• Tidak ada hasil yang ditemukan

Proses Pengolahan Karet Di Pabrik Sentool Kecamatan Panti Kabupaten Jember.docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Proses Pengolahan Karet Di Pabrik Sentool Kecamatan Panti Kabupaten Jember.docx"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

PAPER SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN

PAPER SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN

“Regulasi Limbah Industri Karet”

“Regulasi Limbah Industri Karet”

Sebagai tugas mata

Sebagai tugas mata kuliah Sistem Manajemen Lingkungankuliah Sistem Manajemen Lingkungan

KELAS TIP A KELAS TIP A Kelompok 2 Kelompok 2 Oleh : Oleh : 1.

1. Rani Rani Fitriya Fitriya (1517103010(151710301006)06) 2.

2. Deny Deny Eko Eko P P (1517103010(151710301007)07) 3.

3. Rosi Rosi Pratiwi Pratiwi (1517103010(151710301010)10) 4.

4. Alfian Alfian Nashrulloh Nashrulloh F F (151710301041)(151710301041) 5.

5. Dinda Dinda Novita Novita Sari Sari (151710301060)(151710301060) 6.

6. Wisnu Wisnu Bayu Bayu K K (1517103010(151710301069)69)

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN PROGRAM STUDI TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS JEMBER UNIVERSITAS JEMBER

2017 2017

(2)

BAB. 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Limbah merupakan hasil sisa dari sebuah proses yang tidak dapat digunakan kembali, apabila limbah ini terlalu banyak di lingkungan maka akan berdampak  pada pencemaran lingkungan dan berdampak pada kesehatan dari masyarakat

sekitar. Limbah dibagi menjadi dua bagian sumber yaitu limbah yang bersumber domestik (limbah rumah tangga) dan limbah yang berasal dari nondomestik (pabrik, industri dan limbah pertanian).Bahan-bahan yang termasuk dari limbah harus memiliki karakteristik di antaranya adalah mudah meledak, mudah terbakar,  bersifat reaktif, beracun, menyebabkan infeksi, bersifat korosif dan lain-lain.

Masalah utama yang dihadapi oleh sumber daya air meliputi kuantitas air yang sudah tidak mampu dalam memenuhi kebutuhan yang terus meningkat dan kualitas air untuk keperluan domestik yang semakin menurun. Kegiatan industri, domestik, dan kegiatan lain berdampak negatif terhadap sumber daya air, antara lain yaitu menurunkan kualitas air. Kondisi ini dapat menimbulkan gangguan, kerusakan, dan bahaya bagi makhluk hidup yang bergantung pada sumber daya air.

Oleh karena itu, diperlukan pengelolaan dan perlindungan sumber daya air secara seksama sesuai dengan peraturan pemerintah.Salah satu industri yang erat hubungannya dengan masalah lingkungan adalah industri karet. Kebutuhan bahan  baku karet tersebut dipenuhi oleh petani karet berupa bahan olahan karet  berbentuk kepingan atau batangan balok. Pada industri karet kepingan atau  batangan balok ini kemudian direndam dan dicuci untuk membersihkan karet dari zat pengotor, dari proses pengolahan karet tersebut menghasilkan limbah cair yang banyak mengandung senyawa organik. Pengendalian pencemaran yang ditimbulkan oleh limbah karet perlu mendapat perhatian yang serius untuk dipelajari dan diteliti agar tingkat pencemaran limbah yang dibuang ke perairan  berada dibawah baku mutu lingkungan (BML) yang telah ditetapkan pemerintah.

(3)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah paper ini sebagai  berikut:

1. Bagaimana proses pengolahan karet pada indusri karet Pabrik Sentool Kecamatan Panti Kabupaten Jember?

2. Bagaimana pengolahan limbah dan limbah apa saja yang dihasilkan pada  proses pengolahan karet pada indusri karet Pabrik Sentool Kecamatan Panti

Kabupaten Jember?

3. Bagimana regulasi pada industri karet dan regulasi limbah karet? 1.3 Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan paper ini sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui proses pengolahan karet pada indusri karet Pabrik Sentool Kecamatan Panti Kabupaten Jember?

