi dalam pembentukan budaya organisasi di Panti Asuhan 'Aisyiyah Nganjuk?. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mendiskripsikan tentang pola budaya organisasi, untuk mengetahui tentang pembentukan budaya organisasi dan kendala yang dihadapi dalam pembentukan budaya organisasi di Panti Asuhan 'Aisyiyah Nganjuk. Dalam menjawab di atas, dalam penelitian lapangan ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Disebut deskriptif karena penelitian deskriptif merupakan prosedur pemecahan masalah yang diselidiki, dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan obyek penelitian pada saat

sekarang, berdasarkan fakta-fakta (fact finding) yang tampak atau sebagaimana semestinya.

Penelitian ini mengambil lokasi di Panti Asuhan ‘Aisyiyah Nganjuk Jl. RA. Kartini No.69 /

Veteran 6B. Kecamatan Nganjuk Kabupaten Nganjuk.

Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi dan dokumentasi. Adapun teknik data yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah analisis data kualitatif, teknik-teknik analisis data adalah reduksi data, penyajian data dan menarik kesimpulan berdasarkan reduksi.

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa (1) panti asuhan ‘Aisyiyah nganjuk

menerapkan pola budaya organisasi berbentuk kekeluargaan, yaitu terdapat struktur keluarga seperti pada umumnya, pola pembinaan nilai-nilai agama Islam yang diterapkan telah mencakup di dalam pembinaan akidah, pembinaan ibadah, pembinaan akhlak, pembiasaan

ibadah dan perubahan akhlak, (2)pembentukan budaya organisasi di Panti Asuhan ‘Aisyiyah

(7)

ix

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN PERTANGGUNGJAWABAN ... v

ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... DAFTAR GAMBAR ... BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1

B.Rumusan Masalah ... 6

C.Tujuan Penelitian ... 7

D.Manfaat Penelitian ... 7

E.Definisi Konsep ... 8

F. Sistematika Pembahasan ... 14

BAB II KAJIAN TEORITIK A.Penelitian Terdahulu Yang Relevan ... 16

(8)

1. Budaya Organisasi ... 19

2. Panti Asuhan ... 29

3. 'Aisyiyah ... 35

BAB III METODE PENELITIAN A.Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 38

B.Lokasi Penelitian ... 39

C.Jenis dan Sumber Data ... 39

D.Tahap-Tahap Penelitian ... 41

E.Teknik Pengumpulan Data ... 44

F. Teknik Validasi Data ... 45

G.Teknik Analisis Data ... 46

BAB IV HASIL PENELITIAN A.Gambaran Umum Panti Asuhan 'Aisyiyah Nganjuk ... 48

1. Sejarah Panti Asuhan 'Aisyiyah Nganjuk ... 48

2. Tujuan Didirikan Panti Asuhan ‘Aisyiyah Nganjuk ... 49

3. Visi dan Misi Panti Asuhan ‘Aisyiyah Nganjuk ... 50

4. Inventaris Aset, Fasilitas dan Prasarana Pendukung Panti Asuhan ‘Aisyiyah Nganjuk ... 51

5. Tata Tertib Panti Asuhan ‘Aisyiyah Nganjuk ... 52

6. Progam kerja Panti Asuhan ‘Aisyiyah Nganjuk ... 53

7. Jadwal Kegiatan Sehari-hari Panti Asuhan ‘Aisyiyah Nganjuk ... 54

(9)

xi

B.Penyajian Data dan Analisis Data ... 63

1. Jeni Budaya Organisasi di Panti Asuhan ‘Aisyiyah

Nganjuk ... 63

2. Penerapan Budaya Organisasi di Panti Asuhan ‘Aisyiyah

Nganjuk ... 67

3. Data Faktor-faktor yang Mempengaruhi Budaya

Organisasi di Panti Asuhan ‘Aisyiyah Nganjuk ... 68

C.Pembahasan Hasil Penelitian ... 72

1. Analisis Data Mengenai Jenis Budaya Organisasi di Panti

Asuhan ‘Aisyiyah Nganjuk ... 72

2. Analisis Penerapan Budaya Organisasi di Panti Asuhan

‘Aisyiyah Nganjuk ... 76

3. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembentukan

Budaya Organisasi di Panti Asuhan ‘Aisyiyah Nganjuk .. 79

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan ... 82

B.Saran ... 83

C.Keterbatasan Penelitian ... 84

DAFTAR PUSTAKA

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ... 16

Tabel 4.1 Jadwal Kegiatan Harian Panti Asuhan ‘Aisyiyah Nganjuk ... 54

(11)

xiii

DAFTAR GAMBAR

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kehadiran dan keberadaan anggota pada suatu organisasi merupakan sesuatu yang

penting bagi proses pencapaian tujuan. Sejarah telah membuktikan bahwa anggota sekecil

apapun sebagai kelompok membutuhkan pemimpin. Karena pada proses kegiatan anggota

sehari-hari memerlukan pengendalian sebagai peranan yang harus dilakukan oleh

pemimpin. Keberadaan pemimpin adalah dalam rangka mensejahterakan suatu lembaga

sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Dalam rangka mencapai tujuan itu maka

sangat diperlukan sumber daya manusia yang berkualitas karena keberhasilan lembaga

dalam mencapai tujuan bergantung pada kualitas manusia yang dimilikinya. Pentingnya

kualitas sumber daya manusia karena peranannya sebagai motor penggerak yang dapat

mempengaruhi keberhasilan pencapaian tujuan suatu lembaga secara efektif dan efisien.1

Untuk membentuk sumber daya manusia yang berkualitas demi pencapaian suatu

tujuan, maka suatu lembaga harus memiliki sistem budaya organisasi yang baik. Ketter

dan haskett mengatakan bahwa budaya yang kuat dapat menghasilkan efek yang sangat

mempengaruhi individu dan kinerja bahkan dalam suatu lingkungan bersaing pengaruh

tersebut dapat lebih besar dari pada faktor-faktor lain seperti struktur organisasi, alat

analisis keuangan, kepemimpinan dan lain-lain. Budaya organisasi yang mudah

menyesuaikan dengan perubahan jaman (adeptif) adalah yang dapat meningkatkan

kinerja.2

1

Drs. H. Tobari, S.E., M.Si., Membangun Budaya Organisasi Pada Instansi Pemerintah, CV Budi Utama, Yogyakarta, 2015, Hlm. 1

2

(13)

2

Budaya organisasi merupakan sumber kekuatan dan inspirasi bagi suatu lembaga

kebutuhan akan pentingnya budaya organisasi timbul ketika orang mulai membicarakan

tentang pembudayaan nilai-nilai baru, konflik baru dan bagaimana mempertahankan

budaya. Menurut Moeljono mengatakan bahwa budaya organisasi merupakan nilai-nilai

dominan yang disebarluaskan di dalam organisasi dan diacu sebagai filsofi anggota3.

Melalui proses belajar, belajar dari pengalaman, belajar dari keberhasilan dan kegagalan

organisasi lain terjadilah proses peniruan, pengkondisian atau rekayasa. Dengan

demikian, proses belajar dalam konteks ini dapat dimaknai sebagai proses peniruan

budaya organisasi. Efektivitas organisasi dapat ditingkatkan dengan menciptakan budaya

yang kuat, yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan organisasi. Menurut kreitne dan

kinicki budaya organisasi merupakan nilai-nilai, asumsi-asumsi dan norma yang diyakini

kebenarannya dipakai sebagai sarana untuk lebih meningkatkan kualitas dari anggota agar

dapat mencapai tujuan dari lembaga.4 Bicara mengenai budaya organisasi, pada setiap

lembaga pasti memiliki sistem budaya organisasi yang berbeda salah satunya di Panti

Asuhan 'Aisyiyah Nganjuk.

Awal terbentuknya Panti Asuhan 'Aisyiyah tidak dapat dilepaskan kaitannya dari

akar sejarah. Spirit berdirinya Muhammadiyah telah mengilhami berdirinya hampir

seluruh organisasi otonom yang ada di Muhammadiyah, termasuk 'Aisyiyah. Sejak

mendirikan Muhammadiyah, Kiai Dahlan sangat memperhatikan pembinaan terhadap

wanita. Anak-anak perempuan yang potensial dibina dan dididik menjadi pemimpin, serta

dipersiapkan untuk menjadi pengurus dalam organisasi wanita dalam Muhammadiyah. Di

antara mereka yang dididik Kiai Dahlan ialah Siti Bariyah, Siti Dawimah, Siti Dalalah,

Siti- Busyro (putri beliau sendiri), Siti Dawingah, dan Siti Badilah Zuber.

