KATA PENGANTAR
Atas berkat rahmat allah yang maha kuasa yang senantiasa memberikan rahmat serta hidayahnya kepada kita semua hingga sampai dengan detik ini kita masih diberi kekuatan serta limpahan rahmat yang tak terhingga. Melalui penyusunan dokumen Rencana Penataan Lingkungan Permukiman berbasis komunitas, merupakan upaya masyarakat Desa jemur untuk selalu senantiasa bersemangat dan peduli akan kelangsungan lingkungan serta wilayah desa Jemur agar lebih baik.Dokumen Rencana Penataan Lingkungan Permukiman ini merupakan refleksi harapan dan tujuan dari seluruh segenap masyarakat Desa Jemur Kabupaten Kebumen, sesuai dengan visi “Mewujudkan Desa Jemur Sebagai Desa Wisata yang Mandiri dan Berwawasan Lingkungan” untuk itu ratusan warga telah berpartisipasi dalam kegiatan PLPBK ini untuk berbagi pandangan ide, saran, sebagai bagian dari proses perencanaan partisipatif.
Dalam beberapa bidang kita telah melihat perkembangan yang menggembirakan yang telah di capai dalam pembangunan Desa Jemur melalui program-program seperti P2KP mandiri dan lain sebagainya atau pun program-program langsung yang dilaksanakan oleh pemerintah Daerah.
Kita tidak perlu segan untuk senantiasa terus berusaha demi hasil yang terbaik bagi seluruh warga Desa Jemur. Memang banyak yang bisa kita lakukan untuk mewujudkan, dan dokumen Rencana Penataan Permukiman ini semoga menjadi landasan, arahan, serta menjadikan konsep dasar dalam pembangunan di desa Jemur..
Terima kasih kepada seluruh pihak yang telah berkontribusi untuk mewujudkan Dokumen RPLP ini. Walaupun masih banyak terdapat kekurangan namun besar harapan kami semoga apa yang telah dituangkan dalam dokumen ini dapat menjadi salah satu pemicu semangat warga desa Jemur dalam mewujudkan apa yang kita cita-citakan menjadi sebuah kenyataan.
DAFTAR ISI
D. PENGERTIAN RENCANA TATA RUANG... 02
E. SISTEMATIKA PELAPORAN... 02
BAB II DATA A. GAMBARAN UMUM... 04
1. Gambaran Umum Wilayah Perencanaan ………. 04
2. Letak Lokasi dan Batas Wilayah ……… 04
C. PERMASALAHAN KAWASAN PERENCANAAN... 14
D. ARAHAN DAN KEBIJAKAN PENGEMBANGAN... 14
E. GAGASAN PENGEMBANGAN WILAYAH ... 14
F. PERAN DAN FUNGSI DESA JEMUR TERHADAP KABUPATEN KEBUMEN ……… 14
BAB III PROSES PERENCANAAN DAN SISTEM PELAPORAN ………. 16
A. PROSES PENYUSUNAN RENCANA PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN BERBASIS KOMUNITAS DESA JEMUR ... 16
1. Kegiatan Pengumpulan Penyusunan Analisis ……….. 17
2. Langkah Kegiatan Penyusunan Kompilasi Data ………. 17
3. Langkah Kegiatan Penyusunan Analisa ……….. 17
4. Langkah kegiatan penyusunan rancangan rencana ………. 20
5. Langkah Kegiatan Penyusunan Rencana ……… 20
6. Langkah Kegiatan Uji Public ……….. 22
7. Tahap Persiapan Proses Perencanaan Partisipatif ……… 22
B. SISTEM PELAPORAN... 23
C. TEKNIK PENYAJIAN... 23
BAB IV RENCANA ZONASI DESA JEMUR A. NAMA DOKUMEN... 24
B. WILAYAH CAKUPAN ... 24
C. HUBUNGAN DENGAN INSTRUMEN PERENCANAAN YANG LAIN .. 24
1. Pola Jaringan Jalan ... 24
2. Hirarki jalan ... 24
D. PRINSIP PERENCANAAN... 24
1. Maksud... 24
2. Tujuan …... 24
E. GUNA LAHAN... 25
1. Guna Lahan dan Kontrol Pembangunan... 25
2. Zona Permukiman... 25
3. Zona Komersial Umum ………..………. 25
6. Ruang Terbuka ………. 32
7. Area Reservasi ………. 32
8. Area Reservasi Bagi Pelebaran Jalan ………..……… 32
F. BATASAN PEMBANGUNAN... 36
1. Sub Divisi ……… 36
2. Guna Sementara ……… 36
3. Area Rawan Banjir ………. 36
4. Area Rawan Longsor ………. 36
5. Pembangunan Pada Jalan Umum ……… 36
G. ATURAN MANAJEMEN LINGKUNGAN ... 39
1. Pelestarian Hutan ……… 39
2. Manajemen Limbah ……… 39
3. Efisiensi Energi, Limbah, dan Air Hujan ……….……….. 39
4. Lansekap dan Keaneka Ragaman Hayati ……… 39
5. Pembangunan Disepanjang Daerah Aliran Sungai ………. 39
6. Pembangunan Didaerah Lereng Bukit ………... 40
H. PERENCANAAN SOSIAL ……… 40
BAB V RENCANA SPESIFIK PENATAAN DESA JEMUR A. RENCANA PENGEMBANGAN PELAYANAN SOSIAL ……….….. 41
B. RENCANA PENGEMBANGAN KEGIATAN EKONOMI MIKRO... 41
C. RENCANA PENYEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU dan PENGHIJAUAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN ……….. 45
1. Pembuatan Ruang Terbuka ……….……….. 45
2. Penataan Kawasan Bantaran Sungai ……….. 46
3. Penataan Kawasan Lereng Bukit ……….……….. 47
4. Penataan Kawasan Cagar Budaya Sebagai Kawasan Rekreasi …………. 47
5. Proses Penentuan Kawasan Prioritas ……… 49
6. Penataan Kawasan Permukiman ……….... 51
7. Indikasi Program dan Rencana Investasi ……… 51
D. RENCANA JARINGAN JALAN DAN DRAINASE ………. 56
BAB VI ORGANISASI PELAKSANA A. PELAKSANA INTERNAL DESA JEMUR ……….………..……….. 59
1. BadanKeswadayaanMasyarakat (BKM) ……….………. 59
2. Tim IntiPerencanaanPartisipatif (TIPP) ………..…………. 59
3. KelompokKerja (Pokja) ………. 60
4. Tim Narasumber ………. 60
B. PELAKSANA EXTERNAL... 60
1. Senior Fasilitator (SF) ……….. 60
2. TenagaAhliPendampingPerencanaan (TAPP) ……….……… 60
3. Tim TeknisPemda ………..………. 60
C. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN DAN SURVEY ……….………….. 61
1. Proses PersiapanPenyusunanRencana ……… 61
2. Proses PenyusunanRencanaPenataanLingkunganPemukiman BerbasisKomunitas ………..…… 61
3. KegiatanPengumpulanPenyusunanAnalisis ………. 61
4. LangkahKegiatanPenyusunanKompilasi Data ……….……… 61
5. LangkahKegiatanPenyusunanAnalisis ……….. 61
6. LangkahKegiatanPenyusunanRencana ……….………. 61
DAFTAR TABEL
Halaman BAB I
BAB II
Tabel II.1. Kependudukan Desa Jemur... 05
Tabel II.2. Komposisi Tenaga Kerja Desa Jemur... 06
Tabel II.3. Komposisi Etnis Penduduk Desa Jemur... 06
Tabel II.4. Komposisi Keyakinan Agama Desa Jemur... 06
Tabel II.5. Komposisi Mata Pencaharian Desa Jemur... 07
Tabel II.6. Sarana Perekonomian Di Desa Jemur... 09
Tabel II.7. Jenis Industri di Desa Jemur... 09
BAB III BAB IV BAB V Tabel V.1. Tabel Indikator Program dan Rencana Investasi Desa Jemur……... 53
BAB VI Tabel VI.1. Daftar Anggota Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM)... 59
Tabel VI.2. Daftar Nama Tim Inti Perencana Partisipatif………... 59
Tabel VI.3. Daftar Tim Teknis Pemda... 60
DAFTAR GAMBAR
Halaman BAB I
BAB II
Gambar II.1. Akses Masuk Ke Desa Jemur Dari Sebelah Selatan... 04
Gambar II.2. Skema Aksesibilitas WilayahAntar dusun Di desa Jemur... 04
Gambar II.3. Kondisi Fisik Permukiman Lereng Bukit Desa Jemur... 05
Gambar II.4. Kondisi Pemanfaatan Ladang Berupa Tanaman Singkong... 05
Gambar II.5. Usaha Bengkel Motor dan Jahit... 07
Gambar II.6. Usaha Warung... 07
Gambar II.7. Sentra Industri Pengolahan Kayu di RW I... 08
Gambar II.8. Sentra Industri Tempe di RW I... 08
Gambar II.9. Sentra Ternak Kambing dan Sapi di RW II... 08
Gambar II.10. Pengrajin Batik di RW III... 08
Gambar II.11. Kondisi Pengolahan Sampah Di Desa Jemur... 09
Gambar II.12. Sumur Bor Bantuan pemerintah Propinsi…………... 10
Gambar II.13. MCK Umum Desa Jemur... 10
Gambar II.14. Masjid di RW I... 10
Gambar II.15. Masjid di RW II... 10
Gambar II.16. Masjid di RW I... 11
Gambar II.17. Masjid di RW II... 11
Gambar II.18. Saluran drainase Alami... 11
Gambar II.19. Saluran drainase Buatan... 11
Gambar II.20. Kondisi Jalan Aspal Di Desa Jemur ... 12
Gambar II.21. Kondisi Jalan Setapak Di Desa Jemur... 12
Gambar II.22. Kondisi Jalan Tanah Di Desa Jemur... 12
Gambar II.23. Bangunan Permanen... 12
Gambar II.24. Bangunan Non Permanen... 13
Gambar II.25. Bangunan Semi Permanen... 13
Gambar II.26. Potensi Alam Watu Ngadeg... 13
Gambar II.27. Potensi Alam Clowok ... 13
Gambar II.28. Tampak Selatan Bukit Jemur………... 13
Gambar II.29. Makam Mbah Prabu... 14
Gambar II.30. Makam Istana Kyai... 14
BAB III BAB IV Gambar IV.1. Peta Eksisting Peruntukan Lahan...,... 26
Gambar IV.2. Peta Rencana Peruntukan Lahan... 27
Gambar IV.3. Peta Zona Komersial Umum... 29
Gambar IV.4. Peta Zona Komersial Dalam Lingkungan permukiman... 30
Gambar IV.5. Peta Zona Lingkungan Umum... 31
Gambar IV.6. Peta Ruang Terbuka... 33
Gambar IV.7. Peta Area Reservasi... 34
Gambar IV.8. Peta Area Reservasi Bagi Pelebaran Jalan... 35
Gambar IV.9. Peta Daerah Rawan Banjir... 37
Gambar IV.10. Peta Daerah Rawan Longsor... 38
BAB V Gambar V.1. Pelayanan Bank Sampah di desa Jemur……... 41
Gambar V.2. Industri Furniture di Rt. 01 Rw 01... 41
Gambar V.3. Industri Pengolahan Kayu di Rt. 01 Rw. 01 ... 41
Gambar V.4. Peta Tematik ekonomi ... 42
Gambar V.5. Peta Tematik Lingkungan ... 43
Gambar V.6. Peta Tematik Lingkungan hutan Desa Jemur ... 44
Gambar V.7. PengrajinBatik di Rw 3... 45
Gambar V.8. Industri Rumah Olahan Tempe di rw 1 dan 2... 45
Gambar V.9. Ruang Terbuka Publik Anak di RT01 RW01... 45
Gambar V.13. Penanganan Jalan Pada Permukiman Lereng Bukit... 47
Gambar V.14. Kesenian Jamjaneng... 47
Gambar V.15. Kawasan Istana kyai... 47
Gambar V.16. Kawasan Makam Mbah prabu... 47
Gambar V.17. Kawasan Pohon Clowok... 47
Gambar V.18. Gambar Wilayah Potensi Wisata... 48
Gambar V.19. Gambar Desa Jemur ... 54
Gambar V.20. Gambar Zona Wilayah Permukiman... 55
Gambar V.21. Gambar Rencana Pembangunan Jalan Baru di DESA JEMUR... 56
Gambar V.22. Desain Perbaikan Jalan Utama Desa... 57
Gambar V.23. Gambar Rencana Pembangunan Jaringan Drainase Baru... 58
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kemiskinandan cara pandang masyarakat dalam melihat pentingnya upaya membangun bangsa yang madani menjadi hal penting dalam proses pembangunan masyarakat disegala bidang, peran serta masyarakat dalam melaksanakan pembangunan masih sangat dibutuhkan demi lancar dan suksesnya pembangunan, sehingga perlunya kesadaran disemua lapisan masyarakat.