2. Untuk mengetahuipengolahan limbah dan limbah apa saja yang dihasilkan  pada proses pengolahan karet pada indusri karet Pabrik Sentool Kecamatan

Panti Kabupaten Jember?

(4)

BAB 2.PEMBAHASAN 2.1 Gambaran Umum Industri Karet

Industri Karet Pabrik Sentool Kecamatan Panti Kabupaten Jember merupakan salah satu perusahaan dibidang perkebunan khususnya perkebunan karet.Industri ini bertempat di desa Suci Kecamatan Panti Kabupaten Jember.Selain mengelola karet, perusahaan ini juga mengelola kopi sebagai salah satu komoditi pertanian yang diolah dengan baik di Pabrik Sentool ini.Jarak  perkebunan dengan Kota kurang lebih 25 Km. perkebunan ini mengolah latek karet setengah jadi yang kemudian didistribusikan pada pabrik-pabrik pengolah karet lebih lanjut. Pada industri karet sentool, terdapat pengolahan limbah cair  bekas penggunaan karet dengan cara pengendapan di kolam penampungan

sebelum dialirkan pada lingkungan. 2.2 Bahan Baku Karet

Lateks merupakan salah satu bahan baku yang digunakan untuk pembuatan  benang karet, sebelum lateks digunakan menjadi benang karet atau bahan jadi

karet, lateks tersebut terlebih dahulu dipekatkan yang disebut lateks  pekat.Menurut Southron (1968) menyatakan bahwa, Lateks merupakan suatu sistem koloid dimana terdapat partikel karet yang dilapisi oleh protein dan fosfolipid yang terdispersi di dalam serum.Lateks terdiri dari 25- 45% hidrokarbon karet selebihnya merupakan bahan-bahan bukan karet. Warna pada lateks adalah cairan putih atau putih kekuningan yang terdiri atas partikel kaaret dan buakn karet yang terdispersi di dalam air (Triwijoso dan Siswantoro,1989. Menurut setyamidjaja (1993), lateks terdiri dari kandunngan karet, resin, protein, kadar abu, zat gula, air dengan komposisi seperti pada tabel 1.

Tabel 1. Komposisi Kimia Lateks Komponen Komposisi (%) Kandungan karet 35.62

Resin 1.65

(5)

Kadar abu 0.70

Zat gula 0.34

Air 59.62

(Sumber: Setyamidjaja, 1993)

Lateks sebagai baahn baku utama untuk pembuatan benag karet harus memiliki kualitas yang baik. Adapun faktor yang mempengaruhi kualitas lateks yang dihasilkan sebagai berikut:

a. Faktor kebun yang terdiri dari jenis klon, system sadap, kebersihan pohon)  b. Iklim yang akan memeprngaruhi kualitas lateks terdiri dari musim dingin yang

akan mendorong terjadinya prakoagulasi dan musim kemarau akan mempengaruhi keadaan lateks tidak stabil.

c. Alat-alat yang digunakan dalam penggumpalan dan pengangkuatan yang baik terbuat dari aluminium dan baja tahan karat.

d. Pengangkutan (goncangan, keadaan tangki, jarak dan jangka waktu) e. Kualitas air dalam pengolahan

f. Bahan-bahan lain yang digunakan dan kompisisi lateks 2.3 Proses Pembuatan Karet

(6)

Proses pengolahan karet di industri Pabrik Sentol Panti, yaitu a. Penerimaan Lateks kebun

Tahap awal dalam pengolahan karet adalah penerimaan lateks dari kebun yang telah disadap. Lateks hasil penyadapan dicampur dalam bak  penerimaan dan dan harus disaring terlebih dahulu untuk mencegah aliran lateks yang terlalu deras dan terbawanya lump atau kotoran lainnya. Saringan yang terdiri dari saringan kasar dan sedang yang terbuat dari aluminium. Dari lateks yang terkumpul dalam bak penerimaan diambil

Penggilingan Pengasapan Sortasi Limbah Cair Limbah Gas Limbah Padat

Peraturan Menteri Lingkunagn Hidup Republik Indonesia No. 5 Tahun 2014 Tentang Baku Mutu Air Limbah

Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999 Tentang Pengendalian Pencemaran Udara

Undang-undang Republik Indonesia No. 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah Pasal 22