3

Moeljono Djokosusanto, Budaya Korporat dan Keunggulan korporasi, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta, 2003, hal. 17-18

4

(14)

3

Anak-anak perempuan itu (meskipun usianya baru sekitar 15 tahun) sudah diajak

memikirkan soal-soal kemasyarakatan. Sebelum Aisyiyah secara kongkret terbentuk,

sifat gerakan pembinaan wanita itu baru merupakan kelompok anak-anak perempuan

yang senang berkumpul, kemudian diberi bimbingan oleh KHA Dahlan dan Nyai Ahmad

Dahlan dengan pelajaran agama. Kelompok anak- anak ini belum merupakan suatu

organisasi, tetapi kelompok anak-anak yang diberi pengajian. Pendidikan dan pembinaan

terhadap wanita yang usianya sudah tua pun dilakukan juga oleh Kiai Dahlan dan istrinya

(Nyai Dahlan). Ajaran agama Islam tidak memperkenankan mengabaikan wanita.

Mengingat pentingnya peranan wanita yang harus mendapatkan tempat yang layak, Kyai

Dahlan bersama-sama Nyai Dahlan mendirikan kelompok pengajian wanita yang

anggotanya terdiri para gadis-gadis dan orang-orang wanita yang sudah tua. Dalam

perkembangannya, kelompok pengajian wanita itu diberi nama Sapa Tresna.

Sapa Tresna belum merupakan organisasi, hanya suatu gerakan pengajian saja.

Oleh karena itu, untuk memberikan suatu nama yang kongkrit menjadi suatu

perkumpulan, K.H. Mokhtar mengadakan pertemuan dengan KHA. Dahlan yang juga

dihadiri oleh H. Fakhrudin dan Ki Bagus Hadikusumo serta pengurus Muhammadiyah

lainnya di rumah Nyai Ahmad Dahlan. Awalnya diusulkan nama Fatimah, untuk

organisasi perkumpulan kaum wanita Muhammadiyah itu, tetapi nama itu tidak diterima

oleh rapat.

Haji Fakhrudin kemudian mengusulkan nama 'Aisyiyah yang kemudian diterima

oleh rapat tersebut. Nama 'Aisyiyah dipandang lebih tepat bagi gerakan wanita ini

karena didasari pertimbangan bahwa perjuangan wanita yang akan digulirkan ini

diharapkan dapat meniru perjuangan 'Aisyiyah, isteri Nabi Muhammad, yang selalu

membantu Rasulullah dalam berdakwah. Peresmian 'Aisyiyah dilaksanakan bersamaan

(15)

4

Mei 1917 M. Peringatan Isra' Mi'raj tersebut merupakan peringatan yang diadakan

Muhammadiyah untuk pertama kalinya. Selanjutnya, K.H. Mukhtar memberi bimbingan

administrasi dan organisasi, sedang untuk bimbingan jiwa keagamaannya dibimbing

langsung oleh KHA. Dahlan.

'Aisyiyah, organisasi perempuan Persyarikatan Muhammadiyah, merupakan

gerakan Islam dan dakwah amar makruf nahi mungkar, yang berazaskan Islam serta

bersumber pada Al-Quran dan Assunnah. Tegaknya agama Islam dan terwujudnya

masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Pengembangan Tercapainya usaha-usaha

'Aisyiyah yang mengarah pada penguatan dan pengembangan dakwah amar makruf nahi

mungkar secara lebih berkualitas menuju masyarakat madani, yakni masyarakat Islam

yang sebenar-benarnya. 'Aisyiyah diwujudkan dalam bentuk amal usaha, program dan

kegiatan yang salah satunya yaitu Pengembangan dan pemberdayaan lembaga-tembaga

sosial yang dikelola oleh 'Aisyiyah seperti panti asuhan, panti jompo, balai latihan, rumah

singgah, dan lain-lain.5

Di dalam Panti Asuhan 'Aisiyah terdiri dari sejumlah orang dengan latar

belakang, kepribadian, emosi, dan ego yang beragam, yang mana nantinya akan diberi

dan melaksanakan sistem budaya organisasi yang sudah disepakati bersama. Hal itu akan

menjadi salah satu tantangan pada suatu lembaga khusunya pada pengasuh panti asuhan.

Sebab dengan adanya kepribadian masing-masing anak asuh yang berbeda bagaimana

agar dapat disatukan dengan budaya organisasi yang dibentuk bersama. Secara sederhana

budaya organisasi dapat didefinisikan sebagai kesatuan dari orang- orang yang memiliki

tujuan, keyakinan (beliefs), dan nilai-nilai yang sama.6 Budaya organisasi terdiri dari

(16)

5

semua individu dalam sebuah organisasi. Nilai-nilai yang tampak akan memberi tahu kita

apa yang penting dalam organisasi dan apakah yang perlu diberikan perhatian. Dalam

panti Asuhan ‘Aisyiyah Nganjuk dalam menjalankan kelangsungan hidupnya dengan

mengandalkan pada amal yatim yang diberikan donator untuk memenuhi kebutuhan

sehari-hari. berdasarkan firman Allah dalam surat Al-Hadid ayat 11 sebagai berikut :

Artinya : “Siapakah yang mau meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, maka

Allah akan melipat-gandakan (balasan) pinjaman itu untuknya, dan dia akan

memperoleh pahala yang banyak”

Sesuai dengan makna dalam surat Al-Hadid ayat 11 tersebut, maka sesame

muslimin hendaklah saling membantu dan memberikan kepercayaan atas apa yang

dipinjamkannya dengan harapan pendapatankan balasan dari Allah SWT. Namun, untuk

mengelola amal yatim tersebut Panti Asuhan ‘Aisyiyah Nganjuk harus menjalankan

manajemen dakwah dengan menerapkan budaya organisasi yang mampu menjadikan

anak asuhnya sebagai anak yang mempunyai aqidah, ibadah, dan akhlak yang mulia,

sehingga para donatur akan dengan senang hati memberikan amal yatimnya kepada Panti

Asuhan ‘Aisyiyah.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut. Peneliti mengajukan penelitian

dengan judul "Budaya Organisasi di Panti Asuhan 'Aisyiyah Nganjuk".

B. Rumusan Masalah

Pada penelitian ini terfokus pada Bagaimana Budaya Organisasi di Panti Asuhan

A i s y i y a h N g a n j u k . D a r i f o k u s i n i , t e r u m u s k a n m a s a l a h

(17)

6

1. Apa jenis budaya organisasi di Panti Asuhan 'Aisyiyah Nganjuk ?

2. Bagaimana budaya organisasi di Panti Asuhan 'Aisyiyah Nganjuk ?

3. Apa saja kendala yang dihadapi dalam pembentukan budaya organisasi di Panti

Asuhan 'Aisyiyah Nganjuk ?

C. Tujuan Penelitian

Setelah memperhatikan judul dari pembahasan ini serta latar belakang masalah,

maka peneliti bertujuan untuk mendiskripsikan secara empiris beberapa permasalahan

sebagai berikut :

1. Untuk mendiskripsikan tentang jenis budaya organisasi di Panti Asuhan 'Aisyiyah

Nganjuk.

2. Untuk mengetahui tentang budaya organisasi di Panti Asuhan 'Aisyiyah Nganjuk.

3. Untuk mengetahui kendala yang dihadapi dalam pembentukan budaya organisasi di

Panti Asuhan 'Aisyiyah Nganjuk.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan harapan dapat memberikan manfaat berupa :

1. Bagi penulis sendiri penelitian ini bermanfaat untuk menambah pengalaman dan

pengetahuan mengenai nilai-nilai Islam dalam budaya organisas pada sebuah

manajemen Panti Asuhan 'Aisyiyah Nganjuk, sehingga dapat memberikan informasi

untuk penelitian-penelitian selanjutnya dibidang yang sama.

2. Bagi Pihak Panti Asuhan 'Aisyiah Nganjuk, hasil penelitian ini diharapkan dapat

memberikan masukan yang bermanfaat demi kemajuan dimasa mendatang.

3. Bagi pihak lain, terutama dunia ilmu pengetahuan, penulis berharap penelitian ini

(18)

7

E. Definisi Konsep

Konsep atau pengertian, merupakan unsur pokok dari suatu penelitian. Konsep

sebenarnya adalah definisi secara singkat dari kelompok fakta atau gejala yang menjadi

pokok perhatian.7 Dan untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas dan mudah

dimengerti judul skripsi ini, maka penulis perlu menjelaskan istilah-istilah yang terdapat

dalam judul tersebut sebagai berikut:

1. Budaya Organisasi

Sebelum mendefinisikan pengertian budaya organisasi. Perlu diketahui terlebih

dahulu apa pengertian budaya dan apa pengertian organisasi. Dalam Kamus Besar

Bahasa Indonesia, budaya berarti pikiran, akal budi, dan adat istiadat. Budaya juga

berarti sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan yang sudah sukar diubah8

Adapun organisasi memiliki pengertian, sebagaiman menurut D. Money yang

dikutip oleh Nurjanah, bahwa organisasi adalah perpaduan secara sitematis daripada

bagian-bagian yang saling ketergantungan atau berkaitan untuk membentuk suatu

kesatuan yang bulat melalui kewenangan, koordinasi, dan pengawasan dalam usaha

mencapai tujuan yang telah ditentukan.9 Pengertian lain juga diungkap Stephen P.

