• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 2 3 untuk presentasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "BAB 1 2 3 untuk presentasi"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ginjal merupakan organ vital yang berperan sangat penting sangat penting dalam mempertahankan kestabilan lingkungan dalam tubuh. Ginjal mengatur keseimbangan cairan tubuh dan elektrolit dan asam basa dengan cara menyaring darah yang melalui ginjal, reabsorbsi selektif air, elektrolit dan non-elektrolit, serta mengekskresi kelebihannya sebagai kemih.

Fungsi primer ginjal adalah mempertahankan volume dan komposisi cairan ekstra sel dalam batas-batas normal. Komposisi dan volume cairan ekstrasel ini dikontrol oleh filtrasi glomerulus, reabsorbsi dan sekresi tubulus. Ginjal dilalui oleh sekitar 1.200 ml darah per menit, suatu volume yang sama dengan 20 sampai 25 persen curah jantung (5.000 ml per menit). Lebih 90% darah yang masuk ke ginjal berada pada korteks, sedangkan sisanya dialirkan ke medulla. Gangguan fungsi ginjal dapat menggambarkan kondisi sistem vaskuler sehingga dapat membantu upaya pencegahan penyakit lebih dini sebelum pasien mengalami komplikasi yang lebih parah seperti stroke, penyakit jantung koroner, gagal ginjal, dan penyakit pembuluh darah perifer.

Chronic Kidney Disease (CKD), merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversibel dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga terjadi uremia. Diperkirakan hingga tahun 2015 Data WHO dengan kenaikan dan tingkat persentase dari tahun 2009 sampai sekarang 2011 sebanyak 36 juta orang warga dunia meninggal dunia akibat penyakit Cronic Kidney Disease (CKD).

Indonesia termasuk tingkat penderita gagal ginjal yang cukup tinggi. Menurut data dari Penetri (Persatuan Nefrologi Indonesia) sampai 2 Januari 2011 di perkirakan ada 70 ribu penderita gagal ginjal di Indonesia yang membutuhkan cangkok ginjal.

(2)

negeri yang datang berwisata, wisatawan-wasatawan tersebut banyak mengidap penyakit penyakit Cronic Kidney Disease (CKD) itu yang menjadi salah satu faktor banyaknya penderita gagal ginjal akut di Kota Pariwisata itu.

Pelayanan asuhan keperawatan di tujukan untuk mempertahankan, meningkatkan kesehatan dan menolong individu untuk mengatasi secara tepat masalah kesehatan sehari-hari, penyakit, kecelakaan, atau ketidak mampuan bahkan kematian.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian CKD?

2. Bagaimana laporan pendahuluan CKD?

3. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan CKD? 4. Bagaimana aplikasi asuhan keperawatan pada pasien CKD? 1.3 Tujuan

1.3.1 Umum

Untuk mengetahui gagal ginjal kronik dan asuhan keperawatan pada pasien gagal ginjal kronik.

1.3.2 Khusus

1. Untuk mengetahui pengertian CKD

2. Untuk mengetahui laporan pendahuluan CKD

3. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan CKD 4. Untuk mengetahui aplikasi asuhan keperawatan pada pasien CKD

1.4 Manfaat

Dari makalah ini diharapkan mahasiswa dan pembaca dapat memahami pengertian dan asuhan keperawatan dari gagal ginjal kronik. Dan dapat mencegah terjadinya penyakit tersebut. Mengetahui tanda dan gejala sehingga kita sebagai perawat mampu bertindak sesuai dengan asuhan keperawatan.

BAB II

(3)

2.1 Definisi

Gagal ginjal yaitu ginjal kehilangan kemampuannya untuk mempertahankan volume dan komposisi cairan tubuh dalam keadaan asupan makanan normal . Gagal ginjal biasanya dibagi menjadi dua kategori yaitu gagal ginjal kronik dan akut . Gagal kronik merupakan perkembangan gagal ginjal yang progresif dan lambat ( biasanya berlangsung beberapa tahun ) , sebaliknya gagal ginjal akut terjadi dalam beberapa hari atau minggu .