Pembangunan wilayah dalam suatu kawasan permukiman menuju lingkungan yang bersih selaras dan sehat merupakan dambaan segenap masyarakat Indonesia, menjadi tanggung jawab bagi kita semua warga bangsa Indonesia untuk bersatu padu membangun lingkungan yang diidamkan, peran serta lapisan masyarakat menjadi kunci keberhasilan dalam program pembangun ini, pemerintah sebagai pengayom dan pelayan masyarakat menjadi partner yang harus selalu bekerjasama bersatu padu demi suksesnya program-program yang berbasis komunitas.
Program ”Pengembangan Lingkungan Permukiman Berbasis Komunitas” atau disingkat PLP-BK merupakanpeningkatan dari P2KP (Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan) untuk tingkat kawasan / lingkungan permukimandengan penekanan khusus pada penataan sarana lingkungan dan kualitas hunian yang direncanakan dan dibangun denganpendekatan kolaboratif antara bottom up approach (partisipasi masyarakat) dan top down approach (partisipasi pemda danstakeholders lainnya).
Sebagai program peningkatan dari P2KP, prinsip-prinsip dasar P2KP, pendekatan TRIDAYA dan good governancetetap dipertahankan keterpaduannya dengan tujuan mewujudkan pembangunan berbasis komunitas (community baseddevelopment) yang berkelanjutan (sustainable). Untuk mewujudkan ”keberlanjutan” (sustainability) pembangunan permukimanseperti yang diharapkan, dibutuhkan tiga syarat utama, yakni:
Perubahan perilaku (attitude)
Pengelolaan masyarakat sendiri (self community management) Inovasi dan kreativitas masyarakat (enterpreneurship)
Desa Jemur sebagai salah satu Desa penerima Pilot Project Neighbourhood Development atau PLP-BKdiharapkan telah memenuhi tiga syarat utama di atas, dikarenakan telah berproses dari masyarakat yang digolongkan tidakberdaya menjadi masyarakat yang mandiri (menuju madani) seperti saat ini. Dengan demikian, masyarakat Desa Jemurdiharapkan telah melakukan latihan-latihan (exercises) perubahan prilaku / cara pandang ke arah yang lebih baik,berorganisasi, pemrograman dan perencanaan kegiatan dan yang terakhir adalah latihan melakukan channeling.
Dengan modal sosial di atas, dalam program PLP-BK ini masyarakat Desa Jemur diajak untuk berencana membangun tatanan kehidupan berdasarkan visi masa depan yang dibangun bersama. Berdasarkan Buku Pedoman Pelaksanaan PLP-BK, secara umum disebutkan tujuan dari PLP-BK adalah: ... mewujudkan tatanan kehidupan masyarakat yang harmonis dengan lingkungan hunian yang sehat, tertib, selaras,berjatidiri dan lestari. Dengan tujuan khusus yang akan diwujudkan.
Masyarakat yang sadar pentingnya tinggal di permukiman yang tertata selaras dengan lingkungan yang lebih luasdan tanggap bencana,Masyarakat yang berbudaya sehat, bersih, dan tertib pembangunan. Masyarakat yang mampu secara kreatif dan inovatif melakukan perencanaan, dan pengelolaan pembangunanlingkungan permukiman mereka.Tata kelembagaan kelurahan yang efektif dan efisien dalam menerapkan tata kepemerintahan yang baik (goodgovernance).
B. VISI MISI
Berkaitan dengan konsep-konsep dasar pembangunan desa jemur yang berbasis komunitas, masyarakat sadar betul akan arti pentingnya peran serta masyarakat dalam peran serta pembangunan,ata dasar tersebut konsep dasar pembangunan tidak terlepas dengan visi dan misi desa menuju desa yang diinginkan.
Visi desa Jemur adalah “Mewujudkan Desa Jemur Sebagai Desa Wisata yang Mandiri dan Berwawasan Lingkungan.
Misi desa Jemur adalah:
1. Melaksanakan pembangunan Sumber Daya Manusia yang berkualitas. 2. Mendayagunakan Sumber Daya Alam secara seimbang dan berkelanjutan. 3. Mengembangkan budaya lokal yang tulus dan berjati diri.
5. Meningkatkan produktifitas sebagai peningkatan perekonomian masyarakat
C. MAKSUD DAN TUJUAN
Adapun maksud dan tujuan dilakukan kajian Rencana Pembangunan Lingkungan Permukiman (RPLP) adalah:
1. MAKSUD
RPLP sebagai alat untuk mencapai kondisi mendatang yang diinginkan dengan memanfaatkan semaksimal mungkinkondisi eksisting yang ada dan meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan fisik dan sosial, yang dituangkan dalamserangkaian program pembangunan dilengkapi dengan estimasi besaran dan biaya yang diperlukan, sumber dana, sertakoordinasi lembaga-lembaga terkait baik dalam tahap perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan pengawasan.
2. TUJUAN
RPLP diperlukan sebagai acuan tentang apa yang dapat dibangun, dimana letak pembangunan, kapan perlu dibangun,besaran yang perlu dibangun, oleh semua pihak yang membangun suatu kelurahan atau desa agar tertata dengan baik,efisien dan bermanfaat bagi masyarakat.
RPLP merupakan alat kontrol / pengawasan bagi pembangunan yang tidak sesuai dengan aturan dan kesepakatanmasyarakat dan menjadi pegangan bagi masyarakat, swasta, LSM dan donor yang ingin berpartisipasi dalam pembangunanberbagai macam infrastruktur, fasilitas serta utilitas lingkungan agar terintegrasi dan terkoordinasi dengan bagai sesuaikebutuhan masyarakat.RPLP sebagai acuan untuk pentahapan program pembangunan kelurahan / desa setiap tahun,sehingga pada akhirnya seluruh program pembangunan dapat menciptakan tata ruang dan kehidupan masyarakat yangharmonis.
D. PENGERTIAN RENCANA TATA RUANG
Rencana umum tata ruang adalaha rencana pengembangan yang disiapkan secara teknis dan non teknis, baik yang ditetapkan oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah yang merupakan kebijaksanaan pemanfaatan muka bumi wilayah kawasan termasuk ruang diatasnya, dan menjadi pedoman pengarahan dan pengendalian pembangunan.
Rencana tata ruang harus bersifat partisipatif dalam arti membuka kesempatan bagi peran serta masyarakat, dinamis dan fleksibel, serta antisipatif terhadap kemajuan-kemajuan teknologi dan juga manusiawi.
Penyusunan rencana umum tata ruang harus selalu mempertimbangkan tiga aspek pokok yaitu aspek strategis, aspek teknis dan aspek pengelolaan. Ketiga aspek tersebut sangat menentukan dalam menetapkan kebijaksanaan dasar pengembangan tata ruang.
E. SISTEMATIKA PELAPORAN
Pembahasan dalam penyusunan buku laporan pendahuluan ini mencakup 4 bab dengan materi sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Bagian ini menguraikan mengenai latar belakang penyusunan rencana tata ruang desa Jemur, kemudian pada sub bab berikutnya diuraikan mengenai maksud dan tujuan , pengertian Rencana Tata Ruang, Dasar Hukum penyusunan rencana dan bagian akhir diuraikan mengenai sistematika laporan pendahuluan.
BAB II : GAMBARAN UMUM WILAYAH
Dalam memahami kondisi atau karakteristik wilayah perencanaan serta potensi dan permasalahannya maka dibahas gambaran umum wilayah perencanaan, metode pendekatan penyusunan rencana, proses perencanaan dan sistem pelaporan, serta membahas organisasi pelaksana dan pelaksanana kegiatan survey.
BAB III : PROSES PERENCANAAN DAN SISTEM PELAPORAN
BAB IV : RENCANA ZONASI DESA JEMUR
Dalam membuat dasar perencanaan yang tepat sangat diperlukan perencanaan yang menyeluruh, dengan demikian pada bab ini akan memuat beberapa sub bagian yang mendukung hal tersebut yaitu, nama dokumen, wilayah cakupan, hubungan dengan instrumen perencanaan yang lain, prinsip perencanaan, guna lahan,batasan pembangunan, aturan manajemen lingkungan, perencanaan sosial, serta rencana jaringan jalan dan drainase.