Robbins, seperti yang dikutip oleh Wirawan. Unit-unit dari organisasi terdiri atas

orang atau kelompok orang yang saling berinteraksi. Interaksi tersebut terkoordinasi

secara sadar, artinya dikelola dalam upaya mencapai tujuannya.10

Setiap individu memiliki latar belakang budaya yang berbeda-beda yang

mempengaruhi mereka. Budaya menuntut individu untuk berperilaku dan memberi

7

Koentjaraningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat, Gramedia Pustaka Umum, Jakarta, 1994, hal. 21.

8

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 2002, hal. 169.

9

(19)

8

petunjuk pada mereka mengenai apa saja yang harus diikuti dan dipelajari. Kondisi

tersebut juga berlaku dalam suatu organisasi. Bagaimana anggota berperilaku dan apa

yang seharusnya mereka lakukan banyak dipengaruhi oleh budaya yang dianut oleh

organisasi tersebut. Hal inilah yang diistilahkan dengan budaya organisasi atau budaya

perusahaan, yang keduanya digunakan dengan maksud yang sama.

Beberapa definisi budaya organisasi telah dikemukakan oleh para ahli:

a. Freemont dan james menyatakan budaya organisasi adalah sistem nilai dan

kepercayaan yang dianut bersama yang berinteraksi dengan orang-orang suatu

perusahaan, struktur organisasi, dan sistem pengawasan untuk menghasilkan

norma-norma perilaku.11

b. Moeljono Djokosusanto mendefinisikan budaya organisasi merupakan nilai-nilai

dominan yang disebarluaskan di dalam organisasi dan diacu sebagai filsofi

anggota.12

c. Susanto memberi definisi budaya organisasi sebagai nilai-nilai yang menjadi

pedoman sumber daya manusia untuk menghadapi permasalahan eksternal dan

usaha penyesuaian integrasi ke dalam perusahaan sehingga masing-masing

anggota organisasi harus memahami nilai-nilai yang ada dan bagaimana mereka

harus bertindak atau berperilaku.13

d. Budaya organisasi menurut Peter F. Druicker adalah pokok penyelesaian

masalah-masalah eksternal dan internal yang pelaksanaannya dilakukan secara konsisten

oleh suatu kelompok yang kemudian mewariskan kepada anggota-anggota baru

11

Fremont E. Kast dan James E. Rosenzweig, Organisasi dan Manajemen 2, PT. Bumi Aksara, Jakarta, 1991, hal. 955.

12

Moeljono Djokosusanto, Budaya Korporat dan Keunggulan korporasi, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta, 2003, hal. 17-18.

13

(20)

9

sebagai cara yang tepat untuk memahami, memikirkan dan merasakan terhadap

maslah-masalah terkait.14

Dari beberapa definisi budaya organisasi yang telah disebutkan oleh para ahli

diatas, maka penulis dapat menarik kesimpulan bahwa budaya organisasi adalah

sistem nilai-nilai dan kepercayaan juga kebiasaan yang diterima sebagai pedoman

bersama dalam berinteraksi dengan orang-orang pada suatu organisasi, struktur

organisasi, proses pengambilan keputusan, dan sistem pengawasan untuk

menghasilkan norma-norma perilaku. Nilai-nilai tersebut disebarluaskan dan diacu

sebagai filosofi ornag-orang atau anggota di dalam organisasi.

2. Panti Asuhan

Panti asuhan adalah kata majemuk yang terdiri dari dua kata yaitu Panti yang

berarti tempat (kediaman) dan Asuhan yang berarti bimbingan (didikan). Menurut

Depsos RI (2004: 4) mengemukakan bahwa pengertian panti asuhan merupakan

sebuah lembaga pengganti fungsi orang tua bagi anak-anak terlantar dan memiliki

tanggung jawab dalam memberikan pelayanan kesejahteraan sosial bagi anak- anak

terlantar terutama kebutuhan fisik, mental, dan sosial pada anak asuh supaya mereka

memiliki kesempatan untuk mengembangkan dirinya dan menjadi generasi penerus

cita-cita bangsa dan sebagai insan yang akan turut serta dalam bidang pembangunan

sosial.

Sedangkan menurut Gospor Nabor (Bardawi Barzan:1999: 5) menjelaskan

bahwa: “Panti asuhan adalah suatu lembaga pelayanan sosial yang didirikan oleh

pemerintah maupun masyarakat, yang bertujuan untuk membantu atau memberikan

bantuan terhadap individu, kelompok masyarakat dalam upaya memenuhi kebutuhan

hidup”.

14

(21)

10

Berdasarkan pengertian diatas panti asuhan sebagai lembaga sosial yang

didirikan secara sengaja oleh pemerintah ataupun masyarakat guna membantu invidu

atau kelompok dalam memenuhi kebutuhan hidup sebagai wujud upaya terjaminnya

kesejahteraan sosial.

Dari kedua pengertian yang telah dikemukakan diatas dapat disimpulkan

bahwa panti asuhan adalah suatu lembaga kesejahteraan sosial yang didirikan secara

sengaja oleh pemerintah atau masyarakat yang bertanggung jawab dalam melakukan

pelayanan, penyantunan dan pengentasan anak terlantar dan memiliki fungsi sebagai

pengganti peranan orang tua dalam memenuhi kebutuhan mental dan sosial pada anak

asuh agar mereka memiliki kesempatan yang luas untuk mengalami pertumbuhan fisik

dan mengembangkan pemikiran hingga ia mencapai tingkat kedewasaan yang matang

dan mampu melaksanakan peranan- perannya sebagai individu dan warga negara di

dalam kehidupan bermasyarakat.15

3. 'Aisyiyah

Terbentuknya 'Aisyiyah tidak dapat dilepaskan kaitannya dari akar sejarah.

Spirit berdirinya Muhammadiyah telah mengilhami berdirinya hampir seluruh

organisasi otonom yang ada di Muhammadiyah, termasuk 'Aisyiyah. Sejak

mendirikan Muhammadiyah, Kiai Dahlan sangat memperhatikan pembinaan terhadap

wanita. Anak-anak perempuan yang potensial dibina dan dididik menjadi pemimpin,

serta dipersiapkan untuk menjadi pengurus dalam organisasi wanita dalam

Muhammadiyah. Di antara mereka yang dididik Kiai Dahlan ialah Siti Bariyah, Siti

Dawimah, Siti Dalalah, Siti- Busyro (putri beliau sendiri), Siti Dawingah, dan Siti

Badilah Zuber.

15

(22)

11

Anak-anak perempuan itu (meskipun usianya baru sekitar 15 tahun) sudah

diajak memikirkan soal-soal kemasyarakatan. Sebelum Aisyiyah secara

kongkret terbentuk, sifat gerakan pembinaan wanita itu baru merupakan kelompok

anak-anak perempuan yang senang berkumpul, kemudian diberi bimbingan oleh

KHA Dahlan dan Nyai Ahmad Dahlan dengan pelajaran agama. Kelompok anak-

anak ini belum merupakan suatu organisasi, tetapi kelompok anak-anak yang diberi

pengajian. Pendidikan dan pembinaan terhadap wanita yang usianya sudah tua pun

dilakukan juga oleh Kiai Dahlan dan istrinya (Nyai Dahlan). Ajaran agama Islam

tidak memperkenankan mengabaikan wanita. Mengingat pentingnya peranan wanita

yang harus mendapatkan tempat yang layak, Kyai Dahlan bersama-sama Nyai

Dahlan mendirikan kelompok pengajian wanita yang anggotanya terdiri para

gadis-gadis dan orang-orang wanita yang sudah tua. Dalam perkembangannya, kelompok

pengajian wanita itu diberi nama Sapa Tresna.

Sapa Tresna belum merupakan organisasi, hanya suatu gerakan pengajian

saja. Oleh karena itu, untuk memberikan suatu nama yang kongkrit menjadi suatu

perkumpulan, K.H. Mokhtar mengadakan pertemuan dengan KHA. Dahlan yang juga

dihadiri oleh H. Fakhrudin dan Ki Bagus Hadikusumo serta pengurus Muhammadiyah

lainnya di rumah Nyai Ahmad Dahlan. Awalnya diusulkan nama Fatimah, untuk

organisasi perkumpulan kaum wanita Muhammadiyah itu, tetapi nama itu tidak

diterima oleh rapat.

Haji Fakhrudin kemudian mengusulkan nama 'Aisyiyah yang

kemudian diterima oleh rapat tersebut. Nama 'Aisyiyah dipandang lebih tepat bagi

gerakan wanita ini karena didasari pertimbangan bahwa perjuangan wanita yang

akan digulirkan ini diharapkan dapat meniru perjuangan 'Aisyiyah, isteri Nabi

(23)

12

'Aisyiyah dilaksanakan bersamaan peringatan Isra' Mi'raj Nabi Muhammad

pada tanggal 27 rajab 1335 H, bertepatan 19 Mei 1917 M. Peringatan Isra' Mi'raj

tersebut merupakan peringatan yang diadakan Muhammadiyah untuk pertama

kalinya. Selanjutnya, K.H. Mukhtar memberi bimbingan administrasi dan organisasi,

sedang untuk bimbingan jiwa keagamaannya dibimbing langsung oleh KHA.