2.2 Etiologi

Klasifikasi penyebab gagal ginjal kronik

Klasifikasi penyakit Penyakit

Penyakit infeksi tuberkulosis Pielonefritis kronik / refluks nefropati Penyakit vaskuler hipertensi Glomerulonefrotis

Gangguan jaringan ikat Nefrosklerosis benigna, nefrosklerosis maligna, stenosis arteria renalis

Gangguan kongenital dan herediter

Penyakit ginjal polikistik, asidosis tubulus ginjal

Penyakit metabolik Diabetes millitus, goat,

hiperparatiroidisme, amiloidosis. Nefropati toksik Penyalahgunaan analgesik, nefropati

timah

Nefropati obstruktif Traktus urinarius bagian atas, batu neoplasma, nefrosis retroperitoneal, traktus urinarius bagian bawah : hipertrofi prostat, struktur uretra,

anomaly congenital, leher vesika urinaria dan uretra.

Penyebab lazim gagal ginjal akut

A. Azotemia prarenal ( penurunan perfusi ginjal ) 1. Depiesi volume cairan ekstrasel ( ECF ) absolute

(4)

b. Diuresis berlebihan

c. Kehilangan cairan dari gastrointestinal yang berarti muntah, diare. d. Kehilangan cairan dari ruang ketiga : luka bakar, peritonitis,

pankreatitis

2. Penurunan volume sirkulasi arteri yang efektif

a. Penurunan curah jantung : infark miokardium, distritmia, gagal jantung.

b. Vasodilatasi perifer : Sepsis anafilaksis, obat anestesi, antihipertensi nitrat

c. Hipoalbuminemia : sindrom nefrotik , gagal hati ( sirosis ) 3. Perubahan hemodinamika ginjal primer

a. Penghambat prostaglandin, aspirin dan obat NSAID lain

b. Vasodilatasi arteriol eferen : penghambat enzim pengkonversi angiotensin, misalnya kaptopril

c. Obat vasokonstriksi : obat alfa – adrenergik ( misal : norepinefrin) angiotensin II

d. Sindrom hepatorenal

4. Obstruksi vascular ginjal bilateral

a. Stenosis ginjal , emboli , thrombosis b. Thrombosis vena renalis bilateral

B. Azotemi Pascarenal ( Obstruksi saluran kemih ) 1. Obstruksi uretra : katup uretra striktir uretra

2. Obstruksi cairan keluar kandng kemih : hipertrofi prostat karsinoma 3. Obstruksi bilateral ( unilateral jika saat ginjal berfungsi )

a. Intraureter : Batu, bekuan darah

b. Ekstraureter ( kompresi ) : fibrosis retroperitoneal, neoplasma kandung kemih, prostat atau serviks ligasi bedah yang tidak disengaja atau cedera.

4. Kandung kemih neurogenik C. Gagal ginjal akut intrinsik

(5)

a. Paskaiskemik, syok, sepsis, bedah jantung terbuka, bedah aorta ( semua penyebab azotemia prarenal berat )

b. Nefrotoksis 2. Nefrotosis eksogen

a. Antibody : aminoglikosida, amfoterisisn B

b. Media kontras teriodinasi (terutama pada penderita diabetes) c. Logam berat : sisplatinbiklorida merkuri arsen

d. Siklosporin : takrolimus

e. Pelarut : karbon tetraklorida , etilene glikol , methanol. 3. Nefrotoksis endogen

a. Pigmen intratubular : hemoglobin , mioglobin b. Protein intratubular : myeloma multiple

c. Kristal intratubular : asam urat

4. Penyakit vascular atau glomerulus ginjal primer

a. Glomerulonefritis progresif cepat atau pascatreptokokus akut. b. Hipertensi maligna

c. Serangan akut pada gagal ginjal, kronis yang terkait pembatasan garam atau air.

5. Nefritis tubulointerstisial akut

a. Alergi : beta – laktam (penisilim, sefalosporin, sulfonamide) b. Infeksi (misal, pielonefritis akut)

2.3. Manifestasi klinis 1. Gagal ginjal kronik

a. Sesuai dengan penyakit yang mendasari seperti diabetes mellitus, ibfeksi saluran traktus urinarius, batu traktus urinarius, hipertensi , hiperurikemia, lupus eritomatosus sistemik

(6)

c. Gejala komplikasinya antara lain, hipertensi, anemia, osteodistrofi renal, payah jantung, asidosis metabolik, gangguan keseimbangan elektrolit(sodium, kalium, khlorida)