Lateks

Pengenceran

Pembekuan Air

(7)

sampel untuk mengetahui kadar karet keringnya. Hat tersebut dilakukan untuk memperhitungkan kebutuhan air dalam proses penceran lateks.

 b. Pengenceran

Pengenceran lateks adalah menurunkan kadar karet yang terkandung dalam lateks diperoleh kadar karet baku. Tujuan pengenceran untuk melunakan  bekuan sehingga tenaga gilingan tidak terlalu berat, memudahkan  penghilangan gelembung udara atau gas yang terdapat dalam lateks, memudahkan meratanya koagulum (asam pembeku) yang proses koagulasi, dan memudahkan penyaringan kotoran serta menyeragamkan kadar karet kering sehingga cara pengolahan dan mutunya dapat dijaga tetap dengan  penambahan air pada pH air antara 5.8

 – 

 8.0 dan tidak mengandung unsure air logam, kesadahan air maksimal 6 serta kadar karbohidrat tidak melebihi 0.03 %. Pengenceran dilakaukan hingga Kadar Karet Kering mencapai 12-15%.

c. Pembekuan

Pembekuan pada lateks bertujuan untuk mempersatukan butir-butir karet yang terdapat dalam cairan lateks agar menjadi satu gumpalan.Untuk membuat koagulum terdapat tambahan asam semut atau asam cuka dengan konsentrasi 1-2% dalam lateks dengan dosis 4 ml/kg karet kering.Penggunaan asam cuka kemampuan yang cukup baik untuk menurunkan pH lateks dan harga yang cuku terjangkau dibandingan dengan koagulum asam lainya. Tujuan penambahan asam cuka untuk menurunkan  pH lateks pada titik isoelektrik, sehingga lateks akan membeku pada pH

antara 4.5-4.7. d. Penggilingan

Koagulum yang didapatkan dari lateks tersebut di ambil dan digiling dengan mesin penggiling.Mesin penggiling terdiri dari mesin penggiling halus dan mesin penggiling cetakan.Penggilingan bertujuan mengubah koagulum menjadi lembaran

 – 

  lembaran dan mengeluarkan serum yang terdapat di dalam koagulum. Penggilingan dilakukan setelah proses pembekuan selesai. Hasil koagulum digiling untuk mengeluarkan kandungan air, mengeluarkan

(8)

sebagian serum, mebilas, membentuk lembaran tipis, dan memberi garis  pada lembaran. Pada proses penggilingan terdapat limbah cair dan terdapat regulasi Peraturan Menteri Lingkunagn Hidup Republik Indonesia No. 5 Tahun 2014 Tentang Baku Mutu Air Limbah

e. Pengasapan

Proses pengasapan biasanya berlangsung selama 5 hari dengan proses  pengaturan suhu yang berbeda-beda di setiap harinya. Pengasapan berfungsi untuk mengawetkan sit karena dengan menggunakan asap yang dpat mencegah tumbuhnya mikroorganisme dan sheet dan memberikan warna cokelat muda sehingga mutunya meningkat.Proses pengasapan terdapat limbah gas yang dikelurkan melalui cerobong pengeluaran asap dan terdapat regulasi Undang-undang Republik Indonesia No.32 Tentang perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Pasal 98 Ayat 1.

f. Sortasi

Sit yang telah matang dari kamar asap diturunkan kemudian ditimbang dan dicatat dalamarsip produksi. Proses sortasi dilakukan secara visual  berdasrkan warna, kotoran, gelembungudara, jamur dan kehalusan gilingan yang mengacu pada standard yang terdapat pada SNI 06-0001-1987. Secara umum sit diklasifikasikan dalam mutu RSS 1, RSS 2, RSS 3, RSS 4, RSS 5dan Cutting. Cutting merupakan potongan dari lembaran yang terlihat masih mentah, atauterdapat gelembung udara hanya pada sebagian kecil, sehingga dapat digunting.