Dahlan.16 Jadi 'Aisyiah bisa diartikan ormas Islam di bawah Muhamadiyah yang

berkiprah dalam merespon isu-isu perempuan dan sekaligus memberdayakannya

melalui jalur pendidikan dan pelayanan sosial.17

F. Sistematika Pembahasan

Agar karya ilmiah tersusun secara sistematis, maka penulis menyusun dalam

beberapa bab, yaitu

Bab I Pendahuluan

Bab ini berisikan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian,

manfaat penelitian, definisi konsep, dan sistematika pembahasan.

Bab II Kajian Teoritik

Bab ini memuat penelitian terdahulu yang relevan, kerangka teori, dan Bahasan

tentang Nilai-nilai Islam pada Budaya Organisasi Panti Asuhan Aisyiyah

Nganjuk.

Bab III Metode Penelitian

Bab ini memuat metode penelitian meliputi: pendekatan dan jenis penelitian,

lokasi dan waktu penelitian, jenis dan sumber data, teknik pengumpulan data,

teknik validitas data, dan teknik analisis data.

16 http://www.muhammadiyah.or.id/content-199-det-aisyiyah.html 17

(24)

13

Bab IV Hasil Penelitian

Bab ini menjelaskan tentang gambaran umum obyek penelitian yaitu Panti

Asuhan Aisyiyah yang meliputi sejarah, profil, visi dan misi, struktur organisasi.

Kemudian peneliti menyajikan data hasil penelitian yang telah dilakukan.

Selanjutnya adalah menganalisa data, dalam penganalisa peneliti mencari

jawaban dari rumusan masalah.

Bab V Penutup

Bab ini berisi penutup yang memaparkan tentang kesimpulan dari penelitian

(25)

14 BAB II

KAJIAN TEORITIK

A. Penelitian Terdahulu Yang Relevan

Penelitian ini dilakukan tidak terlepas dari hasil penelitian-penelitian terdahulu

yang pernah dilakukan sebagai bahan perbandingan dan kajian. Adapun hasil-hasil

penelitian yang dijadikan perbandingan tidak terlepas dari topik penelitian seperti pada

tabel berikut:

Dari penelitian terdahulu didapatkan hasil penelitian sebagaimana yang

dicantumkan diatas, bahwa masing-masing peneliti mempunyai sudut pandang yang

berbeda dalam pelaksanaan penelitian, penelitian ini sebagai bahan kajian, dan tolak ukur

(26)

15

penelitian mengenai budaya organisai. Adapun letak perbadaan penelitian terdahulu dan

sekarang terletak pada objek penelitian.

1. Penelitian Hafid Safi'i, Jurusan Manajemen Dakwah Fakultas Dakwah Dan

Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Telah melakukan penelitiah dengan

judul Budaya Organisasi Di Kantor Urusan Agama Kecamatan Sayegan Kabupaten

Sleman Yogyakarta. Dalam penelitian ini penulis meneliti budaya organisasi secara luas dan tempat penelitian berlokasi di Kantor Urusan Agama Kecamatan Sayegan

Kabupaten Sleman Yogyakarta.

Yang membedakan dengan penelitian saya adalah jika dalam penelitian Hafid

Safi'i meneliti tentang budaya organisasi secara luas sedangkan penelitian saya

meneliti tentang nilai-nilai Islam pada budaya organisasi dan objek penelitian. Hafid

Safi'i melakukan penelitian di Kantor Urusan Agama Kecamatan Sayegan Kabupaten

Sleman Yogyakarta, dan penelitian saya di Panti Asuhan 'Aisyiyah Nganjuk.

2. Penelitian Onedy Ariwibowo, Fakultas Ekonomi, UIN Diponegoro Semarang. Telah

melakukan penelitian dengan judul Peran Budaya Organisasi Studi Ekplorasi pada

PT. SIMOPLAS ( Simongan Plastic Factory Semarang). Dalam penelitian ini penulis

meneliti tentang peran budaya organisasi dan bertempat di PT. SIMOPLAS (

Simongan Plastic Factory Semarang).

Yang membedakan dengan penelitian saya adalah jika dalam penelitian Onedy

Ariwibowo meneliti tentang peran budaya organisasi sedangkan penelitian saya fokus

penelitaian tentang nilai-nilai Islam pada budaya organisasi dan terdapat perbedaan

pada objek penelitian. Onedy Ariwibowo melakukan penelitian di pada PT.

SIMOPLAS ( Simongan Plastic Factory Semarang), sedangkan penelitian saya di

(27)

16

3. Penelitian Farhani, Fakultas Psikologi, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, meneliti

dengan judul Hubungan Budaya Organisasi dengan produktifitas kerja karyawan PT.

Fondaco Mitratama Jakarta. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan jenis penelitian korelasional. Dalam penelitian ini

penulis meneliti tentang hubungan budaya organisasi dengan produktifitas karyawan

dan bertempat di PT. Fondaco Mitratama Jakarta.

Yang membedakan dengan penelitian saya adalah jika dalam penelitian

Farhani meneliti tentang hubungan budaya organisasi dengan produktifitas karyawan.

sedangkan penelitian saya mengenai nilai-nilai Islam pada budaya organisasi. Farhani

melakukan penelitian di PT. Fondaco Mitratama Jakarta. Sedangkan penelitian saya

bertempat di Panti Asuhan 'Aisyiyah Nganjuk.

Dengan begitu, dari penjelasan penelitian terdahulu dapat kita kaji dengan

penelitian ini, untuk penelitian skripsi ini penulis mengkaji tentang "Nilai-nilai Islam

pada Budaya Organisasi di Panti Asuhan 'Aisyiyah Nganjuk". Dimana dalam

penelitian ini penulis ingin menganalisis aplikasi nilai-nilai Islam yang diterapkan di

Panti Asuhan 'Aisyiyah Nganjuk. Dan untuk persamaan dari penelitian terdahulu

dengan penelitian sekarang ini sama-sama meneliti tentang budaya organisasi.

Dengan demikian terdapat perbedaan dan persamaan ruang lingkup dan pembahasan

dengan penelitian terdahulu.

B. Kerangka Teori

1. Budaya Organisasi

a. Pengertian Budaya Organisasi

Sebelum mendefinisikan pengertian budaya organisasi. Perlu diketahui

(28)

17

Besar Bahasa Indonesia, budaya berarti pikiran, akal budi, dan adat istiadat. Budaya

juga berarti sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan yang sudah sukar diubah1. Dalam

sunber lain, budaya berarti apa yang dilakukan orang dan apa arti tindakan mereka

bagi diri mereka. Budaya juga merupakan gagasan, kepentingan, nilai-nilai dan sikap

yang disumbangkan oleh kelompok. Budaya menjadi latar belakang, ketrampilan,

tradisi, komunikasi dan proses keputusan, mitos, ketakutan, harapan, aspirasi, dan

harapan yang menjadi pengalaman.2

Adapun organisasi memiliki pengertian, sebagaiman menurut D. Money yang

dikutip oleh Nurjanah, bahwa organisasi adalah perpaduan secara sitematis daripada

bagian-bagian yang saling ketergantungan atau berkaitan untuk membentuk suatu

kesatuan yang bulat melalui kewenangan, koordinasi, dan pengawasan dalam usaha

mencapai tujuan yang telah ditentukan.3 Pengertian lain juga diungkap Stephen P.

Robbins, seperti yang dikutip oleh Wirawan. Unit-unit dari organisasi terdiri atas

orang atau kelompok orang yang saling berinteraksi. Interaksi tersebut terkoordinasi

secara sadar, artinya dikelola dalam upaya mencapai tujuannya.4

Setiap individu memiliki latar belakang budaya yang berbeda-beda yang

mempengaruhi mereka. Budaya menuntut individu untuk berperilaku dan memberi

petunjuk pada mereka mengenai apa saja yang harus diikuti dan dipelajari. Kondisi

tersebut juga berlaku dalam suatu organisasi. Bagaimana anggota berperilaku dan apa

yang seharusnya mereka lakukan banyak dipengaruhi oleh buadaya yang dianut oleh

1

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 2002, hal. 169.

2

Wibowo, Manajemen Perubahan, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2006, hal. 341. 3

(29)

18

organisasi tersebut. Hal inilah yang diistilahkan dengan budaya organisasi atau

budaya perusahaan, yang keduanya digunakan dengan maksud yang sama.