BAB V : RENCANA SPESIFIK PENATAAN DESA JEMUR
Beberapa hal yang menjadi harapan dalam mencapai perencanaan yang berhasil tentunya harus memiliki dasar perencanaan yang terarah, pada bab ini di bahas beberapa hal perencanaan yang diharapkan menjadi dasar dalam pembangunan di desa Jemur yaitu, rencana pengembangan pelayanan sosial, rencana pengembangan kegiatan ekonomi mikro, rencana penyediaan ruang terbuka hijau dan penghijauan lingkungan permukiman, serta rencana jaringan jalan dan drainase.
BAB VI : ORGANISASI PELAKSANA DAN PELAKSANAAN SURVEY
Suksenya sebuah proyek tentunya sangat ditentukan adanya kerja sama team yang solid, sangat diperlukan kesadaran dari semua pihak dalam menjalankan semua tugas dan tanggung jawab dalam melaksanakan tugas terbut, pada bab ini akan di bahas mengenai tugas dan tanggung jawab masing-masing pihak yang akan tertuang dalam isi papa bab ini adapun yang akan dibahas adalah Organisasi Pelaksana, Komposisi Tenaga Ahli, serta Jadual Pelaksanaan kegiatan dan
BAB II
GAMBARAN UMUM WILAYAH
A. GAMBARAN UMUM
1. Gambaran Umum Wilayah Perencanaan
Desa Jemur merupakan wilayah Desa yang terletak di sebelah utara kota Kabupaten Kebumen dengan jarak ± 3 Km dan jarak tempuh ± 10 menit dari pusat kota Kebumen. Kedudukan wilayah desa jemur berada pada ketingian + 20m diatas permukaan air laut. Wilayah desa jemur merupakan wilayah yang sebagian besar lahannya adalah daerah perbukitan, dengan ketinggian bukit +150 m diatas permukaan laut. Dengan Kondisi alam yang demikian menjadikannya masyarakat desa jemur banyak mengandalkan sektor pertanian serta perladangan sebagai sumber pendapatan ekonomi, disamping sebagian masyarakat lainnya bekerja pada sektor-sektor lainnya baik formal ataupun informal.
Gambar II.1. Akses Masuk Ke Desa Jemur Dari Sebelah Selatan
(sumber: PLPBK Desa Jemur)
2. Letak Lokasi dan Batas Wilayah
Desa Jemur jika dilihat dari geografis wilayahnya merupakan wilayah desa yang diapit oleh empat wilayah desa yang lainnya yaitu:
Sebelah Utara : Sebelah utara berbatasan dengan wilayah Desa Kemangguan yang dibatasi oleh daerah persawahan dan pegunungan.
Sebelah Selatan : Sebelah selatan berbatasan dengan wilayah Desa Gemeksekti yang dibatasi oleh persawahan dan pegunungan.
Sebelah Timur : Sebelah Timur berbatasan dengan wilayah Desa Karangsari yang dibatasi oleh persawahan.
Sebelah Barat : Sebelah barat berbatasan dengan wilayah Desa Jemur Kecamatan Pejagoan yang dibatasi oleh sungai Luk Ulo.
Dilihat dari batas wilayah desa jemur serta kondisi geografis yang ada, Desa jemur memiliki potensi permasalahan yang berkaitan dengan batas wilayah di masing-masing desa tetangga, potensi permasalahan tersebut adalah akses yang terputus pada sebagian wilayah di desa Jemur yang diakibatkan kondisi topografi desa Jemur yang merupakan Perbukitan, sehingga menjadi kendala tersendiri yang berakibat kurang lancarnya sistem koordinasi antar warga di desa Jemur, hal tersebut mengharuskan warga untuk berjalan lebih jauh sehingga harus melewati wilayah desa Gemeksekti.
Gambar II.2. Skema Aksesibilitas WilayahAntar dusun Di desa Jemur
(sumber: PLPBK Desa Jemur)
3. Kondisi Fisik Dasar
Desa Jemur merupakan desa dengan kondisi fisik dasar lahan yang sebagian besar adalah daerah perbukitan, terbukti dengan penggunaan area lahan terbuka yang lebih banyak dibandingkan daerah permukiman, hal ini menjadikan wilayah desa Jemur masih tegolong menjadi darah yang asri. Namun banyak kendala yang ada dengan kondisi tersebut
CLOWOK
SOKAWERA KEDUNGKRACAK
DESA GEMEKSEKTI
yaitu menjadikan area permukiman banyak terdapat permukiman yang berada di lereng-lereng bukit.
Upaya-upaya pelestarian lingkungan terus di galakkan sehubungan dengan kondisi wilayah yang berbukit, seperti halnya dengan melakukan reboisasi yang berkala yang dilakukan bersama-sama oleh masyarakat desa Jemur.
Dengan kondisi fisik yang ada masyarakat desa Jemur banyak mengantungkan hidupnya dengan memanfaatkan potensi alam yang ada, seperti membuka perladangan di perbukitan tanpa merusak lingkungan yag ada. Sejarah mengatakan dahulu bukit Jemur pernah mengalami kegndulan lahan yang diakibatkan musim kemarau dan sulitnya pasokan air, sehingga mengakibatkan areal bukit jemur menjadi gundul, namun seiring perkembangannya denga bantuan yang di berikan oleh pemerintah setempat dengan program penanaman hutan gundul kembali sedikit banyak merubah wajah bukit Jemur menjadi asri dan rimbun kembali.
Gambar II.3. Kondisi Fisik Permukiman Lereng Bukit Desa Jemur
(sumber: PLPBK Desa Jemur)
Masyarakat desa Jemur sangat mengandalkan potensi alam berupa lahan-lahan persawahan ataupun lahan perladangan yang berada di bukit Jemur, jika melihat begitu banyaknya lahan yang dijadikan lahan produktif berupa lahan sawah dan lahan ladang sangat berpotensi dalam mengembangkan roda perekonomian di desa Jemur, namun masih kurangnya pengetahuan serta pelatihan–pelatihan yang kaitannya dalam upaya memanfaatkan potensi lahan secara maksimal tanpa merusak lingkungan sehingga dapat mendukung perekonomian keluarga.
Gambar II.4. Kondisi Pemanfaatan Ladang Berupa Tanaman Singkong
(sumber: PLPBK Desa Jemur)
4. Demografi
Dari data resmi yang dikeluarkan oleh pemerintahan desa Jemur, tercatat Desa jemur memiliki jumlah penduduk pada tahun 2010 sebesar 2.995 jiwa, dengan pembagian seperti telihat di tabel kependudukan.
Data Tahun 2010
1 Jumlah Penduduk 2.955 jiwa
2 Jumlah Kepala Keluarga 736 KK
3 Penduduk Perempuan 1.460 jiwa
4 Penduduk Laki-Laki 1.495 jiwa
Tabel II.1. Kependudukan Desa Jemur
(sumber: PLPBK Desa Jemur)
Dari data tabel diatas dapat dilihat jumlah penduduk desa jemur lebih banyak penduduk laki-laki namun dari data di atas dapat katakan bahwa jumlah penduduk desa jemur berdasar jenis kelamin relatif seimbang antara jumlah penduduk perempuan dengan jumlah penduduk laki-laki.
No Data Tahun 2010
1 Penduduk Usia 15-64 tahun 1.920 jiwa
2 Penduduk di atas 65 tahun 237 jiwa
3 Penduduk Masih Sekolah 413 jiwa
Tabel II.2. Komposisi Tenaga Kerja Desa Jemur
(sumber: PLPBK Desa Jemur)
No Etnis Tahun 2010
1 Jawa 2.955 jiwa
2 Batak 0
3 Tionghoa 0
4 Padang 0
Tabel II.3. Komposisi Etnis Penduduk Desa Jemur
(sumber: PLPBK Desa Jemur)
No Agama Tahun 2010
Tabel II.4. Komposisi Keyakinan Agama Desa Jemur
(sumber: PLPBK Desa Jemur)
5. Kondisi Penggunaan Lahan
Luas wilayah desa Jemur memiliki luas wilayah 231 Ha. Yang terbagi menjadi beberapa perentukuan lahan yang ada yaitu:
- Sawah irigasi teknis 30 Ha.
- Sawah Irigasi ½ teknis 25 Ha. - Sawah Tadah Hujan 15 Ha.
- Tegal/ Ladang 105 Ha.
- Permukiman 56 Ha.
Grafik II.1. Peruntukan Lahan Desa Jemur
(sumber: PLPBK Desa Jemur)
6. Keadaan Sosial Ekonomi dan Budaya
Sebagian besar masyarakat desa Jemur merupakan masyarakat pribumi asli sehingga sangat berpengaruh pada pertumbuhan perekonomian di desa Jemur seperti dapat dilihat Kondisi sosial ekonomi di desa jemur kebanyakan mengandalkan pada sektor-sektor seperti sektor pertanian, sektor jasa, sektor perdagangan, sektor buruh.
Sektor Pertanian : sektor pertanian di desa Jemur meliputi pertanian sawah berupa padi serta pertanian ladang berupa palawija, pada pertania sawah di desa Jemur membagi menjadi 3 bagian sistem pertanian yaitu sistem irigasi teknis, irigasi ½ teknis, dan sistem tadah hujan. Pada perladangan masyarakat banyak memanfaatkan lahan-lahan perbukitan untuk di tanami palawija, kopi, jagung, singkong.
Sektor Jasa : Pada sektor Jasa masyarakat desa Jemur banyak mengandalkan pada jasa transportasi yaitu berupa sopir, becak, ojek.
hasil bumi ke pasar, biasanya berupa ubi-ubian, jagung, kopi,dll.
Sektor Buruh : Pada sektor buruh di desa Jemur terdapat beberapa buruh yang ada seperti buruh bangunan, buruh pertukangan, buruh tani.
Gambar II.5. Usaha Bengkel Motor dan Jahit
(sumber: PLPBK Desa Jemur)
Gambar II.6. Usaha Warung
(sumber: PLPBK Desa Jemur)
Kondisi masyarakat yang majemuk menyebabkan dinamisasi dilihat dari mata pencaharian penduduk. Dominasi pada sektor pertanian, jasa, dan perdagangan dapat dilihat pada tabel komposisi mata pencaharian desa Jemur di bawah ini.