Dari proses pengolahan karet terdapat limbah yang dihasilkan, limbah cair karet yang merupakan air sisa produksi dari pengolahan karet menjadi benang karet dan air dari pembersihan alat atau area. Limbah karet mengandung amoniak dan nitrogen total yang berbahaya apabila melewati batas standar yang telah ditetapkan, sehingga dapat mencemari air sungai dan lingkungan sekitarnya. Pengolahan limbah cair tersebut dilakukan dengan menampungnya pada bak  penampunagn limbah untuk kemudian diendapkan , disaring dan sisan ya dialirkan

(9)

Limbah padat industri limbah karet pada umumnya ditumpuk saja, sehingga dalam waktu lama akan bertambah banyak jumlahnya dan menjadi masalah dalam hal penanggulangannya. Limbah padat ini masih mengandung bahan berupa tatal yang berasal dari komponen karet dengan jumlah yang cukup besar, sehingga dapat di manfaatkan menjadi barang jadi karet. Jumlah limbah padat yang dihasilkan per ton karet kering sebesar 0,05

 – 

 0,20 m3, jumlah limbah padat ini cukup banyak dan masih terdapatnya butiran karet ( tatal ) maka dilakukan  percobaan pemanfaatan limbah ini untuk diolah kembali. Limbah industri karet

mengandung komponen bukan karet dalam lateks, lateks yang tidak terkoagulasi dan bahan kimia yang ditambahkan selama proses pengolahan. Komponen bukan karet tersebut antara lain: protein, lipid, karotenoid, dan garam organik (Suwardin, 1989).

2.4 Dampak Limbah Karet Terhadap Lingkungan

Pada sektor industri karet terdapat limbah yang akan berdampak pada lingkungan sekitar industri. Limbah tersebut berupa limbah padat, limbah cair maupun limbah gas. Dari ketiga jenis limbah tersebut dapat dikeluarkan sekaligus oleh satu industri maupun satu persatuan sesuai dengan proses yang ada diperusahaanya (Sugiharto, 2008). Menurut Sugiharto (2008) menyatakan bahwa, efek samping dari limbah tersebut terhadap lingkungan sebagai berikut:

1. Membahayakan kesehatan manusia karena dapat membawa suatu penyakit sebagai vehicle

2. Merugikan dari segi ekonomi karena dapat menimbulkan kerusakan pada  benda atau bangunan maupun tanaman dan peternakan.

3. Dapat merusak atau membunuh kehidupan yang ada di dalam air, seperti ikan dan binatang peliharaan lainya.

4. Dapat merusak keindahan karena bau busuk dan pemandangan yang tidak sedap di pandang.

Air limbah yaitu air dari suatu daerah pemukiman yang telah dipergunakan untuk berbagai keperluan, harus dikumpulkan dan dibuang untuk menjaga lingkungan hisup yang sehat dan baik. Unsurunsur dari suatu sistem pengolahan air limbah dengan cara modern, yaitu masing-masing sumber air limbah, sarana

(10)

 pemrosesan setempat, sarana pengumpul, sarana penyaluran, sarana pengolahan dan saran pembuangan.Menurut Tjokrokusumo (1998) menyatakan bahwa, air limbah dapat diartikan sbagai kejadin atau dimasukanya benda padat, cair dan gas ke air yang bersifat endapan, padat tersuspensi, terlarut koloid dan emulsi yang akan menyebabkan air tersebut harus dibuang atau dipisahkan. Air limbah banyak mengandung nutrien yang dapat merangsang pertumbuhan mikroorganisme dengan komposisi air limbah pada umumnya 99,9% air dan 0,1% padatan. Padatan yang terdapat dalam limbah cair terdiri dari 70% padatan organik dan 30% padatan non-organik.Padatan organik dari limbah cair dapat berupa protein (65%), karbohidrat (25%) dan lemak (10%), sedangkan padatan anorganik berupa  butiran garam dan logam (Sugiharto, 1987).

Air limbah sangat berbahaya terhadap kesehatan manusia mengingat bahwa  banyak penyakit yang dapat ditularkan melalui air limbah.Air limbah ini bersifat toksin sebagai media pembawa penyakit seperti penyakit kolera, radang usus, hepatitis infektiosa, serta skhistosomiasis.Selain itu air limbah juga dapat  berdampak buruk terhadap kehidupan biotik. Dengan banyaknya zat pencemar yang ada di dalam air limbah, maka akan menyebabkan menurunnya kadar oksigen yang terlarut di dalam air limbah. Dengan demikian limbah tesebut menyebabkan terganggunya kehidupan di dalam air seperti matinya ikan-ikan dan  bakteri

 – 

 bakteri di dalam air, juga dapat menimbulkan kerusakan pada tanaman

atau tumbuhan air. Sebagai akibat matinya bakteri-bakteri, maka proses  penjernihan sendiri yang seharusnya bisa terjadi pada air limbah bisa terhambat.