2. Gagal ginjal akut

Perjalanan klinis gagal ginjal akut biasanya dibagi menjadi 3 stadium : oliguria, dieresis dan pemulihan. Pembagian ini dipakai pada penjelasan dibawah ini, tetapi harus diingat bahwa gagal ginjal akut azotemia dapat saja terjadi saat keluaran urine lebih dari 400ml/24 jam

a. Stadium oliguria

Oliguria timbul 24 – 48 jam sesudah trauma dan disertai azotemia. b. Stadium deuresis

1. Stadium GGA dimulai bila keluaran urine lebih dari 400ml/hari 2. Berlangsung 2-3 minggu

3. Pengeluaran urin harian jarang melebihi4 liter , asalkan pasien tidak mengalami hidrasi yang berlebih

4. Tingginya kadar urea darah

5. Kemungkinan menderita kekurangan kalium , natrium , dan air 6. Selama stadium dini dieresis kadar BUN mungkin meningkat terus c. Stadium penyembuhan

Stadium penyembuhan GGA berlangsung sampai atau tahun , dan selama itu anemia dan kemampuan pemekatan ginjal sedikit demi sedikit membaik .

2.4. Patofisiologi

(7)

poliuri dan haus. Selanjutnya karena jumlah nefron yang rusak bertambah banyak oliguri timbul disertai retensi produk sisa. Titik dimana timbulnya gejala-gejala pada pasien menjadi lebih jelas dan muncul gejala-gejala-gejala-gejala khas kegagalan ginjal bila kira-kira fungsi ginjal telah hilang 80% - 90%. Pada tingkat ini fungsi renal yang demikian nilai kreatinin clearance turun sampai 15 ml/menit atau lebih rendah itu.

Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang normalnya diekskresikan ke dalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadi uremia dan mempengaruhi setiap sistem tubuh. Semakin banyak timbunan produk sampah maka gejala akan semakin berat. Banyak gejala uremia membaik setelah dialisis.

Perjalanan umum gagal ginjal progresif dapat dibagi menjadi tiga stadium yaitu:

1. Stadium 1 (penurunan cadangan ginjal)

Ditandai dengan kreatinin serum dan kadar Blood Ureum Nitrogen (BUN) normal dan penderita asimtomatik.

2. Stadium 2 (insufisiensi ginjal)

Lebih dari 75% jaringan yang berfungsi telah rusak (Glomerulo filtration Rate besarnya 25% dari normal). Pada tahap ini Blood Ureum Nitrogen mulai meningkat diatas normal, kadar kreatinin serum mulai meningklat melabihi kadar normal, azotemia ringan, timbul nokturia dan poliuri.

3. Stadium 3 (Gagal ginjal stadium akhir / uremia)

Timbul apabila 90% massa nefron telah hancur, nilai glomerulo filtration rate 10% dari normal, kreatinin klirens 5-10 ml permenit atau kurang. Pada tahap ini kreatinin serum dan kadar blood ureum nitrgen meningkat sangat mencolok dan timbul oliguri.

(8)

2.6. Komplikasi

1. Penolakan cairan oleh tubuh, cairan tidak dapat keluar dari tubuh. Kondisi ini menyebabkan pembengkakan lengan, kaki, tekanan darah tinggi, atau penumpukan cairan di paru-paru (pulmonary edema).

2. Peningkatan kadar kalium di dalam darah, yang dapat menimbulkan kerusakan fungsi jantung dan dapat berakibat fatal.

3. Penyakit kardiovaskuler.

4. Kerapuhan tulang dan meningkatnya risiko patah tulang. 5. Anemia.

6. Berkurangnya gairah seksual atau impotensi. 7. Kerusakan sistem syaraf.

8. Menurunnya respon sistem kekebalan tubuh.

(9)

10.Komplikasi kehamilan.

11.Kerusakan ginjal yang tidak dapat diperbaiki

2.7. Pemeriksaan Penunjang

untuk menentukan diagnosa pada CKD dapat dilakukan cara sebagai berikut:

1. Pemeriksaan laboratorium

Menentukan derajat kegawatan CKD, menentukan gangguan sistem dan membantu menetapkan etiologi.

2. Pemeriksaan USG

Untuk mencari apakah ada batuan, atau massa tumor, juga untuk mengetahui beberapa pembesaran ginjal.