Budaya organisasi mempunyai pengaruh yang berarti pada perilaku anggota

organisasi sebagai individu, dalam kelompok, maupun satu kesatuan organisasi secara

keseluruhan. Budaya organisasi akan menumbuhkan identitas dalam diri anggotanya

dan keterikatan para anggotanya terhadap organisasi tersebut, karena kesamaan nilai

yang tertanam akan memudahkan pemecahan masalah internal seperti imbalan, etos

kerja atau pengembangan karier, juga akan membantu organisasi dalam menghadapi

masalah-masalah yang terkait dengan penyesuaian terhadap lingkungan eksternalnya,

sehingga organisasi dapat terus bertahan dalam segala kondisi. Budaya organisasi

juga merupakan suatu sistem makna bersama yang membedakan organisasi yang satu

dengan organisasi yang lain.

Beberapa definisi budaya organisasi telah dikemukakan oleh para ahli:

1). Freemont dan james menyatakan budaya organisasi adalah sistem nilai dan

kepercayaan yang dianut bersama yang berinteraksi dengan orang-orang suatu

perusahaan, struktur organisasi, dan sistem pengawasan untuk menghasilkan

norma-norma perilaku.5

2). Budaya organisasi menurut Peter F. Druicker adalah pokok penyelesaian

masalah-masalah eksternal dan internal yang pelaksanaannya dilakukan secara

konsisten oleh suatu kelompok yang kemudian mewariskan kepada

anggota-anggota baru sebagai cara yang tepat untuk memahami, memikirkan dan

merasakan terhadap maslah-masalah terkait.6

5

Fremont E. Kast dan James E. Rosenzweig, Organisasi dan Manajemen 2, PT. Bumi Aksara, Jakarta, 1991, hal. 955.

6

(30)

19

3). Moeljono Djokosusanto mendefinisikan budaya organisasi merupakan

nilai-nilai dominan yang disebarluaskan di dalam organisasi dan diacu sebagai filsofi

anggota.7

4). Susanto memberi definisi budaya organisasi sebagai nilai-nilai yang menjadi

pedoman sumber daya manusia untuk menghadapi permasalahan eksternal dan

usaha penyesuaian integrasi ke dalam perusahaan sehingga masing-masing

anggota organisasi harus memahami nilai-nilai yang ada dan bagaimana mereka

harus bertindak atau berperilaku.8

5). Budaya organisasi menurut Peter F. Druicker adalah pokok penyelesaian

masalah-masalah eksternal dan internal yang pelaksanaannya dilakukan secara

konsisten oleh suatu kelompok yang kemudian mewariskan kepada

anggota-anggota baru sebagai cara yang tepat untuk memahami, memikirkan dan

merasakan terhadap maslah-masalah terkait.9

Dari beberapa definisi budaya organisasi yang telah disebutkan oleh para ahli

diatas, maka penulis dapat menarik kesimpulan bahwa budaya organisasi adalah

sistem nilai-nilai dan kepercayaan juga kebiasaan yang diterima sebagai pedoman

bersama dalam berinteraksi dengan orang-orang pada suatu organisasi, struktur

organisasi, proses pengambilan keputusan, dan sistem pengawasan untuk

menghasilkan norma-norma perilaku. Nilai-nilai tersebut disebarluaskan dan diacu

sebagai filosofi orang-orang atau anggota di dalam organisasi.

b. Komponen Budaya Organisasi

M e n u r u t S a s h k e i n d a n K i s h e r m e n j e l a s k a n b a h w a b u d a y a

7

Moeljono Djokosusanto, Budaya Korporat dan Keunggulan korporasi, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta, 2003, hal. 17-18.

8

AB Susanto , Budaya Perusahaan: Seri Manajemen dan Persaingan Bisnis, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta, 1997, hal. 3.

9

(31)

20

organisasi terdiri dari dua komponen yaitu :

1) Keyakinan (value), yakni sesuatu yang diyakini oleh warga organisasi

mengetahui apa yang benar dan apa yang salah.

2) Nilai (belief), yakni sikap tentang cara bagaimana seharusnya bekerja dalam

organisasi.

Dalam keterangan yang lain ada dua macam keyakinan yang dijelaskan oleh

Davis yaitu :

1) Keyakinan bimbingan (guiding beliefs), yakni menentukan visi, misi dan

nilai-nilai dasar organisasi.

2) Keyakinan harian (daily beliefs), yakni mencirikan cara kegiatan dalam

organisasi harus dilakukan: cara pengambilan keputusan, cara berkomunikasi

dan cara control dilakukan.

Schein membedakan nilai atas dua tipe, yaitu :

1) Nilai intrinsik atau puncak yang diterima begitu saja tanpa diperdebatkan yang

disebut asumsi.

2) Nilai terbuka, merupakan nilai yang diperdebatkan karena manusia

membutuhkan keteraturan dan konsistensi.10

Menurut Owens, konsep budaya organisasi mengacu pada norma perilaku,

asumsi, dan keyakinan ( belief) dari suatu organisasi, sementara iklim organisasi

mengacu kepada persepsi orang-orang dalam organisasi yang merefleksikan

norma-norma, asumsi-asumsi dan keyakinan itu.

Creemers dan Reynolds menjelaskan konsep budaya organisasi yaitu

keseluruhan norma, nilai, keyakinan, dan asumsi yang dimiliki oleh anggota didalam

organisasi.11

10Moh. Pabundu Tika,

(32)

21

Dapat disimpulkan dari beberapa pendapat mengatakan bahwa dalam budaya

organisasi nilai dan keyakinan berperan penting dalam setiap perjalanan oragnisasi,

dengan demikian dalam penelitian ini berdasarkan kesimpulan diatas dapat merujuk

pada teori dari Sashkein dan Kisher Menjadi landasan teori dalam penelitian ini

menjelaskan bahwa budaya organisasi terdiri dari dua komponen yaitu :

1) Keyakinan (value), yakni sesuatu yang diyakini oleh warga organisasi

mengetahui apa yang benar dan apa yang salah.

2) Nilai (belief), yakni sikap tentang cara bagaimana seharusnya bekerja dalam

organisasi.

c. Jenis-jenis Budaya Organisasi

Jenis-jenis budaya organisasi dapat ditentukan berdasarkan proses informasi

dan tujuannya.

1. Berdasarkan Proses Informasi

Budaya organisasi berdasarkan proses informasi sebagai berikut.

a. Budaya rasional, proses informasi individual (klarifikasi sasaran pertimbangan

logika, perangkat pengarahan) diasumsikan sebagai sarana bagi tujuan kinerja

yang ditunjukkan (efisiensi, produktivitas, dan keuntungan atau dampak).

b. Budaya ideologis, dalam budaya ini pemrosesan informasi intuitif (dari

pengetahuan yang dalam, pendapat, dan inovasi) diasumsikan sebagai sarana

bagi tujuan revitalisasi (dukungan dari luar, perolehan sumber daya dan

pertumbuhan).

c. Budaya konsensus, dalam budaya ini pemrosesan informasi kolektif (diskusi,

partisipasi, dan konsesus) diasumsikan untuk menjadi sarana bagi tujuan

kohesi (iklim, moral, dan kerja sama kelompok).

(33)

22

d. Budaya hierarkis, dalam budaya ini pemrosesan informasi formal

(dokumentasi, komputasi, dan evaluasi) diasumsikan sebagai sarana bagi

tujuan kesinambungan (stabilitas, kontrol, dan koordinasi).

2. Berdasarkan Tujuannya

Budaya organisasi berdasarkan tujuannya yaitu budaya organisasi

perusahaan, budaya organisasi publik, dan budaya organisasi sosial12.

d. Unsur -Unsur Budaya Organisasi

Pada dasarnya budaya organisasi memiliki empat unsur utama, yaitu: asumsi

dasar, nilai, norma, dan artifak.13

1). Asumsi Dasar

Asumsi adalah suatu pandangan dan persepsi tentang sesuatu, orang dan

organisasi secara keseluruhan yang dilihat sebagai suatu kebenaran, tetapi belum

dibuktikan. Asumsi ini akan memberikan panduan kepada individu yang terlibat

mengenai bagaimana sesuatu isu atau permasalahan itu wajar dilihat, difikir dan

ditangani.

2). Nilai

Nilai merupakan apa yang sepatutnya ada dan diamalkan oleh semua individu

dalam sebuah organisasi. Nilai-nilai yang ada akan memberi tahu kita apa yang

penting dalam organisasi dan apakah hal yang perlu diberikan perhatian.

3). Norma

Norma memberikan panduan kepada individu yang terlibat tentang bagaimana

seseorang pekerja harus bertindak (bertingkah laku) terhadap sesuatu keadaan.

12

Tika, Pabundu. Budaya Organisasi dan Peningkatan Kinerja Perusahaan, Cetakan ke-3. (Jakarta, PT. Bumi Aksara:2010), Hlm.7

13

(34)

23

Norma juga meliputi segala peratutan tingkah laku tak tertulis dalam sebuah

organisasi

4). Artifak

Artifak merupakan hasil manifestasi daripada unsur-unsur budaya lain. Artifak

mengandung tingkah laku dan perlakuan individu, struktur, sistem, prosedur,

peraturan dan aspek fisik yang ada dalam sebuah organisasi.