No Mata Pencaharian Tahun 2010
1 Petani Pemilik 360 jw
Tabel II.5. Komposisi Mata Pencaharian Desa Jemur
(sumber: PLPBK Desa Jemur)
Berkaitan dengan sosial ekonomi di desa Jemur terdapat potensi-potensi ekonomi di wilayah desa Jemur yang sangat beraneka ragam hal ini terbagi di berbagai wilayah RW yang ada di desa Jemur, terdapat 3 RW yang ada di desa Jemur di bawah ini gambaran kondisi potensi ekonomi di tiap-tiap RW di wilayah desa Jemur
RW I
Pada sektor lain seperti halnya usaha jasa jahit, montir, dan usaha katering juga terdapat di wilayah RW I.
Gambar II.7. Sentra Industri Pengolahan Kayu di RW I
(sumber: PLPBK Desa Jemur)
Ada beberapa potensi lain di wilayah RW I yaitu terdapat sentra industri pembuatan getuk, tempe, dan jamu. Potensi ekonomi lainnya adalah terdapat usaha ternak masyarakat berupa ternak kambing, sapi, ikan, dan ayam.
Gambar II.8. Sentra Industri Tempe di RW I
(sumber: PLPBK Desa Jemur)
RW II
Wilayah RW II merupakan wilayah yang letaknya di sebelah timur dari wilayah RW I, potensi ekonomi yang ada di RW II diantaranya terdapat usaha memelihara ternak seperti ternak kambing, sapi, ikan. Demikian halnya industri rumah tangga seperti usaha bakso, kue sumpiah kering masih dilakukan oleh sebagian warga RW II.
Gambar II.9. Sentra Ternak Kambing dan Sapi di RW II
(sumber: PLPBK Desa Jemur)
RW III
Wilayah RW II merupakan wilayah yang letaknya di sebelah barat dari wilayah RW I, potensi ekonomi yang ada di RW III diantaranya terdapat usaha memelihara ternak seperti ternak kambing, ikan, dan sapi. Demikian halnya industri rumah tangga seperti usaha katering, konveksi, menjahit, terdapat usaha lain yang ada di wilayah RW III dalam upaya melestarikan budaya bangsa yaitu terdapat usaha pengrajin batik.
Gambar II.10. Pengrajin Batik di RW III
No Sarana Perekonomian Tahun 2010
Tabel II.6. Sarana Perekonomian Di Desa Jemur
(sumber: PLPBK Desa Jemur)
No Sarana Perekonomian Tahun 2010
1 Warung Makan 3
Tabel II.7. Jenis Industri di Desa Jemur
(sumber: PLPBK Desa Jemur)
Berkaitan dengan budaya yang ada di desa Jemur sangat kental dengan budaya jawa yang santun terhadap norma-norma yang berlaku di kehidupan bermasyarakat, hal tersebut memberikan pengaruh yang positif terhadap kelangsungan hidup bermasyarakat di desa Jemur.
Diantara budaya yang ada di desa jemur terdapat kesenian jam janeng yang merupakan kesenian musik yang bernuansa religi, karena didalamnya sarat akan ajaran-ajaran kehidupan (agama)
7. Fasilitas Umum
a. Pengolahan Sampah
Pola pembuangan sampah yang biasa dilakukan penduduk adalah dengan cara di bakar, dibuang kesungai atau membuat lubang-lubang yang kemudian ditimbun. Masih minimnya sarana dan prasarana dalam menampung sampah yang dihasilkan oleh limbah rumah tangga.
Gambar II.11. Kondisi Pengolahan Sampah Di Desa Jemur
(sumber: PLPBK Desa Jemur)
Perlu pembelajaran dan kesadaran masyarakat akan pentingnya kebersihan yang didukung dengan sarana dan prasarana yang mendukung, sehingga pola hidup yang sehat dan upaya menciptakan lingkungan yang bersih akan terwujud.
b. Air Bersih dan Air Minum
Gambar II.12. Sumur Bor Bantuan pemerintah Propinsi
(sumber: PLPBK Desa Jemur)
Terdapat beberapa wilayah di desa Jemur yang sudah di fasilitasi air bersih dari PAM namun kondisi yang ada masih pada wilayah-wilayah yang ada di dataran rendah, pada wilayah atau daerah lereng bukit masih belum dapat menikmati fasilitas tersebut. Wilayah yang merasakan fasilitas Air PAM yaitu sebagian wilayah di RW I, sebagian di RW II
c. MCK
Fasilitas MCK merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan bermasyakat, fasilitas tersebut diperlukan dalam upaya untuk melestarikan lingkungan serta menjaga kebersilahan lingkungan yang ada, di desa Jemur fasilitas MCK masih perlu di kembangkan mengingat masih adanya sebagian masyarakat yang menggunakana sungai untuk keperluan MCK.
Terdapat beberapa fasilitas MCK umum yang ada namun jumlahnya masih kurang jika dilihat dari prosentase jumlah penduduk yang ada, sedangkan rumah yang memiliki fasilitas MCK pribadi belum semuannya ada.
Gambar II.13. MCK Umum Desa Jemur
(sumber: PLPBK Desa Jemur)
d. Sarana Peribadatan
Sarana peribadatan yang ada di desa Jemur berupa mushola dan masjid yang semuanya berada di tiap-tiap RW di wilayah desa jemur, mengacu pada kentalnya nilai-nilai agama yang ada serta jumlah mayoritas pemeluk agama yang ada di desa Jemur adalah agama Islam, menjadikan sarana peribadatan yang ada adalah mushola dan masjid.
Gambar II.14. Masjid di RW I Gambar II.15. Masjid di RW II
Gambar II.16. Masjid di RW I Gambar II.17. Masjid di RW II
(sumber: PLPBK Desa Jemur)(sumber: PLPBK Desa Jemur)
Pada tiap-tiap wilayah RW memiliki masjid sebagai penampung kegiatan masyarakat yang ada, secara terus menerus kegiatan-kegiatan masyarakat yang memerlukan tempat yang besar, banyak dilakukan di masjid, baik permasalahan keagamaan maupun masalah umum tentang kemasyarakatan ataupun lingkungan.
8. Utilitas Umum
Dalam mengembangkan suatu kawasan keberadan utilitas sangatpenting guna menunjang kegiatan lainnya. Air bersih, listrik, jaringan drainase, persampahan dan lainnya merupakan faktor utama dalam pemenuhan pelayanan kebutuhan penduduk. Kebutuhan akan utilitas umum mutlak diperlukan bagi kelangsungan kemasyarakatan di desa Jemur, minimnya utilitas umum yang dapat menunjang aktifitas masyarakat di desa Jemur menjadi kendala tersendiri dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan kemasyarakatan di desa jemur.
Hal yang menjadi kendala akan keberlangsungan hal tersebut adalah kurangnya anggaran dalam memaksimalkan program-program yang ada yang kaitannya dengan masalah utilitas umum, penanganan utilitas umum yang ada di desa Jemur masih banyak menggunakan cara-cara konvensional atau tradisional.
Gambar II.18. Saluran drainase Alami
(sumber: PLPBK Desa Jemur)
Gambar II.19. Saluran drainase Buatan
(sumber: PLPBK Desa Jemur)
9. Jaringan Jalan
Jaringan jalan yang ada di desa Jemur memiliki peranan yang penting dalam roda perekonomian di desa Jemur, beberapa jenis berdasar jenis matrial yang ada dapat dibagi menjadi 3 jenis jalan yang ada seperti.
Gambar II.20. Kondisi Jalan Aspal Di Desa Jemur
(sumber: PLPBK Desa Jemur)
- Jalan Setapak, jalan ini merupakan jalan penghubung antar warga di wilayah RT, kondisi yang ada tergolong masih layak untuk digunakan, jalan setapak menjadi alternatif yang sesuai mengingat kondisi wilayah desa Jemur yang berbukit sehingga rumah-rumah penduduk yang ada terdapat di lereng-lereng bukit.
Gambar II.21. Kondisi Jalan Setapak Di Desa Jemur
(sumber: PLPBK Desa Jemur)
- Jalan Tanah, jalan ini merupak jalan tembus antar warga yang biasa dilalui oleh warga dalam melakukakn aktifitasnya, jalan ini banyak terdapat di daerah lereng bukit, hal ini terbentuk karena dinilai efektifitas jarak tempuh sehingga warga melaluinya, namun jalan tersebut dapat berubah sesuai dengan kepentingan yang ada.
Gambar II.22. Kondisi Jalan Tanah Di Desa Jemur
(sumber: PLPBK Desa Jemur)
10. Bangunan
Kondisi permukiman khususnya bangunan rumah di wilayah desa Jemur sebagian besar
masyarakatnya masih menggunakan rumah-rumah dengan kategori semi permanen, kondisi ini
sangat dipengaruhi oleh kondisi ekonomi serta topografi dari wilayah desa Jemur yang berbukit
sehingga menyulitkan dalam hal distribusi material hingga lokasi areal permukiman warga.
Kebanyakan bangunan dengan kategori tipe permanen banyak terdapat di wilayah pinggiran
jalan utama desa, untuk rumah-rumah di wilayah pedalaman dan lereng-lereng masih banyak
bangunan yang mempergunakan material campuran atau tipe semi permanen.
Gambar II.23. Bangunan Permanen
Gambar II.24. Bangunan Non Permanen
(sumber: PLPBK Desa Jemur)
Gambar II.25. Bangunan Semi Permanen
(sumber: PLPBK Desa Jemur)
B. POTENSI KAWASAN
Potensi kawasan di desa Jemur merupakan potensi yang masih sangat alami, perlu penangan yang serius untuk menunjang proses berkembangnya perekonomian di desa Jemur, beberapa dasar pemikiran dalam menentukan potensi kawasan yang akan di tentukan adalah sebagai berikut:
1. Kondisi Fisik Dasar
Kawasan Perencanaan merupakan lereng perbukitan dengan ketinggian puncak bukit mencapai 150 m diatas permukaan laut, lahan yang masih alami menjadikan potensi
tersendiri untuk merencanakan kawasan yang dinamis tanpa merusak ekosistem dan lingkungan hidup yang ada di kawasan.