3. Pemeriksaan EKG

Untuk melihat kemungkinan hipertropi ventrikel kiri, tanda-tanda perikarditis, aritmia dan gangguan elektrolit

2.8. Penatalaksanaan Medik 1. Dialisis (cuci darah)

2. Obat-obatan: antihipertensi, suplemen besi, agen pengikat fosfat, suplemen kalsium, furosemid (membantu berkemih)

3. Diit rendah protein dan tinggi karbohidrat 4. Transfusi darah

5. Transplantasi ginjal.

2.9. Pengkajian 1. Anamnesa

a. Identitas b. Keluhan utama

c. Riwayat Kesehatan Sekarang ( PQRST ) d. Riwayat Penyakit Dahulu

(10)

f. Riwayat Psikososial

g. Lingkungan dan tempat tinggal 2. Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan umum dan TTV b. Sistem Pernafasan c. Sistem Hematologi d. System Neuromuskular e. Sistem Kardiovaskuler f. Sistem Endokrin g. Sistem Perkemihan h. Sistem Muskuloskeletal

2.10. Diagnosa Keperawatan

1. Kelebihan volume cairan b.d penurunan haluaran urine, diet berlebih dan retensi cairan serta natrium

2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari tubuh b.d anoreksia, mual dan muntah, pembatasan diet, dan perubahan membrane mukosa mulut 3. Intoleransi aktivitas b.d keletihan, anemia, retensi, produk sampah 4. Gangguan pertukaran gas

5. Kerusakan integritas kulit.

2.11. Intervensi Keperawatan

1. Kelebihan volume cairan b.d penurunan haluaran urine , diet berlebih dan retensi cairan serta natrium

a. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan kelebihan volume cairan

teratasi dengan kriteria: Terbebas dari edema, efusi, anaskar b. Intervensi :

1. Kaji adanya oedema

(11)

2. Ukur denyut jantung dan awasi TD

Rasional : Perawatan invasif diperlukan untuk mengkaji volume intravaskuler khususnya pada pasien dengan fungsi jantung buruk

3. Monitor pemasukan cairan.

Rasional : Untuk menentukan fungsi ginjal 4. Ukur balance caira

Rasional : Untuk menentukan output dan input 5. Kolaborasi pemberian obat diuritika dengan dokte

Rasional : Untuk mempercepat pengeluaran urine

2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari tubuh b.d anoreksia, mual dan muntah, pembatasan diet, dan perubahan membrane mukosa mulut a. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan selama 3 x 14 jam pasien

diharapkan mempertahankan/meningkatkan berat badan dan selera untuk makan. Dengan kriteria hasil : tidak ada penurunan berat badan

b. Intervensi :

1. kaji/catat pemasukan diet.

Rasional : Membantu dalam mengidentifikasi defisiensi dan kebutuhan diet.

2. Tawarkan perawatan mulut / sering cuci mulut.

Rasional : memberi kesegaran pada mulut dan miningkatkan selera makan.

3. Ajurkan / berikan makan sedikit tapi sering. Rasional : meminimalkan anoreksia dan mual.\

4. Kolborasi dengan ahli gizi untuk diit rendah protein dan rendah garam

Rasional : diit untuk pasien gagal ginjal

3. Intoleransi aktivitas b.d keletihan, anemia, retensi, produk sampah a. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 X 14 jam

(12)

Dengan Kreteri hasil :Mampu melakukan aktivitas sehari - hari ( ADLs) secara mandiri

b. Intervensi

1. Monitor intake nutrisi untuk memastikan kecukupan sember energi.

Rasional : Nutrisi yang cukup memberikan sumber energi. 2. Beri bantuan dalam aktifitas dan ambulasi.

Rasional : Memberikan keamanan pada pasien 3. Ajarkan teknik mengontrol pernafasan saat aktifitas

Rasional : Menghemat energi dalam tubuh. 4. Kolaborasi dengan ahli fisioterap

Rasional : Memulihkan kembali otot yang mengalami kekakuan 4. Gangguan pertukaran gas

a. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam Gangguan pertukaran pasien teratasi dengan kriteria hasi: Mendemonstrasikan peningkatan ventilasi dan oksigenasi yang adekuat

b. Intervensi :

1. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi Rasional : memperlancar ventilasi

2. Lakukan fisioterapi dada jika perl

Rasional : fisioterapi dada dapat melancarkan pernapasan 3. Auskultasi suara nafas, catat adanya

Rasional : mengetahui adanya kelainan 4. Berikan bronkodilator ;