Sebagai akibat selanjutnya adalah air limbah akan sulit untuk diuraikan. 2.5 Regulasi Industri Pengolahan Karet

2.5.1 Regulasi Perkebunan Karet

Adapun regulasi-regulasi tentang Industri Pengolahan Karet sebagai berikut: 1. UUD 1945

UUD 1945 Pasal 33 tentang Sumber Daya Alam

Bunyi pasal 33 UUD 1945 sebagai berikut : ayat (1) berbunyi; Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas azas

(11)

kekeluargaan, ayat (2); Cabang-cabang produksi yang penting bagi Negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh Negara, ayat (3) menyebutkan ; Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, ayat (4), Perekonomian nasional diselenggarakan  berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi  berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional dan ayat (5); Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur dalam undang-undang.

2. Peraturan Perundang-undangan

a. Undang-undang Republik Indonesia No. 18 Tahun 2004 Tentang Perkebunan Bagian Kedua Jenis Perizinan Usaha Perkebunan Pasal 15 Ayat 1-5

1) Usaha perkebunan terdiri atas usaha budi daya tanaman perkebunan dan/ atau usaha industri pengolahan hasil perkebunan.

2) Usaha budi daya tanaman perkebunan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) merupakan serangkaian kegiatan pratanam, penanaman, pemeliharaan tanaman, pemanenan, dan sortasi.

3) Usaha industri pengolahan hasil perkebunan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) merupakan kegiatan pengolahan yang bahan baku utamanya hasil perkebunan untuk memperoleh nilai tambah.

4) Industri pengolahan hasil perkebunan merupakan pengolahan hasil  perkebunan yang bahan bakunya karena menurut sifat dan karekteristiknya tidak dapat dipisahkan dengan usaha budi daya tanaman  perkebunan terdiri dari gula pasir dari tebu, teh hitam dan teh hijau serta

ekstraksi kelapa sawit.

5) Penambahan atau pengurangan jenis usaha industri pengolahan hasil  perkebunan sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) ditetapkan dalam

(12)

 b. Undang-undang No. 23 Tahun 1992 Pasal 22 Ayat 3 Tentang Kesehatan Lingkungan yang meliputi penyehatan air dan udara, pengamanan limbah  padat, limbah cair, limbah gas, radiasi dan kebisingan, pengendalian vektor  penyakit, dan penyehatan atau pengamatan lainya.

c. Undang-undang Republik Indonesia No.32 Tentang perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Pasal 98 Ayat 1 setiap orang yang dengan sengaja malakukan perbuautan yang mengakibatkan dilampauinya baku mutu udara ambient, bakau mutu air, baku mutu air laut,atau criteria baku kerusakan lingkungan hidup, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 tahun dan apling lama 10 tahun serta denda paling sedikit Rp. 10.000.000 dan paling banyak Rp. 10.000.000.000.

3. Peraturan Pemerintah

a. Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 Tentang Pengolahan Kualitas Air Limbah dan Pengendalian Pencemaran Air Pasal 36 Ayat 1-2

(1) Pemrakarsa melakukan kajian mengenai pemanfaatan air limbah ke tanah untuk aplikasi pada tanah.

(2) Hasil kajian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi sekurang-kurangnya: a. pengaruh terhadap pembudidayaan ikan, hewan, dan tanaman; b. pengaruh terhadap kualitas tanah dan air tanah; dan c.  pengaruh terhadap kesehatan masyarakat.

 b. Peraturan pemerintah No. 41 tahun 1999 Tentang Peengendalian Pencemaran Udara Bab I Ketentuan Umum Pasal 1-3

(1) Pencemaran udara adalah masuknya atau dimasukanya zat, energi, dari komponen lain ke dalam udara ambient oleh kegiatan manusia, sehingga mutu udara turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan udara ambient tidak dapat memenuhi fungsinya

(2) Pengendalian pencemaran udara adalah upaya pencegahan dan/atau  penanggulangan pencemaran udara serta pemulihan mutu udara

(3) Sumber pencemaran adalah setiap usaha dan/atau kegiatan yang mengeluarkan bahan pencemar ke udara yang menyebabkan udara tidak  berfungsi sebagaimanan mestinya.