Gambar II.26. Potensi Alam Watu Ngadeg Gambar II.27. Potensi Alam Clowok
(sumber: PLPBK Desa Jemur)(sumber: PLPBK Desa Jemur)
Gambar II.28. Tampak Selatan Bukit Jemur
(sumber: PLPBK Desa Jemur)
2. Kondisi Kedudukan
Gambar II.29. Makam Mbah Prabu Gambar II.30. Makam Istana Kyai
(sumber: PLPBK Desa Jemur)(sumber: PLPBK Desa Jemur)
C. PERMASALAHAN KAWASAN PERENCANAAN
Beberapa permasalahan yang ada di kawasan perencanaan meliputi:
1. Jaringan jalan yang masih berupa jaringan jalan tanah. Kondisi ini menghambat interaksi pergerakan antara lokasi perencanaan dan daerah luarnya.
2. Sistem utilitas terutama air bersih dan listrik masih menjadi kendala bagi pengembangan kawasan ini.
3. Kurangnya informasi pengetahuan tentang pengembangan potensi wilayah yang dilakukan oleh instansi-instansi terkait.
D. ARAHAN DAN KEBIJAKAN PENGEMBANGAN
1. Arahan kebijaksanaan pengembangan tata ruang
Sebagai arahan kebijaksanaan pembangunan daerah dan pengembangan tata ruang, maka setiap pembangunan dan perencanaan daerah atau kawasan sebagai wilayah yang lebih kecil harus mengacu pada rencana tata ruang daerah diatasnya. Dalam hal ini rencana umum tata ruang mengacu kepada RUTRK Kabupaten Kebumen sebagai usaha untuk kegiatan-kegiatan yang diharapkan akan berkembang di desa Jemur, maka perencanaanya perlu secara optimal memanfaatkan :
a. Pola jaringan jalan yang ada
b. Fasilitas sosial ekonomi yang tersedia
c. Potensi fisik yang spesifik pada kawasan tertentu
Selain hal tersebut, pengembangan tata ruang harus mengusahakan pemecahan masalah tata ruang yang ada saat ini dan mengantisipasi permasalahan di masa mendatang.
2. Kebijakanaan pengembangan fungsi kawasan
Dengan memperhatikan potensi yang dimiliki oleh desa Jemur serta sektor-sektor kegiatan yang dominan, maka dapat diarahkan untuk mengembangkan fungsi sebagai pengembangan pariwisata alam. Hal ini dilakukan dalam upaya untuk mengembangkan potensi pariwisata di wilayah ini dengan resort-resort yang beragam.
Selain pengembangan fungsi tersebut wilayah ini juga dikembangkan sebagi kegiatan pertanian dan peternakan.
E. GAGASAN PENGEMBANGAN WILAYAH
Ada beberapa faktor yang harus menjadi pertimbangan dalam perencanaan tata ruang periwista di desa Jemur. Faktor-faktor yang berpengaruh tersebut adalah:
1. Sistem pariwisata regional yang mencakup daerah tujuan wisata, jenis dan skala obyek wisata yang ada.
2. Perkembangan kota-kota sekitar dan desa-desa yang terkena dampak pengaruh pengembangan pariwisata di desa Jemur.
3. Potensi lokasi dan karakteristik penduduk. 4. Prasarana dan sarana pendukungnya.
5. Kendala-kendala lainnya baik yang bersifat strategis, teknis maupun politis.
Beberapa hal yang perlu dilakukan dalam melaksanakan pengembangan pariwista di desa Jemur adalah sebagai berikut:
1. Identifikasi karakteristik wilayah dan site-site yang potensial 2. Penggunaan lahan sekitar kawasan
3. Sistem jaringan jalan dan sistem kota-kota 4. Sistem pariwisata dan karakteristik wisatawan
F. PERAN DAN FUNGSI DESA JEMUR TERHADAP KABUPATEN KEBUMEN
yang sangat menarik untuk dikembangkan. Dengan kondisi alam yang masih alami yang sebagian besar wilayahnya adalah perbukitan merupakan potensi yang menarik untuk dikembangkan dalam meningkatkan potensi pariwisata di kabupaten Kebumen.
Dalam upaya meningkatkan peran dan fungsi wilayah di kabupaten kebumen, desa Jemur sebagai bagian penting dalam perencanaan pengembangan wilayah tidak terlepas dari peran masyarakat dalam mensukseskan program-program yang telah direncanakan oleh pemerintah kabupaten. Dalam perkembangannya peran serta masyarakat desa Jemur sangat aktif dalam upaya menjaga dan melestarikan budaya serta lingkungan di wilayah desa Jemur.
Terbukti dengan berjalannya roda pemerintahan yang baik serta meningkatnya peran serta masyaraka dalam melaksanakan pembangunan di desa, seperti suksesnya program-program pemerintah ataupun program-program lainnya di masyarakat.
Peranan dan fungsi merupakan bagian penting yang tidak bias dipisahkan dalam rangka mensukseskan pembangunan di wilayah desa Jemur khususnya dan di wilayah kabupaten Kebumen pasa umumnya, fungsi desa Jemur dalam wilayah kabupaten Kebumen antara lain sebagai :
1. Desa Jemur merupakan bagian wilayah teritorial kabupaten Kebumen, sehingga desa Jemur tidak terlepas dari bagian penting dalam pelaksaan roda pemerintahan di kabupaten Kebumen.
2. Desa Jemur sebagai wilayah penyangga perekonomian di kabupaten Kebumen, mengingat wilayah desa Jemur sebagian besar masyarakatnya adalah bertani dan berladang.
3. Wilayah desa Jemur merupakan wilayah paru-paru kabupaten Kebumen mengingat wilayah desa Jemur sebagian besar wilayahnya adalah perbukitan yang banyak ditumbuhi pohon-pohon besar.
4. Dengan potensi kebudayaan yang ada di wilayah desa Jemur menjadikan kesenian tradisional berupa kesenian Jam Janeng patut untuk dilestarikan dan dibudayakan sebagai bagian penting guna mendukung program pariwisata di wilayah kabupaten Kebumen.
BAB III
PROSES PERENCANAAN DAN SISTEM PELAPORAN
A. PROSES PENYUSUNAN RENCANA PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN
BERBASIS KOMUNITAS DESA JEMUR
Pada proses perencanaan penyusunan rencana penataan lingkungan permukiman secara umum desa Jemur akan dilakukan tahapan-tahapan pekerjaan sebagai berikut;
1. Kegiatan Pengumpulan Penyusunan Analisis 2. Langkah Kegiatan Penyusunan Kompilasi Data 3. Langkah Kegiatan Penyusunan Analisa
4. Langkah kegiatan penyusunan rancangan rencana 5. Langkah Kegiatan Penyusunan Rencana
6. Langkah Kegiatan Uji Public
7. Tahap Persiapan Proses Perencanaan Partisipatif
Uraian yang lebih terperinci mengenai prioses perencanaan dan ruang lingkup materi pekerjaan dari setiap tahapan akan diuraikan dibawah ini. Dimana pada hakekatnya rincian tersebut dijabarkan dari rincian-rincian pokok togas (TOR) proyek laporan rencana penataan lingkungan permukiman desa Jemur.
1. Kegiatan Pengumpulan Penyusunan Analisis
Sebelum melaksanakan kegiatan pengumpulan data untuk perencanaan, perencana harus mampu merumuskan data apa saja yang dibutuhkan untuk menunjang terhadap kedalaman materi rencana yang akan disusun. Kegiatan pengumpulan data menggunakan metode perencanaan partisipatif.
Rencana Penataan Lingkungan Permukiman (RPLP) adalah upaya peningkatan kualitas permukiman yang dilakukan secara holistic dan terpadu pada tingkat kawasan/lingkungan permukiman melalui pemberdayaan manusia dengan memperhatikan tatanan sosial kemasyarakatan, pengembangan ekonomi masyarakat, serta penataan lingkungan dan kualitas hunian.
RPLP akan berisi informasi dasar yang terkait dengan aspek lingkungan seperti penataan ruang, pengelolaaan dan pengadaan prasarana dan sarana lingkungan, kemudian aspek sosial berupa kondisi pelayanan sosial masyarakat dan kelembagaan pelayanan public serta aspek ekonomi yang akan menggali potensi dan komoditi ekonomi setempat.
RPLP diharapkan mampu mendukung transformasi menuju masyarakat madani melalui sejumlah intervensi pembelajaran kemitraan dan sinergi antara Pemerintah, masyarakat dan kelompok peduli setempat serta kegiatan membangun kemitraan sebagai upaya untuk mengakses berbagai peluang dan sumber daya yang dibutuhkan masyarakat.
Rencana ini tidak hanya menghasilkan perencanaan Makro (pengembangan lingkungan permukiman desa) dan perencanaan Mikro (Rencana Tindak Penataan Lingkungan Permukiman Kawasan Prioritas berbasis Komunitas) namun juga dilakukan Pemasaran Kawasan Prioritas yg telah memiliki RTBL berbasis komunitas.
RPLP disusun sebagai langkah pelaksanaan pengembangan lingkungan permukiman berbasis komunitas yang tidak hanya mendukung pelaksanaan pembangunan fisik lingkungan semata namun juga diharapkan mampu mengembangkan komunitas yang berbasis nilai sehingga mendorong pengembangan ekonomi masyarakat.
Langkah 1 : Review Perencanaan
Review Perencanaan merupakan tinjauan terhadap dokumen perencanaan yang bertujuan untuk mengetahui program-program Penataan Ruang di kabupaten dari tingkat yang tertinggi yaitu Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten sampai dengan Rencana Kawasan kelurahan/Perdesaan yang memiliki keterkaitan secara langsung maupun tidak langsung dengan penyusunan RPLP.
Langkah 2 : Pemetaan Swadaya (Community-Self Survey).
Pemetaan Swadaya adalah suatu pendekatan partisipatif dari masyarakat untuk menilai serta merumuskan sendiri berbagai persoalan yang dihadapi dan potensi yang dimiliki sehingga dapat mengidentifikasi masalah dan mengkompilasi pemecahannya .
Langkah 3 : Membangun Visi Atau Cita-Cita Masa Depan
Pada intinya, visi/cita-cita masa depan ini akan menguraikan gagasan, keinginan dan harapan masyarakat untuk mewujudkan kegiatan pembangunan wilayah kelurahan/Desa yang akan dituju pada masa mendatang.