Rasional : melancarkan pernapasan

5. Kerusakan integritas kulit.

(13)

Integritas kulit yang baik bias dipertahankan (sensasi, elastisitas, temperatur, hidrasi, pigmentasi

b. Intervensi :

1. Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar Rasional : agar tidak panas

2. Hindari kerutan pada tempat tidu

Rasional : Kerutan dapat menyebabkan lecet

3. Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan lembab Rasional : kebersihan menghindari infeksi

4. Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap dua jam sekal Rasional : menghindari dicubitus

5. Monitor kulit akan adanya kemerahan Rasional : kemerahan tanda ada infeksi 6. Kolaborasi pemberian obat topikal

(14)

BAB III

j. Klien dan keluarga 2) RiwayatPenyakit

a. Alasan MRS

b. Keluhansaat pengkajian

c. Riwayatpenyakitsekarang

a. Klien mengatakan sering pusing setiap tensinya tinggi, perutnya membesar karena tidak dapat kencing, klien mengeluhkan perutnya terasa keras dan sebah, badan lemas

b. Klien mengatakan perutnya membesar karena tidak dapat kencing, klien mengeluhkan perutnya terasa keras dan sebah, badan lemas

(15)

d. Riwayat penyakit dahulu

e. Riwayat penyakit keluarga

keluhan terdapat cairan pada perutnya maka klien disarankan untuk dirawat inap di Ruang Kenanga untuk pengambilan cairan pada keesokan harinya (selasa, 21 Juni 2016)

d. Klien mengatakan sudah 3 tahun menderita penyakit CKD, dan pada bulan mei 2016 klien pernah di rawat di ruang ICU RS dr.Soepraoen karena sakit DBD dan klien tidak sadar selama 10 hari. Klien memiliki riwayat mengkonsumsi minuman berenergi (exstrajoss, kratingdeng, hemaviton, dll)(3 sachet/hari) dan jarang minum air putih e. Didalam keluarga klien ada yang

menderita penyakit menurun hipertensi yaitu dari nenek dan tidak ada yang menderita penyakit menular seperti TBC maupun hepatitis.

3) Perubahanpolakesehatan

a. Makan Dirumah: Klien mengatakan makan 3X sehari dengan komposisi nasi, lauk dan sayur, 1 porsi habis

Di RS: Klien mengatakan makan 3X sehari dengan porsi yang sudah di sediakan dari rumah sakit yaitu diet ginjal (rendah protein tinggi kalori)1 porsihabis b. Minum Dirumah: Klien mengatakan minum air putih 4 – 6 gelas

perhari ±1500cc/hari

Di RS: Klienmengatakan minum 3 gelas air putih/hari ±750cc/hari

(16)

cairan di perut)

Produksi urin 24 jam + 500 cc = 0cc + 500 cc= 500 cc

c. Eliminasi Di rumah: Klien mengatakan tidak dapat BAK sudah 3 bulan yang lalu

Di RS : Klien mengatakan tidak dapat BAK sudah 3 bulan yang lalu

Produksi urine 24 jam 0 cc (anuria) (karena ginjal sudah tidak dapat melakukan fungsinya sehingga tidak terdapat produksi urin)

d. Polaistirahattidur Klien mengatakan dirumah jarang tidur siang. Tidur malam pukul 22.00 dan bangun pagi pukul 04.00. tidur 6-7 jam/ hari

Di RS klien mengatakan sering terbangun. Tidur pukul 24.00 dan bangun pukul 04.00. siang tidak bisa tidur. Tidur5-6 jam/ hari

(17)

b. Mata :

distribusi rambut merata, moonface (+)

b. tampak simetris ka/ki, konjungtiva anemis, sklera ikterik, pupil isokor ka/ki

c. septumnasi di tengah, tidak terdapat sekret, tidak terdapat polip hidung, tidak ada benjolan, pernafasan cuping hidung (-), menggunakan O23 Lpm

d. bibir tampak kering, tidak ada karies gigi, tidak terdapat pembesaran tonsil

e. bentuk simetris ka/ki, tidak terdapat nyeri pada daun telinga, membran tympani utuh, telinga utuh

f. bentuk leher utuh, tidak terdapat nyeri tekan, tidak terdapat pembesaran kelenjar tyroid, tidak terdapat pembesaran vena jugularis