(13)

4. Peraturan Presiden

a. Peraturan Presiden Republik Indonesia No.28 Tahun 2008 Tentang Kebijakan Perindustrian Nasional :

Menyusun dan menerapkan SNI komponen logam elektronika dan mesin  pertanian

 b. Peraturan Menteri Pertanian No.38 Tahun 2008 Tentang Pedoman Pengolahan dan Pemasaran Bahan Olahan Karet (BOKAR)

Menimbang:

a. Bahwa komoditas karet merupakan salah satu komoditi unggulan  perkebunan yang mampu menghasilkan devisa bagi Negara, menyediakan lapangan kerja bagi masyarakat dan membantu pelestarian fungsi lingkungan hidup

 b. Bahwa untuk meningkatkan peranan dan daya saing komoditas karet salah satu upaya dilakukan melalui perbaikan mutu bahan olahan karet c. Bahwa atas dasar hal-hal tersebut diatas dan sesuai dengan amanat pasal

28 Undang-Undang No 18 Tahun 2004 Tentang Perkebunan, dipandang  perlu menetapkan pedoman pengolahan dan pemasaran bahan olahan

karet (BOKAR). 5. Peraturan Daerah

a. Peraturan Daerah Kabupaten Jmeber No. 1 Tahun 2015 BAB III Paragraf 2 Pasal 8 Tentang Strategi Penataan Ruang Wilayah Kabupaten.

Ayat 6 : Peningkatan pelestarian fungsi kawasan lindung sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 ayat (2) huruf f, dengan strategi meli puti :

a. mempertahankan kawasan lindung yang telah ditetapkan

 b. memulihkan secara bertahap kawasan lindung yang telah mengalami  penurunan fungsi, dan

c. meningkatkan potensi sumber daya alam dan buatan dikawasan lindung dengan pengembangan agrowisata, budidaya dan ekowisata.

Ayat 7 : Pengembangan sistem penanggulangan bencana pada kawasan rawan bencana sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 ayat (2) huruf g, dengan strategis meliputi:

(14)

a. saat prabencana

 b. saat terjadi bencana tanggap darurat, dan c. saat pasca bencana

2.5.2 Regulasi Limbah Pengolahan Industri Karet

Adapun regulasi-regulasi tentang Industri Pengolahan Karet sebagai  berikut:

1. Peraturan Perundang-undangan

a. Undang-undang Republik Indonesia No. 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah Pasal 22

Ayat 1 : Kegiatan penanganan sampah sebagaimana dimaksud dalam pasal 19 huruf b meliputi:

a. Pemilihan dalam bentuk pengelompokan dan pemisahan sampah sesuai dengan jenis, jumlah dan/atau sifat sampah;

 b. Pengumpulan dalam bentuk prengambilan dan pemindahan sampah dari sumber sampah ketempat penampungan sementara atau tempat  pengolahan sampah terpadu;

c. Pengangkutan dalam bentuk membawa sampah dari sumber dan/atau dari tempat penampungan sampah sementara atau dari tempat  pengolahan sampah terpadu menuju ketempat pemrosesan akhir.

d. Pengelolaan dalam bentuk mengubah karakteristik, kompsisi dan jumlah sampah, dan/atau

e. Pemrosesan akhir sampah dalam bentuk pengambilan sampah dan/atau residu hasil pengolahan sebelumnya kemedia lingkungan secara aman Ayat 2: Ketentuan lebih lanjut mengenai penangan sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diiatur dengan atau berdasarkan peraturan  pemerintah atau dengan peraturan daerah sesuai kewenangannya.