Adapun unsur-unsur menurut Moh. Pabundu Tika menyatakan:14

1). Asumsi dasar

Dalam budaya organisasi terdapat asumsi dasar yang dapat berfungsi sebagai

pedoman bagi anggota maupun kelompok dalam organisasi untuk berprilaku

2). Keyakinan yang dianut

Dalam budaya organisasi terdapat keyakinan yang dianut dan dilaksanakan

oleh para anggota organisasi. Keyakinan ini mengandung nilai-nilai yang dapat

berbentuk selogan atau motto, asumsi dasar, tujuan umum organisasi

3). Pimpinan atau kelompok pencipta dan pengebangan budaya organisasi.

Budaya organisasi perlu diciptakan dan dikembangkan oleh pemimpun

organisasi atau kelompok tertentu dalam organisasi.

4). Pedoman mengatasi masalah

Dalam organsasi terdapat dua maslah pokok yang sering muncul, yakni

masalah adaptasi eksternal dan masalah integrasi internal. Kedua masalah tersebut

dapat diatasi dengan asumsi dasar dan keyakinan yang dianut bersama anggota

organisasi.

5). Berbagi nilai ( sharing of value)

14

(35)

24

Dalam budaya organisasi perlu berbagai nilai terhadap apa yang paling

diinginkan atau apa yang lebih baik atau berharga bagi seseorang.

6). Pewarisan (learning process)

Asumsi dasar dan keyakinan yang dianut oleh anggota organisasi perlu

diwariskan kepada anggota-anggota baru dalam organisasi sebagai pedoman untuk

bertindak dan berprilaku dalam organisasi.

7). Penyesuaian (adaptasi)

Perlu penyesuaian anggota kelompok terhadap peraturan tau norma yang

berlaku dalam kelompok atau organisasi tersebut, serta adaptasi organisasi perusahan

terhadap perubahan lingkungan.

e. Fungsi Budaya Organisasi

Budaya melakukan sejumlah fungsi di dalam sebuah organisasi yaitu:15

1). Budaya mempunyai suatu peran menetapkan tapal batas, artinya budaya

menciptakan perbedaan yang jelas antara satu organisasi dengan organisasi yang

lain.

2). Budaya memberikan identitas bagi anggota organisasi.

3). Budaya mempermudah timbulnya komitmen yang lebih luas dan pada

kepentingan individu.

4). Budaya itu meningkatkan kemantapan sistem sosial.

5). Budaya sebagai mekanisme pembuat makna dan kendali yang memandu serta

membentuk sikap dan perilaku karyawan.

f. Karakteristik Budaya Organisasi

Budaya organisasi menunjukkan suatu karakteristik tetentu. Victor Tan

mengemukakan bahwa karakteristik suatu budaya organisasi adalah sebagai berikut:16

15

(36)

25

1). Individual Initiative, yaitu tingkat tanggung jawab, kebebasan dan kemerdekaan yang dimiliki individu.

2). R i s k T o l e r a n c e, ya i t u s u a t u t i n g k a t a n d i m a n a p e k e r j a d i d o r o n g mengambil resiko, menjadi agresif dan inovatif.

3). Direction, yaitu kemampuan organisasi menciptakan tujuan yang jelas dan menerapakan harapan kinerja.

4). Integration, tingkatan dimana unit dalam organisasi didorong untuk beroperasi dengan cara terkoordinasi.

5). Management support, yaitu tingkatan dimana pemimpin mengusahakan komunikasi yang jelas, bantuan dan dukungan pada anggotanya.

6). Control, yaitu jumlah aturan dan pengawasan langsung yang dipergunakan untuk melihat dan mengawasi perilaku anggota.

7). Identity, tingkatan dimana anggota mengidentifikasi bersama organisasi secara keseluruhan dari pada dengan kelompok kerja atau bidang keahlian profesional

tertentu.

8). Reward system, yaitu suatu tingkatan dimana alokasi reward, hadiah atau promosi, didasarkan pada kriteria kinerja anggota, dan bukan pada senioritas atau

favorotisme.

9). Conflict tolerance, yaitu suatu tingkatan dimana anggota didorong menyampaikan konflik dan kritik secara terbuka.

10).Comunication patterns, yaitu suatu tingkatan dimana komunikasi organisasional dibatasi pada kewenangan hierarki kelompok.

2. Panti Asuhan

(37)

26

a. Pengertian Panti Asuhan

Panti asuhan adalah kata majemuk yang terdiri dari dua kata yaitu

Panti yang berarti tempat (kediaman) dan Asuhan yang berarti bimbingan (didikan).

Pengertian panti asuhan merupakan sebuah lembaga pengganti fungsi orang tua bagi

anak-anak terlantar dan memiliki tanggung jawab dalam memberikan pelayanan

kesejahteraan sosial bagi anak- anak terlantar terutama kebutuhan fisik, mental, dan

sosial pada anak asuh supaya mereka memiliki kesempatan untuk mengembangkan

dirinya dan menjadi generasi penerus cita-cita bangsa dan sebagai insan yang akan

turut serta dalam bidang pembangunan sosial17.

Sedangkan menurut Barzan menjelaskan bahwa panti asuhan adalah suatu

lembaga pelayanan sosial yang didirikan oleh pemerintah maupun masyarakat, yang

bertujuan untuk membantu atau memberikan bantuan terhadap individu, kelompok

masyarakat dalam upaya memenuhi kebutuhan hidup.

Berdasarkan pengertian diatas panti asuhan sebagai lembaga sosial yang

didirikan secara sengaja oleh pemerintah ataupun masyarakat guna membantu invidu

atau kelompok dalam memenuhi kebutuhan hidup sebagai wujud upaya terjaminnya

kesejahteraan sosial18.

Dari kedua pengertian yang telah dikemukakan diatas dapat disimpulkan

bahwa panti asuhan adalah suatu lembaga kesejahteraan sosial yang didirikan secara

sengaja oleh pemerintah atau masyarakat yang bertanggung jawab dalam melakukan

pelayanan, penyantunan dan pengentasan anak terlantar dan memiliki fungsi sebagai

pengganti peranan orang tua dalam memenuhi kebutuhan mental dan sosial pada anak

asuh agar mereka memiliki kesempatan yang luas untuk mengalami pertumbuhan

17

Departemen Sosial Republik Indonesia. Acuan umum pelayanan sosial. anak di panti sosial asuhan anak. (Jakarta : Departemen Sosial RI, 2004) Hlm. 4

18

(38)

27

fisik dan mengembangkan pemikiran hingga ia mencapai tingkat kedewasaan yang

matang dan mampu melaksanakan peranan- perannya sebagai individu dan warga

negara di dalam kehidupan bermasyarakat.19

Dalam sistem ini, santunan, bantuan, dan pertolongan kepada anak yatim

dilakukan dengan melayani kesejahteraan dan kebutuhan fisik, mental, dan sosial,

dengan cara menempatkan mereka dalam sebuah panti asuhan. Yang menjadi dasar

sistem ini adalah firman Allah,

“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan

sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak, karib kerabat,

anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman

sejawat, ibnu sabil, dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai

orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri.” (An-Nisa`: 36).20

Mereka (anak yatim) mendapat asuhan dan perawatan tanpa tinggal di rumah

keluarga mereka atau orang lain, tetapi tinggal di asrama yang disediakan pengurus

panti asuhan. Ditempat ini mereka tinggal bersama anak-anak yatim lain yang senasib

dan sependeritaan.

b. Pola pengasuhan dan perawatan panti asuhan

Sistem ini mempun yai dua pola pengasuhan dan perawatan, yaitu

sebagai berikut.

19

http://ewintribengkulu.blogspot.com/2012/10/pengertian-panti-sosial-asuhan-anak.html 20

(39)

28

1) Anak-anak yatim ditempatkan pada rumah-rumah pengasuh bersama keluarganya

yang disediakan dalam panti. Keluarga inilah yang mengurus dan mengasuh

mereka selama berada di luar kegiatan panti dan sekolah. Tiap rumah ditentukan

jumlah santri yang tinggal bersama keluarga pengasuh di dalam panti.

2) Anak-anak yatim ditempatkan dalam satu asrama bersama-sama. Pemisahan

asrama dilakukan hanya berkaitan dengan perbedaan jenis kelamin, laki-laki dan

perempuan. Pada asrama laki-laki dan perempuan ditugaskan seorang atau

beberapa orang pengasuh dan pembina sehari-hari.

c. Kelebihan dan kelemahan panti asuhan

Sistem panti asuhan memiliki kelebihan antara lain sebagai berikut.

1) Meskipun anak-anak yatim itu jauh atau berpisah dengan sanak keluarganya,

namun mereka merasa senang tinggal bersama teman-teman dalam asrama.