Proses Pemetaan Swadaya :
a. Persiapan :
TIPP dan Tim fasilitator PLP-BK menetapkan terlebih dahulu aspek-aspek yang akan dipetakan dalam Pemetaan Swadaya sesuai dengan lingkup kerja Pokja-Pokja TIPP. Menyiapkan daftar data dan informasi lapangan yang perlu disepakati dan disesuaikan dengan kondisi lapangan, diantaranya
b. Pelaksanaan :
c. TIPP dibantu oleh relawan masyarakat melakukan transek serta melakukan pengamatan lapangan dan menuangkannya dalam peta dasar/kerja.
d. TIPP mencatat kembali kondisi prasarana dan sarana lingkungan ( baik yang masih baik atau sudah rusak) tersebut ke dalam Format Profil Prasarana dan Sarana Lingkungan
e. TIPP dapat membuat model atau maket untuk memudahkan visualisasi kondisi kawasan
f. TIPP juga mencatat daftar persoalan dan potensi lingkungan permukiman dengan mengisi Format Masalah dan Potensi masyarakat serta menyempurnakan
g. Proses kesepakatan
TIPP difasilitasi oleh tim konsultan, melakukan musyawarah atau rembug warga untuk melengkapi dan menyepakati informasi-informasi penting yang diperoleh dari hasil pengamatan lapangan.
h. Pelaporan
Tenaga ahli pendamping dan TIPP menyusun laporan hasil kegiatan pengamatan lapangan yang telah disepakati warga. Laporan tersebut dilengkapi peta-peta tematik rinci dengan skala ketelitian 1:5000 dan atau 1:10000.
Peta Rona Awal
Peta rona awal adalah peta dasar yang telah dilengkapi dengan berbagai data dan informasi terbaru. Sumber data dan informasi peta rona awal dapat diperoleh dari hasil
pemetaan Pemetaan Swadaya yang telah dilakukan dan survey lapangan yang dilakukan Pokja TIPP.
2. Langkah Kegiatan Penyusunan Kompilasi Data
Adalah suatu tahap proses pemilihan dan pemilahan data, tabulasi data dan pengelompokan/mensistematisasikan sesuai dengan materi yang diperlukan didalam penyusunan laporan rencana penataan longkungan pemukiman desa Jemur. Data yang disajikan menurut urutan sesuai dengan sistematika yang dilengkapi dengan tabel, angka-angka, diagram dan peta, yang disusun sedemikian rupa sehingga mudah dibaca. Hasilnya adalah buku kompilasi data, hal-hal pokok yang dikaji adalah:
a. Kedudukan kawasan perencanaan dalam konstelasi regional tentang; b. Kebijakan pengembangan kebupaten kebumen
c. Kebijakan pengembangan kecamatan kebumen
d. Kebijakan pengembangan desa sekitar yang secara tidak langsung berhubungan dengan perencanaan desa Jemur
e. Karakteristik daerah perencanaan f. Orientasi geografis
g. Daya dukung fisik dasar, antara lain; topografi, hidrologi, jenis tanah dan batuan, iklim dan curah hujan serta mitigasi bencana
h. Karakteristik ekonomi dan sosial budaya penduduk setempat, antara lain; kependudukan , perekonomian, fasilitas, utilitas, adat istiadat dan keamanan lingkungan.
3. Langkah Kegiatan Penyusunan Analisa
Secara keseluruhan tahap analisis ini dibagi menjadi 5 (lima) hal yaitu;
a. Rencana Alokasi Pemanfaatan Ruang
Rencana alokasi pemanfaatan ruang berisikan tentang rencana pengelolaan kawasan lindung/konservasi dan rencana pengembangan kawasan budidaya/fungsi kegiatan perkotaan. Bagaimana kegiatan perencanaan dilakukan:
- Mengenali kondisi pola ruang/peruntukan lahan eksisting berisikan: - Tingkat kerusakan area konservasi,
- Kondisi area genangan/banjir (bila ada), - Kondisi ruang terbuka hijau,
- Kondisi ketidakteraturan perkembangan fungsi-fungsi kegiatan, - Kecenderungan arah pergeseran peruntukan lahan
- Kondisi lahan-lahan potensial untuk pengembangan berbagai fungsi kegiatan - Kondisi kelembagaan pengelola area konservasi, fasilitas sosial dan kelembagaan
pengelola pembangunan fungsi-fungsi kegiatan diwilayah desa.
- Hasil pemahaman di atas perlu disajikan kedalam peta yang jelas, informatif dan mudah dipahami.
- Melakukan analisis pengembangan pemanfaatan ruang
- Manfaat rencana pembangunan bagi warga, dampak negatif pembangunan terhadap lingkungan sekitarnya dan antisipasi konflik sosial yang akan muncul serta mengkaji terhadap upaya pelibatan masyarakat setempat dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan.
- Solusi penanganan persoalan dan permasalahan dalam pengelolaan kawasan berfungsi lindung dan pengembangan kawasan budidaya/fungsi-fungsi kegiatan perkotaan
- Identifikasi kawasan-kawasan yang perlu diprioritaskan penanganannya,
- Analisis kebutuhan pengelolaan kawasan berfungsi lindung dan pengembangan kawasan budidaya/fungsi-fungsi kegiatan perkotaan
- Analisis kelembagaan pengelolaan fungsi-fungsi kegiatan perkotaan. - Menyepakati rencana alokasi pemanfaatan ruang wilayah desa - Rencana pengelolaan kawasan lindung/area konservasi
- Rencana pengembangan kawasan budidaya/fungsi kegiatan perkotaan, berisikan; - Rencana pengembangan perumahan,
- Rencana pengembangan kegiatan perdagangan dan jasa,
- Rencana pengembangan kegiatan industri kecil/industri rumah tangga, - Rencana pengembangan pertanian
- Rencana pengembangan ruang terbuka hijau, - Rencana pengembangan fasilitas sosial dll,
b. Menyusun rencana pengembangan kegiatan ekonomi mikro
- Rencana penetapan sektor-sektor unggulan (perdagangan, pertanian dan komoditinya, industri kecil/kerajinan, perikanan, pariwisata, jasa, dll) sebagai basis kegiatan ekonomi desa
- Rencana lokasi pengembangan dan kegiatan usaha, - Rencana pengembangan prasarana dan sarana produksi, - Rencana pengembangan jaringan pemasaran dan
- Rencana pengembangan kelembagaan pengelola kegiatan ekonomi masyarakat.
c. Menyusun rencana jaringan jalan, saluran drainase dan jembatan.
Rencana ini menguraikan kesepakatan rencana peningkatan dan pembangunan jaringan jalan, saluran dan jembatan. Tujuannya adalah untuk meningkatkan aksesibilitas dan mobilitas diwilayah desa dan sekaligus mengamankan wilayah yang bersangkutan dari genangan/banjir melalui pengembangan saluran drainase yang terintegrasi.
- Mengenali kondisi jalan, saluran dan jembatan diwilayah desa saat ini, meliputi; - Isi kebijakan dan rencana-rencana pembangunan (jaringan jalan, saluran dan
jembatan) diwilayah Kelurahan/Desa, oleh pemerintah Kabupaten/Kota
- Kondisi (baik, sedang, buruk) jaringan jalan, saluran (drainase) dan jembatan yang dilengkapi peta dengan skala ketelitian 1:10.000
- Fungsi/manfaat dan status jalan (jalan desa, jalan kabupaten dan jalan non status) - Kondisi ruas-ruas jaringan jalan yang belum terintegrasi
- Arah dan pola aliran air yang perlu didukung peta topografi/kemiringan lereng. - Kondisi saluran yang tidak terintegrasi dan berpeluang menimbulkan
genangan/banjir.
- Saluran alam (sungai) yang dapat dimanfaatkan sebagai saluran pengering.
- Kondisi lembaga pengelola dan pemeliharaan saluran drainase dan jembatan, baik pada tingkat desa maupun tingkat komunitas.
- Melakukan analisis pengembangan jaringan jalan, saluran dan jembatan Tahapan analisis yang perlu dilakukan, antara lain adalah:
topografi/kemiringan lereng) dan peta rencana pembangunan jaringan jalan dan saluran drainase kota/kabupaten.
- Mengkaji dan menyepakati kebijakan dan rencana-rencana pembangunan jaringan jalan, jembatan dan saluran drainase kota/kabupaten yang melintasi wilayah desa atau yang perlu diintegrasikan dengan jaringan jalan dan saluran drainase diwilayah yang bersangkutan.
- Memetakkan pola pemanfaatan jalan dan sirkulasi kendaraan yang melintasi ruas-ruas jalan yang dikatagorikan buruk/sangat buruk dan yang memiliki lebar geometrik jalan relatif sempit (sesuai dengan standar perencanaan jalan lingkungan perkotaan - SNI 03 – 1733-2004)
- Mengetahui kondisi topografi dan jenis tanah sebagai dasar untuk merekomendasikan desain badan jalan, jembatan dan saluran drainase serta desain konstruksi yang sesuai
- Memetakkan dan memilih ruas-ruas jaringan jalan dan saluran yang perlu diintegrasikan ke sistem jaringan jalan dan saluran drainase Kota/Kabupaten. - Memperkirakan dan menyepakati kebutuhan pengembangan sarana pelengkap
jalan (shelter, parkir, rambu dll).
- Melakukan analisis kebutuhan peningkatan dan pembangunan jaringan jalan, saluran drainase dan jembatan diwilayah desa berdasarkan hasil analisis tersebut di atas dan perlu merujuk pada ketentuan standar teknis perencanaan jalan dan saluran drainase.
- Melakukan analisis kelembagaan pengelolaan dan pemeliharaan jaringan jalan lingkungan dan saluran darainase pada tingkat desa dan tingkat komunitas.
- TIPP, dibawah koordinasi Tenaga ahli pendamping perencanaan partisipatif, menyusun laporan hasil kegiatan analisis yang dilengkapi peta-peta analisis dan berita acara kesepakatan warga.
- Menyepakati rencana jaringan jalan, saluran drainase dan jembatan. Rencana yang perlu disepakati dan diputuskan bersama, adalah: - Rencana peningkatan jaringan jalan,
- Rencana pembangunan jaringan jalan,
- Rencana peningkatan kondisi dan pembangunan saluran drainase dan jembatan/gorong-gorong,
- Rencana pengembangan sarana pelengkap jalan,
d. Menyusun rencana pengembangan air bersih dan sanitasi
Pada intinya rencana ini menguraikan kesepakatan rencana peningkatan pelayanan dan pengembangan sumber daya air bersih, sistem pengelolaan limbah cair/MCK dan sistem pengelolaan sampah. Tujuannya adalah untuk meningkatkan pelayanan air bersih dan sanitasi diwilayah desa, sesuai kondisi lingkungan dan kebutuhan masyarakat lokal.