Pemeriksaan

Integumen (kulit dan kuku) :

a. Kulit :

b. Kuku :

a. Warna kulit sawo matang turgor < 1 detik tidak terdapat lesi, kering bersisik, kusam, kekuningan b. Kuku bersih, tidak terdapat clubing finger, CRT < 1 detik

SistemPernafasan : - Inspeksi :

- Auskultasi :

Bentuk dada simetris ka/ki, pergerakan dada simetris ka/ki

dispnea(-), RR 23X/mnt, penggunaan otot bantu pernafasan (-)

Suara paru vesikuler Rh

(18)

-- Palpasi :

-- Perkusi :

- -+ -+

(ronki ini di sebabkan penumpukan cairan di paru bagian bawah akibat pasien kelebihan intake cairan)

Tidak ada benjolan abnormal, tidak terdapat nyeri tekan, focal fremitus simetris

Terdengar sonor di seluruh lapang paru SistemKardiovaskuler :

Tidak tampak pulsasi ictus cordis

Ictus cordis teraba pada ics v mid clavicula line sinistra

Terdengar pekak pada batas atas ics II line

sternalis dexstra – sinistra batas bawah ics V mid clavicula sinistra

S1 dan s2 terdengar tunggal lup- dup s1 terdengar pada ics lV dan V mid clavicula line sinistra dan s2 terdengar di ics II line sternalis dexstra dan

sinistra tidak terdapat suara tambahan

Payudara dan ketiak : Tidak terdapat benjolan abnormal, tidak terdapat nyeri tekan

Distended (kembung), asites (+)

Bising usus 12x/menit

Terdengar suara tympani

(19)

kanan

dengan skala nyeri 1-2 Pemeriksaangenetalia : Tidakterkaji

ROM atas ka/ki: : tidak terdapat hambatan dalam pergerakan

ROM bawah ka/ki: tidak terdapat hambatan dalam pergerakan penyakitnya yang tidak kunjung sembuh. Harapan klien hanya ingin cepat sembuh dan bisa kembali bekerja dan kumpul sama keluarga seperti biasanya. Klien juga sering bertanya kepada peneliti apakah penyakitnya bisa di sembuhkan

Sosial : Klien mengatakan hubungan dengan tahlilan ataupun acara lainnya

(20)

5) Hasil pemeriksaan diagnostik

Laboratorium Tanggal20 Juni 2016 Hematologi

Hb 9,7( 12-17 mg/dl) (menurun) (karena kekurangan produksi eritropoietin yaitu hormon yang di produksi oleh sel-sel khusus ginjal yang meramngsang sumsum tulang untuk membentuk sel darah merah) Faalginjal

Ureum 116 (15-45 mg/dl) (meningkat) Kreatinin 7,95(0,7-1,4 mg/dl) (meningkat)

GFR=140−23x56

72X7,95 =11,45mL/mnt CKD st V (Ureum dan kreatinin meningkat karena ginjal yang rusak sehingga tidak dapat

menyaring ureum dan kreatuinin dalam darah akibatnya ureum dan kreatinin ini menumpuk pada darah menjadi zat sampah yang ikut beredah di dalam darah. Hal inilah yang menyebabkan kenapa pasien harus cuci darah)

Biografi TORAKS

Cardio megali (karena hipertensi yang di derita pasien) disertai dengan congesti paru (penumpukan cairan pada paru-paru)

(21)
(22)

ANALISA DATA

NAMA PASIEN : Sdr. a

UMUR : 23 thn :

N O

Data Etiologi Masalah

keperawatan 1 DS:

pasien mengatakan nyeri pada bagian perut, terasa sebah dan keras Do:

- Faal ginjal (ureum 116 mg/dl) meningkat

- (kreatinin 7,95 mg/dl) meningkat aliran darah ke ginjal)

Memperberat kerja ginjal

Jaringan parut merusak sisa korteks

Glomeruli dan tubulus menjadi jaringan parut

Kerusakan glomerolus parah

(23)

- Rh

CKD

Penurunan GFR

Retensi cairan dan natrium

Odeme

Kelebihan volume cairan

3 ds:

px mengatakan badan terasa lemas

do:

- pasien tampak lemas

- pasien tampak berbaring ditempat

- kongesti paru

- Hematologi (Hb = 9,7 mg/dl) menurun

- Faal ginjal (ureum 116 mg/dl) meningkat

- (kreatinin 7,95 mg/dl)