2) Mereka dapat mengembangkan kreativitas melalui berbagai kegiatan dan fasilitas

yang disediakan di dalam panti.

3) Mereka juga dapat menumbuhkan kemandirian selama dalam asrama.

Akan tetapi sistem ini terdapat pula kelemahannya, antara lain sebagai berikut.

1) Anak-anak yatim selama berada dalam asrama terisolasi dari pergaulan dengan

masyarakat luas sehingga kelak mereka merasa rendah diri atau sebaliknya

dengan orang lain.

2) Pembinaan selama mereka dalam asrama bisa dianggap sebagai pengekangan,

apalagi sikap pengasuh yang tidak mendidik, berlaku kasar, dan kejam dapat

menimbulkan dendam kepada orang-orang yang telah mengasuh dan

menolongnya. Bahkan mereka bisa membenci organisasi yang mendirikan panti

(40)

29

Meski demikian, sistem panti asuhan masih tetap diperlukan dalam hubungan

antar masyarakat, sebagaimana yang dilakukan oleh beberapa organisasi dan yayasan

islam dalam menyantuni, membantu, dan menolong anak-anak yatim. Hal ini

disebabkan oleh beberapa faktor sebagai berikut.

1) Panti asuhan dapat menampung anak-anak yatim jauh lebih banyak dari pada

di rumah-rumah.

2) Kenyataan dan kehidupan sosial ekonomi dalam masyarakat masih lemah,

sehingga tidak banyak diantara mereka mampu mengasuh anak yatim di rumah

mereka sendiri.

3) Pendidikan dan pembinaan secara terprogram dan berkelompok terhadap

anak-anak yatim akan lebih mudah dilaksanak-anakan dalam panti asuhan karena setiap

hari mereka berkumpul dalam asrama.

4) Para donatur lebih mudah melihat secara langsung anak-anak yatim yang

disantuni dan dibiayainya dalam panti.

5) Daya tampung anak-anak yatim dalam panti bisa dikembangkan dan diperluas,

sehingga bisa menerima anak-anak yatim lebih banyak lagi jumlahnya.

Hanya saja, masalah Sumber daya manusia profesional yang mengasuh dan

membina anak-anak yatim dalam asrama masih terbatas, ditambah lagi kesanggupan

membayar anak yatim dengan gaji yang layak masih menjadi kendala dalam

mengelola panti asuhan. Oleh karena itu, para pengasuh dan pembina dalam

panti-asuhan anak yatim kebanyakan orang-orang yang bekerja secara sukarela dan

seadanya.

d. Sistem panti asuhan

Setiap panti asuhan memiliki sistem untuk membina dan mengasuh anak

(41)

30

1). Sistem asuhan keluarga.

Yang mana di dalam panti asuhan itu, anak-anak asuh tidak lagi tinggal dalam

asrama. Tetapi tinggal bersama dengan keluarga-keluarga yang menjadi pengasuh dan

pembina mereka selama dalam panti asuhan. Dengan demikian dalam panti perlu

disiapkan sejumlah ruangan untuk ditempati oleh satu keluarga bersama beberapa

anak-anak asuh yang menjadi asuhan dan binaan mereka. Adapun asrama yang sudah

ada dapat dimanfaatkan sebagai tempat pendidikan, pelatihan, keterampilan, atau

workshop untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan mereka dapat berdiri

sendiri dalam masyarakat.

2). Sistem asuhan keluarga di luar panti.

Dalam sistem ini mereka tinggal dalam rumah orang lain yang menjadi

pengasuh dan perawatnya di luar panti, tetapi melakukan aktivitas pendidikan,

pembinaan, dan pelatihan dalam panti. Kecuali bila dalam panti tidak terdapat fasilitas

pendidikan yang memadai, mereka dapat bersekolah di luar panti, namun tetap

kembali ke rumah keluarga pengasuh masing-masing.

3). Sistem santunan keluarga.

Yaitu anak-anak asuh tetap tinggal di rumah keluarga mereka, tapi mereka

harus mengikuti dan melakukan aktivitas harian di dalam panti. Meski bersekolah di

luar panti, namun sebelum pulang ke rumah keluarga masing-masing anak asuh harus

berkumpul dan mengikuti program yang ditetapkan dalam panti.21

3. 'Aisyiyah

Terbentuknya 'Aisyiyah tidak dapat dilepaskan kaitannya dari akar sejarah.

Spirit berdirinya Muhammadiyah telah mengilhami berdirinya hampir seluruh

21

(42)

31

organisasi otonom yang ada di Muhammadiyah, termasuk 'Aisyiyah. Sejak

mendirikan Muhammadiyah, Kiai Dahlan sangat memperhatikan pembinaan terhadap

wanita. Anak-anak perempuan yang potensial dibina dan dididik menjadi pemimpin,

serta dipersiapkan untuk menjadi pengurus dalam organisasi wanita dalam

Muhammadiyah. Di antara mereka yang dididik Kiai Dahlan ialah Siti Bariyah, Siti

Dawimah, Siti Dalalah, Siti- Busyro (putri beliau sendiri), Siti Dawingah, dan Siti

Badilah Zuber.

Anak-anak perempuan itu (meskipun usianya baru sekitar 15 tahun) sudah

diajak memikirkan soal-soal kemasyarakatan. Sebelum Aisyiyah secara

kongkret terbentuk, sifat gerakan pembinaan wanita itu baru merupakan kelompok

anak-anak perempuan yang senang berkumpul, kemudian diberi bimbingan oleh

KHA Dahlan dan Nyai Ahmad Dahlan dengan pelajaran agama. Kelompok anak-

anak ini belum merupakan suatu organisasi, tetapi kelompok anak-anak yang diberi

pengajian. Pendidikan dan pembinaan terhadap wanita yang usianya sudah tua pun

dilakukan juga oleh Kiai Dahlan dan istrinya (Nyai Dahlan). Ajaran agama Islam

tidak memperkenankan mengabaikan wanita. Mengingat pentingnya peranan wanita

yang harus mendapatkan tempat yang layak, Kyai Dahlan bersama-sama Nyai

Dahlan mendirikan kelompok pengajian wanita yang anggotanya terdiri para

gadis-gadis dan orang-orang wanita yang sudah tua. Dalam perkembangannya, kelompok

pengajian wanita itu diberi nama Sapa Tresna.

Sapa Tresna belum merupakan organisasi, hanya suatu gerakan pengajian

saja. Oleh karena itu, untuk memberikan suatu nama yang kongkrit menjadi suatu

perkumpulan, K.H. Mokhtar mengadakan pertemuan dengan KHA. Dahlan yang juga

dihadiri oleh H. Fakhrudin dan Ki Bagus Hadikusumo serta pengurus Muhammadiyah

(43)

32

organisasi perkumpulan kaum wanita Muhammadiyah itu, tetapi nama itu tidak

diterima oleh rapat.

Haji Fakhrudin kemudian mengusulkan nama 'Aisyiyah yang

kemudian diterima oleh rapat tersebut. Nama 'Aisyiyah dipandang lebih tepat bagi

gerakan wanita ini karena didasari pertimbangan bahwa perjuangan wanita yang

akan digulirkan ini diharapkan dapat meniru perjuangan 'Aisyiyah, isteri Nabi

Muhammad, yang selalu membantu Rasulullah dalam berdakwah. Peresmian

'Aisyiyah dilaksanakan bersamaan peringatan Isra' Mi'raj Nabi Muhammad

pada tanggal 27 rajab 1335 H, bertepatan 19 Mei 1917 M. Peringatan Isra' Mi'raj

tersebut merupakan peringatan yang diadakan Muhammadiyah untuk pertama

kalinya. Selanjutnya, K.H. Mukhtar memberi bimbingan administrasi dan organisasi,

sedang untuk bimbingan jiwa keagamaannya dibimbing langsung oleh KHA.

Dahlan.22 Jadi 'Aisyiah bisa diartikan ormas Islam di bawah Muhamadiyah yang

berkiprah dalam merespon isu-isu perempuan dan sekaligus memberdayakannya

melalui jalur pendidikan dan pelayanan sosial.23

22 http://www.muhammadiyah.or.id/content-199-det-aisyiyah.html

23

(44)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Peneletian ini termasuk pendeketan kualitatif. Penelitian kualitatif menurut

Denzin dan Lincoln yang di kutip oleh Lexy J. Moleong adalah, penelitian yang

menggunakan latar alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan

dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada.1

Definisi penelitian kualitatif menurut Bodgan dan Taylor yang mendefinisikan

metodelogi kualitatif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilkau

yang dapat diamati. Menurut pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut

secara utuh. Jadi dalam hal ini tidak boleh mengisolasikan individu atau organisasi

kedalam variabel atau hipotesa, tetapi perlu memandang sebagai bagian dari suatu

kebutuhan.2 Alasan peneliti menggunakan pendekatan ini dirasa lebih baik dan dapat

menyesuaikan diri terhadap penelitian yang dihadapi.