Bagaimana proses perencanaan dilakukan
- Mengenali kondisi pelayanan air bersih dan sanitasi saat ini - Melakukan analisis pengembangan air bersih dan sanitasi - Menyepakati rencana pengembangan air bersih dan sanitasi
e. Menyusun rencana peningkatan pelayanan sosial
Menguraikan kesepakatan bersama untuk meningkatkan standar pelayanan sosial masyarakat ditingkat komunitas dan wilayah Kelurahan/Desa, antara lain: pelayanan pengelolaan sampah lingkungan, pelayanan air bersih, pelayanan kesehatan masyarkat, pelayanan keamanan dan ketertiban, dan pelayanan umum lainnya.
Bagaimana proses perencanaan dilakukan: - Mengenali kondisi pelayanan sosial saat ini
- Melakukan analisis kondisi pelayanan sosial masyarakat - Menyepakati rencana peningkatan pelayanan sosial/publik
f. Menyusun rencana pengembangan kelembagaan pengelola dan pembangunan
kelurahan/Desa
4. Langkah kegiatan penyusunan rancangan rencana
Sebelum penyusunan rencana final, terlebih dahulu disusun suatu alternative rencana rancangan sebagai bahan bahasan dalam seminar konsultasi public. Rancangan rencana tersebut merupakan rumusan kebijaksanaan dasar dalam pengembangan tata ruang kawasan untuk sekurang-kurangnya sampai 10 tahun mendatang yang dibagi menurut jangka waktu 5 tahunan.
Rancangan rencana antara lain akan memuat rumusan tujuan pembangunan dan pengendalian tata ruang kawasan sesuai dengan arah pembangunan pariwisata daerah. Rumusan kebijaksanaan dasar rencana antara lain mencakup;
a. Penentuan fungsi dan peranan kawasan wisata
b. Pengembangan tata ruang, dalam hal penentuang struktur kawasan yang optimal, pola intensifikasi dan ekstensifikasi pemanfaatan ruang
c. Pengembangan fasilitas dan utilits dalam kaitannya dengan fungsi-fungsi yang akan ditingkatkan.
Rumusan kebijaksanaan rencana yang akan dijabarkan dalam bentuk rancangan fisik kawasan meliputi pengembangan konsep kawasan yang direncanakan dimasa depan yang memberikan gambaran serta lokasi komponen-komponen utama seperti;
a. Zonasi perumahan dan pemukiman b. Zonasi kawasan social, perdagangan,dll c. Ruang terbuka hijau dan jalur hijau d. Jalur transportasi
e. Zonasi mitigasi bencana
Rumusan pokok pelaksanaan pembangunan antara lain meliputi;
a. Tahap pelaksanaan pembangunan pada tiap jangka waktu 5 tahun dari setiap sector kegiatan
b. Pembiayaan pembangunan yaitu merumuskan sumber-sumber untuk pembiayaan rencana dan pelaksanaan pembangunan tiap fasilitas prasarana dan saranab sesuai dengan tahapannya
c. Organisasi pelaksana pembangunan meliputi;
d. Organisasi fungsional otonom dan vertical yang bertanggung jawab atas penanganan pelaksanaan rencana
e. Personalia yang dilibatkan
f. Kewenanagan dan tata kerja sesuai dengan peraturan perundangan yang berlak.
5. Langkah Kegiatan Penyusunan Rencana
Langkah kegiatan penyusunan rencana ini bertujuan menyempurnakan rancangan sesuai dengan alternative terpilih yang disarankan/dirumuskan dalam seminar atau rapat konsultasi pemantapan rencana daerah dan menyusun rencana final dalam bentuk buku rencana penataan lingkungan permukiman desa Jemur yang terdiri dari uraian keterangan, data-data dan diagram yang kesemuanya lebih lengkap dari rancangan rencana
Langkah 1: Perencanaan Makro
Rencana pengembangan lingkungan permukiman berbasis komunitas, adalah produk perencanaan pembangunan yang disusun berdasarkan pendekatan partisipatif. Rencana pengembangan lingkungan permukiman pada intinya, berisi: rencana alokasi pemanfaatan ruang, rencana pengembangan kegiatan ekonomi, rencana jaringan jalan, saluran dan jembatan, rencana pengembangan air bersih dan sanitasi serta rencana peningkatan pelayanan sosial/pelayanan publik dan rencana pengembangan kelembagaan pengelolaan pembangunan desa.
Secara umum tahapan perencanaan partisipatif yang dilakukan, adalah: a. Mengenali kondisi eksisting,
b. Melakukan analisis sebagai dasar rencana, c. Menyepakati rencana hasil analisis.
Salah cara untuk membuat penyepakatan rencana hasil analisis dapat dilakukan dengan menemukan tujuan, halangan, kegiatan (untuk menyelesaikan persoalan dan menyingkirkan hambatan), menemukan penanggung jawab kegiatan dan waktu pelaksanaan kegiatan yang diperlukan.
Langkah 2: Perencanaan Lingkungan Mikro / Kawasan Prioritas (RTPLP)
perencanaan yang lebih rinci, pada tingkat Rencana Penataan Bangunan dan lingkungan (RTBL). Kegiatan RTBL umumnya diselenggarakan pada kawasan-kawasan dengan karakteristik khusus, seperti: kawasan bantaran sungai, kawasan permukiman kumuh perkotaan, kawasan pusat perdagangan dan jasa, kawasan bersejarah, kawasan perkampungan industri kecil, kawasan pariwisata, kawasan sentra pertanian, dll.
Langkah 3: Melakukan Analisis Pengembangan Kawasan
Tahapan analisis yang dilakukan, adalah:
a. Melakukan penilaian dan selajutnya menyepakati isi kebijakan dan rencana-rencana pembangunan Kota/Kabupaten dalam konteks penataan bangunan dan lingkungan pada kawasan prioritas
b. Mengkaji dan menyepakati upaya penanganan persoalan-persoalan dan permasalahan pembangunan setiap blok peruntukan lahan dan bangunan pada kawasan prioritas dalam rangka mewujudkan lingkungan yang teratur, bersih, sehat dan berjatidiri
c. Mengkaji dan menyepakati pemanfaatan potensi lahan untuk pengembangan blok peruntukan perumahan, industri kerajinan, pelestarian kawasan bersejarah, pariwisata dll.
d. Melakukan analisis kebutuhan dasar dan kebutuhan program pembangunan setiap blok peruntukan pada kawasan prioritas, seperti kebutuhan penanganan sampah, penanganan lokasi genangan/banjir, peningkatan jalan lingkungan dan saluran, pemenuhan kebutuhan air bersih, penataan bangunan, peremajaan kawasan, penanganan dan pemulihan kerusakan lingkungan, pengamanan area konservasi, dll. Kegiatan analisis ini perlu mengacu pada standar-standar teknis perencanaan pembangunan kawasan.
e. Melakukan analisis kebutuhan pembentukan kelembagaan baru, sebagai pengelola pembangunan pada tingkat komunitas
f. Merumuskan laporan hasil kegiatan analisis di atas yang disajikan kedalam tulisan ringkas yang dilengkapi peta-peta analisis dan berita acara kesepakatan. Perumusan laporan kegiatan dilakukan oleh TIPP dibawah koordinasi tenaga ahli pendamping perencanaan partisipatif.
Langkah 4: Menyepakati rencana penataan bangunan dan lingkungan
Rencana ini, menguraikan aturan-aturan kesepakatan rencana penataan bangunan dan lingkungan, dalam rangka mewujudkan lingkungan yang teratur, bersih, sehat dan berjatidiri. Pada tahap ini diharapkan masyarakat dapat memahami dan mampu secara mandiri mengelola pembangunan lingkungan yang berkelanjutan.
Proses penyusunan rencana penataan bangunan dan lingkungan dilakukan oleh TIPP bersama Tim Teknis Pemda dan Tim Konsultan, dengan melibatkan BKM, perangkat desa, pokja PLP BK dan pelaku pembangunan lainnya, melalui kegiatan diskusi-diskusi dan musyawarah warga untuk menyepakati hasil-hasil perencanaan RTBL, yaitu:
a. Rencana pengembangan kawasan bantaran sungai b. Rencana pengembangan kawasan kumuh pusat kota c. Rencana pelestarian kawasan bersejarah
d. Rencana pengembangan kegiatan pariwisata
e. Rencana pengembangan kegiatan industri kecil/rumah tangga
Langkah 5: Penyusunan Rencana Detail Sub Proyek
Rencana Detail Sub Proyek merupakan rencana yang disepakati untuk dilaksanakan sesuai dengan kawasan prioritas terpilih. Sub proyek yang akan dipilih merupakan bagian dari rencana kawasan prioritas yang dianggap dan disepakati untuk dibangun sebagai model atau pemicu pengembangan kawasan terpilih.
Adapun syarat –syarat penyusunan detail yang harus dipenuhi antara lain : a. Peta dasar desa
b. Peta Tematik yang menggambarkan rencana kawasan terpilih yang adakan dibangun
c. Adanya Rencana kerja dan syarat d. DED
e. RAB
Langkah 6: Proses Konsultasi Publik
politis). Di samping hal tersebut Konsultasi Publik bertujuan memberikan pembelajaran kepada khalayak tentang hak dan kewajiban. Hak menyangkut hak-hak informasi, hak ikut menentukan pilihan terhadap masa depan lingkungannya, serta kewajiban untuk berkomitmen bersama atas segala kemungkinan sebagai akibat proses perencanaan yang telah dilakukan.
Langkah 7 : Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah Pembangunan
Desa
Rencana ini merupakan tindak lanjut dari rencana pengembangan permukiman tingkat desa dan rencana tata bangunan dan lingkungan pada tingkat kawasan prioritas. Rencana program investasi ini merupakan penjabaran dari hasil perencanaan partisipatif yang disusun sesuai jangka waktu perencanaan, yaitu selama 5 tahun. Pada intinya, berisi kesepakatan program-program pembangunan, sebagai berikut:
a. Indikasi Program pembangunan Kelurahan/Desa, untuk jangka waktu 5 (lima tahun) yang disusun berdasarkan hasil perencanaan partisipatif b. Program pembangunan kawasan prioritas atau kawasan RTBLterpilih,
untuk jangka waktu 5 (lima) tahun
c. Penetapan program-program prioritas pembangunan untuk jangka waktu satu tahun atau program tahunan pembangunan kawasan/sub kawasan prioritas. Pada tahap awal, program prioritas terpilih, dapat diusulkan menjadi lokasi uji coba pembangunan fisik Kelurahan/Desa.