2. Peraturan Pemerintah

a. Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999 Tentang Pengendalian Pencemaran Udara

1. Pencemaran udara adalah masuknya atau dimasukkannya zat, energi, dari komponen lain kedalam udara ambien oleh kegiatan manusia. Sehingga

(15)

mutu udara turun sampai ketingkat tertentu yang menyebabkan udara ambien tidak dapat memuhi fungsinya

2. Pengendalian pencemaran udara adalah upaya pencegahan dan/atau  penanggulangan pencemaran udara serta pemulihan mutu udara

3. Sumber pencemar adalah setiap usaha dan/atau kegiatan yang mengeluarkan bahan pencemar keudara yang menyebabkan udara tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya

3. Peraturan Presiden

a. Peraturan Menteri No. 01 Tahun 2010 Tentang Tata Laksana Pengendalian Pencemaran Air.

Menimbang :

a. Bahwa air merupakan salah satu sumber daya alam yang memiliki fungsi sangat penting bagi kehidupan dan perikehidupan manusia serta makhluk hidup lainnya. Sehingga harus dijaga kualitasnya untuk kepentingan generasi sekarang dan yang akan serta keseimbangan ekosistem

 b. Bahwa untuk menjaga kualitas air agar dapat memenuhi kepentingan generasi sekarang dan yang akan datang perlu dilakukan upaya  pengendalian pencemaran air dan pengelolaan kualitas air

c. Bahwa berdasarkan ketentuan pasal 9 Peraturan Pemerintah No 38 Tahun 2007 tentang Pembagian urusan Pemerintah Antara Pemerintah,  pemerintah daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten /Kota. Penyelenggaraan urusan wajib pada sub-sub bidang pengendalian  pencemaran air dilaksanakan sesuai norma, standar, prosedur dan kriteria yang ditetapkan oleh Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintah di bidang perlindungandan pengelolaan lingkungan.

 b. Peraturan Menteri Lingkunagn Hidup Republik Indonesia No. 5 Tahun 2014 Tentang Baku Mutu Air Limbah

(16)

Paramater

Lateks Padat Karet Bentuk Kering Kadar Paling Tinggi (mg/L) Beban Pencemaran Paling Tinggi (kg/ton) Kadar Paling Tinggi (mg/L) Beban Pencemaran Paling Tinggi (kg/ton) BOD5 100 4 60 2.4 COD 250 10 200 8 TSS 100 4 100 4 Amonia Total 15 0.6 5 0.2  Nitrogen Total(sebagai N) 25 1.0 10 0.4  pH 6.0

 – 

9.0 6.0

 – 

 9.0

Debit Limbah Paling Tinggi 40 m3 per ton produk karet

40 m3 per ton produk karet

Catatan:

a. Kadar paling tinggi untuk setiap parameter pada tabel di atas dinyatakan dalam milligram parameter per liter air limbah.

 b. Beban pencemaran paling tinggi untuk parameter pada tabel diatas dinyatakan dalam kilogram parameter per ton produk karet kering atau lateks pekat.

c.  Nitrogen Total = Nitrogen Organik + Amonia Total + NO3 +NO2.

2.6 Penanganan Limbah Karet

Limbah cair merupakan gabungan atau campuran dari air dan bahan-bahan  pencemar yang terbawa oleh air, baik dalam keadaan terlarut maupun tersuspensi

yang terbuang dari sumber domestic, sumber industri dan pada saat tercampur dengan air tanah, air permuakaan atau air hujan.Limbah cair bersumber dari aktivitas manusia dan aktivitas alam (Sihaloho, 2009).Limbah cair industri karet remah berwarna putih keruh, acair industri karet remah bersifat asam dengan nilai  pH berkisar 4,2-6,3. Hal ini disebabkan oleh penggunaan asam formiat pada  proses koagulasi lateks.

(17)

Pengolahan limbah cair industri karet memiliki beberapa parameter yang  perlu diperhatikan untuk mengukur kadar bahan pencemar seperti BOD, COD, TSS, ammonia dan pH. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia  Nomor 5 Tahun 2014 tentang baku mutu air limbah menetapkan baku mutu air

limbah bagi usaha dan/atau kegiatan industri karet.

Pengolahan limbah cari pada industri karet ini dilakukan dengan cara mengalirkan limbah cair hasil pengolahan kedalam bak penampung sementara sebelum dilakukan pengolahan lebih lanjut.