Adapun jenis penelitian ini adalah Fenomenologois, bahwa kebenaran sesuatu itu

dapat diperoleh dengan cara menangkap fenomena atau gejala yang memancar dari objek

yang diteliti.3

Laporan hasil penelitian ini akan berisi kutipan-kutipan data untuk memberi

gambaran perjanjian laporan tersebut. Oleh karena itu penelitian ini menggunakan metode

deskriptif. Disebut deskriptif karena penelitian deskriptif merupakan prosedur pemecahan

masalah yang diselidiki, dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan obyek

1

Lexy J. Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2011, hal.5. 2

(45)

34

penelitian pada saat sekarang, berdasarkan fakta-fakta (fact finding) yang tampak atau

sebagaimana semestinya.4

Peneliti memilih jenis data primer sebagai pengumpulan data. Data primer adalah

segala informasi yang didapat dari informan kunci sesuai dengan fokus penelitian. Dalam

penelitian ini yang menjadi informan kunci adalah Bpk. Masbuchin selaku Pengurus Panti

Asuhan Aisyiyah Nganjuk

Sedangkan data sekunder adalah informasi yang didapat dari informan sebagai

pendukung atau penguat data yang didapat dari informan kunci. Langkah tersebut

dilakukan untuk mengetahui dasar-dasar atau elemen-elemen penting kaitannya dengan

budaya organisasi dalam bentuk dokumen.

Sumber data sangat penting untuk memperoleh kesempurnaan penelitian sumber

data ini digali dengan tiga cara yaitu:

a. Sumber data observasi dengan melakukan observasi berusaha mendapatkan data-data,

diawali dengan memasuki lapangan penelitian dengan bekal jeli dan teliti. Kepekaan

memahami latar berdasarkan penguasaan teori-teori yang relevan dengan fokus

penelitian. Data hasil observasi ini lebih diarahkan pada data-data yang terkait dengan

tindakan. Dalam memperoleh data, peran peneliti sebagai instrumen utama sangat

4

(46)

35

menentukan keberhasilan suatu penelitian. Seperti yang dikatakan Sugiyono yang

menyatakan bahwa tujuan observasi adalah mendeskripsikan kondisi yang dipelajari,

aktivitas-aktivitas yang berlangsung, orang-orang yang terlibat dalam aktivitas, dan

makna kejadian dilihat dari sudut pandang mereka yang terlihat dalam kejadian yang

diamati tersebut5.

b. Sumber data wawancara. Sugiyono menyatakan bahwa wawancara digunakan sebagai

teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk

menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin

mengetahui hal-hal dari informan yang lebih mendalam dan jumlah informannya

sedikit/kecil6. Data ini berupa catatan peneliti atau rekaman dari para informan yakni

informan yang telah diberikan petunjuk oleh Pengurus Pantri Asuhan Aisyiah

Nganjuk ialah bapak Masbuchin, dengan melalui proses tanya jawab, mendengar dan

melihat. Wawancara sesuai dengan teknis yang akurat. Ketika di dalam latar

penelitian, gambaran, gambaran umum untuk memperoleh informasi data sudah

dipersiapkan dalam benak peneliti maka gambaran-gambaran tersebut diolah

sedemikian rupa sesuai dengan kondisi, waktu, siapa yang akan diwawancarai, dan

apa yang akan dipertanyakan sesuai dengan focus penelitian budaya organisasi.

c. Sumber data dokumentasi. Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah

berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari

seseorang7. Data dokumentasi ini berupa tulisan, naskah-naskah, gambar-gambar, dan

sesuatu yang bisa didokumentasikan. Untuk memperoleh data tersebut bisa dilakukan

dengan cara meminta langsung kepada lembaga.

5

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Alfabeta, Bandung 2014. Hal 228. 6

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Alfabeta, Bandung 2014. 137. 7

(47)

36

D. Tahap-Tahap Penelitian

a. Tahap Pralapangnan

Ada enam kegiatan yang dilakukan oleh peneliti dalam hal ini, ditambah

dengan satu pertimbangan yang perlu dipahami, yaitu etika penelitian lapangan .

kegiatan dan pertimbangan tersebut diuraikan sebagai beerikut :

1) Menyusun Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian yang dimaksud adalah penusunan proposal yang terdiri

dari judul penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat

penelitian, penelitian terdahulu, definisi konsep, kajian pustaka, metode

penelitian, dan sistematika pembahasan.

Dalam hal-hal tertentu hipotesis kerja mulai disusun ketika sudah berada di

lapangan, pemilihan lapangan penelitian, rancangan pengumpulan data, penentuan

jadwal penelitian, pemilihan alat penelitian, rancangan prosedur data, rancangan

perlengkapan yang diperlukan dalam penelitian, rencana pengecekan data.

2) Memilih lapangan penelitian

Peneliti memilih lapangan penelitian “Budaya Organisasi di Panti Asuhan

'Aisyiyah Nganjuk.”.

3) Mengurus Perizinan

Dalam penelitian ini peneliti cukup mengurus perizinan pada fakultas dakwah

UIN Sunan Ampel Surabaya, kemudian diteruskan kepada pengurus Panti Asuhan

'Aisyiyah Nganjuk untuk mendapatkan data yang dibutuhkan oleh peneliti.

Mengenai “”, serta data-data lain yang dibutuhkan oleh peneliti.

4) Menjajaki dan Menilai Keadaan Lapangan

Pada tahap ini peneliti menuju tempat Panti Asuhan 'Aisyiyah Nganjuk maka

(48)

37

Panti Asuhan 'Aisyiyah. Tahap ini barulah merupakan oreantasi pada lapangan.

Namun dalam hal-hal tertentu peneliti telah menilai keadaan lapangan. Pada tahap

ini, peneliti menjajaki dan meneliti lapangan dengan menjadi anggota beberapa

hari untuk mengetahui model Budaya Organisasi di Panti Asuhan 'Aisyiyah.

5) Menyiapkan Peralatan Penelitian

Peneliti menyiapkan alat-alat penelitian seperti surat izin penelitian yang

dlengkapi proposal penelitian serta alat-alat tulis dan peralatan lain yang

mendukung penelitian dalam mengumpulkan data seperti kamera.

6) Persoalan Etika Penelitian

Dalam hal ini peneliti menjaga etika dalam melakukan penelitian karena hal

ini menyangkut hubungan dengan orang lain. Dalam menghadapi persoalan etika

tersebut, peneliti menyiapkan diri baik secara fisik maupun mental. Secara

seyogyanya memahami peraturan norma, nilai social masyarakat melalui

kepustakaan, tema yang brasal dari latar tersebut dari oriental latar penelitian.

Dengan dijaganya etika diterapkan tercipta suatu kerjasama yang menyenangkan.

b. Tahap Pekerjaan Lapangan

Uraian tentang tahap pekerjaan lapangan dibagi dalam tiga bagian yaitu :

1) Memahami latar penelitian dan persiapan diri.

Latar penelitian dibagi menjadi dua, yakni latar terbuka dan latar tertutup.

Latar terbuka terdapat di lapangan umum seperti orang berkumpul di took,

bioskop, dan lain-lain. Pada latar ini, peneliti lebih mengandalkan pengamatan.

Dan sebaliknya pada latar tertutup, peneliti lebih mengandalkan pada wawancara

secara mendalam, selain itu peneliti juga perlu persiapan diri, baik mental maupun

Gambar

Tabel 4.2  Jadwal Kegiatan Mingguan Panti Asuhan ‘Aisyiyah Nganjuk  ....
Gambar 4.1 Struktur Organisasi Panti Asuhan ‘Aisyiyah Nganjuk   ...............
tabel berikut:
Jadwal Kegiatan Harian Panti Asuhan ‘Aisyiyah NganjukTabel 4.1
+3

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Budaya Organisasi, Motivasi dan Komitmen Organisasi terhadap Kinerja karyawan CV. Penelitian ini juga

Adapun tujuan penelitian ini adalah: (1) untuk mengetahui perilaku kemandirian pada anak yatim alumni Panti Asuhan Yatim PKU Aisyiyah cabang Blambangan, (2) untuk

Tujuan penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh independensi, gaya kepemimpinan, komitmen organisasi, budaya organisasi, gender dan pemahaman good governance

Penelitian ini berjudul Budaya Organisasi dan Pola Interaksi Pegawai (Studi Korelasional tentang pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Proses Interaksi Pegawai

Penelitian ini berjudul Budaya Organisasi dan Pola Interaksi Pegawai (Studi Korelasional tentang pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Proses Interaksi Pegawai

Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh penilaian prestasi kerja dan budaya organisasi terhadap kinerja dosen

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh budaya organisasi dan iklim organisasi terhadap kinerja karyawan pada PT. Samudra Muara Enim Sumatera

Bagi Panti Asuhan Berdasarkan hasil yang didapatkan pada penelitian ini, bahwa pengaruh kepemimpinan terhadap budaya organisasi berada di tingkat sedang, maka diharapkan bagi panti