Vaskular(hipertensi)

Arterio sklerosis

Suplai darah ginjal turun

GFR turun

CKD

Sekresi eritropopoitin

(24)

meningkat turun

Produksi HB turun

Oksihemoglobin turun

Suplai o2 jaringan turun

Kelelahan otot

(25)

DIAGNOSA KEPERAWATAN

NAMA PASIEN : Sdr. a

UMUR : 23 thn

N O

TANGGAL DIAGNOSA KEPERAWATAN TTD

1 Kelebihan cairan berhubungan dengan fungsi ginjal

2

(26)

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

NAMA PASIEN : Sdr. a

UMUR : 23 thn

No TANGGAL DX KEPERAWATAN TUJUAN DAN KRITERIA HASIL

INTERVENSI RASIONAL TTD

1 Kelebihan cairan berhubungan dengan penurunan fungsi ginjal

Setelah dilakukan tindakan 3x24 jam di harapkan kelebihan volume cairan teratasi. Dengan criteria hasil: 1. Terbebas dari

edema, efusi, anarsaka Asites (-) Rh

-/-1. Kaji adanya odem

2. Ukur denyut jantung awasi tekanan darah 3. Jelaskan pada klien

dan keluarga

4. Kolaborasi pemberian obat diuritika denan dokter

1. Odem menunjukkan adanya kelebihan volume cairan 2. Perawatan invasive

(27)

keluarga dalam pembatasan cairan 4. Untuk mempercepat

pengeluaran urine

2 Intoleransi aktivitas berhubungan selama 3x24 jam px mampu beraktivitas normal dengan kreteria hasil:

1. Mampu melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri

1. Beri bantuan dalam aktivatas dan ambulasi 2. Monitor intake nutrisi

memastikan kecukupan energy 3. Ajarkan teknik

mengontrol pernafasan saat beraktivitas

4. Kolaborasi dengan ahli fisioterapi

1. Ambulasi meningkatkan keamanan px 2. Nutrisi yang cukup

memberikan cukup energy

3. Hemat energy dalam tubuh

4. Memulihkan kembali otot yang mengalami kekakuan

NO DX TANGGAL DAN

JAM IMPLEMENTASI

1 1 maret 2016

(28)

09.00

12.15

12.15

13.00

2) Mengukur denyut jantung dan mengawasi tekanan darah

3) Menjelaskan pada klien dan keluarga pasien mengapa terjadi kelebihan cairan pada pasien

4) Memberikan obat furosemid secara oral

2 1 maret 2016

13.00

12.15

13.25

13.45

1) Membantu pasien memposisikan semi fowler

2) Memonitor intake nutrisi memastikan kecukupan energy

3) Mengajarkan teknik nafas dalam saat beraktivitas agar pasien lebih relax

Referensi

Dokumen terkait

Selama ini, penulis secara sadar menggunakan metode yang sama dengan fotorealis ketika melukis untuk menyampaikan suatu realitas baru, yakni dengan menggunakan

Tv One (sebelumnya bernama Lativi) adalah sebuah stasiun televisi swasta Indonesia. Berawal dari penggunaan nama Lativi, stasiun televisi ini didirikan pada tanggal 30

Pada Tabel 2, bisa diketahui bahwa penulis yang memiliki artikel paling banyak mengenai bank sampah dari tahun 2008 hingga 2018, yakni Indriyani Rachman dari

Kegiatan pertambangan tanah urug pada topografi yang berbukit memiliki potensi terjadi longsor lahan. Suatu kejadian longsor lahan pada kegiatan pertambangan dapat menimbulkan

Penelitian diatas memang mengambil tema yang sama, namun Sri Nengsih Emilia memfokuskan penelitiannya tradisi Merantau Masyarakat Minangkabau dalam Kumpulan Cerpen Pengantin

Sungai Maro berada di Wilayah administrasi Kabupaten Merauke Propinsi Papua berfungsi untuk kegiatan transportasi dan perikanan tangkap sehingga merupakan salah satu sungai di

Oleh karena itu, yang menjadi syarat dapat ditempuhnya upaya hukum luar biasa adalah sangat materiil atau substansial dan syarat yang sangat mendasar adalah

Hasil penelitian ini juga sama dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh (Ferat, 2012) karakteristik pengetahuan, sikap, dan tindakan ibu rumah tangga