(18)

BAB. 3 PENUTUP

Kesimpulan yang di peroleh dari hasil pembahasan diatas yaitu sebagai ber ikut: 1. Bahan baku utama dalam pembuatan karet adalah berupa Lateks, sebelum

lateks digunakan menjadi benang karet atau bahan jadi karet, lateks tersebut terlebih dahulu dipekatkan yang disebut lateks pekat.

2. Tahapan proses pengolahan karet di industri Pabrik Sentol Panti adalah  penerimaan lateks kebun, pengenceran, pembekuan, penggilingan, pengasapan

dan sortasi.

3. Dampak limbah yang dihasilkan oleh industri karet di antaranya membahayakan kesehatan manusia karena dapat membawa suatu penyakit sebagai vehicle, merugikan dari segi ekonomi karena dapat menimbulkan kerusakan pada benda atau bangunan maupun tanaman dan peternakan, dapat merusak atau membunuh kehidupan yang ada di dalam air, seperti ikan dan  binatang peliharaan lainya dan dapat merusak keindahan karena bau busuk dan  pemandangan yang tidak sedap di pandang.

4. Regulasi industri pengolahan karet di atur dalam UUD 1945, peraturan  perundang-undangan, peraturan daerah, peraturan pemerintah dan peraturan  presiden.

(19)

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR PUSTAKA

Goutara, B., Djatmiko, dan Tjiptadi, W., 1985.  Dasar Pengolahan Karet.  Agroindustri Press. Jurusan Teknologi Industri Pertanian. Fakultas

Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Setyamidjaja, D. 1993.  Karet Budidaya dan Pengolahan. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Sihaloho, W.S., 2009.  Analisa Kandungan Amonia Dari Limbah Cair Inlet Dan Outlet Dari Beberapa Industri Kelapa Sawit . Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara. Medan.

Sugiharto. 1987. Dasar

 – 

 dasar Pengelolaan Air Limbah. Cetakan Pertama. UI Press. Jakarta.

Sugiharto, 2008, Dasar

 – 

 Dasar Pengelolaan Air Limbah, Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press). Jakarta.

Suwardin, D. 1989. Teknik pengendalian limbah industri karet . Jurnal Karet 4 (2): 28-34.

Tjokrokusumo, KRT. 1998.  Pengantar Enjiniring Lingkungan. Sekolah Tinggi Teknik Lingkungan YLH. Yogyakarta.

Triwijoso, S. U. dan O. Siswantoro. 1989 . Pedoman Teknis Pengawetan dan  Pemekatan Lateks Hevea. Balai Penelitian Perkebunan. Bogor.

Gambar

Tabel 1. Komposisi Kimia Lateks Komponen  Komposisi (%) Kandungan karet  35.62

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil dari analisis diatas, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: pertama, dari lima faktor kualitas situs web hanya kualitas informasi dan keamanan

Sedangkan ketentuan mengenai jenis-jenis produk jasa keuangan, cakupan dan batas-batas kegiatan lembaga jasa keuangan, kualifikasi dan kriteria lembaga jasa

Dari uraian di atas maka disimpulkan bahwa semua variabel independen dalam hal ini Orientasi pada pelanggan, Orientasi pada kualitas, Pemberdayaan karyawan, Komitmen

Gambar 3.5 Pengukuran nilai tegangan keluaran terhadap pergeseran pada sistem sensor pergeseran mikro dengan bantuan program aplikasi Delphi. 3.3.5 Metode Analisis Hasil

2017| Laporan Kinerja Biro Perencanaan, Keuangan dan Tata Usaha 34 Pada tahun 2017, telah dihasilkan dokumen Perjanjian Kinerja BSN Tahun 2017 yang terdiri dari

lebih baik dibandingkan dengan prestasi belajar siswa yang menggunakan yang menggunakan metode ceramah [5] dan penelitian lain juga meyebutkan bahwa metode

© 2004 Departemen Akuntansi FEUI Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia Vol... D efinisi ini berlak u bagi aktiva

Penelitian ini diharapkan untuk menjadi fokus perusahaan dalam pengelolaan yang lebih baik agar tidak memiliki keadaan yang serupa dengan beberapa perusahaan yang