Penyusunan RPIJM pembangunan desa, dilakukan oleh TIPP, bersama Tim teknis pemda dan Tim Konsultan dengan melibatkan Pokja PLP BK. BKM, Perangkat Kelurahan/Desa dan pelaku pembangunan lainnya, melalui kegiatan diskusi dan musyawarah warga untuk menyepakati isi RPIJM pembangunand desa.
Hasil kegiatan diskusi-diskusi dan musyawarah warga perlu disajikan kedalam laporan ringkas yang dilengkapi berita acara kesepakatan. Penyusunan laporan tersebut dilakukan oleh TIPP dibawah koordinasi tenaga ahli pendamping perencanaan partisipatif.
6. Langkah Kegiatan Uji Public
Pada tahap uji publik ini, produk perencanaan pengembangan lingkungan permukiman berbasis komunitas (PLP BK), perlu disebarluaskan keseluruh lapisan masyarakat, antara lain melalui kegiatan Bazar, seminar, lokakarya, dll. Produk rencana yang disebarluaskan antara lain, Peta-peta dan gambar rencana tata ruang desa dan rencana penataan bangunan dan lingkungan pada kawasan prioritas. Tujuannya adalah untuk mendapatkan respon/tanggapan, masukan, kritikan dan saran secara tertulis. Kegiatan uji publik ini dilakukan oleh TIPP, Tim Teknis Pemda, Tim Konsultan, Perangkat Kelurahan, BKM dan kelompok-kelompok peduli lainnya.
7. Tahap Persiapan Proses Perencanaan Partisipatif
Tahap persiapan proses perencanaan partisipatif dilakukan untuk menyiapkan pelaku–pelaku khususnya masyarakat luas agar paham maksud dan tujuan perencanaan. Sehingga diharapkan dapat mendukung terjadinya perubahan nilai–nilai mengenai pentingnya hidup dan bermukim di lingkungan yang tertata serta mampu melaksanakan seluruh proses demi terwujudnya hal tersebut.
Langkah 1: Pelatihan TIPP
Sebelum melaksanakan tugas-tugasnya untuk menyiapkan penyusunan RPLP, TIPP akan dilatih terlebih dahulu tentang hal – hal yang berkaitan dengan pemetaan swadaya dan penyusunan RPLP
Langkah 2: Sosialisasi masyarakat terhadap berbagai aspek dalam pengembangan
permukiman
Langkah ini bertujuan untuk memberikan berbagai hal terkait peraturan dan informasi yang akan mendukung penyadaran dan pemahaman masyarakat mengenai pentingnya hidup sehat di lingkungan yang bersih, tertata, tanggap terhadap bencana
Langkah 3 : Bimbingan dan pengutan UP - UP BKM/LKM untuk pelayanan
masyarakat.
B. SISTEM PELAPORAN
Sistem pelaporan yang harus disiapkan oleh pihak konsultan terdiri dari 5 (lima) jenis laporan, yang antara lain bersisi sebagai berikut;
1. Laporan Rencana Penataan Lingkungan Permukiman, berisikan tentang rencana pengembangan kawasan secara umum
2. Laporan Pendahuluan, memuat seluruh metode pendekatan, program survey, dilampiri dengan daftar isian survey dan perlengkapan lainnya
3. Laporan Kompilasi Data, laporan ini disusun setelah mendapatkan data/informasi dari lapangan yang memuat tanah / abngunan, data informasi mengenai pelayanan dan sebagainya, serta informasi lain yang mendukung
4. Laporan Analisis, merupakan penilaian dari data-data yang telah disusun pada kompilasi data, yang membantu dalam melakukan langkah penyusunan rancangan rencana
5. Laporan Rencana, yang memuat penyempurnaan rencana yang telah disusun pada laporan-laporan sebelumnya.
C. TEKNIK PENYAJIAN
Teknik penyajian dalam penyusunan laporan rencana penataan lingkungan permukiman ini mengikuti ketentuan sebagai berikut;
1. Huruf Times new Roman, 12pt. 1,5 spasi 2. Sampul buku
3. Ukuran kertas
BAB IV
RENCANA ZONASI DESA JEMUR
Pengembangan Desa Jemur diarahkan sebagai kawasan permukiman sesuai dengan fungsi utamanya, dan penataan fungsi pendukung yang selaras dan menunjang fungsi utama tersebut. Konsep-konsep yang digunakan mengacu pada kaidah-kaidah desain kawasan permukiman yang kompak, humanis, berbudaya, menghormati lingkungan (back to nature), dan tanggap bencana.
A. NAMA DOKUMEN
RPLP (Rencana Pengembangan Lingkungan Permukiman)
B. WILAYAH CAKUPAN
Desa Jemur Kecamatan Kebumen Kabupaten Kebumen.
C. HUBUNGAN DENGAN INSTRUMEN PERENCANAAN YANG LAIN
Dasar teknis serta dasar hukum yang dijadikan sebagai pertimbangan dalam penyusunan RPLP desa Jemur adalah sebagai berikut:
1. Undang-Undang No.11 tahun 1974, Tentang Pengairan. 2. Undang-Undang No.5 tahun 1984, Tentang Perindustrian. 3. Undang-Undang No.9 tahun 1990, Tentang Kepariwisataan.
4. Undang-Undang No.4 tahun 1992, Tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup.
5. Undang-Undang No.4 tahun 1992, Tentang Perumahan dan Permukiman. 6. Undang-Undang No. 24 tahun 1992, Tentang Penataan Ruang.
7. Undang-Undang No.69 tahun 1996, Tentang Pelaksanaan Peran serta Masyarakat Dalam Penataan ruang.
8. Undang-Undang No.19 tahun 1997, Tentang Pajak Daerah.
9. Undang-Undang No.36 tahun 1998, Tentang Penertiban dan Pendayagunaan Tanah Terlantar.
10. Undang-Undang No.68 tahun 1998, Tentang Kawasan Suaka Alam dan Kawasan pelestarian Alam.
11. Undang-Undang No.38 tahun 2004, Tentang Jalan.
12. Undang-Undang No.11 tahun 2006, Tentang Peraturan Daerah. 13. Undang-Undang No.26 tahun 2007, Tentang Penataan Ruang.
14. Peraturan Pemerintah No.21 tahun 1989, Tentang Kebijakan Pembangunan Kota.
15. Peraturan Pemerintah No.27 tahun 1999, Tentang Analisisi Mengenai Dampak Lingkungan. 16. Peraturan Pemerintah No.10 tahun 2000, Tentang pemetaan.
17. Peraturan Pemerintah No.39 tahun 2001, Tentang Dekonsentrasi.
18. Peraturan Pemerintah No.26 tahun 2008, Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional. 19. Keputusan Presiden No.21 tahun 1989, tentang Kebijakan Pembangunan Kota.
20. Keputusan Presiden No.32 tahun 1990, tentang Pengelolaan Kawasan Lindung.
21. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 63/PRT/1993, tantang Garis Sempadan Sungai, daerah Manfaat Sungai, Daerah Penguasaan Sungai, dan Bekas Sungai.
22. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 06/PRT/M/2007 Tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan.
D. PRINSIP PERENCANAAN
1. Maksud
Tidak adanya pedoman perencanaan wilayah permukiman yang terstruktur menjadikan pembangunan di wilayah desa Jemur berkembang seiring dengan kebutuhan masyarakat tanpa adanya pedoman dasar perencanaan wilayah yang baik.
2. Tujuan
Tujuan dari pembuatan Dokumen Rencana Pengembangan Lingkungan Permukiman ini adalah:
a. Mengkonsolidasi peraturan pembangunan dalam wilayah cakupan b. Menciptakan kerangka acuan penggunaan lahan di desa Jemur
c. Memajukan kualitas hidup dan kesejahteraan bagi masyarakat desa Jemur d. Menyokong pembangunan yang berwawasan lingkungan dan kerkelanjutan
e. Memaksimalkan kesempatan bagi pertumbuhan lingkungan usaha dan penyerapan tenagan kerja khususnya pada area komersial umum.
h. Mengidentifikasi dan melindungi hal-hal yang memiliki kontribusi terhadap lokalitas, rupa, warisan lingkungan dan budaya dari desa Jemur
E. GUNA LAHAN
Peraturan yang terdapat dalam bab ini menjelaskan jenis zona yang terdapat dalam RPLP, jenis pembangunan yang diperbolehkan, pembangunan yang harus dikonsultasikan dan pembangunan yang tidak diperbolehkan ditiap zonasi.
Adapun jenis-jenis wilayah zonasi yang terdapat dalam dokumen perencanaan ini adalah:
1. Guna Lahan dan Kontrol Pembangunan
Peraturan-peraturan dari zonasi harus di cermati oleh pihak pemberi otoritas dalam menentukan pemberian izin dari permohonan pembangunan pada suatu lahan dengan zona tertentu.
2. Zona Permukiman
Zona permukiman merupakan wilayah yang diperuntukan sebagai lahan permukiman yang sesuai dengan kapasitas serta aturan yang sudah ditetapkan oleh dinas terkait. Beberapa hal yang menjadi dasar perencanaan wilayah adalah sebagai berikut:
a. Merupakan area yang sesuai bagi pembangunan permukiman tipe rumah tinggal
b. Zona permukiman memberikan kesempatan bagi pembangunan dengan fungsi bukan rumah tinggal, namun bentuk dan skala bangunan yang sesuai dengan lingkungan permukiman sekitarnya.
c. Bagi area dengan luas lebih dari 1500 m2 dimungkinkan untuk dibangun perumahan (multi unit housing)
Dalam melaksanakan pembangunan banyak aturan yang terkait serta perlu adanya pemantauan serta izin pembangunan yang menjadi dasar dalam melaksanakan pembangunan. Dalam hal tersebut tentunya pembangunan apa saja yang memerlukan pemantauan dan izin dalam membangun.
a. Akomodasi b. Rumah kontrakan. c. Fasilitas bersama
d. Rumah tinggal berdempet(couple) e. Rumah tinggal multi unit
f. Fasilitas pendidikan
g. Industri rumah tangga h. Fasilitas peribadatan
i. Bangunan perkantoran umum j. Arena rekreasi
Pembanguanan apa saja yang tidak diperbolehkan dalam zona ini?
Peta IV.1. Peta Eksisting Peruntukan Lahan
Peta IV.2. Peta Rencana Peruntukan Lahan